Anda di halaman 1dari 10

TOPIK 8

Berikan gambaran klinis kondisi rongga mulut spesifik (dengan gambar) pada pasien dengan
kelainan pembekuan darah!

TOPIK 7

1. Pasien laki – laki, umur 35 tahun datang ke UGD RSPTN Bukit Jimbaran, dengan
keluhan nyeri pada dagu bawah, hingga leher depan berasa keras jika diraba, demam, susah
menelan makanan dan susah bernafas, pasien tampak lemas. Pemeriksaan intra oral susah
dilakukan karena pasien susah membuka mulut, tampak lidah terangkat dan pembengkakan pada
gusi belakang yang menutupi sebagian M3 rahang bawah kanan. Nyeri pada gusi belakang
dirasakan dari 5 hari yang lalu, pasien hanya berkumur dengan air garam hangat saat tidak kuat
menahan rasa sakit.

a. Bagaimana anamnesanya?

Jawab :

Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas
pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan

berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara

anamnesis (The Sacred Seven).

Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara

mencari data :

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi


1. Riwayat Penyakit Sekarang,

Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang
membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,
misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari
satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan
menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :

1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)

2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)

3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)

4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)

5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.

6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.

7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :

1. Lokasi Sakit

Seorang penderita yang datang dengan keluhan , perlu ditanyakan lebih lanjut

secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan

dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.

2. Onset dan kronologis

Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.

Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap.

Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul.


3. Kualitas (sifat sakit)

Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit yang

tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi

organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak

4. Kuantitas (derajat sakit)

Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari

penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan

seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.

Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya

mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.

5. Faktor yang memperberat keluhan.

Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,

keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit,

6. Faktor yang meringankan keluhan.

Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan

Minum pbat analgrsik.

7. Keluhan yang menyertai

Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,
2. Riwayat Penyakit Dahulu

Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya

dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak

keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial dan ekonomi

Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan

pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat
obatan, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).

b. Pemeriksaan apa saja yang kalian lakukan?

Jawab :

 Pemeriksaan subjektif: menanyakan keluhan, gejala-gejala yang dialami, waktu


dimulainya gejala, jangka waktu berlangsungnya gejala, riwayat medis, penyakit yang
sedang dialami, obat yang sedang dikonsumsi (apabila pasien susah berbicara tanyakan
pada orang yang mendampingi)

 Pemeriksaan vital sign: periksa suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi
napas

 Pemeriksaan objektif:
o Intraoral: melihat kondisi gigi serta jaringan sekitarnya. pada pasien phlegmon
dasar mulut akan terlihat merah dan membengkak, sehingga lidah terangkat dan
menyebabkan pasien susah bernapas karena pus menyumbat jalan napas serta
susah membuka atau menutup mulut.

o Ekstraoral: untuk melihat kelainan di luar rongga mulut. periksa profil wajah,
simetri/asimetri wajah, melihat adanya inflamasi pada wajah dan daerah
sekitarnya, pemeriksaan TMJ, palpasi dari bawah mandibula ke leher depan. pada
pasien phlegmon tes palpasi keras (board like), rasa sakit yang kuat, kemerahan,
pembengkakan dengan batas yang tidak jelas.

 Pemeriksaan penunjang: meski diagnosis phlegmon dapat diketahui berdasarkan


anamnesa dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiografi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

o pemeriksaan darah: leukositosis mengindikasikan adanya infeksi akut

o pemeriksaan kultur dan sensitivitas: untuk menentukan bakteri yang menginfeksi

o radiografi: dapat memperlihatkan luasnya pembengkakan jaringan lunak. foto


thorax dapat menunjukkan perluasan infeksi ke mediastinum dan paru-paru. foto
panoramik dapat membantu menentukan letak fokal infeksi atau abses serta
struktur tulang rahang yang terinfeksi

o USG: dapat menunjukkan lokasi dan ukuran pus

o CT-scan: dapat mendeteksi akumulasi cairan, penyebaran infeksi serta derajat


obstruksi jalan napas sehingga dapat membantu dalam memutuskan kapan
dibutuhkannya pernapasan buatan

c. Apa diagnosanya?

JAWAB :

Ludwig’s angina ( phlagmon )


d. Bagaimana penatalaksanaannya?

Jawab :

Penatalaksanaan :

Adapun tahap penatalaksanaa abses odontogenik secara umum adalah:

1. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan x-ray secara periapikal dan panoramik perlu dilakukan sebagai skrining awal

untuk menentukan etiologi dan letak fokal infeksi.

2. Tes Serologi

Tes Serologi yang paling sering digunakan adalah tes fiksasi komplemen dan tes

aglutinasi. Kedua tes ini digunakan untuk mengetahui etiologi.

Sebagai gold standard dalam penanganan ludwigs angina adalah bebaskan jalan nafas, kemudian
diberikan terapi antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob, dan diberikan
secara parenteral ( melalui intravena). Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk
tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evakuasi pus atau jaringan nekrosis. Insisi
dilakukan di garis tengah secara horizontal setinggi os hyoid (3-4 jari di bawah mandibula),
dengan demikian menghentikan ketegangan yang terbentuk di dasar mulut. Sebelum dilakukan
insisi dan drainase, sebaiknya dilakukan persiapan terhadap kemungkinan trakeostomi karena
ketidakmampuan dilakukan intubasi pada pasien.
Penatalaksanaan Phlegmon

Jadi selain yang sudah disebutkan diatas terdapat juga pemberian anti inflamasi, antipirektik dan
analgesik kemudian lakukan diet pada pasien dengan cara kontrol cairan dan mengkonsumsi
vitamin serta mengkonsumsi protein dan karbohidrat ditingkatkan.

