DISUSUN OLEH:
TRYA FITRI AYUNI
190600063
KELAS B
DOSEN PEMBIMBING
Dewi Kartika,drg.,MDSc
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat. Salah
satunya adalah abses yang disebabkan oleh bakteri, biasanya abses terbentuk karena adanya
akumulasi nanah terbentuk oleh jaringan granulasi dan jika dibiarkan akan bertambah parah
dan menyebabkan rasa sakit pada penderitanya.
Abses (abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terkumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri, parasit atau benda asing. (Ardianto,2014). Abses periapikal umumnya berasal dari
nekrosis jaringan pulpa
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan atas kiri sakit
dan ada bisul di gusi. Hasil anamnesis, satu tahun yang lalu, gigi seri atas kiri dan kanan pernah
dirawat oleh dokter gigi setelah jatuh dari sepeda motor. Enam bulan kemudian gigi depan kiri
atas sakit, dan sering keluar nanah dari bisul, gigi sakit terutama kalau dipakai makan dan
keluar nanah dari fistel.
Hasil pemeriksaan klinis gigi 21 menunjukkan tes vitalitas (-), palpasi dan perkusi (+), fistel
bersi pus pada apical gigi 21. Pada rahang atas dan bawah ditemukan plak dan kalkulus. Skor
OHIS : 2,1 (SEDANG). Pemeriksaan saliva hidrasi (unstimulated) : 30 detik, laju alir saliva
(stimulated) : 7 ml/5 menit, viskositas saliva (unstimulated) : jernih, pH saliva (unstimulated)
: 6,8 dan buffer saliva (stimulated): 10. Hasil foto periapikal seperti pada gambar di bawah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan kualitas foto pada radiografi periapikal diatas!
Sharpness Merujuk pada Batas terluas jelas 1/0 Tajam/ Kurang fokus
kemampuan sinar-X atau kabur tidak tajam sehingga bagian
untuk memproduksi apikal kurang
garis batas terluar terlihat jelas.
yang jelas.
Gigi 21:
Mahkota : Radiopaque pada lokasi insisal dengan kedalaman sudah mencapai pulpa,adanya
radiopaque berbentuk garis diagonal mulai dari mesial insisal sampai ke apikal.
Akar : tunggal, adanya radiopaque pada akar
Membrane periodontal : melebar di 1/3 apikal
Lamina dura : menghilang 1/3 apikal
Crest alveolar : DBN
Periapikal : adanya radiolusen pada apical
Furkasi : normal
Kesan : Adanya kelainan mahkota, akar, membran periodontal, lamina dura
Suspek radiodiagnosis : abses periapical
Gigi 11:
Mahkota : radiopaque pada kamar pulpa
Akar : jumlah akar 1, radiopaque pada saluran akar
Membrane periodontal : DBN
Lamina dura : DBN
Crest Alveolar : penurunan crest alveolar
Periapical : DBN
Furkasi : normal
Kesan : adanya kelainan pada mahkota akar
Suspek radiodiagnosis : normal
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan karena tidak adanya
sirkulasi darah pada pulpa (iskemik) dan disertai infeksi (Walton and Torabinejad, 2009).
Nekrosis pulpa yang tidak dilakukan perawatan dapat berkembang menjadi lebih parah
karena infeksi dari jaringan pulpa akan menyebar ke apeks gigi dan jaringan periodontal.
Pulpa yang mengalami nekrosiso dapat menjadi tempat perkembangbrakan bakteri anaerob
(Yanagisawa, 2006). Bakteri anaerob yang dapat menghasilkan pus merupakan bakteri
plogenk yang menyebabkan abses pada daerah apikal gigi (DeLong and Burkhat, 2008;
Rukmo, 2011).Abses apikalis Kronis yang disebabkan oleh nekrosis pulpa termasuk dalam
kategori periodontitis abses apikalis kronis memiliki ciri klinis dari periodontitis (Jaramillo
et al., 2005).
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam suatu kantung yang terbentuk dalam
jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri, parasite atau benda asing
lainnya. Abses merupakan reaksi pertahanan tubuh yang bertujuan untuk mencegah agen-
agen infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pus merupakan suatu kumpulan sel-sel
jaringan local yang mati, sel-sel darah putih, organisme penyebab infeksi atau benda-benda
asing dan racun yang dihasilkan oleh abses untuk drainase. Abses periapical umumnya
berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan Sebagian sel
mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-
sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh melawan infeksi, bergerak kedalam
rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih
yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini maka jaringan sekitar akan terdorong dan menjadi dinding pembatas abses.
Fistula adalah suatu saluran abnormal di antara dua organ atau antara satu organ dengan
permukaan luar sebagai drainase karena abses di periapical mencari jalan keluar menuju ke
permukaan gingiva sehingga membentuk sebuah saluran. Kesembuhan dan tertutupnya
fistula terjadi dengan mudah bila saluran akar sudah dilakukan obturasi. Apabila dijumpai
suatu kavitas terbuka pada gigi, drainase dapat terjadi melalui saluran akar. 2
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi
bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Abses periapical merupakan suatu
infeksi tulang aveloar kronis peradikular yang berjalan lama dan bertingkat rendah, dan
sumber infeksi terdapat pada saluran akar. Penyebabnya adalah matinya pulpa dengan
perluasan proses infeksi sebelah periapical. Ciri khas abses periapikal adalah lesi yang
terletak pada ujung akar gigi, gigi non-vital, restorasi atau tambalan yang besar, peka
terhadap makanan dingin atau panas, dan tidak adanya penyakit periodontal.4
Fistula adalah suatu saluran abnormal di antara dua organ atau antara satu organ dengan
permukaan luar sebagai drainase karena abses di periapical mencari jalan keluar menuju ke
permukaan gingiva sehingga membentuk sebuah saluran. Kesembuhan dan tertutupnya
fistula terjadi dengan mudah bila saluran akar sudah dilakukan obturasi. Apabila dijumpai
suatu kavitas terbuka pada gigi, drainase dapat terjadi melalui saluran akar.
5. Jelaskan perawatan non invasif dan invasif yang saudara anjurkan untuk pasien
tersebut!
1. Peningkatan kebersihan mulut, yaitu dengan menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari
yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur. Gosoklah gigi dengan gerakan benar yaitu
dari arah gusi ke permukaan puncak gigi, sentuhan sikat gigi pada gusi akan
memberikan pijatan bagi gusi sehingga merangsang aliran darah pada gusi. Dianjurkan
untuk tidak langsung menyikat gigi setelah makan karena biasanya suasana
mulut sehabis makan menjadi asam. bila langsung disikat, kemungkinan ada mineral
yang terkikis darigigi tersebut. Tunggu minimal 30 menit.
2. Gunakan dental floss untuk membersihkan gigi. Dental floss dapat membersihkan
permukaan antara dua gigi yang menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi
tempat penumpukan plak. Gunakan juga sikat lidah untuk meminimalisir terjadinya
pseudomembran pada lidah
3. Control diet, penilaian faktor diet secara menyeluruh terhadap diet sebaiknya dilakukan
untuk menentukan makanan apa saja yang dapat menyebabkan karies pada gigi. Dokter
gigi memberikan pengetahuan yang cukup mengenai makan dan minuman yang baik
untuk Kesehatan gigi. Misalnya pasien dianjurkan makan buah-buahan yang berair dan
berserat karena makanan tersebut dapat memberikan efek self cleansing pada gigi.
Makanlah makanan yang mengandung vitamin terutama vitamin C karena dapat
menyehatkan gusi
4. Mengkonsumsi xylitol, dapat meningkatkan produksi dah pH saliva sehingga proses
mineralisasi dapat meningkat dan menghambat terjadinya proses demineralisasi
5. Aplikasi flour secara topical, fluoride bekerja menghambat penyerapan protein saliva
pada permukaan email sehingga menghambat pembentukan pelikel dan plak, serta
meningkatkan resistensi dari remineralisasi enamel terhadap asam atau menghambat
pembentukan asam dan penurunan pH. Flour mempunyai efek antimikroba yang dapat
mencegah karies. Aplikasi fluor secara topikal merupakan teknik pemberian fluorida
secara langsung pada permukaan gigi dengan tujuan memberikan kesempatan kepada
fluorida untuk berpenetrasi ke dalam email gigi dan selanjutnya ion fluorida akan
menggantikan ion hidroksil pada email sehingga dapat meningkatkan ketahanan email
terhadap serangan asam.
Perawatan Invasive
Perawatan saluran akar bertujuan untuk mempersiapkan ruangan saluran akar untuk
memfasilitasi irigasi dan aplikasi medikamen saluran akar. Membatasi ukuran akses
kavitas berdasarkan teori minimal invasive endodontik, bertujuan untuk menjaga jaringan
gigi sebanyak mungkin sehingga tidak memperlemah struktur gigi dan lebih
menitikberatkan pada irigasi. Tujuan perawatan saluran akar adalah menghilangkan
jaringan yang terinfeksi dan mikroorganisme dari sistem saluran akar untuk mengontrol
respon inflamasi periapikal dan mengontrol infeksi melalui pembersihan dan pembentukan
yang tepat, diikuti dengan sistem obturasi dan coronal seal yang akan memenuhi tujuan
mekanis dan biologis. Pasien diindikasikan pada perawatan saluran akar satu kunjungan.
Keuntungan perawatan saluran akar satu kunjungan dapat memperkecil resiko kontaminasi
mikroorganisme dalam saluran akar dan mempersingkat kunjungan perawatan saluran
akar.6
6. Jelaskan alasan pemilihan teknik preparasi saluran akar, bahan medikamen dan
teknik obturasi pada gigi 21! .
Teknik preparasi adalah step back. teknik preparasi saluran akar pada saluran akar
bengkok dan sempit pada daerah 1/3 apikal. Teknik step back dapat digunakan untuk
Sebagian besar saluran akar, seperti saluran akar lurus, saluran akar bengkok, saluran akar
dengan pembengkokan sempit. Teknik preparasi step-back mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu:13 1) kemungkinan terjadinya trauma periapikal lebih kecil; 2)
memudahkan pengambilan lebih banyak debris; 3) instrumen yang menghasilkan bentuk
corong yang baik akan memudahkan penempatan kon gutta perchabaik dengan metode
kondensasi lateral maupun kondensasi vertikal. Pada teknik ini tidak dapat digunakan
jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga preparasi saluran akar harus dengan
pull and push motion, tidak dapat dengan gerakan memutar. Tujuan preparasi saluran akar
dengan teknik step-back adalah untuk mencegah terjadinya salah arah serta untuk
mempertahankan bentuk apikal. Kelebihan Teknik ini antara lain lebih efektif
membersihkan saluran akar, mempermudah obturasi, pengisian lebih padat karena spreader
dapat menjangkau sampai dekan dengan apeks sehingga mengurangi kebocoran apical. 8
Bahan medikamen Pada kasus pulpa nekrosis, pemberian medikamen sangat
diperlukan untuk memperoleh sterilitas yang maksimal. Pertimbangan utama pemberian
medikamen adalah untuk memenuhi salah satu tujuan preparasi sistem saluran akar, yaitu
membantu menurunkan residu biofilm mikroba dan jaringan organik serta membunuh
bakteri yang tersisa. Bermacam- macam medikamen digunakan untuk disinfeksi saluran
akar yang menyeluruh.15 Disinfeksi saluran akar diperoleh dari bahan irigasi dan bahan
sterilisasi saluran akar. Bahan irigasi yang ideal dalah bahan yang mempunyai sifat
antimikroba, mampu melarutkan jaringan lunak atau organik, mampu melarutkan smear-
layer, tegangan permukaan rendah, toksisitasnya rendah. Saat ini bahan irigasi yang terbaik
adalah NaOCl dalam berbagai konsentrasi. Bahan tersebut selain mempunyai daya
antibakteri yang luas juga mampu melarutkan jaringan lunak atau organik, yang tidak
terdapat pada bahan irigasi lainnya. Namun bahan ini tidak dapat melarutkan smear layer
yang dapat menjadi kendala pada saat preparasi dan obturasi saluran akar, sehingga smear
layer harus dapat dikeluarkan dari saluran akar atau dilarutkan. Bahan terbaik yang mampu
melarutkan adalah EDTA.9
Penggunaan secara bergantian antara NaOCl dengan EDTA akan menaikkann sifat
antimikrobanya sehingga kombinasi antara sodium hipoklorit dan EDTA merupakan
pilihan yang tepat untuk perawatan saluran akar satu kali kunjungan. Namun, dalam banyak
kasus infeksi sekunder pada perawatan saluran akar akan menjadi penyebab utama
kegagalan perawatan dimana bakteri utama penyebab infeksi ini addalah enterococus
