Anda di halaman 1dari 13

TELAAH KASUS

OCCLUSAL ADJUSTMENT

Oleh :

Dira Firlianda Sari

1941412054

Pembimbing :

drg. Kosno Suprianto, M.DSc, Sp.Perio

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
Operator : Dira Firlianda Sari

Preseptor : drg. Kosno Suprianto, M.DSc, Sp.Perio

Tanda Tangan :

A. SKENARIO KASUS
Pasien laki-laki (25 tahun) datang dengan keluhan rasa tidak nyaman seperti
mengganjal pada gigi premolar kiri bawah. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir.
Pasien mengaku terkadang menyadari adanya bunyi krepitasi pada rahang sebelah
kirinya. Dari anamnesa diketahui pasien memiliki riwayat penggunaan alat orthodonti
cekat selama ± 6 tahun dan dilepas sekitar 2 bulan yang lalu. Pasien juga memiliki
kebiasaan buruk berupa mengunyah sebelah sisi yaitu sebelah kiri. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik. Dari pemeriksaan intraoral ditemui adanya trauma
oklusi pada gigi 34. Blocking (sangkutan) terjadi pada gigi 34 pada saat gigi dalam
posisi working side.

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
 Chief Complain (CC)
Pasien datang dengan keluhan rasa tidak nyaman seperti mengganjal pada gigi
premolar kiri bawah.
 Present Ilness (PI)
Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir. Pasien mengaku terkadang
menyadari adanya bunyi krepitasi pada rahang sebelah kirinya.
 Past Dental History (PDH)
Pasien memiliki riwayat penggunaan alat orthodonti cekat selama ± 6 tahun
dan dilepas sekitar 2 bulan yang lalu. Pasien juga memiliki kebiasaan buruk
berupa mengunyah sebelah sisi yaitu sebelah kiri.

2
 Past Medical History (PMH)
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan
ataupun minuman.
 Family History (FH)
Ayah : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Ibu : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Saudara kandung : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
 Social History (SH)
Pasien merupakan seorang mahasiswa. Pasien jarang memakan buah dan sayur
setiap harinya. Pasien jarang berolahraga. Pasien memiliki pola tidur 6-7 jam
sehari.

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Pemeriksaan Ekstra Oral
 Mata : konjungtiva non anemis, sklera non ikterik
 Kelenjar Limfe
Kiri : tidak teraba, tidak sakit
Kanan : tidak teraba, tidak sakit
 Bibir : normal
 TMJ : clicking
 Pola bukaan mulut : deviasi
Pemeriksaan Intra Oral
 Oklusi traumatik gigi 34

D. DIAGNOSA
Oklusi traumatik 34
Etiologi : Pasca penggunaan alat ortodonti cekat
Sikap Pasien : Kooperatif

3
E. RENCANA PERAWATAN
Occlusal adjustment 34

F. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan

Kaca mulut Articulating Paper

Pinset

Sonde

Handpiece High Speed

Handpiece Low Speed

Microbrush

Diamond fissure bur

Bur pita kuning

Saliva Ejector

G. TAHAPAN PEKERJAAN
1. Siapkan alat dan bahan
2. Periksa prematuritas kontak pada oklusi sentrik dengan cara letakkan
articulating paper (full) pada gigi pasien.
3. Instruksikan pasien untuk melakukan gerakan lateral. Kemudian daerah
prematuritas ditandai dari ketebalan warna kertas yang melekat ke permukaan
gigi.
4. Lakukan pengurangan atau pengasahan menggunakan bur diamond. Pada kasus
ini di working side terdapat prematur kontak maka asah cusp bukal atas (BU)
dan asah cusp lingual bawah (LL).

4
5. Lakukan pengecekan kembali dengan articulating paper dan instruksikan pasien
untuk melakukan gerakan lateral seperti langkah sebelumnya. Jika teraan sudah
merata (tidak ada bagian yang lebih tebal) berarti pengurangan sudah cukup
dilakukan.
6. Lakukan pemolesan pada bagian gigi yang dikurangi dengan menggunakan bur
poles.
7. Olesi bagian gigi yang dilakukan pengurangan dengan topikal fluor, tunggu
beberapa saat.
8. Intruksikan kepada pasien untuk tidak makan dan minum selama 30 menit dan
intruksikan pasien untuk kontrol 1 minggu dan tanyakan keluhan pasien.

H. STUDI LITERATUR
1. Oklusi Traumatik / Traumatic Occlusion
1.1. Definisi
Oklusi traumatik adalah kerusakan pada perlekatan periodontal gigi geligi,
yang merupakan hasil dari beban oklusi yang berlebihan, sehingga
menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan. Kontak oklusi yang tidak tepat
bisa menimbulkan masalah misalnya penyakit periodontal atau gangguan fungsi
sendi temporomandibula. Oklusi yang tidak tepat ini biasanya ditimbulkan oleh
tumpatan yang overhanging, protesa gigi tiruan yang kurang baik desainnya,
kebiasaan bruxism, serta susunan gigi geligi yang tidak teratur. Tekanan
berlebih yang diterima oleh jaringan periodontal menyebabkan perubahan
patologis atau adaptif dari jaringan periodontal disebut dengan trauma oklusi.

1.2. Klasifikasi
Berdasarkan durasi oklusi traumatik diklasifikasikan menjadi :
 Oklusi Traumatik Akut
Trauma karena oklusi akut terjadi akibat tekanan oklusal yang tiba-tiba
seperti saat menggigit benda keras. Selain itu, restorasi atau protesa
yang mengganggu atau mengubah arah tekanan oklusal pada gigi dapat

5
menyebabkan trauma akut. Trauma akut menyebabkan nyeri pada gigi,
sensitivitas terhadap perkusi, dan meningkatnya mobilitas gigi.
 Oklusi Traumatik Kronis
Trauma kronis terjadi akibat perubahan bertahap pada oklusi karena
keausan gigi, gerakan drifting dan ekstrusi gigi dikombinasikan dengan
kebiasaan parafungsional seperti bruksism dan clenching.

Berdasarkan penyebab oklusi traumatik diklasifikasikan menjadi :


 Oklusi Traumatik Primer
Trauma karena oklusi primer disebabkan oleh perubahan tekanan
oklusal. Trauma oklusi primer terjadi jika trauma karena oklusi
dianggap sebagai faktor etiologi primer pada destruksi periodontal dan
ketika hanya perubahan lokal gigi yang terkena tekanan tersebut berasal
dari oklusi. Contohnya cedera periodontal di daerah sekeliling gigi yang
sebelumya memiliki jaringan periodonsium normal setelah a) tambalan
yang terlalu tinggi; b) penempatan protesa yang menyebabkan tekanan
berlebihan pada gigi penyangga atau antagonisnya; c) gerakan drifting
atau ekstrusi gigi ke ruang kosong karena adanya gigi hilang dan tidak
diganti; d) pergerakan ortodonti terhadap gigi sehingga menyebabkan
perubahan posisi fungsional gigi.
 Oklusi Traumatik Sekunder
Trauma karena oklusi sekunder terjadi ketika kapasitas adaptif jaringan
yang menahan tekanan oklusal mengalami gangguan akibat kehilangan
tulang karena proses inflamasi pada jaringan periodontal. Kondisi
tersebut akan mengurangi level perlekatan periodontal dan mengubah
pengaruh dari jaringan pendukung yang ada. Jaringan periodonsium
menjadi rentan terhadap cedera dan kemampuannya menahan tekanan
oklusal yang sebelumnya normal menjadi traumatik.

6
 Oklusi Traumatik Kombinasi
Kerusakan disebabkan kekuatan oklusi yang berlebih pada kelainan
periodontium. Pada kasus seperti inflamasi gingiva, poket, dan
kekuatan oklusi berlebih menyeluruh dari pergerakan parafungsional.

1.3. Gambaran Klinis


 Sakit atau ketidaknyamanan
 Sensitif pada tekanan
 Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula
 Resesi pada gingiva
 Celah pada gingiva (Stillman’s Cleft)
 Pembesaran gingiva yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga
(McCall’s Festoon)
 Poket periodontal/kehilangan perlekatan epitel gingiva
 Kegoyangan gigi
 Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal

1.4. Gambaran Radiografis


 Pelebaran iregular ruang periodontal
 Pelebaran bagian puncak pada ruang ligamentum periodonsium
 Diskontinuitas atau penebalan pada lamina dura
 Kerusakan tulang alveolar ke arah vertikal
 Radiolusensi pada furkasi
 Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar atau resorpsi akar

2. Occlusal Adjustment
2.1. Definisi
Occlusal adjusment didefinisikan sebagai membentuk kembali permukaan
oklusal gigi dengan pengasahan untuk menciptakan hubungan kontak yang
harmonis antara gigi rahang atas dan bawah.

7
2.2. Indikasi
 Perawatan pasca orthodonti
 Oklusi traumatik
 Perawatan persiapan untuk protesa cekat maupun lepasan yang aktivitas
pergeserannya pada saat menutup mulut telah terdiagnosis
 Sebagai bagian dari perawatan gigi-gigi goyang dan migrasi
 Gigi hipermobilitas dikarenakan pengaruh gaya oklusal.
 Fungsi mastikasi yang terbatas sehingga diperlukan OA untuk
mencapai hubungan fungsional yang baik serta efesiensi fungsi
mastikasi.
 Mengurangi efek buruk dari kebiasaan parafungsional.
2.3. Kontraindikasi
 Penyesuaian oklusi tanpa tanda-tanda trauma oklusi.
 Ketika ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi tidak akan membaik
hanya dengan penyesuaian oklusi.
 Pergeseran dan overclosure yang parah, kecuali sebagai bagian dari
rencana prostetik
 Pada gigi yang sensistif dan aus.
 Sebagai perawatan primer dari penyakit inflamasi periodontal yang
disebabkan oleh agen mikrobial.
 Sebagai perawatan dari bruxism berdasarkan riwayat pasien tanpa
tanda-tanda kerusakan, atau rasa sakit.
2.4. Cara Mendeteksi Prematuritas pada Posisi Interkuspal
Untuk pengungkapan prematuritas pada posisi interkuspal, alat pendeteksi
diletakkan pada daerah yang hendak diperiksa. Alat pendeteksi bisa berupa
kertas artikulasi (articulating paper), atau lilin indikator oklusal (occlusal
indicator wax). Setelah alat pendeteksi ditempatkan pada posisinya, kepada
pasien diinstruksikan untuk mengkatupkan gigi belakang kiri dan kanan
secara bersamaan, pelan-pelan dan sekuat-kuatnya. Bila menggunakan
articulating paper, daerah prematuritas ditandai dari ketebalan warna kertas
yang melekat ke permukaan gigi. Sebaliknya bila menggunakan occlusal

8
indicator wax, daerah prematuritas ditandai dari daerah lilin yang menjadi
tipis atau berlubang. Daerah tersebut pada gigi ditandai dengan pensil atau
spidol.
2.5. Prosedur
2.5.1 Memperdalam Alur / Grooving
Memperdalam alur (grooving) adalah prosedur untuk memperbaiki
dan mengembalikan kedalaman alur (developmental groove) yang
telah menjadi dangkal akibat keausan oklusal. Prosedur ini dilakukan
menggunakan tapered diamond point secara perlahan-lahan diputar
pada groove sampai tercapai kedalaman yang diinginkan.

Gambar 1. Prosedur grooving

2.5.2. Membulatkan / Spheroiding


Membulatkan (spheroiding) adalah prosedur untuk mengurangi
kontak prematur dan memperbaiki kontur gigi asli. Alat yang
digunakan adalah bur yang runcing. Dimulai 2-3 mm pada bagian
mesial atau distal yang memiliki kontak prematur. Gigi dikontur dari
margin oklusal dengan jarak 2-3 mm apikal. Pengasahan permukaan
prematuritas dilakukan dengan gerakan ”paintbrush” secara bertahap.
Ketinggian dari cusp oklusal harus dijaga.

