KELOMPOK 3
Noermala Nita Sari
(04091004024)
(04101004011)
Febrisally Purba
(04111004058)
Fadlun
(04111004059)
Karimah
(04111004060)
Amalia Virgita
(04111004061)
Atika Samy K
(04111004062)
Khairunnisa
(04111004063)
Eka Wahyuni
(04111004065)
(04111004066)
(04111004067)
(04111004068)
(04111004069)
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan posisinya
berlawanan dengan gigi lainnya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang dan jaringan
lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena adanya jaringan patologis.
Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir
dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi.1
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya.
Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada rahang untuk
tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut (gambar 1).1
ruang, kista, gigi supernumerary, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali, dan kondisi
sistemik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran
gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi.
Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat
bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.2
Pada umumnya, gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya
terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah
antargigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya
sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
impaksi.
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab terhalang,
sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam
deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa hambatan dari sekitar
gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri. 2
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena:
1.
2.
3.
4.
5.
D.
Kelas A
Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.
Kelas B
Bagian terendah gigi molar ketiga berada di atas garis oklusal molar kedua,
tetapi masih di bawah garis servikal molar kedua.
Kelas C
Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggi daripada garis servikal molar
kedua.
1. Indikasi 6
Pencabutan Preventif/Propilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya
patologi yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang
lambat dan sering tidak sempurna, serta pada kondisi tertentu dapat mencegah
terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih lama dalam
lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak ada
adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
Pencabutan patologis & mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan
kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi
indikasi pencabutan pada gigi yang impaksi. Adapun tindakan pencegahan itu
meliputi:
a) Pencegahan penyakit periodontal
b) Pencegahan caries dental
c) Pencegahan perikonitis
d) Pencegahan resorpsi akar
e) Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor
f) Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi
Adapun indikasi lain pencabutan adalah
Usia muda
Adanya
penyimpangan
panjang
lengkung
rahang
dan
membantu
Apabila tulang yang menutupi gigi impaksi sangat termineralisasi dan padat
Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan
terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.
F.
Penggunaan
Pengambilan tulang
Pengambilan tulang tidak begitu sukar oleh karena tuberositas maksila lebih porus
daripada tulang mandibula. Dengan memakai bur lebih mudah membuangnya.
Pada pembuangan tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau
tulang tertolak masuk ke dalam sinus maksilaris. Tulang yang dibuang adalah
bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang adalah bagian palatal.
Pada rahang atas, pengambilan tulang sering menggunakan elevator lurus yang
berfungsi sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan tangan.
Kadang-kadang tulang ini mudah dikupas dengan menggunakan elevator
periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap folikel di
bawahnya. Untuk melihat anatomi mahkota dan untuk menentukan sumbu
panjang gigi impaksi, folikel dihilangkan sebagian dengan menggunakan elevator
periosteal atau elevator lurus dan hemostat kecil. Sekali jalan masuk ke M3
impaksi cukup untuk memasukkan elevator miller atau pott pada servik,
pengungkitan ke distal-bukal bisa dilakukan.
d. Pemotongan yang terencana
Gigi molar tiga impaksi maksila jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Jika
pemotongan M3 maksila atas yang impaksi diperlukan, biasanya mahkota
dipotong agar akar dapat digerakkan ke bukal-oklusal.
e. Pengeluaran gigi
Setelah gigi impaksi bebas dari tulang sekitarnya, kita harus membuat ruangan
yang cukup bagi elevator supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolar,
agar dapat mengeluarkan gigi.
f. Pembersihan luka
Setelah gigi keluar, maka dilakukan penghalusan tulang alveolar yang tajam, sisasisa folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa
mengakibatkan penyembuhan yang lama dan perkembangan patologis dari sisa
G.
berkumur
dengan
klorheksidin
sebelum
pembedahan,
dan
Gunakan obat sesuai yang dianjurkan di dalam resep, pasien dapat diberikan
obat-obatan seperti antibiotik, analgetik, anti- inflamasi, dan vitamin (sebagai
tambahan untuk meningktakan daya tahan tubuh ) misalnya dengan amoxicilin
500mg 3x1 selama 5 hari dan paracetamol 500mg
diperlukan.
Tempatkan tampon diatas daerah pencabutan bukan di dalam soketnya.
Tampon streril yang diletakkan pada bekas operasi harus dibuang setelah
setengah jam karena dapat menyebabkan infeksi.
Lakukan pengompresan es pada wajah untuk mengrangi pembengkakan.
Pengompresan dapat dilakukan dengan selang 30 menit yaitu 30 m3nit
dilakukan pengompresan kemudian 30 menit dilepas.
Tidurlah dengan kepala yang lebih ditinggikan yaitu dengan mengganjal satu
atau dua bantal tamahan. Ini dapat mengontrol atau mengurangi pendarahan
dan pembengkakan.
Lakukan sikat gigi seperti biasa, dapat mengguanakn obat kumur selama 24
jam pertama. Tetapi jangan terlalu sering dan terlalu kuat.
Usahakan untuk meminum air yang dingin , hindari air yang hangat atau
panas.
Jangan mengunyah di daerah gigi yang baru saja di lakukan pencabutan atau
daerah bekas operasi.
Sangat dianjurkan agar pasien dapat istirahat yang cukup karena dapat
membantu proses penyembuhan.
Pasien dianjurkan untuk rutin kontrol hingga jaitan dapat dilepaskan sesuai
anjuran dokter dan keadaan bekas operasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andreasen J.O. 1997. Textbook and Color Atlas of Tooth Impactions Diagnosis
2.
3.
4.
5.
6.
Livingstone. England.
7. Gans, Benjamin J. 1972. Atlas of Oral Surgery. CV Mosby Company.
8. Geoffrey L Howe. 1989. Pencabutan Gigi Geligi ed.2. Jakarta:EGC.
9. Miloro, Michael. 2004. Petersons of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. BC Decker
Inc. Hamilton, London.
10. Benediktsdttir, Sara I. 2003..Thesis at the Department of Oral Radiology and Oral
maxillofacial surgery. Royal Dental College, University of Aarhus, Denmark.
11. Fragiskos, D. 2007. Fragiskos. Oral surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg
12. Peterson L.J. 1998 Principles of Management of Impacted Teeth in Peterson L.J., et al
(editor), Conpemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd ed. St. Louis: Mosby
Yearbook Inc.