Anda di halaman 1dari 27

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

MINI PROJECT

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN MUNCULNYA KARIES GIGI PADA ANAK KELAS
1 SEKOLAH DASAR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU

Oleh:
dr. Fitri Nur Lailah Katarman
Pendamping:
dr. Veri Ismiyati

PUSKESMAS KATOBU
DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUNA
2019
Latar Belakang
 Kesehatan mulut sangat penting bagi kesehatan umum dan
kualitas hidup (US Department of Health and Human
Services, 2010; WHO, 2003).
 Karies gigi merupakan penyakit yang lazim pada masa
kanak-kanak dan penyakit tidak menular yang paling
sering di temukan diseluruh dunia (Tanaka et al., 2012;
Ben zian et al., 2011; Arora et al., 2011).
 Terganggunya proses pengunyahan akibat kehilangan gigi
dapat mempengaruhi pemilihan makanan sehingga terjadi
perubahan terhadap pola asupan zat gizi sehingga dapat
berpengaruh terhadap status gizi (Benzian, 2011)
 Terdapat hubungan langsung antara kesehatan mulut
dan asupan gizi (Hale, 2008).
 Pola makan merupakan faktor penting risiko karies
gigi. Masalah pada gigi juga sangat mempengaruhi
kebiasaan makan, dan selanjutnya mempengaruhi
status gizi (Palmer, 2009)
 Apakahhubungan status gizi dengan karies gigi pada
anak SD kelas 1 wilayah kerja puskesmas Katobu?
Tujuan Umum
 Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan munculnya
karies gigi pada anak kelas 1 SD wilayah kerja puskesmas
Katobu
Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui gambaran status gizi anak kelas 1 SD
wilayah kerja puskesmas Katobu berdasarkan IMT/U
 Untuk mengetahui gambaran kesehatan gigi dan mulut
anak kelas 1 SD wilayah kerja puskesmas Katobu (yang
memiliki karies dan tidak memiliki karies)
 Untuk mengetahui hubungan karies gigi dan status gizi
anak kelas 1 SD wilayah kerja puskesmas Katobu
Status Gizi Pada Anak
 Status gizi yang baik akan turut berperan dalam
pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya
penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh
kembang anak yang optimal (Depkes RI, 2008).
 Menurut (Supariasa, 2001), pada dasarnya penilaian
status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung
(antropometri) dan tidak langsung
 Keunggulan antropometri antara lain alat yang
digunakan mudah didapatkan dan digunakan,
pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan
mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya
mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui
keberadaannya (Supariasa, 2001).
 Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan
klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference).
 Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu
email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh
aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat
yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Tarigan,
1995; Kidd & Bechal, 1992; Al-Haddad et al.,2006).
 EarlyChildhood Caries (ECC) merupakan istilah yang
dianjurkan oleh pusat kontrol dan pencegahan penyakit
untuk menjelaskan suatu pola lesi karies yang unik pada
bayi, balita dan anak prasekolah.
ECC tipe I (ringan sampai sedang). ECC Tipe II (sedang sampai berat).
Adanya satu atau beberapa lesi karies terisolasi Lesi karies pada permukaan Labiolingual gigi seri rahang
yang melibatkan geraham dan/atau gigi seri. atas, dengan atau tanpa karies molar tergantung pada usia
anak dan tahap penyakit, dan gigi seri mandibula tidak
terkena.

ECC Tipe III (berat)


Lesi karies melibatkan hampir semua gigi termasuk gigi
seri bawah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies

 EEC disebabkan oleh interaksi dari berbagai macam faktor


yaitu mikroorganisme kariogenik, karbohidrat yang
terfermentasi (substrate), dan permukaan gigi yang sensitif.
 Studi epidemiologi menambahkan faktor risiko karies yaitu
status sosial ekonomi yang rendah, status minoritas, berat badan
lahir rendah, dan adanya perpindahan mikroba dari ibu ke anak.
 Kebiasaan perawatan gigi dan mulut ke dokter, pola makan, dan
kebiasaan membersihkan gigi dan mulut secara mandiri sangat
berhubungan dengan munculnya ECC pada anak; minum susu
botol malam hari dan sering mengkonsumsi makanan
kariogenik; keterlambatan pemahaman cara menggosok gigi
dan kebiasaan gosok gigi yang tidak teratur.
Anti kariogenik Kariogenik Kariostatik

