Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PEMICU 1 BLOK 16

“Gigi Depan Anak Saya Rusak Dok”

DISUSUN OLEH:
TRYA FITRI AYUNI
190600063
KELAS B

DOSEN PEMBIMBING

Widi Prasetia, drg.,Sp.KG(K)

Dr. Essie Octiara, drg.,Sp.KGA

Dewi Kartika,drg., MDSc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi merupakan satu kesatuan dengan seluruh organ tubuh sehingga kerusakan pada gigi dapat
mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lain serta mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi
dan mulut penting untuk diperhatikan sebagai bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang
memerlukan penanganan segera. Gigi yang tidak dapat dipelihara dengan baik akan menimbulkan
penyakit pada gigi yang diantaranya adalah karies gigi. Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di
permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat
difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi
demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya

1.2 Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Gigi depan anak saya rusak dok….
Penyusun : Widi Prasetia, drg., Sp.KG (K); Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA; Dewi Kartika,
drg., MDSc.
Hari/Tanggal : Jumat, 10 September 2021
Jam : 14.00 - 16.00
Skenario
Seorang pasien laki-laki berusia 17 tahun datang ke RSGM USU ditemani Ibunya. Pasien ingin
memperbaiki gigi depannya yang rusak. Karena kerusakan tersebut, sang ibu menjelaskan bahwa
anaknya mengalami krisis kepercayaan diri karena gigi depannya rusak. Sang Ibu juga menjelaskan
bahwa anaknya memiliki kebiasaan minum susu dengan botol sampai ia tertidur dimalam hari hingga
kelas 4 SD (hingga usia sekitar 9-10 tahun). Gigi sulung pasien juga mengalami kerusakan yang berat.
Sebenarnya pasien bukanlah anak yang manja, tetapi karena kesibukan kedua orang tuanya yang
cukup tinggi, pasien dijaga oleh pengasuh yang cenderung mengikuti keinginannya. Pasien bercita-
cita menjadi tentara. Ini adalah pengalaman pertama pasien ke dokter gigi.
Dari hasil anamnesis didapat informasi bahwa pasien datang dalam keadaan tidak sakit tetapi
sebelumnya sering merasakan nyeri pada regio depan atas. Nyeri yang terjadi secara spontan, sering
terjadi dimalam hari hari sehingga pasien merasa sulit tidur. Pasien sering minum paracetamol untuk
meredakan nyeri yang dirasakannya. Pasien juga merasakan nyeri tajam dengan durasi yang cukup
lama pada saat makan dan minum dingin.
Pemeriksaaan klinis secara visual langsung terlihat karies yang luas pada gigi 12, 11, 21 dan 22.
Hasil pemeriksaan objektif adalah sebagai berikut
- Pada gigi 22 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes
vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)
- Pada gigi 21 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes
vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)
- Pada gigi 11 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes
vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)
- Pada gigi 12 : karies meluas hingga servikal bagian anterior, dengan terpaparnya pulpa. Tes
vitalitas (+), perkusi (-) dan palpasi (-)

Pemeriksaan Radiografi periapikal:


BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan etiologi penyakit jaringan keras gigi pada kasus diatas! Apakah ada hubungan
antara kerusakan gigi desudui dengan gigi permanen?
Faktor kejadian karies gigi antara lain faktor dari makanan, kebersihan mulut, kebiasaan-
kebiasaan yang tidak sesuai dengan kesehatan, seperti mengemut makanan dan pemberian makanan
melaui botol. Minimnya pengetahuan orang tua tentang cara pemberian susu yang baik dan cara
pencegahan karies sehingga pada saat memberikan susu menggunakan botol, anak-anak tidak
dilakukan pembilasan, berkumur-kumur dengan air putih ataupun menggosok gigi. Kebanyakan ibu
tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, dengan susu botol sampai
tertidur menyebabkan anak yang minum susu menjelang tidur sampai tertidur dengan periode
pemberian yang terlalu lama yakni, lebih dari dua tahun dan dengan posisi dot botol dalam rongga
mulut maka cairan manis akan membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas, dan
molar bawah, pada keadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental
sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan meningkatkan kualitas
bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri menurunkan pH saliva sehingga
lingkungan rongga mulut menjadi asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi
dan akhirnya karies. Pasien anak pada kasus tersebut mempunyai kebiasaan minum susu dengan botol
sampai tertidur di malam hari hingga usia sekitar 9-10 tahun. Kebiasaan tersebutlah yang
menyebabkan penyakit jaringan keras gigi pada kasus tersebut. Ditambah lagi jangka waktu
pemberian susu dengan botol pada anak tersebut sudah lebih dari dua tahun, yaitu sampai usia 9-10
tahun yang meningkatkan risiko karies pada anak tersebut.1
Keberadaan gigi sulung dalam rongga mulut merupakan faktor penting dalam menjaga integritas
lengkung rahang selama perkembangan benih gigi tetap. Selain itu fungsinya juga menjaga estetik,
fungsi bicara, penyedia ruang untuk gigi permanen dan sebagai penuntun gigi permanen yang akan
erupsi. Pada masa anak-anak perlu diperhatikan waktu tanggalnya gigi sulung dan waktu erupsi gigi
tetap. Secara alami gigi sulung akan tanggal sebelum gigi tetap tumbuh, tetapi karena disebabkan
oleh gigi sulung karies berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang sehingga
dapat menyebabkan gigi berjejal.2 Gigi sulung pasien anak pada kasus tersebut berkemungkinan besar
mengalami karies juga karena kebiasaannya minum susu dengan botol sampai tertidur. Hal ini dapat
menyebabkan gigi sulung tersebut cepat tanggal dan mengganggu pertumbuhan gigi permanen
bahkan meningkatkan risiko karies pada gigi permanen anak tersebut.2,3
Karies yang berlanjut pada gigi sulung selama masa pembentukan dan perkembangan gigi
mengakibatkan terjadinya resorpsi tulang alveolaris di sekitar benih gigi permanen dan menyebabkan
terjadinya infeksi di benih gigi permanen. Akibat dari hal tersebut gigi permanen akan mengalami
kelainan hipoplasi maupun hipokalsifikasi email dan menyebabkan tanggal prematur. Gigi dengan
hipoplasi dan hipokalsifikasi email mempunyai struktur maupun kualitas gigi yang tidak baik,
sedangkan gigi yang mengalami tanggal prematur memiliki kualitas yang jelek. Gigi dengan kelainan
tersebut rentan terhadap terjadinya karies.3

2. Jelaskan apa yang semestinya dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut anaknya sejak dini!
Yang dapat dilakukan orang tua adalah paham tentang Kesehatan gigi & mulut, ini merupakan
faktor yang paling penting untuk menjaga Kesehatan mulut anak. Pengetahuan orang tua sangat
penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan
gigi dan mulut anak. Setelah orang tua paham bagaimana cara menjaga Kesehatan gigi anak barulah
orang tua mulai menjaga Kesehatan gigi anak dengan cara:4

- Menghentikan meminum susu menggunakan botol. Pemberian susu melalui botol dot sebagai
faktor risiko terjadinya karies dini, terutama bila yang diberikan berupa susu formula, susu
sapi, dan sari buah yang mengandung karbohirat jenis sukrosa atau tambahan gula, serta
membiarkan anak mengedot selama anak tidur.
- Menurut Rahmi (2011) jika anak terpaksa minum susu menggunakan botol usahakan dalam
posisi tegak dan terjaga. Apabila anak tertidur segera ambil botolnya dan mulut anak
dibersihkan. Lakukan upaya pencegahan dengan menyikat gigi serta menggunakan pasti gigi
mengandung fluor dengan jumlah yang tepat.
- Dalam perawatan kesehatan gigi, anak perlu diajari oleh orang tua cara menyikat gigi sedini
mungkin, usia yang paling baik untuk mengajari anak menyikat gigi adalah usia 2 tahun.
Setelah anak diajarkan untuk menyikat gigi sebaiknya ketika anak menyikat giginya, orang
tua mengawasi apakah sudah dibersihkan dengan baik dan benar. Orang tua harus
menyediakan sikat gigi dengan ukuran yang sesuai dengan umur anak dan pasta gigi yang
mengandung fluoride.
- Pemberian edukasi mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi pun sebaiknya diberikan
kepada anak. Edukasikan kepada anak untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari yaitu pagi
hari sebelum sarapan dan sebelum tidur malam
- Orang tua sebaiknya memberitahu apa saja makanan dan minuman yang dapat merusak gigi
dan mengupayakan agar tidak terlalu sering mengonsumsi makanan atau minuman tersebut.
Anak juga sebaiknya dibiasakan untuk menyukai sayuran dan buah- buahan yang dapat
mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak.
- Orang tua perlu memeriksakan gigi anak ke dokter gigi sejak dini yaitu mulai usia 2 tahun,
bukan hanya membawa anak ke dokter gigi karena ada keluhan. Anak sebaiknya dibawa ke
dokter gigi secara rutin yaitu 6 bulan sekali untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan gigi serta merawatnya jika diperlukan. Orang tua juga harus dapat aktif
memeriksa gigi dan mulut anak seperti melihat adanya gigi yang berlubang, karang gigi, gigi
yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal

3. Jelaskan patofisiologi karies hingga mengakibatkan kelainan pada pulpa!


Mekanisme terjadinya karies biasa dikenal dengan teori asidogenik, yaitu mikroorganisme seperti
bakteri mampu menghasilkan asam dan bertahan dalam lingkungan asam hasil dari memetabolisme
sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat. Reaksi ini ditandai dengan hilangnya atau
terjadinya penurunan kalsium pada gigi disertai ketidakutuhan substansi organik yang bersasal dari
gigi. Pembentukan biofilm plak menjadi pemicu proliferasi bakteri kariogenik dengan memproduksi
asam hasil fermentasi karbohidrat. Keadaan ini menyebabkan turunnya pH saliva, sehingga akan
merusak struktur mineral gigi. pH yang rendah meningkatkan populasi flora pathogen. Selama proses
karies berlangsung, sel-sel peradangan akan berpenetrasi ke pulpa melalui tubulus dentin, meskipun
karies belum mencapai pulpa.5

Ketika pulpa terpapar oleh bakteri dan produk toksin nya, jaringan pulpa diinfiltrasi secara lokal oleh
leukosit polimorfonuklear (PMN), membentuk area nekrosis liquefaksi. Bakteri dapat
mengkolonisasi dan bertahan pada area nekrosis. Jaringan pulpa akan tetap mengalami inflamasi
untuk jangka waktu yang lama dan nekrosis cepat atau lambat dapat terjadi. Hal ini bergantung pada
beberapa faktor, antara lain:6

• Virulensidaribakteri
• Kemampuan untuk mengeluarkan cairan inflamasi untuk menghindari akibat dari peningkatan
tekanan intrapulpal,
• Host resistance,
• Jumlah sirkulasi, dan yang paling penting,
• Drainase limfatik.

Sebagai konsekuensi dari pelepasan mediator-mediator inflamasi dalam jumlah yang banyak,
terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah, stasis pembuluh darah, dan migrasi leukosit ke
sisi dimana iritasi berlangsung. Peningkatan tekanan dan permeabilitas pembuluh darah membuat
cairan bergerak dari pembuluh darah menuju ke jaringan interstitial, menimbulkan edema dan
peningkatan tekanan jaringan. Pulpa terletak di dalam dinding yang kaku, dimana tidak terdapat
sirkulasi kolateral, maka dari itu peningkatan kecil dari tekanan jaringan dapat menyebabkan
kompresi pasif, bahkan kolapsnya pembuluh venul dan limfe secara total di sekitar lokasi iritasi pulpa
berlangsung. Kolapsnya pembuluh venul dan limfe akibat peningkatan tekanan jaringan, serta
kurangnya sirkulasi akhirnya menyebabkan eksudat atau cairan inflamasi tidak dapat diabsorbsi atau
didrainase, sehingga proses nekrosis dapat terjadi.6

Pulpa biasanya tidak mampu mengeliminasi iritan yang terjadi, yang dapat dilakukan
sementara adalah mencegah penyebaran infeksi dan dekstruksi jaringan yang lebih luas. Namun, jika
iritan ini tetap ada dan tidak diatasi, maka kerusakan dapat meluas dan menjadi lebih parah.6

4. Jelaskan mekanisme terjadinya nyeri yang dirasakan pasien!


Nyeri gigi dapat disebabkan oleh aktivasi reseptor nyeri pada pulpa gigi oleh rangsangan termal,
mekanik, kimia, ataupun elektrik. Selain itu, pengeluaran mediator inflamasi juga dapat merangsang
reseptor nyeri pada serabut yang menghantarkan rasa nyeri (serabut aferen nosiseptif). Serabut ini
tersebar di seluruh tubuh dan ditemukan paling banyak pada nervus trigeminalis yang mempersarafi
pulpa dan jaringan periapikal gigi. Pada pulpa ditemukan dua serabut aferen nosiseptif, yaitu serabut
C dan serabut A-delta. Bila kedua serabut tersebut dirangsang, maka sinyal nyeri akan dihantarkan
melalui ganglion trigeminalis ke subnukleus kaudalis yang terletak di medula pada susunan saraf
pusat melalui penglepasan substansi P dan asam amino glutamate. Lalu subnukleus kaudalis atau
tanduk dorsal medula menyampaikan sinyal nyeri ke thalamus melalui jalur trigeminotalamik.
Selanjutnya, sinyal nyeri diteruskan ke korteks serebral melalui jalur talamokortikal. Sinyal yang
sampai di korteks inilah yang akan dipersepsikan oleh otak sebagai rasa nyeri.7
Patofisiologi nyeri gigi dimulai apabila terdapat stimulus (baik mekanis, panas, atau kimiawi)
yang mengenai gigi akan menstimulasi mekanoreseptor melalui aliran cairan di dalam tubulus dentin
yang mengalir dengan kecepatan 2–4 mm/detik. Stimulasi pada mekanoresptor selanjutnya akan
menginisiasi impuls neurologis pada pleksus subodontoblastik Raschkov dan pleksus
interodontoblastik Bradlow di dalam pulpa, yang akan dipersepsikan sebagai nyeri. Stimulus nyeri
selanjutnya akan dibawa dan dipersepsikan di otak melalui proses persepsi nyeri. Pada proses persepsi
nyeri, stimulus nyeri akan dibawa melalui percabangan nervus trigeminus, baik nervus opthalmicus,
nervus maksilaris, atau nervus mandibularis. Selanjunya, stimulus akan masuk ke dalam ganglion
trigeminus.8
Selanjutnya, stimulus noksius akan diteruskan ke kaudal subnukleus dan apabila stimulus noksius
tergolong ke dalam kategori panas atau cubitan maka stimulus noksius akan diteruskan oleh
diteruskan ke otak melalui saraf Nociceptive Specific (NS), sedangkan apabila stimulus tergolong ke
dalam stimulus taktil maka stimulus akan diteruskan melalui saraf Wide Dynamic Range (WDR),
yang keduanya sama-sama terdapat di dalam kaudal subnukleus. Baik NS maupun WDR tergolong
ke dalam second order neurons. Selanjutnya, stimulus akan memasuki thalamus yang difasilitasi oleh
third order neurons dan akan melalui serangkaian proses yang melibatkan sistem limbik,
hipotalamus, serta region kortikal otak. Pada tahap ini nyeri akan dipersepsikan.8

5. Jelaskan kebutuhan radiografi selama perawatan saluran akar dan teknik pengambilan
foto radiografi pada kasus diatas!
Kebutuhan Radiografi Selama Perawatan Saluran Akar
a. Diagnosis

• Dengan membedakan gambaran radiolusen dan radioopak di daerah periapikal, lesi pada pulpa,
periodontal, dan lesi tulang lainnya, maka kita dapat mengidentifikasi penyakit pada gigi.
Radiologi diagnosis tidak hanya digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan dan sifat
patologis, namun juga digunakan dalam menentukan anatomi akar, pulpa serta menentukan sifat
dan perbedaan dari struktur normal lainnya. Dalam menentukan anatomi pulpa dan akar serta
hubungan saluran akar satu dengan lainnya, maka identifikasi terhadap anatomi sagital tiap-tiap
akar dan saluran akar akan sangat membantu.9
b. Perawatan

• Dalam proses perawatan saluran akar, radiografi dapat digunakan untuk menentukan panjang
kerja atau melihat jumlah, lokasi, dan bentuk saluran akar, membantu menentukan master point
dan mengevaluasi pengisian saluran akar. Jarak antara titik acu ke apeks radiograf harus
ditentukan dengan tepat. Ini adalah panjang saluran akar dari apeks yang harus dipreparasi dan
diobturasi. Rongga ligamen peridontium berujung pada permukaan dan furkasi serta
berdampingan dengan lamina dura. Pengevaluasian obturasi saluran akar dengan radiografi dapat
dilihat panjang, densitas, konfigurasi, dan kualitas umum suatu obturasi pada masing-masing
saluran akar.9
c. Kontrol Perawatan

• Radiografi yang dibuat pada kunjungan berikutnya dapat mengevaluasi keadaan periapikal,
mendeteksi proses penyembuhan lesi atau mengidentifikasi penyakit baru yang mungkin timbul.
Keberhasilan perawatan yang pasti baru akan terlihat beberapa bulan setelah perawatan.
Mengingat kegagalan sering terjadi tanpa ada tanda dan gejala, radiografi menjadi sangat penting
bagi pengevaluasian status periapeksnya. Keberadaan dan sifat lesi yang timbul setelah perawatan
paling baik dideteksi melalui radiografi. Lesi-lesi ini bisa berupa lesi periapeks, periodontium,
atau lesi bukan endodonsia. Yang penting diingat adalah bahwa lesi-lesi ini sering timbul tanpa
tanda dan gejala yang jelas dan hanya bisa dideteksi melalui radiografi. Lesi yang timbul sebelum
perawatan seharusnya sedang dalam proses penyembuhan atau sudah sembuh. Dalam perawatan
yang berhasil, pulihnya struktur normal secara umum jelas terlihat melalui radiografi. Hasil akhir
yang diharapkan dari terapi endodontik adalah saluran akar yang terisi penuh dengan bahan
pengisi.9

Teknik Radiografi
Teknik radiografi pada kasus di atas adalah radiografi periapikal. Radiografi periapikal adalah
radiografi yang berguna untuk melihat gigi geligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota,
akar gigi, dan jaringan pendukungnya. Indikasi penggunaan radiografi periapikal antara lain untuk
melihat infeksi pada apikal, lesi-lesi pada periapikal, penilaian status periodontal, dugaan adanya gigi
yang tidak erupsi dan letaknya, serta untuk perawatan endodontik. Teknik pemotretan radiografi
periapikal10:
a. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama besar
yang selanjutnya disebut garis bagi.
b. Tabung sinar diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar diarahkan ke
daerah apikal gigi.
c. Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, seluruh panjang gigi sebenarnya dapat
terproyeksi sama besarnya pada film.
d. Penentuan sudut vertikal tabung sinar adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis lurus
titik sinar terhadap bidang oklusal.
e. Penentuan sudut horizontal tabung sinar ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi,
dalam bidang horizontal titik pusat sinar diarahkan melalui titik kontak interproksimal, untuk
menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya.
f. Film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di pertengahan film untuk gigi-
gigi rahang atas dan rahang bawah.
g. Film harus dilebihkan kurang lebih 2 mm di atas permukaan oklusal/insisal untuk memastikan
seluruh gigi tercakup di dalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang menghadap tabung cone
adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap ke arah mahkota gigi.
h. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau telunjuk
(menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan film menjadi distorsi pada
gambar yang dihasilkan.
i. Tabung cone diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat.

6. Jelaskan interpretasi radiografi periapikal kasus diatas!


Berikut merupakan interpretasi dari gigi 22, 21, 11, 12 pada pemeriksaan radiografi, yaitu11:
Interpretasi 22 21 11 12
Radiograf

Mahkota Radiolusen pada Radiolusen pada Radiolusen Radiolusen


lokasi insisal lokasi insisal mesioinsisal mesioinsisal
dengan dengan kedalaman dengan kedalaman dengan kedalaman
kedalaman sudah sudah mencapai sudah mencapai sudah mencapai
mencapai pulpa pulpa pulpa pulpa

Akar 1 1 1 1

Membran Menghilang 1/3 menghilang melebar Menghilang


Priodontal apikal

Lamina dura Menghilang di 1/3 Terputus-putus Menghilang Terputus-putus


servikal akar
distal

Crest alveolar Resorbsi Resorbsi vertikal Resorbsi Tidak dapat


horizontal horizontal diinterpretasikan

Furkasi normal normal Terdapat normal


radiolusen

Kesan Adanya kelainan Adanya kelainan Adanya kelainan Adanya kelainan


mahkota, akar, mahkota, akar, mahkota, akar, mahkota, akar,
membran membran membran membran
periodontal, periodontal, periodontal, periodontal,
lamina dura, crest lamina dura, crest lamina dura, crest lamina dura, crest
alveolar alveolar alveolar, furkasi alveolar

Suspek Karies profunda Karies profunda Karies profunda Karies profunda


radiodiagnosis std 3/ pulpitis std 3/ pulpitis std 3/ pulpitis std 3/ pulpitis
irreversible irreversible irreversible irreversible

Diagnosis Nekrosis pulpa Nekrosis pulpa Nekrosis pulpa Nekrosis pulpa


banding
7. Jelaskan pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada kasus
diatas!
Agar mendapatkan diagnosis yang tepat, seorang dokter harus mendapatkan informasi yang tepat
dan banyak mengenai riwayat medis dan riwayat giginya dengan mengajukan pertanyaan mengenai
riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menyebabkan timbulnya rasa
nyeri. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan visual pada wajah, jaringan keras dan
lunak rongga mulut, melakukan pemeriksaan intraoral, melakukan pengetasan pada pulpa gigi dan
melakukan pemeriksaan penunjang.12
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari pasien
meliputi keluhan utama (anamnesis), riwayat medis dan riwayat dental. Riwayat penyakit dental
merupakan langkah yang penting untuk menggali informasi terkait keluhan utama pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat penaykit,
lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena
stimulus suhu dan menyebar, kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri padad saat makan atau
mengunyah dan jelas batasnya kemungkinan berasal dari daerah periapikal. Faktor penting yang
membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah spontanitas, intensitas dan durasinya. Spontanitas rasa
sakit: tanpa stimulus disebut spontan seperti pada pulpitis irreversibel. Kontinuitas rasa sakit: rasa
sakit tetap ada (kontinu) walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Menandakkan pulpa dalam keadaan
vital dan sakit yang kontinu ddisebut pulpitis irreversibel. Ketika pulpa sudah nekrotik, sakit yang
kontinu terjadi akibat tekanan atau pemakaian gigi menandakan adanya kelainan periapikal.
Berdasarkan kasus diketahui bahwa pasien mengeluhkan sering merasakan nyeri pada regio depan
atas dimana nyeri tersebut terjadi secara spontan dan sering terjadi dimalam hari dan pasien juga
merasakan nyeri tajam dengan durasi yang cukup lama pada saat makan dan minum dingin.12
Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh operator dengan berbagai
metode, yaitu:
1) Pemeriksaan ekstraoral
I. Dilihat apakah ada pembengkakan atau perubahan warna. Seperti pembengkakan di rahang
bawah daerah submandibular atau mandibulat. Di rahang atas pembengkakan sampai di bawah
mata akibat innfeksi gigi kaninus. Selain itu perhatikan juga apakah ada pembengkakan kelenjar
limfe.12
2) Pemeriksaan intraoral
II. Meliputi jaringan lunak atau gingiva, lidah, bibir apa ada kemerahan, pembengkakan fistula yang
biasanya disebabkan gigi yang mengalami kelainan periapikal. Perubahan warna, kontur dan
tekstur gigi geligi, serta perhatikan kebersihan mulut pasien.12
Pemerikksaan intraoral ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Tes vitalitas pulpa

• Tes thermal
• Tes termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa
atau sensitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es, chloretil dan air
dingin. Apabila respon terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa pulpa gigi
tersebut masih vital, sedangkan apabila gigi tersebut tidak merespon menandakan bahwa
pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis. Tes panas tidak dilakukan secara rutin,
berguna jika ada keluhan pada gigi yang sulit dilokalisir. Respon yaang hebat dan menetap
merupakan indikasi pulpitis irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher
atau menggunakan gutta percha yang dipanaskan.12

