Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PEMICU 3 BLOK 15

“Gigi Sari Yang Berlubang”

DISUSUN OLEH:
TRYA FITRI AYUNI
190600063
KELAS B

DOSEN PEMBIMBING
Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc
Dewi Sartika, drg. MDSc
Kholidina Imanda Harahap, MDSc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, mulai dari
permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Proses terjadinya karies gigi dapat disebabkan oleh
faktor eksternal, yaitu lingkungan, sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Menurut Sondang dan Hamada (2008), faktor penyebab karies
adalah host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak), substrat (karbohidrat) dan ditambah
faktor waktu). Menurut Fankari (2004) juga menegaskan bahwa penyebab timbulnya masalah
gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut. Hal ini dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut.

1.2 Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Gigi Sari Yang Berlubang
Penyusun : Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc, Dewi Sartika, drg.
MDSc., Kholidina Imanda Harahap, MDSc
Hari/Tanggal : Jum’at/27 Agustus 2021
Jam : 14.00 – 16.00
Kasus :

Seorang anak perempuan berusia 7 thn, datang diantar oleh ibunya ke RSGM FKG USU,
dengan keluhan gigi geraham kiri bawah berlubang, pasien merasa ngilu apabila minum
dingin. Hasil anamnesis diketahui berat badan anak 33 kg, tinggi badan 125 cm, anak
merupakan anak normal dan ASA 1. Pekerjaan Ayah adalah tukang bangunan, dan Ibu adalah
seorang ibu rumah tangga, dengan anggota keluarga berjumlah 5 orang, mereka bertempat
tinggal di daerah Starban. Ibu juga mempunyai karies yang banyak di rongga mulut. Anak
menyikat gigi pagi hari sebelum makan dan waktu mandi sore. Kunjungan ini merupakan
kunjungan pertama anak ke dokter gigi. Pemeriksaan Intra oral: gingiva terlihat kemerahan di
regio 11,21,74 ,75; lidah terlihat pseudomembran putih kekuningan dengan skor 2, Tongue
Tie skor 2, skor OHIS 3,1 (buruk) dan terdapat malposisi gigi pada regio anterior maksila.
Gigi 53 karies dentin pada bagian bukal, 55, 75 karies dentin yang dalam pada bagian
oklusal, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 74, 84 karies mencapai dentin pada
permukaan oklusal lingual, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 26 karies enamel dan
36 karies dentin.

Dokter gigi berencana akan melakukan perawatan pada anak.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak


(IKGA)

Pada kasus disebutkan ini merupakan kunjungan pertama anak ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting terutama
kunjungan pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik maka
kunjungan berikutnya akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi anak
sebagai pasien dan dokter gigi yang merawatnya sehingga kunjungan pertama ini
sering disebut sebagai Kunci Keberhasilan perawatan dan merupakan dasar yang
nyata. Untuk mencapai tujuan ini perawatan harus dilangsungkan sedemikian rupa
sehingga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan anak akan mengenali
dokter gigi dan lingkungannya.1
Setelah kunjungan pertama selesai, pada kunjungan berikutnya pemeriksaan
yang akan dilakukan adalan pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan lengkap bisa
dilakukan pada kunjungan pertama bila memungkinkan. Pemeriksaan lengkap terdiri
dari:1
1. Identitas anak
Nama, usia/tgl lahir, anak ke, panggilan nama, sekolah, jenis kelamin, kelas,
nama orang tua, pekerjaan orang tua, alamat rumah, dan no hp.
2. Keadaan umum anak
Berat badan, tinggi badan, status gizi. Pertanyakan apakah anak sedang dalam
perawatan medis, apakah sedang demam, dan bagaimana keadaan tidur anak
tadi malam apakah nyenyak atau gelisah
3. Riwayat pre dan post natal
Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran) untuk
mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna, kelainan bentuk dan
lain-lain)
4. Riwayat medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua pasien,
misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik, kelainan darah,
penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa),
epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain yang serius.
5. Riwayat diet
Riwayat asi, riwayat susu dalam botol dan minuman manis dalam botol,
Riwayat makan dan minuman karbohidrat di luar jam makan utama
6. Riwayat Kesehatan gigi
Menceritakan tentang bagaimana anak menyikat gigi, apakah teratur, kapan
waktu anak menyikat gigi, apakah mempunyai kebiasaan buruk, pernah
dirawat dengan dokter gigi, kapan terakhir ke dokter gigi, jenis perawatan dan
bagaimana sikap anak terhadap dokter gigi tersebut
7. Pemeriksaan sekitar mulut (Ekstra Oral)
Bentuk muka, kelenjar getah bening, apakah terdapat pembengkakan
8. Pemeriksaan rongga mulut (Intra Oral)
Jaringan lunak mulut yang terdiri dari bibir, frenulum, mukosa labial & bukal,
gingiva, palatum, lidah, tonsil.
9. Skor plak
10. Gigi
Pemeriksaan gigi terdiri dari, kehilangan gigi premature, persistensi gigi,
fraktur gigi, gigi berlebih, kelainan perkembangan gigi, kelainan gigi lainnya,
oklusi, cross bite, protusif, midline gigi

2. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan
anak termasuk pada kategori mana? (IKGA)

Menghitung BMI dan BMI percentile anak menggunakan BMI Calculator


terdapat hasil:

BB anak : 33 kg = 72.75 pounds

TB anak : 125 cm = 49.212 inc

BMI dihitung menggunakan berat dan tinggi badan anak Anda dan kemudian
digunakan untuk menemukan persentil BMI-untuk-usia yang sesuai untuk usia dan
jenis kelamin anak Anda.
Persentil BMI-untuk-usia menunjukkan bagaimana berat badan anak Anda
dibandingkan dengan anak-anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.
Misalnya, persentil BMI-untuk-usia 65 berarti bahwa berat badan anak lebih besar
dari 65% anak-anak lain pada usia dan jenis kelamin yang sama.

Berdasarkan tinggi dan berat badan yang dimasukkan, IMT adalah 21,1,
menempatkan IMT menurut usia pada persentil ke-97 untuk anak perempuan berusia
7 tahun. Anak ini mengalami obesitas dan mungkin memiliki masalah kesehatan
terkait berat badan. Dia harus dilihat oleh penyedia layanan kesehatan untuk penilaian
lebih lanjut.

Anak-anak dengan obesitas cenderung memiliki BMI tinggi di masa dewasa.


Orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi
mengalami komplikasi kesehatan terkait obesitas, seperti tekanan darah tinggi,
diabetes, dan kolesterol tinggi.

Tujuan untuk anak-anak dan remaja dengan kelebihan berat badan dan
obesitas adalah untuk mengurangi tingkat kenaikan berat badan sambil
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Anak-anak dan remaja
tidak boleh melakukan diet penurunan berat badan tanpa berkonsultasi dengan
penyedia layanan kesehatan.

3. Jelaskan mengapa penting menanyakan pekerjaan, jumlah anggota keluarga


dan tempat tinggal dari anak (IKGA)

Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan pengetahuan,


sikap, dan perilaku. Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan sikap dan
perilaku untuk anak. Lingkungan terdekat dimana anak usia prasekolah berada adalah
keluarga (orang tua dan saudara) dan lingkungan sekolah. Peran orang tua sangat
menentukan dalam melakukan perubahan sikap dan perilaku dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak. Orang tua (ibu) dan anak merupakan satu kesatuan
ikatan dimana ibu merupakan anggota tim kesehatan yang baik untuk melakukan
pengawasan Kesehatan terutama pada gigi anak.2

Perilaku hidup sehat dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi seseorang


(Mulder,dkk, 2011). Beberapa faktor yang memengaruhi sosialekonomi yaitu
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, serta banyaknya anggota keluarga. Pekerjaan
menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat
terpenuhi. Pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang kesehatan
dan mempromosikan perilaku hidup sehat.2

Karies gigi lebih sering dijumpai pada anak- anak dari keluarga dengan tingkat
sosial ekonomi yang rendah, ibu/bapa tunggal, atau orangtua dengan tingkat
pendidikan rendah. Banyaknya anggota keluarga akan sangat memengaruhi
pengeluaran dalam sebuah keluarga. Semakin besar ukuran sebuah keluarga maka
akan semakin besar pengeluaran atau anggaran yang di butuhkan, jika pendapatan
keluarga kecil maka distribusi pengeluaran untuk masing- masing personal akan
semakin kecil. Karies gigi dengan tingkat karies sangat tinggi paling banyak terdapat
pada tingkat pekerjaan orang tua responden yang menengah.2

Berdasarkan kasus, anak berusia 7 tahun mempunyai ayah seorang tukang


bangunan dan ibu seorang ibu rumah tangga yang berarti menentukan faktor
terjadinya karies yaitu kurangnya pengertian terhadap penyakit di rongga mulut,
rendahnya pengetahuan dan kurangnya edukasi terhadap Kesehatan gigi dan mulut ini
juga berpengaruh juga terhadap dimana mereka tinggal. Tempat tinggal juga
berpengaruh pada Kesehatan gigi anak. Karena lingkungan berperan dalam
pembentukan sikap dan perilaku anak. Orang tua dan lingkungan mereka adalah
faktor terkuat terjadinya karies pada anak. Selain itu jumlah anggota keluarga yg
berjumlah 5 orang yang tidak memungkinkan ibu membawa anak-anaknya ke dokter
gigi.2

4. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menilai risiko karies


anak serta penegakan diagnosis pada anak (IKGA, RKG)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

1. Pembuatan foto ronsen


a. Pemeriksaan radiografis diperlukan untuk mendeteksi keadaan patologis
dental (resorpsi interna), gambaran akar gigi sulung (resorpsi fisiologis
atau patologis), keadaan jar.tulang sekitar gigi pada kelainan periapical
dan trauma, gambaran terhadap pembentukan benih gigi, mendeteksi
kelainan akibat gangguan tumbuh kemvabf (agenesis), dan membantu
mendeteksi karies (bite wing)
2. Pemeriksaan bakteri
Dilakukan untuk mengetahui:
a. Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.
b. Sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis antibiotik yang tepat.
c. Menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap non vital.
3. Penentuan vitalitas
- Test Sonde
- Test termal
Dingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha panas. 1.3.Test
elektrik dengan dento test
- Test preparasi.
Bila gigi dicurigai non vital (dapat dilihat melalui warna gigi, yang
biasanya berwarna biru atau abu-abu) dan dentotest tidak tersedia,
dilakukan pemboran gigi secara hati-hati dan perlahan untuk menentukan
vitalitas gigi
- Test Perkusi
Untuk melakukan test perkusi ini harus mempunyai pengalaman, test
dilakukan dengan cara mengetok gigi yang dicurigai dan mendengarkan
suaranya. Gigi vital suaranya nyaring dan gigi non vital suaranya lemah.

5. Apabila pasien pada kasus tersebut akan dilakukan pemeriksaan radiografi,


tuliskan dan jelaskan tatacara pemilihan jenis pemeriksaan radiografi
berdasarkan guidelines AAPD atau EAPD! (RKG, IKGA)

Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat


berguna dalam praktek kedokteran gigi dan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam
penentuan diagnosa dan perawatan; khususnya untuk penyakit atau kelainan dalam
rongga mulut. Pemeriksaan radiograf secara konvensional terbagi menjadi
pemeriksaan radiografik proyeksi intraoral seperti periapikal yang terdiri dari paralel
dan bisekting, oklusal, bitewing, dan ektraoral seperti panoramik, lateral sefalometri
dan Postero Anterior (PA) sefalometri (Miles, dkk, 2009).3
Paparan radiasi pada anak memiliki resiko lebih tinggi menyebabkan penyakit
dibanding pada orang dewasa, karena anak berada pada masa tumbuh kembang
sehingga sel pada anak lebih sensitif terhadap paparan radiasi. Selain itu, anak-anak
biasanya membutuhkan penurunan pengaturan paparan untuk menghasilkan gambar
radiografis yang berkualitas karena struktur tulang mereka tidak sepadat orang
dewasa.3

Guideline AAPD mendukung dan mempromosikan image gently yang


bertujuan untuk mempromosikan pertimbangan khusus untuk radiografi gigi anak dan
menghilangkan paparan yang tidak perlu pada anak-anak. Penyuluhan ini
menggunakan sistem langkah sederhana untuk meningkatkan keselamatan radiasi
untuk anak-anak dan memperkenalkan istilah dari As Low As Diagnostically
Achievable (ALADA). Langkah- langkah paparan radiasi dental yang yang
direkomendasikan antara lain: memilih teknik radiografi sesuai kebutuhan bukan
hanya sebagai rutinitas, menggunakan reseptor pengambilan gambar yang tercepat,
kolimator disesuaikan dengan area target, menggunakan thyroid collar, pengaturan
waktu paparan dikurangi, penggunaan CBCT hanya bila diperlukan saja.3

Jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan guidelines AAPD yang dapat


dilakukan pada pasien anak sebagai berikut

Jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan guidelines AAPD yang dapat


dilakukan pada pasien anak dibagi berdasarkan usia pasien & tahap perkembangan
gigi dan jenis pertemuan. Berdasarkan usia pasien & tahap perkembangan gigi
dibagi menjadi anak dengan gigi sulung (belum terjadi erupsi gigi permanen pertama),
anak dengan gigi transisi atau gigi peralihan (setelah erupsi gigi permanen pertama),
remaja dengan gigi permanen (sebelum erupsi gigi geraham ketiga), dewasa bergigi
atau Sebagian edentulous, dan dewasa edentulous. Berdasarkan jenis pertemuan
dibagi menjadi pasien baru yang sedang dievaluasi untuk penyakit gigi dan
perkembangan gigi, recall pasien (dengan karies klinis atau dengan peningkatan risiko
karies), recall pasien (tanpa karies klinis dan tidak dengan peningkatan risiko karies),
recall pasien (dengan penyakit periodontal), pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan, dan Pasien dengan keadaan lain termasuk tetapi implan yang
diusulkan atau yang sudah ada, patologi, kebutuhan restoratif/endodontik, penyakit
periodontal yang dirawat dan remineralisasi karies.

Berdasarkan kasus diatas anak berusia 7 tahun yang dimana sudah terdapat
erupsi gigi permanen yaitu 11,21,26,36 lalu kunjungan ini merupakan kunjungan
pertama anak ke dokter gigi. Berdasarkan jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan
guidelines AAPD, berdasarkan usia pasien & tahap perkembangan gigi anak termasuk
anak dengan gigi transisi atau gigi peralihan (setelah erupsi gigi permanen pertama),
dan berdasarkan jenis pertemuan pasien baru yang sedang dievaluasi untuk penyakit
gigi dan perkembangan gigi. Yang dimana pemeriksaan radiografi yang dibutuhkan
anak terdiri dari bitewing posterior dengan pemeriksaan panoramic atau bitewing
posterior dan periapical.

6. Sebutkan interpretasi gambaran radiografi pada kasus (RKG)

Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat berguna


dalam praktek kedokteran gigi dan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam
penentuan diagnosa dan perawatan; khususnya untuk penyakit atau kelainan dalam
rongga mulut. Ada dua hal penting dalam pemeriksaan radiografi; pertama adalah
teknik pembuatan radiograf gigi tersebut dan kedua yang juga tidak kalah penting
adalah bagiamana menginterpretasikan secara akurat gambaran lesi atau kelainan
yang radiograf tersebut.4

Interpretasi Radiografi Gigi 74


Mahkota : terdapat gambaran radiolusen pada bagian lingual oklusal
mencapai dentin
Akar : terdapat 2 akar, saluran akar 2
Lamina Dura :-

MembranPerio
dontal :-
Furkasi : Bifurkasi
Crest Alveolar : dalam batas normal
Periapikal : terdapat gambaran radiopak
Kesan : terdapat kelainan pada mahkota dan pada periapikal
Suspek Radiodiagnosis : Karies Dentin, reorpsi akar sulung 2/3 servikal akar serta
pembentukan gigi permanen 1/3 tengah mahkota
Gigi 75
Mahkota : terdapat gambaran radiolusen pada bagian oklusal dengan
kedalaman mencapai dentin
Akar : terdapat 2 akar, saluran akar 2, terdapat gambaran radiopak pada
bagian 2/3 saluran akar distal
Lamina dura : dalam batas normal
Membran
periodontal : dalam batas normal
Furkasi : bifurkasi
Crest alveolar : dalam batas normal
Periapikal : terdapat gambaran radiopak
Kesan : tedapat kelainan pada mahkota. pada saluran akar dan pada
periapikal

Suspek

Radiodiagnosis : karies pulpa, resorpsi akar sulung 1/3 servikal akar gigi dan
pembentukan gigi permanen 1/3 tengah mahkota

Gigi 36 :
Mahkota : terdapat gambaran radiolusen pada bagian oklusal dengan
kedalaman sampai dentin
Akar : terdapat 2 akar, saluran akar 2
Lamina Dura : dalam batas
normal
Membran Periodontal : dalam
batas normal

Furkasi : bifurkasi
Crest Alveolar : dalam batas normal
Periapikal : tidak ada kelainan
Kesan : terdapat kelainan pada mahkota
Suspek
radiodiagnosis : karies dentin

7. Sebutkan seluruh diagnosis dan rencana perawatan pada kasus baik jaringan
lunak dan jaringan keras gigi serta jelaskan alasannya.

