PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan oleh :
Ade Difa Diasari
NIM : A12020004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulut merupakan awal dari saluran pencernaan pada manusia.
Berbagai penyakit mulai dari infeksi hingga tumor bisa terjadi dalam
rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut harus dirawat mulai sedini
mungkin, karena akan berpengaruh terhadap kesehatan (Afrinis et al.,
2020). Anak-anak sekolah adalah kelompok usia yang rentan terhadap
kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi anak-anak sekolah pada usia
tersebut umumnya kompleks dan bervariasi. Salah satunya yaitu mengenai
kesehatan gigi dan mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak
sekolah yang sering dijumpai salah satunya yaitu karies gigi (Wirata et al.,
2021).
Karies gigi merupakan salah satu masalah yang paling umum, yang
paling banyak dialami oleh anak anak di Indonesia. Masalah utama dalam
rongga mulut sampai saat ini adalah karies gigi (Adam et al., 2022).
Survay World Health Organization (WHO) tahun 2016, menyebutkan
angka kejadian karies pada anak sebesar 60-90%. Diperkirakan sembilan
puluh persen anak-anak usia sekolah dasar di seluruh dunia mengalami
karies. Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi karies di Indonesia mencapai 57,6% (Kemenkes RI, 2018).
Menurut data WHO, karies gigi mencapai 80–90% dari anak-anak di
negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia. (Adam et
al., 2022). Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika latin.
Berdasarkan presentase penduduk yang mengalami masalah gigi
dan mulut di Indonesia dari tahun ke tahun menurut Riskesdas presentase
penduduk yang mendapatkan perawatan medis gigi meningkat dari 23,3%
menjadi 25,9% pada tahun 2007 dan 31,1% paada tahun 2013.
Prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah di Indonesia
cenderung meningkat. Berdasarakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diambil
dalam penelitian ini adalah “HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN
KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK
SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 1 BANTARWUNI”
C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kasus karies gigi pada
anak sekolah dasar dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui kriteria makanan kariogenik yang dikonsumsi
pada anak sekolah dasar.
b. Untuk mengetahui kategori frekuensi konsumsi makanan
kariogenik.
c. Untuk mengetahui kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
6
E. Keaslian jurnal
Fetty Nur Hubungan Jenis penelitian ini Hasil dari kelima jurnal Persamaan :
Wahyuni (2023) Konsumsi Makanan menggunakan tersebut menunjukkan Variable terikat sama
Kariogenik Dengan menggunakan bahwa empat jurnal yaitu makanan
Kejadian Karies pendekatan Literature menemukan hubungan kariogenik dan anak
Gigi Pada Anak Review dengan 5 antara konsumsi sekolah dasar.
Sekolah Dasar pemilihan jurnal makanan kariogenik
menggunakan metode dengan kasus karies Perbedaan :
Cross Sectional. gigi pada anak sekolah Metode penelitian,
dasar, sedangkan satu tempat dan waktu
jurnal tidak terdapat penelitian.
hubungan
7
A. Tinjauan Teori
1. Kesehatan Gigi
Kehidupan manusia bergantung pada kesehatan fisik dan mental.
Setiap orang tua ingin anak mereka berkembang dan tumbuh sebaik
mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan tubuh yang sehat. Untuk
mencapai kesehatan tubuh yang optimal, kesehatan gigi dan mulut juga
penting. Kesehatan gigi dan mulut yang baik akan meningkatkan
kualitas hidup dan produktifitas sumber daya manusia karena penyakit
gigi dan mulut termasuk dalam sepuluh penyakit yang paling umum
dan tersebar di seluruh dunia. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut harus dimulai sejak usia sekolah dasar (Meidina et al.,
2023).
2. Bentuk Gigi
Gigi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu gigi sementara dan
permanen. Gigi sementara atau gigi sulung telah lengkap pada anak
usia diatas 2 tahun yang terdiri dari 20 gigi. Sementara itu, gigi
permanen mulai muncul pada anak yang berusia 6 tahun, terdiri dari 32
gigi. Gigi berturut-turut terdiri dari dua gigi insisivus, satu gigi
kaninus, dua gigi premolar dan tiga gigi molar.
3. Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu :
a. Enamel
Enamel tidak memiliki sel, dan merupakan satu-satunya bagian
tubuh manusia yang tidak memiliki kekuatan reparatif, regenerasi
enamel tidak mungkin terjadi. Susunan kimia enamel sangat
kompleks yang terletak dalam pola kristalin. Sebagian besar terdiri
dari 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan
bahan organik 2%. Karena susunan enamel yang demikian, ion-ion
8
4. Karies Gigi
a. Pengertian
Penyakit yang disebut karies gigi menyerang jaringan keras
gigi yaitu dentin, email dan sementum. Demineralisasi anorganik
di gigi dan kerusakan bahan organik gigi adalah tanda karies gigi.
interaksi yang kompleks antara bakteri Streprococcis mutans
menjadi penyebab karies gigi. Ini menyebabkan saliva di rongga
mulut menjadi asam, sehingga memudahkan demineralisasi enamel
yang akhirnya menjadi karies gigi (Rahayu et al., 2023).
b. Ciri dan gejala karies gigi
Menurut (Ayu Dewi Kumala Ratih et al., 2019) karies gigi
mempunyai ciri dan gejala sebagai berikut :
a) Sakit gigi
b) Gigi sensitif
c) Nyeri ringan hingga tajam saat mengkonsumsi makanan
manis, panas ataupun dingin
d) Lubang pada gigi
e) Moda berwarna cokelat, hitam, atau putih pada permukaan
gigi
f) Nyeri saat menggigit makanan
c. Manifestasi klinis karies gigi
10
2. Permen
Permen merupakan makanan yang sifatnya termasuk kategori
sangat kariogenik (Inunu dan Sarasati, 2015). Permen
mempunyai komponen utama sukrosa.
3. Biskuit
Menurut Hilmasyah (dalam Lestari 2013) , biskuit merupakan
makanan lunak dan mudah melekat pada gigi. Biskuit
mengandung energi 435 kilo kalori, protein 7,1 gram,
karbohidrat 57,1 gram, lemak 19,8 gram, kalsium 15 mili gram,
dan zat besi 0,8 mili gram. Karenaitu, jika tidak segera
dibersihkan bisa menimbulkan karang gigi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi makanan kariogenik
1. Bentuk
Makanan cair lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan
makanan yang padat dan lengket, dan bentuk dan kondisi
makanan adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan pH
turun karena berdampak pada seberapa lama aktifitas
pembentukan asam berlangsung.
2. Kondisi
Kondisi makanan juga mempengaruhi lamanya perlekatan
makanan dalam mulut. Meskipun permen karet dan
marshmellows memiliki kadar gula yang tinggi, mereka dapat
mentrimulasi saliva dan berpotensi lebih sedikit melekat
daripada makanan yang padat dan lengket. Sayuran hijau, yang
bersifat kariostatik, tidak menyebabkan karies.
3. Frekuensi
Konsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang
sering menyebabkan peningkatan produksi asam pada mulut.
Setiap mengkonsumsi makanan karbohidrat yang terfermentasi,
dapat menyebabkan penurunan pH pada saliva dimulai dalam
waktu 5-15 menit setelah konsumsi makanan tersebut.
18
B. Kerangka Teori
Kesehatan Gigi
Karies Gigi
C. Kerangka konsep
Penyebab karies
a) Gigi dan air liur
b) Keberadaan bakteri karies gigi
c) Makanan yang dimakan
d) Plak gigi
e) Usia
f) Jenis kelamin Karies gigi
g) Tingkat pendidikan - tampak bercak putih
h) Konsumsi makanan kariogenik (white spot) seperti
kapur pada permukaan
gigi
- bercak coklat kehitaman
pada gigi
- terdapat penumpukkan
Makanan Kariogenik plak gigi
- tampak lubang pada gigi
- Kriteria makanan kariogenik - terdapat gigi kotor
- Kategori frekuensi makanan kariogenik - terdapat gigi yang
- Hubungan konsumsi makanan kariogenik ditambal
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
D. Hipotesa
Ho : tidak ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada anak Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Bantarwuni.
Ha : ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada anak Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Bantarwuni.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Slovin untuk menghitung ukuran sampel menurut Sugiyono dalam (Dasriyan Saputra,
2018). Karena jumlah sampel harus representatif supaya hasil penelitian dapat
digeneralisasikan. Proses perhitungan juga tidak memerlukan tabel jumlah sampel,
tetapi hanya menggunakan rumus dan perhitungan sederhana. Berikut adalah rumus
Slovin untuk menentukan sampel :
N
n=
N ( e ) 2+1
Keterangan :
n = ukuran sampel/jumlah responden
N = ukuran populasi
E = presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa di tolerir; e = 0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara 10-20%
dari populasi penelitian.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 161 siswa, sehingga presentase
kelonggaran yang digunakan adalah 10 % daan hasil perhitungan dapat dibulatkan
untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui jumlah sampel penelitian,
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
161
𝑛=
161 ( 0 , 1 ) 2+1
𝑛 = 161
1. Peneliti menuliskan angka 1-20 pada kertas kecil, kemudian kertas tersebut
digulung dan dimasukkan kedalam gelas plastik.
