Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MAHASISWA

SEMESTER II
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BLOK 1. SISTEM TUBUH II
MODUL 2. SISTEM LIMFATIK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6


1. JUAN SINCLAIR Nim: 20220710002
2. GRIYA TAHTA R. K Nim: 20220710013
3. NURHALIZA RAHMAWARDANI Nim: 20220710015
4. FATIMAH AZ ZAHRA Nim: 20220710034
5. STEFANI MARIA Nim: 20220710047
6. KHALDA NAJWA A. P Nim: 20220710072
7. NAUFAL LUQMAN Nim: 20220710086
8. FAZA ALIN RIDHWANAH Nim: 20220710096
9. SOETANTO NATHANIA AUDREY Nim: 20220710099
10. LIAN TEGAR LINTANG P. Nim: 20220710101
11. LINTANG KURNIA RACHMAN Nim: 20220710115
12. RAHMA SHERLY ARIYANI Nim: 20220710122

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kita dapat
menyelesaikan tugas makalah diskusi kelompok kecil Modul 1.Sistem Tubuh 2 dengan tepat waktu. Atas
dukungan moral yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Dr. Sularsih,drg.,M.Kes
2. Teman-teman DKK Kelompok 6
3. Seluruh pihak yang turut membantu kami dalam menyelesaikan makalah

Kami harap makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini.

Surabaya, 5 April 2023

Ketua DKK Kelompok 6


A. TOPIK MODUL
Sistem Limfatik

B. PENDAHULUAN
Judul Pemicu: Perikoronitis

Pemicu/Skenario I
Laki-laki berusia 21 tahun datang ke RSGM mengeluhkan bengkak pada gusi belakang
bawah kiri sejak 5 hari yang lalu, terasa sakit dan sulit membuka mulut. Pasien juga merasa bagian
bawah rahang dan leher juga terasa bengkak dan sakit bila ditekan. Pemeriksaan ekstraoral: wajah
simetris, suhu badan 37,8⁰C, limfadenopati submandibula dan cervicalis kiri. Pemeriksaan intraoral:
pembengkakan dan kemerahan pada area retromolar menutupi gigi 48.
Dokter gigi mendiagnosis perikoronitis akut dan menjelaskan bahwa hal ini merupakan
suatu keradangan sebagai respon imun pasien terhadap impaksi gigi 48 dan infeksi bakteri rongga
mulut. Dokter gigi melakukan debridement kemudian memberikan resep antibiotik dan antiinflamasi,
dan meminta pasien kontrol kembali setelah obat habis.
I. Terminologi Istilah

NO ISTILAH DEFINISI

1 Bengkak Kondisi vena yang terbendung terjadi peningkatan


tekanan hidrostatik intravaskuler sehingga
menimbulkan pembesaran cairan plasma ke ruang
interstitium (Grossman dan Brown, 2009)

2 Gusi Bagian mukosa di dalam rongga mulut yang


mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar.
(Putri dkk, 2010)

3 Pemeriksaan ekstraoral pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi pada


bagian muka, leher, telinga, mata, bibir, kelenjar liur,
TMJ, dan otot-otot ekstraoral.

4 Limfadenopati Pembesaran kelenjar getah bening pada daerah


submandibula submandibula dengan ukuran lebih besar dari 1 cm,
dimana dalam kondisi ini kelenjar getah bening
mengalami peradangan. (Meyprika L.P., 2019)

5 Wajah simetris Adanya kesesuaian antara bagian-bagian wajah


dalam hal ukuran, bentuk, dan lokasi antara sisi
kanan dan kiri.

6 Cervicalis kiri Struktur tulang belakang, otot, serabut saraf, atau


diskus di area leher bagian kiri.

7 Pemeriksaan intraoral Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien


untuk mengetahui kondisi rongga mulut pasien baik
jaringan keras maupun lunak, menggunakan alat
perkusi. (Widya dan Ernianita, 2019).

8 Area retromolar sebuah ruang di bagian belakang mandibula, antara


bagian belakang molar terakhir dan tepi anterior
ramus asenden di mana ia melintasi margin alveolar.

