Anda di halaman 1dari 18

TELAAH KASUS

OCCLUSAL ADJUSTMENT

Oleh: Elicya Eka Putri


2041412043

Pembimbing :
drg. Kosno Suprianto, MDSc Sp. Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN
GIGI UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
SKENARIO PERIODONSIA

Nama Mahasiswa : Elicya Eka Putri


No. BP 2041412043
Pembimbing : drg. Kosno Suprianto, MDSc, Sp. Perio

Skenario Occlusal Adjustment


Seorang mahasiswi (20 tahun) datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi
belakang atas bagian kanan terasa sakit saat berkontak dengan gigi bawahnya
dengan tekanan kuat. Pasien mulai merasakan keluhan ini sejak ± 2 tahun yang
lalu. Awalnya pasien merasakan gigi pada bagian belakang yang ditambal 3 tahun
lalu terasa mengganjal dan tinggi saat menggigit makanan dan berkontak dengan
gigi bawah dan pasien tidak pernah mengobati giginya. Rasa sakit mulai terasa
saat pasien makan makanan yang keras atau menggigit sesuatu dengan tekanan
yang kuat pada gigi tersebut. Rasa sakit hilang ketika penyebab dihentikan. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki alergi obat dan makanan,
dan tidak mengonsumsi obat jangka panjang. Ayah dan Ibu pasien tidak dicurigai
memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien pernah ke dokter gigi pada tahun 2020
untuk menambal gigi belakang kanan rahang bawah. Pasien menyikat gigi 2x
sehari pada pagi hari saat mandi dan malam sebelum tidur. Pasien tidak
menggunakan sikat lidah dan obat kumur. Pasien adalah seorang mahasiswa
tingkat akhir, istirahat ±7 jam sehari. Pasien rutin mengonsumsi buah dan sayur.
Pasien jarang minum teh dan kopi, dan cukup mengonsumsi air. Pasien
mengunyah 2 sisi. Dari pemeriksaan intra oral ditemukan bahwa gigi 16 dan 46
mengalami kontak edge to edge pada saat dilakukannya gerakan oklusi sentrik.
OH pasien baik.
TATA LAKSANA KASUS OCCLUSAL ADJUSMENT

A. DATA PASIEN
Nama Pasien : AD
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Ampang
No. RM :-

B. HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Chief Complain (CC)
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang atas bagian kanan terasa sakit saat
berkontak dengan gigi bawahnya dengan tekanan kuat.
b. Present Illnes (PI)
Pasien mulai merasakan keluhan ini sejak ± 2 tahun yang lalu. Awalnya pasien
merasakan gigi pada bagian belakang yang ditambal 3 tahun lalu terasa
mengganjal dan tinggi saat menggigit makanan dan berkontak dengan gigi
bawah dan pasien tidak pernah mengobati giginya. Rasa sakit mulai terasa saat
pasien makan makanan yang keras atau menggigit sesuatu dengan tekanan
yang kuat pada gigi tersebut. Rasa sakit hilang ketika penyebab dihentikan.
c. Past Dental History (PDH)
Pasien pernah ke dokter gigi pada tahun 2020 untuk menambal gigi belakang
kiri rahang bawah. Pasien menyikat gigi 2x sehari pada pagi hari saat mandi
dan malam sebelum tidur. Pasien tidak menggunakan sikat lidah dan obat
kumur.
d. Past Medical History (PMH)
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien dalam kondisi sehat dan
tidak pernah mengonsumsi obat jangka panjang
e. Family History (FH)
Ayah dan Ibu pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
f. Social History (SH)
Pasien adalah seorang mahasiswa, istirahat 7 jam sehari. Pasien rutin
mengonsumsi buah dan sayur. Pasien jarang minum teh dan kopi, pasien cukup
mengonsumsi air putih.

C. ETIOLOGI
Restorasi yang overfill pada gigi 26 menyebabkan kontak edge to egde pada
gigi 16 dan 46

D. DIAGNOSA
Trauma oklusi pada gigi 46

E. RENCANA PERAWATAN
DHE dan Occlusal adjusment pada gigi 46

F. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

Diagnostik Set Articulating Paper

Handpiece High Speed Topikal Flour

Handpiece Low Speed

Diamond Bur

Bur Poles

G. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Periksa kontak premature pada posisi interkuspal (oklusi sentrik) dengan
cara meletakkan articulating paper tapal kuda pada gigi pasien
3. Instruksikan untuk pasien melakukan gerakan lateral. Kemudian daerah
prematuritas ditandai dari ketebalan warna kertas yang melekat ke
permukaan gigi
4. Lakukan pengurangan atau pengasahan menggunakan bur diamond pada
restorasi yang overfill.
5. Lakukan pengecekan kembali dengan articulating paper dan instruksikan
pasien untuk melakukan gerakan lateral seperti langkah sebelumnya. Jika
teraan sudah merata (tidak ada bagian yang lebih tebal) berarti
pengurangan sudah cukup dilakukan
6. Lakukan pemolesan pada bagian gigi yang dikurangi dengan
menggunakan bur poles
7. Olesi bagian gigi yang telah dilakukan pengurangan dengan topikal fluor,
diamkan selama 4 menit atau tunggu beberapa saat sesuai aturan pabrik,
kemudian bersihkan dengan cotton pellet dan tidak boleh berkumur
8. Intruksikan kepada pasien untuk tidak makan dan minum selama 30 menit
dan intruksikan pasien untuk kontrol 1 minggu kemudian.
KAJIAN PUSTAKA

A. Traumatic Occlusion
Traumatic occlusion adalah oklusi yang menyebabkan kerusakan pada
jaringan periodontal. Terjadi karena daya oklusal berlebih (occlusal excessive
force), mengakibatkan kontak prematur gigi. Contoh daya oklusal berlebih
misalnya tambalan overhang dan overilled, mahkota bridge yang overcontact,
daya berlebih pada pergerakan orthodontic, kasus maloklusi misalnya deep bite
atau palatal bite atau cingulum bite, dimana ujung insisal gigi insisif rahang
bawah mengenai bagian palatal gigi insisif rahang atas, akan menimbulkan daya
oklusal berlebih.
Trauma oklusal dapat dibagi dalam 3 kategori atau klasifikasi, yaitu:
1. Trauma oklusi primer/Primary Occlusal. Trauma : kerusakan dihasilkan oleh
kekuatan berlebih pada 1 atau lebih gigi atau bersifat lokal yang
mengakibatkan terjadinya kontak prematur.
Adapun beberapa contoh yang menyebabkan cedera periodonatal yaitu:
a. Tambalan overhang.
b. Alat prostetik
c. Drifting gigi
d. Daya berlebih ( pergerakan orthodontic )
e. Anatomi ( mulberry teeth, gigi konus, gigi molar dengan bentuk mahkota
premolar, dan sebagainya )
2. Trauma oklusi sekunder/Secondary Occlusal. Trauma : Trauma dari oklusi
yang disebabkan terjadinya inflamasi pada ligamen periodontal yang
disebabkan oleh bakteri pemicu penyakit periodontal, hal ini menyebabkan
terjadinya migrasi, ekstrusi sehingga mengakibatkan puncak bonjol atau
puncak insisal melewati batas curve of spee sehingga terciptanya kontak
prematur.
3. Kombinasi trauma oklusi/Combined Occlusal Trauma: kerusakan disebabkan
kekuatan oklusi yang berlebih pada kelainan periodontium. Pada kasus seperti
inflamasi gingiva, poket, dan kekuatan oklusi berlebih menyeluruh dari
pergerakan parafungsional.
Pasien yang mengalami trauma oklusi, dapat dilihat pada pemeriksaan adanya
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Pelebaran Ligamen periodontal dan lamina dura terputus
b. Temporo Mandibula disorder
c. Otot kunyah terjadi rasa sakit dan kelelahan otot
d. Bruxism atau clenching
e. Gigi mobility
f. Atrisi gigi
g. Migrasi patologis pada gigi
h. Radiolusensi pada furkasi

B. Occlusal Adjustment
Definisi : Pengurangan secara selektif permukaan oklusal dengan tujuan
mencapai oklusi yang stabil dan non traumatik untuk memperbaiki dan menjaga
kesehatan periodonsium. Occlusal adjustment disebut juga coronoplasty adalah
pembentukan kembali selektif permukaan oklusal dengan tujuan membuat
stabilitas, oklusi nontraumatik.1 Tujuan dari terapi oklusi ini adalah untuk
mengembalikan oklusi ideal dan menjaga fungsi jaringan periodontal dengan
berbagai macam prosedur seperti membentuk kembali gigi atau penyesuaian
oklusi dengan grinding atau pengasahan gigi, mengubah bentuk gigi dengan
pembuatan restorasi, pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusi,
megubah posisi gigi dengan menggerakan gigi secara orthodonsi, dan mengubah
relasi gigi dan rahang dengan bedah ortognasi.
Prosedur occlusal adjustment telah digunakan secara luas sebelumnya untuk
mengobati berbagai masalah termasuk trauma oklusal, gejala TMD, bruxism, dan
sakit kepala.
Adapun indikasi untuk dilakukannya occlusal adjustment adalah :
a. TFO (Trauma From Occlusion).
b. Gigi hipermobilitas yang berhubungan dengan gaya oklusal.
c. Fungsi mastikasi yang terbatas sehingga diperlukan OA untuk mencapai
hubungan fungsional yang baik serta efesiensi fungsi mastikasi.
d. Perawatan persiapan untuk protesa cekat maupun lepasan yang aktivitas
pergeserannya pada saat menutup mulut telah terdiagnosis
e. Perawatan pasca orthodonti
f. Perawatan pasca periodontal
g. Sebagai bagian dari perawatan gigi-gigi goyang dan migrasi
h. Mengurangi efek buruk dari kebiasaan parafungsional.

Kontraindikasi nya adalah :


a. Penyesuaian oklusi tanpa tanda-tanda trauma oklusi.
b. Sebagai perawatan primer dari penyakit inflamasi periodontal yang
disebabkan oleh agen mikrobial.
c. Sebagai perawatan dari bruxism berdasarkan riwayat pasien tanpa tanda-
tanda kerusakan, atau rasa sakit.
d. Ketika pasien tidak akan merasa puas dengan hasilnya.
e. Ketika ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi tidak akan membaik
hanya dengan penyesuaian oklusi.
f. Pergeseran dan overclosure yang parah, kecuali sebagai bagian dari rencana
prostetik
g. Pada gigi yang sensistif, aus, dan gigi muda dengan beberapa
pertimbangan Profilaksis adjustment tanpa bukti-bukti tanda dan gejala
trauma oklusi.

- Prinsip :
b. Pengasahan selektif permukaan oklusal dan insisal dilakukan apabila
hubungan oklusal menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium
c. Terdapat tanda-tanda trauma oklusi :
 Penebalan lamina dura dan terputus
 Pelebaran ruang periodontal
 Kerusakan tulang angular
 Poket dalam
 Nyeri
 Gigi mobility
 Atrisi
 Abses periodontal
 Migrasi patologis pada gigi
 Radiolusensi pada furkasi
- Oklusal Adjusment terbagi dalam 2 macam :
a. Komprehensif : dilakukan apabila cedera akibat trauma melibatkan banyak
gigi sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula
b. Setempat : dilakukan apabila cedera akibat trauma hanya melibatkan satu
atau beberapa gigi saja

Secara garis besar prosedur OA terdiri atas 10 tahapan berikut:


1. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
2. Penyingkiran prematuritas retrusif.
3. Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan
dengan banyak titik kontak.
4. Penyingkiran kontak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi
interkuspal.
5. Penyingkiran hambatan protrusif pada gigi posterior.
6. Penyingkiran atau pengurangan hambatan mediotrusif atau balancing.
7. Pengurangan hambatan laterotrusif atau working.
8. Penyingkiran disharmoni oklusal yang menyolok.
9. Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi.
10. Pemolesan permukaan gigi.