• Tes elektris
• Alat yang digunakan yaitu EPT (Electric Pulp Test) merupakan alat pembantu dalam
menentukan vitalitas gigi dengan menggunakana aliran listrik yang bertahap untuk
mendapatkan respon dari pulpa.12
b. Tes kelainan periapikal

• Tes perkusi
• Perkusi merupakan indikator yang baik untuk keadaan periapikal. Respon yang positif
menandakan adanya inflamasi periapikal. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras dengan
menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit. Suatu
respon positif sensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya menunjukan adanya
periodontitis. Sering juga arah pukulan harus diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke
permukaan bukal atau lingual mahkota dan tiap bonjol dipukul dengan urutan berbeda.12

• Tes palpasi
• Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengkakan, dapat terjadi intraoral atau ekstra oral.
Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagian labial dari gigi yang biasanya
sudah non vital. Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan
untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit.12
Pemeriksaan penunjang
Radiografi adalah salah satu klinis paling penting untuk menunjang diagnosis. Alat ini
memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin dapat didlihat dengan mata
telanjang. Tanpa alat ini tiadk mungkin dilakukan diagnosis, seleksi kasus, perawatan dan evaluasi
penyembuhan luka. Untuk dapat menggunakan radiografi dengan tepat, seorang klinisi harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat memberikan interpretasi
secara tepat. Diperlukan sautu pengertian tentang anatomi normal dan anomalinya yang
mendasarinya dan perubahan yang timbul yang disebabkan oleh usia, trauma, penyakit dan
penyembuhan. Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik diperlukan
untuk membantu menegakkan diagnosa.12

8. Jelaskan cara melakukan tes vitalitas gigi, perkusi dan palpasi pada kasus diatas!
Tes Vitalitas Gigi
a. Tes termal, tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal. Tes dingin dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es kering),
dan refrigerant (-50oC). Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu
gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat, dan instrumen yang dapat
menghantarkan panas dengan baik.13
b. Tes kavitas, untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat yang digunakan
bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit.13
c. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke saluran
akar.13
d. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini
dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan
menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak.13

Perkusi
- Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah nyeri terhadap pukulan
(tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid metalic). Perkusi dilakukan
dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian
intensitas pukulan ditingkatkan. Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering
dilakukan dengan menggunakan ujung instrumen. Pemeriksaan perkusi ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya keradangan periapikal.13
Palpasi
- Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
infeksi yang akut dan kronis, mengetahui suhu di daerah yang sakit, mengetahui keras lunaknya
suatu pembengkakan, mengetahui lokasi pembengkakan, dan mengetahui adanya fraktur. Cara
pemeriksaan palpasi pada abses dengan jari telunjuk kanan diletakkan perlahan-lahan pada daerah
pembengkakan dengan sedikit tekanan. Sedangkan, pada kelenjar limfe dengan kepala pasien
ditundukkan, ibu jari bertumpu pada pipi. Kemudian kelenjar limfe diraba dari bawah korpus
mandibula dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking dengan gerakan
memutar secara perlahan-lahan tanpa tekanan.14
-
9. Jelaskan diagnosa dan rencana perawatan invasive dan non invasive pada kasus diatas
Pulpitis irreversibel simptomatik, nyeri yang dirasakan pasien dapat datang secara spontan atau
tiba-tiba yang dapat menetap dan terus menerus dalam waktu yang lama, bertambah parah pada saat
perubahan posisi badan, serta dapat mengganggu tidur. Pulpitis ireversibel adalah inflamasi pulpa
yang berat sehingga tidak akan pulih sekalipun penyebabnya dihilangkan. Gejala klinis adanya nyeri
spontan yang interminten atau terus menerus tanpa ada stimulus eksternal. Nyerinya bisa tajam,
tumpul berbatas jelas, menyebar, bisa hanya beberapa menit atau berjam-jam. Pemeriksaan
radiografis menunjukkan sedikit penebalan ligament periodontal, kadang-kadang erosi lamina dura
Pemeriksaan histologis terlihat adanya daerah abses atau nekrotik pada keadaan karies yang tidak
dilakukan perawatan dijumpai mikrorganisme, limfosit, sel plasma dan makrofag.12
Pulpitis ireversibel dapat dikenali dengan beberapa gejala klinis, yaitu12:
1) adanya mediator inflamasi menurunkan ambang rangsang pada semua saraf intrapulpa
2) riwayat nyeri spontan dan respon berlebihan terhadap panas atau dingin yang menetap setelah
stimulus diangkat
3) restorasi yang luas atau karies dapat dilihat pada gigi yang terlibat
4) gigi responsif terhadap tes listrik dan termal. Obat-obatan dan pemakaian analgesik tidaklah
efektif pada pulpa yang keadaannya ireversibel. Penanganan nyeri yang paling baik dan efektif
adalah akses saluran akar.
Perawatan invasive
a. Perawatan saluran akar
Perawatan saluran akar bertujuan untuk mempersiapkan ruangan saluran akar untuk memfasilitasi
irigasi dan aplikasi medikamen saluran akar. Membatasi ukuran akses kavitas berdasarkan teori
minimal invasive endodontik, bertujuan untuk menjaga jaringan gigi sebanyak mungkin sehingga
tidak memperlemah struktur gigi dan lebih menitikberatkan pada irigasi. Tujuan perawatan saluran
akar adalah menghilangkan jaringan yang terinfeksi dan mikroorganisme dari sistem saluran akar
untuk mengontrol respon inflamasi periapikal dan mengontrol infeksi melalui pembersihan dan
pembentukan yang tepat, diikuti dengan sistem obturasi dan coronal seal yang akan memenuhi tujuan
mekanis dan biologis.15

b. Restorasi Akhir Pasca PSA


Restorasi setelah perawatan endodontik sangat diperlukan untuk melindungi struktur gigi yang
tersisa dari kemungkinan fraktur, mengurangi beban yang berlebihan, memperbaiki kondisi estetik,
inklinasi, dan mendapatkan tampilan morfologi gigi yang alami. Syarat ideal untuk restorasi setelah
perawatan saluran akar meliputi: menutupi koronal secara menyeluruh; melindungi struktur gigi yang
tersisa; memiliki retensi agar tidak lepas; memiliki resistensi agar mampu menahan daya kunyah;
mampu mengembalikan fungsi gigi, yaitu fungsi pengunyahan, estetik, bicara, dan menjaga gigi
antagonis dan gigi sebelahnya.16

Perawatan non invasive


a. Peningkatan Kebersihan Mulut

• Menyikat gigi secara teratur dan sempurna sebanyak 3 kali sehari terutama
sebelum tidur malam. Gosoklah gigi dengan gerakan benar yaitu dari arah gusi ke permukaan
puncak gigi, sentuhan sikat gigi pada gusi akan memberikan pijatan bagi gusi sehingga
merangsang aliran darah pada gusi. Dianjurkan untuk tidak langsung menyikat gigi setelah makan
karena biasanya suasana mulut sehabis makan menjadi asam. Bila langsung disikat, kemungkinan
ada mineral yang terkikis dari gigi tersebut. Idealnya tunggulah selama satu jam dulu, baru sikat
gigi.17
b. Penggunaan Fluoride

• Adanya peningkatan fluoride dalam rongga mulut dapat menghambat terjadinya demineralisasi.
Umumnya dokter gigi akan memberikan secara topikal (dioleskan secara merata) pada seluruh
permukaan gigi dan waktu pemberiannya sesuai dengan aturan pabrik yang tertera di kemasan
masing-masing produknya. Kadar fluor yang diberikan biasanya lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar fluor dalam pasta gigi.17
c. Penggunaan Dental Floss Untuk Menjaga Kebersihan Mulut