• dapat • mengandung • makanan yang


meningkatkan pH karbohidrat yang tidak
saliva pada tingkat dapat difermentasi dimetabolisme oleh
basa untuk oleh mikroorganisme di
menunjang dan mikroorganisme dalam mulut dan
menjaga seperti makanan tidak menyebabkan
remineralisasi manis, permen, penurunan pH
enamel. Jenis soda, dan makanan saliva kurang dari
makanan yang cepat saji. 5.5 dalam 30
termasuk dalam Makanan jenis ini menit. Makanan
kelompok ini memiliki yang termasuk
adalah susu dan karakteristik kaya dalam kelompok
produknya seperti monosakarida dan ini antara lain telur,
keju disakarida serta daging, ikan, dan
mudah larut dalam sebagian besar
saliva sayur-sayuran.
Penelitian di polandia dan
Indonesia
Qatar
• prevalensi karies gigi lebih • penelitian yang dilakukan oleh
banyak ditemukan pada anak Andriani dkk didapatkan
dengan gizi lebih adanya korelasi positif antara
• Selain karies gigi, sebuah gizi kurang dan tingkat
penelitian sistematic review keparahan karies gigi. Anak
dan meta-analisis dengan gizi kurang memiliki
membuktikan bahwa anak karies gigi susu dan gigi tetap
dengan gizi lebih dan obesitas yang lebih tinggi daripada
memiliki risiko relatif yang anak dengan gizi baik.
lebih besar untuk mengalami
periodontitis dibandingkan
dengan anak yang mempunyai
status gizi normal.
 Kalsium, fluor, dan vitamin D terbukti baik untuk menunjang kesehatan gigi-
mulut anak

Probiotik Suplemen fluor dan silitol Jus buah-buahan

• Bakteri probiotik (berasal • Sebuah penelitian sistematic • Sebuah penelitian di India


dari genus Lactobacillus, review mengkaji manfaat mengobservasi berbagai pH
Bifidobacterium) terbukti pemberian suplemen fluor jus buah-buahan dan
efektif untuk mencegah dalam bentuk tablet, permen menyimpulkan bahwa
karies dengan menurunkan karet, atau drop dalam setelah 24 jam pH jus buah
jumlah bakteri kariogenik di pencegahan karies pada berubah menjadi lebih asam
dalam saliva. anak. Penelitian ini dari pH awal. Seiring
menyimpulkan bahwa dengan pertambahan waktu,
manfaat pemberian peningkatan efek erosif
suplemen fluor terhadap lebih tinggi pada jus nanas,
pencegahan karies masih anggur, dan tebu.
kontroversi. • Sementara itu, jus jeruk,
• Banyak organisasi kesehatan mangga, delima, apel, dan
di dunia mendukung semangka tidak memiliki
rekomendasi penggunaan efek erosif pada enamel gigi
silitol pada populasi yang manusia dan mengandung
mempunyai risiko karies fluor dan fosfor yang tinggi
gigi sehingga dikelompokkan
dalam kariostatik
Kerangka teori
 Kerangka Konsep
Penetapan Topik Masalah
 “Gambaran status gizi dan hubungannya dengan
munculnya karies gigi pada anak kelas 1 sekolah dasar
di wilayah kerja puskesmas Katobu, Kabupaten Muna,
Sulawesi Tenggara tahun 2019.”
Tempat dan Waktu Metode Pengumpulan Populasi dan Sampel
Pengumpulan Data Data Data
• di semua sekolah dasar • pengumpulan data • Populasi yang
yang berada di dalam secara primer saat digunakan adalah
wilayah kerja melakukan program semua anak yang hadir
puskesmas Katobu puskesmas katobu pada saat pengambilan
sejak tanggal 1 Agustus mengenai penjaringan data pada anak kelas 1
2019 hingga 21 Agustus anak sekolah dasar sekolah dasar di
2019. kabupaten Muna tahun wilayah kerja
2019. puskesmas Katobu.
Sedangkan teknik
pengambilan sampling
adalah cross sectional.
yaitu suatu penelitian
analitik dengan
melakukan
pengumpulan data
variabel secara
simultan dalam waktu
yang bersamaan.
Observasi pada tiap
subjek penelitian hanya
dilakukan sekali saja.
Analisis Data
 Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dari hasil
pelayanan primer penjaringan, dimana hubungan
sebab-akibat dianalisa berdasarkan tinjauan pustaka
dan dideskripsikan secara naratif.
Diagnosis Komunitas dan Faktor Terkait
 Bentuk intervensi yang dilakukan dalam mini-project
ini berupa melakukan penyuluhan/edukasi langsung
kepada peserta didik dan wali kelas
 Isi penyuluhan mencakup berbagai faktor yang
dipandang penting sesuai dengan pernyataan masalah
dan tujuan dari mini-project ini.
1. Gambaran Status Gizi Anak Kelas 1 SD Wilayah kerja Puskesmas
Katobu
Jumlah status gizi
peserta didik

sangat kurus kurus normal gemuk obesitas

34 51 326 48 19

persentase 7,11% 10,66% 68,20% 10,04% 3,97%

Dari tabel diatas didapatkan jumlah peserta didik yang memiliki status gizi
normal yaitu sebanyak 326 orang (68,20 %), status gizi kurus sebanyak 51
orang (10,66 %), status gizi sangat kurus sebanyak 34 orang (7,11 %),
status gizi gemuk sebanyak 48 orang (10,04%), status gizi obesitas
sebanyak 19 orang (3,97 %).
2. Gambaran Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Kelas 1 SD Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu (yang memiliki karies dan tidak memiliki karies)

Jumlah Peserta Didik Gambaran Kesehatan Gigi dan Mulut Peserta Didik

Karies (+) Karies(-)

327 151

Persentase 68,41% 31,58%

Dari tabel di atas didapatkan jumlah peserta didik yang mengalami


karies gigi lebih besar yaitu 327 orang (68,41%) jika dibandingkan
dengan jumlah peserta didik yang tidak mengalami karies gigi yaitu
151 orang (31,58%).
Menurut penelitian Miftakhun N.F et al mennyebutkan
bahwa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah karies gigi antara lain
 Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut
 Penyuluhan tentang cara menyikat gigi yang baik dan
benar
3. Hubungan Karies Gigi dan Status Gizi Anak Kelas 1 SD
Wilayah kerja Puskesmas Katobu
Status Gambaran Kesehatan Gigi dan Mulut
Gizi Karies (+) Karies (-)
Jumla % Jumla %
h h
Sangat 21 61,76 13 38,23
Kurus orang % orang %
Kurus 31 60,78% 20 39,21%
orang orang
Norma 229 70,24 97 29,75%
l orang % orang
Gemu 36 75% 12 25%
k orang orang
Obes 10 52,63% 9 47,36%
orang orang
 Dari 34 anak yang memiliki status gizi sangat kurus, ada 21 orang (61,76%) yang mengalami karies gigi dan 13 orang
(38,23%) yang tidak mengalami karies gigi.
 Dari 51 anak yang mengalami status gizi kurus, ada 31 orang (60,78%) yang mengalami karies gigi dan 20 orang
(39,21%) yang tidak mengalami karies gigi
 Dari 326 anak yang memiliki status gizi normal, ada 229 orang (70,24%) yang mengalami karies gigi dan 97 orang
(29,75%) yang tidak mengalami karies gigi
 Dari 48 anak yang memiliki status gizi gemuk, 36 orang (75%) mengalami karies gigi dan 12 orang (25%) yang tidak
mengalami karies gigi.
 Dari 19 anak yang memiliki status gizi obes, ada 10 orang (52,63%) yang mengalami karies gigi dan 9 orang yang tidak
mengalami karies gigi (47,36%).
 Nurhayati dan Nasrullah Wilutono : Rendahnya perilaku
menggosok gigi yang benar adalah salah satu penyebab
tingginya karies gigi. Selain itu perilaku yang kurang
baik dalam mengkonsumsi makanan kariogenik sangat
berperan dalam terbentuk karies gigi anak (62%)
 Menurut Bakar (2014) bahwa salah satu indikator
penilaian risiko terjadinya karies adalah faktor
lingkungan, termasuk bagaimana seseorang melakukan
perawatan gigi. Menurut Budisuari, dkk (2010), perilaku
pencarian pengobatan gigi ke tenaga kesehatan
mempengaruhi tinggi rendahnya karies gigi.
 Penelitian yang dilakukan Ariningrum dan Indriastuti
(2006) bahwa pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
gigi dan mulut berhubungan dengan kejadian karies gigi
pada anak-anak.
Kesimpulan
 Status gizi anak SD kelas 1 di wilayah kerja puskesmas Katobu sebagian besar
telah mencapai status gizi normal yaitu sekitar 68,20 % tetapi ada beberapa yang
masih memiliki staus gizi kurang yaitu status gizi kurus 10,66 %, status gizi sangat
kurus 7,11 %, dan ada yang memiliki status gizi lebih yaitu status gizi gemuk
sekitar 10,04%, status gizi obesitas sekitar 3,97 %.
 Tingkat karies gigi anak kelas 1 SD di wilayah kerja puskesmas Katobu masih
tergolong tinggi yaitu sekitar 68,41%.
 Karies gigi yang terjadi pada anak kelas 1 SD di wilayah kerja puskesmas Katobu
tidak berhubungan dengan status gizi.
Saran
 Diharapkan kepada peneliti dengan tema maupun judul yang sama, selanjutnya
lebih memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian
 Sebaiknya penyuluhan kepada warga sekolah terutama siswa sekolah dasar, guru-
guru, dan orang tua siswa tentang pentingnya menjaga status gizi anak lebih
intensif dilakukan
 Sebaiknya penyuluhan kepada warga sekolah terutama siswa sekolah dasar, guru-
guru, dan orang tua siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut
lebih intensif dilakukan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai