Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK

DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK


SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 1 BANTARWUNI

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan
Minat Utama Program Studi Ilmu Keperawatan

Diajukan oleh :
Ade Difa Diasari
NIM : A12020004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILLMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2023
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulut merupakan awal dari saluran pencernaan pada manusia.
Berbagai penyakit mulai dari infeksi hingga tumor bisa terjadi dalam
rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut harus dirawat mulai sedini
mungkin, karena akan berpengaruh terhadap kesehatan (Afrinis et al.,
2020). Anak-anak sekolah adalah kelompok usia yang rentan terhadap
kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi anak-anak sekolah pada usia
tersebut umumnya kompleks dan bervariasi. Salah satunya yaitu mengenai
kesehatan gigi dan mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak
sekolah yang sering dijumpai salah satunya yaitu karies gigi (Wirata et al.,
2021).
Karies gigi merupakan salah satu masalah yang paling umum, yang
paling banyak dialami oleh anak anak di Indonesia. Masalah utama dalam
rongga mulut sampai saat ini adalah karies gigi (Adam et al., 2022).
Survay World Health Organization (WHO) tahun 2016, menyebutkan
angka kejadian karies pada anak sebesar 60-90%. Diperkirakan sembilan
puluh persen anak-anak usia sekolah dasar di seluruh dunia mengalami
karies. Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi karies di Indonesia mencapai 57,6% (Kemenkes RI, 2018).
Menurut data WHO, karies gigi mencapai 80–90% dari anak-anak di
negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia. (Adam et
al., 2022). Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika latin.
Berdasarkan presentase penduduk yang mengalami masalah gigi
dan mulut di Indonesia dari tahun ke tahun menurut Riskesdas presentase
penduduk yang mendapatkan perawatan medis gigi meningkat dari 23,3%
menjadi 25,9% pada tahun 2007 dan 31,1% paada tahun 2013.
Prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah di Indonesia
cenderung meningkat. Berdasarakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
3

Kemenkes RI Tahun 2018 masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar


57,6%. Secara Nasional rata-rata skor Deccay Missing and Filling DMF-T
di Indonesia adalah 7,1% pada semua usia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI
tahun 2018, terdapat peningkatan prevalensi karies gigi pada rentang usia
5-9 tahun. Pada tahun 2013 sebanyak 25,9% menjadi 54% prevalensi
karies gigi pada rentang usia 5-9 tahun.
Prevalensi aktif karies gigi di Jawa Tengah pada tahun 2016
sebanyak 43,5%. Siswa SD/MI yang menjalani pemeriksaan kesehatan
gigi mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2015 yaitu dari
41% menjadi 45,6%. Selain itu, 50,4% siswa memerlukan perawatan dari
seluruh total siswa (Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah 2016).
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang
diakibatkan oleh dekomposisi struktur gigi. Karies Gigi merupakan
kondisi yang dapat menyerang jaringan keras pada gigi seperti dentin,
email dan sementum. Demineralisasi bagian anorganik gigi diikuti dengan
rusaknya bahan organik yang menyebabkan karies gigi. Asam yang
dihasilkan oleh mikroorganisme selama proses fermentasi karbohidrat
terjadi dalam proses ini. Biasanya disebabkan oleh bakteri demineralisasi
asam karena sering terpapar makanan dan minuman manis, menyikat gigi
tidak teratur dan fluorida gigi yang tidak mencukupi. Akibatnya, timbul
rasa sakit pada gigi anak sehingga mengganggu konsentrasi belajar anak di
sekolah, mempengaruhi nafsu makan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan status gizi pada anak (Afrinis et al., 2020).
Anak-anak yang memasuki usia sekolah mempunyai risiko terkena
karies gigi lebih tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak lebih suka
jajan makanan dan minuman sesuai dengan keinginanya (Afrinis et al.,
2020). Tingginya angka kejadian karies gigi pada anak dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya yang sering terjadi pada anak sekolah
yaitu konsumsi makanan kariogenik. Karena makanan kariogenik
memiliki kemasan dan warna makanan yang menarik, sehingga anak-anak
4

sekolah lebih tertarik untuk membelinya. Anak-anak mempunyai pola


makan yang cenderung lebih suka makan makanan kariogenik, dan
kurangnya kesadaran dan kebiasaan membersihkan gigi mulut
menyebabkan kebersihan gigi dan mulut anak menjadi buruk sehingga
prevalensi karies gigi meningkat (Nainggolan, 2019).
Anak-anak lebih menyukai makanan kariogenik karena
mempunyai rasa yang manis dan lezat. Selain itu, makanan kariogenik
juga mudah diperoleh dan dijual secara lokal dalam berbagai macam
bentuk dan warna makanan yang disukai anak-anak. Makanan kariogenik
juga memiliki tekstur yang lunak dan lengket, sehingga mudah menempel
pada sela-sela gigi. Dampak dari makanan kariogenik yaitu bisa merusak
gigi karena makanan kariogenik mengandung karbohidrat (glukosa dan
sukrosa), makanan ini dapat difermentasi oleh bakteri yang menyebabkan
penurunan pH (asam) plak dalam batas tertentu. Lama kelamaan akan
mengakibatkan demineralisasi gigi permukaan yang menyebabkan karies
gigi (Mulyati, Rohayani, et al., 2022).
Pada penelitian (Romdona, 2022) di dapatkan bahwa sebagian
anak memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik yang tinggi (60%),
dimana dijelaskan bahwa sebagian besar anak mengonsumsi makanan
yang cenderung mengandung banyak sukrosa dan mengonsumsi makanan
manis yang lebih dari satu jenis dalam satu kali konsumsi. Ditambah
dengan makanan tinggi kalori sukrosa lainnya. Hasil penelitian ini
diperkuat oleh teori Jhon Besford dalam Saputra (2018), yang menyatakan
bahwa kepuasan anak anak akan sesuatu yang manis mulai dibentuk sejak
awal dalam kehidupan seseorang. Yaitu melalui menambahkan gula ke
makanan bayi , susu dan minuman. Arisman dalam Marsaulina (20200
juga mendukung penelitian ini, tingginya tingkat konsumsi makanan
kariogenik adalah karena anak biasanya menyukai jajanan yang dikemas
dengan cara yang menarik dan rasanya manis.
Berdasarkan Studi Pendahuluan di Puskesmas Kembaran 1
Banyumas pada siswa SD bulan Agustus 2023, di dapatkan SD Negeri 1
5

Bantarwuni merupakan salah satu SD dengan jumlah siswa sebanyak 161.


SD Negeri 1 Bantarwuni merupakan sekolah dengan jumlah karies gigi
terbanyak, yaitu siswa dengan kejadian gigi kotor sebanyak 0,25%, siswa
dengan kejadian gigi luka sebanyak 0,77%, dan siswa dengan kejadian
gigi tambal tidak ada.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Bantarwuni, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas – Provinsi Jawa
Tengah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diambil
dalam penelitian ini adalah “HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN
KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK
SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 1 BANTARWUNI”

C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kasus karies gigi pada
anak sekolah dasar dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui kriteria makanan kariogenik yang dikonsumsi
pada anak sekolah dasar.
b. Untuk mengetahui kategori frekuensi konsumsi makanan
kariogenik.
c. Untuk mengetahui kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
6

Bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat dari berbagai sumber, kepada


anak-anak sekolah dasar baik yang belum terpapar maupun yang sudah
terpapar karies gigi.
2. Bagi institusi
Literatur ini dapat dijadikan tambahan di perpustakaan untuk
meningkatkan perkembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu
keperawatan.
3. Bagi pembaca
Literatur ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian jurnal

Nama Peneliti Persamaan Dan


Dan Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Dengan
Peneliti penelitian Ini
Rini Mulyati, Hubungan Literrature Review, Dari 7 artikel yang Persamaan :
Lilis Rohayani, Konsumsi Makanan dengan mengambil dipilih, di hasilkan Variable terikat sama
Mia Santika Kariogenik Dengan artikel yang adanya hubungan yaitu makanan
Pratiwi Kejadian Karies diterbitkan tahun antara mengkonsumsi kariogenik dan anak
(2022) Gigi Pada Anak 2016-2021. Kriteria makanan kariogenik sekolah dasar. Metode x
Sekolah Dasar inklusi yang dengan kejadian karies penelitian yaitu
digunakan adalah gigi pada anak sekolah Kualitatif.
hasil yang dasar. Ada beberapa Perbedaan :
menunjukkan penelitian yang juga Tempat, dan Waktu
hubungan antara menjelaskan tentang penelitian.
konsumsi makanan faktor-faktor lain yang
kariogenik dan mempengaruhi
kejadian karies gigi terjadinya karies gigi,
pada anak sekolah yaitu kebiasaan
dasar. menyikat gigi.

Fetty Nur Hubungan Jenis penelitian ini Hasil dari kelima jurnal Persamaan :
Wahyuni (2023) Konsumsi Makanan menggunakan tersebut menunjukkan Variable terikat sama
Kariogenik Dengan menggunakan bahwa empat jurnal yaitu makanan
Kejadian Karies pendekatan Literature menemukan hubungan kariogenik dan anak
Gigi Pada Anak Review dengan 5 antara konsumsi sekolah dasar.
Sekolah Dasar pemilihan jurnal makanan kariogenik
menggunakan metode dengan kasus karies Perbedaan :
Cross Sectional. gigi pada anak sekolah Metode penelitian,
dasar, sedangkan satu tempat dan waktu
jurnal tidak terdapat penelitian.
hubungan
7

Nama Peneliti Persamaan Dan


Dan Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Dengan
Peneliti penelitian Ini
Agnes Rekawati, Hubungan Desain penelitian ini Di antara 59 orang Persamaan :
Frisca (2020) Kebiasaan dirancang dengan yang sering Variable terikat sama
Konsumsi Makanan menggunakan mengonsumsi makanan yaitu makanan
Kariogenik Analitik kariogenik, 44 (74,6%) kariogenik dan
Terhadap Prevalensi Observasional Potong mengalami karies gigi; anak sekolah dasar.
Karies Gigi Pada lintang dan dari 27 orang yang Perbedaan :
Anak SD Negeri 3 pesertanya adalah 86 tidak mengonsumsi Metode penelitian,
Fajar Mataram siswa SD N 3 Fajar makanan kariogenik, tempat dan waktu
Mataram kelas 1-3. 16 (59,3%) tidak penelitian.
Pengambilan data mengalami karies.
dengan wawancara Tidak ada hubungan
menggunakan statistik yang
kuisioner dan signifikan antara
dilakukan mengonsumsi makanan
pemeriksaan gigi kariogenik dan
dengan cara inspeksi prevalensi karies gigi
menggunakan (P=0,002). Sebaliknya,
penlight. Untuk kebiasaan menggosok
melakukan Uji gigi setelah makan
Pearson Chi-Square, makanan manis,
data diolah frekuensi menggosok
menggunakan gigi, dan frekuensi
Analisis Statistik. pemeriksaan gigi tidak
ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kesehatan Gigi
Kehidupan manusia bergantung pada kesehatan fisik dan mental.
Setiap orang tua ingin anak mereka berkembang dan tumbuh sebaik
mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan tubuh yang sehat. Untuk
mencapai kesehatan tubuh yang optimal, kesehatan gigi dan mulut juga
penting. Kesehatan gigi dan mulut yang baik akan meningkatkan
kualitas hidup dan produktifitas sumber daya manusia karena penyakit
gigi dan mulut termasuk dalam sepuluh penyakit yang paling umum
dan tersebar di seluruh dunia. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut harus dimulai sejak usia sekolah dasar (Meidina et al.,
2023).
2. Bentuk Gigi
Gigi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu gigi sementara dan
permanen. Gigi sementara atau gigi sulung telah lengkap pada anak
usia diatas 2 tahun yang terdiri dari 20 gigi. Sementara itu, gigi
permanen mulai muncul pada anak yang berusia 6 tahun, terdiri dari 32
gigi. Gigi berturut-turut terdiri dari dua gigi insisivus, satu gigi
kaninus, dua gigi premolar dan tiga gigi molar.
3. Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu :
a. Enamel
Enamel tidak memiliki sel, dan merupakan satu-satunya bagian
tubuh manusia yang tidak memiliki kekuatan reparatif, regenerasi
enamel tidak mungkin terjadi. Susunan kimia enamel sangat
kompleks yang terletak dalam pola kristalin. Sebagian besar terdiri
dari 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan
bahan organik 2%. Karena susunan enamel yang demikian, ion-ion
8

dari cairan rongga mulut dapat masuk ke bagian dalam mulut.


Kemudian ion-ion dapat bergerak dari permukaan dalam ke
permukaan luar, sehingga terjadi perubahan enamel.
b. Dentin
Dentin terdiri dari kalsium dan fosfor tetapi dengan proporsi
protein yang lebih tinggi (terutama kolagen). Dentin merupakan
suatu jaringan penting yang memiliki tubulus berisi perpanjangan
sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruangan
pulpa, ketersediaan darah dan drainase limfatik jaringan pulpa.
Oleh karena itu, dentin sensitif terhadap berbagai macam
rangsangan. Rangsangan dari gigi yang panas atau dingin akan
menyebabkan nyeri.
c. Sementum
Sementum adalah penutup luar tipis pada akar yang memiliki
bentuk yang mirip dengan tulang.
d. Pulpa
Pulpa gigi terdiri dari jaringan ikat, jaringan ikat tersebut terdiri
dari urat-urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang
mensuplai dentin. Urat-urat syaraf ini mengirimkan sensasi, seperti
panas dan dingin ke otak dimana rasa sakit muncul. Rangsangan
yang menyebabkan reaksi pertahanan adalah rangsangan dari
bakteri (pada karies), rangsangan mekanis (pada trauma, fraktur
gigi, preparasi kavitas dan kausan gigi). Dan rangsangan kimia
seperti asam makanan, bahan kedokteran gigi yang toksik, atau
dehidrasi dentin yang mungkin terjadi selama pengeboran gigi atau
preparasi kavitas.
9

Sumber: (A.Nella, 2011)

4. Karies Gigi
a. Pengertian
Penyakit yang disebut karies gigi menyerang jaringan keras
gigi yaitu dentin, email dan sementum. Demineralisasi anorganik
di gigi dan kerusakan bahan organik gigi adalah tanda karies gigi.
interaksi yang kompleks antara bakteri Streprococcis mutans
menjadi penyebab karies gigi. Ini menyebabkan saliva di rongga
mulut menjadi asam, sehingga memudahkan demineralisasi enamel
yang akhirnya menjadi karies gigi (Rahayu et al., 2023).
b. Ciri dan gejala karies gigi
Menurut (Ayu Dewi Kumala Ratih et al., 2019) karies gigi
mempunyai ciri dan gejala sebagai berikut :
a) Sakit gigi
b) Gigi sensitif
c) Nyeri ringan hingga tajam saat mengkonsumsi makanan
manis, panas ataupun dingin
d) Lubang pada gigi
e) Moda berwarna cokelat, hitam, atau putih pada permukaan
gigi
f) Nyeri saat menggigit makanan
c. Manifestasi klinis karies gigi
10

Tanda dan gejala karies antara lain:


a) Terdapat lesi
b) Tampak lubang pada gigi
c) Bintik hitam pada tahap karies awal
d) Kerusakan leher gigi
e) Sering terasa ngilu bila lubang sampai ke dentin
f) Sakit berdenyut-denyut di gigi
g) Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan
makanan terutama pada malam hari
h) Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah
d. Faktor-faktor penyebab karies
Menurut (mendur et al., 2017) karies disebabkan oleh faktor-
faktor sebagai berikut :
a) Gigi dan air liur
Bentuk gigi dan air liur yang tidak beraturan menyebabkan
munculnya gigi berlubang.
b) Keberadaan bakteri karies gigi
Streptococcis mutan merupakan bakteri penyebab karies
gigi.
c) Makanan yang dimakan
Permen, coklat dan makanan lain yang rentan terhadap
kerusakan gigi.
d) Plak gigi
Plak gigi merupakan zat lengket yang mengandung bakteri,
terbentuk pada semua permukaan gigi. Penumpukan bakteri
ini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui
serangkaian proses.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi karies


1. Usia
11

Semakin bertambah usia kita, maka semakin bertambah juga


aktivitas pengunyahan didalam mulut. Masalah mulut seperti
karies gigi sering terjadi pada kelompok anak usia dibawah 15
tahun (Mulyati, Lilis Rohayani, et al., 2022).
2. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian (Romdona, 2022), diketahui bahwa baik
anak yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan
mengalami risiko yang sama untuk mengalami karies gigi.
3. Makanan
Jenis makanan kariogenik tinggi merupakan penyebab utama
terjadinya karies gigi. Bentuk makanan kariogenik yang
lembut, lengket dan manis ini mudah menempel pada
permukaan dan sela-sela gigi. Yang jika dibiarkan akan
menghasilkan asam yang lebih banyak yang meningkatkan
risiko karies gigi. Penelitian (Romdona, 2022) menunjukkan
bahwa hampir seluruhnya anak yang memiliki kebiasaan
makan makanan kariogenik tinggi mengalami kejadian karies
gigi.
f. Proses terjadinya karies gigi
Pada awalnya, karies gigi terjadi karena sisa makanan yang
mengandung gula (sukrosa) dan bakteri Streprococcis mutans.
Bakteri ini kemudian berubah menjadi asam laktat, yang
menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5), menyebabkan
demineralisasi email dan akhirnya menjadi karies gigi. Menurut
Suwelo (dalam Nadia 2018), mengatakan karies gigi merupakan
proses kerusakan yang dimulai dari email hingga dentin.
12

Sisa makanan Pembentukan


Plak
sukrosa (gula) asam laktat

Karies gigi Demineralisasi email

Sumber : (Bulan Nadia, 2018)

g. Jenis-jenis karies gigi


1. Berdasarkan stadium karies
Karies dibagi menurut kedalamannya :
a. Karies Superfisialis
Karies jenis ini baru mengenai email saja, belum sampai ke
dentin.
b. Karies Media
Karies jenis ini sudah mengenai dentin, tetapi belum
melebihi setengah dentin.
c. Karies Profunda
Karies jenis ini dapat mencapai lebih dari setengah dentin
dan kadang-kadang sampai ke pulpa. Karies profunda dapat
dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium I :adalah karies yang telah melewati setengah
dentin dan biasanya tidak menunjukkan radang pulpa.
Stadium II : adalah karies yang sudah terjadi radang
pada pulpa.
Stadium III : pulpa telah terbuka dan berbagai radang
pulpa ditemukan.
2. Berdasarkan lokasi karies
13

G.V Black mengklasifikasikan karies gigi atas 5 bagian,


masing-masing bagian diberi tanda dengan angka romawi, yang
di klasifikasikan berdasarkan permukaan gigi yang terkena
karies diantaranya yaitu :
a. Klas I
Karies terjadi pada gigi premolar daan molar (gigi
posterior) di bagian oklusalnya, yang terdiri dari ceruk
dan fisura. Ini juga dapat terjadi pada gigi anterior di
formamen caecum.
b. Klas II
Karies pada bagian aproksimal gigi molar atau
premolar, yang biasanya mencapai bagian oklusal.
c. Klas III
Karies yang ada di bagian aproksimal gigi depan tetapi
belum mencapai margo-insialis (sepertiga insisal).
d. Klas IV
Karies yang mencapai sepertiga insisal dari gigi-geligi
depan pada bagian aproksimal).
e. Klas V
Karies yang terletak pada permukaan labial, lingual,
palatal, atau bukal gigi pada bagian sepertiga leher gigi
gigi depan dan belakang.
f. Klas VI
Karies pada tepu insisal atau tonjol oklusal pada gigi
belakang akibat abrasi, atrisi, atau erosi
3. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies
a) Karies sederhana : karies hanya menyerang satu area,
seperti bukal atau oklusal.
b) Karies kompleks : karies menyerang lebih dari satu
area gigi, misalnya mengenai bisang oklusal dan mesial.
4. Klasifikasi berdasarkan keparahan
14

a) Karies insipient : ketebalan email kurang dari


setengah.
b) Karies sedang : mengenai ketebalan email yang
lebih dari setengah.
c) Karies lanjutan : terjadi ketika pertemuan dentin-
email dan kurang dari setengah jarak ke pulpa.
d) Karies parah : terjadi ketika pertemuan dentin-
email dan lebih dari setengah jarak ke pulpa.
h. Pencegahan karies gigi
Menggunakan sikat gigi, benang gigi, tusuk gigi, sikat
interdental, dan semprotan air tekanan tinggi adalah salah satu cara
untuk menghilangkan plak gigi, yang merupakan penyebab utama
berbagai penyakit gigi dan periodontal. (Ngatemi et al., 2022).
Menurut (Ayu Dewi Kumala Ratih et al., 2019) 2 bagian
pencegahan karies gigi yaitu :
1. Tindakan pra erupsi
Pemberian vitamin A, C, D, dan mineral Ca, P, F, dan Mg
adalah contoh dari tindakan ini untuk menjaga kesempurnaan
struktur email dan dentin.
2. Tindakan pasca erupsi
Terdapat beberapa metode yang digunakan yaitu :
- Pengaturan diet
Membatasi makan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat termasuk sukrosa merupakan tindakan utama
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi.
- Kontrol plak
Studi menunjukkan bahwa ada hubungan menyikat gigi
dengan terjadinya perkembangan karies gigi.
- Penggunaan flour
Metode yang paling efektif untuk mencegah dan
menghentikan perkembangan karies gigi adalah yang ini.
15

Salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan


jumlah flour yang ada dalam diet, dalam air minum, secara
langsung diterapkan pada permukaan gigi (topikal aplikasi),
atau ditambahkan ke pasta gigi
i. Dampak karies gigi
Karies gigi mempunyai dampak negatif bagi anak. Dampak
yang paling banyak dirasakan yaitu gejala oral seperti rasa sakit
dan nyeri. Dampak lainnya, anak menjadi sulit makan sehingga
mengakibatkan kekurangan nutrisi. Akibat hal ini, anak juga bisa
menjadi kesulitan mengucapkan kata-kata, bicara yang kurang jelas
dan juga sulit tidur sehingga anak sulit konsentrasi dan
mempengaruhi kecerdasan. Dampak yang dialami anak pada
gangguan emosional termasuk mudah kesal, merasa malu, dan
khawatir tentang penampilannya. Hal ini menyebabkan anak
menjadi kurang percaya diri dan akan mempengaruhi interaksi
sosial (Apro et al., 2018).
j. Perawatan karies gigi
Menurut Afrilina dan Gracinia (dalam Diantini 2018) jika
lubang kecil paada gigi tidak segera ditambal, lubang akan semakin
besar. Secara alami, lubang-lubang tidak dapat menutup sendiri.
Tetapi perlu dilakukan penambalan oleh dokter gigi. Gigi yang
sakit dan berlubang tidak dapat disembuhkan hanya dengan
pemberian obat-obatan.
5. Makanan Kariogenik
a. Pengertian
Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung
fermentasi karbohidrat. Karbohidrat lebih lengket dan mudah
menempel pada permukaan gigi, sifatnya lebih kariogenik
dibandingkan dengan gula yang dilarutkan di dalam air.
Kariogenisitas karbohidrat bervariasi berdasarkan frekuensi makan,
bentuk fisik, komponen kimia, cara masuk dan keberadaan zat
16

makanan lainnya. Makanan kariogenik merupakan salah satu jenis


makanan yang manis dan lengket, makanan kariogenik jika
dikonsumsi secara berlebihan akan berdampak pada pembentukan
karies gigi yang membuat anak-anak sangat rentan terjadi karies
gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang terjadi pada rongga
mulut dan gigi akibat demineralisasinya jaringan keras gigi seperti
dentin dan email (Eka et al., 2022). Sewaktu asam menekan pH
plak dibawah 5,5 terjadi demineralisasi email. Makin sering
keadaan asam dibawah pH 5,5 terjadi plak, makin cepat karies
terbentuk dan berkembang.
b. Bentuk Fisik Makanan Kariogenik
Karies gigi disebabkan salah satunya yaitu oleh makanan
kariogenik, yaitu karbohidrat yang berupa polisakarida, sukrosa,
dan monosakarida. Menurut Touger dan Louveren (2010), ada
macam bentuk makanan kariogenik yaitu bentuk cair dan padat.
Bentuk makanan padat seperti biskuit dan permen lebih mudah
melekat pada gigi dibandingkan dengan bentuk cair seperti es krim
dan sirup. Makanan kariogenik yang sering dikonsumsi oleh anak
terutama pada anak sekolah dasar biasanya yang mempunyai
bentuk lunak, menarik atau cairan yang sifatnya lengket, manis dan
mudah hancur di dalam mulut. Makanan Kariogenik yang
mengandung gula tinggi serta mempunyai kolerasi tinggi dengan
kejadian karies gigi, contohnya :
1. Coklat
Coklat mampu menempel dan lengket pada permukaan gigi,
karena kadar gula didalam coklat 99,8% sukrosa dengan kadar
air 0,01% - 0,02%, mineral 0,006% - 0,3% dan gula invert
0,03% - 0,2%. Coklat sering disebut sebagai makanan yang
memiliki rasa manis dari gula yang merupakan salah satu
substrat karbohidrat yang menyebabkan karies (Soeryani et al.,
2020).
17

2. Permen
Permen merupakan makanan yang sifatnya termasuk kategori
sangat kariogenik (Inunu dan Sarasati, 2015). Permen
mempunyai komponen utama sukrosa.
3. Biskuit
Menurut Hilmasyah (dalam Lestari 2013) , biskuit merupakan
makanan lunak dan mudah melekat pada gigi. Biskuit
mengandung energi 435 kilo kalori, protein 7,1 gram,
karbohidrat 57,1 gram, lemak 19,8 gram, kalsium 15 mili gram,
dan zat besi 0,8 mili gram. Karenaitu, jika tidak segera
dibersihkan bisa menimbulkan karang gigi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi makanan kariogenik
1. Bentuk
Makanan cair lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan
makanan yang padat dan lengket, dan bentuk dan kondisi
makanan adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan pH
turun karena berdampak pada seberapa lama aktifitas
pembentukan asam berlangsung.
2. Kondisi
Kondisi makanan juga mempengaruhi lamanya perlekatan
makanan dalam mulut. Meskipun permen karet dan
marshmellows memiliki kadar gula yang tinggi, mereka dapat
mentrimulasi saliva dan berpotensi lebih sedikit melekat
daripada makanan yang padat dan lengket. Sayuran hijau, yang
bersifat kariostatik, tidak menyebabkan karies.
3. Frekuensi
Konsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang
sering menyebabkan peningkatan produksi asam pada mulut.
Setiap mengkonsumsi makanan karbohidrat yang terfermentasi,
dapat menyebabkan penurunan pH pada saliva dimulai dalam
waktu 5-15 menit setelah konsumsi makanan tersebut.
18

Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik


tersebut menyebabkan pH dalam mulut rendah sehingga terjadi
peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi
(Soeryani et al., 2020). Mengonsumsi snack dalam jumlah
sedikit tetapi dengan frekuensi sering memiliki risiko lebih
tinggi terkena karies. Selain itu, konsumsi gula berkontribusi
secara signifikan terhadap peningkatan jumlah karies (Ngatemi
et al., 2022).
d. Pengelompokkan makanan manis
Menurut Inunu dan Sarasati (2015), pengelompokkan
makanan manis terdiri dari :
1. Makanan manis bersifat sangat kariogenik
Makanan manis sangat kariogenik mengandung gula
dengan jenis sukrosa. Gula sukrosa merupakan gabungan
antara glukosa dan fruktosa. Makanan yang mempunyai
kandungan gula jenis ini memiliki efek yang sangat
merugikan yaitu, bisa menimbulkan kolonisasi
streptococcus mutans, sehingga meningkatkan potensi
karies. Contoh makanan tersebut misalnya, permen, kue
atau cake, coklat dan biskuit.
2. Makanan manis bersifat kurang kariogenik
Makanan manis kurang kariogeneik mengandung gula jenis
glukosa. Glukosa mempunyai rasa manis tetapi tidak
semanis sukrosa. Glukosa biasanya dijadikan sebagai bahan
campuran pada makanan, minuman dan selai. Conroh
makanan mans kurang kariogenik yaitu, agar-agar atau
jelly, teh manis, jus, soft drink dan es buah.
3. Makanan yang tidak kariogenik
Makanan ini mengandung gula dengan jenis fruktosa dan
laktosa. Fruktosa biasanya bisa ditemukan pada buah-
buahan, sayur-sayuran, dan madu. Sedangkan laktosaa,
19

merupakan gabungan dari dua jenis gula yaitu glukosa dan


galaktosa. Gula jenis ini jarang ditambahkan pada
makanan, tetapi digunakan pada susu. Contoh makanan
yang tidak kariogenik yaitu buah berserat dan berair, seperti
mangga, semangka, pisang, dan jambu batu serta air
mineral.
e. Kategori frekuensi konsumsi makanan kariogenik
Menurut Spearman (dalam Lestari, 2013) kategori frekuensi
makanan kariogenik sebagai berikut :
1) Jarang diantara waktu makan
2) Kadang-kadang tetapi tidak setiap hari
3) Sering (1-2 kali dalam sehari)
4) Sangat sering (≥ 3 kali dalam sehari)
Untuk kategori konsumsi sangat sering skor 3, untuk kategori
sering skor 2, untuk kategori kadang-kadang tetapi tidak setiap
hari skor 1, dan jarang diantara waktu makan skor 0.
f. Indeks Kesehatan Gigi dan Mulut
Menurut Notohartojo dalam Sukarsih dkk (2019) status
kesehatan gigi dan mulut biasanya dinyatakan pada prevalensi
karies gigi dan penyakit periodontal hampir dialami seluruh
masyarakat di dunia. Untuk menilai status kesehatan gigi dan
mulut menggunakan nilai DMF-T (Deccay Missing Filled Teeth)
serta def-t (deccay extraxted filled tooth). Nilai DMF-T dan def-t
merupakan angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies
pada seseorang atau kelompok orang.
a) DMF-T
D = gigi yang berlubang
M = gigi yang dicabut
F = gigi yang ditambal karena karies gigi
Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+M+F.
20

Menurut WHO yang dikutip dalam Sukarsih, dkk (2019)


kategori pengukuran dari indeks DMF-T yaitu :
Skor 0,0 – 1,1 : sangat rendah
Skor 1,2 – 2,6 : rendah
Skor 2,7 – 4,4 : sedang
Skor 4,5 – 6,5 : tinggi
Skor > 6,6 : sangat tinggi
b) def-t
Rumus def-t : d+e+f
Rata-rata def-t = jumlah d+e+f / jumlah orang yang diperiksa.
Dengan :
d : gigi yang berlubang
e : gigi indikasi cabut karies
f : jumlah gigi yang ditambal dan masih baik.
Kategori :
Skor 1,2 – 2,6 : rendah
Skor 2,7 – 4,4 : sedang
Skor 4,5 – 6,5 : tinggi
Skor > 6,6 : sangat tinggi
g. Anak Sekolah Dasar
Menurut Potter & Perry (2015) merupakan mereka yang
berusia 6 tahun dan diakhiri dengan masa pubertas sekitar usia 12
tahun dimana anak mulai memasuki usia sekolah. Pada masa
sekolah merupakan periode yang tepat untuh menerima pelatihan
perilaku dalam kesehatan. Anak pada usia ini, merupaakn masa
pertumbuhan yang paling pesat kedua setelah masa balita.
Karena anak-anak pada usia sekolah lebih suka jajan
makanan dan minuman sesuai keinginan mereka, anak-anak yang
memasuki usia sekolah memiliki risiko lebih tinggi terkena karies.
(Afrinis et al., 2020)
h. Hubungan karies gigi dengan makanan kariogenik
21

Makanan kariogenik merupakan makanan manis yang


menyebabkan gigi berlubang dan mengalami kerusakan, hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang didukung oleh teori yang
menyatakan bahwa tingkat makanan kariogenisitas tergantung pada
bentuk makanan, yaitu jenis karbohidrat dalam makanan dan
frekuensi konsumsi makanan yang mempengaruhi karies gigi
((Mulyati, Rohayani, et al., 2022).
22

B. Kerangka Teori
Kesehatan Gigi

Karies Gigi

Faktor penyebab karies

1. Gigi dan air liur


2. Keberadaan bakteri karies gigi
3. Makanan yang dimakan
4. Plak gigi
5. Usia
6. Jenis kelamin
7. Tingkat pendidikan
8. Konsumsi makanan kariogenik

Konsumsi makanan kariogenik

1. Definisi faktor yang mempengaruhi makanan


2. Bentuk fisik kariogenik:
3. Pengelompokkan 1. Bentuk
makanan manis 2. Kondisi
3. Frekuensi konsumsi

Sumber : (Kementerian Kesehatan RI 2019 ; Rahena 2020)


23

C. Kerangka konsep

Penyebab karies
a) Gigi dan air liur
b) Keberadaan bakteri karies gigi
c) Makanan yang dimakan
d) Plak gigi
e) Usia
f) Jenis kelamin Karies gigi
g) Tingkat pendidikan - tampak bercak putih
h) Konsumsi makanan kariogenik (white spot) seperti
kapur pada permukaan
gigi
- bercak coklat kehitaman
pada gigi
- terdapat penumpukkan
Makanan Kariogenik plak gigi
- tampak lubang pada gigi
- Kriteria makanan kariogenik - terdapat gigi kotor
- Kategori frekuensi makanan kariogenik - terdapat gigi yang
- Hubungan konsumsi makanan kariogenik ditambal

Keterangan :
: Tidak diteliti

: Diteliti

D. Hipotesa
Ho : tidak ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada anak Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Bantarwuni.
Ha : ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada anak Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Bantarwuni.
24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain atau Rancangan Penelitian


1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif. Menurut
Sugiyono dalam (Nugroho, 2018) data kuantitatif merupakan metode penelitian
yang berlandaskan positivistic (data konkrit). Penelitian analitik kuantitatif
didefinisikan sebagai penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang diangka-kan. Penelitian ini menggunakan metode
explanatory survei dengan tujuan menguji hipotesis berdasarkan hubungan antar
variabel. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS.
2. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik.
Menurut Notoatmodjo dalam (HR, 2018), observasional analitik yaitu penelitian
yang mengkaji bagaimana dan mengapa fenomena medis ini terjadi kemudian
dilakukan analisis dinamis terhadap hubungan antar fenomena atau antara risiko
dan dampak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, menurut
Notoatmodjo dalam (Langging et al., 2018) cross sectional merupakan rancangan
penelitian dengan melakukan observasi atau melakukan pengukuran pada saat
tertentu. Pendekatan cross sectional ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak SD
Negeri 1 Bantarwuni.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Menurut Sugiyono dalam (Hermawan, 2019), populasi adalah suatu area
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulan. Sedangkan sampel menurut Sugiyono dalam (Imron, 2019), merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik populasi.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 1 Bantarwuni
yang berjumlah 161. Untuk mempersempit penelitian, peneliti menggunakan teknik
25

Slovin untuk menghitung ukuran sampel menurut Sugiyono dalam (Dasriyan Saputra,
2018). Karena jumlah sampel harus representatif supaya hasil penelitian dapat
digeneralisasikan. Proses perhitungan juga tidak memerlukan tabel jumlah sampel,
tetapi hanya menggunakan rumus dan perhitungan sederhana. Berikut adalah rumus
Slovin untuk menentukan sampel :

N
n=
N ( e ) 2+1

Keterangan :
n = ukuran sampel/jumlah responden
N = ukuran populasi
E = presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa di tolerir; e = 0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara 10-20%
dari populasi penelitian.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 161 siswa, sehingga presentase
kelonggaran yang digunakan adalah 10 % daan hasil perhitungan dapat dibulatkan
untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui jumlah sampel penelitian,
dilakukan perhitungan sebagai berikut :

161
𝑛=
161 ( 0 , 1 ) 2+1

𝑛 = 161

2,61 = 61,9 dibulatkan oleh peneliti menjadi 62.

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang menjadi responden dalam


penelitian ini sebanyak 62 siswa atau sekitar 38,5 % dari seluruh total siswa-siswi SD
Negeri 1 Bantarwuni. Menentukan besar masing-masing sampel tersebut ditentukan
kembali dengan teknik Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2017), probability
26

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang kesempatan


yang sama bagi setiap unsur antar anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan simple random sampling. Penulis


menggunakan teknik simple random sampling karena yang menjadi populasi dalam
penelitian ini bersifat homogen. Teknik ini dianggap sebagai teknik yang adil untuk
memilih sampel dari populasi yang lebih besar karena setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.

Prosedur pengambilan sampel akan dilakukan dengan undian, dengan langkah


sebagai berikut :

1. Peneliti menuliskan angka 1-20 pada kertas kecil, kemudian kertas tersebut
digulung dan dimasukkan kedalam gelas plastik.
2. Setiap kelas dengan siswa absen ganjil akan mengambil undian tersebut.
3. Peneliti hanya akan mengambil responden dengan siswa yang
mendapatkan angka undian 1-10.
4. Untuk kelas 1 akan dipilih 12 siswa dengan nomor undian 1-12. Karena
menurut penelitian (Annissa & Nurcandrai, 2019), anak kelas 1 SD
mempunyai kebiasaan konsumsi makanan kariogenik lebih tinggi,
sehingga memiliki risiko terkena karies lebih tinggi.

Adapun kriteria Inklusi dan eksklusi nya sebagai berikut :


1. Kriteria Inklusi
a. Anak kelas 1-6 di SD Negeri 1 Bantarwuni
b. Anak yang suka mengkonsumsi makanan kariogenik
c. Anak yang mendapatkan izin wali kelas dan bersedia mengikuti proses
penelitian
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak yang sakit atau berhalangan hadir saat penelitian
b. Anak yang mempunyai riwayat gigi tanggal dengan kondisi gigi yang
memiliki ciri karies
c. Anak yang tidak bersedia menjadi responden

C. Tempat dan Waktu Penelitian


27

1. Tempat Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 1 Bantarwuni, Kecamatan Kembaran, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah, dijadikan sebagai tempat penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari-februari 2024.

D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono dalam (Purwanto, 2019), variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan pleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
1. Variabel Bebas (Independent variable)
Menurut Sugiyono dalam (Sumarsan, 2021), variabel bebas merupakan variabel
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi makanan kariogenik.
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Menurut Sugiyono dalam (Sumarsan, 2021), variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian karies gigi.

E. Definisi Operasional

Definisi
No. Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
1. Karakteris a. Usia Mengisi data Kuesioner Usia Interval
tik sekolah pada kuesioner responden
Responde dasar yang diberikan dalam tahun
n yang
meliputi
kelas 1-
6
b. Berjenis Mengisi data Kuesioner 1 laki-laki Nominal
kelamin pada kuesioner 2 perempuan
laki-laki yang diberikan
atau
perempu
an
2. Konsumsi Frekuensi Wawancara Kuesioner, Ada 3 Ordinal
makanan konsumsi dengan cara kategori hasil
kariogenik makanan yang mencentang :
dapat jawaban 1. rendah
28

Definisi
No. Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
menyebabkan yang sesuai bila skor
karies gigi. dengan 0-10
Makanan tingkat 2. sedang
kariogenik konsumsi bila skor
berupa makanan makanan 11-20
yang manis dan kariogenik 3. tinggi bila
lengket seperti responden. skor 21-
coklat, permen, dengan 30
biskuit, dll kriteria :

0 : tidak
pernah
1 :
konsumsi 1-
3x/minggu
2 :
konsumsi 4-
6x/minggu
3 :
konsumsi
lebih dari
1x/hari

3. Karies Karies gigi Pemeriksaan Lembar - Karies Nominal


gigi merupakan fisik observasi, - Tidak
penyakit penlight dan karies
jaringan keras kaca mulut.
gigi yang
diakibatkan oleh
dekomposisi
struktur gigi.
Karies gigi yaitu
penyakit yang
dapat
menyerang
jaringan keras
pada gigi seperti
dentin, email,
dan sementum.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi dan alat berupan penlight. Kuesioner
merupakan pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
29

responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terstruktur dan
berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian :
1. Karakteristik Responden, digunakan untuk mengkaji data yang terdiri dari nama
responden, umur responden, dan jenis kelamin responden.
2. Kuesioner konsumsi makanan kariogenik, terdiri dari 10 pertanyaan yang
digunakan untuk mengkaji pola jajan anak-anak (meliputi jenis jajanan dan
frekuensi jajan) dengan wawancara dan pendampingan untuk membimbing anak
dalam mengisi formulir food frequency. Kuesioner ini diambil dari penelitian
Meishi PRL (2011) dalam penelitian Indra Fauzi (2023). Masing-masing
pertanyaan akan diberi skor, yaitu skor 3 untuk konsumsi ≥ 1x/minggu, skor 2
untuk konsumsi ≥ 4-6x/minggu, skor 1 untuk tidak pernah konsumsi. Skor total
kuesioner yang dijawab oleh responden akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu, rendah (≤ 10), sedang (11-20), dan tinggi (21-30).
3. Lembar observasi, untuk memperoleh data karies gigi diperoleh dari pemeriksaan
langsung dengan menggunakan alat diagnosa berupa penlight dan kaca mulut
untuk observasi karies gigi.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


1. Uji Validitas
Uji validitas adalah prosedur yang digunakan untuk menentukan
validitas suatu alat ukur. Alat ukur yang dibahas dalam penelitian ini
adalah pertanyaan kuesioner. Sebuah kuesioner dianggap valid jika
pertanyaannya dapat memberikan informasi tentang variabel yang dinilai.
Kuesioner food frequency sudah dinyatakan valid dalam penelitian (P.R.L.,
2012). Dengan 10 pertanyaan, didapatkan hasil r hitung 0,655.
2. Uji Reliabilitas
Dalam Saptutyningsih dan Setyaningrum (2019:166), dijelaskan
reliabilitas merupakan kestabilan hasil pengukuran secara reppetitive dari
masa ke masa. Penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach,
menurut Siregar (dalam Helen, 2018:24) bahwa suatu kuesioner dapat
dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini bila reliabilitas (r)>0,6.
Pada penelitian Meishi PRL (2011) dalam penelitian Indra Fauzi (2023),
30

dinyatakan reliabel dengan nilai 0,886. Untuk mengukur reliabilitas


digunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha:

( )( )
2
k Ʃ ab
rn = 1−
k −1 at
2

Keterangan:
rn = reliabilitas instrumen
k = mean kuadrat antar subjek
Ʃ ɑ b² = mean kuadrat kesalahan
Ar² = variasi total

Tingkat keyakinan 95%,df=n-2 maka bila:


r hitung < r tabel, berarti variabel yang diuji reliable
r hitung > r tabel, berarti variabel yang diuji tidak reliable

H. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Swarjana (2015) dalam penelitian Ristiani (2020)
meliputi :
1. Principle of Beneficence
Principle of Beneficence atau prinsip kebaikan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan hal baik bagi peneliti dan bagi informan.
Principle of Beneficence meliputi beberapa diantaranya :
a. Freedom Free Harm (Bebas dari Bahaya)
Dalam penelitian ini, peneliti telah meminimalisir segala bentuk kerugian.
b. Freedom From Exploitation (Bebas dari Eksploitasi)
Dalam melakukan penelitian responden terjamin dalam kondisi tidak
tereksploitasi. Peneliti melakukan pengambilan data sesuai dengan tema yang
telah ditentukan.
c. Benefits From research (Manfaat dari Peneliti)
Dalam melakukan penelitian, peneliti memaksimalkan manfaat dari adanya
penelitian yang dilakukan kepada responden.
d. The Risk/Benefits Rasio (Risiko/manfaat)
Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan manfaat dan risiko kepaa
partisipan maupun kepada peneliti.
31

2. Redpect of Human Dignity (Menghormati Martabat Manusia)


Dalam penelitian ini, peneliti memegang prinsip menghormati akan harkat an
martabat manusia. Dalam melaksanakan penelitian, informan berhak menentukan
pilihan, berhak bertanya, dan menolak pertanyaan atau menolak memberikan
informasi serta berhak mengakhiri tanpa dikenai sanksi.
3. Justice (Prinsip Keadilan)
Prinsip keadilan sebagai berikut :
a. Hak atas perlakuan yang adil
Dalam melakukan penelitian responden berhak mendapatkan perlakuan yang
adil tanpa membedakan latar belakang maupun status dan memberikan gift
kepada masing-masing partisipan dengan nominal yang sama.
b. Hak privasi
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjamin akan hal kerahasiaan
informasi atau data-data yang telah diberikan oleh partisipan.

I. Tehnik Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:
1. Peneliti meminta surat perijinan studi pendahuluan ke LPPM Universitas
Muhammadiyah Gombong
2. Peneliti meminta surat perijinan studi pendahuluan ke LPPM yang akan ditujukan
untuk Kepala Puskesmas Kembaran I Banyumas
3. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Kembaran I Banyumas
4. Peneliti membuat dan mengajukan proposal penelitian ke Universitas
Muhammadiyah Gombong
5. Peneliti melakukan sidang proposal skripsi
6. Peneliti melakukan uji etik dengan hasil lolos
7. Peneliti mengajukan surat perizinan untuk melakukan penelitian ke SD Negeri 1
Bantarwuni
8. Setelah mendapatkan surat perizinan untuk melakukan penelitian, selanjutnya
peneliti melakukan penelitian ke siswa-siswi SD Negeri 1 Bantarwuni dengan cara
mendatangi ke sekolah
9. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada partisipan
10. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan langkah:
a. Peneliti menentukan partisipan penelitian
32

b. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada partisipan


c. Peneliti melakukan pendataan dengan inform consent kepada partisipan
d. Peneliti mengambil data ke partisipan melalui observasi, pemeriksaan fisik
gigi, pendampingan dan dokumentasi.
e. Setelah kegiatan pengambilan data selesai, peneliti memberikan kenang-
kenangan kepada partisipan
f. Selanjutnya, peneliti melakukan pengumpulan data, pengolahan dan analisa
data.

J. Tehnik analisis Data


Analisis data adalah tindakan setelah mengumpulkan informasi dari semua responden
atau sumber data lainnya. Tindakan analisis data yaitu: pengelompokan data, tabulasi
data, penyajian data, melakukan perhitungan untuk menjawab suatu rumusan masalah,
dan menyelesaikan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diberikan.
(Sugiyono, 2018).
1. Peneliti melakukan pengolahan data sebelum melakukan analisis data penelitian
yaitu:
a. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan jawaban pada setiap
kuisioner yang telah diisi.
b. Coding
Peneliti memberikan kode berdasarkan jawaban responden yang kemudian
dipindahkan dalam tabel jawaban.
Kode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu:
Variabel konsumsi makanan kariogenik :
1. Rendah kode 1
2. Sedang kode 2
3. Tinggi kode 3
c. Data Enrty
Peneliti memastikan data yang telah diolah dari setiap lembar kuesioner yang
sudah diberikan kode atau bilangan ke dalam program software komputer atau
Microsoft Excel dan selanjutnya pengelolaan program menggunakan SPSS 22.
d. Cleansing (pembersihan data)
33

Peneliti memastikan data telah bersih dari kesalahan setelah dipindahkan ke


dalam tabel.
2. Analisa data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik
variabel bebas (kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik) dan variabel
terikat (karies gigi) dalam bentuk angka dan kategori.
b. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan satu sama
lain. Analisis bivariat antara variabel kebiasaan mengkonsumsi makanan
kariogenik dengan karies gigi menggunakan rumus uji chi-square. Uji chi-
square digunakan untuk menguji dua variabel kategori.
34

Anda mungkin juga menyukai