2. Pasien laki – laki, 27 tahun datang ke RSPTN dengan ketakutan karena rasa nyeri yang
dirasakan pada mandibulla kiri dengan pembengkakan hingga ke pipi kiri, kondisi intra oral
tampak ada karies yang dalam pada gigi M2 disertai goyang o2 dan sisa akar pada M3 kiri, bukal
fold tampak terangkat, palpasi ada fluktuasi eksudat. Sakit gigi dirasakan mulai dari 3 hari yang
lalu namun pasien belum sempat memeriksakan ke dokter gigi, hanya membeli obat penghilang
rasa sakit untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan.

a. Bagaimana anamnesanya?

b. Pemeriksaan apa saja yang kalian lakukan?

c. Apa diagnosanya?

Jawab :
Absess submandibular

Abses ini paling sering disebabkan karena infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena karies dalam yang
tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan
periapikal. Odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat, pembuluh darah, dan pembuluh
limfe. 

Ujung akar M2 dan M3 terletak di belakang bawah linea milohioid yang terletak di aspek dalam
mandibular, sehingga jika molar kedua atau ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pus akan
menyebar ke ruang submandibular dan dapat meluas ke ruang potensial leher yang paling sering
menyebar ke mediastinum.

Infeksi leher dalam lebih sering datang dengan keluhan demam, bengkak pada leher, odinofagia,
disfagia, sakit tenggorokan, dan penurunan intake oral. Gejala-gejala ini biasanya muncul selama
kurang lebih 3-5 hari. Kadang disertai agitasi, batuk, dehidrasi, drooling, mendengkur, kaku
leher, stridor, dan tortikolis.

d. Bagaimana penatalaksanaannya?

Jawab :

Insisi dan drainase.

Hal ini dapat dilakukan baik secara intraoral maupun ekstraoral tergantung pada lokasi infeksi.
Aspirasi pus sebelum insisi memungkinkan metode pengambilan sampel lebih akurat karena
mengurangi kontaminasi dan membantu melindungi dari bakteri anaerob. Pembengkakan yang
berfluktuasi menunjukkan adanya pus. Pada pasien dilakukan insisi drainase. Insisi dilakukan
dengan panjang kurang lebih 2 cm pada daerah yang paling fluktuatif. Setelah di insisi,
eksplorasi pus dilanjutkan secara tumpul dengan menggunakan klem bengkok sampai ruang
submandibula. Setelah pus berhasil dieksplorasi, dilakukan pemasangan draine handschoen yang
dilumuri dengan betadine pada luka insisi kemudian ditutup dengan mengguankan kasa steril dan
direkatkan dengan menggunakan hipafix. Penderita dievaluasi setiap hari dan dilakukan dilatasi
pada luka insisi untuk mengeluarkan pus yang masih diproduksi. Setelah dilakukan insisi dranase
keluhan pasie mulai berkurang begitu juga dengan trismus yang dialami pasien semakin
membaik.

2. Antibiotik.

Antibiotik dapat diberikan secara empiris atau antibiotik spesifik yang diberikan berdasarkan tes
kultur dan sensitivitas. Pada pasien ini diberikan antibiotik berupa amoksisilin yaitu penisilin
spektrum luas.. selain itu, pasien juga diberikan metilprednisolon 3x4 mg. pemberian obat ini
untuk mencegah terjadinya inflamasi yang luas.

3. Analgesik.

Analgesik menghilangkan rasa sakit sementara sampai faktor penyebab infeksi terkendali.
Pilihan analgesik harus didasarkan pada kesesuaian pasien. Obat anti inflamasi nonsteroid
digunakan pada nyeri ringan sampai sedang. Analgesik opioid, seperti dihidrokodein dan petidin,
digunakan untuk rasa sakit yang parah. Parasetamol, ibu profen dan aspirin cukup untuk
sebagian besar nyeri ringan akibat infeksi gigi. Analgesik perlu diberikan dengan hati-hati,
terutama apabila menggunakan narkotika, karena membawa risiko depresi pernapasan

3. Pasien wanita umur 38 tahun, datang ke Poliklinik RSPTN Bukit Jimbaran dengan
keluhan mandibulla yang membengkak dan keras saat diraba pada rahang bawah samping sejak
beberapa bulan yang lalu, tampak gigi geligi tidak ada keluhan. Tidak ada rasa nyeri dan sakit
namun pasien belum pernah memeriksakan keadaannya ke dokter maupun dokter gigi.

a. Bagaimana anamnesanya?

b. Pemeriksaan apa saja yang kalian lakukan?

c. Apa diagnosanya?

Jawab :

Diagnosis dari kasus tersebut adalah kista odontoma kompleks. Gejala klinis kista odontoma
sesuai dengan kasus yaitu adanya pembengkakan pada mandibula yang keras saat dipalpasi.
Pasien juga tidak ada keluhan sakit, gigi geligi pasien juga tidak ada keluhan.
d. Bagaimana penatalaksanaannya?

 Instruksikan pasien untuk melakukan rontgen terlebih dahulu untuk lebih memastikan
penyebab pembengkakan agar dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat

 Berikan antibiotik dan antiinflamasi untuk premedikasi pembengkakan

 KIE pasien tetap menjaga oral hygiene, mengontrol nutrisi, cairan dan vitamin

 Setelah mengetahui kondisi pasien lebih lanjut. Selanjutnya kita dapat memilih
penatalaksanaan yang tepat untuk pasien. Terdapat dua metode untuk perawatan untuk
kista: enukleasi (penghilangan lapisan 

total) dan marsupialisasi (pembuatan pembukaan permanen pada rongga kista). 

Sebagian besar kista dirawat dengan enukleasi, marsupialisasi cenderung dilakukan untuk pasien
dengan kategori tertentu, biasanya dengan kista yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai