Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

“Penatalaksanaan Perikoronitis
dengan Elektro Surgery pada Gigi Permanen yang Baru
Erupsi–Laporan Kasus”

Oleh:

drg. Farhan Fadhillah

Dokter Gigi Pendamping :

drg. Dian Ekawati

NIP: 197912132006042017

Program Internship Dokter Gigi Indonesia

Rumah Sakit Siti Aisyah

Kota Lubuklinggau

Periode Mei 2023 – Agustus 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Case Report

“Perikoronitis” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Internship.Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua

proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Dian Ekawati selaku

pendamping, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu. Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Lubuk Linggau, Juli 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikoronitis adalah peradangan pada jaringan gingiva yang mengelilingi

bagian koronal gigi. Perikoronitis biasanya mempengaruhi gigi molar ketiga

bawah (geraham bungsu) di mana jaringan gingiva tumpang tindih dengan

permukaan pengunyahan gigi. Perikoronitis juga bisa akut atau kronis.

Perikoronitis kronis adalah peradangan ringan yang persisten di daerah tersebut,

sementara perikoronitis akut dapat menyebabkan demam, bengkak, dan nyeri.

Tiga metode perawatan didasarkan pada keparahan: manajemen nyeri dan infeksi,

operasi kecil untuk menghilangkan tumpang tindih jaringan gusi (operkulektomi),

dan pengangkatan gigi. Operkulektomi, yang terdiri dari pengangkatan

operkulum, diindikasikan saat gigi masih berguna. Ini memungkinkan akses yang

lebih baik membersihkan area dan mencegah akumulasi bakteri dan sisa-sisa

makanan.

Bedah periodontal konvensional memiliki tujuan menghilangkan cacat

periodontal melalui reseksi atau regenerasi. Teknis tertentu tujuannya sangat

penting untuk mencapai hasil yang optimal bedah periodontal, seperti control

perdarahan, visibilitas, tidak adanya efek berbahaya ke tindakan bedah dan

jaringan yang berdekatan, kenyamanan pasca operasi, dan penyembuhan cepat.

Sebagian besar tujuan ini dapat dicapai dengan menggunakan pisau bedah, tetapi

penggunaannya memiliki beberapa kelemahan seperti perdarahan dan jarak

pandang yang buruk. Satu teknik alternatif adalah bedah listrik. Teknologi ini

adalah dengan menerapkan listrik yang dikendalikan arus ke jaringan lunak.


Bedah listrik telah digunakan dalam kedokteran gigi selama lebih dari 50 tahun

dan terus berkembang dengan penelitian aktif ke dalam berbagai aplikasi baru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perikoronitis adalah peradangan pada jaringan gingiva yang mengelilingi gigi

molar, seperti gigi bungsu yang mengalami impaksi atau gigi praerupsi. Perikoronitis

dapat berkembang ketika gigi yang erupsi sebagian menerobos jaringan gingiva,

memungkinkan bakteri untuk masuk melalui operkulum. Makanan atau plak mungkin

terperangkap di bawah lipatan gingiva sekitar gigi, mengiritasi gingiva dan

menyebabkan perikoronitis. Tanda dan gejalanya meliputi nyeri, bengkak. jaringan

gingiva, rasa tidak enak, pembengkakan leher kelenjar getah bening, dan sulit

membuka mulut. Jika perikoronitis parah, bengkak dan infeksi dapat melampaui

rahang, menyebar ke pipi dan leher. X-ray kadang-kadang diperlukan untuk

menentukan susunan gigi.

Gambar 1. Perikoronitis: Impaksi makanan dan bakteri di bawah operkulum gigi menghasilkan
pembengkakan dan infeksi
2.2 Etiologi

Penyebab utama dari infeksi ini adalah flora normal rongga mulut yang

terdapat dalam sulkus gingiva. Flora normal tersebut yaitu polibakteri yang terdiri

atas bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Sixou et al, 2003). Bakteri gram

positif seperti Gamella, Lactococcus, Streptococcus, Staphylococcus, Actinomyces,

Bacillus, Corynenebacterium, Lactobacillus, Propionibacterium, Peptostreptococcus,

Prevotella, Bacteroides, Fusobacterium, Leptotrichia, dan Porphyromonas.

Sedangkan bakteri gram negatif antara lain Capnocytophaga dan Pseudomonas.

Mikroflora pada perikoronitis yang ditemukan mirip dengan mikroflora pada poket

periodontal. Bakteri-bakteri tersebut yang memicu inflamasi pada daerah perikorona.

Perikoronitis juga dipicu oleh trauma akibat gigi antagonisnya yang terus menerus

berkontak (Leung, 2004).

2.3 Patofisiologis

Perikoronitis berawal dari gigi yang erupsi sebagian, mahkota gigi diliputi

oleh jaringan lunak yang disebut dengan operkulum. Antara operkulum dengan

mahkota gigi yang erupsi sebagian terdapat spasia yang membentuk pseudopoket.

Debris makanan dapat berkumpul pada poket antara operkulum dan gigi impaksi,

sehingga tidak dapat dibersihkan dari sisa makanan dengan sempurna akhirnya

menyebabkan infeksi oleh berbagai macam flora normal rongga mulut, terutama

mikroflora subgingiva yang membentuk koloni di celah tersebut. Keadaan ini juga

dapat diperparah karena salah satunya kebersihan rongga mulut yang kurang,

sehingga terdapat akumulasi plak, dapat mendukung berkembangnya koloni bakteri


dan juga infeksi ini dapat bersifat lokal atau dapat meluas ke jaringan yang lebih

dalam dan melibatkan spasia jaringan lunak yang lainnya (Bataineh et al, 2003).

2.4 Manifestasi klinis

Biasanya terjadi secara unilateral. Perikoronitis terbagi dalam bentuk

manifestasi :

a) a.Perikoronitis Akut:

 Rasa sakit menusuk yang hilang timbul.

 Trismus dan disfagia.

 Operkulum gingiva di daerah infeksi bengkak, hiperemis, dan disertai

supurasi.

 Limfadenopati submandibular.

 Rasa sakit yang pada mulanya lebih terlokalisasi dan selanjutnya

menyebar ke bagian telinga, tenggorokan, serta dasar mulut.

 Sakit pada palpasi.

 Rasa tidak enak (foul taste).

b) Perikoronitis subakut:

 Peradangan dan supurasi di operkulum berkurang.

 Rasa sakit tumpul yang terus menerus.

 Gambaran sistemik seperti peningkatan suhu, nadi, frekuensi

pernapasan, dan sakit pada nodul submandibular


c) Perikoronitis kronis:

 Rasa sakit tumpul yang kambuh secara periodic

 Pemeriksaan radiologis menunjukkan gambaran kawah yang

radiolusen.

 Pembentukkan kista paradental


LAPORAN KASUS 1

1. Nama : Rendi

2. Tempat/Tgl Lahir : Padang, 03-07-2017

3. No RM : 0000283763068

4. Usia : 6 th

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Pekerjaan : Siswa

7. Status : Belum Menikah

8. Alamat : Komp. Sinar limau manis permai Blok E No 26

9. No HP : xxxxxx
Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan
Juli 2023 Perikoroniti klinis drg.Farhan Fadhillah
3. Tindakan
s 36 4. Komunikasi,
Informasi,dan
Edukasi

Lubuk Linggau,

Juli 2023

Pembimbing

(drg. Dian Ekawati)

RUMAH SAKIT SITI AISYAH

LUBUK LINGGAU

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Case Report “Perikoronitis” guna melengkapi program


Internship Dokter Gigi.

Lubuk Linggau, Juli

2023

Disetujui Oleh

Pendamping

(drg. Dian Ekawati)

BAB 2

LAPORAN KASUS

Anak laki-laki berusia enam tahun datang dengan rasa sakit yang tumpul

gusi kiri bawahnya. terasa sakit mulai satu bulan lalu, terjadi hanya saat makan.

Dia diberikan analgetik. Pasien juga menderita flu dan diberi antibiotik oleh

dokternya. Setelah pemeriksaan klinis, bahwa ada pembesaran gingiva pada 36,

meliputi puncak distal. Gingiva tampak hiperemik, bengkak, dan berdarah saat
probing. Gigi dalam fase praerupsi dan tidak memiliki rongga apapun. Kebersihan

mulut pasien cukup baik pada regio gingiva 36, disebabkan oleh plak, diperburuk

oleh trauma sekunder selama pengunyahan serta retensi makanan di gingiva yang

meradang.

