Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PEMICU 2 BLOK 8

“Gusiku sering berdarah”

DISUSUN OLEH:
TRYA FITRI AYUNI
190600063
KELAS B

DOSEN PEMBIMBING
Minasari, drg., MM
Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., SpPPM
Sri Amelia, dr., M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut adalah gerbang utama masuknya zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan
gigi merupakan salah satu bagian di dalamnya. Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan,
sebagai alat komunikasi verbal guna menjaga agar ucapan kata tepat dan jelas serta sebagai
sarana untuk menjaga estetika. Kesehatan gigi harus dijaga agar fungsinya tidak mengalami
gangguan (Ardianti, 2011).
Masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar hingga saat ini, yakni penyakit karies dan
periodontal. Prevalensi penduduk Indonesia yang mempunyai masalah pada kesehatan gigi
dan mulut termasuk karies gigi dan penyakit periodontal yaitu sebesar 25,9%
(Mintjelungan dkk, 2016). Dapat dipahami bahwa karies gigi merupakan salah satu
penyakit infeksi dengan penyebab multifaktor yang dapat meluas dan terutama mengenai
jaringan keras pada rongga mulut pasien. Karies adalah penyakit infeksi lokal dan bersifat
progresif yang terjadi akibat adanya interaksi faktor- faktor yaitu agen, substrat, host, dan
waktu. Penyakit ini ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada email akibat perubahan
pH dalam rongga mulut. Asam yang dihasilkan oleh bakteri yang bersifat asidogenik
merupakan penyebab berubahnya pH dalam rongga mulut (Ardianti, 2011).

1.2 Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Gusiku sering berdarah


Penyusun : Minasari, drg., MM; Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes.,
SpPPM; Sri Amelia, dr., M.Kes
Hari/Tanggal :
Pukul :

Seorang pasien perempuan berusia 45 tahun datang berobat ke RSGMP FKG USU dengan
keluhan bila sakit gigi, gusi sering berdarah, gigi geraham terasa ngilu. Pemeriksaan klinis
meenunjukkan, gusi pada regio anterior rahang bawah merah, oedema, dan disonde
berdarah. Gigi 36 karies mencapai dentin. Gigi 41,42,31,32 mobiliti 2.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab terjadinya karies gigi 36? Setelah terjadi karies
pada kasus diatas, bakteri apakah yang menjadi dominan pada gigi karies tersebut?
Jelaskan ciri-ciri bakteri-bakteri tersebut

Streptococcus mutans dan streptococcus sobrinus mempunyai peranan yang


penting pada terjadinya karies gigi, karena mereka dapat menempel pada email dan
membentuk sebuah plak. Keduanya memiliki sifat asidogenik atau mampu
memfermentasi sukrosa,fruktosa, dan glukosa menjadi senyawa asam.
Lactobacillus merupakan bakteri gram positif berbentuk bacil. Diklasifikasikan
sebagai bakteri lactic acid karena mampu memfermentasi gula menjadi asam laktat dan
organophospat yaitu memperoleh hydrogen atau electron dari fermentasi gula.
Streptococcus mutans, streptococcus sobrinus dan Lactobacillus adalah bakteri
yang dominan didalam rongga mulut.
Menurut penelitian, bakteri streptococcus mutans yang paling dominan
terhadap terjadinya karies. Bakteri streptococcus mutans merupakan salah satu flora
normal yang hidup di rongga mulut. Bakteri ini dapat memetabolisme karbohidrat dan
menghasilkan asam. Koloni S. mutans berpasangan atau berantai, tidak bergerak dan
tidak berspora, metabolismenya anaerob, namun dapat juga hidup secara anaerob
fakultatif. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif, besifat nonmotile (tidak
bergerak) dan anaerob fakultatif. Bakteri ini memiliki bentuk kokus yang berbentuk
bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai, serta tumbuh secara optimal pada suhu
sekitar 18C-40C.

2. Jelaskan mekanisme bakteri sehingga menyebabkan karies gigi!

Mekanisme perlekatan bakteri tersebut ada dua tahap. Pada tahap pertama
bakteri melekat pada suatu permukaan di dalam rongga mulut dengan perantara pelikel.
Tahap kedua bakteri tersebut berkembang biak sehingga pelikel berubah membentuk
plak.
Pelikel gigi merupakan mediator melekatnya bakteri rongga mulut pada
permukaan restorasi. Proses perlekatannya dimulai dari adanya interaksi antara bakteri
dengan pelikel. Mekanisme interaksi tersebut dipengaruhi oleh kekuatan elektrostatik,
hidrofobik, komponen organik dan multiple binding sites. Bakteri yang melekat pada
permukaan bahan restorasi karena adanya interaksi elektrostatik atau melalui calcium
bridging, yaitu ion Ca2+ dalam saliva akan menjembatani dan mengikat permukaan sel
bakteri dan pelikel gigi yang bermuatan negatif. Interaksi hidrofobik didasari oleh
kontak yang rapat antara molekul pada pelikel dengan permukaan bakteri.

Komponen organik S. mutans dengan mempergunakan enzim


glycosyltransferase (GTF) dan non-enzym glucan- binding protein untuk mensintesis
polisakarida ekstraseluler dan membentuk suatu glukan yang bersifat lengket. Glukan
merupakan tempat perlekatan, sehingga keduanya dapat membantu perlekatan S.
mutans pada permukaan gigi, sedangkan perlekatan bakteri melalui multiple binding
site karena adanya interaksi lectinlike, yaitu protein yang terdapat pada permukaan
bakteri S. mutans akan bereaksi dengan high molecular weight salivary glycoproteins
dan mengadsorbsi hidroksiapatit enamel sehingga terjadi interaksi antara bakteri
dengan pelikel gigi.

3. Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab gusi berdarah (gingivitis) yang terjadi pada
gingiva regio anterior rahang bawah, dan bakteri yang dominan setelah gingivitis
terjadi!

Bakteri yang menyebabkan gingivitis adalah bakteri gram negatif, yaitu


Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium Nucleatum, Tannerella fosythia,
Treponama denticola Actinomyce viscosus, Selemonas noxia, Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dan bakteri gram positif Streptococcus sanguinis,
Streptococcus mutans, A. Viscosus.

Salah satu bakteri yang paling dominan adalah fusobacterium nucleatum.


fusobacterium nucleatum merupakan bakteri anaerob gram negative yang memiliki
peran dalam menjembatani koloni awal dan akhir selama pembentukan plak. Sel-selnya
memiliki bentuk filamen yang panjang (5-25 μm), atau berbentuk batang yang
pleomorfik, produk metabolisme akhirnya berupa asam butirat. Bakteri ini sering
ditemukan pada gingivitis kronis.
4. Jelaskan mekanisme keterlibatan bakteri menyebabkan dan memperparah infeksi pada
jaringan gingiva!

Terdapat tiga mekanisme atau jalur yang diduga menghubungkan infeksi


periodontal dengan perannya pada efek sistemik yaitu:
- Metastatic infection, adalah penyebaran bakteri penyebab infeksi periodontal ke
sirkulasi darah sehingga menyebabkan bakteriemia. Pada bakteriemia, apabila
masuknya bakteri ke sirkulasi darah dapat dieliminasi oleh sistem pertahanan tubuh
maka bakteriemia hanya terjadi secara transien. Namun apabila penyebaran bakteri
mendapatkan tempat yang sesuai maka bakteri akan berkembang biak dan
menimbulkan keadaan patologik.
- Metastatic injury, terkait dengan penyebaran taksin bakteri. Beberapa bakteri gram-
positif dan negative mampu memproduksi eksotoksin atau endotoksin. Penyebaran
taksin bakteri ke sirkulasi sistemik akan menginduksi respon inflamasi sistemik.
- Metatastic inflammation, antigen periodontal yang menyebar ke sirkulasi darah
dapat bereaksi dengan antibody membentuk kompleks-imun. Penimbunan
kompleks-imun pada daerah tertentu dapat memicu reaksi inflamasi akut maupun
kronis.

5. Sebutkan dan jelaskan bakteri yang menyebabkan infeksi pada jaringan pendukung
gigi, dan jelaskan bakteri yang paling agresif memperparah infeksi tersebut!

Periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi disebabkan


oleh mikroorganisme dan terjadi kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Penyebab utama periodontitis adalah polimikrobial bakteri patogen
periodontal, sebagian besar gram-negatif anaerob, bertindak secara sinergis, antara lain
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis.

Dan yang paling agresif memperparah infeksi tersebut adalah bakteri


Porphyromonas gingivalis. Porphyromonas gingivalis adalah bakteri Gram negatif
anaerob yang berkoloni pada dental plak di dalam rongga mulut manusia dan salah satu
dari bakteri patogen penyebab perkembangan periodontitis kronis. Porphyromonas
gingivalis paling sering ditemukan pada daerah subgingival dan terkadang bakteri ini
juga ditemukan pada lidah dan tonsil. Karakteristik dari Porphyromonas gingivalis
adalah non-motil, pendek, pleomorfik dan tumbuh di lingkungan yang anaerob. Fimbria
merupakan media adhesi pada Porphyromonas gingivalis dan kapsulnya memberikan
perlindungan bagi dirinya terhadap proses fagositosis.

6. Bagaimana mekanisme imunitas tubuh bila terserang infeksi?

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Secara


umum, imunitas merupakan respon tubuh terhadap bahan asing baik secara molekuler
maupun seluler yang mekanismenya terbagi menjadi innate immunity dan adaptive
immunity.

Innate immunity adalah pertahanan tubuh yang tidak spesifik dan merupakan
bagian dari sistem imun yang berfungsi sebagai barier terdepan pada awal terjadinya
infeksi penyakit, oleh karena itu sering disebut sebagai natural atau native immunity
yang meliputi:

- Pertahanan Fisik/Mekanik yang terdiri dari kulit, selaput lender, silia saluran
pernapasan, batuk, bersin.
- Pertahanan Biokimiawi yang terdiri dari lisozim, HCl, enzim proteolitik.
- Pertahanan Humoral yang terdiri dari komplemen, interferon (INF), kolektin.
- Pertahanan Seluler yang terdiri dari fagosit, makrofag, sel Mast.

Adaptive immunity merupakan stress pertahanan tubuh lapis kedua, jika innate
immunity tidak mampu mengeliminasi agen penyakit. Hal ini terjadi jika fagosit tidak
mengenali agen infeksius atau agen tersebut tidak bertindak sebagai stres antigen
terlarut (soluble antigen) yang aktif. Sistem imun spesifik pada umumnya terjalin
kerjasama antara stres y-komplemen-fagosit dan antara sel T- makrofag.
BAB III
PENUTUP

1.3 Kesimpulan

Streptococcus mutans yang paling dominan terhadap terjadinya karies. Bakteri


streptococcus mutans merupakan salah satu flora normal yang hidup di rongga mulut.
Bakteri ini dapat memetabolisme karbohidrat dan menghasilkan asam.

Mekanisme perlekatan bakteri tersebut ada dua tahap. Pada tahap pertama bakteri
melekat pada suatu permukaan di dalam rongga mulut dengan perantara pelikel. Tahap
kedua bakteri tersebut berkembang biak sehingga pelikel berubah membentuk plak.

Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri anaerob gram negative yang memiliki


peran dalam menjembatani koloni awal dan akhir selama pembentukan plak. Bakteri ini
sering ditemukan pada gingivitis kronis.

Terdapat 3 mekanisme penjalaran infeksi yaitu metastatic infection (bakteremia),


metastatic injury (penyebaran toksin) dan metastatic inflammation ( penyebaran reaksi
inflamasi).

Porphyromonas gingivalis adalah bakteri Gram negatif anaerob yang berkoloni pada
dental plak di dalam rongga mulut manusia dan salah satu dari bakteri patogen penyebab
perkembangan periodontitis kronis.

Imunitas merupakan respon tubuh terhadap bahan asing baik secara molekuler maupun
seluler yang mekanismenya terbagi menjadi innate immunity dan adaptive immunity.
Daftar Pustaka

1. Rahardjo, A.K. Ira, W. Edhie, A.P. Preavalensi Karies Gigi Posterior Berdasarkan
Kedalaman, Usia Dan Jenis Kelamin Di RSGM FKG UNAIR Tahun 2014.
Conservative Dentistry Journal 2016; 6(2): 7.
2. Rosdiana, N. Abdillah, I.N. Gambaran Daya Hambat Minyak Kelapa Murni Dan
Minyak Kayu Putih Dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus mutans. J Syiah
Kuala Dent Soc 2016; 1(1): 48.
3. Kusumaningsari, V. Juni, H. Efek Pengunyahan Permen Karet Gula Dan Xylitol
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans Pada Plak Gigi. Maj Ked Gi
2011; 18(1): 31.
4. Anggraeni, A. Anita, Y. Intan, N. Perlekatan Koloni Streptococcus Mutans Pada
Permuakaan Resin Komposit Sinar Tampak. Dent. J 2005; 38(1): 10.
5. Puspaningrum, E.F. Ratnawati, H. Rochman, M. Ekstrak Cymbopogon Citratus Dan
Eugenia Aromaticum Efektif Untuk Penyembuhan Gingivitis. ODONTO Dental
Journal 2015; 2(2): 47.
6. Lindawati, Y. Ameta, P. Dwi, S. Fusobacterium Nucleatum: Bakteri Anaerob Pada
Lingkungan Kaya Oksigen (Dihubungkan Dengan Staterin Saliva). TM Conference
Series 2018; 1(1): 182.
7. Susilawati, I.D.A. Periodontal Infection Is A “Silent Killer”. J.KG Unej 2011; 8(1): 22.
8. Andriani, I. Efektivitas Antara Scalling Root Planning (Srp) Dengan Dan Tanpa
Pemberian Ciprofloxacin Per Oral Pada Penderita Periodentitis. IDJ 2012; 1(2): 70.
9. Sari, D.P. Damajanty, H.C.P. Juliatri. Uji Daya Hambat Ekstrak Alga Coklat (Padina
Australis Hauck) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas Gingivalis secara in
vitro. Jurnal e-GiGi 2016; 4(2): 141.
10. Mayasari, D. Arum, P. Hubungan Respon Imun Dan Stres Dengan Tingkat
Kekambuhan Demam Tifoid Pada Masyarakat Di Wilayah Puskesmas Colomadu
Karanganyar. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan 2009; 2(1): 15.

Anda mungkin juga menyukai