9 Gigi 48 Gigi molar 3 rahang kanan bawah. (Kusumadewi,


2017).

10 Perikoronitis inflamasi pada gingiva yang disebabkan oleh infeksi


pada jaringan lunak disekitar gigi yang erupsi
sebagian (Ramadhany, 2022).

11 Keradangan Respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera


jaringan, radang juga menginisiasi pembunuhan
patogen , proses perbaikan jaringan, dan membantu
mengembalikan homeostasis pada tempat yang
terinfeksi atau terkena cedera. (Calder et.al, 2009)

12 Respon imun Interaksi antara satu komponen dengan komponen


lain yang terdapat didalam sistem imun (Suardana,
2017).

13 Impaksi gigi Gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya, disebabkan karena kurangnya ruang
pada lengkung rahang atau terhalang oleh gigi di
dekatnya atau terhalang oleh jaringan patologis

14 Infeksi Masuknya organisme patogen kedalam jaringan


tubuh dan memperbanyak diri di dalamnya sehingga
menyebabkan peradangan. (Dorland,2012).

15 Debridement Debridement adalah tindakan untuk menghilangkan


jaringan nekrotik, eschar, jaringan yang rusak,
jaringan yang terinfeksi, hyperkeratosis, pushematon,
benda asing, fragmen tulang, atau perkenbangbiakan
bakteri dari luka untuk meningkatkan penyembuhan
luka (EWMA, 2013).

16 Antibiotik Zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri


yang dapat menghambat pertumbuhan / mematikan
kuman, namun memiliki toksisitas yang rendah bagi
manusia. (Tjay dan Rahrdja, 2015)

17 Anti inflamasi Obat-obat atau golongan obat yang memiliki aktivitas


menekan atau mengurangi peradangan.

II. Identifikasi Masalah


1. Laki-laki berusia 21 tahun datang ke RSGM mengeluhkan bengkak pada gusi belakang
bawah kiri sejak 5 hari yang lalu, terasa sakit dan sulit membuka mulut.
2. Pasien juga merasa bagian bawah rahang dan leher juga terasa bengkak dan sakit bila
ditekan.
3. Pemeriksaan ekstraoral: wajah simetris, suhu badan 37,8⁰C, limfadenopati submandibula
dan cervicalis kiri.
4. Pemeriksaan intraoral: pembengkakan dan kemerahan pada area retromolar menutupi gigi
38.
5. Dokter gigi mendiagnosis perikoronitis akut dan menjelaskan bahwa hal ini merupakan
suatu keradangan sebagai respon imun pasien terhadap impaksi gigi 38 dan infeksi bakteri
rongga mulut.
6. Dokter gigi melakukan debridement kemudian memberikan resep antibiotik dan
antiinflamasi, dan meminta pasien kontrol kembali setelah obat habis.

III. Rumusan Masalah


1. Mengapa laki-laki berusia 21 tahun datang ke RSGM mengeluhkan bengkak pada gusi
belakang bawah kiri sejak 5 hari yang lalu, terasa sakit dan sulit membuka mulut?
2. Apa arti pasien juga merasa bagian bawah rahang dan leher juga terasa bengkak dan sakit
bila ditekan?
3. Apa arti pemeriksaan ekstraoral: wajah simetris, suhu badan 37,8 derajat C, limfadenopati
submandibula dan cervicalis kiri?
4. Apa arti pemeriksaan intraoral: pembengkakan dan kemerahan pada area retromolar
menutupi gigi 38?
5. Apa hubungannya, dokter gigi mendiagnosis perikoronitis akut dan menjelaskan bahwa hal
ini merupakan suatu keradangan sebagai respon imun pasien terhadap impaksi gigi 38 dan
infeksi bakteri rongga mulut?
6. Apa tujuan dokter gigi melakukan debridement kemudian memberikan resep antibiotik dan
antiinflamasi, dan meminta pasien kontrol kembali setelah obat habis?

IV. Hipotesis Masalah


1. Karena pada pasien, terjadi proses keradangan di area retromolar sehingga pasien
membutuhkan perawatan.
2. Artinya, pasien mengalami keradangan pada kelenjar getah bening.
3. Artinya bengkak pada bagian bawah rahang, leher, dan gusi belakang pasien tidak sampai
merubah bentuk wajah yaitu tetap simetris, suhu badan diatas normal yang mengindikasikan
adanya infeksi di suatu tempat, dan nodul limfa atau kelenjar getah bening pada daerah
submandibula dan cervicalis kiri mengalami pembengkakan dan infeksi.
4. Artinya dimungkinkan pada gigi 48 terjadi impaksi yang menyebabkan respon imun pada
tubuh melakukan pertahanan sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi untuk mematikan
mikroba yang ada pada daerah disekitar gigi 48.
5. Hubungannya yaitu dikarenakan adanya tekanan akibat gigi 48 yang impaksi sehingga
terjadi akumulasi bakteri yang menyebabkan inflamasi dan gusi terlihat bengkak. Sehingga
dokter gigi mendiagnosis pasien mengalami perikoronitis.
6. Untuk membersihkan jaringan yang sudah mati dan diganti dengan jaringan hidup serta
pemberian antibiotik dapat menekan bakteri dan anti inflamasi dapat menekan peradangan
dari kelenjar getah bening
Pemicu/Skenario II
Pasien datang ke RSGM 5 hari kemudian untuk kontrol. Anamnesis : sakit dan bengkak
pada gusi belakang bawah kiri mengecil, pasien dapat membuka mulut dengan normal.
Pemeriksaan ekstraoral: Pada palpasi kelenjar limfe submandibula dan servikal teraba tapi tidak
sakit. Pemeriksaan intraoral: pembengkakan pada area retromolar yang menutupi gigi 38 mengecil,
warna seperti jaringan sekitar. Selanjutnya dokter gigi melakukan tindakan bedah mulut berupa
odontektomi.

I. Terminologi Istilah

NO ISTILAH DEFINISI

1 Kontrol seseorang yang dalam masa pengobatan tidak


dibiarkan begitu saja, namun perlu dipantau kembali
keadaan kesehatannya, maupun perkembangan
terapi untuk mencapai keadaan kesehatan tubuh
yang diharapkan.

2 Anamnesis Interaksi antara dokter dan pasien dalam bentuk


tanya jawab mengenai keluhan dan penyakit apa
yang dialami oleh pasien. (Redhono dkk, 2012)

3 Palpasi Cara pemeriksaan dengan cara meraba, menekan,


dan memegang organ atau bagian tubuh pasien
dimana untuk mengetahui adanya nyeri tekan,
spasme otot, suhu local, tonus otot, dan oedema.

4 Kelenjar limfe Disebut juga limfonodus, nodulus limfatikus, atau


kelenjar getah bening adalah kelenjar berbentuk bulat
atau oval, yang dibungkus oleh kapsula fibrosa.
Kelenjar limfe adalah jaringan yang berfungsi sebagai
mekanisme proteksi terhadap berbagai antigen.
(Nabries Ahmad, 2007)

5 Bedah mulut Salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang


menggunakan pembedahan untuk mengoreksi
penyakit, cedera, dan cacat di rongga mulut. (Utari,
2018)

5 Gigi 38 Gigi molar 3 rahang kiri bawah. (Kusumadewi, 2017).

6 Odontektomi Upaya mengeluarkan gigi impaksi yang dilakukan


dengan tindakan pembedahan kecil. (Pedersen,
2012)

II. Identifikasi Masalah


1. Pasien datang ke RSGM 5 hari kemudian untuk kontrol.
2. Anamnesis : sakit dan bengkak pada gusi belakang bawah kiri mengecil, pasien dapat
membuka mulut dengan normal.
3. Pemeriksaan ekstraoral: Pada palpasi kelenjar limfe submandibula dan servikal teraba tapi
tidak sakit.
4. Pemeriksaan intraoral: pembengkakan pada area retromolar yang menutupi gigi 38
mengecil, warna seperti jaringan sekitar.
5. Selanjutnya dokter gigi melakukan tindakan bedah mulut berupa odontektomi.
III. Rumusan Masalah
1. Mengapa pasien datang ke RSGM 5 hari kemudian untuk kontrol?
2. Apa arti anamnesis : sakit dan bengkak pada gusi belakang bawah kiri mengecil, pasien
dapat membuka mulut dengan normal?
3. Apa arti pemeriksaan ekstraoral: Pada palpasi kelenjar limfe submandibula dan cervical
teraba tapi tidak sakit?
4. Apa arti pemeriksaan intraoral: pembengkakan pada area retromolar yang menutupi gigi 38
mengecil, warna seperti jaringan sekitar?
5. Mengapa selanjutnya dokter gigi melakukan tindakan bedah mulut berupa odontektomi?

IV. Hipotesis Masalah


1. Karena kontrol pasien dilakukan untuk mengevaluasi pekembangan perawatan sebelumnya
dan rencana perawatan setelahnya.
2. Artinya dokter telah memberikan obat terapi yang tepat sehingga reaksi proses inflamasi
yang di alami pasien tersebut berkurang.
3. Artinya, proses keradangan yang akut telah terhenti, dan selanjutnya terjadi proses
keradangan kronis yang dimana cervical masih bisa teraba tapi tidak sakit.
4. Artinya bahwa, keradangan akut berhenti, sakit berkurang, tindakan yang dilakukan dokter
berupa debridement membuat warna pada jaringan sekitar gigi 48 kembali normal dan
pemberian antibiotik dan antiinflamasi berhasil dan bekerja secara optimal.
5. Karena gigi 38 mengalami impaksi yang dimana tidak cukup ruang atau tempat untuk keluar.
Maka perlu segera dilakukan tindakan odontektomi agar pasien tidak merasakan nyeri dan
infeksi.
C. PETA KONSEP
Keluhan pasien :

Bengkak pada gusi belakang kanan bawah, sakit, dan

susah membuka mulut

Impaksi gigi 48

Infeksi bakteri rongga mulut

Respon imun Limfadenopati submandibula

Respon proses inflamasi

Perikoronitis

Debridment, antibiotik, anti inflamasi

Kontrol

Odontektomi
D. LEARNING ISSUE
1. Impaksi Gigi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
2. Respon Imun
a. Definisi
b. Fungsi
c. Sel yang terlibat
d. Macam
3. Sistem Limfatik
a. Definisi
b. Fungsi
c. Mekanisme
d. Tempat
4. Inflamasi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Mekanisme secara umum dan pada kasus
d. Mediator inflamasi
5. Perikoronitis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Bakteri yang terlibat
6. a. Obat antibiotik dan mekanisme
b. Obat antiinflamasi dan mekanisme
7. Odontektomi
a. Definisi
b. Indikasi dan Kontraindikasi
8. Kesimpulan
JABARAN LEARNING ISSUE
1. Impaksi Gigi
a. Definisi
Gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan posisinya berlawanan dengan gigi
lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh
gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena adanya jaringan patologis.
b. Etiologi
- Kausa Lokal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan impaksi gigi :
a. posisi gigi yang abnormal
b. tekanan dari gigi tetangga yang pada gigi tersebut
c. penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
d. kekurangan tempat untuk gigi tersebut
e. gigi desidui persistensi / tidak mau tanggal
f. inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa di sekitar gigi
g. penyebab yang menimbulkan nekrosis tulang antara lain karena
inflamasi atau abses
h. perubahan - perubahan pada tulang karena penyakit ekstern