Gambar 4. Perikoronitis pada 36: Hiperemia dan pembesaran gingiva 36, menutupi cusp
distalnya

A. Pemeriksaan Subjektif/ Anamnesis

Data rutin
a. Nama : Rendi

b. Tempat/Tgl Lahir : Padang, 03-07-2017

c. No RM : 0000283763068

d. Usia : 6 th

e. Jenis Kelamin : Laki-laki

f. Pekerjaan : Siswa

g. Status : Belum Menikah

h. Alamat : Komp. Sinar limau manis permai Blok E No 26


i. No HP : xxxxxx

Keluhan Utama

Rasa sakit pada gusi di sekitaran gigi 36 serta ada pembesaran gingiva pada
36, meliputi puncak distal. Gingiva tampak hiperemik, bengkak, dan berdarah
saat probing

Keluhan Tambahan

Pasien merasa tidak nyaman serta seringnya makanan terselip disela-sela gusi

Riwayat penyakit sistemik

Tidak Ada

Riwayat Dental

Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada

Riwayat Penyakit sosial

Tidak ada

B. Pemeriksaan Fisik Umum dan Stomatognatik

1. Pemeriksaan objektif
a. Kesadaran umum
Kesadaran : Kompos Mentis

b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 117/ 85 mmHg
Nadi : 85x / menit
Suhu : 36.40C
Respirasi : 21x / menit

2. Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan KGB : - (Negatif)

Bibir : tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan Intra oral

a. Mukosa Labial : Normal


b. Frenulum : Normal
c. Lidah : Normal
d. Mukosa Bukal : Normal
e. Dasar Mulut : Normal
f. Palatum : Normal
g. Gingiva : sakit (sekitar gigi 36)
h. Saliva : Normal
i. Kebersihan Mulut : Baik
j. Gigi : gigi 36 praerupsi

PRE
C. Diagnosis Sementara
Perikoronitis
D. Diagnosis Banding
Operkulitis
E. Prognosis
Baik
F. Rencana Perawatan

Operkulektomi

G. KIE

1. Instruksikan pasien untuk menjaga kesehatan rongga mulut dengan

menyikat gigi yang benar mengunakan sikat gigi berbulu halus dan

lembut minimal sehari 2 kali.

2. Memberikan edukasi kepada pasien untuk meminum obat sampai

habis, tidak merokok dan tidak minum air panas selama proses

penyembuhan luka

3. mengunyah menggunakan sisi yang tidak dilakukan pembedahan

4. istirahat yang cukup, menjaga kebersihan

5. menginstruksikan pasien untuk kontrol 3 hari dan 1 minggu

setelah operkulektomi. Namun, apabila menutup luka

menggunakan coe pack instruksikan pasien untuk datang sehari

setelah operkulektomi/pembedahan
6. Instruksikan pasien untuk menjaga pola makan, konsumsi sayur-

sayuran dan buah-buahan serta minum air putih minimal 2 liter sehari

BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Perikoronitis


Perikoronitis adalah peradangan pada jaringan gingiva yang

mengelilingi gigi molar, seperti gigi bungsu yang mengalami impaksi atau gigi

praerupsi. Perikoronitis dapat berkembang ketika gigi yang erupsi sebagian

menerobos jaringan gingiva, memungkinkan bakteri untuk masuk melalui

operkulum. Makanan atau plak mungkin terperangkap di bawah lipatan gingiva

sekitar gigi, mengiritasi gingiva dan menyebabkan perikoronitis. Tanda dan

gejalanya meliputi nyeri, bengkak. jaringan gingiva, rasa tidak enak,

pembengkakan leher kelenjar getah bening, dan sulit membuka mulut. Jika

perikoronitis parah, bengkak dan infeksi dapat melampaui rahang, menyebar ke

pipi dan leher. X-ray kadang-kadang diperlukan untuk menentukan susunan

gigi.

