Oleh :
Putri Amelia
2041412034
DOSEN PEMBIMBING :
drg. Aria Fransiska, MDSc
Karies
dalam rongga mulut. Karies terjadi pada jaringan keras gigi sehingga
gigi dalam kurun waktu tertentu. Karies gigi merupakan penyakit kronis yang
paling sering ditemukan pada anak-anak. Karies gigi merupakan penyakit jaringan
keras gigi yang diawali dengan dekalsifikasi struktur anorganik dari gigi.
organik.
sukrosa dari sisa makanan sebagai bahan untuk menghasilkan asam yang
Dentistry, penilaian risiko karies pada anak didasarkan atas tiga bagian besar
kesehatan umum.
Tabel 1. Penilaian Risiko Karies menurut American Academy of Pediactric
Dentistry
INDIKATOR RISIKO RISIKO RISIKO TINGGI
RENDAH SEDANG
kuratif menjadi preventif. Terdapat tiga tingkat usaha preventif atau pencegahan,
fisiologis. Yang termasuk usaha pencegahan primer terhadap karies antara lain
Fluor
Fluorin adalah zat yang bersifat sangat elektronegatif dan tidak pernah
ditemukan dalam keadaan tunggal namun berikatan dengan zat lainnya dan
membentuk fluor. Struktur kristal fluor lebih tahan terhadap asam sehingga dapat
karies gigi, fluor harus selalu hadir di rongga mulut pada konsentrasi rendah.
Sumber fluor yang dapat ditemukan di rongga mulut yang dibagi menjadi 5
kategori, yaitu :
a. FO, fluor luar, hadir di luar enamel (dalam biofilm atau air liur).
b. FS, fluor hadir dalam fasa padat yang bergabung dalam struktur kristal, juga
setelah aplikasi fluor dengan konsentrasi tinggi; bertindak sebagai fluor pH-
orang di negara maju dan negara berkembang. Fluor mengurangi kejadian karies
gigi dan memperlambat atau memulihkan perkembangan lesi yang ada. Meskipun
pit and fissure sealant, kebersihan mulut yang baik, dan pola makan yang tepat
berkontribusi untuk pencegahan dan pengendalian karies, pendekatan yang paling
efektif dan banyak digunakan untuk mencegah karies yaitu termasuk penggunaan
fluor.
pelarutan asam setelah produksi asam oleh bakteri, serta mereduksi produksi
jaringan keras gigi. Fluor yang terkonsentrasi pada plak gigi mencegah proses
Pasien yang berisiko tinggi untuk karies pada permukaan gigi yang halus.
Anak-anak yang gigi molar pertama tetapnya sudah erupsi tapi tidak
Pasien dengan fixed prothesa atau lepasan dan telah dilakukan restorasi.
Kontraindikasi Penggunaan Fluor
Fluor sistemik memberikan fluor pada gigi dalam jumlah yang rendah
pada periode waktu yang lama dengan cara dikonsumsi dari sumber tertentu.
Fluor bersirkulasi melalui aliran darah dan masuk ke dalam gigi yang
berfluoridasi.
konsentrasi yang lebih tinggi tetapi efeknya berhenti pada waktu yang lebih
mengandung fluor.
Diri sendiri: pasta gigi, obat kumur, dan permen karet yang
mengandung fluor.
topikal fluor oleh profesional setiap enam bulan, pemberian suplemen fluor.
topikal fluor oleh profesional setiap tiga bulan, pemberian silver diamine
presipitasi lapisan yang lemah dalam karbonat dan kaya fluor pada kristal
asli terdemineralisasi. Hal ini membuat struktur gigi lebih tahan terhadap
tantangan asam.
oleh fluor berperan dalam pencegahan karies karena tingkat fluor intraoral
memainkan peran kunci dalam dinamika karies gigi. Fluor memberikan efek
kondisi asam (pKa = 3,15) dan memasuki sel karena permeabilitas HF yang
asam dan toleransi asam S. mutans. H+ - ATPase sel yang terkait dengan
penggunaan fluor secara sistemik dan topikal, derajat fluoridasi air minum
a. Pasta Gigi
Fluor tersedia dalam bentuk pasta gigi anak dengan konsentrasi 250
ppm, 400 ppm, dan 500 ppm. American Dental Association (ADA)
pasta gigi berfluorida pada anak usia di bawah 2 tahun. Anak berusia kurang
penggunaan pasta gigi mengandung fluor ini harus selalu diawasi oleh orang
b. Obat Kumur
Obat kumur berbasis sodium fluorida juga salah satu alternatif yang
digunakan dengan dosis harian sebanyak 220-227 ppm dan dosis mingguan
sebanyak 900-910 ppm. Obat kumur dapat digunakan satu kali sehari atau
satu kali seminggu setelah menyikat gigi malam, tergantung dari konsentrasi
fluor dan rekomendasi dari dokter giginya.
