Anda di halaman 1dari 37

A.

Radiografi Intraoral

a) Definisi
Menurut Bafagih (2017), menjelaskan bahwa radiografi secara konvensional terbagi
menjadi pemeriksaan radiografi intraoral dan ekstraoral dimana radiografi intraoral film atau
receotors dimasukkan kedalam mulut dan disinari dari luar mulut jenisnya seperti radiografi
periapical, oklusal dan bitewing.
b) Jenis
Pemeriksaan radiograf secara konvensional terbagi menjadi pemeriksaan radiografik
proyeksi intraoral seperti periapikal yang terdiri dari paralel dan bisekting, oklusal, bitewing
dimana proses pengambilan gambarnya dengan meletakkan receptors film (Bafagih, 2017).
c) Alat Yang Digunakan
1. X-Ray Beam

Gambar 2.5 X-ray Beam


2. Control Panel
Gambar 2.6 Contol Panel
3. Film dan Cassette

Gambar 2.7 Film dan Cassette


4. Film Holder

Gambar 2.8 Film Holder


5. Fixer dan Developer

Developer

Fixer

Gambar 2.9 Fixer dan Developer

1. Radiagrafi Oklusal
a. Definisi
Radiografi yang bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau
mandibula dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk melihat lokasi akar,
lokasi supernumerary, tidak erupsi (gigi impaksi), salivary tone di saluran kelenjar
submandibular, evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan
dimandibula dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, evaluasi fraktur di maksila dan
mandibula, pemeriksaan daerah cleft palate serta mengukur perubahan dalam bentuk dan
ukuran dari maksila dan mandibula. Film yang digunakan adalah film khusus (Bafagih,
2017).

b. Indikasi
1) Proyeksi Oklusal Maksila
a) Upper standard occlusal (standard occlusal)
Radiografi upper standard ( atau anterior) occlusal menunjukkan bagian anterior
dari maksila dan gigi anterior atas (Whaites, 2013).
(1) Indikasi klinis utama radiografi upper standard occlusal, yaitu (Whaites, 2013):
(a) Pemeriksaan jaringan periapikal gigi anterior atas, terutama pada anak-anak
tetapi juga pada orang dewasa yang tidak bisa mentoleransi holder
periapikal.
(b) Mendeteksi adanya kaninus yang tidak erupsi, gigi supernumerari dan
odontoma.
(c) Sebagai midline view, ketika menggunakan metode parallax untuk
menentukan posisi bukal/palatal dari kaninus yang tidak erupsi.
(d) Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista dan tumor pada anterior
maksila.
(e) Pemeriksaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar.
b) Upper oblique occlusal (oblique occlusal)
Radiografi upper oblique occlusal menunjukkan bagian posterior darimaksila dan
bagian gigi posterior atas pada satu sisi (Whaites, 2013).
(1) Indikasi klinis utama radiografi upper oblique occlusal, yaitu (Whaites, 2013):
(a) Pemeriksaan jaringan periapikal gigi posterior atas, terutama pada orang
dewasa yang tidak bisa mentoleransi holder image reseptor periapikal.
(b) Pemeriksaan dari kondisi dasar antral.
(c) Membantu untuk menentukan posisi dari akar yang dislokasi secara tidak
sengaja ke antrum selama pencabutan dari gigi posterior atas.
(d) Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista dan tumor atau lesi tulang
yang lain yang berdampak pada posterior maksila.
(e) Pemeriksaan fraktur gigi posterior dan tulang alveolar yang berkaitan
termasuk tuberositas.
c) Vertex occlusal (vertex occlusal)
Radiografi vertex occlusal memperlihatkan gambaran radiografik gigi geligi rahang
atas (dalam penampang oklusal) yang diambil dari atas. Menggunakan dosis radiasi
yang lebih besar karena melewati sejumlah jaringan. Menggunakan intraoral cassette
yang berisi layar atau pelindung khusus untuk mengurangi dosis radiasi (Whaites,
2013).
(1) Indikasi klinis utama radiografi vertex occlusal, yaitu (Whaites, 2013):
(a) Menentukan posisi bukal atau palatal gigi yang tidak erupsi / impaksi.

2) Proyeksi Oklusal Mandibular


a) Lower 900 occlusal (true occlusal)
Radiografi lower 900 occlusal menunjukkan gambaran rancangan dari bagian
penyangga gigi dari mandibula dan dasar dari mulut (Whaites, 2013).
(1) Indikasi klinis utama radiografi lower 900 occlusal, yaitu (Whaites 2013) :
(a) Deteksi adanya radiopaque kalkulus dan posisinya dalam ductus glandula
salivarius submandibular.
(b) Pemeriksaan dari posisi bucco-lingual dari gigi pada mandibula yang tidak
erupsi.
(c) Evaluasi perluasan bucco-lingual dari badan mandibula oleh kista, tumor dan
lesi tulang lainnya.
(d) Pemeriksaan fraktur pada anterior badan mandibula pada horizontal
plane.
b) Lower 450 occlusal (standard occlusal)
Radiografi lower 450 occlusal menunjukkan bagian anterior bawah gigi dan bagian
anterior dari mandibular (Whaites 2013).
(1) Indikasi klinis utama radiografi lower 450 occlusal, yaitu (Whaites 2013) :
(a) Pemeriksaan jaringan periapikal gigi incisor bawah,terutama pada anak-anak
dan orang dewasa yang tidak bisa mentoleransi holder image reseptor
periapikal.
(b) Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista dan tumor yang berdampak
pada bagian anterior dari mandibula.
(c) Pemeriksaan fraktur dari anterior mandibula pada vertical plane.
c) Lower oblique occlusal (oblique occlusal)
Radiografi lower oblique occlusal menunjukkan gambaran dari glandula salivarius
submandibular (Whaites 2013).
(1) Indikasi klinis utama radiografi lower oblique occlusal, yaitu (Whaites 2013) :
(a) Deteksi adanya radiopaque kalkulus dalam glandula salivarius
submandibular.
(b) Pemeriksaan dari posisi bucco-lingual dari gigi rahang bawah yang tidak
erupsi.
(c) Evaluasi perbesaran dan perluasan bucco-lingual dari kista, tumor dan lesi
tulang lainnya pada bagian posterior dari badan dan sudut dari mandibula.

c. Jenis
Menurut (Whaites, 2013) Radiografi Oklusal dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
cara pengambilannya yaitu sebagai berikut.
A. Proyeksi Oklusal Maksila
1. Upper Standar Occlusal Projection / Standar Maxillary Occlusal Projection / Cross-
Sectional Maxillary Occlusal Projection
Memperlihatkan gambaran radiografik tulang palatum, prosesus zygomaticus, bagian
anterioinferior dari antrum, canalis nasolakrimalis, gigi geligi 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7
(dalam penampang oklusal), dan nasal septum.
2. Upper Oblique Occlusal Projection / Lateral Maxillary Occlusal Projection
Proyeksi ini menunjukkan bagian posterior dari maksila dan gigi posterior rahang atas
pada satu sisi. Memperlihatkan gambaran radiografi dari bagian rahang atas yang meliputi
gigi-gigi dari I2 sampai dengan M3 satu sisi, alveolar ridge rahang atas satu sisi, antrum
dalam aspek inferolateral dan procesus zygomaticus (superimposed dengan akar gigi
molar)
3. Vertex Occlusal (True Occlusal)
Memperlihatkan gambaran radiografik gigi geligi 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 (dalam
penampang oklusal) yang diambil dari atas. Menggunakan dosis radiasi yang lebih besar
karena melewati sejumlah jaringan. Menggunakan Intraoral cassete yang berisi
layar/pelindung khusus untuk mengurangi dosis radiasi

B. Proyeksi Oklusal Mandibula


1. Lower 900 Occlusal Projection / Standar Mandibular Occlusal Projection / Cross
Section Mandibular Occlusal Projection
Memperlihatkan gambaran radiografi 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 (penampang oklusal),
jaringan lunak dasar mulut (terlihat radiolusen).
2. Lower 450 Occlusal Projection / Anterior Mandibular Occlusal Projection
Proyeksi ini diambil untuk memperlihatkan gambaran gigi rahang bawah bagian anterior
dan bagian anterior mandibular. Radiografi yang dapat dilihat yaitu 3 2 1 | 1 2 3
(penampang oklusal), inferior cortical border mandibula.
3. Lower Oblique Occlusal Projection / Lateral Mandibular Occlusal Projection
Gambaran radiografi dari proyeksi ini meliputi : jaringan lunak dasar mulut satu sisi
(radiolusen), lengkung geligi dari I2 sampai dengan M3 satu sisi, dan bukal serta lingual
cortikal plate satu sisi. Proyeksi ini didesain untuk melihat glandula salivarius
submandibular pada sisi yang diinginkan. Karena bentuknya oblique maka semua jaringan
anatomi menjadi distorsi.