Pengobatan perikoronitis ditujukan untuk pengelolaan fase akut, diikuti

dengan resolusi kondisi kronis. Jika perikoronitis terbatas pada gigi dan rasa

sakit dan bengkak belum menyebar, itu infeksi dapat diobati dengan berkumur

dengan air garam hangat. Dokter gigi juga harus memastikan bahwa flap

gingiva telah dibersihkan dan tidak ada makanan yang terperangkap di

bawahnya Jika pasien sakit parah, terinfeksi, maka daerah harus dibius untuk

kenyamanan. Drainase (dalam kasus abses) diperoleh dengan lembut

mengangkat operkulum jaringan lunak dengan probe atau kuret periodontal.

Yang mendasari puing-puing kemudian dihilangkan, diikuti dengan irigasi

dengan saline steril. Jika ada daerah pembengkakan, limfadenopati, atau tanda-

tanda sistemik, antibiotik sistemik dapat diresepkan. Pasien diinstruksi bilas


dengan air garam hangat setiap 2 jam dan area dinilai kembali setelah 24 jam.

Jika ketidaknyamanan adalah salah satu keluhan awal, analgesik yang sesuai,

seperti parasetamol atau ibuprofen harus diresepkan. Setelah fase akut telah

dikendalikan, Sebagian gigi yang erupsi dapat diobati dengan salah satunya

eksisi bedah dari jaringan di atasnya atau pencabutan gigi yang bermasalah

Gambar 1. Perikoronitis: Impaksi makanan dan bakteri di bawah operkulum gigi


menghasilkan pembengkakan dan infeksi

OPERKULEKTOMI

Operkulektomi adalah prosedur bedah minor yang menghilangkan

operkulum atau flap jaringan pada gigi yang erupsi sebagian, khususnya molar

ketiga, pada perikoronitis. Ini prosedur meninggalkan area yang mudah

dibersihkan, mencegah penumpukan plak dan selanjutnya peradangan.

Operkulektomi dapat dilakukan dengan pisau bedah, elektrokauter, laser atau,

historis, dengan agen kaustik (triklorasetat asam).


Operkulektomi diindikasikan bila ada ruang yang tersedia untuk erupsi

molar ketiga, penyelarasan gigi molar tiga impaksi yang tepat lengkungan dengan

sudut vertikal sejajar dengan molar kedua, oklusi yang tepat, jika gigi ketiga molar

akan digunakan sebagai abutment untuk difiksasi prostesis, dan jika pasien tidak

mau menjalani pencabutan gigi.

Gambar 2. Operkulektomi: A dan C. Sebelum operkulektomi; B dan D. Setelah


operkulektomi

BEDAH ELEKTRO

Bedah listrik digambarkan sebagai frekuensi tinggi arus listrik melewati

jaringan untuk menciptakan efek klinis yang diinginkan. Generator

memberikan arus yang mengalir dari satu elektroda kembali ke sumbernya.

Seperti saat ini disampaikan dengan melewati dan memanaskan jaringan


Gambar 3. Prinsip bedah listrik

Ketika arus osilasi diterapkan ke jaringan, pergerakan elektron

sitoplasma sel yang cepat akan meningkat suhu intraseluler. Di bawah 45°C,

termal kerusakan jaringan umumnya reversibel. Karena suhu jaringan melebihi

45°C, jaringan protein mengalami denaturasi, kehilangan integritas struktural.

Di atas 90°C, cairan masuk berkurang, mengakibatkan pengeringan dengan

suhu yang tinggi. Sekali tisu suhu mencapai 200°C, sisanya komponen padat

jaringan direduksi menjadi karbon.

Penggunaan bedah listrik monopolar di pasien dengan alat pacu jantung

atau implant perangkat kardioversi harus dikonsultasikan dengan dokter

spesialisnya untuk menghindari gangguan dengan implan dan potensi

konsentrasi arus di ujung dari kabel timah. Pada pasien dengan prostetik

sambungan konduktif, setiap upaya harus dilakukan dibuat untuk menempatkan

sambungan konduktif keluar dari jalur langsung sirkuit; yaitu jika pasien

memiliki prostesis pinggul kiri, bantalan elektroda Kembali harus diletakkan di

sebelah kanan pasien.


Bedah listrik diindikasikan untuk perpanjangan mahkota klinis,

gingivectomies dan gingivoplasti, frenektomi, operkulektomi, insisi dan

drainase abses, hemostasis, dan palung mahkota dan impresi jembatan. Bedah

listrik bisa juga dapat digunakan untuk pengurangan tuberositas, biopsy (insisi

dan eksisi), danpengurangan saku periodontal. Prosedur seharusnya tidak

digunakan untuk struktur yang berdekatan tulang. Pasien dengan alat pacu

jantung tidak bisa diobati dengan bedah listrik monopolar.

Krejci, et al, telah memberikan pedoman klinis untuk bedah listrik:

 Insisi jaringan intraoral dengan bedah listrik harus dilakukan dengan unit

frekuensi yang lebih tinggi disetel ke optimal output daya dan diatur untuk

menghasilkan bentuk gelombang tersaring yang sepenuhnya diperbaiki.

Terkecil mungkin elektroda harus digunakan untuk irisan.

 Sayatan harus dibuat pada tingkat7 mm/s, memungkinkan periode

pendinginan di antara sayatan. Periode ini harus ditingkatkan menjadi 15 detik

saat menggunakan loop elektroda untuk eksisi.

 Dokter harus mengantisipasi sedikit jumlah resesi gingiva Ketika sayatan

elektrosurgical digunakan untuk melalui atau eksisi celah gingiva.

 Kontak elektroda yang diaktifkan ke permukaan semental gigi harus dihindari

di daerah yang terhubung reattachment jaringan diinginkan.

 Kontak terputus-putus dari elektroda aktif Gambar 2. Operkulektomi: A dan

C. Sebelum operkulektomi; B dan D. Setelah operkulektomi mengirimkan

arus yang terkontrol dengan baik ke tulang alveolar hanya akan memulai
sedikit remodeling tulang yang tidak akan menghasilkan dalam perubahan

klinis. Namun demikian, salah kontrol saat ini atau kontak yang diperpanjang

dengan tulang alveolar dapat menghasilkan ireversibel perubahan yang dapat

mengakibatkan berkurangnya dukungan periodontal.

 Kontak elektroda aktif dengan restorasi logam harus dibatasi periode kurang

dari 0,4 detik. Lebih lama periode kontak dapat menyebabkan nekrosis pulpa

 Setiap kontak dengan restorasi logam harus dihindari.

 Penggunaan bedah listrik untuk menyediakan fulgurating sparks untuk

mengontrol perdarahan harus digunakan hanya setelah semua klinis lainnya

metode telah dicoba. Sebuah tertunda respon penyembuhan setelah

penggunaan fulgurasi harus diharapkan.

 Selama operasi, ahli bedah tidak boleh menyentuh pasien dengan tangannya

kosong untuk menghindari rangkaian terbuka.

 Ujung elektroda harus sering dibersihkan dengan spons. Elektroda harus

dalam keadaan steril

Diperlukan instruksi pasca operasi, seperti sebagai pasien harus

menghindari merokok, makan makanan keras atau pedas, jus jeruk, dan

alcohol. Sikat gigi mungkin hati-hati digunakan di daerah yang tidak terlibat

dengan prosedur operasi. Setelah bedah listrik, beberapa keluhan maka

diresepkan analgesik. Pasien dapat menggunakan kompres es pada area untuk

meminimalkan pembengkakan setelah ekstensif operasi. Dan pasien harus

diinstruksikan untuk hubungi jika ada masalah yang muncul.


Pendidikan kesehatan gigi dan cara terbaik untuk mengobati kondisi

yang diberikan kepada pasien dan orang tua pada kunjungan pertama; yang

benar menurut metode, waktu, frekuensi, dan durasi menyikat gigi juga

dijelaskan. pasien secara khusus diinstruksikan untuk menyikat area yang

meradang lebih baik, dengan fokus pada area yang ditutupi oleh gusi yang

meradang. Penskalaan dulu dilakukan untuk membersihkan plak dan

pigmentasi itu menutupi gigi. Gusi yang membesar akan menghilang pada

kunjungan berikutnya. Tidak ada obat diberikan, seperti yang sudah

dikonsumsi pasien antibiotik (amoksisilin) dan analgesic (ibuprofen) yang

diresepkan oleh dokternya.