gigi, dan anak dengan risiko karies tinggi. Kontraindikasi penggunaan obat
kumur ini yaitu anak dibawah 6 tahun dan anak yang memiliki masalah otot
orofasial.
c. Fluoride Varnish
mg NaF/ml (5% NaF, 2,26% F-, 226000 F-, 22,6 mg F-/ml). Varnish
pada gigi.
d. Fluoride Gel
Fluoride gel tersedia dalam dua jenis yaitu konsentrasi tinggi (9000-
12300 ppm) dan konsentrasi rendah (1000 ppm). Aplikasi fluor dengan
konsentrasi tinggi hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi sedangkan
Neutral Sodium Fluoride Gel (NaF) adalah sediaan fluor yang pertama
kandungan 9000 ppm fluor. NaF dapat diaplikasikan pada gigi dengan
kondisi erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan enamel
memiliki rasa yang dapat diterima, tidak mengiritasi gingiva, dan tidak
sendiri yakni pasien harus melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi dalam
Stannous Fluoride Gel (SnF2) mengandung 1000 ppm F- dan 3000 ppm
Sn2+. SnF daapt digunakan untuk meremineralisasi white spot dan lesi
yang lebih dalam dari enamel gigi. Kelemahan SnF sendiri yaitu tidak stabil
dalam larutan, sangat asam (pH 2,1-2,3), memiliki rasa seperti logam,
pendek dengan bertindak sebagai reservoir fluor dan jangka panjang berupa
tray. Aplikasi fluor topikal dianjurkan rutin dilakukan setiap empat sampai
membilas, makan, atau minum selama 30 menit setelah aplikasi fluor untuk
memaksimalkan keefektifannya.
Toksisitas Fluor
dan gejala secara akut maupun kronis dan disebut dengan “toksisitas fluor”.
Toksisitas fluor dapat disebabkan karena menelan fluor sekali dalam jumlah besar
(akut) atau menelan sejumlah kecil fluor dalam jangka panjang yang kemudian
Efek toksisitas dapat terjadi akibat konsumsi akut yang melebihi 8 mg/kg
berat badan. Dosis letal fluor berkisar 32-64 mg/kg berat badan. Kematian pada
toksisitas akut yakni mual muntah, diare, sakit pada area abdomen, sakit kepala,
tremor otot, kehausan, hipersalivasi, aritmia jantung, lemah, tekanan darah turun,
susah napas, hingga kematian. Penanganan toksisitas akut dapat dilakukan antara
Penggantian cairan dibutuhkan karena terjadi muntah dan diare, serta untuk
b. Toksisitas Kronis
Efek toksisitas kronis biasanya dapat terlihat pada jaringan keras dan
hipomineralisasi enamel, yang ditandai dengan porositas yang lebih besar pada
oleh kelebihan fluor yang mencapai gigi dalam masa pembentukan. Kelebihan
fluor selama proses pematangan mengganggu mineralisasi dan mengakibatkan
porositas enamel terlihat dengan adanya gambaran bercak putih opak ireguler.
Enamel akan berporus, pit, dan diskolorisasi, bahkan mudah fraktur jika fluorosis
semakin parah.
Gambar 3. Gambaran klinis fluorosis gigi (A) mild (B) moderate (C) severe.
PROSEDUR PERAWATAN
Alat
a. Diagnostic set
b. Saliva ejector
c. Rotary brush
Bahan
a. Cotton roll
b. Cotton pelle
c. Disclosing solution
d. Pumice
Prosedur Pekerjaan
Isolasi daerah kerja dengan menggunakan saliva ejector dan cotton roll.
fluor.
Masukkan gel ke dalam tray sebanyak 1/3 tinggi tray , kemudian insersikan
tray ke seluruh permukaan gigi yang telah diisolasi. Jaga agar tray tidak
mengenai gusi. Biarkan gigi tertutup larutan gel selama 4 menit. Lakukan
insersi terlebih dahulu pada rahang atas, setelah itu pada rahang bawah.
Setelah 4 menit, buka tray dan instruksikan pasien untuk meludahkan semua
Intruksikan pada pasien untuk tidak makan dan minum selama minimal 30
permukaan aproximal.
PERTANYAAN
Jawaban:
cepat. Namun harus dijelaskan terlebih dahulu kepada orang tua pasien
bahwa setelah aplikasi fluoride varnish ini akan terjadi perubahan warna
pada gigi yang bersifat sementara dan ada burning sensation jika
Jawaban :
penggunaan pasta gigi berfluoride pada anak usia dibawah 2 tahun. Untuk
selapis tipis pasta gigi berfluoride, sedangkan anak yang berusia 3-6 tahun
pasta gigi berfluoride ini harus selalu dalam pengawasan orang tua agar
3. Kenapa RKP harus 0% ? Dan bagaimana jika RKP tidak mencapai atau
Jawaban :
Kontrol plak harus 0% agar perlekatan fluor dan gigi efektif
sehingga dapat mencegah karies. Jika masih ada plak yang menempel,
pemberian fluor akan percuma karenaa fluor tidak akan menyerap ke email
dengan maksimal, karena ion fluorida harus bereaksi dengan email gigi
untukmenghasilkan fluorapatit.
dahulu. Jika RKP < 10% lakukan pembersihan dengan brush dan pumice
untuk memastikan tidak adaa plak dan sisa makanan yang menempel,
b. Posisikan kepala dan tubuh pasien dalam satu garis lurus, tegak,
Jawaban :
plak karena sulit dijangkau ketika menyikat gigi, maka bagian aproksimal
6. Kenapa TAF tidak diindikasikan untuk pasien yang memiliki resiko karies
rendah ?
Jawaban :
pasien yang memiliki resiko karies rendah itu hanya mengkonsumsi air
mengandung fluor dua kali sehari, jadi tidak diperlukan aplikasi topikal
Jawaban :
Aplikasi topical fluor memiliki tiga mekanisme aksi kerja yaitu melalui
menyebabkan presipitasi lapisan yang lemah dalam karbonat dan kaya fluor
pada kristal asli terdemineralisasi. Hal ini membuat struktur gigi lebih tahan
oleh fluor berperan dalam pencegahan karies karena tingkat fluor intraoral
Jawaban :
giginya. Kalau misalkan menggunakan tray (APF Gel) kita isi gel,
terkadang anak-anak banyak yang tidak nyamaan karena membutuhkan
Jawaban :
1. Apakah anak yang belum bisa berkumur dan meludah dengn baik
kecil atau berumur dibawah 2 tahun itu perlu konsultasi dengan dokter
tersebut belum bisa meludah dan berkumur dengan baik, yang nantinya
2. Apakah untuk orang yang tinggal di daerah yang banyak tanaman teh
hitam dan mengkonsumsi air teh setiap saat itu harus kita
Jawaban :
Jumlah fluorida dalam teh tergantung pada air yang digunakan untuk
membuat teh. Satu porsi 3,5 ons teh hitam mengandung antara 0,25
dan 0-39 mg fluorida, yang mana akan memberi 9,7 persen kebutuhan
fluorida. Jadi untuk orang yang sudah mengkonsumsi air teh setiap
saat tidak diperlukan lagi aplikasi topikal fluor ke dokter gigi, karena
terkadang orang yang mengkonsumsi air teh setiap saat tersebut sudah
mengalami fluorosis.
DAFTAR PUSTAKA
4. Annisa, A., & Ahmad, I. (2018). Mekanisme fluor sebagai kontrol karies
pada gigi anak. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry, 1(1), 63-69.
5. Aoun, A., Darwiche, F., Al Hayek, S., & Doumit, J. (2018). The Fluoride
Debate: The Pros and Cons of Fluoridation. Prev. Nutr. Food Sci.,
23(3):171-180.
6. Ami A. (2015). Primary prevention in children with high caries risk. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.). 38(3):130–134.
10. Cameron, A.C., & Widmer. 2008. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd
Ed. Australia: Mosby Elsevier.
11. Garg, A., & Garg, N. (2013). Textbook of Operative Dentistry. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.