Coated tongue

Penatalaksanaan coated tongue diawali dengan mengidentifikasi kemungkinan


faktor predisposisi, seperti keadaan sistemik, kebersihan rongga mulut yang buruk,
xerostomia, konsumsi makanan lunak, dan penggunaan obat-obatan. Penatalaksanaan
coated tongue tidak memerlukan obat-obatan. Menyikat lidah dan menjaga kebersihan
mulut dengan benar harus dilakukan secara rutin. Penting untuk menekankan kepada
pasien bahwa proses ini sepenuhnya dapat diatasi. Umumnya penatalaksanaan yang
paling efektif untuk coated tongue adalah penggunaan pembersih lidah setiap hari.
Pembersih lidah ini bertujuan untuk menghilangkan sel keratin yang mati di
permukaan dorsal lidah. Selain pembersih lidah, memberikan intruksi pada pasien
untuk mengurangi kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi makanan lunak, serta
menjaga oral hygiene juga dapat membantu mengurangi coated tongue.5

Ankyloglossia (tongue-tie)

Pembedahan dapat dilakukan sebagai terapi tongue tie adalah frenektomi.


Frenektomi merupakan salah satu prosedur bedah preprostetik. Prosedur sederhana
dimana sebagian atau seluruh frenulum yang bermasalah dibuang secara bedah
dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan kesehatan mulut dan retensi serta
stabilitas gigi tiruan. Tujuan Frenektomi adalah untuk kepentingan estetik, membantu
memelihara dan memperbaiki oral hygiene, menurunkan resiko kerusakan jaringan
periodontal, menghindari relaps (diastema sentral) paska perawatan orto. Bedah ini
harus dilakukan karna pasien sudah mengalami inflamasi gingiva dan oral hygiene
pasie buruk.

Gingivitis

Pada anak-anak, gingivitis tidak terjadi separah gingivitis pada orang dewasa.
Hal ini dikarenakan perbedaan kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun tubuh,
ataupun perbedaan morfologi jaringan periodontium antara anak-anak dan orang
dewasa. Plak bakteri pada anak-anak biasanya terdiri dari bakteri patogen yang
konsentrasinya rendah. Skor plak yang tinggi dapat dijumpai pada fase pertumbuhan
gigi campuran bahwa terlihat jumlah plak yang banyak pada subjek yang mengalami
fase gigi bercampur sehingga menyebabkan perubahan pada gingiva. Jika dikaitkan
ke skenario, gingivitis ini terjadi karna pasien anak sedang dalam masa pertukaran
gigi sehingga penumpukan plak lebih banyak. Oleh karena itu, dokter dapat
mengedukasi dan menginstruksi pasien anak dibantu dengan peran orang tua untuk
meningkatkan kebersihan mulut anak dengan menyikat gigi sesudah sarapan dan
sebelum tidur dan melakukan perawatan scalling untuk membersihkan plak gigi.

Karies gigi

Rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendirinya dan karies gigi akan terus
meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan. Perawatan karies gigi
harus segera dilakukan dengan penambalan dan pencabutan gigi. Gigi yang sakit atau
berlubang tidak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian obat-obatan. Bagian gigi
yang pecah ini hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan.
Bagian-bagian gigi yang telah terkena infeksi sebaiknya dibor atau dibuang sehingga
dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya infeksi ulang. Kemudian baru diadakan
penambalan,mengembalikan bentuk semua dari gigi tersebut sehingga dalam
penguyahan dapat berfungsi kembali dengan baik.

Pencabutan gigi dilakukan jika gigi bila telah rusak dan untuk penambalan juga sudah
sukar sehingga tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut.
Pencabutan gigi merupakan tindakan terakhir yang dilakukan apabila tidak ada lagi
cara lain untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang. Jika dikaitkan ke
skenario, maka, perawatan yang akan dilakukan pada pasien anak adalah penambalan
karena gigi anak masih vital dan karies belum mencapai pulpa sehingga masih bisa
diperbaiki dan tidak perlu dicabut.

8. Dokter gigi mempunyai rencana akan melakukan restorasi dengan bahan GIC,
kompomer dan resin komposit. Jelaskan alasan pemilihan bahan tersebut
berdasarkan:

GIC

a. Komposisi

Glass Ionomer Cement (GIC) adalah salah satu material penambal gigi yang
banyak digunakan oleh dokter gigi karena memiliki banyak manfaat. GIC terdiri
dari dua komponen utama yaitu powder gelas ionomer dan liquid asam poliakrilat.
Powder yang digunakan adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), kalsium fluorida

(CaF2), dan aluminium fosfat (AlPO4). Silika berperan sebagai kerangka utama
jaringan oksida dalam mengembangkan suatu ikatan antara gelas dengan jaringan
melalui pembuatan sisi deposit dari kalsium (Widana, 2012). Alumina berperan
untuk meningkatkan sifat mekanik Glass Ionomer Cement yaitu tingkat
kekerasannya. Kalsium fluorida berperan sebagai antibakteri untuk menghambat
perluasan penyebaran bakteri akibat adanya karies pada gigi. Sedangkan
aluminium fosfat berperan untuk meningkatkan kekuatan gigi. Keunggulan GIC
antara lain memiliki kemampuan berikatan secara kuat dengan enamel maupun
dentin dan komposisinya yang sederhana (Craig, 2002). Selain itu GIC
mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi, bersifat adhesif, translusen, tidak
iritatif, daya larut yang rendah, dan bersifat antikariogenik karena dapat
melepaskan fluorida.6