Namun pada oklusal adjusment setempat hanya dilakukan tahap 1, tahap 3,


dan tahap 10, yaitu:
1. Menjelaskan prosedur kepada pasien
2. Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang
simultan dengan banyak titik kontak
Pemolesan permukaan gigi.

Prosedur dasar
Prosedur dasar untuk mengkoreksi prematuritas oklusal adalah:
1. Memperdalam alur (groove)
Memperdalam alur (grooving) adalah prosedur untuk mengembalikan
kedalaman alur pertumbuhan (developmental groove) yang telah menjadi
dangkal akibat keausan oklusal. Prosedur ini dilakukan dengan bur berbentuk
runcing sampai diperoleh kedalaman yang sesuai.
2. Membulatkan
Membulatkan (spheroiding) adalah prosedur untuk mengurangi
prematuritas dan memperbaiki kontur gigi. Alat yang digunakan adalah bur
yang runcing. Pengasahan permukaan prematuritas dilakukan dengan sapuan
seperti mengecat dimulai 2 - 3 mm mesial atau distal dari prematuritas mulai
dari tepi oklusal gigi sampai 2 - 3 mm apikal dari tanda prematuritas. Dalam
melakukan pembulatan harus dijaga jangan sampai tinggi tonjol gigi dikurangi

Gambar 1. Prosedur memperdalam alur

Gambar 2. Prosedur membulatkan. A. Rekonturing prematuritas;


B. Rekonturing sampai beberapa mm apikal dari prematuritas; C. Kontur setelah
dikoreksi.
3. Meruncingkan
Meruncingkan (pointing) adalah prosedur untuk memperbaiki kembali
kontur tonjol gigi yang runcing. Alat yang digunakan adalah bur yang runcing.

Gambar 3. Meruncingkan. A. Sebelum perawatan; B. Setelah perawatan

Pengasahan gigi dilakukan dengan ketiga prosedur dasar yang telah


dikemukakan di atas. Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Bila kontak gigi dengan gigi antagonisnya berada tidak pada posisi yang tepat,
koreksi dilakukan untuk menciptakan kontak tonjol yang lebih ideal.
2. Bila kontak gigi terlalu tinggi (keadaan suprakontak yang sebenarnya), koreksi
dilakukan dengan memperdalam kedalaman fossa atau mengurangi tinggi
tonjol gigi tergantung pada hubungan fossa-tonjol gigi individu. Bila yang
dilakukan berupa pengurangan tinggi tonjol gigi, harus diperhatikan jangan
sampai mengurangi dimensi vertikal pada gigi posterior. Dalam melakukan
pengasahan, sebaiknya hasil yang dicapai adalah berupa kontak oklusal
bersilang pada posisi interkuspal.
C. PENYESUAIAN OKLUSI
Lokasi Kontak prematur : Prinsip penyesuaian oklusinya
Hambatan :
Oklusi Sentrik Tonjol yang menentukan “Sentrik Stop” tidak
boleh diasah fosa didalamkan / dilebarkan
Freedom in Centric
Relasi Sentrik : (inklinasi mesial g. Asah mesial gigi atas (MU)
maxilla, inklinasi distal g. Asah distal gigi bawah (DL)
mandibula).
Pergeseran Sentrik (centric slide) Asah mesial gigi atas (MU) Asah distal gigi
Inklinasi mesial g. maksila, inklinasi bawah (DL) Ujung cusp/ tonjol gigi boleh
distal g.mandibula diasah
Gerakan lateral/ eksentrik:
Sisi keseimbangan Asah cusp palatal atas, tonjol distal bagian
Sisi kerja dalam PU
Asal cusp bucal bawah, tonjol mesial bagian
dalam BL
Asah cusp bukal atas BU
Asah cusp lingual bawah LL
Gerakan protrusif: Asah bukal atas/ asah cusp lingual bawah
Gigi belakang (BULL)
Gigi depan Asah inklinasi distal tonjol gigi atas DU
Asah inklinasi mesial tonjol gigi bawah ML
Pengasahan pada lintasan hambatan tanpa
mengganggu sentrik stop

Untuk interferensi pada artikulasi kerja dan protrusi :

• Pada gigi insisivus dan kaninus pada artikulasi lateral dan protrusi; asah
permukaan lingual dari gigi atas untuk menghindari hilangnya oklusi
interkuspal. Insisal edge dapat diasah untuk mendapatkan kontak kelompok
pada protrusi jika estetik memungkinkan. Tindakan ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari pembuangan permukaan caninus
guidance atau insisivus.
D. PRINSIP MUDL
Prinsip dasar melakukan grinding untuk mengoreksi hubungan anterior
adalah menggunakan prinsip MUDL (Mesial Upper-Distal Lower).

Gambar 4. Prinsip MUDL

Kemudian dalam melakukan grinding, perlu memperhatikan hal-hal berikut


ini:

1. Melakukan perampingan pada stamp cusp terlebih dahulu sebelum


membentuk fossa. Stamp cusp adalah lereng bonjol yang menyentuh fossa
gigi lawannya saat posisi relasi sentrik. Perampingan cusp ini dilakukan,
karena biasanya pada keadaan dimana terdapat occlusal interference bentuk
cusp menjadi memiliki kontur yang lebih lebar. Dengan
melakukan perampingan lereng bonjol ini dapat menyebabkan bonjol lebih
mudah mencapai fossa gigi lawannya.

Gambar 5. Stamp cusp


2. Tidak diperbolehkan membuat cusp menjadi lebih pendek. Tujuan dari
merampingkan lereng bonjol adalah lebih memudahkan cusp menempati
fossa gigi lawan tanpa menciptakan gesekan pada gigi lawan yang apabila
dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan gigi lawan mengalami rotasi.
Oleh karena itu jika cusp dipendekkan, selain dapat menyebabkan dentin
menjadi terbuka, juga akan menyebabkan bentuk cusp tidak ramping lagi.
3. Jika masih terdapat sangkutan, boleh dipertimbangkan untuk melakukan
reshaping pada fossa gigi lawannya.

Gambar 6. A, pergerakan cusp tip oleh selektif grinding. B, Grinding fossa atas
tidak boleh mengurangu posisi ujung cusp dan memutilasi gigi atas. C,
Grinding bukal posisi tip yang lebihrendah di tengah.

Dengan menggunakan prinsip MUDL, menyebabkan jaringan email yang


diambil lebih sedikit. Hal ini diharapkan agar dentin masih dilindungi lapisan
email, sehingga pasien tetap merasa nyaman.

E. PRINSIP BULL

Teknik ini paling banyak dilakukan oleh dokter gigi selama praktik sehari
hari. Saat melakukan grinding, bagian oklusal gigi yang digerinda adalah
pada bagian bukal rahang atas dan lingual rahang bawah.