- Kausa usia
Kausa usia juga berperan dalam faktor penyebab impaksi gigi karena terjadi gigi
impaksi tanpa harus disertai kausa lokal, yaitu antara kausa parental (faktor
keturunan) dan kausa postnatal (rikesta, anemi, tuberkolosis, siflisikongenital,
gangguan kelenjar endokrtrin,dan mal nutrisi).
(Jurnal biomedik Vol.3 No.3, 2011)

c. Klasifikasi
Menurut sistem klasifikasi Winter, gigi yang mengalami impaksi dinilai berdasarkan sudut
yang terbentuk antara sumbu panjang gigi molar ketiga dan sumbu panjang gigi molar
kedua mandibula. Klasifikasi Winter adalah sebagai berikut (Nik et al, 2017):
★ Vertikal: sumbu panjang molar ketiga sejajar dengan sumbu panjang molar
kedua (dari 10 sampai 10°).
★ Mesioangular: sumbu panjang molar ketiga miring ke arah molar kedua dalam
arah mesial (dari 11 sampai 79 °).
★ Horizontal: sumbu panjang molar ketiga adalah horizontal (dari 80 sampai
100°).
★ Distoangular: sumbu panjang molar ketiga miring ke arah belakang/posterior
dari molar kedua (dari –11 sampai –79°).
★ Buccolingual: sumbu panjang molar ketiga berorientasi pada arah buccolingual
dengan mahkota yang tumpang tindih dengan akar.
★ Lainnya (dari 101 sampai 80°), meliputi mesio invert, disto invert dan disto
horizontal. (Wulansari, 2019)

2. Respon Imun
a. Definisi
Konsep imunitas tersebut, bahwa yang pertama-tama menentukan ada dan tidaknya
tindakan oleh tubuh (respon imun), adalah kemampuan sistem limforetikuler untuk
mengenali bahan itu asing atau tidak (Bellanti, 1985: Marchalonis, 1980; Roitt,1993).
b. Fungsi
Menurut Irianto (2012), secara umum sistem imun memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pembentukan kekebalan tubuh.
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk kedalam tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.
c. Sel Yang Terlibat

a. Sistem imun bawaan (innate immunity)

Komponen utama dari innate immunity adalah (1) pertahanan fisik dan kimia,
seperti epitel dan bahan kimia antimikroba yang diproduksi di permukaan epitel; (2)
sel fagositik (neutrofil, makrofag), sel dendritik, dan sel pembunuh alami (NK) dan
sel limfoid bawaan lainnya; dan (3) protein darah, termasuk anggota sistem
komplemen dan mediator peradangan lainnya (Huldani, 2018).

b. Sistem imun adaptif (adaptive immunity) (Abbas et al., 2014)


d. Macam
Ada 2 jenis respon imun, yaitu respon imun non spesifik dan respon imun spesifik.
● Respon Imun Nonspesifik
umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian bahwa
respon terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak
pernah terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai
berikut: salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya
antigen misalnya, bakteri, adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut
dengan cara nonspesifik melalui proses fagositosis, dalam hal ini makrofag,
neutrofil, dan monosit memegang peran yang sangat penting.
● Respon Imun Spesifik
Merupakan respon imun yang didapat, yang timbul akibat dari rangsangan
antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya. Respon
imun spesifik dimulai dengan adanya aktivitas makrofag atau antigen
preccenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan interaksi dengan sel - sel imun. Dengan rangsangan antigen
yang telah diproses tadi, sel - sel system imun berporiferasi dan berdiferensiasi
sehingga menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologi dan mampu bereaksi
dengan antigen.