d. Teknik Pengambilan
Menurut Whaites (2013), jenis dari radiografi oklusal dibagi berdasarkan Teknik
pengambilannya yaitu dengan proyeksi oklusal maksila dan mandibula yang terdiri dari
beragam sudut yang berbeda seperti berikut.
A. Proyeksi Oklusal Maksila
1. Upper Standar Occlusal Projection / Standar Maxillary Occlusal Projection / Cross-
Sectional Maxillary Occlusal Projection
a. Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi (occlusal plane) parallel (sejajar
lantai) dan meminta pasien untuk melindungi daerah tiroid.
b. Film dimasukkan ke dalam mulut dan diletakkan pada bidang oklusal gigi rahang
bawah. Pasien diminta untuk menggigit secara lembut dan bersama-sama.
c. X-ray tubehead diposisikan diatas midline pasien,mengarah kebawah melalui
daerah hidung dengan sudut 65–70° terhadap image receptor (filmnya)

Gambar 2. Pemosisian Standart Maxilla Occlusal Pada Pasien


Sumber: Whaites (2013)
2. Upper Oblique Occlusal Projection / Lateral Maxillary Occlusal Projection
a. Posisi kepala pasien tegak dengan bidang oklusal gigi parallel (sejajar) lantai.
b. Film dimasukkan ke dalam mulut dan diletakkan pada bidang oklusal gigi rahang
bawah pada sisi yang dikehendaki / diperiksa dengan bagian distal film menyentuh
ramus mandibula, kemudian film difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara
perlahan.
c. X-ray tubehead diposisikan pada sisi samping wajah pasien mengarah ke bawah
melalui pipi dengan sudut 65-70o terhadap film dan menempatkan di bagian tengah
(center) pada regio yang akan yang akan di ambil.
d. Jika X-ray tubehead diposisikan terlalu jauh ke posterior akan mengakibatkan
bayangan dari zygoma dan menyulitkan interpretasi.
Gambar 2. Pemosisian Oblique Maxilla Occlusal Pada Pasien
Sumber: Whaites (2013)
3. Vertex Occlusal (True Occlusal)
a. Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai. Kaset diletakkan
pada bidang oklusal gigi dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula,
kemudian kaset difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara perlahan.
b. Posisikan X-ray tubehead di atas kepala pasien. Arah sinar pada pertengahan
kepala mengarah ke bawah melalui vertex of the skull pada pertengahan film (kira-
kira turun sejalan sumbu ertica gigi insisif rahang atas) dengan angulasi ertical +
75O dan angulasi horizontal 0O

Gambar 2. Pemosisian Vertex Maxilla Occlusal Pada Pasien


Sumber: Whaites (2013)
B. Proyeksi Oklusal Mandibula
1. Lower 900 Occlusal Projection / Standar Mandibular Occlusal Projection / Cross
Section Mandibular Occlusal Projection
a. Posisi kepala penderita menghadap ke atas. Film diletakkan pada tengah mulut
dan diletakkan pada bidang oklusal gigi rahang bawah hingga menyentuh ramus
mandibula, kemudian film difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara perlahan.
b. Penempatan film diberi jarak 1 cm dari gigi insisif sentral rahang bawah.
c. Sinar x diarahkan pada pertengahan dasar mulut menuju pertengahan dan
angulasi vertikal + 90O

Gambar 2. Pemosisian Standart Mandibular Occlusal Pada Pasien


2. Lower 450 Occlusal Projection / Anterior Mandibular Occlusal Projection
a. Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai.
b. Film diletakkan pada bidang oklusal gigi dan diletakkan pada bagian tengah mulut
di permukaan oklusal gigi rahang bawah dengan bagian distal film menyentuh
ramus mandibula, kemudian film difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara
perlahan.
c. X-ray tubehead diposisikan di tengah midline dan arah sinar pada pertengahan
O
dagu mengarah pada pertengahan film dengan angulasi vertikal + 45 dan
angulasi horizontal 0O
Gambar 2. Pemosisian Anterior Occlusal Mandibular Pada Pasien
Sumber: Whaites (2013)
3. Lower Oblique Occlusal Projection / Lateral Mandibular Occlusal Projection
a. Film diletakkan pada bidang oklusal gigi pada sisi yang dikehendaki / diperiksa
dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula, kemudian film difiksasi
dengan menutup mulut (digigit) secara perlahan.
b. Kepala pasien diletakkan pada sandaran kepala, kemudian diputar menjauhi pada
sisi yang akan diperiksa dan dagu diangkat
c. Sinar (x-ray tubehead) diarahkan naik dan mengarah pada pertengahan film, dari
bawah dan belakang angle mandibula

Gambar 2. Pemosisian Lateral Mandibular Occlusal Pada Pasien


Sumber: Whaites (2013)
a. Posisi kepala menghadap ke atas (sama seperti Standar Mandibular Occlusal
Projection)
b. Film diletakkan pada bidang oklusal hingga menyentuh mandibula pada posisi yang
dikehendaki
c. Sinar x diarahkan pada pertengahan dagu menuju pertengahan film dengan jarak
kira-kira 3 cm dari dagu dan 3 cm ke arah lateral serta angulasi vertikal 90 0
Gambar 2. Pemosisian Lateral Mandibular Occlusal Pada Pasien
Sumber: Whaites (2013)

e. Anatomical Landmark
A. Proyeksi Oklusal Maksila
1. Upper Standar Occlusal Projection / Standar Maxillary Occlusal Projection / Cross-
Sectional Maxillary Occlusal Projection

Gambar 2. Upper Standar Occlusal Projection


Sumber: Whaites (2013)
2. Upper Oblique Occlusal Projection / Lateral Maxillary Occlusal Projection

Gambar 2. Upper Oblique Occlusal Projection


Sumber: Whaites (2013)
3. Vertex Occlusal (True Occlusal)

Gambar 2. Vertex Occlusal


Sumber: Whaites (2013)
B. Proyeksi Oklusal Mandibula
1. Lower 900 Occlusal Projection / Standar Mandibular Occlusal Projection / Cross
Section Mandibular Occlusal Projection

Gambar 2. Lower 900 Occlusal Projection


Sumber: Whaites (2013)
2. Lower 450 Occlusal Projection / Anterior Mandibular Occlusal Projection
Gambar 2. Lower 450 Occlusal Projection
Sumber: Whaites (2013)

3. Lower Oblique Occlusal Projection / Lateral Mandibular Occlusal Projection


Gambar 2. Lower Oblique Occlusal Projection
Sumber: Whaites (2013)

f. Keuntungan dan Kerugian

1. Maxillary Occlusal Radiography


a. Standar Maxillary Occlusal Radiography dan Anterior Occlusal mandibula radiography
Keuntungan
Upper Standard Occlusal Maxillary Radiograph dapat digunakan untuk melihat adanya
mesiodentes (Margono, 2012). Kelebihannya yaitu (angulasi vertikal +65o) untuk melihat
mesiodentes yaitu sangat direkomendasikan untuk penggunaan pada anak-anak (Margono,
2012). Hasil yang diperoleh cukup jelas. Mesiodentes dapat terlihat secara horizontal dengan
mahkota gigi dan akar gigi juga dapat dengan jelas terlihat pada hasil radiografi (Margono,
2012).
Kekurangan
Teknik upper standard occlusal maxillary radiograph terdapat kelemahan yaitu
menggambarkan mesiodens saja, terlihat gambaran superimposed mesiodens, tidak dapat
mengukur jarak mesiodens terhadap gigi insisivus centralis, tidak dapat mengetahui letak
mesiodens di bagian palatal atau lingual, tidak dapat mengukur jarak mesiodens ke yang lain,
tidak dapat menginterpretasi posisi dari mesiodentes yang berhubungan dengan sumbu
panjang gigi insisivus sentral dengan jelas, tidak dapat memberikan informasi yang jelas
tentang hubungan antara gigi yang tidak erupsi dengan lengkung gigi (Margono, 2012).

b. Oblique Posterior Occlusal Radiography dan Lateral Occlusal Mandibula Radiography


