Disusun oleh:
Aisyah
Widya Manurung
Leo Saputra
Adi Nugroho
Seftria Devita S.
Venny Dwi Jayanti
Ummul Fitri
Widya Anggraini
Reisha Mersita
Febrisally Purba
Fadlun
Karimah
Amalia Virgita
Atika Samy K
Khairunnisa
Eka Wahyuni
Putri Ajri Mawadara
Essya Nova R. R
Atieka Ulli Sandra
Maria Sandika Putri
Fitriah
Eko Setiawan
Riki Agung Santosa
(04111004048)
(04111004049)
(04111004050)
(04111004051)
(04111004052)
(04111004054)
(04111004055)
(04111004056)
(04111004057)
(04111004058)
(04111004059)
(04111004060)
(04111004061)
(04111004062)
(04111004063)
(04111004065)
(04111004066)
(04111004067)
(04111004068)
(04111004069)
(04091004020)
(04101004010)
(04101004088)
Gigi Tiruan Penuh (GTP) adalah gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi asli
dan struktur di sekitarnya yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah.
Tujuan pemakaian atau perawatan dengan GTP antara lain:
1) Untuk mengembalikan fungsi mastikasi.
2) Untuk memperbaiki dimensi wajah dan kontur yang terganggu dengan
memperhatikan segi estetik.
3) Untuk memulihkan fungsi bicara (fonetik) yang diakibatkan oleh
kehilangan sebagian atau seluruh gigi.
GTP perlu digunakan untuk mencegah pengkerutan tulang alveolar, berkurangnya
dimensi vertikal disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak adanya
penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik.
Pada orang yang kehilangan seluruh giginya, dimensi vertikal oklusi alami akan
hilang dan mulut cendurung overclosure. Hal ini akan menyebabkan pipi berkerut
dan masuk ke dalam serta membentuk commisure. Selain itu, lidah sebagai
kumpulan otot yang sangat dinamis karena hilangnya gigi akan mengisi ruang
selebar mungkin sehingga lidah akan membesar dan nantinya dapat menyulitkan
proses pembuatan gigi tiruan penuh. Selama berfungsi, rahang bawah berusaha
berkontak dengan rahang atas sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik sehingga
mandibula menjadi protrusi dan hal ini menyebabkan malposisi TMJ.
Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dalam pembuatan
GTP beserta material yang digunakan pada tiap tahapan. Dimulai dari pencetakan
rahang, penentuan dimensi vertikal dan oklusi sentris, memilih dan menyusun
anasir gigi tiruan, wax contouring, proses pembuatan laboratorium dari gigi tiruan
penuh, remounting, pengasahan selektif, hingga pemasangan gigi tiruan penuh
pada pasien. Proses tersebut harus secara berurutan dan sesuai untuk
meminimalkan kesalahan pada pembuatan gigi tiruan penuh yang berakibat pada
ketidaknyamanan pasien saat pemakaian.
1.
Macam cetakan 1
Macam cetakan rahang untuk pasien tidak bergigi ialah:
a. Cetakan awal/cetakan pertama/cetakan anatomis
Hasil cetakan lazim disebut study model/model diagnostik/model
anatomis, dimana kita akan mempelajari masalah yang mungkin akan
timbul selama pembuatan geligi tiruan dan digunakan sebagai
penunjang diagnostik.
Pada model anatomis kita buat sendok cetak pribadi pasien yang akan
dipakai untuk mencetak cetakan akhir.
b. Cetakan akhir/cetakan fisiologis
Hasil cetakannya lazim disebut model kerja, yang digunakan untuk
membuat geligi tiruan.
Cara Mencetak 1
Gambar 3. Hasil cetakan rahang atas dan rahang bawah dengan bahan alginat
harus
membentuk
seal
yang
dapat
mencegah
Bahan cetak
Alginat
Alginat terdiri dari komponen aktif (natrium, kalium, atau alginat
trietanolamin), pengisi (tanah diatoma), reaktor (kalsium sulfat), dan bahan
yang mempercepat pengerasan bahan cor (kalium titanium florid). Bila
alginat dicampur dengan air bahan tersebut membentuk sol.2 Semakin besar
berat molekul, semakin kental sol yang terjadi.3 Dengan adanya bahan
pengisi, sol yang telah terbentuk meningkat kekuatan dan kekerasannya,
teksturnya lebih halus, serta permukaannya padat dan tidak bergelombang.4
Kelebihan alginat: 5
Manipulasi mudah
Kurang akurat
Elastomer
Pada pembuatan gigi tiruan penuh, bahan cetak polieter digunakan untuk
mendapatkan cetakan fisiologis agar mendapatkan model kerja yang akurat
sehingga didapat retensi dan stabilitas yang baik. 6 Bahan ini digunakan
karena dapat menyebar luas dan merata pada setiap bagian yang harus
dicetak tanpa adanya tekanan pada jaringan mukosa.6,7
Polieter adalah bahan cetak sistem dua pasta, yaitu pasta base dan pasta
katalis.7
Tabel 1. Komposisi Polieter
Pasta
Komponen
Base
Katalis
larutan gips encer, lalu disiram dengan air kran yang mengalir kemudian
keringkan dengan semprotan udara kering.
Sebaiknya sebelum dicor dengan dental stone, dibuat dinding dari lembaran
malam sekeliling cetakan (boxing). Tujuan dari boxing yaitu agar
bentuk/batas tepi tetap dipertahankan. 1
Cara boxing:
Pada bagian posterior rahang atas tak terdapat batas tepi maka sebagai
gantinya garis A kita anggap sebagai batas tepi cetakan. Yang
penting untuk semua bagian jarak antara batas tepi cetakan dengan
utility wax harus tetap dipertahankan.
Jarak antara tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah.
Kemudian cetakan akhir di cor dengan gips menggunakan gips tipe III.
rahang
dalam
keadaan
physiological
rest
position
Jarak inter-oklusal pada saat posisi istirahat hendaknya berkisar antara 24 mm bila dilihat dari regio premolar. Interpretasi dari hasil pengukuran
dimensi vertikal menggunakan metode ini yaitu:
3.
gigi asli yang hilang. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan, ada
faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna,
bahan, serta inklinasi dari anasir gigi tiruan. Bentuk wajah, usia dan jenis kelamin
pasien juga menjadi pertimbangan dalam memilih dan menyusun anasir gigi
tiruan.
Dalam pemilihan warna, biasanya digunakan shade guide, yang terdiri dari
berbagai nomor dan bentuk gigi dengan tingkat hue, valeu dan chroma yang
bervariasi..3
Anasir gigi tiruan ada yang terbuat dari porselen, ada juga yang terbuat dari
akrilik.
Porselen
Porselen adalah material yang sewarna dengan gigi yang tersusun atas
kristal, alumunia dan silica yang dileburkan secara bersama pada high
temperatures, untuk membentuk kekuatan, keseragaman, dan
material glass-like.12
Dalam laboratorium kedokteran gigi, porselen untuk restorasi
menggunakan bentuk sediaan fine powder (serbuk halus). Pembuatan dari
powder porselen sangat kompleks. Porselen terbuat dari bahan-bahan dasar
berupa: silika (SiO2), feldspar (K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3).
Bahan-bahan crystalline ini dipanaskan bersamaan dengan fluxed
diantaranya sodium karbonat.
Material crystalline yang baru terbentuk disebut leucite juga
berbentuk kaca pada kondisi tertentu. Dental porselen ini merupakan
matriks dari kaca bertitik leleh rendah berikatan dengan leucite crystals.
Porselen selanjutnya dibakar kembali dengan metal oksida untuk
menambahkan warna yang sesuai dengan gigi. Setelah porselen dingin,
porselen ini menjadi bahan dasar untuk fine powder, bentuk inilah yang
digunakan dalam dental laboratorium.
Klasifikasi porselen berdasarkan temperatur fusinya diantaranya yaitu:
1288 - 1371 Care high fusing
1093 - 1260 Care medium fusing
871 - 1066 Care low fusing
Kebanyakan dental restorasi dibuat dengan low-fusing porcelains.
Akrilik
Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer)
monometil metakrilat dan biasanya bahan ini dikemas dalam bentuk bubuk
(polimer) polimetil metakrilat.14
Anasir gigi tiruan (artificial teeth) untuk pembuatan gigi tiruan penuh
dapat dipilih yang berbahan dasar akrilik.
4.
Wax counturing adalah membentuk dasar gigi tiruan dari malam sedemikian
rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial pasien dan semirip mungkin
dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut agar menghasilkan gigi tiruan
yang stabil, menjaga gigi tiruan pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan
otot-otot orofasial penderita.
Material yang biasa dipakai untuk wax contouring pada pembuatan GTP
adalah base plate wax. Komposisi dari base plate wax yang pasti biasanya tidak
ditunjukkan oleh pabrik pembuatnya. Namun, wax tersebut dapat dibuat dengan
menggunakan campuran beberapa wax, seperti paraffin wax dan beeswax dengan
sedikit penambahan wax yang cukup kuat dan liat, misalnya carnauba wax.15
Tabel 2. Komposisi Base Plate Wax
Komposisi
Presentase
Paraffin wax
75-80%
Beeswax
10-14%
Carnauba wax
1-3%
1-3%
2-4%
Gambar 15. (kiri) Base plate wax; (kanan) setelah selesai wax contouring
Thermal ekspansi
Koefisien thermal ekspansi malam merupakan yang tertinggi dari bahan
lain. Koefisien thermal ekspansi linear untuk base plate wax antara
200x10-6/0C dan 390x10-6/0C pada suhu 25-370C. Spesifikasi ADA No. 24
membatasi ekspansi wax sampai 0,8% pada suhu 250C dan 400C.
Daya alir
Daya alir pada setiap tipe wax berbeda-beda sesuai dengan
penggunaannya di kedokteran gigi. Menurut sifat flownya dan menurut
spesifikasi ADA no. 24, base plate wax terdiri dari tiga tipe, yaitu :
Tipe I adalah soft wax untuk membuat veneer.
Tipe II adalah medium wax untuk membuat pola yang akan
dicobakan ke rongga mulut pada suhu sedang (23-450C).
Tipe III adalah hard wax untuk percobaan pengisian (trial filling) di
rongga mulut pada suhu lebih besar dari 23-450C.
Tekanan residual
Tekanan residual base plate wax yang terdapat pada pattern wax gigi
tiruan disebabkan pendinginan yang berbeda. Waktu dan temperatur
mempengaruhi hilangnya tekanan residual base plate wax. Gigi tiruan
yang telah disusun dengan tepat dan telah dilakukan wax contouring
sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja dalam waktu yang lama, karena
dapat menyebabkan distorsi dan pergerakan gigi. Sebaiknya gigi tiruan
segera ditanam dalam kuvet untuk mempertahankan keakuratan relasi
gigi.
FLASKING
Flasking adalah proses penanaman model dan trial denture dalam suatu
flask/cuvet untuk membuat sectional mould. Mould bagian bawah dibuat dengan
menanam model dalam dental plaster dan bagian atas dibuat dari 2 adukan
dental stone yang terpisah di atas gigi tiruan.
kedua dengan cara yang sama sampai kering. Prosedur ini harus
menghasilkan permukaan yang halus dan mengkilap.
Pergerakan anasir gigi tiruan diperkirakan akan terjadi selama proses
pembuatan GTP. Pergerakan ini harus diminimalkan agar dapat mempertahankan
oklusi yang sebelumnya telah dirancang pada pasien. Sehingga tidak ada
perubahan oklusi selama proses pembuatan GTP.
Ketika proses flasking, telah diamati bahwa GTP yang hanya dipendam pada
dental plaster dapat mengalami pergerakan gigi maksimum, terutama pada
dimensi medio-lateral.19
Flasking yang dilakukan pada material silikon menghasilkan permukaan
yang halus serta memudahkan saat proses deflasking. Namun, material ini dapat
menyebabkan pergerakan gigi maksimum pada arah antero-posterior dan vertikal.
Hal ini dapat dikaitkan dengan ketahanan material silikon.
Dental stone yang digunakan sebagai material coring di atas dental plaster,
gigi dan permukaan protesa yang telah dihaluskan, menunjukkan sedikit
pergerakan gigi baik ke arah vertikal maupun antero-posterior. Dental stone dapat
mengikat gigi bersamaan serta mencegah terjadinya pergerakan anasir gigi tiruan.
6.
PACKING
Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin
: transparan
: 22-24 m /100 g
Waktu kerja
: 6 menit
Pengerasan
: 30 menit
Resin Akrilik
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
diaplikasikan, khususnya untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan dengan
hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya.
Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia
dinamakan polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi
atau arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa cairan
(monomer) mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer)
polymthtyl methacrylate.2
Resin akrilik jenis heat cured merupakan bahan yang umum digunakan
dalam pembuatan basis GTP. Komposisi heat cured acrylic terdiri dari dua
kemasan yaitu: 2
Polymer (bubuk) :
a. Polymer;
(poly-methyl
methacrylate).
Polimer,
polimethyl
Cairan (monomer) :
a.
b.
Stabilizer;
sekitar
0,006%
hydroquinone
untuk
menccegah
CURING
Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya. Curing merupakan
hal yang sangat penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang memenuhi
persyaratan diantaranya kandungan monomer sisa yang rendah.
Resin akrilik adalah bahan yang paling sering digunakan untuk pembuatan
geligi tiruan, tetapi apabila proses curing tidak tepat maka kandungan monomer
sisa resin akrilik akan tinggi. Kandungan monomer sisa yang tinggi akan
mengiritasi jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat
mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan
bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel
dan kekuatannya menurun.
Resin akrilik yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan umumnya
adalah resin akrilik polimerisasi panas (heat cured). Proses curing untuk heat
cured acrylic adalah secara konvensional yaitu dengan pemanasan air. Pemberian
panas harus secara teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer
bersifat eksothermis.
Panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya curing
yang sempurna adalah 74C (165F) yang dilakukan pada air dengan menjaga
suhu tersebut selama 30 menit tanpa adanya prosedur pendidihan terminal.
Kemudian tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu mencapai 100C dan
diproses selama 1 jam. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih
terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%.
Bila polimerisasi telah dimulai maka temperatur resin akrilik akan jauh
lebih tinggi dibandingkan air. Hal ini disebabkan karena panas yang timbul dari
reaksi polimerisasi akan dialihkan ke bahan tanamnya sehingga terjadi pemanasan
berlebihan yang mengakibatkan monomer mendidih yang dapat
terjadinya
porositas pada hasil curing. Monomernya akan mendidih pada temperatur 100C.
Tetapi bila air dipanaskan dengan lambat maka temperatur resin tidak akan
melewati temperatur didih monomer.
Alat dan bahan:
Alat perebus kuvet (panci dan kompor)
Timer
Air
Prosedur curing:
a. Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)
b. Panaskan kuvet hingga suhu naik perlahan mencapai kurang lebih 70 o C.
Suhu ini dipertahankan hingga 30 menit dengan mengecilkan api kompor
atau menambahkan air dingin jika suhu diperkirakan naik. Suhu
dinaikkan dari 70o C menjadi 100o C dan dibiarkan selama 1 jam
c. Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.
d. Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.
e. Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.
8.
DEFLASKING
Setelah curing selesai, kuvet yang masih dalam alat press dibiarkan
mendingin sendiri sampai suhu kamar, baru kuvet boleh dibuka. Apabila pada
waktu masih panas kuvet sudah dibuka maka akan terjadi perubahan bentuk dan
sebaliknya bila sangat dingin, resin akrilik akan menjadi rapuh.
Deflasking adalah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari kuvet/flask dan
bahan tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya gigi tiruan
dapat di-remounting di articulator kembali persis seperti sebelum proses flasking,
packing dan curing.21
Caranya:
a. Mould gigi tiruan dilepaskan dari flask/kuvet
b. Gergaji dinding luar dari stone mould, dari atas ke bawah pada daerah
caninus kanan dan kiri dan pada daerah ujung distalnya kanan dan kiri.
Hati-hati jangan sampai mengenai gigi tiruan.
Gambar 18. (kiri) kertas artikulasi diletakkan pada lengkung sisi kiri RB
(kanan) hasil menujukkan adanya kontak prematur yang ditandai dengan titiktitik berwarna lebih tua dan kontak normal ditandai dengan warna lebih muda
Gambar 19. Oklusi seimbang dua sisi (Bilateral Balanced Occlusion) pada GTP
c) Stabilitas
Pemeriksaan stabilitas gigi tiruan dilakukan dengan cara menekan gigi
molar satu kiri dan kanan secara bergantian apakah ada sisi yang
terungkit atau tidak. Pemeriksaan gigi tiruan di dalam mulut saat mulut
berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi
wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa
dapat dipoles.22
10.
tahap
finishing
dengan
merapikan
basis
akrilik,
menggunakan straight hand piece dan fraser atau stone bur, membentuk
basis sesuai outline dan membebaskan daerah mukosa bergerak tidak
bergerak.
b. Tahap selanjutnya adalah meratakan permukaan lempeng akrilik dengan
menggunakan kertas gosok (amplas) hingga benar-benar halus. Gunakan
dari yang kasar terlebih dahulu, kemudian diganti amplas yg lebih halus.
c. Kemudian dilakukan polishing. Pemolesan gigi tiruan (polishing)
bertujuan untuk menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa
mengubah konturnya yang telah dibuat pada tahapan wax contouring.
Pada tahap ini, digunakan rag wheel (putih) dan pumis halus untuk
memoles tepi permukaan lingual dan palatal gigi tiruan. Pada permukaan
fasial yang masih kasar dapat digunakan brush wheel putih dan bubuk
pumis halus yang basah dengan tekanan dan putaran bur serendah
mungkin.
Daftar Pustaka
[1] Drg. Ny. Itjingningsih W.H. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan. 1996. Jakarta :
EGC
[2] Juwono, Lilian. 2003. Philips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC
[3] W, Cook. 1986. Alginate Dental Impression Materials: Chemistry, Structure,
and Properties. J Biomed Mater Res.
[4] WH, Heisler. 1992. Accuracy and Bond Strength of reversible with
Irreversible Hydrocolloid Impression Systems. J Prosthet Dent.
[5] HJ, Wilson. 1988. Impression Materials. Br Dent J.
[6] Braden M, Causton B, dan Clarke RL. 1972. A Polyether Impression
Rubber. J Dent Res.
[7] Chai JY dan Yeung T-C. 1991. Wettability of Nonaqueous Elastomeric
Impression Materials . Int J Prosthodont.
[8] Donovan T dan Chee WWL. 1989. Preliminary Investigation of Disinfected
Gypsum Die Stone. Int J Prosthodont.
[9] Kuntze RA. 1984. The Chemistry and Technology of Gypsum. Philadelphia,
American Society for Testing and Materials.
[10] Hamzah,
Zahreni;
dkk.
2008. Petunjuk
Praktikum
Fisiologi