3. Sistem Limfatik
a. Definisi
Sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam
tubuh, terutama antar kelenjar limfa.
b. Fungsi
● Mengembalikan kelebihan cairan interstitial dan protein plasma dari jaringan ke dalam
sirkulasi darah.
● Mengendalikan kualitas aliran cairan jaringan dengan cara menyaringnya melalui
kelenjar-kelenjar limfa sebelum dikembalikan ke sistem sirkulasi.
● Mengangkut limfosit dari kelenjar limfa ke sirkulasi darah.
● Membawa lemak yang sudah terbentuk emulsi dan vitamin yang larut dalam lipid dari
usus ke sistem peredarah darah.
● Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran
organisme itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain tubuh.
● Menghasilkan zat antibodi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
● Mengeluarkan zat-zat toksin dan debris sel (sel rusak) dari jaringan setelah terjadi
infeksi atau kerusakan jaringan.
c. Mekanisme
Sistem limfatik mentransportasi cairan yang disebut limfe. Cairan ini mendistribusikan
sel-sel dan faktor imunitas ke seluruh tubuh. Sistem limfatik juga berinteraksi dengan
sistem sirkulasi darah untuk drainase cairan dari sel dan jaringan tubuh. Sistem limfatik
mengandung sel-sel limfosit yang melindungi tubuh dari berbagai antigen. Tubuh dibagi
atas limfotom (lymphotome) di mana tiap limfotom merupakan area drainase spesifik
bagi kelompok kelenjar limfe tertentu. Sistem limfatik berjalan parallel bersama sistem
vena. Sementara sistem vena bertugas menghantarkan darah kembali ke jantung dan
membawa substansi molecular kecil dari jaringan penyambung dan
mentransportasikannya; sistem limfatik bertanggung jawab membawa substansi
molecular besar dan cairan dari jaringan untuk ditransportasikan. Yang dimaksud
dnegan substansi molecular kecil antara lain garam, gula, air dan gas, yang berat
molekulnya hanya 200. Substansi molecular besar antara lain berbagai jenis molekul
protein, dengan berat molekul antara 70 ribu – 130 ribu. Termasuk dalam beban yang
dapat diangkut limfe antara lain protein, sel imobil, fragmen sel, limbah metabolit, bakteri,
virus, substansi inanimasi, kelebihan cairan dan lemak.
d. Tempat
Terletak di beberapa area tertentu, misalnya pada ketiak, leher, timus, kelenjar limfe
submandibula dan cervical.
4. Inflamasi
a. Definisi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak zat-zat mikrobiologi.
b. Etiologi
Penyebab terjadinya inflamasi adalah jejas yang diantaranya berupa trauma atau
benturan, kimiawi, suhu, dan mikroorganisme.
c. Mekanisme secara umum dan pada kasus
Mekanisme inflamasi secara umum
1. Vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah
setempat yang berlebihan
2. Peningkatan permeabilitas kapiler, menimbulkan kebocoran banyak sekali
cairan ke dalam ruang interstitial
3. Seringkali terjadi pembekuan cairan di dalam ruang interstitial yang disebabkan
oleh peningkatan sejumlah besar fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari
kapiler
4. Migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan
5. Pembekakan sel jaringan
Mekanisme inflamasi pada kasus
Di antara organ limfoid sekunder, kelenjar getah bening memainkan peran
penting. Secara histologis, kelenjar getah bening dapat dibagi menjadi dua area utama:
medula dan korteks. Sementara medula terbuat dari jaring yang dalam dari sinus
penguras getah bening yang dipisahkan oleh tali meduler yang terutama mengandung
sel plasma dan makrofag sekunder serta sel T memori (dengan fungsi yang belum
dipahami dengan jelas), korteks dapat dianggap sebagai landasan getah bening. simpul.
Korteks itu sendiri juga dibagi menjadi paracortex yang mengandung sel-T dan area sel-
B eksternal yang terdiri dari folikel primer dan pusat germinal potensial setelah tantangan
antigen terpenuhi. Respon humoral terjadi di folikel sel B, sedangkan paracortex adalah
daerah di mana limfosit yang beredar di pembuluh limfatik benar-benar memasuki
kelenjar getah bening dan interaksi antara sel T dan sel dendritik terjadi. Materi partikulat
dan antigen, baik diproduksi di jaringan yang berbeda atau masuk melalui air mata epitel,
dengan cepat diarahkan ke saluran limfatik dan oleh karena itu difagositosis oleh
makrofag dan sel penyaji antigen lainnya.
Setelah difagositosis, antigen asing terikat pada protein major histocompatibility
(MHC) dan terpapar ke permukaan makrofag. Protein eksogen selanjutnya terikat pada
molekul MHC kelas II pada permukaan sel dendritik. Aktivasi limfosit T-helper
memerlukan kombinasi dengan reseptor permukaan sel lain dan pensinyalan seluler
kompleks yang melibatkan banyak protein yang disekresikan seperti tetapi tidak terbatas
pada interleukin. Selanjutnya, limfosit T-helper berkontribusi pada aktivasi limfosit B naif,
dan sel dendritik juga dapat langsung mengaktifkan limfosit B memori. Setelah itu,
limfosit B dan T berkembang dan bereplikasi menjadi kumpulan limfosit yang mampu
mengenali dan mengikat protein asing yang dianggap mengancam. Akhirnya, aktivasi
limfosit-T dan makrofag menjadi perantara dalam pensinyalan seluler dengan
melepaskan sitokin dan banyak protein lain yang menginduksi kemotaksis leukosit dan
menginduksi permeabilitas vaskular.
Berbagai gejala yang berhubungan dengan limfadenitis servikal akut
mencerminkan serangkaian kejadian patofisiologis yang terjadi sekunder akibat infeksi:
edema jaringan, hiperplasia limfosit, infiltrasi leukosit, dan kemotaksis mengakibatkan
pembesaran nodul. Di sisi lain, pelepasan sitokin lokal dan banyak sinyal seluler lainnya
tidak hanya menginduksi vasodilatasi dan kebocoran kapiler tetapi juga eritema dan
edema pada kulit bagian atas pelindung, dan terakhir, nyeri tekan akibat pembengkakan
kapsul nodal.
d. Mediator Inflamasi
Mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien
yang dapat menimbulkan reaksi radang (Katzung, 2002).
Mediator yang dihasilkan oleh sel antara lain vasoactive amines (histamin, serotonin),
metabolit asam arakidonat (prostaglandin, leukotrien), faktor neutrophil (protease), dan
lymphokine. Faktor plasma terdiri dari komplemen, kinin (bradykinin), faktor koagulasi,
dan sistem fibrinolitik (Mitchell et al, 2015).