Keuntungan
1. Bisa melihat hingga molar di satu sisi
Kekurangan
1. X-ray beam mungkin mengarah mengenai organ reproduksi
2. Waktu paparan yang lebih lama (sekitar 1 detik)
3. Radiasi langsung ke pituitary gland dan lensa mata
4. Jika X-ray beam diposisikan terlalu ke anterior akan superimpose dengan os frontal
sehingga akan mengaburkan bagian anterior dari maxilla.
5. Hasil foto kurang detail dan contrast karena adanya layar/pelindung khusus pada intraoral
cassete
c. Vertex Occlusal Radiography
Keuntungan
Keuntungan terbesar dengan radiografi ini adalah pada gambaran gigi insisivus sentralis
tidak terjadi superimpose pada mesiodentes. Hal ini membuat interpretasi posisi dari
mesiodentes yang berhubungan dengan sumbu panjang gigi insisivus sentral sederhana dan
jelas. Pandangan vertex occlusal radiograph terlihat jelas untuk lokalisasi horizontal dan
anteroposterior, oleh karena itu radiografi ini lebih disukai untuk membantu dalam menentukan
pendekatan bedah yang optimal dan dipilih sebagai standar terbaik untuk posisi gigi kaninus
karena dianggap untuk memberikan informasi yang jelas tentang hubungan antara gigi yang
tidak erupsi dengan lengkung gigi (Margono, 2012).
Kekurangan
Kontraindikasinya yaitu sejajar gigi seri tengah, sehingga sulit untuk memproyeksikan
sinar sejajar dengan sumbu panjang gigi ini, namun angulasi dapat bervariasi untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Dosis radiasi maksimum adalah 1,301 cGy. Total energi
yang diberikan dalah 0,7 mJ (dengan intensifying screen) dibandingkan dengan 0,4 mJ untuk
oklusal rahang atas tampak depan. Kelemahannya yaitu sinar melewati otak dan jaringan mata
(Margono, 2012).

2. Radiografi Periapikal

a) Definisi
Radiografi periapikal adalah komponen penunjang diagnostik yang menghasilkan gambar
radiografi dari beberapa gigi dan jaringan apeks sekitarnya. Radiografi periapikal
menggunakan film yang berukuran 3x4 cm.1 Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan
dapat memberikan gambaran secara rinci tentang gigi dan jaringan sekitarnya (Mulianingsih,
2015) .

b) Indikasi
Indikasi utama dalam menggunakan radiografi periapikal, yaitu:
1. Deteksi infeksi apikal atau peradangan.
2. Penilaian status periodontal.
3. Apabila terjadi trauma pada gigi dan tulang alveolar.
4. Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi.
5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi.
6. Selama perawatan endodontik.
7. Penilaian pra-operasi dan pasca operasi apikal.
8. Mengevaluasi kista apikal dan lesi di dalam tulang alveolar.
9. Mengevaluasi pasca operasi implant (Mulianingsih, 2015).

c) Jenis
Pada radiografi periapikal, terdapat dua teknik proyeksi yang biasa dapat digunakan, yaitu
teknik paralleling dan teknik bisecting (Whaites, 2013).
1. Radiografi Periapikal

a) Prinsip Pengambilan
1. Teknik Periapikal Paralel

Gambar 2. 1 Periapikal Pararel


Sumber: Whaites (2013)

Prinsip pemotretan teknik paralel, yaitu:


a. Film diletakkan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisi paralel
terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa.
b. Tube head (cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.
c. Dengan menggunakan film holder yang memiliki pemegang film dan penentu arah tube
head, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang
berbeda (reproducible) (Whaites, 2013).
Prinsip pengambilan radiografi periapikal paralel, yaitu:
a. Untuk pemeriksaan gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan bawah gunakan film
holder khusus untuk regio anterior, dengan film ditempatkan secara vertikal. Sedangkan
untuk gigi premolar dan molar gunakan film holder khusus untuk regio posterior, film
ditempatkan secara horizontal. Harus diperhatikan sisi film yang berwarna putih dan tonjol
identifikasi menghadap ke arah datangnya sinar-x.
b. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar dengan lantai
(Whaites, 2013).

Gambar 2.2 Penempatan dan Hasil Teknik Pararel


Sumber: Whaites (2013)
2. Teknik Periapikal Bisecting

Gambar 2.3 Periapikal Bisecting


Sumber: Whaites (2013)

Prinsip teknik pengambilan foto bisecting, yaitu:


a. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua
sama besar yang disebut garis bagi.
b. Tabung sinar-x diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar-x
diarahkan ke daerah apikal gigi.
c. Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat
terproyeksi sama besarnya pada film.
- Penentuan sudut vertikal tabung sinar-x adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis
lurus titik sinar-x terhadap bidang oklusal.
- Penentuan sudut horizontal tabung sinar-x ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan
posisi gigi. Dalam bidang horizontal, titik pusat sinar-x diarahkan melalui titik kontak
interproksimal untuk menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya.
d. Film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang diperiksa tanpa menyebabkan film
tertekuk.

Gambar 2.4 Hasil Teknik Bisecting


Sumber: Whaites (2013)
Prinsip penentuan posisi dalam pengambilan foto bisecting, yaitu:
a. Film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di pertengahan film untuk
gigi rahang atas dan rahang bawah.

b. Film harus dilebihkan kurang lebih 2 mm diatas permukaan oklusal/insisal untuk


memastikan seluruh gigi tercakup didalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang menghadap
tabung sinar-x adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap ke arah
mahkota gigi.
c. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau
telunjuk (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan film menjadi
distorsi pada gambar yang dihasilkan).

d. Tabung sinar-x diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat.

e. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan.

d) Anatomical Landmark
A. Maksilla

1. Regio Incisivus
A. Gambaran Radiolusen
1. Fossa Nasalis

Gambar 2. Fossa Nasalis

Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

Berbentuk W, sering di salah artikan dalam interpretasi sebagi lesi sehingga harus dipastikan
dengan menggunakan Teknik SLOB (Iannucci dan Howerton, 2012).

2. Foramen Incisivum
Gambar 2. Foramen Incisivum

Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

Tempat masuknya nervus dan arteri nasopalatina (Iannucci dan Howerton, 2012).

3. Sutura Linea Mediana

Gambar 2. Sutura Linea Mediana

Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

4. Fossa Incisiva
Gambar 2. Fossa Incisiva
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
Terdapat diantara incisivus lateral dengan caninus (Iannucci dan Howerton, 2012).

5. Canalis Nasopalatina

Gambar 2. Canalis Nasopalatina


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
B. Gambaran Radioopak
1. Septum Nasi Mediana

Gambar 2. Septum Nasi Mediana


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

2. Anterior Spina Nasalis


Gambar 2. Anterior Spina Nasalis
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
3. Nasal Turbinates

Gambar 2. Nasal Turbinates / Concha Nasalis


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
4. Nasal Cartilago

Gambar 2. Cartilago Nasalis


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
2. Regio Caninus
A. Gambaran Radiolusen
1. Fossa Nasalis, Sinus Maksila dan Fossa Incisivum

Gambar 2. Fossa Nasalis, Sinus Maksila dan Fossa Incisivum


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
B. Gambaran Radioopak
1. Inverted Y Shape Of SInus

Gambar 2. Inverted Y Shape Of Sinus


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

Garis Radioopak yang memisahkan antara Nasal Cavity dan sinus maksila yang radiolusen
(Iannucci dan Howerton, 2012).
3. Regio Premolar
A. Gambaran Radiolusen
1. Sinus Maxilla
Gambar 2. Sinus Maxilla
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

B. Gambaran Radioopak
1. Molar Bone
Gambar 2. Molar Bone
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
Molar Bone adalah tempat dimana Proc. Zygomaticus melekat ke maksilla, tergambar
radioopak yang superimpozed dengan akar maksila (Iannucci dan Howerton, 2012).

4. Regio Molar
A. Gambaran Radiolusen
1. Hamular Notch

Gambar 2. Hamular Notch


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
B. Gambaran Radioopak
1. Tuberositas Maksila

Gambar 2. Tuberositas Maksila


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
2. Hamular Processus
Gambar 2. Hamular Processus

Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

B. Mandibulla
1. Normal Mandibular Anatomical Landmarks
A. Gambaran Radioopak
1. Genital Tubercles

Gambar 2. Genital Tubercles


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
Berbentuk spina (jarum) yang terlihat dari aspek lingual, tempat melekatnya M. Geniohyoid
dan M. Genioglossus (Iannucci dan Howerton, 2012).
2. Mental Ridge

Gambar 2. Mental Ridge


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

3. Foramen Lingualis

Gambar 2. Foramen Lingualis


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
4. Nutrient Canals
Gambar 2. Nutrient Canals
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

2. Regio Premolar
1. Foramen Mental
Gambar 2. Foramen Mental
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
Foramen Mental dibedakan dengan lesi periapikal dengan melihat adanya membrana
periodontal dimana jika di bawah akar terdapat foramen mental maka akan terlihat gambaran
radiolusen membrana periodontal yang masih bagus (Iannucci dan Howerton, 2012).