Pada kunjungan kedua, pasien merasa lebih baik. Gusi tidak terlalu

sakit. Pada pemeriksaan klinis, gingiva pada 36 masih membesar, tetapi

kurang meradang. Tidak ada perdarahan saat probing. Rencana perawatan

untuk perikoronitis adalah operculectomy menggunakan bedah listrik.

Instrumen elektrokauter disiapkan dan gelang dipasang di lengan pasien,

menyambung dengan peralatan bedah listrik utama. Asepsis dilakukan pada

sekitar gingiva 36 dengan cara diusap dengan povidone iodine. Anestesi

topikal diterapkan pada gingiva, diikuti oleh infiltrasi dan intraligamentary

injeksi menggunakan lidokain HCl 2% dengan epinefrin 1:100.000.

Setelah daerah tersebut dibius, gingiva dari 36 potong, diikuti dengan

eksisi menggunakan instrumen bedah listrik dengan loop elektroda.

Selanjutnya dilakukan gingivoplasty kontur jaringan lunak menggunakan

elektroda lurus sedangkan hemostasis dicapai dengan menggunakan bola


elektroda. Kehati-hatian ekstra dilakukan untuk hindari kontak dengan tulang

karena tidak dapat diperbaiki kerusakan akan terjadi. Area yang dioperasikan

di irigasi menggunakan saline dan povidone iodine. gingiva dipijat untuk

meningkatkan sirkulasi dan diperiksa adanya perdarahan. Tidak ada jahitan

diperlukan. Ibuprofen dan gel yang mengandung oksigen diresepkan setelah

prosedur. Pasien diinstruksikan untuk menghindari mengunyah di sisi kiri,

minum dengan sedotan pada area yang dioperasikan, dan sikat dengan kuat

dan bilas selama dua hari pertama. Gel diterapkan dua kali sehari setelah

menyikat gigi.

Pada kunjungan ketiga seminggu kemudian, pasien tidak merasakan

sakit apapun. Area yang dioperasikan adalah nyeri selama dua hari pertama

berkurang dengan analgesik. Pada pemeriksaan klinis, gingiva dari 36 tidak

lagi bengkak tapi sedikit lebih merah dari biasanya. Tidak ada luka terbuka

dan tidak ada perdarahan saat probing. Gingiva 36 adalah bersisik dan

diirigasi dengan saline dan povidone yodium. Pasien diinstruksikan untuk

tetap menggunakan gel asam hialuronat lokal sampai warna gusi kembali

normal. Tindak lebih lanjut tidak diperlukan kecuali ada rasa sakit yang tiba-

tiba atau radang di daerah tersebut


Gambar 5. Satu minggu pasca operkulektomi Dimensi gingiva 36 normal, tetapi
warnanya sedikit lebih merah dari biasanya.

DISKUSI

Pasien didiagnosis dengan pericoronitis pada daerah gingiva 36.

Etiologinya adalah infeksi sekunder dari erupsi Sebagian 36 dan trauma

gingiva selama pengunyahan. Penumpukan plak di bawah operculum erupsi

sebagian 36 menyebabkan peradangan dan gingiva yang membesar. Gingiva

bengkak mudah tergigit saat pengunyahan, menyebabkan lebih banyak

pembengkakan.

Pasien menunjukkan tanda yang khas dan gejala perikoronitis; dia

menderita nyeri tumpul yang memburuk selama pengunyahan. Nyeri tumpul

disebabkan oleh peradangan pada gingiva, sedangkan nyeri saat pengunyahan

adalah karena gigitan gingiva bengkak terhadap gigi bagian atas. Daerah

gingiva 36 juga menunjukkan tanda-tanda peradangan klasik: hiperemia,

bengkak, dan perdarahan saat probing. Namun demikian, infeksi itu

terlokalisasi dan tidak meluas ke kelenjar getah bening. Dental radiografi


tidak diambil selama pasien mengunjungi, sebagai sumber infeksi telah

ditentukan dan gigi 36 hampir sepenuhnya erupsi.

Penatalaksanaan perikoronitis ditujukan untuk menghilangkan fase akut,

diikuti oleh resolusi dari kondisi kronis. Penskalaan dilakukan pada kunjungan

pertama untuk memperbaiki kebersihan. Deep cleaning difokuskan pada 36

untuk menghilangkan plak yang menjadi sumbernya infeksi bakteri.