5. Perikoronitis
a. Definisi
Inflamasi pada gingiva yang disebabkan oleh infeksi pada jaringan lunak di sekitar gigi
yang erupsi sebagian
b. Etiologi
Disebabkan oleh akumulasi sisa-sisa makanan di bawah operkulum yang mengelilingi
gigi yang erupsi sebagian, yang menyediakan tempat untuk berbagai macam flora
polimikroba, terutama terdiri dari bakteri piogenik anaerob.
c. Bakteri yang terlibat
Bakteri yang sering ditemukan adalah fusiform bacillus dan spirillum. Selain itu juga
sering ditemukan golongan Streptococci, Staphylococci serta bakteri anaerob lain yang
biasa ditemukan pada poket periodonsia. (Kadaryati, L., & Indiarti, I. S., 2007).

6. a. Obat antibiotik dan mekanisme


Pada kasus dikarenakan adanya keterlibatan antara sistem limfatik seperti limfadenopati,
maka obat yang cocok diberikan adalah amoxicillin dan metronidazole.
Mekanisme dari kedua obat tersebut sebagai berikut :
- Metronidazole
Obat ini bekerja sebagai antibakteri, antiprotozoa, dan radiasi sanitiser. Mencegah
penyebaran agen infeksi atau membunuh agen infeksi tersebut supaya tidak menyebar.
Menghambat sintesis asam nukleat dengan merusak DNA. Sebagai antiprotozoa,
bekerja dengan mendestruksi protozoa tersebut. Sebagai radiasi sanitiser, merusak sel
yang tidak diperlukan.
- Amoxicillin
Menghambat sintesis / merusak dinding sel bakteri. Antibiotik beta laktam mengganggu
sintesis dinding sel bakteri., dengan menghambat langkah terakhir dalam peptidoglikan,
yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri.
Namun jika alergi terhadap amoxicillin dapat digantikan dengan obat eritromisin.

b. Obat antiinflamasi dan mekanisme


Salah satu penanganan nyeri yaitu dengan pemberian Obat Anti-Inflamasi Non Steroid
(OAINS) sebagai pereda gejala. Obat-obat tersebut sangat sering dijumpai dan dijual secara
bebas, contohnya yakni ibuprofen, aatrium diclofenac, dan meloxicam. Cara kerja OAINS
ialah dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase dalam pembentukan prostalgladin
yang berperan dalam proses inflamasi atau peradangan serta rangsangan nyeri yang terkait
inflamasi.

7. Odontektomi
a. Definisi
Tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali dengan pembuatan flap
mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang menghalangi
pengeluaran gigi tersebut (Firmansyah & Santoso, 2008).
b. Indikasi & Kontraindikasi
1. Indikasi (Pedersen, 2012)
a. Terjadinya perikoronitis
b. Adanya infeksi (fokus selulitis)
c. Adanya keadaan patologi (odontogenik)
d. Terdapat pembentukan kista odontogenik dan neuroplasma
e. Mempertahankan stabilitas hasil perawatan orthodonsi
f. Apabila molar kedua di dekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau
berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil.
2. Kontraindikasi (Pedersen, 2012)
a. Pasien yang tidak menghendaki giginya dicabut
b. Pasien yang gigi molar ketiganya diperkirakan akan erupsi secara normal dan
dapat berfungsi dengan baik
c. Pasien dengan riwayat penyakit sistemik dan resiko komplikasi dinilai tinggi
d. Kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting di sekitarnya
atau kerusakan tulang pendukung yang luas.

Kesimpulan :
Pada kasus ini dapat disimpulkan perikoronitis sebagai inflamasi pada gingiva yang disebabkan
oleh infeksi bakteri rongga mulut dan impaksi pada gigi 38, pada jaringan lunak di sekitar gigi
yang erupsi sebagian oleh karena akumulasi sisa - sisa makanan. Selain itu pada kasus adanya
sirkulasi sistem sekunder pada kelenjar getah bening yang merespon sistem imun tubuh.
Sebelum penatalaksanaan perawatan lanjutan, pasien diberikan obat antibiotik dan anti inflamasi
untuk mengurangi inflamasinya. Kemudian diberikan penatalaksanaan tindakan odontektomi.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. K., Lichtman, A. H., & Pillai, S. (2014). Basic Immunology: Functions and Disorders of
the Immune System, 6e: Sae-E-Book. In Elsevier Saunders.

Chen L., Deng H., Hengmin C. et al, 2018, Inflammatory Responses and Inflammation-associated
Diseases in Organs, Oncotarget, Volume 9, pp. 7204-7218 [online], (Diunduh tanggal 23 Oktober
2019), Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5805548/

Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2011). Guyton and Hall textbook of medical physiology (12th ed).
Saunders/Elsevier.

Sheerwood, Lauralee, 2014, Pertahanan Tubuh, In: Humans Physiology : From Cells to Systems,
Cengage Learning, 9th edn, USA, pp. 404 – 444.
Octavian I. P. Y, (2022). Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Foramen Patah Tulang

Fachri H. A, 2019, Khasiat Ekstrak Buah Markisa Kuning Sebagai Antiinflamasi Terhadap Jumlah
Monosit Pada Tikus Wistar Jantan

Firmansyah, D., & Santoso, T. I. (2008). Fraktur Patologis Mandibula Akibat Komplikasi
Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah. Journal of Dentistry Indonesia, 15(3), 192–195.
https://doi.org/10.14693/jdi.v15i3.25

Ellis H., Clinical Anatomy: a revision and applied anatomy for clinical students, 11th ed. Oxford,
UK: Blackwell Publishing 2006.

Kadaryati, L., & Indiarti, I. S. (2007). Perawatan perikoronitis regio molar satu kanan bawah pada
anak laki-laki usia 6 tahun. Journal of Dentistry Indonesia.

Wulansari, D. P. (2019). Tinggi Ramus Dan Sudut Gonial Gigi Molar Ketiga. 56–65.Zhankina, A.,
Zhussupbekov, A., Tulebekova, A., & Tleubayeva, A. (2022, September 14). FIELD TESTS OF
SOILS DURING THE INVESTIGATION WORKS. Bulletin of Kazakh Leading Academy of
Architecture and Construction, 85(3), 136–142. https://doi.org/10.51488/1680-080x/2022.3-13

Anda mungkin juga menyukai