3. Regio Molar
1. Canalis Mandibularis

Gambar 2. Canalis Mandibularis

Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)


Tempat Nervus dan Arteri Alveolaris Inferior dari foramen mandibula ke foramen mentalis
(Iannucci dan Howerton, 2012).

2. Fossa Submandibular

Gambar 2. Fossa Submandibular


Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
3. Inferior Mandibula
Gambar 2. Inferior Mandibula
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

4. Intra-oral dan Ekstra-oral

Gambar 2. Eksternal Oblique Ridge


Gambar 2. Internal Oblique Ridge
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)
Sumber: Iannucci dan Howerton (2012)

e) Keuntungan dan kekurangan


a) Keuntungan
Keuntungan dari teknik periapikal paralel, yaitu:
a. Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dengan sedikit sekali kemungkinan terjadinya
pembesaran gambar. Tulang zygomaticus berada di atas apeks gigi molar atas.
b. Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat jelas.
c. Jaringan periapikal tampak dengan jelas.
d. Mahkota gigi tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi dengan baik.
e. Sudut vertikal dan horizontal, dari tabung sinar-x secara otomatis dapat ditentukan posisinya
dengan tepat.
f. Arah sinar-x sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat menghindari cone
cutting.
g. Dapat membuat beberapa foto radiografi dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu
yang berbeda.
Kelebihan teknik periapikal bisecting, yaitu:
a. Relatif nyaman untuk pasien, karena tidak ada alat tambahan lain kecuali film.

b. Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat.

c. Bila penentuan sudut horizontal dan vertikalnya benar, gambaran radiografi yang dihasilkan
akan sama besar dengan yang sebenarnya.

b) Kekurangan
Kekurangan dari teknik periapikal paralel, yaitu:
a. Penggunaan film holder dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, terutama
regio posterior, karena dapat menyebabkan rasa ingin muntah.
b. Film holder sulit penggunaannya bagi operator yang tidak berpengalaman.
c. Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini, misalnya: palatum yang
datar dan dangkal.
d. Apeks gigi kadang tampak sangat dekat dengan tepi film.
e. Sulit menggunakan film holder untuk regio M3 rahang bawah.
f. Bila menggunakan short cone, tidak dapat menghasilkan gambaran radiografi yang baik.
g. Film holder harus selalu disterilisasi dengan autoclave.
Kekurangan teknik periapikal bisecting, yaitu:
a. Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografi yang dihasilkan sangat besar.

b. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan gambar.

c. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik.

d. Bayangan tulang zygomaticus sering tampak menutupi regio akar gigi molar.
e. Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda-beda pada setiap pasien, dengan demikian
untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang terampil dan
berpengalaman.

f. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama.

g. Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar-x tidak tepat di pertengahan film.

h. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambar radiografi mahkota gigi yang mengalami
distorsi.

i. Gambar radiografi pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas sering mengalami
pemendekan.
2.
Daftar Pustaka

Mulianingsih, E., 2015, Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa Molar Satu Rahang Bawah Pada Pasien
Diabetes Melitus Dan Non-Diabetes Melitus Ditinjau Dari Radiografi Periapikal, Skripsi
USU, Medan: 5-8 Hlm

Whaites, E., Drage, N., 2013, Essential of dental radiography and radiology 5 th ed , Elsevier,
Philadelphia: 19 Hlm

Iannucci, J., M., Howerton, L., J., 2012, Dental radiography: Principles and techniques, Elsevier
Saunders, Philadelphia: 54 Hlm

Bafagih, I., A., 2017, Persentase Jenis Kegagalan Radiografi Periapikal Di Rsgm Umy Yang
Diterima Mahasiswa Profesi Angkatan 2015, Sripsi FKG UMY, Yogyakarta: 18-20 Hlm

Margono, G., 2012, Radiografi Intraoral, EGC, Jakarta: 65-85 Hlm.

Anda mungkin juga menyukai