2. Setiap kelas dengan siswa absen ganjil akan mengambil undian tersebut.
3. Peneliti hanya akan mengambil responden dengan siswa yang
mendapatkan angka undian 1-10.
4. Untuk kelas 1 akan dipilih 12 siswa dengan nomor undian 1-12. Karena
menurut penelitian (Annissa & Nurcandrai, 2019), anak kelas 1 SD
mempunyai kebiasaan konsumsi makanan kariogenik lebih tinggi,
sehingga memiliki risiko terkena karies lebih tinggi.
1. Tempat Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 1 Bantarwuni, Kecamatan Kembaran, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah, dijadikan sebagai tempat penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari-februari 2024.
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono dalam (Purwanto, 2019), variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan pleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
1. Variabel Bebas (Independent variable)
Menurut Sugiyono dalam (Sumarsan, 2021), variabel bebas merupakan variabel
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi makanan kariogenik.
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Menurut Sugiyono dalam (Sumarsan, 2021), variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian karies gigi.
E. Definisi Operasional
Definisi
No. Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
1. Karakteris a. Usia Mengisi data Kuesioner Usia Interval
tik sekolah pada kuesioner responden
Responde dasar yang diberikan dalam tahun
n yang
meliputi
kelas 1-
6
b. Berjenis Mengisi data Kuesioner 1 laki-laki Nominal
kelamin pada kuesioner 2 perempuan
laki-laki yang diberikan
atau
perempu
an
2. Konsumsi Frekuensi Wawancara Kuesioner, Ada 3 Ordinal
makanan konsumsi dengan cara kategori hasil
kariogenik makanan yang mencentang :
dapat jawaban 1. rendah
28
Definisi
No. Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
menyebabkan yang sesuai bila skor
karies gigi. dengan 0-10
Makanan tingkat 2. sedang
kariogenik konsumsi bila skor
berupa makanan makanan 11-20
yang manis dan kariogenik 3. tinggi bila
lengket seperti responden. skor 21-
coklat, permen, dengan 30
biskuit, dll kriteria :
0 : tidak
pernah
1 :
konsumsi 1-
3x/minggu
2 :
konsumsi 4-
6x/minggu
3 :
konsumsi
lebih dari
1x/hari
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi dan alat berupan penlight. Kuesioner
merupakan pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
29
responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terstruktur dan
berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian :
1. Karakteristik Responden, digunakan untuk mengkaji data yang terdiri dari nama
responden, umur responden, dan jenis kelamin responden.
2. Kuesioner konsumsi makanan kariogenik, terdiri dari 10 pertanyaan yang
digunakan untuk mengkaji pola jajan anak-anak (meliputi jenis jajanan dan
frekuensi jajan) dengan wawancara dan pendampingan untuk membimbing anak
dalam mengisi formulir food frequency. Kuesioner ini diambil dari penelitian
Meishi PRL (2011) dalam penelitian Indra Fauzi (2023). Masing-masing
pertanyaan akan diberi skor, yaitu skor 3 untuk konsumsi ≥ 1x/minggu, skor 2
untuk konsumsi ≥ 4-6x/minggu, skor 1 untuk tidak pernah konsumsi. Skor total
kuesioner yang dijawab oleh responden akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu, rendah (≤ 10), sedang (11-20), dan tinggi (21-30).
3. Lembar observasi, untuk memperoleh data karies gigi diperoleh dari pemeriksaan
langsung dengan menggunakan alat diagnosa berupa penlight dan kaca mulut
untuk observasi karies gigi.
( )( )
2
k Ʃ ab
rn = 1−
k −1 at
2
Keterangan:
rn = reliabilitas instrumen
k = mean kuadrat antar subjek
Ʃ ɑ b² = mean kuadrat kesalahan
Ar² = variasi total
H. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Swarjana (2015) dalam penelitian Ristiani (2020)
meliputi :
1. Principle of Beneficence
Principle of Beneficence atau prinsip kebaikan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan hal baik bagi peneliti dan bagi informan.
Principle of Beneficence meliputi beberapa diantaranya :
a. Freedom Free Harm (Bebas dari Bahaya)
Dalam penelitian ini, peneliti telah meminimalisir segala bentuk kerugian.
b. Freedom From Exploitation (Bebas dari Eksploitasi)
Dalam melakukan penelitian responden terjamin dalam kondisi tidak
tereksploitasi. Peneliti melakukan pengambilan data sesuai dengan tema yang
telah ditentukan.
c. Benefits From research (Manfaat dari Peneliti)
Dalam melakukan penelitian, peneliti memaksimalkan manfaat dari adanya
penelitian yang dilakukan kepada responden.
d. The Risk/Benefits Rasio (Risiko/manfaat)
Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan manfaat dan risiko kepaa
partisipan maupun kepada peneliti.
31