b. Sifat mekanis
- Compressive strength lebih rendah dari silikat
- Tensile strength lebih tinggi dari silikat
- Hardness, lebih lunak dari silikat
- Fracture Toughness, beban yang kuat, dapat terjadi fraktur.7
c. Cara pemanipulasian
Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad menggunakan agaat spatel,
Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan pabrik). waktu
meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian dicampur
dan diaduk dengan cepat , posisi melipat, selesai dalam waktu 30- 40 detik. Untuk
mencapai retorasi yang tahan lama dan prostesa yang retentif, beberapa kondisi
berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang akan direstorasi harus bersih dan
kering, (2) harus melapisi semua permukaan dan tempat prothesa, (3) semen yang
berlebih harus dibersihkan, (4) permukaan harus selesi tanpa pengeringan yang
berlebihan, (5) perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk
menghindari retak dan disolusi. Kondisi tersebut sama untuk aplikasi luting,
kecuali tidak diperlukan finishing untuk bagian permukaan.7

d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di
kasus tersebut. (IKGA & DM)

Indikasinya adalah restorasi dengan area kecil sampai sedang pada gigi sulung,
sebagai pelapis kavitas, dalam prosedur kontrol karies, dan restorasi pada servikal
gigi.  GIC memiliki sifat kekerasan yang baik. Kemampuan adhesi melibatkan
proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit
enamel dan dentin. GIC memiliki sifat anti karies karena kemampuannya
melepaskan flour. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena
mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko
kimiawi antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi
kebocoran pada tepi tumpatan.7

KOMPOMER

a. Komposisi

Kompomer mengandung polyacid yang dimodifikasi monomer dengan pelepasan


fluoride dan diformulasikan tanpa air. Beberapa kompomer telah memodifikasi
monomer yang memberikan tambahan pelepasan fluoride. Volume pengisi filler
sekitar 42% sampai 67% dan rata-rata ukuran partikel filler dari 0,8-5,0 μm.
omposisi utama kompomer yang memberikan keuntungan adalah tidak
terdapatnya kandungan air
Setting terjadi dengan sinar polimerisasi, tetapi reaksi asam basa juga terjadi
sebagai kompomer menyerap air setelah penempatan dan kontak dengan saliva.
Penyerapan air juga penting untuk penyaluran fluoride (Powers & Sakaguchi,
2007).8

b. Sifat mekanis

Sifat-sifat mekanis secara umum tidak jauh berbeda dari sifat-sifat komposit resin.
Perbedaan keduanya yang paling signifikan adalah dalam hal ketahanan terhadap
tekanan. Untuk mendapatkan kekuatan pengunyahan yang besar dalam rongga
mulut, suatu bahan pengisi yang dipakai dalam jangka waktu panjang
membutuhkan. Kekuatan tekan kompomer berhubungan erat dengan kemampuan
bahan untuk menahan suatu beban tanpa terjadi fraktur disebut compressive
strength. Kekuatan resin komposit dalam menerima tekanan kunyah berkisar 1,75-
1,92 MPa dan kompomer berkisar 0,97-1,23 MPa. Oleh karena terjadi penurunan
resistensi terhadap terjadinya fraktur, compomer seharusnya tidak digunakan pada
daerah yang menerima beban yang besar (Nicholson, 2006).8
c. Cara pemanipulasian

Pemanipulasian restorasi kompomer tidak memiliki perbedaan yang cukup


menonjol dengan resin komposit. Hal ini karena kompomer merupakan hasil
kombinasi dari dua bahan. Manipulasi kompomer dapat diaktifkan dengan
menggunakan cahaya maupun secara kimia. Pada kompomer yang diaktifkan
dengan menggunakan cahaya, bahan dasarnya diaduk dan diaplikasikan ke gigi
yang terindikasi. Kemudian dipolimerisasi dengan menggunakan cahaya yang
kuat. Kelebihan kompomer yang diaktifkan dengan cahaya yaitu waktu kerja yang
tidak terbatas, sehingga dapat dikerjakan tanpa tergesa. Sedangkan untuk kompomer
yang diaktifkan oleh kimia umumnya memiliki waktu yang terbatas.8

d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di
kasus tersebut. (IKGA & DM)

Kompomer sering kali digunakan dalam prosedur restorasi satu tahap yang dapat
memberikan sifat adesif terhadap dentin sehingga preparasi kavitas tidak lagi
memerlukan pembuatan bentuk retensi. Penggunaan pada kasus kelas I dan II
molar sulung menunjukkan keberhasilan jangka panjang. Dibandingkan glass
ionomer cement (GIC), kompomer memiliki keunggulan dalam sifat fleksural
yang ditunjukkan dengan rendahnya angka kejadian fraktur restorasi yang rendah.
kompomer melepaskan fluor sehingga dapat dijadikan sebagai pencegahan
terhadap karies.8

RESIN KOMPOSIT
a. Komposisi

 Resin komposit terdiri dari beberapa campuran material yaitu resin matriks, filler,
dan coupling agent. Sistem aktivator-inisator juga diperlukan untuk mengubah
pasta resin dari lunak, moldable, sampai keras. Komponen lain ditambahkan untuk
meningkatkan kualitas kinerja, penampilan, dan durabilitas material. Pigmen atau
zat warna ditambahkan untuk menyesuaikan warna gigi. Ultraviolet (UV)
absorber dan bahan tambahan lain berfungsi untuk meningkatkan stabillitas
warna, dan inhibitor dapat mempercepat waktu kerja pada pengaktifan resin
secara kimiawi (Anusavice, 2003).

b. Sifat mekanis

Adhesi, perlekatan resin komposit dengan gigi, retensi yang didapat dari
porositas permukaan gigi setelah dietsa dan perlekatan dari permukaan gigi
dengan resin komposit Kekuatan dan keausan, resin komposit mempunyai
kekuatan tensil kompresif lebih besar daripada resin akrilik. Daya tahan
terhadap fraktur cukup bagus . bagus untuk penumpatan klas IV. meskipun
komposit resin mudah aus.7

c. Cara pemanipulasian
- Resin komposit diaktivasi kimia
Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi
inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi activator tertiary
amine. Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl
peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan
dimulai.7
Reaksi setting:
 Polimerisasi terjadi dengan inisiator peroxide organic dan akselerator
amin organic
 Antara inisiator dan akselerator harus dipisahkan dan tidak dicampur
sebelum restorasi
 Reaksi yang terjadi: dimethacrylate + inisiator + akselerator + treated
inorganic composite
- Resin komposit diaktivasi oleh sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam
bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk
radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul foto inisiator dan
aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka
kedua komponen tersebut tidak akan bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan
panjang gelombang yang tepat (460-485 nm) dapat merangsang foto
inisiator bereaksi dengan amine dan
membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi
Reaksi setting:
 Komposit terpolimerisasi dengan terpapar cahaya/sinar biru
 Sinar tersebut diabsorbsi oleh diketon yang terdapat diantara amin
organic yang memualu reaksi polimerisasi
 Waktu paparan 20-40 detik
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami
karies di kasus tersebut. (IKGA & DM)
untuk gigi anterior dan posterior, karies pit & fisur gigi posterior, permukaan
proksimal gigi posterior, permukaan proksimal gigi anterior, permukaan halus
(sisi bukal atau lingual), Fissure sealant, Sebagai veneer mahkota logam dan
jembatan/prosthodontie resin, Untuk sementasi pada jembatan Maryland,
bracket ortodontie, inlay, onlay dan crown ceramic, Untuk reparasi restorasi
porselen.7

9. Jelaskan perbedaan antara bahan dentin kondisioner, bahan etsa dan bahan
bonding yang akan digunakan pada kasus. (DM)

Bahan dentin kondisioner


Cairan asam poliakrilik 10% untuk membersihkan permukaan gigi (setelah
gigi selesai di preparasi dan siap dilakukan penumpatan), untuk meningkatkan
perlekatan terhadap glass-ionomer yang bermanfaat Meningkatkan penutupan tepi
untuk menambah keawetan restorasi. Meninggalkan ,smear plug’ di dalam tubulus
untuk mengurangi risiko sensitivitas setelah pengerjaan. Warnanya biru untuk
mengontrol pemakaian.7

Bahan etsa

Saat ini, sebagian besar etsa yang tersedia secara komersial mengandung 30%
hingga 40% asam fosfat, yang memberikan permukaan enamel retensi yang baik. Etsa
merupakan bahan kimia yang bersifat asam yang berfungsi untuk menghilangkan
permukaan mineral gigi dan membentuk mikropores yang membuat permukaan
enamel menjadi kasar sehingga resin komposit dapat berpenetrasi kedalam permukaan
gigi dan membentuk resin tag. Etsa membentuk resin tag dari proses demineralisasi
ion kalsium pada permukaan superfisial enamel, sehingga membuat permukaan
menjadi lebih reaktif terhadap bahan resin. Etsa yang sering digunakan adalah asam
fosforik 37%.

Bahan bonding

Bahan bonding merupakan bahan yang berfungsi untuk meningkatkan


kekuatan ikatan antara resin komposit dan struktur gigi, meningkatkan retensi dari
restorasi, mengurangi kebocoran mikro di sepanjang permukaan antara dentin dan resin
komposit. Aplikasi bonding dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan teknik
etsa yaitu teknik total-etch dan self-etch. bahan bondingtotal-etch dan self-
etch menunjukkan hasil bahwa bonding total-etch memiliki kebocoran mikro yang
lebih minimal dibandingkan self-etch. 

10. Sebutkan tahapan kerja restorasi untuk gigi 75, 53 dan gigi 26; sebutkan
instrumen dan bahan yang digunakan (IKGA)

Untuk gigi 75 menggunakan resin komposit klas 1

Alat
a. Peralatan dental standar (sonde, kaca mulut, pinset, anestesia (jika dibutuhkan),
rubber dam, handpiece low– speed, handpiece high– speed)
b. Placement and carving instrument
c. Articulating paper
d. Bur (carbide dan diamond)
e. Finishing instrument
f. Polishing instrument

Bahan

a. Resin composites radiopak atau resin microfilled yang di gunakan untuk gigi
posterior
b. Resin composite placement syringe
c. Pumice
d. Glycerin gel
e. Material pasta polishing
f. Asam phospat 37%
g. Desinfektan kavitas

Tahapan kerja

1. Preparasi kavitas dan tepi email kavitas harus dibevel.


2.  Memberi lapisan kalsium hidroksida hanya pada dasar kavitas yang sangat dalam.
Kalsium hiroksida bisa digantikan dengan glass ionomer cements sebagai bahan
base.
3. Etsa email pada tepi kavitas dengan asam fosfat 30–50 % selama 1,5– 2 menit,
cuci selama 15 detik, keringkan sampai moist selama 30 detik. Gigi desidui
membutuhkan pengetsaan lebih lama dari pada gigi permanen.
4. Letakkan bahan bonding pada email yang telah di etsa, sinari dengan light curing
selama 20 detik.
5. Masukkan bahan resin composites ke kavitas, sinari dengan light curing selama 40
detik.
6. Bersihkan sisa–sisa resin composites, poles restorasi dengan bur diamond dan
tungsten carbide serta disk abrasif.
Untuk gigi 53 menggunakan GIC klas V

Alat dan Bahan

Alat : Diagnostik Set, Plastis Instrumen, Glass Lab, White Stone, Enhance

Bahan : Kapas dan Cotton Roll, Ca(OH)2, GIC untuk semen base, GIC Restoratif

A. Preparasi

1. Tahapan Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang
dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat
digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas
atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam(Baum, 1997).
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang
tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari
diletakkan didasar mulut. Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak
nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan
negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi
jaringan lunak.
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki
beberpa ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan
adalah cotton roll nomor 2 dengan panjang  inchi dan diameter  inchi. Cotton
roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi
jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti
karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaancotton roll bersama saliva
ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karet atau Rubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber
dam. Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada
lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi
yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk
prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan
klem.
d. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air.
Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
e. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3
mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur  dengan sudut 45 oGigi
dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure
bur atau excavator,  kemudin dibuat bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk
kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini
tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin 
dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi 
yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih
menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa
dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas
atau outlinef orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan
kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang
sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention.  Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak
perlu dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus.  Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah
kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di
dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal.
Pada restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu
retensi mekanis.   Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu
dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang
tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah
pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade
ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari
berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
2. Tahap Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad,
Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai
konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total  45-60 detik (tgt pabrik)
a. Mixing 
•      dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam
waktu 40 detik.
•      Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan
dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).
•      Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan  asam poliakrilat masih basah &
dapat melekat ke struktur gigi
b. Penempatan bahan ke dalam kavitas
•      Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe
insulin ke dalam kavitas gigi
•      Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu
(untuk memberi kontur)
c. Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras
•      Prosedur penyelesaian lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10
menit untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi
menjadi agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi
•      Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang
terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena
itu, restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.

Untuk gigi 26 menggunakan PRR tipe A yaitu karies pada enamel

Alat : kaca mulut, sonde, pinset, bur brush, handpiece low speed, light cured,
diamond bur
Bahan : cotton roll, cotton pellet, disclosing agent, pumice, etsa, bonding agent,
sealant, articulating paper, resin komposit, zinc phosphat cement, liner CaOH2

Urutan prosedurnya terdiri dari :

1. Persiapan alat dan bahan


2. Persiapan pasien (pengaturan posisi kerja)
3. Persiapan operator (baju klinik, sarung tangan, masker) Aplikasi disclosing
agent
4. Pulas permukaan gigi dengan brush dan pumice hingga bersih
5. Preparasi jaringan karies sebatas enamel/dentin dangkal/dentin dalam
6. Isolasi daerah kerja dan keringkan
7. Dentin yang terbuka diberi liner CaOH2 dan basis zinc fosfat cement
8. Etsa permukaan gigi, diamkan selama 30 detik, bilas dan keringkan
9. Aplikasi bonding agent dan sinar selama 10 detik Aplikasi komposit ke dalam
10. kavitas sesuai anatomi gigi Aplikasi sealant diatas restorasi dan pada pit
fissure
11. Polimerisasi sinar visible 20 detik
12. Cek oklusi dengan articulating paper

11. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai
dilakukan! (berdasarkan penentuan risiko karies pada anak berdasarkan
CAMBRA). (IKGA)

1. Pengertian CAMBRA
CAMBRA (Caries management by risk assessment) adalah salah satu pendekatan
untuk mencegah atau mengobati penyebab karies gigi pada tahap paling awal
sebelum gigi berlubang (Hurlbutt, 2011). CAMBRA (Caries management by risk
assessment) digunakan untuk mengevaluasi indikator penyakit dan menilai risiko
pasien berdasarkan biologis, perilaku, dan factor riwayat medis. CAMBRA
(Caries management by risk assessment) bertujuan untuk membantu dokter dalam
mendiagnosis, pengobatan, dan pencegahan karies, setelah dokter menetapkan
kategori risiko karies yang dialami pasien dokter dapat memberikan perawatan
kepada pasien dalam mengcegah karies (Mills dan Patel, 2016).9
2. Metode CAMBRA
CDA (California Dental Association) mengembangkan cara untuk menentukan
tingkat resiko karies yang dialami pasien, yangmana dibagi dalam beberapa
katagori yaitu indicator penyakit (Disease indicators), faktor resiko (Risk factors),
dan faktor pelindung (Protective factors) (Mills dan Patel, 2016). Dokter atau
petugas kesehatan menentukan tingkat resiko karies pasien berdasarkan adanya
indikator penyakit karies dan keseimbangan antara patologis dan faktor pencegah
(Darby dan Walsh, 2010).9
a. Indikator penyakit menurut Darby dan Walsh (2010):

1. Gigi dengan lubang atau lesi. Pada gambaran radiografi akan terlihat
lesi berpenetrasi kedalam dentin
2. Gambaran radiografi lesi approximal hanya pada enamel
3. Terlihat adanya white spots pada permukaan halus
4. Terdapat restorasi 3 tahun terakhir

b. Faktor resiko karies:

Faktor resiko karies merupakan faktor biologis yang dapat menyebabkan


meningkatnya tingkat resiko karies sehingga menimbulkan lesi yang baru
(Darby dan Walsh, 2010). Hurlbutt (2011) menyatakan bahwa terdapat tiga
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya karies, yangmana disingkat
dengan “BAD” yaitu:
1. Bad bacteria, meaning acidogenic, aciduric or cariogenic bacteria, yaitu
tersedianya bakteri buruk seperti bakteri asidogenik, asidurik, dan
kariogenik

2. Absence of saliva, meaning hyposalivation or salivary hypofunction, yaitu


saliva berkurang seperti hiposaliva atau hipofungsi saliva.

3. Destructive lifestyle habits that contribute to caries disease, such as


frequent ingestion of fermentable carbohydrates, and poor oral hygiene
(self care), yaitu gaya hidup yang tidak baik sehingga berkontribusi
terhadap terjadinya karies, seperti seringnya mengkonsumsi karbohidrat
dan kebersihan mulut yang buruk.
c. Faktor pelindung:

Faktor pelindung karies merupakan faktor biologis yang digunakan untuk


mencegah patologi dari faktor risiko karies. Semakin tinggi keparahan faktor
risiko, semakin tinggi pula intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya karies (Darby dan Walsh, 2010). Hurlbutt (2011)
menyatakan bahwa terdapat empat faktor pelindung dalam mengatasi
ketidakseimbangan karies, yangmana disingkat dengan “SAFE”, yaitu:

1. Saliva and Sealants

Saliva normal memiliki pH 6,6. Pengujian saliva termasuk pengujian


bakteri yang disarankan pada semua pasien baru. Sealant merupakan cara
yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan gigi terhadap karies pada
pit dan fisura gigi. Pedoman klinis CAMBRA merekomendasikan bahwa
sealant didasarkan pada risiko pasien. Pasien dengan resiko karies rendah
dapat menggunakan sealant dari bahan resin dan ionomer kaca, sedangkan
untuk pasien dengan resiko karies moderat, tinggi dan pasien dengan
resiko karies ekstrem direkomendasikan untuk menggunakn fluoride-
releasing sealant untuk lubang yang dalam.

2. Antimicrobials or antibacterials (including xylitol)

Agen antimikroba dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Agen


antimikroba direkomendasikan untuk anak usia diatas 6 tahun dengan
resiko karies tinggi atau ekstrim. Obat kumur seperti klorheksidin glukonat
telah disetujui FDA untuk mengobati gingivitis. Klorheksidin glukonat
juga efektif dalam mengurangi kadar bakteri Streptococci mutans, namun
pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang panjanga dapat
menyebabkan perubahan warna gigi dan restorasi resin komposit.

3. Fluoride and other products that enhance reminalization

Penggunaan pasta gigi berfluoride bertujuan untuk menurunkan karies, dan


untuk mencegah karies pada anak dan remaja, pasta gigi minimal 1.000
ppm fluor. Penggunaan 5.000 ppm fluoride pasta gigi dan obat kumur
berfluoride juga direkomendasikan. Xylitol dapat digunakan pada pasien
dengan usia lebih dari 6 tahun dalam mengontrol bakteri Streptococcus
mutans, sedangkan untuk anak dibawah usia 6 tahun dengan resiko karies
moderet atau ekstrim dapat menggunakan produk yang mengandung
xylitol. Penggunaan xylitol sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
memberikan efek pada plak disarankan tidak lebih dari 6-10 gram/hari dan
dicerna sebanyak 6,44 gram sampai 10,32 gram xylitol /per hari.

4. Effecrive lifestyle habits

Faktor penting bagi pasien dengan resiko karies tinggi yaitu mengurangi
jumlah dan frekuensi makanan yang mengandung gula. Penting bagi
pasien untuk mematuhi apa yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
Selain itu, tenaga kesehatan perlu memotivasi pasien dalam perubahan
perilaku ke arah yang positif.

Katagori resiko karies (Darby dan Walsh, 2010):

1) Low risk : apabila protective factors lebih tinggi daripada risk factors.

2) Moderate risk: apabila risk factors lebih tinggi daripada protective factors.

3) High risk : apabila terdapat 1 atau lebih indikator penyakit.

4) Extreme risk : apabila terdapat 1 atau lebih indikator penyakit (high risk
caries)
Berdasarkan kasus pada skenario, pasien tergolong pada High risk karena
terdapat indicator penyakit gigi dengan lubang atau lesi. Pada gambaran
radiografi akan terlihat lesi berpenetrasi kedalam dentin. Jadi control berkala
yang diperlukan anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan adalah
setiap 3-4 bulan.

BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus disebutkan ini merupakan kunjungan pertama anak ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting terutama kunjungan
pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik maka kunjungan berikutnya
akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi anak sebagai pasien dan dokter gigi
yang merawatnya sehingga kunjungan pertama ini sering disebut sebagai Kunci
Keberhasilan perawatan.

Berdasarkan kasus, terdapat hubungan erat antara pekerjaan, jumlah anggota keluarga
dan tempat tinggal pada penyakit mulut anak. Jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan
guidelines AAPD yang dapat dilakukan pada pasien anak dibagi berdasarkan usia pasien &
tahap perkembangan gigi dan jenis pertemuan. Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan
adalah Yang dimana pemeriksaan radiografi yang dibutuhkan anak terdiri dari bitewing
posterior dengan pemeriksaan panoramic atau bitewing posterior dan periapical.

DAFTAR PUSTAKA

1. Haryuni R.F. Fauziah E. Penatalaksanaan Fraktur Ellis Kelas II Pada Gigi Tetap Muda.
Indonesian Journal Of Pediatric 2018; 1(2).

2. Suratri M.A.L. dkk. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi
dan Mulut pada Anak Usia Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Provinsi Banten Tahun 2014. Media Litbangkes 2016; 26(2).

3. Farizka I. Nandary D. Wijaya D. Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan Radiografi


Kedokteran Gigi Pada Pasien Anak. JKGT 2020; 2(1)

4. Supriyadi. Pedoman Interpretasi Radiogradi Lesi-lesi di Rongga Mulut. Stomatognatic.


2012; 9(3): 134-139.
5. Seerangaiyan K, Juch F, Winkel G. Tongue coating: its characteristics and role in intra-
oral halitosis and general healt. J of Breath Research 2017; 1: 4-6.
6. Susanti A. Rudyardjo D.I. Siswanto. Pengaruh Variasi Waktu Milling Terhadap
Karakteristik Semen Gigi (GIC). Unair Journal.
7. Sulastri S. 2017. Dental Material. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

8. Kusumadewi S. Pengaruh Etsa Dentin Dan Jumlah Pengolesan Prime & Bond 2.1
Terhadap Kebocoran Mikro Tumpatan Resin Komposit. Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

9. American Academy of Pediatric Dentistry., 2014, Guideline on Caries-risk Assessment


and Management for Infants, Children, and Adolescents, American Academy of
PediatricDentistry., 37(6) 132-139

Anda mungkin juga menyukai