9
Gambar 2. Prosedur spheroiding. (A) Rekonturing prematuritas;
(B) Rekonturing sampai beberapa mm apikal dari prematuritas;
(C) Kontur setelah dikoreksi.

2.5.3. Meruncingkan / Pointing


Meruncingkan (pointing) adalah prosedur untuk memperbaiki kembali
titik kontur bonjol. Alat yang digunakan adalah diamond point bur.

Gambar 3. (A) Gigi yang atrisi; (B) Pasca prosedur pointing

2.6. Prinsip Pengasahan


2.6.1. Prinsip Mesial Upper Distal Lower (MUDL)
Prinsip dasar melakukan grinding untuk mengoreksi hubungan/sliding
anterior adalah menggunakan prinsip MUDL (Mesial Upper-Distal
Lower). Prinsip MUDL menyebabkan jaringan email yang diambil
lebih sedikit. Hal ini diharapkan agar dentin masih dilindungi lapisan
email, sehingga pasien tetap merasa nyaman.

10
Gambar 4. Prinsip pengasahan MUDL.

Dalam melakukan pengasahan perlu memperhatikan hal – hal berikut:


 Melakukan perampingan pada stampcusp terlebih dahulu
sebelum membentuk fossa. Stampcusp adalah lereng cusp yang
menyentuh fossa gigi lawannya saat posisi relasi sentrik.
Perampingan cusp ini dilakukan, karena biasanya pada
keadaan dimana terdapat occlusal interference bentuk cusp
menjadi memiliki kontur yang lebih lebar. Dengan melakukan
perampingan lereng cusp ini dapat menyebabkan cusp lebih
mudah mencapai fossa gigi lawannya.

Gambar 5. Stampcusp.

 Tidak diperbolehkan membuat cusp menjadi lebih pendek .


Tujuan dari merampingkan lereng bonjol adalah lebih
memudahkan cusp menempati fossa gigi lawan tanpa
menciptakan gesekan pada gigi lawan yang apabila dibiarkan
terus-menerus dapat menyebabkan gigi lawan mengalami

11
rotasi. Oleh karena itu jika cusp dipendekkan, selain dapat
menyebabkan dentin menjadi terbuka, juga akan menyebabkan
bentuk cusp tidak ramping lagi.
 Jika masih terdapat sangkutan, boleh dipertimbangkan untuk
melakukan reshaping pada fossa gigi lawannya.

Gambar 6. (A) Pergerakan cusptip oleh selektif grinding; (B)


Grinding fossa atas tidak boleh mengurangi posisi ujung cusp
dan memutilasi gigi atas; (C) Grinding bukal posisi tip yang
lebih rendah di tengah.

2.6.2. Prinsip Buccal Upper Lingual Lower (BULL)


Teknik ini digunakan ketika sangkutan terjadi pada working side.
Bagian oklusal gigi yang digerinda adalah pada bagian bukal rahang
atas dan lingual rahang bawah.

Gambar 7. Prinsip pengasahan BULL.

2.7. Indikator Keberhasilan Occlusal Adjustment


 Pola kontak gigi geligi sudah bilateral, stabil dengan banyak titik
kontak.
 Apabila kertas artikulasi ditaruh pada gigi posterior, terasa bahwa
setiap titik kontak yang ada sama kuatnya menahan kertas artikulasi
apabila kertas tersebut ditarik.

12
 Bila digunakan stetoskop yang ditempatkan pada kulit di daerah
infraorbital, terdengar resonansi yang jelas pada waktu pasien
mengatupkan gigi geliginya.
 Pasien tidak merasakan adanya perbedaan antara sisi kiri dengan sisi
kanan apabila ia mengatupkan gigi gerahamnya sekuat-kuatnya.

13

Anda mungkin juga menyukai