Gambar 7. Teknik BULL


Selain dua teknik penyesuaian oklusal seperti diatas, terdapat metode lain
yang dapat dilakukan. Pasien menutup gigi-gigi pada relasi sentrik dan relasi gigi
anterior. Kemudian ditentukan apakah kaninus atau kelompok fungsi
sebagai pedoman. Jika suatu grup fungsi diperlukan maka gigi yang bisa
membantu guidance haruslah dipilih. Pasien menggerakkan mandibula ke
berbagai gerakan lateral dan protrusif untuk melihat kontak yang diinginkan.
Kontak mediotrusif sebenarnya disocclude gigi anterior dan sulit untuk dilihat
sebagai pedoman (guidance) yang terbaik. Saat hal ini terjadi disarankan untuk
menghilangkan kontak mediotrusif sebelum menentukan relasi pedoman terbaik.

Gambar 8. Teraan kertas artikulating pada gerakan lateral protrusif anterior. 3


Sekali pedoman kontak yang diinginkan telah ditentukan kemudian
dihaluskan dan kontak eksentrik yang ada dihilangkan. Untuk memastikan kontak
relasi sentrik yang sudah ada tidak berubah digunakan 2 kertas penanda
(marking papers). Setelah gigi-gigi dikeringkan lalu kertas biru diletakkan
diantaranya. Pasien menutup mulut dan mengetuk (menyentuh) gigi-gigi
posterior. Kemudian dari posisi relasi sentrik suatu gerakan ekskursi kanan dibuat
lalu kembali ke posisi awal (relasi sentrik) diikuti dengan ekskursi kiri lalu
kembali lagi ke posisi awal. Akhirnya gerakan protrusif dilakukan dan balik lagi
ke awal. Mulut lalu dibuka lalu kertas biru dilepas dan diganti dengan kertas
merah lalu pasien menutup mulut dan menggigit pada posisi relasi sentrik. Semua
posisi kontak eksentrik berwarna biru dan kontak relasi sentrik berwarna merah.
Kontak biru eksentrik ditambahkan untuk bertemu dengan kondisi pedoman yang
telah ditentukan tanpa adanya penambahan kontak merah relasi sentrik. Titik
merah dengan suatu garis biru memanjang.

Selama gerakan lateral, kontak laterotrusif bisa terjadi antara inklinasi dalam
cusp bukal maksila dengan inklinasi luar cusp bukal mandibula. Juga bisa terjadi
antara inklinasi luar cusp lingual maksila dengan cusp dalam mandibula. kontak
mediotrusif bisa terjadi antara inklinasi dalam bonjol lingual maksila dengan
inklinasi dalam bonjol bukal mandibula. Saat permukaan oklusal gigi-gigi
posterior dilihat ada beberapa area gigi-gigi yang berkontak.

Gambar 9. Teraan kertas artikulating pada gerakan lateral posterior terdapat


spot yang lebih tebal.

Untuk menguji apakah penyelarasan pada posisi interkuspal telah selesai,


dapat digunakan pedoman berikut:

1. Pola kontak gigi geligi sudah bilateral, stabil dengan banyak titik kontak.
2. Apabila kertas artikulasi ditaruh pada gigi posterior, terasa bahwa setiap titik
kontak yang ada sama kuatnya menahan kertas artikulasi apabila kertas
tersebut ditarik.
3. Pasien tidak merasakan adanya perbedaan antara sisi kiri dengan sisi kanan
apabila dia mengkatupkan gigi gerahamnya secara pelan-pelan dengan
sekuat-kuatnya
DAFTAR PUSTAKA

th
1. Newman MG, HH Takei, FA. Carranza Clinical Periodontology. 10 ed.
2006. Saunders: Elsevier. Pp.(chapter 56)
2. http://www.southarkansasendodontics.com/Downloads/Providers/Trauma-
from-occlusion.pdf
3. Dawson, P.E., 2007. Functional Occlusion From TMJ to Smile Design.
Mosby. Canada. p. 200-4.
4. Thomsnon H. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta : EGC
Working side: daerah yg menjauhi midline (bupl)
Gerakan mandibula dmna sisi akan menjauhi median line,
Balancing: mendekati median line (publ)

Anda mungkin juga menyukai