Operkulum jaringan lunak diangkat dengan lembut dengan scaler dan alasnya

puing-puing telah dihapus, diikuti dengan irigasi dengan saline dan povidone

iodine.Karena penyebab perikoronitis adalah bakteri infeksi, pasien diminta

untuk melanjutkan meminum antibiotiknya. Amoksisilin dipilih karena itu

adalah antibiotik spektrum luas. Serta harus mengonsumsi ibuprofen untuk

mengatasi rasa sakit dan peradangan. Dental gel diresepkan sebagai antiseptik

local

Operkulektomi dengan bedah listrik direncanakan pada kunjungan kedua.

Bedah listrik dipilih karena menawarkan beberapa keunggulan. Pertama, situs

bedah berada di wilayah 36 di belakang mulut pasien dan sulit untuk

dilakukan mengakses; perdarahan diharapkan dari jaringan eksisi sementara

pemisahan jaringan bersih dengan perdarahan minimal, memberikan

pandangan yang jelas situs bedah. Kedua, tekniknya tekanan kurang dan tepat.

Dengan bedah listrik, perencanaan jaringan lunak adalah mungkin. Ketiga, itu

memberikan penyembuhan minimal ketidaknyamanan dan bekas luka

pembentukan. Gingiva 36 hampir tampak normal tanpa jaringan parut dalam


waktu 1 minggu setelahnya operasi bedah listrik. Terakhir, durasi dan

kelelahan operator berkurang. Pada pasien anak, operkulektomi perlu

dilakukan dengan cepat dan dengan ketidaknyamanan minimal.

Bedah listrik mungkin menawarkan banyak keuntungan, tapi lebih mahal

dan juga memiliki beberapa kerugian. Bedah listrik tidak bisa diterapkan di

dekat gas yang mudah terbakar dan seterusnya pasien dengan alat pacu

jantung yang tidak terkontrol dengan baik. Bau jaringan terbakar muncul jika

penyedotan volume tinggi tidak digunakan.

KESIMPULAN

Bedah listrik dapat digunakan sebagai alternatif bedah konvensional.

Operator perlu memiliki pemahaman lengkap tentang biofisik aspek bedah

listrik dan jaringan, yaitu indikasi yang benar, serta memiliki keahlian

pembedahan yang baik. Penelitian lanjutan ke area tersebut menunjukkan

pengembangan aplikasi baru yang menjanjikan pada bedah listrik.

DAFTAR PUSTAKA

Bautista DS. Pericoronitis. MedicineNet [Internet]. 2015 [cited 2015 July 6].
Available from: http://www.medicinenet.com/pericoronitis/article.htm.
Yalamanchili PS, Davanapelly P, Surapaneni H. Electrosurgical applications in
dentistry. Sch J Appl Med Sci. 2013;1(5):530–4.
Hicks R. Pericoronitis. WebMD [Internet]. 2014 [cited 2015 June 27]. Available
from: http://www.webmd.boots.com/oral-health/guide/pericoronitis.
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Treatment of
periodontal abscess. Carranza’s clinical periodontology. St. Louis,
Missouri: Elsevier; 2012:443–7.
Propdental. operculitis [Internet]. 2015 [cited 2015 July 7]. Available from:
https://www.propdental.es/blog/odontologia/operculitis/
Exodontia. Operculectomy. Exodontia Info [Internet]. 2015 [cited 2015 June 29].
Available from: http://www.exodontia.info/Operculectomy.html
Joshi A. Pericoronitis. SlideShare [Internet]. 2015 [cited 2015 June 28].
Available from: http://www.slideshare.net/achijoshi29/pericoronitis-
34531652
Massarweh NN, Cosgriff N, Slakey DP. Electrosurgery: History, principles, and
current and future uses. J Am Coll Surg. 2006;202(3):520–30.
doi:10.1016/j. jamcollsurg.2005.11.017
Krejci R, Krause-Hohenstein U, Kalkwarf KL. Electrosurgery – a biological
approach. J Clin Periodontol. 1987;14:557–63.
Babaji P, Singh V, Chawrasia VR, Jawale MR. Case report electro surgery in
dentistry: Report of cases. 2014;2(1):20–4. doi:10.4103/2321-
6646.130379.

Anda mungkin juga menyukai