• Dental floss digunakan untuk membersihkan permukaan antara dua gigi yang sering menjadi
tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Selain itu, dapat juga
menggunakan sikat lidah.17
d. Penilaian faktor diet
• Penilaian secara menyeluruh terhadap diet sebaiknya dilakukan untuk menentukan makanan apa
saja yang dapat menyebabkan karies gigi. Tugas dokter gigi memberikan pengetahuan yang
cukup mengenai makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan gigi. Misalnya, sehabis
makan pasien dianjurkan makan buah- buahan yang berair dan berserat karena makanan tersebut
memberikan efek self cleansing pada gigi geligi. Selain itu makanlah makanan yang mengandung
vitamin terutama vitamin C yang menyehatkan gusi.17

10. Jelaskan alat alat yang dibutuhkan beserta fungsi nya untuk melakukan perawatan pada
kasus diatas!
Perawatan saluran akar dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu tahap preparasi biomekanis saluran
akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning dan shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi
saluran akar (pengisian saluran akar). Obturasi atau pengisian saluran akar yang hermetis merupakan
syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin dicapai bila saluran akar
tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi.18
Alat-alat saluran perawatan akar terdiri dari alat untuk preparasi orifice, alat untuk preparasi
saluran akar tanpa listrik, alat untuk preparasi saluran akar dengan bantuan listrik. Alat endodontik
lain yang dibutuhkan selama perawatan endodontik. Selain itu di era yang semakin berkembang
seperti sekarang banyak dikembangkan peralatan-peralatan endodontic instrument (alat-alat
perawatan saluran akar) yang lebih modern.12
Alat untuk preparasi orifice
1) Instrument dasar
a. Sonde endodontik berujung ganda (endodontic explorer): alat dari logam stainless steel
dengan dua ujung runcing, sangat tajam dan berbeda arah, memiliki tipe Shepherd Hook
(Half-Moon) dan Orban, ujung bisa berbentuk lurus, lengkung dan halfmoon. Berfungsi
menentukan letak orifice, mencari sisa akar dan fraktur gigi pada dasar kamar pulpa, untuk
menjajaki karies di bagian interdental, dan untuk menjajaki retensi kavitas. Merupakan alat
yang bersifat kritis, dengan pemeliharaan setelah dipakai dicuci bersih, disimpan dan
disterilkan.12
b. Endodontic Spoon Excavator (Ekskavator Endo): berfungsi ntuk memotong atau
mengambil sisa jaringan pulpa, menyendok isi kamar pulpa dan mengungkit batu pulpa
selama preparasi kavistas orifice, untuk membersihkan aatau mengeruk jaringan karies.
Memiliki ciri lebih panjang dari ekskavator biasa. Alat ini bersifat kritis, dengan pemeliharaan
setelah dipakai dicuci bersih, disimpan dan disterilkan.12
c. Kaca mulut/dental mirror/mouth mirror/spiegel: merupakan alat yang tangkainya dari
logam atau non logam dengan ujungnya terdapat kaca berbentuk bulat dengan permukaan
kaca datar atau cembung, memiliki diameter kaca beberapa macam (nomor 3-6). Berfungsi
untuk melihat kedalaman kamar pulpa, menahan lidah, melihat bagian-bagian mulut dan gigi
yang tidak dapat dilihat langsung dengan mata, menetraksi atau menyisihkan mukosa pipi,
mengetahui ada tidaknya lubang (karies), melihat kelainan rongga mulut, melihat hasil
preparasi tumpatan. Alat ini bersifat semi kritis, dengan pemeliharaan setelah selesai dipakai
cuci bersih dan sterilkan, simpan, bila kaca pecah atau sudah buram, kaca baru dapat diganti
tanpa mengganti tangkai baru, yang non logam sekali pakai buang.12
d. Pinset berkerat: merupakan alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan yang
melengkung yang berfungi untuk memegang paper point, gutta percha dan alat saluran akar.
Alat ini bersifat kritis dengan pemeliharaan setelah selesai, dicuci bersih, disimpan dan
disterilkan.12
e. Disposable Syringe: merupakan alat suntik, memiliki bagian yang keseluruhan terdiri dari
plastik kecuali jarumnya, alat ini dibuat dengan maksud untuk sekali pakai, kemudian
dibuang, memiliki bentuk sama dengan redord. Disposable syringe berfungsi untuk
mendepositkan larutan irigasi berupa sodium hipoklorit ke dalam saluran akar, sebagai alat
suntik dengan cara pemakaian sebelum digunakan jarum atau squidnya belum expired dan
apabila ragu jarum disposable syringe tajam atau tidak bisa dengan cara di gesek contohnya
pada kuku (apabila tergores dan jarumnya bengkok berarti tidak tajam) dan bisa juga dengan
menggunakan kapas (apabila jarum tersangkut berarti ujung jarum tidak tajam).12
f. Petri Dish Bersekat: merupakan tempat yang berbentuk bundar dan bisa terbuat dari plastik
atau kaca dengan beberapa sekat di dalamnya yang berfungsi untuk menempatkan cotton roll,
cotton pellet dan paper point.12
2) Bur
a. Friction Grip merupakan bur yang terdiri dari dua jenis yaitu fissure bur dan tapered bur atau
dimond fissure. Fissure bur merupakan bur fisur yang runcing digunakan pada awal preparasi
orifice untuk mendapatkan outline yang tepat. Sedangkan diamond fissure atau tapered bur
merupakan bur yang berfungsi untuk menghilangkan seluruh atap pulpa pada gigi posterior
dan membentuk dinding kavitas menjadi lurus pada permukaan dinding kavitas yang kasar.12
b. Rosehead atau Round merupakan bur normal dan ekstra panjang dapat digunakan
mengangkat atap kamar pulpa, membur email dan menghilangkan dentin yang berlebih.
c. Safe-ended diamond merupakan bur dengan ujung yang tidak tajam dapat digunakan untuk
meruncingkan dan menghaluskan preparasi kavitas orifice. Ujung yang tidak tajam berfungsi
untuk mencegah bur merusak dasar kamar pulpa.12
d. Gates Glidden Drill merupakan bur yang mempunyai ujung potong berbentuk seperti
kuncup, terpasang pada lengan yang kecil yang melekat pada pegangan tipe latch. Alat ini
harus digunakan dengan bantuan handpiece untuk membuka orifice.12
e. Peeso Reamer merupakan bur yang fungsinya sama dengan Gates-Glidden drills tetapi tidak
lebih fleksibel.12

• Terdapat bur tambahan atau modern untuk perawatan saluran akar, yaitu:
f. Round bur metal merupakan jenis bur dengan fungsi menghilangkan jaringan karies bisa
juga dengan tungsten carbide excavabur dan pembukaan awal kavitas.12
g. Endo acces bur merupakan bur dengan ujung bulat dan bentuk badan konus. Berfungsi untuk
preparasi akses pada semua gigi berakar tunggal dan membuka pulp chamber gigi posterior.12

3) Rubber Dam

• Rubber dam merupakan alat untuk isolasi pada area kerja seperti pada perawatan saluran akar,
restorasi dari saliva, darah, larutan irigasi, bahan kimia lain dan instrumen kedokteran gigi.
Rubber dum berfungsi melindungi pasien agak tidak tertelan atau terhirupnya alat, obat-obatan,
gigi dan kotoran serta bakteri dan jaringan pulpa yang nekrosis, agar mendapat daerah operasi
yang bersih, kering dan bebas dari kontaminasi ludah, mencegah lidah dan pipi menutupi daerah
operasi, untuk menghalangi agar pasien tidak bicara, kumur-kumur dan agar tidak mengganggu
kerja operator dan menciptakan daerah operasi yang asepsis isolasi kontaminasi saliva dan oral.12
Alat modern untuk preparafi orifice, yaitu:
4) Mikrolux lite

• Microlux Lite adalah alat bantu endodontik untuk endeteksi orifice dan fraktur saluran akar,
dengan lampu berdiameter 1,5 mm bercahaya sangat terang. Jika diletakkan di sulkus gingiva
maka daerah ruang pulpa maka akan jelas terlihat dan orifice akan terlihat agak gelap, begitu juga
daerah fraktur akar. Alat ini juga dapat digunakan untuk transillumination interproximal untuk
membantu deteksi karies proksimal gigi posterior. Aksesori tambahan berupa cermin berlampu,
dan screening light guide untuk mendeteksi kanker mulut.12
5) Alat kondensor panas

• Alat kondensor panas menyalurkan panas yang terkontrol kedalam saluran akar, melunakkan
gutta perca agar mudah diambil. Fragmen gutta perca dan debris jangan sampai terdorong
kedalam jaringan periapikal. Alat kondensor memiliki instrument yang lebih kecil terbuat dari
Nikel-Titanium (Ni-Ti) yang lebih mengkondensasi gutta perca di sekitar saluran melengkung.12

Alat untuk preparasi Saluran Akar


1) Hand Instrument (alat untuk preparasi saluran akar tanpa bantuan listrik)
a. Reamer merupakan alat untuk preparasi saluran akar tanpa bantuan listrik yang digunakan dengan
cara diputar dan ditarik mundur sehingga pemotongannya terjadi ketika rotasi. Reamer
merupakan alat yang dibuat dengan memilin kawat yang mempunyai penampang melintang
segitiga (sudut potong tajam). Digunakan untuk membesarkan dan memperbaiki bentuk saluran
akar yang tidak teratur menjadi kavitas dengan potongan melintang yang bulat.12
b. File merupakan alat untuk preparasi saluran akar tanpa bantuan listrik yang digunakan dengan
gerak mengerok dan gerak mendorong menarik. Gerakan ini lebih efisien jika instrument
memiliki lebih banyak pelintiran atau spiral yang bekontak dengan dinding saluran akar. File
berfungsi untuk menghaluskan dinding saluran akar dan mengambil jaringan keras selama
pelebaran saluran akar.12
Seiring berkmbangnya zaman perkembangan alat untuk preparasi saluran akar, file bisa dibedakan
menjadi beberapa macam seperti:
1) File tipe K

• merupakan file baja anti karat yang diasah menjadi potongan segi empat kemudian dipilin
menjadi spiral (sudut potong 90◦) yang berfungsi dan efektif pada sisa akar lebar. Dapat
digunakan dengan gerakan menusuk-menarik dengan kontak dengan dinding saluran akar
mendekati tegak lurus dengan bentuk ujung alat (tip) berbentuk piramid dengan penampang
melintang persegi dan jumlah galur sepanjang bilah (tergantung banyak). File tipe K memiliki
jenis lain seperti file tipe K Flex yaitu file tipe K dengan pilinan kawat berbentuk belah ketupat
dengan daerah pemotong bervariasi untuk memotong bagian yang rendah sebagai pembawa
kotoran dengan bentuk ujung alat kompleks.12
2) File tipe Hedstroem (tipe H)

• merupakan file dengan kawat berbentuk bulat yang diputarkan pada gerinda dengan potongan
melintang rileks, berbentuk kerucut dengan pemotong spiral dengan arah terbalik menghadap
handle, memiliki efisiensi pemotongan lebih kecil dengan gerak mengangkat dan rawan fraktur
bila terpelintir.12
3) File tipe unifile

• merupakan file yang dibuat dengan menggerinda kawat berpenampang bulat untuk membuat
lekukan yang menghasilkan flute double heliks (garis tengah berbentuk heliks). Memiliki daerah
pemotong berbentuk kerucut seperti sekrup, unifile merupakan bentukan baru dari file tipe H
dengan linier karena kurang tahan terhadap gerak rotasi.12
4) File tipe Flexofile
• merupakan file yang dibuat dengan cara seperti file tipe K dengan potongan melintang segitiga
bersifat fleksibel.12
5) File tipe R Flex

• file yng berfungsi untuk meniadakan ujung potong yang tajam (meniadakan ledge) dengan
potongan melintang segitiga yang bersifat fleksibel dan berhubungan dengan teori balance force
medis (teori mencegah infeksi periradikuler dan menyokong penyembuhannya).12
6) Endodontic Files HI-6

• merupakan alat yang memiliki saluran akar yang keras merupakan tantangan perawatan
endodontik. K-File tradisional mungkin terlalu fleksibel untuk menerobos kalsifikasisehingga
keluarlah file terbaru yaitu Miltext Hi- 5 file dirancang dengan kekuatan tarik lebih besar yang
memudahkan penempatan penetrasi dan implementasi pada saluran akar yang lebih kompleks
atau kaku H-5 file memiliki lima heliks, berbentuk pentagonal untuk ketahanan maksimum H-5
file memiliki pitch spiral lebih pendek, menghasilkan alat pemotong yang sangat kaku namun
fleksibel dan efketif. H-5 file lebih kaku dibandingkan dengan K-file.12
7) Endo Measuring Block

• merupakan alat yang dirancang untuk pengukuran akurat alat-alat endodontik, misalnya
endodontic file. Alat ini juga dapat digunaka untuk mengukur panjang gutta perca terdapat 7
lubang untuk menyimpan alat-alat endodontik.12
8) Miltext Hi-Light

• alat ini digunakan untuk membersihkan dan membentuk saluran yang melengkung dengan
pengendalian torsi motor Sprint. Batas kecepatan dan torsi pra-dipilih untuk mengurangi risiko
pemisahan file; saat file NiTi mencapai tingkat ambang batas standar torsi , Sprint TCM akan
berhenti dan mengarah kesaluran yang dimaksud.12
9) Dental High Speed Fiber Optic

• merupakan alat yang disebut OEM Dental High Speed Fiber Optic Handpiece-140 memiliki
kecepatan rotasi ≥ 400000 round/min, iluminasi ≥ 25000 lux (3.3V) dengan daya tahan lampu ≥
3.000/jam; berbahan dasar vitreous badan serat optik dengan tekanan udara: 200-220 kpa. Alat
ini memiliki 3 lubang semprot dengan tekanan udara operasi: 0.25 0.27 Mpa. Tingkat
kebisingannya ≤ 68 dB dan harus disterilisasi dengan autoclave di 1350C.12
10) Apex Locator

• merupakan alat yang memungkinkan pengukuran akurat panjang saluran akar pada semua kondisi
kering,basah dan berdarah. Berfungsi mengukur jarak file endodontik dari ujung foramen. Mark
VII gigi memungkinkan para dokter gigi mengetahui kedalaman saluran akar 2,0 mm, 1,5 mm,1,0
mm, 0,5 mm,0,25 mm dari puncak. Alat ini dirancang untuk ditempatkan didekat rongga mulut
agar memudahkan operator dan tidak membutuhkan kalibrasi saat mengukur beberapa
kanal,sehingga memungkinkan pengukuran akurat langsung dari kanal lain.12
11) Protaper

• merupakan sistem protaper adalah alternatif lain sistem file, setiap file memiliki kerucut tetap.
Setiap file protaper memiliki perubahan variable lancip disepanjang pisaunya. Secara bertahap,
kerja file sesuai dengan bentuk yang meruncing pada ekstensi apikal.12
c. Ekstirpasi merupakan alat untuk preparasi saluran akar tanpa listrik (hand instrument) yang
menggunakan barbed broach, digunakan untuk mengambil jaringan pulpa atau jaringan nekrotik,
mengambil bahan pengisi, untuk pengait (mengambil jaringan nekrotik), mengeluarkan jaringan
pulpa (ekstirpasi), kotoran (debris), paperpoint dan bahan-bahan (benda asing) lain. Ekstirpasi
berdasarkan ukuran dan diameternya ada yang panjang dan pendek. Alat ini digunakan dengan
cara dimasukkan ke dalam saluran akar, diputar perlahan-lahan sehingga terasa ada yang
menyangkut, kemudian ditarik.12

2) Alat untuk Preparasi Saluran Akar dengan Bantuan Listrik


a. Handpiece merupakan alat untuk preparasi saluran akar dengan bantuan listrik dengan
memberikan aksi mekanis terhadap alat preparasi saluran akar. Sistem ini dibuat untuk
mengurangi waktu yang digunakan pada preparasi saluran dan sekarang terdiri dari handpiece
lurus yang dapat diberi jarum-jarum ulir dengan desain khusus.12
b. Endodontic Mikromotor merupakan alat dengan sistem finder saluran terdiri dari contra-angle
handpiece yang dimotori oleh mikromotor atau kompresor. Motor bekerja kurang dari 300 rpm
sehingga dapat mempercepat pekerjaan.12

Alat untuk Obturasi (Pengisian Saluran Akar)


a. Kondensasi lateral merupakan alat yang digunakan untuk Obturasi atau pengisian saluran akar
dengan alat yang digunakan untuk kondensari lateral adalah spreaders dan pluggers kecil. Alat
ini digunakan untuk kondensasi dan mengadaptasikan gutta percha, dapat berupa handled atau
finger type ( Finger type lebih menguntungkan karena lebih fleksibel, sedangkan handled type
tidak dapat menyesuaikan diri dengan saluran akar yang bengkok). Memiliki Finger spreader dan
pluggers baik yang digunakan untuk obturasi saluran akar yang bengkok. Finger spreader
memiliki ciri dengan ujung yang tajam, sedangkan finger plugger ujungnya datar.12
b. Kondensasi vertikal merupakan alat yang digunakan untuk Obturasi atau pengisian saluran akar
dengan bahan pengisi yang telah dipanaskan lalu dikondensasikan dengan pluggers. Kondensasi
vertical memiliki alat yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu alat untuk melunakkan gutta percha
(heat transfer) dan plugger itu sendiri.12
Alat lain yang dibutuhkan selama perawatan
a. Lentulo Spiral drills merupakan alat endodontik lain yang dibutuhkan selama perawatan
endodontik yang digunakan untuk memasukkan pasta, sealer, semen atau kalsium hiroksida ke
dalam kanal pulpa.12
b. Smooh Broaches atau Jarum Miller merupakan alat endodontik lain dibutuhkan selama perawatan
endodontik yang digunakan untuk mencari orifis saluran akar.12

11. Jelaskan tindakan tissue manajement sebelum dilakukan restorasi pada gigi 22!
Tissue management yang dilakukan pada gigi 22 adalah dengan meretraksi gingiva dengan
menggunakan benang. Hal ini saya pilih karena Retraksi dengan benang merupakan retraksi yang
konvensional dan resiko rendah untuk dilakukan pada dokter gigi non spesialis Perio. Retraksi
gingiva adalah usaha pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud agar tepi
akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik. Retraksi gingiva diperlukan untuk mendapatkan akses
pada gigi yang telah dipreparasi. Retraksi gingiva pada preparasi supragingiva atau equigingival lebih
sederhana karena tidak diperlukan manipulasi jaringan lunak. Pada preparasi subgingiva, preparasi
harus sempurna hingga gingiva bebas dalam aspek fasial dan interproksimal, karena hal ini akan
mempermudah tepi preparasi untuk dicetak sesaat setelah diretraksi. Retraksi gingiva pada daerah
labial gigi anterior perlu perhatian khusus karena daerah ini sangat mudah terjadi kerusakan jika
terkena trauma mekanik.18
Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi dan bahan kimia merupakan metoda yang
paling sering digunakan. Secara fisik benang retraksi untuk menekan gingiva ke samping, sedangkan
bahan kimia digunakan untuk mengontrol jangan sampai ada cairan yang berasal dari dinding sulkus
gingiva. Kesalahan dalam pemilihan benang retraksi dan bahan kimia dapat menyebabkan iritasi
jaringan gingiva dan tidak akuratnya hasil yang diperoleh. Hasil retraksi gingiva yang baik adalah
bukaan permukaan servikal gigi yang dipreparasi berkisar 0,35-0,50 mm melewati tepi gingival.
Keberhasilan retraksi gingiva dapat dicapai dengan menggunakan benang retraksi yang terbuat dari
kapas dan bahan kimia epinephrin 0,1%, epinephrin 8%, aluminum chloride, ferric sulfate, alum
(potassium aluminum sulfate) dan zinc chloride. Periode retraksi yang dianjurkan adalah 5-10 menit.
Benang retraksi yang mengandung epinefrin efektif mengkontrol pendarahan. Akan tetapi 24- 92%
dari epinefrin diserap secara sistemik sehingga menyebabkan terjadinya pengerutan gingiva, iskemia
sementara, sakit kepala, limb tremor, diaphoresis, florid appearance dan takikardi. Epinefrin mampu
menaikkan tekanan darah, bila benang retraksi itu diterapkan dalam sela gingiva yang rusak. Selain
itu terdapat banyak faktor yang menyulitkan memprediksi efek fisiologis. Faktor-faktor tersebut
termasuk konsentrasi epinefrin yang terserap oleh benang retraksi, lama benang retraksi dalam sulkus
gingiva, kondisi gingiva, adanya cairan krevikular atau saliva, respon imun setiap individu, adanya
interaksi dengan tricyclic antidepressants, nonselective ß-adrenergic antagonists, beberapa anestetik
umum dan kokain.18

12. Jelaskan prosedur perawatan untuk masing-masing gigi pada kasus diatas!
Perawatan pada gigi 11, 12, 21, dan 22 adalah perawatan saluran akar yang dilanjutkan dengan
restorasi akhir dengan resin komposit direk yang diperkuat pasak fiber. Namun, pada gigi 22
dilakukan tissue manajement terlebih dahulu sebelum restorasi. Alasan penggunaan resin komposit
pada kasus ini karena dibutuhkan bahan restorasi dengan sifat fisik yang mirip dengan dentin
mengingat gigi tersebut sudah kehilangaan seluruh struktur mahkota. Apabila bahan dengan sifat fisik
yang lebih keras, maka dikhawatirkan akan terjadi fraktur pada akar gigi. Resin komposit memiliki
kekuatan tekan 280 MPAdan modulus Young 10-16 GPA yang hampir sama dengan dentin.19
Kunjungan pertama dilakukan: anamnesis, pemeriksaan klinis, penegakan diagnosis dengan
radiografi periapikal, perencanaan perawatan, penjelasan dan persetujuan prosedur perawatan
(inform consent) untuk rehabilitasi estetik kepada penderita. Penderita menyetujui semua prosedur
perawatan rehabilitasi estetik untuk keempat gigi anterior rahang atas. Selanjutnya dilakukan
pencetakan model studi menggunakan bahan cetak alginat. Selesai pencetakan, pasien dikonsulkan
ke bagian periodonsia untuk dilakukan tissue manajement terlebih dahulu pada gigi 22. Setelah
pencetakan model studi dilanjutkan pembuatan model studi wax up menggunakan malam. Prosedur
ini dilakukan untuk merencanakan bentuk, ukuran, susunan restorasi mahkota gigi-gigi anterior
rahang atas yang ideal sesuai dengan kebutuhan estetik dan fungsional yang diharapkan.16
aKunjungan kedua: 1) pasien ditunjukkan model studi wax-up dan dilakukan pencocokan warna akhir
restorasi. Setelah itu dilanjutkan tindakan perawatan endodontik; 2) pasang isolator karet dan
sterilisasi daerah kerja. Pada gigi vital dilakukan anastesi lokal; 3) pembuangan jaringan karies
dengan ekskavator dan bur bulat kemudian pembukaan atap pulpa; 4) ekstirpasi pulpa dengan
menggunakan broach kemudian saluran akar diirigasi dengan sodium hipoklorit5%; 5) tentukan
perkiraan panjang kerja darigambaran radiografik (kurang 1-2 mm dari apeks); 6) masukkan K-file
kecil (IAF) hingga mencapai panjang kerja kemudian buat radiografi dan tentukkan ukuran file yang
sesuai dengan ukuran ruang saluran akar (MAF); 7) preparasi saluran akar dengan menggunakan
teknik step-back dan setiap pergantian file diirigasi dengan sodium hipoklorit5%. Keringkan saluran
akar dengan paper point; 8) letakkan bahan medikamen kalsium hidroksida dan tutup dengan restorasi
sementara.20
Kunjungan ketiga (setelah 7 hari): 1) isolasi daerah kerja; 2) buka restorasi sementara, irigasi
dengan larutan sodium hipoklorit 5% dan keringkan; 3) pengisian saluran akar dengan bahan gutta
percha dengan teknik kondensasi vertikal. Teknik kondensasi vertikal dengan cara: 1) kon gutta
percha utama (master apical cone) sesuai dengan MAF dipaskan pada saluran akar; 2) dinding saluran
akar dilapisi dengan siler dan kon dilumuri siler; 3) ujung koronal kon dipotong dengan instrumen
panas; 4) plugger dipanasi sampai merah dan plugger didorong ke dalam sepertiga koronal gutta
percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh plugger; 5) sebuah kondenser vertikal dengan
ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan vertikal dikenakan pada gutta percha yang telah
dipanasi, untuk mendorong gutta percha yang menjadi plastis ke arah apikal; 6) aplikasi plugger panas
dan kondensor diulangi sampai gutta percha plastis menutup saluran akar. Bagian sisa saluran diisi
dengan potongan tambahan gutta percha panas; 7) bersihkan kamar pulpa dengan memakai kapas
yang dibasahi alkohol kemudian tutup dengan restorasi sementara dan lakukan foto ronsen; 8) jika
pengisian sudah tepat, kontrol 1 minggu dan pembuatan restorasi akhir.20
Kunjungan keempat: pemeriksaan subyektif pada pasien: tidak ada keluhan, pemeriksaan
obyektif: mahkota sementara baik, kemudian mahkota sementara dilepas. Restorasi akhir dibuat
dengan resin komposit direk yang diperkuat pasak fiber. Pasak ditempatkan pada saluran akar. Gutta
percha pada pengisian saluran akar bukal dibuang 2/3 panjang akar dengan menggunakan pesso
reamer. Preparasi ruang pasak dilakukan dengan precision drill no. 2, kemudian dilakukan fitting
pasak, dan sementasi pasak dengan semen self adhesive. Setelah sementasi pasak, diaplikasikan
sistem adhesif total etsa sesuai petunjuk pabrik pada dasar kavitas dimana masih terdapat struktur
gigi. Kemudian bahan silane diaplikasikan pada dinding kavitas yang merupakan resin komposit.
Setelah itu resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis dengan ketebalan setiap lapisan 2 mm
pada setiap penyinaran dengan light curing unit. Finising dilakukan dengan dua tahap; konturing
dengan fine finising diamond dan polishing dengan teknik one step silicone disc. Setelah 6 bulan
pasien datang kembali untuk kontrol.19

13. Jelaskan prognosis kasus diatas!


Prognosis awal pada pasien kasus tersebut dapat digolongkan baik. Hal ini didukung dengan
pertimbangan usia pasien yang muda dan memiliki keinginan untuk merawat gigi, kooperatif terhadap
perawatan, tidak terdapat kelainan sistemik, serta kondisi gigi 11, 12, 21, dan 22 pasien yang masih
vital. Prognosis kasus ini bergantung pada daya tahan jaringan, pemulihan pertama 3 bulan. Evaluasi
perlu dilakukan secara periodik. Prognosisnya sering berubah pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah perawatan bergantung kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan selama atau setelah
perawatan. Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat berubah menjadi prognosis yang
lebih buruk atau tidak memuaskan pada akhir prosedur. Adapun kriteria dari keberhasilan perawatan,
seperti nyeri hilang segera setelah perawatan, tidak ada keluhan, dan pada pemeriksaan radiografi
tidak ada kelainan periapeks.21
BAB III
KESIMPULAN

Faktor kejadian karies gigi antara lain faktor dari makanan, kebersihan mulut, kebiasaan-
kebiasaan yang tidak sesuai dengan kesehatan, seperti mengemut makanan dan pemberian makanan
melaui botol. Keberadaan gigi sulung dalam rongga mulut merupakan faktor penting dalam menjaga
integritas lengkung rahang selama perkembangan benih gigi tetap. Orang tua sangat berpengaruh
dalam pembentukan perilaku anak. Dalam perawatan kesehatan gigi, anak perlu diajari oleh orang
tua cara menyikat gigi sedini mungkin, usia yang paling baik untuk mengajari anak menyikat gigi
adalah usia 2 tahun.
Mekanisme terjadinya karies biasa dikenal dengan teori asidogenik, yaitu mikroorganisme seperti
bakteri mampu menghasilkan asam dan bertahan dalam lingkungan asam hasil dari metabolisme sisa-
sisa makanan yang mengandung karbohidrat. Patofisiologi nyeri gigi dimulai apabila terdapat
stimulus (baik mekanis, panas, atau kimiawi) yang mengenai gigi akan menstimulasi mekanoreseptor
melalui aliran cairan di dalam tubulus dentin yang mengalir dengan kecepatan 2–4 mm/detik. Teknik
radiografi pada kasus di atas adalah radiografi periapikal. Radiografi periapikal adalah radiografi
yang berguna untuk melihat gigi geligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi,
dan jaringan pendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Zahara E, Andriani. Hubungan Pemberian Susu Menggunakan Botol dengan Rampan Karies
pada Murid TK Hj. Cut Nyak Awan Gampong Lambaro Kec. Ingin Jaya Kab. Aceh Besar. Jurnal
Averrous 2018; 4(1): 1 – 10.
1. Abdat M. Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai Gigi Sulung Anaknya Serta Kemauan
Melakukan Perawatan. Cakradonya Dent J 2018; 10(1): 18 – 26.
2. Indahyani DE. Peranan Karies Gigi Sulung Terhadap Patogenesa Karies Gigi Permanen. J.K.G.
Unej 2008; 5(3): 147 – 54.
3. Eddy FNE, Mutiara H. Peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak dengan anak usia
sekolah dasar. Majority 2015; 4(8): 1-6.
4. Eddy F.N.E. Mutiara H. Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status
Karies Anak Usia Sekolah Dasar. Majority journal 2015; 4(8)
5. Khoir, N. L. M. (2018). KEMAMPUAN EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber Officinale Rosc
Var Rubrum) SEBAGAI ANTIBAKTERI ENTEROCOCCUS FAECALIS IN VITRO
(Perbandingan Dengan Bahan Sterilisasi Saluran Akar Gigi Endoseptone) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).
6. Wibowo, A., Vidyahayati, I. L., & Ciptaningtyas, V. R. (2016). Pengaruh Pemberian Asap Cair
Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Porphyromonas Gingivalis Penyebab
Nekrosis Pulpa (Doctoral dissertation, Diponegoro Maulina T. Nyeri Odontogenik. Jakarta:
leutikaprio, 2017: 1 – 10.
7. Soesanto S. kombinasi parasetamol dan tramadol sebagai analgesik alternatif dalam menangani
nyeri gigi. M I Kedokteran gigi 2008; 23 (1)
8. Whaites E, Drage N. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 5th ed, London: Elsevier,
2013: 85 – 119.
9. Boel T. Buku Panduan Skill s Lab Blok 10 Stomatognasi (Radiologi). Medan: USU Press, 2020:
4 – 14.
10. Walton RE, Torabinejad M. Principles and practice of Endodontic. Philadelphia: WB Saunders
Company, 2010: 65.
11. Kristiani A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Tasikmalaya: Politeknik Kesehatan
Tasikmalaya, 2010.
12. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. 2nd ed, Yogyakarta: Quantum, 2013.
13. Wibisono L, Dharsono HAD. Perawatan Saluran Akar pada Gigi Molar Pertama Kanan
Mandibula dengan Pulpitis Ireversibel Simtomatik. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran 2021; 32(2): 127 – 35.
14. Jati KB, Suardita K, Widjiastuti I. Management of Endodontic-Restoration Treatment Failure in
Maxillary Anterior Teeth. Dalam: Mattulada IK, ed. Seminar Ilmiah Nasional IKORGI (SINI) II
& Conservative Scientific Meeting On South Sulawasi (COSMOS) 2015, Makassar, 2015: 6 –
11.
15. Andlaw RJ, Yuwono L, Rock WP, Djaja A. Perawatan Gigi Anak: (a Manual of Paedodontics).
2nd ed, Jakarta: Widya Medika, 1992: 31 – 61.
16. Hidajati HE, Sitalaksmi RM. Retraksi Gingiva Sebelum Pencetakan Untuk Mendapatkan
Gigitiruan Cekat yang Ideal. Dentofasial 2011; 10(2): 128 – 134.
17. Prasetia W, Abidin T. Perawatan Saluran Akar pada Sisa Akar Gigi dengan Restorasi Direk.
Jurnal PDGI 2016; 65(3): 83 – 89.
18. Bachtiar ZA. Perawatan Saluran Akar pada Gigi Permanen Anak dengan Bahan Gutta Percha.
Jurnal PDGI 2016; 65(2): 60 – 67.
19. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai