A 28-year-old woman came to RSGM with complaints of missing pain arising in the
lower left back teeth, more often accompanied by unexplained headaches. The patient also had
swollen gums in the area about a week ago. Intra oral examination found 38 teeth did not erupt.
Radiological examination showed that tooth 38 was entirely in the mandibular ramus and the
position of the crown was below the cervical tooth 37.
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke RSGM dengan keluhan nyeri hilang timbul
pada gigi belakang kiri bawah, lebih sering disertai sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Pasien juga mengalami pembengkakan gusi sekitar seminggu yang lalu.
Pemeriksaan intra oral ditemukan 38 gigi tidak erupsi. Pemeriksaan radiologi menunjukkan gigi
38 seluruhnya berada di ramus mandibula dan posisi mahkota berada di bawah servikal gigi 37.
Menetapkan Permasalahan
1. Apa yang dialami pasien sesuai dengan skenario?
2. Etiologi umum dan etiologi khusus pada kasus?
3. Apa saja klasifikasi dari kasus?
4. Tanda dan gejala klinis yang timbul selain yang disebutkan pada skenario?
5. Perawatan yang dilakukan untuk skenario?
6. Instruksi pasca perawatan?
7. Indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan dan perawatan?
8. Pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menegakkan diagnosis
9. Apa hubungan antara impaksi dengan sakit kepala?
10. Apakah hubungan antara impaksi dengan pembengkakan pada area gusi?
11. Komplikasi yang mungkin terjadi setelah perawatan pada kasus?
Menjawab Permasalahan
1. Muti: Kondisi pasien
• Pemeriksaan Subyektif: pasien mengeluh nyeri hilang timbul dan disertai dengan skait
kepala
• Pemeriksaan Obyektif: bagian gusi gigi kiri bawah mengalami pembengkakan,
pemeriksaan intra oral gigi 38 tidak erupsi, pemeriksaan radiografi seluruh gigi 38 berada
pada seluruh mandibulla, dan posisi mahkota gigi 38 berada di bawah gigi 37
Indah: diagnosis dari skenario pasien mengalami impaksi gigi: gigi tidak berhasil erupsi
sempurna dan terpendam dalam posisi yang abnormal Impaksi gigi 38
Natasya: impaksi gigi 38 kelas 3 gigi m3 di ramus mandibular
Diagnosis: Impaksi gigi 38 kelas 3
2. Indah: etiologi impaksi secara umum: local dan berdasar usia,
Local: posisi gigi abnormal, tekanan gigi tetangga, penebalan tulang yang mengelilingi
gigi, kekurangan tempat untuk erupsi, gigi decidui persistensi, pencabutan , inflamasi
kronis, penyakit yang menyebabkan nekrosis tulang, perubahan tulang
Usia: prenatal: keturunan, post natal: anemia, tuberculosis, gangguan kelenjar endokrin
Impaksi secara khusus: tidak kesesuaian antara ukuran dan bentuk ukuran gigi dengan
rahang, tanggalnya gigi susu terlalu awal, tidak cukup ruang untuk erupsi
Nika;
Teori ortodontik menurut durbeck terjadi impaksi giigi disebabkan gangguan pada
pola pertumbuhan rahang yg menyebabkan rahang menjadi sempit dan ruang tersedia
tidak memadai untuk erupsi
Teori filogenik menurut nodine 1943 karena evolusi ukuran rahang menjadi lebih
kecil dari nenek moyang yang mirip kera, dan gigi m3 terakhir erupsi kemungkinan
tidak ada ruang untuk erupsi
Teori mendel karena variasi genetic yang memainkan peran utama, karena terjaid
kekurangan ruang
Hana: keterlambatan mineralisasi m3, ruang distal m2 permanen kurang, kematangan fisik
yg terlalu dini.
Teori filogenik: saat ini manusia konsumsi makanan lunak yang ditelan
menghambat stimulasi pertumbuhan tulang rahang dan menjadi pasif
Teori mendel: ayah dan ibu, ayah gigi besar dan ibu gigi rahang kecil sehingga jika
diturunkan memungkinkan m3 tidak ada ruang untuk impaksi
Hasna: karena factor sistemik:
Gangguan endokrin/ gangguan hormone pertumbuhan: paratiroid dan tiroksin,
hipopituitary, down syndrome
Genetic dan radiasi
3. Dhea: menurut pill and Gregory
Kelas I, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal
gigi molar kedua dengan ramus mandibula (Gambar 2).
Kelas II, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal
gigi molar kedua dengan ramus mandibula (Gambar 3).
Kelas III, yaitu seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula
(Gambar 4).
Pada skenario kelas 3
Muti:
a. Vertical
Aksis gigiM3 bawah berada pada arah yang sama dengan aksis gigi M2 bawah
b. Mesioangular (miring ke mesial)
Gigi M3 mengalami tilting terhadap gigi M2 ke arah mesial
c. Horizontal
Panjang aksis gigi M3 mendatar secara horizontal terhadap aksis gigi M2
d. Distoangular (miring ke distal)
Aksis M3 bawah mengarah ke distal / posterior menjauhi gigi M2
Nureza: menurut ADA klasifikasi impaksi berdasar prosedur pembedahan untuk pencabutan
Pencabutan gigi dengan impaksi jaringan lunak
Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara parsial
Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara sempurna
Pencabutan gigi dengan impaksi tulang secara sempurna dan komplikasi pembedahan
yang tidak biasa
Fanella: diagnosis : kelas 3 posisi C
4. Ibnu:
Inflamasi
Resorbsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
Kista folikuler
Rasa sakit berupa perih di sekitar gusi/ rahang
Sakit kepala yang lama
Pembengkakan di daerah operculum gigi impaksi/ pericoronitis
Dhea:
Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama
(neuralgia).
Fraktur rahang (patah tulang rahang)
trismus
tonsilitis
lidah berselaput
otitis
badan rasanya tidak enak
Lula:
Pasien tidak boleh berkumur dan harus menggigit tampon selama 24 jam, bila masih
terdapat perdarahan tampon harus diganti
Pasien harus beristirahat yang cukup dan tidak boleh olahraga yang mengeluarkan
banyak energy
Pasien datang kembali setelah 3 hari kemudian untuk control pertama, saat control
pertama dilakukan pembersihan luka dengan akuades, iodin
Nureza: meminum vitamin untuk daya tahan tubuh dan konsumsi tinggi kalsium
untuk membantu proses remodeling tulang
7. Lula: indikasi pencabutan
Perikoronitis berulang/ berat
Karies yang tidak dapat di restorasi pada m3
Resorbsi gigi m3/ gigi tetangga
Tumor kista yang berhubungan dengan gigi m3 / gigi tetangga
Bila diperlukan sebelum operasi ortognatik
Pencabutan m3 pada garis fraktur
Dhea: Saat pembedahan, dapat terjadi fraktur akar, gigi molar kedua goyah, trauma pada
persendian temporo-mandibular, akar terdorong ke ruang submandibula, bahkan fraktur
angulus mandibula. Komplikasi lain adalah cedera nervus alveolaris inferior, yang
mengakibatkan parestesia labial inferior sampai dagu pada sisi yang sama. Parestesia dapat
bersifat sementara ataupun permanen, tergantung pada besarnya rudapaksa terhadap saraf
tersebut. Cedera dapat terjadi sekaligus, mengenai arteri dan vena alveolaris inferior yang
berjalan sejajar dengan nervus tersebut, yang dapat menimbulkan perdarahan hebat.
Fanela: Komplikasi infeksi pasca bedah juga dapat terjadi pada soket bekas tempat gigi
impaksi, nyeri berdenyut menyebar sampai telinga dan timbul halitosis, bau tidak sedap
yang berasal dari soket. Keadaan itu disebabkan karena telah terjadi localized osteomyelitis
atau alveolar osteitis yang dikenal pula dengan sebutan dry socket, yang menyebabkan masa
penyembuhan lebih lama.
Dini: Komplikasi odontektomi
Cidera jaringan lunak: flap, abrasi,
Cidera pada gigi yang berketan: fraktur/ lepasnya tambalan yg berdekatan, lukasis
gigi yang berdekatan
Injuri pd struktur tulang: fraktur prosesus alveolar, fraktur tuberositas rahang atas dan
fraktur rahang bawah
Perdarahan setelah pencabutan