faecalis dan chlorhexidine merupakan antibakteri yang efektif terhadap bakteri tersebut
sehingga dapat digunakan chlorhexidine. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada
disinfeksi, dianjurkan untuk menggunakan bahan bahan tersebut pada tiap prosedur
perawatan saluran akar.9
Obturasi kondensasi vertical atau teknik “guta-perca panas” untuk pengisian saluran
akar diperkenalkan oleh Schilder dengan tujuan mengisi secara baik saluran lateral dan
aksesoris maupun saluran akar utama. Teknik ini, menggunakan plugger yang dipanaskan,
dilakukan kondensasi pada guta-perca yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal
dengan demikian guta-perca akan mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar
(Grossman dkk., 2013). Kelebihan teknik ini menghasilkan pengisian saluran akar yang
homogen serta guta-percha yang mampu beradaptasi secara baik dengan dentin (Mahera
dkk., 2009).10
Pembersihan saluran akar atau debridement merupakan proses pembuangan iritan dari
sistem saluran akar. Tujuannya adalah untuk membasmi iritan tersebut walaupun dalam
kenyataannya sulit mengeliminasi semua iritan. Iritan-iritan tersebut adalah bakteri, produk
samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah, dan kontaminan lain.
Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu: menentukan arah saluran akar,
membersihkan saluran akar (cleaning), membentuk saluran akar (shaping), preparasi
daerah apikal. Selama proses preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk membersihkan
sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk dentin. Tujuan irigasi saluran akar yaitu:6
1) mengeluarkan debris; 2) melarutkan jaringan smear layer; 3) antibakteri; 4) sebagai
pelumas.
1. File dimasukkan ke saluran akar sesuai panjang kerja kemudian dilakukan gerakan pull
and push motion. Preparasi dimulai dari ukuran terkecil sampai nomer 25 sesuai
panjang kerja. File nomer 25 disebut dengan master apical file (MAF).
2. Preparasi dilanjutkan dengan file nomer 30 dengan panjang kerja dikurangi 1mm dari
MAF.
3. Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomer 35 dengan panjang kerja dikurangi 2mm
dari MAF.
4. File berikutnya nomer 40 dengan panjang kerja dikurangi 3mm dari MAF, demikian
pula untuk file berikutnya nomer 45 sampai 60 atau 80.
5. Setiap pergantian file, perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja semula dengan
menggunakan file nomer 25. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyumbatan saluran akar oleh serbuk dentin yang terasah.
6. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan irigasi
dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk membersihkan sisa
jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
7. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
8. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat dilihat dari
bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran akar). Setelah
preparasi selesai, keringkan dengan papper point yang telah disterilkan.
Tujuan pengisian adalah untuk menutup saluran akar secara tiga dimensi dengan bahan
yang kompatibel dari kamar pulpa sampai ke apeks. Kriteria bahan pengisi saluran akar
yang baik adalah mudah dimanipulasi, bertahan lama dalam saluran akar dan mudah pula
dikeluarkan jika diperlukan, misalnya saat menyesuaikan panjang kerja atau saat perawatan
ulang saluran akar. Secara detail dapat dikatakan: 19 1) mudah dimasukkan ke dalam
saluran akar; 2) bahan cair atau pasta yang kemudian mengeras; 3) menutup saluran akar
dengan baik secara lateral maupun apical; 4) tidak mengalami penyusutan; 5) tidak dapat
ditembus oleh bahan cair; 6) bakteriostatik; 7) tidak memberi warna ke gigi; 8) mudah
dikeluarkan jika diperlukan; 9) dapat disterilisasi; 10) dapat terlihat pada foto rontgen.
1. Pengepasan gutta percha sesuai MAF dan dilanjutkan dengan pengambilan radiograf
2. Dinding saluran akar dilapisi dengan siler dan kon dilumuri siler
3. Ujung koronal kon dipotong dengan instrument panas
4. Plugger dipanasi sampai merah dan plugger didorong ke dalam sepertiga koronal gutta
percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh plugger
5. Sebuah kondenser vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan vertikal
dikenakan pada gutta percha yang telah dipanasi, untuk mendorong gutta percha yang
menjadi plastis kearah apical
6. Aplikasi plugger panas dan kondensor diulangi sampai gutta percha plastis menutup
saluran akar. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan gutta percha panas
7. Bersihkan kamar pulpa dengan memakai kapas yang di basahi alkohol kemudian tutup
dengan restorasi sementara dan lakukan foto ronsen.
Teknik kondensasi vertical dengan cara: 1) kon gutta percha utama (master apical cone)
sesuai dengan MAF dipaskan pada saluran akar; 2) dinding saluran akar dilapisi dengan
siler dan kon dilumuri siler; 3) ujung koronal kon dipotong dengan instrument panas; 4)
plugger dipanasi sampai merah dan plugger didorong ke dalam sepertiga koronal gutta
percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh plugger; 5) sebuah kondenser vertikal
dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan vertikal dikenakan pada gutta percha
yang telah dipanasi, untuk mendorong gutta percha yang menjadi plastis kearah apical; 6)
aplikasi plugger panas dan kondensor diulangi sampai gutta percha plastis menutup saluran
akar. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan gutta percha panas; 7) bersihkan
kamar pulpa dengan memakai kapas yang di basahi alkohol kemudian tutup dengan
restorasi sementara dan lakukan foto ronsen; 8) jika pengisian sudah tepat, kontrol 1
minggu dan pembuatan restorasi akhir.
8. Jelaskan bahan restorasi yang dipilih dan alasan pemilihan bahan tersebut untuk
kasus di atas!
Bahan restorasi yang dapat dipakai adalah pasak fiber reinforced composite. Fiber
Reinforced Composite (FRC) adalah suatu bahan komposit yang mengandung fiber, untuk
meningkatkan sifat-sifat fisik dari komposit. FRC merupakan material dengan kekuatan
mekanikal tinggi, dan memiliki modulus elastisitas hampir sama dengan dentin sehingga
dapat mengurangi terjadinya fraktur. Sifat yang dimiliki pasak FRC ini dapat memperkuat
akar sehingga tekanan dapat didistribusikan merata sehingga menghindari fraktur akar.
Pasak dapat berikatan dengan dentin saluran pasak dengan baik karena mekanisme adhesif
yang menggunakan resin semen. Teknik direk adalah prosedur restorasi dimana preparasi
dan aplikasi bahan dilakukan dalam satu kali kunjungan.12
Pasak fiber reinforced composite (FRC) merupakan salah satu bahan yang populer saat
ini. Sebelumnya pasak yang sering digunakan adalah pasak metal custom dan pasak metal
pabrikan, yang penempatannya dengan cara menggunakan semen luting tetapi dapat
menimbulkan pergeseran antara pasak dengan gigi. Pasak FRC banyak diminati karena
memiliki beberapa keuntungan seperti dapat beradaptasi dengan dentin intraradikular
menggunakan sistem adesif, memiliki modulus elastisitas yang menyerupai dentin. Pasak
FRC juga mudah diadaptasikan ke dalam saluran akar, dan tidak mengalami proses korosi
bila dibandingkan dengan pasak berbahan metal. Sifat optic sekunder dari pasak fiber (
translucency, opacity, opalescence, iridescence, fluorescence) memungkinkan melewati warna
alami gigi dan bahan restoratif akan mencerminkan, membiaskan, menyerap, dan mengirimkan
sesuai dengan kepadatan kristal hidroksiapatit, enamel rods, dan tubuli dentinalis, sehingga
menciptakan harmoni estetik yang optimal dengan gigi sekitarnya.13,14
Pada kasus ini dipilih menggunakan pasak dari pita fiber reinforced composites, hal ini
dikarenakan gigi tersebut merupakan gigi anterior yang memiliki fungsi estetis serta masih
memiliki struktur jaringan yang tersisa masih banyak. Pasak FRC akan memberikan
kekuatan flexural dan fatique yang lebih besar, modu- lus elastisitas yang menyerupai
dentin serta kemampuan membentuk satu ikatan dengan kompleks pasak dan akar serta
akan meningkatkan estetis. Sifat yang dimiliki pasak FRC ini memiliki potensi untuk
memperkuat akar serta mendistribusikan tekanan lebih merata sehingga menghindari
fraktur akar. Pasak FRC dapat berikatan dengan dentin saluran pasak dengan baik
dikarenakan oleh mekanisme adhesif dengan penggunaan semen resin. Sementasi pasak
FRC dengan semen resin ini akan mem- berikan retensi yang lebih baik, menurunnya resiko
terjadinya kebocoran mikro, serta memiliki ketahanan lebih terhadap fraktur. Hal ini akan
menciptakan sistem inti pasak- dentin yang monoblok yang akan mampu mendistribusikan
tekanan dengan lebih baik pada akar. Pemilihan restorasi akhir berupa restorasi komposit
direct karena penggunaan restorasi direct dengan system adhesif ini dapat digunakan untuk
restorasi gigi anterior pasca perawatan saluran akar dengan preparasi akses saluran akar
yang konservatif serta gigi anterior yang masih memiliki marginal ridge yang utuh.
Kesimpulan , restorasi resin komposit direct dengan pasak FRC dapat menjadi alternatif
perawatan pada gigi anterior pasca perawatan saluran akar.13,14
9. Jelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu aplikasi bahan
restorasi yang saudara pilih untuk kasus di atas (sesuai jawaban no.7)!
Sebelum dilakukannnya perawatan saluran akar dan juga pengaplikasian dari tiap
bahan dalam perawatan saluran akar seperti Cresophen,CaOH murni,sealer
Endhometason,dll.Maka ada yang perlu diperhatikan pada waktu aplikasi dari bahan
restorasi seperti:15
Tidak ada bahan pengisian saluran akar yang mempunyai sifat ideal. Tetapi paling tidak
memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan ke dalam saluran akar, harus dapat
menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan ke dalam
saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban, tidak mewarnai struktur
gigi, tidak mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak
larut dalam cairan jaringan, bukan pengantar panas, mudah dibongkar, dapat terlihat pada
foto rontgen. Salah satu bahan pengisi saluran akar tersebut bahan resin karena mempunyai
sifat biokompatibilitas, dapat melekat baik pada dentin, dapat meminimalkan penyusutan.
Tapi bila ditanam dalam tulang menyebabkan terjadinya peradangan.
Perawatan saluran akar pada gigi nekrosis akibat trauma dengan kelainan periapeks
prognosis nya baik jika didukung dengan perawatan yang benar. Perawatan saluran akar
satu kunjungan dapat berhasil dilakukan bila didukung oleh kemampuan, pengetahuan,
indikasi dan diagnosis kasus yang tepat serta ditunjang kerja yang asepsis sehingga
kemungkinan terjadinya flare up dapat diatasi. Keberhasilan perawatan dapat mendukung
pembuatan restorasi selanjutnya sehingga dapat mengembalikan fungsi gigi secara optimal.
Penggunaan pasak fiber pada gigi pasca perawatan saluran akar memiliki banyak
keuntungan dibandingkan pasak metal, serta didukung dengan restorasi mahkota porselin
fusi metal.17
BAB III
KESIMPULAN
Diagnosis pada kasus diatas adalah Pulpa nekrosis yang dimana matinya pulpa baik
sebagian atau seluruhnya yang dapat terjadi karena inflamasi maupun rangsangan traumatik.
Penyebab nekrosis adalah bakteri, trauma, iritasi bahan restorasi maupun inflamasi dari pulpa
yang berlanjut. Abses periapical merupakan suatu infeksi tulang aveloar kronis peradikular
yang berjalan lama dan bertingkat rendah, dan sumber infeksi terdapat pada saluran akar.
Penyebabnya adalah matinya pulpa dengan perluasan proses infeksi sebelah periapical. Fistula
adalah suatu saluran abnormal di antara dua organ atau antara satu organ dengan permukaan
luar sebagai drainase karena abses di periapical mencari jalan keluar menuju ke permukaan
gingiva sehingga membentuk sebuah saluran.
Bahan restorasi yang dapat dipakai adalah pasak fiber reinforced composite. Fiber
Reinforced Composite (FRC) adalah suatu bahan komposit yang mengandung fiber, untuk
meningkatkan sifat-sifat fisik dari komposit. FRC merupakan material dengan kekuatan
mekanikal tinggi, dan memiliki modulus elastisitas hampir sama dengan dentin sehingga dapat
mengurangi terjadinya fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramadhan AZ, Sitam S, Azhari, Epsilawati L. Gambaran kualitas dan mutu radiograf.
Jurnal Radiologi Deentomaksilofasial Indonesia 2019; 3(3): 43-48.
2. Matthews DC, Sutherland S, Basrani B. Emergency Management of Acute Apical
Abscesses in the Permanent Dentition: A Systematic Review of the Literature. J Cant Dent
Assoc 2003; 69(10): 660.
3. Triharsa S. Mulyawati E. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada Pulpa Nekrosis
Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak Fiber Reinforced
Composit (Kasus Gigi Insisivus Sentralis Kanan Maksila). Maj Ked Gi 2013; 20(1): 71-77
4. B.S.Chandra dan V.G. Krishna, E. (2010). Grossman's Endodontic Practice (12th ed.).
New Delhi, India: Wolters Kluwer Pvt. Ltd.
5. Seno P.W. Mardiunti A.D. dkk, School-Based Flouride Mouth Rinse (S-FMR) Sebagai
Upaya Pencegahan Karies Pada Anak: Sebuah Tinjauan Pustaka. Odonto Dent Journal
2020 7(2).
6. Andlaw RJ, Yuwono L, Rock WP, Djaja A. Perawatan Gigi Anak: (a Manual of
Paedodontics). 2nd ed, Jakarta: Widya Medika, 1992: 31 – 61.
7. Hidajati H.E, Sitalaksmi R.M. Retraksi Gingiva Sebelum Pencetakan Untuk Mendapatkan
Gigitiruan Cekat yang Ideal. Dentofasial 2011; 10(2): 128 – 134.
8. Gutomo A.S. Kristanti Y. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Disertai Restorasi Dan
Pasak Resin Komposit Pada Nekrosis Pulpa Dengan Lesi Periapikal. Maj Ked Gi 2011;
18(1): 39-43
9. Mulyawati E. Peran bahan deisinfeksi pada perawatan saluran akar. Maj Ked Gi 2011;
18(2): 205-209.
10. Noviyanti. Hadriyanto W. dkk. Pengaruh Penggunaan Larutan Sodium Klorida 0,9%,
Alkohol 96%, Dan Air Destilasi Sebagai Bahan Intermediate Flushes Saluran Akar
Terhadap Kebocoran Apikal Obturasi Saluran Akar. Jurnal Ked Gi 2013; 4(2): 94-101.
11. Bachtiar Z.A Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan bahan gutta percha.
Jurnal PDGI 2016; 65(2)
12. Ariani R. Hadriyanto W. Perawatan Satu Kunjungan Restorasi Pasak Fiber Reinforced
Composite Pada Gigi Insisivus Atas. Maj Ked Gi. Juni 2013; 20(1): 45-51
13. Norman H. Esthetic fiber reinforced composite posts. Smile Magazine 2013: 43-8
14. Bertoldi A, Kogen E, Friedman M, De Rijk W. Fiber post techniques for anatomical root
variations. Endodont Post 2011: 104-11
15. Rusmiany P. dkk. Penggunaan Bahan Resin Sebagai Sealer Adesif Pada Pengisian Saluran
Akar. E-journal Unmas. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati
16. Ariani A, Hadriyanto W. Perawatan satu kunjungan restorasi pasak fiber reinforced
composite pada gigi insisivus atas. Maj Ked Gi 2013; 20(1): 45-51.
17. Gutomo A.S. Kristanti Y. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Disertai Restorasi Dan
Pasak Resin Komposit Pada Nekrosis Pulpa Dengan Lesi Periapikal. Maj Ked Gi 2011;
18(1): 39-43