Anda di halaman 1dari 12

JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk.

Studi Kepustakaan Kebiasaan

STUDI KEPUSTAKAAN KEBIASAAN MINUM SUSU TERHADAP KEJADIAN


KARIES PADA ANAK

Anneke Tahulending1, Novarita Mariana Koch2, Berliana Octavia 3


1,2,3)
Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. RW Monginsidi Malalayang II
Manado
Email : tahulending68@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Karies adalah penyakit jaringan gigi yang menyebabkan timbulnya
kerusakan pada jaringan permukaan gigi yang kemudian menjalar kebagian pulpa. Penyakit
ini ditandai dengan gigi berlubang. Gigi keropos yang terjadi pada anak-anak umumnya
terjadi pada saat mereka masih memiliki gigi susu. Yang paling sering terjadi akibat
banyaknya plak yang menumpuk akibat sisa susu yang menempel pada gigi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji mengenai kebiasaan minum susu terhadap kejadian karies pada
anak. Metode : Jenis dari penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (library research)
dengan analisis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Pengumpulan data
berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai buku, literatur, catatan, serta berbagai
laporan yang berkaitan dengan masalah. Hasil : Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh 8
peneliti, menunjukan sebagian besar anak memiliki kebiasaan konsumsi susu yang kurang
tepat dan rata-rata indeks def-t pada anak yang mengonsumsi susu yaitu > 3, berarti indeks
def-t anak berada pada kategori buruk. Hal ini disebabkan karna orang tua memberikan susu
formula dengan penambahan gula, konsumsi susu formula ≥ 6 bulan, frekuensi minum susu >
3 kali sehari, durasi konsumsi ≥ 15 menit, konsumsi susu sebelum tidur, dan kebiasaan orang
tua yang tidak membersihkan gigi anaknya setelah minum susu. Kesimpulan : Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan minum susu merupakan penyebab terjadinya
karies gigi pada anak

Kata kunci : Kebiasaan Minum Susu, Kejadian Karies Gigi


ABSTRACT

Background : Caries is a disease of dental tissue that causes damage to the surface tissue of
the tooth which then spreads to the pulp. This disease is characterized by cavities. Tooth
decay that occurs in children generally occurs when they still have milk teeth. The most
common is due to the amount of plaque that has accumulated due to the remaining milk
sticking to the teeth. This study aims to examine the habit of drinking milk on the incidence of
caries in children. Methods : The type of this research is library research with data analysis
using content analysis techniques. Collecting data in the form of secondary data obtained
from various books, literature, notes, and various reports related to the problem. Result :
From the results of research conducted by 8 researchers, it shows that most children have
inappropriate milk consumption habits and the average def-t index in children who consume
milk is > 3, meaning that the def-t index of children is in the bad category. This is because
parents give formula milk with added sugar, consumption of formula milk 6 months,
frequency of drinking milk > 3 times a day, duration of consumption 15 minutes,
consumption of milk before bed, and the habits of parents who do not clean their children's

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 28


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

teeth after drinking. milk. Conclusion : Thus, it can be concluded that the habit of drinking
milk is the Cause of dental caries in children.

Keywords: Milk Drinking Habit, Dental Caries Incidence

PENDAHULUAN jaringan keras gigi yang diikuti oleh


kerusakan bahan organiknya. Akibatnya,
Status kesehatan seseorang sangat terjadi invaksi bakteri dan kematian pulpa
berkaitan dengan seberapa jauh pola serta penyebaran infeksinya kejaringan
kebiasaan perilaku orang tersebut. periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.5
Kebiasaan perilaku yang sehat akan Aktivitas karies gigi dapat meningkat
memberi pengaruh positif pada karena konsumsi gula, bila gula mudah
kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang melekat di permukaan gigi. Semakin
salah cenderung memberikan dampak sering gula dikonsumsi diantara waktu
negatif.1 Pengertian kesehatan menurut makan, tendensi karies gigi semakin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun meningkat. Cairan manis yang dikonsumsi
1948 menyebutkan bahwa kesehatan bayi dan balita dalam botolnya memiliki
adalah suatu keadaan fisik, mental, dan potensi karies yang besar. Juga minuman
sosial kesejahtraan dan bukan hanya berkarbonasi yang sangat popular pada
ketiadaan penyakit atau kelemahan.2 anak yang lebih tua sangat mudah
Kesehatan gigi dan mulut sering didapatkan. Frekuensi konsumsi minuman
kali menjadi prioritas yang kesekian bagi semacam ini dapat menyebabkan dan
sebagian orang, seperti kita ketahui gigi mempercepat proses karies.6
dan mulut merupakan pintu gerbang Gigi keropos yang terjadi pada anak-anak
masuknya kuman dan bakteri sehingga umumnya terjadi pada saat mereka masih
dapat mengganggu kesehatan organ tubuh memiliki gigi susu. Yang paling sering
lainnya.3 Kesehatan mulut penting bagi terjadi akibat banyaknya plak yang
kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara menumpuk akibat sisa susu yang
umum dan sangat mempengaruhi kualitas menempel pada gigi. Anak-anak yang suka
kehidupan, termasuk fungsi bicara, makanan yang manis-manis, dan
pengunyahan, dan rasa percaya diri. diperparah dengan kurangnya orang tua
Gangguan kesehatan mulut akan memperhatikan kebersihan gigi si kecil,
berdampak pada kinerja seseorang.4 menyebabkan gigi menjadi mudah
Adanya gangguan kesehatan yang berlubang bahkan keropos.7 Susu adalah
ditimbulkan oleh penyakit gigi dan mulut cairan berwarna putih kekuningan atau
termasuk karies gigi sehingga kebersihan putih kebiruan yang merupakan sekresi
gigi dan mulut harus dijaga. kelenjar ambing sapi laktasi tanpa ada
Karies merupakan suatu penyakit penambahan atau pengurangan komponen
jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan dan belum mengalami pengolahan.8 Susu
sementum, yang diakibatkan oleh suatu formula adalah susu selain ASI yang juga
aktivitas jasad renik dalam suatu biasa diberikan kepada bayi pada
karbohidrat yang dapat diragikan. umumnya dan bahan dasar susu formula
Tandanya adalah adanya demineralisasi ini adalah dibuat dari susu sapi, atau pun

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 29


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

kita mengenal akan susu kambing dan susu dalam botol per hari menunjukkan bahwa
kedelai juga.9 kebiasaan responden minum susu dalam
Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar botol per hari untuk kategori baik ≤ 3 kali
(2018) menunjukkan bahwa proporsi per hari yaitu 17 (44,74%) siswa, kategori
masalah gigi di Indonesia tertinggi pada sedang 4-6 kali per hari sebanyak 14
anak usia 5-9 tahun yaitu sebanyak 92 (36,85%) siswa, kategori buruk ≥ 7 kali
ribu (54,0%) anak dan tertinggi pada orang per hari sebanyak 5 (13,15%) siswa, dan
dewasa usia 45-54 tahun yaitu sebanyak responden yang tidak minum susu
124 ribu (50,8%) orang. Masalah gigi pada sebanyak 2 (5,26%) siswa. Tabel silang
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki- kebiasaan minum susu dalam botol per
laki yaitu pada perempuan sebesar 45,7%, hari adalah tingkat perluasaan karies
sedangkan pada laki-laki sebesar 44,8%.10 rampan dijumpai bahwa sebagian besar
Penelitian yang dilakukan oleh Sari anak mengalami karies rampan dan 4 anak
(2017), tentang Hubungan Pemberian Susu yang ditemukan bebas karies rampan. 12
Formula Dengan Karies Gigi Pada Anak Berdasarkan latar belakang, maka penulis
Pra Sekolah di TK Dayyinah Kids, tertarik untuk melakukan penelitian
ditemukan bahwa hasil analisa bivariat 114 tentang studi kepustakaan kebiasaan
responden yang diberikan susu formula minum susu terhadap kejadian karies pada
sebanyak 64 (56,1%) murid dan yang anak.
mengalami karies gigi 42 (36,8%) murid. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Sedangkan yang tidak memberikan susu mengkaji tentang kebiasaan minum susu
formula berjumlah 50 (43,9%) orang dan terhadap kejadian karies pada anak
yang tidak mengalami karies gigi berjulah
32 (28,1%) orang. Dari hasil uji statistik METODE
nilai pearson Chi-Square didapatkan jika Jenis penelitian yang digunakan dalam
nilai p Value ≤ 0,05 berarti H0 ditolak dari penelitian ini yakni bersifat library
hasil menunjukan bahwa nilai p Value research (studi pustaka) berupa data
0,003 berarti H0 ditolak yang artinya ada sekunder yaitu dengan mengumpulkan
hubungan yang signifikan antara data sebagai kajian pustaka, tinjauan
pemberian susu formula dengan karies pustaka, kajian teori, landasan teori, telaah
gigi. Dimana susu formula bisa pustaka dan tinjauan teoritis. Studi pustaka
mengakibatkan karies gigi. 11 adalah suatu karangan ilmiah yang berisi
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti pendapat berbagai pakar mengenai suatu
(2016) tentang Gambaran Kebiasaan masalah, yang kemudian ditelaah dan
Minum Susu Formula dalam Botol dengan dibandingkan dan ditarik kesimpulan13
Karies Rampan Pada Siswa TK Kemala tentang kebiasaan minum susu terhadap
Bhayangkari 02 Manado, didapatkan kejadian karies pada anak
distribusi karies rampan menurut tingkat HASIL
peluasan karies rampan menunjukan 1. Beberapa penelitian terdahulu
bahwa terbanyak siswa yang mengalami menjelaskan adanya keterkaitan
karies rampan tipe tipe III sebanyak 22 kebiasaan minum susu terhadap
(57,9%) siswa. Distribusi karies rampan kejadian karies pada anak. Penelitian
menurut kebiasaan minum susu formula yang dilakukan oleh Sari (2017) pada

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 30


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

114 responden anak prasekolah, 34 (89,47%) mengalami karies


ditemukan bahwa anak yang rampan dan 4 (10,5%) anak yang
diberikan susu formula sebanyak 64 ditemukan bebas karies rampan. Hal
(56,1%) murid dan yang mengalami ini disebabkan karena kebiasaan
karies gigi 42 (36,8%) murid. pemberian susu pada anak sebagai
Sedangkan yang tidak memberikan pengantar tidur, faktor waktu
susu formula berjumlah 50 (43,9%) merupakan faktor yang
orang dan yang tidak mengalami mempengaruhi perkembangan karies
karies gigi 32 (28,1%) orang. Dari dan akan memperparah karies apabila
hasil uji statistik nilai pearson Chi- pemberian susu dilakukan pada
Square didapatkan jika p Value ≤ 0,05 malam hari. Juga beberapa faktor
berarti H0 ditolak dan ditunjukan yang menjadi penyebab karies gigi
bahwa nilai p Value 0,003 berarti H0 pada anak yaitu seperti host, bakteri,
ditolak artinya ada hubungan yang substrat, dan waktu yang sudah pasti
signifikan antara pemberian susu berperan besar dalam penyebab
formula dengan karies gigi. Hal terjadinya karies pada anak.12
tersebut menunjukan bahwa susu 3. Penelitian yang dilakukan oleh Jingga
formula bisa mengakibatkan dkk (2019) tentang Hubungan Pola
.11
terjadinya karies gigi Pemberian Susu Formula Dengan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kejadian Early Childhood Caries
Yulianti (2016) tentang Gambaran (ECC) pada Anak Prasekolah Di Tk
Kebiasaan Minum Susu Formula Islam Diponegoro Kota Semarang
dalam Botol dengan Karies Rampan yang dilakukan pada 66 responden,
Pada Siswa TK Kemala Bhayangkari dari hasil pemeriksaan menunjukan
02 Manado, didapatkan distribusi 84,8% responden memiliki karies
karies rampan menurut tingkat sebanyak 30 (53,6%) anak dengan
peluasan karies rampan menunjukan skor def-t kategori sangat tinggi. Hasil
bahwa terbanyak siswa yang penelitian menunjukan bahwa lama,
mengalami karies rampan tipe III frekuensi, durasi, waktu konsumsi
berjumlah 22 (57,9%) siswa, dan yang (malam saja, atau pagi, siang dan
bebas karies sebanyak 4 (10,5%) malam), penambahan gula konsumsi
siswa. Salah satu faktor resiko dari susu formula merupakan faktor resiko
karies rampan adalah faktor diet. kejadian Early Childhood Caries
Distribusi karies rampan menurut (ECC), sedangkan konsusi susu
kebiasaan minum susu formula dalam formula dengan dot bukan merupakan
botol per hari menunjukkan bahwa faktor resiko kejadian Early
terbanyak siswa minum susu dalam Childhood Caries (ECC) pada anak
botol per hari yaitu ≤ 3 kali per hari prasekolah di TK Islam Diponegoro.
untuk kategori baik sebanyak 17 Pada penelitian ini, diketahui bahwa
(44,74%) siswa dan responden yang sebagian besar responden memiliki
tidak minum susu sebanyak 2 (5,26%) kebiasaan mengonsumsi susu formula
siswa. Hasil penelitian menunjukan selama 2-3 tahun, konsumsi susu
bahwa sebagian besar anak sebanyak formula 2-3 kali sehari, konsumsi

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 31


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

susu formula dengan durasi ≤ 15 yang menggunakan botol


menit, sebagian besar anak dihubungkan dengan lama pemberian,
mengonsumsi susu formula sebelum frekuensi, dan waktu pemberian dapat
tidur, serta anak mengonsumsi susu menyebabkan terjadinya karies pada
formula dengan menambahkan anak.15
gula/pemanis. Hal tersebutlah yang 5. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
menjadi faktor penyebab angka karies oleh Syahrial dan Kusumstiwi (2016)
gigi sangat tinggi pada anak pra- tentang Hubungan Pemberian Susu
sekolah. Dalam penelitian ini tidak Botol Sebagai Pengantar Tidur
dijelaskan apakah ada upaya Terhadap Keparahan Karies Gigi
pencegahan karies gigi yang Pada Anak Usia 4-6 Tahun pada 72
dilakukan oleh orang tua, karna peran responden yang terdiri dari 46
orang tua juga berpengaruh dalam (63,89%) anak laki-laki dan 26
meningkatkan kesehatan gigi dan (36,11%) anak perempuan,
mulut anak.14 menunjukan bahwa terdapat
4. Penelitian yang dilakukan oleh hubungan antara pemberian susu
Purwaningsih (2016) tentang botol sebagai pengantar tidur terhadap
Pengaruh Pemberian Susu Formula tingkat keparahan karies pada anak
Menggunakan Botol Susu (Dot) usia 4-6 tahun. Pada umur antara 5
Terhadap Kejadian Rampan Karies tahun hingga 6 tahun anak yang tidak
pada Anak Prasekolah di Kelurahan minum susu botol sebagai penghantar
Pabelan, dari 30 responden ditemukan tidur sebanyak 46 (63,89%) anak dan
bahwa terdapat pengaruh frekuensi paling sedikit 4 tahun 11 bulan
pemberian susu formula dalam botol dengan minum susu botol sebagai
terhadap kejadian rampan karies pada pengantar tidur sebanyak 4 (5,5%)
anak prasekolah di kelurahan Pabelan, anak. Dari hasil yang telah didapat
serta tidak terdapat pengaruh dari uji t tidak berpasangan dimana
pemberian komposisi gula pada susu nilai (p) ≤ 0,05, maka terdapat
formula dalam botol susu terhadap perbedaan yang signifikan anatara
kejadian rampan karies pada anak kelompok siswa yang minum susu
prasekolah di kelurahan Pabelan. Pada botol sebagai pengantar tidur dan
penelitian ini terdapat dua kelompok tidak.
responden, yaitu kelom non karies 6. Nungroho (2020) dalam penelitiannya
dan kelompok karies. Pada kelompok tentang Gambaran Karies Dengan
karies kebiasaan minum susu formula Kebiasaan Minum Susu Botol Pada
dikategorikan buruk karena Anak Balita, ditemukan dari 38 anak
pemberian susu formula ≥ 3 botol Paud Raudhatus Salam terdapat 10
perhari dan waktu awal minum susu ≥ (26%) anak yang tidak minum susu
6 bulan. Ditemukan bahwa sebagian botol, 10 (26%) anak yang pernah
besar responden tidak menambahkan diberi susu botol, 6 (16%) anak yang
gula/pemanis pada konsumsi susu kadang-kadang minum susu botol
formulanya. Pola konsumsi susu yang sebesar, 6 (16%) anak yang sering
kurang tepat seperti cara penyajian meminum susu dan 6 (16%) anak

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 32


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

yang sangat sering meminum susu Spearman menunjukan ada hubungan


botol.Dari hasil pemeriksaan lama minum susu botol dengan
menunjukan terdapat 6 (16%) anak tingkat keparahan karies gigi sulung.
yang memiliki pengalaman karies Hasil penelitian juga menunjukan
tinggi dan 8 (21%) anak yang adanya perbedaan tingkat keparahan
memiliki pengalaman karies sangat karies gigi sulung antara subyek yang
tinggi. Rata-rata indeks def-t dari 38 minum susu botol ≤ 12 bulan dan >
anak Paud Raudhatus Salam adalah 12 bulan. Yang berarti anak yang
3,68, yang berdasarkan kriteria mengonsumsi susu formula > 12
menurut WHO adalah berada pada bulan memiliki tingkat keparahan
kategori status karies sedang yaitu karies lebih tinggi dibandingkan yang
2,7-4,4. Hasil penelitian menunjukan mengonsumsi susu formula ≤ 12
adanya kesenjangan dan gambaran bulan. Hal tersebut menunjukan
pengalaman karies terhadap kebiasaan bahwa lama minum susu botol
minum susu botol di Paud Raudhatus mempengaruhi tingkat keparahan
Salam Desa Kaliwulu Kecamatan karies gigi sulung.18
Plere adalah masih kategori sedang.17 8. Penelitian yang dilakukan oleh
7. Penelitian yang dilakukan oleh Lombok dkk (2015) dengan judul
William (2015) dengan judul Status Karies Anak Usia Prasekolah
Hubungan Antara Lama Minum Susu Citra Kasih Yang Mengonsumsi Susu
Botol dan Tingkat Keparahan Karies Formula, dari hasil pemeriksaan status
Gigi Sulung, pada penelitian ini karies menunjukan indeks rata-rata
ditemukan dari 105 sabyek yang anak usia prasekolah yang
berusia 4-9 tahun didapat 81 (77,14%) mengonsumsi susu formula yaitu 1,6.
subyek yang memiliki kebiasaan Berdasarkan kategori penilaian
minum susu botol. Sebagian besar menurut indikator WHO, indeks ini
memiliki kebiasaan minum susu lebih berada pada status karies rendah.
dari 12 bulan. Hasil penelitian Sebagian besar responden mempunyai
menunjukan rata-rata def-t pasien kebiasaan yang dikategorikan buruk
RSGM yaitu 9,16 dan subyek dengan dalam mengonsumsi susu formula,
kategori karies tinggi sebanyak 67 namun dari pemeriksaan rata-rata def-
(83%) anak. Dari 15 anak usia 4-5 t pada kategori rendah. Hal tersebut
tahun, didapat 11 (73%) anak yang dipengaruhi oleh peran orang tua
mempunyai kebiasaan minum susu dalam penyajian susu formula.
botol. Nilai rata-rata def-t sebelas Sebagian besar konsumsi susu
anak yang minum susu botol adalah formula tidak ditambahkan
11,18, sepuluh diantaranya memiliki gula/pemanis dan beberapa orang tua
tingkat keparahan karies tinggi. Rata- memberikan air putih kepada anaknya
rata lama minum susu botol pada setelah mengonsumsi susu formula.
subyek penelitian ini adalah 37,11 Faktor yang juga turut berperan
bulan. Berarti subyek penelitian ini seperti pendidikan, pekerjaan, dan
umumnya minum susu botol lebih faktor sosial ekonomi orang tua yang
dari 3 tahun. Hasil uji korelasi

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 33


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

turut berpengaruh pada status malam hari.12 Hal tersebut sesuai dengan
kesehatan gigi dan mulut anak.19 penelitian yang dilakukan oleh Syahrial
dan Kusumastiwi (2016), berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat
PEMBAHASAN hubungan antara pemberian susu botol
sebagai pengantar tidur terhadap tingkat
Kebiasaan minum susu dipandang keparahan karies pada anak usia 4-6
sebagai kebiasaan yang baik. Susu tahun.16
memang dikenal sebagai asupan yang baik Penelitan oleh Jingga dkk (2019),
untuk pertumbuhan anak karna dinilai menunjukan bahwa lama, frekuensi,
memiliki gizi yang tinggi. Namun durasi, waktu konsumsi (malam saja, atau
pemberian susu juga dapat berdampak pagi, siang dan malam), penambahan gula
buruk bagi kesehatan gigi dan mulut anak, konsumsi susu formula merupakan faktor
karena kebiasaan minum susu dapat resiko kejadian Early Childhood Caries
menyebabkan kerusakan gigi atau (ECC).14 Sedangkan pada penelitian
terjadinya karies gigi pada anak apabila Purwaningsih (2016) menunjukan bahwa
diberikan dengan cara yang kurang tepat. tidak terdapat pengaruh pemberian
Pendapat tersebut didukung oleh penelitian komposisi gula pada susu formula
yang dilakukan Sari (2017), berdasarkan terhadap kejadian rampan karies pada anak
hasil penelitian yang di peroleh prasekolah di Kelurahan Pabelan. 15
menunjukan bahwa ada hubungan yang Menurut Maulani dan Jubilee (2005)
signifikan antara pemberian susu formula penambahan gula/pemanis sangat perlu
dengan karies gigi.11 Penelitian ini juga diwaspadai karena pemberian gula pasir
sejalan dengan penelitian yang dilakukan untuk seterusnya sangat mempengaruhi
oleh Nugroho (2020), dimana ditemukan 6 timbulnya kerusakan gigi. Kontak yang
(16%) anak minum susu dengan frekuensi berkepanjangan antara permukaan gigi
sering dan juga 6 (16%) anak minum susu dengan cairan yang mengandung gula akan
dengan frekuensi sangat sering. Dari hasil menimbulkan pola khas dari gigi
pemeriksaan didapatkan rata-rata indeks berlubang.20
def-t 38 anak adalah 3,68. 17 William (2015) dalam penelitiannya
Yulianti (2016) dalam penelitiannya menunjukan ada hubungan lama minum
ditemukan bahwa sebagian besar susu botol dengan tingkat keparahan karies
responden mengalami karies rapan dan gigi sulung. Anak yang memiliki
hanya 4 anak yang bebas dari karies. kebiasaan minum susu botol sebanyak 81
Sebanyak 14 (36,85%) siswa yang minum (77,14%) anak dan sebagian besar anak
susu 4-6 kali per hari yaitu pada kategori sebanyak 66 (81,5%) yang minum susu
sedang. Ia menjelaskan bahwa kebiasaan botol memiliki kebiasaan minum susu dari
pemberian susu pada anak yang dikaitkan 12 bulan. Ditemukan rata-rata def-t yaitu
dengan kebiasaan anak meminum susu 9,16 yang merupakan kriteria sangat
sebagai pengantar tidur, merupakan faktor tinggi. Ia menjelaskan bahwa dengan
waktu yang mempengaruhi perkembangan lamanya anak mempunyai kebiasaan
karies dan akan memperparah karies minum susu botol menyebabkan subyek
apabila pemberian susu dilakukan pada penelitian tersebut memiliki tingkat

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 34


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

keparahan karies yang tinggi.18 Sedangkan terjadinya kerusakan gigi anak. Hal
penelitian yang dilakukan oleh Lombok tersebut sesuai dengan yang di kemukakan
dkk (2015) dari hasil pemeriksaan status oleh Nugroho (2020), bahwa minum susu
karies pada anak Sekolah Citra Kasih menggunakan botol merupakan awal
didapatkan indeks def-t rata-rata anak terjadi karies gigi pada permukaan gigi
prasekolah yang mengonsumsi susu bila tidak dibersihkan dan merupakan
formula yaitu 1,6. Berdasarkan hasil tempat yang baik bagi kuman membentuk
penelitian tersebut terlihat bahwa pola asam sehingga dapat menimbulkan karies
konsumsi susu formula merupakan pola dan secara otomatis akan berpengaruh
konsumsi yang kurang kurang tepat, terhadap indeks def-t.17
namun memiliki hasil indeks rata-rata Proses terjadinya karies gigi dimulai
rendah. Hal ini disebabkan karena cara dengan adanya plaque di permukaan gigi,
menyajikan susu formula yang sukrosa (gula) dari sisa makanan dan
mayoritasnya tidak diberi tambahan bakteri berproses menempel pada waktu
pemanis, sehingga mempengaruhi status tertentu yang berubah menjadi asam laktat
karies anak.19 yang akan menurunkan pH mulut menjadi
Karies adalah hasil interaksi dari kritis (5,5) dan akan menyebabkan
bakteri dipermukaan gigi, plak atau demineralisasi email berlanjut menjadi
biofilm, dan diet (khususnya komponen karies gigi. Plak pada permukaan gigi utuh
karbohidrat yang dapat difermentasikan dalam dua sampai tiga minggu
oleh bakteri plak menjadi asam, terutama menyebabkan terjadinya bercak
asam latat dan asetat) sehingga terjadi putih.Waktu terjadinya bercak putih
demineralisasi jaringan keras gigi dan menjadi kavitasi tergantung pada umur.
memerlukan cukup waktu untuk Pada anak-anak dengan kisaran 6 bulan ke
4
kejadiannya. Dalam bukunya Effendy dkk atas dan ke bawah jangka waktu terjadinya
(2019) menjelaskan bahwa ada beberapa bercak putih menjadi kavitasi selama 1,5
faktor etiologi karies yaitu host, agen atau tahun.21
mikroorganisme, substrat atau diet, dan Penyebab terjadinya karies gigi salah
waktu. Keempat faktor inilah yang satunya yaitu lama konsumsi susu formula.
berperan dalam terjadinya karies gigi. 21 Konsumsi susu formula dalam jangka
Susu mengandung hampir semua unsur waktu yang lama dan diberikan secara
gizi yang dibutuhkan manusia, seperti terus-menerus akan menyebabkan
protein, lemak, gula, mineral dan hampir kerusakan pada gigi anak. Kerusakan ini
semua vitamin. Anak yang mendapat diet terjadi akibat paparan cairan manis yang
yang seimbang, meskipun tidak mendapat diberikan dalam jangka waktu yang lama,
susu, akan mendapat gizi yang cukup baik, dan apabila tidak dibersihkan akan
kecuali Kalsium atau zat kapur. Susu difermentasikan oleh bakteri menjadi asam
merupakan satu-satunya makanan yang yang akan menyebabkan terjadinya
mengandung Kalsium dalam jumlah besar. demineralisasi jaringan email gigi yang
Itulah sebabnya mengapa anak dianjurkan berlanjut menjadi karies gigi. Effendy dkk
untuk minum paling sedikit 2 gelas susu (2019) menjelaskan bahwa lamanya waktu
sehari.20 Namun kebiasaan minum susu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
juga dapat berpengaruh terhadap menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 35


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

diperkirakan 6-48 bulan.21 Pernyataan rongga mulut turun menjadi kritis.


tersebut didukung oleh penelitian yang Diperkirakan bahwa gigi memerlukan 3
dilakukan Purwaningsih (2016) bahwa jam untuk pulih dari paparan kariogenik.
anak yang mengonsumsi susu formula ≥ 6 Jadi apabila susu dikonsumsi dalam waktu
bulan memiliki resiko mendapatkan karies yang lama, maka tidak ada kesempatan
gigi lebih tinggi dibandingakan yang untuk gigi pulih dari paparan kariogenik. 15
mengonsumsi susu formula 6 bulan. 15 Hal ini menyebabkan lama-kelamaan akan
Frekuensi pemberian susu formula terbentuk karies gigi. Jingga dkk (2019)
juga berperan dalam kejadian karies gigi menjelaskan bahwa anak yang
pada anak. Karbohidrat yang mengonsumsi susu formula dengan durasi
difermentasikan oleh bakteri akan > 15 menit memiliki resiko terjadi karies
menghasilkan asam yang menyebabkan lebih banyak.14
pH rongga mulut turun hingga 5,5, Penelitian yang dilakukan oleh
sehingga membutuhkan beberapa waktu Syahrial dan Kusumastiwi (2016)
untuk pH kembali menjadi normal. Apa menunjukan bahwa terdapat hubungan
bila susu formula diberikan dengan antara pemberian susu botol sebagai
frekuensi yang sering dan kontak yang pengantar tidur terhadap tingkat keparahan
berulang-ulang, maka tidak ada karies pada anak usia 4-6 tahun,16
kesempatan untuk menormalkan kembali penelitian tersebut juga sesuai dengan
pH rongga mulut sehingga pH rongga penelitian yang dilakukan oleh Jingga dkk
mulut akan selalu dalam keadaan asam. (2019) bahwa waktu konsumsi susu
Keadaan asam inilah yang akan formula merupakan faktor resiko kejadian
menyebabkan demineralisasi jaringan karies gigi pada siswa.14 Sariningsih
email gigi sehingga terjadi karies. (2014) menjelaskan bahwa pada waktu
Jika konsumsi susu formula per hari tidur, susu atau cairan manis menggenangi
tinggi, maka akan berpotensi terjadinya daerah sekitar gigi seri dan taring di
karies gigi pada anak. Penelitian oleh rahang atas. Cairan yang berisi karbohidrat
Jingga dkk (2019), juga menjelaskan tersebut, ditambah dengan aliran liur yang
bahwa anak yang mengonsumsi susu menurun pada waktu tidur, merupakan
formula > 3 kali sehari memiliki resiko lingkungan yang baik sekali untuk
terkena karies lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bakteri. Bakteri dalam mulut
dengan anak yang mengonsumsi susu menggunakan cairan manis ini untuk
formula ≤ 3 kali sehari14, pendapat tersebut menghasilkan asam yang dapat merusak
juga sejalan dengan penelitian yang gigi anak.6 Pendapat tersebut juga sesuai
dilakukan oleh Purwaningsih (2016).15 dengan yang dijelaskan oleh Maulani dan
Konsumsi susu formula dengan durasi Jubilee (2005) dimana aliran air ludah
waktu yang lama akan berpotensi selama tidur sangat kurang sehingga
menyebabkan karies gigi. Semakin lama menimbulkan pola khas dari gigi
permukaan gigi anak terpapar oleh berlubang, terutama pada gigi seri depan. 20
makanan atau minuman kariogenik, maka Selain sebagai pengantar tidur,
akan meningkatkan resiko terjadinya penambahan gula/pemanis juga merupakan
karies gigi. Konsumsi makanan atau resiko terjadinya karies. Sebagian besar
minuman kariogenik menyebabkan pH orang tua menambahkan gula/pemanis

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 36


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

pada konsumsi susu formula anaknya, seperti pengetahuan, pendidikan, dan


tanpa tau resiko yang ditimbulkan dari pekerjaan orang tua.23
penambahan gula tersebut. Kebanyakan Pendapat tersebut juga didukung oleh
susu formula sudah memiliki cita rasa Lombok (2015), dalam penelitiannya yang
yang manis, namun beberapa orang tua menjelaskan bahwa orang tua dengan
tetap memberikan tambahan gula/pemanis status pekerjaan bekerja mempunyai
pada susu formula. Pada proses kejadian tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
karies, sukrosa memengang peran penting. baik dalam meningkatkan status kesehatan
Sukrosa dari gula/pemanis mudah anak, sehingga kesehatan gigi anak terjaga
difermentasikan oleh bakteri menjadi asam dan terhidar dari karies rampan.19
laktat atau asetat. Hasil dari fermentasi Pendapat tersebut didukung oleh pendapat
bakteri tersebut menyebabkan Ardani (2018) bahwa pendidikan dari
demineralisasi jaringan email gigi, dan orang tua adalah kunci bagi anak untuk
berikutnya akan terjadi karies gigi. dapat membangun kebiasaan baik dalam
Pendapat tersebut sesuai dengan menjaga kesehatan gigi yang pada
beberapa penelitian yang dilakukan oleh akhirnya dapat membentuk kualitas
Lombok dkk (2015) serta penelitian oleh hidupnya hingga dewasa nanti.22
Jingga (2019), yang menjelaskan bahwa Faktor utama penyebab terjadinya
penambahan gula/pemanis pada konsumsi karies gigi yaitu host, agen atau
susu formula merupakan resiko terjadinya mikroorganisme, substrat atau diet, dan
karies gigi pada anak.19,14 Minum susu waktu. Faktor resiko karies yang berkaitan
formula bukanlah hal yang membahayakan dengan kebiasaan minum susu yaitu
gigi asalkan sesudahnya mulut frekuensi, durasi, waktu konsumsi, dan
dibersihkan. Dengan demikian, tidak penambahan gula/pemanis pada konsumsi
seharusnya orang tua menidurkan anak susu formula. Maka untuk mencegah
dengan susu formula karena sesudahnya terjadinya karies gigi sedini mungkin pada
anak terlanjur mengantuk untuk anak, diperlukan perhatian orang tua untuk
membersihkan gigi. Gula pada susu yang melatih anak menjaga kesehatan gigi dan
masih tertinggal didalam mulut akan mulutnya. Dan juga menghindari pola asuh
digunakan kuman untuk menimbulkan pemberian susu formula sebagai
lubang pada gigi. 22 penghantar tidur pada malam hari. Orang
Banyak yang belum mengetahui bahwa tua juga dapat melatih anak untuk
pola asuh orang tua berpengaruh terhadap menggosok gigi sebelum tidur, sehingga
terjadinya karies gigi pada anak. Pola asuh dengan demikian dapat mencegah
orang tua yang salah terhadap kesehatan terjadinya kerusakan gigi pada anak.12
gigi dan mulut dapat meningkatkan resiko
karies gigi pada anak, begitu pula dengan KESIMPULAN
pola asuh orang tua dalam pemberian susu Kesimpulan dari studi kepustakaan ini
formula yang kurang tepat. Pola asuh adalah kebiasan minum susu dengan
orang tua disetiap daerah berbeda-beda, penyajian yang kurang tepat merupakan
ada beberapa hal yang dapat salah satu menyebabkan terjadinya karies
mempengaruhi pola asuh orang tua gigi pada anak. Kebiasaan minum susu
terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu formula dapat menyebabkan karies gigi

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 37


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

karena susu formula merupakan olahan minum susu terhadap kejadian karies
pabrik yang mengandung gula/pemanis gigi pada anak dengan membuat
yang dapat difermentasikan menjadi asam penelitian pengembangan ataupun
sehingga menyebabkan demineralisasi penerapan rujukan pustaka mengenai
jaringan keras gigi. kebiasaan minum susu terhadap
Kajian dari 8 jurnal terkait, 7 kejadian karies gigi pada anak.
diantaranya didapatkan hasil bahwa
mengonsumsi susu formula meningkatkan
resiko terjadinya karies gigi. Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
konsumsi susu formula dengan karies gigi
berhubungan erat dengan seberapa sering 1. Dariyo, A. (2008). Psikologi
gigi terpapar oleh cairan susu formula Perkembangan Dewasa Muda.
dimana semakin sering anak mengonsumsi Grasindo. Jakarta
susu formula maka resiko terjadinya karies 2. Calundu, R. (2018). Manajemen
Kesehatan. Sah Media. Makasar
gigi semakin tinggi dan sebaliknya.
3. Kemenkes RI. (2014). Infodatin Pusat
Saran Data Dan Informasi Kementrian
1. Bagi orang tua Kesehatan RI.
Orang tua hendaknya dapat membatasi 4. Putri, M.H., Herijulianti E., & Nurjanah
pemberian susu formula kepada anak, N. (2018). Ilmu Pencegahan Penyakit
karena pemberi susu formula yang Jaringan Keras Dan Jaringan
sangat sering dapat meningkatkan Pendukung Gigi. PT Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
resiko kerusakan gigi pada anak.
5. Kidd, E. dan Bechal, S.J. (1992). Dasar-
Dengan membatasi pemberian susu Dasar Karies Penyakit Dan
formula, dapat mengurangi resiko Penanggulangannya. Penerbit Buku
terjadinya karies gigiBagi remaja yang Kedokteran EGC. Jakarta.
pengetahuannya masih kurang baik 6. Sariningsih, E. (2012). Merawat Gigi
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan Anak Sejak Usia Dini. PT Alex Media
mulut agar kedepannya lebih Komputindo. Jakarta.
7. Hermawan, R. (2010). Menyehatkan
memperhatikan kesehatan gigi daerah mulut. Bukubiru. Jogjakarta.
danmulutnya yaitu dengan cara 8. Purwadi dkk. (2017). Penanganan Hasil
menyikat gigi minimal 2x sehari, Ternak. UB Press. Malang.
perbanyak makan buah yang berair dan 9. Setyawati, A.V. & Hartini, E. (2018).
berserat, mengurangi makanan yang Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
manis, serta rutin memeriksakan gigi CV Budi Utama. Yogyakarta.
10. Kementerian Kesehatan RI. (2018).
ke poliklinik gigi setiap 6 bulan sekali.
Laporan Nasional Riskesdas.
2. Bagi penelitian selanjutnya 11. Sari, E. P. (2017). Hubungan
Diharapkan adanya tindakan lanjut Pemberian Susu Formula Dengan
yang lebih mendalam dalam Karies Gigi Pada Anak Pra
membahas mengenai kebiasaan minum Sekolah Di Tk Dayyinah Kids.
susu terhadap kejadian karies gigi pada Akademi Kebidanan Dharma
anak. Dalam penelitian selanjutnya Husada Pekanbaru. http://e-
journal.uup.ac.id/index.php/akbdarticcl
dapat memanfaatkan penelitian studi
e/view/1412. Diakses tanggal 22
kepustakaan mengenai kebiasaan Januari 2020.

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 38


JIGIM (Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut) Tahulending A,dkk. Studi Kepustakaan Kebiasaan

12. Yulianti, R.D. (2016). Gambaran Pada Anak Balita. Volume 1


Kebiasaan Minum Susu Formula Dalam Nomor 1, Maret 2020. Jurnal Ilmu
Botol Dengan Karies Rampan Keperawatan Gigi.
Pada Anak TK Kemala Bhayangkari 02 18. William, M. 2015. Hubungan Antara
Manado. Program Studi D III Lama Minum Susu Botol Dan Tingkat
Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Keparahan Karies Gigi Sulung.
Manado Program Sarjana Kedokteran Gigi
13. Haryanto, A.G., Ruslijanto, H & Strara 1 Universitas Trisakti.
Mulyano, D. (2000). Metode Penulisan Jakarta.
& Penyajian Ilmiah. EGC. 19. Lombok, A., Mayulu, N. & Gunawan,
Jakarta P.N. (2015). Status Karies Anak Usia
14. Jingga, E., Setyawan, H. & Yuliawati, Prasekolah Sekolah Citra Kasih Yang
S. (2019). Hubungan Pola Pemberian Mengonsumsi Susu Formula. Volume 3
Susu Formula Dengan Kejadian Nomor 1, Januari-Juni 2015. Jurnal e-
Early Childhood Caries (ECC) Pada Gigi.
Anak Prasekolah Di TK Islam 20. Maulani, C. & Jubilee E. (2005). Kiat
Diponegoro Kota Semarang. Volume 7 Merawat Gigi Anak. PT Alex Media
Nomor 1, Januari 2019. Jurnal Komputindo.
Kesehatan Masyarakat 21. Effendy R., Cecilia G.J.L. & Mandojo
15. Purwaningsih, A. (2016). Pengaruh R. (2016). Kerusakan Gigi
Pemberian Susu Formula Menggunakan Pscaperawatan Endodontik.
Botol Susu (Dot) Terhadap Airlangga University Press. Surabaya
Kejadian Rampan Karies Pada Anak 22. Ardani, I.G. (2018). Buku Kesehatan
Prasekolah Di Kelurahan Pabelan. Anak Untuk Orang Tua Gigi Sehat
Program Studi S1 Keperawatan Anak Cerdas. CV Budi Utama.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yogyakarta.
Surakarta. 23. Andayasari dkk. (2017). Faktor-Faktor
16. Syahrial, M. B., & Kusumastiwi, P. O. Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi
(2016). Hubungan Pemberian Susu Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di
Botol Sebagai Pengantar Tidur Kota Bekasi Tahun 2016. Volume 6,
Terhadap Keparahan Karies Gigi. Nomor 1, 2017. Jurnal Biotek
PSPDG UMY Medisiana Indonesia.
17. Nugroho, C. 2020. Gambaran Karies
Dengan Kebiasaan Minum Susu Botol

VOLUME 5 NO. 1 MEI 2022 39

Anda mungkin juga menyukai