DISUSUN OLEH:
TRYA FITRI AYUNI
190600063
KELAS B
DOSEN PEMBIMBING
Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc
Dewi Sartika, drg. MDSc
Kholidina Imanda Harahap, MDSc
Seorang anak perempuan berusia 7 thn, datang diantar oleh ibunya ke RSGM FKG USU,
dengan keluhan gigi geraham kiri bawah berlubang, pasien merasa ngilu apabila minum
dingin. Hasil anamnesis diketahui berat badan anak 33 kg, tinggi badan 125 cm, anak
merupakan anak normal dan ASA 1. Pekerjaan Ayah adalah tukang bangunan, dan Ibu adalah
seorang ibu rumah tangga, dengan anggota keluarga berjumlah 5 orang, mereka bertempat
tinggal di daerah Starban. Ibu juga mempunyai karies yang banyak di rongga mulut. Anak
menyikat gigi pagi hari sebelum makan dan waktu mandi sore. Kunjungan ini merupakan
kunjungan pertama anak ke dokter gigi. Pemeriksaan Intra oral: gingiva terlihat kemerahan di
regio 11,21,74 ,75; lidah terlihat pseudomembran putih kekuningan dengan skor 2, Tongue
Tie skor 2, skor OHIS 3,1 (buruk) dan terdapat malposisi gigi pada regio anterior maksila.
Gigi 53 karies dentin pada bagian bukal, 55, 75 karies dentin yang dalam pada bagian
oklusal, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 74, 84 karies mencapai dentin pada
permukaan oklusal lingual, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 26 karies enamel dan
36 karies dentin.
Pada kasus disebutkan ini merupakan kunjungan pertama anak ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting terutama
kunjungan pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik maka
kunjungan berikutnya akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi anak
sebagai pasien dan dokter gigi yang merawatnya sehingga kunjungan pertama ini
sering disebut sebagai Kunci Keberhasilan perawatan dan merupakan dasar yang
nyata. Untuk mencapai tujuan ini perawatan harus dilangsungkan sedemikian rupa
sehingga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan anak akan mengenali
dokter gigi dan lingkungannya.1
Setelah kunjungan pertama selesai, pada kunjungan berikutnya pemeriksaan
yang akan dilakukan adalan pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan lengkap bisa
dilakukan pada kunjungan pertama bila memungkinkan. Pemeriksaan lengkap terdiri
dari:1
1. Identitas anak
Nama, usia/tgl lahir, anak ke, panggilan nama, sekolah, jenis kelamin, kelas,
nama orang tua, pekerjaan orang tua, alamat rumah, dan no hp.
2. Keadaan umum anak
Berat badan, tinggi badan, status gizi. Pertanyakan apakah anak sedang dalam
perawatan medis, apakah sedang demam, dan bagaimana keadaan tidur anak
tadi malam apakah nyenyak atau gelisah
3. Riwayat pre dan post natal
Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran) untuk
mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna, kelainan bentuk dan
lain-lain)
4. Riwayat medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua pasien,
misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik, kelainan darah,
penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa),
epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain yang serius.
5. Riwayat diet
Riwayat asi, riwayat susu dalam botol dan minuman manis dalam botol,
Riwayat makan dan minuman karbohidrat di luar jam makan utama
6. Riwayat Kesehatan gigi
Menceritakan tentang bagaimana anak menyikat gigi, apakah teratur, kapan
waktu anak menyikat gigi, apakah mempunyai kebiasaan buruk, pernah
dirawat dengan dokter gigi, kapan terakhir ke dokter gigi, jenis perawatan dan
bagaimana sikap anak terhadap dokter gigi tersebut
7. Pemeriksaan sekitar mulut (Ekstra Oral)
Bentuk muka, kelenjar getah bening, apakah terdapat pembengkakan
8. Pemeriksaan rongga mulut (Intra Oral)
Jaringan lunak mulut yang terdiri dari bibir, frenulum, mukosa labial & bukal,
gingiva, palatum, lidah, tonsil.
9. Skor plak
10. Gigi
Pemeriksaan gigi terdiri dari, kehilangan gigi premature, persistensi gigi,
fraktur gigi, gigi berlebih, kelainan perkembangan gigi, kelainan gigi lainnya,
oklusi, cross bite, protusif, midline gigi
2. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan
anak termasuk pada kategori mana? (IKGA)
BMI dihitung menggunakan berat dan tinggi badan anak Anda dan kemudian
digunakan untuk menemukan persentil BMI-untuk-usia yang sesuai untuk usia dan
jenis kelamin anak Anda.
Persentil BMI-untuk-usia menunjukkan bagaimana berat badan anak Anda
dibandingkan dengan anak-anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.
Misalnya, persentil BMI-untuk-usia 65 berarti bahwa berat badan anak lebih besar
dari 65% anak-anak lain pada usia dan jenis kelamin yang sama.
Berdasarkan tinggi dan berat badan yang dimasukkan, IMT adalah 21,1,
menempatkan IMT menurut usia pada persentil ke-97 untuk anak perempuan berusia
7 tahun. Anak ini mengalami obesitas dan mungkin memiliki masalah kesehatan
terkait berat badan. Dia harus dilihat oleh penyedia layanan kesehatan untuk penilaian
lebih lanjut.
Tujuan untuk anak-anak dan remaja dengan kelebihan berat badan dan
obesitas adalah untuk mengurangi tingkat kenaikan berat badan sambil
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Anak-anak dan remaja
tidak boleh melakukan diet penurunan berat badan tanpa berkonsultasi dengan
penyedia layanan kesehatan.
Karies gigi lebih sering dijumpai pada anak- anak dari keluarga dengan tingkat
sosial ekonomi yang rendah, ibu/bapa tunggal, atau orangtua dengan tingkat
pendidikan rendah. Banyaknya anggota keluarga akan sangat memengaruhi
pengeluaran dalam sebuah keluarga. Semakin besar ukuran sebuah keluarga maka
akan semakin besar pengeluaran atau anggaran yang di butuhkan, jika pendapatan
keluarga kecil maka distribusi pengeluaran untuk masing- masing personal akan
semakin kecil. Karies gigi dengan tingkat karies sangat tinggi paling banyak terdapat
pada tingkat pekerjaan orang tua responden yang menengah.2
Berdasarkan kasus diatas anak berusia 7 tahun yang dimana sudah terdapat
erupsi gigi permanen yaitu 11,21,26,36 lalu kunjungan ini merupakan kunjungan
pertama anak ke dokter gigi. Berdasarkan jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan
guidelines AAPD, berdasarkan usia pasien & tahap perkembangan gigi anak termasuk
anak dengan gigi transisi atau gigi peralihan (setelah erupsi gigi permanen pertama),
dan berdasarkan jenis pertemuan pasien baru yang sedang dievaluasi untuk penyakit
gigi dan perkembangan gigi. Yang dimana pemeriksaan radiografi yang dibutuhkan
anak terdiri dari bitewing posterior dengan pemeriksaan panoramic atau bitewing
posterior dan periapical.
MembranPerio
dontal :-
Furkasi : Bifurkasi
Crest Alveolar : dalam batas normal
Periapikal : terdapat gambaran radiopak
Kesan : terdapat kelainan pada mahkota dan pada periapikal
Suspek Radiodiagnosis : Karies Dentin, reorpsi akar sulung 2/3 servikal akar serta
pembentukan gigi permanen 1/3 tengah mahkota
Gigi 75
Mahkota : terdapat gambaran radiolusen pada bagian oklusal dengan
kedalaman mencapai dentin
Akar : terdapat 2 akar, saluran akar 2, terdapat gambaran radiopak pada
bagian 2/3 saluran akar distal
Lamina dura : dalam batas normal
Membran
periodontal : dalam batas normal
Furkasi : bifurkasi
Crest alveolar : dalam batas normal
Periapikal : terdapat gambaran radiopak
Kesan : tedapat kelainan pada mahkota. pada saluran akar dan pada
periapikal
Suspek
Radiodiagnosis : karies pulpa, resorpsi akar sulung 1/3 servikal akar gigi dan
pembentukan gigi permanen 1/3 tengah mahkota
Gigi 36 :
Mahkota : terdapat gambaran radiolusen pada bagian oklusal dengan
kedalaman sampai dentin
Akar : terdapat 2 akar, saluran akar 2
Lamina Dura : dalam batas
normal
Membran Periodontal : dalam
batas normal
Furkasi : bifurkasi
Crest Alveolar : dalam batas normal
Periapikal : tidak ada kelainan
Kesan : terdapat kelainan pada mahkota
Suspek
radiodiagnosis : karies dentin
7. Sebutkan seluruh diagnosis dan rencana perawatan pada kasus baik jaringan
lunak dan jaringan keras gigi serta jelaskan alasannya.
Coated tongue
Ankyloglossia (tongue-tie)
Gingivitis
Pada anak-anak, gingivitis tidak terjadi separah gingivitis pada orang dewasa.
Hal ini dikarenakan perbedaan kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun tubuh,
ataupun perbedaan morfologi jaringan periodontium antara anak-anak dan orang
dewasa. Plak bakteri pada anak-anak biasanya terdiri dari bakteri patogen yang
konsentrasinya rendah. Skor plak yang tinggi dapat dijumpai pada fase pertumbuhan
gigi campuran bahwa terlihat jumlah plak yang banyak pada subjek yang mengalami
fase gigi bercampur sehingga menyebabkan perubahan pada gingiva. Jika dikaitkan
ke skenario, gingivitis ini terjadi karna pasien anak sedang dalam masa pertukaran
gigi sehingga penumpukan plak lebih banyak. Oleh karena itu, dokter dapat
mengedukasi dan menginstruksi pasien anak dibantu dengan peran orang tua untuk
meningkatkan kebersihan mulut anak dengan menyikat gigi sesudah sarapan dan
sebelum tidur dan melakukan perawatan scalling untuk membersihkan plak gigi.
Karies gigi
Rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendirinya dan karies gigi akan terus
meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan. Perawatan karies gigi
harus segera dilakukan dengan penambalan dan pencabutan gigi. Gigi yang sakit atau
berlubang tidak dapat disembuhkan hanya dengan pemberian obat-obatan. Bagian gigi
yang pecah ini hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan.
Bagian-bagian gigi yang telah terkena infeksi sebaiknya dibor atau dibuang sehingga
dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya infeksi ulang. Kemudian baru diadakan
penambalan,mengembalikan bentuk semua dari gigi tersebut sehingga dalam
penguyahan dapat berfungsi kembali dengan baik.
Pencabutan gigi dilakukan jika gigi bila telah rusak dan untuk penambalan juga sudah
sukar sehingga tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut.
Pencabutan gigi merupakan tindakan terakhir yang dilakukan apabila tidak ada lagi
cara lain untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang. Jika dikaitkan ke
skenario, maka, perawatan yang akan dilakukan pada pasien anak adalah penambalan
karena gigi anak masih vital dan karies belum mencapai pulpa sehingga masih bisa
diperbaiki dan tidak perlu dicabut.
8. Dokter gigi mempunyai rencana akan melakukan restorasi dengan bahan GIC,
kompomer dan resin komposit. Jelaskan alasan pemilihan bahan tersebut
berdasarkan:
GIC
a. Komposisi
Glass Ionomer Cement (GIC) adalah salah satu material penambal gigi yang
banyak digunakan oleh dokter gigi karena memiliki banyak manfaat. GIC terdiri
dari dua komponen utama yaitu powder gelas ionomer dan liquid asam poliakrilat.
Powder yang digunakan adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), kalsium fluorida
(CaF2), dan aluminium fosfat (AlPO4). Silika berperan sebagai kerangka utama
jaringan oksida dalam mengembangkan suatu ikatan antara gelas dengan jaringan
melalui pembuatan sisi deposit dari kalsium (Widana, 2012). Alumina berperan
untuk meningkatkan sifat mekanik Glass Ionomer Cement yaitu tingkat
kekerasannya. Kalsium fluorida berperan sebagai antibakteri untuk menghambat
perluasan penyebaran bakteri akibat adanya karies pada gigi. Sedangkan
aluminium fosfat berperan untuk meningkatkan kekuatan gigi. Keunggulan GIC
antara lain memiliki kemampuan berikatan secara kuat dengan enamel maupun
dentin dan komposisinya yang sederhana (Craig, 2002). Selain itu GIC
mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi, bersifat adhesif, translusen, tidak
iritatif, daya larut yang rendah, dan bersifat antikariogenik karena dapat
melepaskan fluorida.6
b. Sifat mekanis
- Compressive strength lebih rendah dari silikat
- Tensile strength lebih tinggi dari silikat
- Hardness, lebih lunak dari silikat
- Fracture Toughness, beban yang kuat, dapat terjadi fraktur.7
c. Cara pemanipulasian
Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad menggunakan agaat spatel,
Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan pabrik). waktu
meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian dicampur
dan diaduk dengan cepat , posisi melipat, selesai dalam waktu 30- 40 detik. Untuk
mencapai retorasi yang tahan lama dan prostesa yang retentif, beberapa kondisi
berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang akan direstorasi harus bersih dan
kering, (2) harus melapisi semua permukaan dan tempat prothesa, (3) semen yang
berlebih harus dibersihkan, (4) permukaan harus selesi tanpa pengeringan yang
berlebihan, (5) perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk
menghindari retak dan disolusi. Kondisi tersebut sama untuk aplikasi luting,
kecuali tidak diperlukan finishing untuk bagian permukaan.7
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di
kasus tersebut. (IKGA & DM)
Indikasinya adalah restorasi dengan area kecil sampai sedang pada gigi sulung,
sebagai pelapis kavitas, dalam prosedur kontrol karies, dan restorasi pada servikal
gigi. GIC memiliki sifat kekerasan yang baik. Kemampuan adhesi melibatkan
proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit
enamel dan dentin. GIC memiliki sifat anti karies karena kemampuannya
melepaskan flour. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena
mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko
kimiawi antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi
kebocoran pada tepi tumpatan.7
KOMPOMER
a. Komposisi
b. Sifat mekanis
Sifat-sifat mekanis secara umum tidak jauh berbeda dari sifat-sifat komposit resin.
Perbedaan keduanya yang paling signifikan adalah dalam hal ketahanan terhadap
tekanan. Untuk mendapatkan kekuatan pengunyahan yang besar dalam rongga
mulut, suatu bahan pengisi yang dipakai dalam jangka waktu panjang
membutuhkan. Kekuatan tekan kompomer berhubungan erat dengan kemampuan
bahan untuk menahan suatu beban tanpa terjadi fraktur disebut compressive
strength. Kekuatan resin komposit dalam menerima tekanan kunyah berkisar 1,75-
1,92 MPa dan kompomer berkisar 0,97-1,23 MPa. Oleh karena terjadi penurunan
resistensi terhadap terjadinya fraktur, compomer seharusnya tidak digunakan pada
daerah yang menerima beban yang besar (Nicholson, 2006).8
c. Cara pemanipulasian
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di
kasus tersebut. (IKGA & DM)
Kompomer sering kali digunakan dalam prosedur restorasi satu tahap yang dapat
memberikan sifat adesif terhadap dentin sehingga preparasi kavitas tidak lagi
memerlukan pembuatan bentuk retensi. Penggunaan pada kasus kelas I dan II
molar sulung menunjukkan keberhasilan jangka panjang. Dibandingkan glass
ionomer cement (GIC), kompomer memiliki keunggulan dalam sifat fleksural
yang ditunjukkan dengan rendahnya angka kejadian fraktur restorasi yang rendah.
kompomer melepaskan fluor sehingga dapat dijadikan sebagai pencegahan
terhadap karies.8
RESIN KOMPOSIT
a. Komposisi
Resin komposit terdiri dari beberapa campuran material yaitu resin matriks, filler,
dan coupling agent. Sistem aktivator-inisator juga diperlukan untuk mengubah
pasta resin dari lunak, moldable, sampai keras. Komponen lain ditambahkan untuk
meningkatkan kualitas kinerja, penampilan, dan durabilitas material. Pigmen atau
zat warna ditambahkan untuk menyesuaikan warna gigi. Ultraviolet (UV)
absorber dan bahan tambahan lain berfungsi untuk meningkatkan stabillitas
warna, dan inhibitor dapat mempercepat waktu kerja pada pengaktifan resin
secara kimiawi (Anusavice, 2003).
b. Sifat mekanis
Adhesi, perlekatan resin komposit dengan gigi, retensi yang didapat dari
porositas permukaan gigi setelah dietsa dan perlekatan dari permukaan gigi
dengan resin komposit Kekuatan dan keausan, resin komposit mempunyai
kekuatan tensil kompresif lebih besar daripada resin akrilik. Daya tahan
terhadap fraktur cukup bagus . bagus untuk penumpatan klas IV. meskipun
komposit resin mudah aus.7
c. Cara pemanipulasian
- Resin komposit diaktivasi kimia
Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi
inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi activator tertiary
amine. Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl
peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan
dimulai.7
Reaksi setting:
Polimerisasi terjadi dengan inisiator peroxide organic dan akselerator
amin organic
Antara inisiator dan akselerator harus dipisahkan dan tidak dicampur
sebelum restorasi
Reaksi yang terjadi: dimethacrylate + inisiator + akselerator + treated
inorganic composite
- Resin komposit diaktivasi oleh sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam
bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk
radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul foto inisiator dan
aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka
kedua komponen tersebut tidak akan bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan
panjang gelombang yang tepat (460-485 nm) dapat merangsang foto
inisiator bereaksi dengan amine dan
membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi
Reaksi setting:
Komposit terpolimerisasi dengan terpapar cahaya/sinar biru
Sinar tersebut diabsorbsi oleh diketon yang terdapat diantara amin
organic yang memualu reaksi polimerisasi
Waktu paparan 20-40 detik
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami
karies di kasus tersebut. (IKGA & DM)
untuk gigi anterior dan posterior, karies pit & fisur gigi posterior, permukaan
proksimal gigi posterior, permukaan proksimal gigi anterior, permukaan halus
(sisi bukal atau lingual), Fissure sealant, Sebagai veneer mahkota logam dan
jembatan/prosthodontie resin, Untuk sementasi pada jembatan Maryland,
bracket ortodontie, inlay, onlay dan crown ceramic, Untuk reparasi restorasi
porselen.7
9. Jelaskan perbedaan antara bahan dentin kondisioner, bahan etsa dan bahan
bonding yang akan digunakan pada kasus. (DM)
Bahan etsa
Saat ini, sebagian besar etsa yang tersedia secara komersial mengandung 30%
hingga 40% asam fosfat, yang memberikan permukaan enamel retensi yang baik. Etsa
merupakan bahan kimia yang bersifat asam yang berfungsi untuk menghilangkan
permukaan mineral gigi dan membentuk mikropores yang membuat permukaan
enamel menjadi kasar sehingga resin komposit dapat berpenetrasi kedalam permukaan
gigi dan membentuk resin tag. Etsa membentuk resin tag dari proses demineralisasi
ion kalsium pada permukaan superfisial enamel, sehingga membuat permukaan
menjadi lebih reaktif terhadap bahan resin. Etsa yang sering digunakan adalah asam
fosforik 37%.
Bahan bonding
10. Sebutkan tahapan kerja restorasi untuk gigi 75, 53 dan gigi 26; sebutkan
instrumen dan bahan yang digunakan (IKGA)
Alat
a. Peralatan dental standar (sonde, kaca mulut, pinset, anestesia (jika dibutuhkan),
rubber dam, handpiece low– speed, handpiece high– speed)
b. Placement and carving instrument
c. Articulating paper
d. Bur (carbide dan diamond)
e. Finishing instrument
f. Polishing instrument
Bahan
a. Resin composites radiopak atau resin microfilled yang di gunakan untuk gigi
posterior
b. Resin composite placement syringe
c. Pumice
d. Glycerin gel
e. Material pasta polishing
f. Asam phospat 37%
g. Desinfektan kavitas
Tahapan kerja
Alat : Diagnostik Set, Plastis Instrumen, Glass Lab, White Stone, Enhance
Bahan : Kapas dan Cotton Roll, Ca(OH)2, GIC untuk semen base, GIC Restoratif
A. Preparasi
1. Tahapan Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang
dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat
digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas
atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam(Baum, 1997).
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang
tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari
diletakkan didasar mulut. Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak
nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan
negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi
jaringan lunak.
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki
beberpa ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan
adalah cotton roll nomor 2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton
roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi
jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti
karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaancotton roll bersama saliva
ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karet atau Rubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber
dam. Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada
lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi
yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk
prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan
klem.
d. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air.
Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
e. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3
mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 45 oGigi
dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure
bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk
kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini
tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin
dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi
yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih
menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa
dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas
atau outlinef orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan
kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang
sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak
perlu dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah
kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di
dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal.
Pada restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu
retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu
dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang
tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah
pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade
ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari
berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
2. Tahap Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad,
Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai
konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt pabrik)
a. Mixing
• dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam
waktu 40 detik.
• Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan
dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).
• Konsistensi adonan :
Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah &
dapat melekat ke struktur gigi
b. Penempatan bahan ke dalam kavitas
• Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe
insulin ke dalam kavitas gigi
• Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu
(untuk memberi kontur)
c. Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras
• Prosedur penyelesaian lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10
menit untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi
menjadi agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi
• Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang
terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena
itu, restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.
Alat : kaca mulut, sonde, pinset, bur brush, handpiece low speed, light cured,
diamond bur
Bahan : cotton roll, cotton pellet, disclosing agent, pumice, etsa, bonding agent,
sealant, articulating paper, resin komposit, zinc phosphat cement, liner CaOH2
11. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai
dilakukan! (berdasarkan penentuan risiko karies pada anak berdasarkan
CAMBRA). (IKGA)
1. Pengertian CAMBRA
CAMBRA (Caries management by risk assessment) adalah salah satu pendekatan
untuk mencegah atau mengobati penyebab karies gigi pada tahap paling awal
sebelum gigi berlubang (Hurlbutt, 2011). CAMBRA (Caries management by risk
assessment) digunakan untuk mengevaluasi indikator penyakit dan menilai risiko
pasien berdasarkan biologis, perilaku, dan factor riwayat medis. CAMBRA
(Caries management by risk assessment) bertujuan untuk membantu dokter dalam
mendiagnosis, pengobatan, dan pencegahan karies, setelah dokter menetapkan
kategori risiko karies yang dialami pasien dokter dapat memberikan perawatan
kepada pasien dalam mengcegah karies (Mills dan Patel, 2016).9
2. Metode CAMBRA
CDA (California Dental Association) mengembangkan cara untuk menentukan
tingkat resiko karies yang dialami pasien, yangmana dibagi dalam beberapa
katagori yaitu indicator penyakit (Disease indicators), faktor resiko (Risk factors),
dan faktor pelindung (Protective factors) (Mills dan Patel, 2016). Dokter atau
petugas kesehatan menentukan tingkat resiko karies pasien berdasarkan adanya
indikator penyakit karies dan keseimbangan antara patologis dan faktor pencegah
(Darby dan Walsh, 2010).9
a. Indikator penyakit menurut Darby dan Walsh (2010):
1. Gigi dengan lubang atau lesi. Pada gambaran radiografi akan terlihat
lesi berpenetrasi kedalam dentin
2. Gambaran radiografi lesi approximal hanya pada enamel
3. Terlihat adanya white spots pada permukaan halus
4. Terdapat restorasi 3 tahun terakhir
Faktor penting bagi pasien dengan resiko karies tinggi yaitu mengurangi
jumlah dan frekuensi makanan yang mengandung gula. Penting bagi
pasien untuk mematuhi apa yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
Selain itu, tenaga kesehatan perlu memotivasi pasien dalam perubahan
perilaku ke arah yang positif.
1) Low risk : apabila protective factors lebih tinggi daripada risk factors.
2) Moderate risk: apabila risk factors lebih tinggi daripada protective factors.
4) Extreme risk : apabila terdapat 1 atau lebih indikator penyakit (high risk
caries)
Berdasarkan kasus pada skenario, pasien tergolong pada High risk karena
terdapat indicator penyakit gigi dengan lubang atau lesi. Pada gambaran
radiografi akan terlihat lesi berpenetrasi kedalam dentin. Jadi control berkala
yang diperlukan anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan adalah
setiap 3-4 bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus disebutkan ini merupakan kunjungan pertama anak ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting terutama kunjungan
pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik maka kunjungan berikutnya
akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi anak sebagai pasien dan dokter gigi
yang merawatnya sehingga kunjungan pertama ini sering disebut sebagai Kunci
Keberhasilan perawatan.
Berdasarkan kasus, terdapat hubungan erat antara pekerjaan, jumlah anggota keluarga
dan tempat tinggal pada penyakit mulut anak. Jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan
guidelines AAPD yang dapat dilakukan pada pasien anak dibagi berdasarkan usia pasien &
tahap perkembangan gigi dan jenis pertemuan. Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan
adalah Yang dimana pemeriksaan radiografi yang dibutuhkan anak terdiri dari bitewing
posterior dengan pemeriksaan panoramic atau bitewing posterior dan periapical.
DAFTAR PUSTAKA
1. Haryuni R.F. Fauziah E. Penatalaksanaan Fraktur Ellis Kelas II Pada Gigi Tetap Muda.
Indonesian Journal Of Pediatric 2018; 1(2).
2. Suratri M.A.L. dkk. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi
dan Mulut pada Anak Usia Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Provinsi Banten Tahun 2014. Media Litbangkes 2016; 26(2).
8. Kusumadewi S. Pengaruh Etsa Dentin Dan Jumlah Pengolesan Prime & Bond 2.1
Terhadap Kebocoran Mikro Tumpatan Resin Komposit. Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana