Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Balita
a. Definisi
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-
zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi.
Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta
mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang
dibutuhkan.Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi
makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk
mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2020).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah
lima tahun. Menurut (Fitrah et al., n.d.), balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra sekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik,
namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang kembali,
karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
b. Karalteristik Balita
Menurut Septiari (2012) ada dua karakteristik balita, yaitu:
1) Anak (1-3 tahun)
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya
anak dapat menerima makanan yang diberikan oleh orang tua atau
anggota keluarganya. Pada masa pertumbuhan balita jauh lebih
besar dari pada usia prasekolah, oleh sebab perlu itu
mengkonsumsi makanan yang lebih banyak. Perut kecil dapat
menyebabkan jumlah makanan dapat diterima dalam sekali makan
dan akan lebih kecil dibandingkan dengan anak yang usianya lebih
besar, maka pola makan yang diberikan yaitu porsi kecil dengan
memberikan secara terus-menerus.
2) Anak prasekolah (3-5 tahun)
Anak yang berusia 3-5 tahun menjadi konsumen aktif, anak
sudah bisa mulai memilih makanan yang ia sukai dan yang akan
dimakan. Di usia ini, anak prasekolah akan cenderung mengalami
penurunan berat badan karena disebabkan oleh anak yang
beraktivitas lebih banyak dan mulai menolak makanan yang
disediakan oleh orangtuanya.

c. Tumbuh Kembang
Menurut Soetjiningsih (2013) tumbuh kembang merupakan
proses dari awal konsepsi sampai bertumbuh dewasa yang di
pengaruhi dari beberapa faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Saat masih janin ini lah yang akan mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, kemudian usia 0-1 tahun dan di masa pubertas. Setiap
anak memiliki tumbuh kembang yang sama, hanya kecepatan
tumbuhnya yang berbeda-beda.
Kelompok yang rawan saat balita yaitu kekurangan protein
dan energi, proses tumbuh kembang membutuhkan nutrisi yang
baik. Zat gizi yang baik yaitu yang kualitasnya tinggi dan jumlah
yang cukup. Tubuh manusia yang kurang gizi dapat menyebabkan
beberapa dampak yang serius, seperti kegagalan perkembangan
fisik dan perkembangan yang tidak optimal (Waryana, 2012).

d. Kesehatan Pada Balita


Menurut WHO (2013) kesehatan adalah suatu kondisi
dimana mental, fisik, dan sosial secara lengkap dan bukan hanya
tidak menderita kelemahan atau penyakit. Kesehatan terlihat dari
kondisi prima yang tidak hanya tentang fisik, mental, dan sosial,
tapi juga tidak adanya penyakit atau kecacatan. Jika balita memiliki
perkembangan dan pertumbuhan yang baik maka dapat dikatakan
sehat (Sunarti, 2012).
1) Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik merupakan terwujudnya jika anak balita
tidak mengeluh kesakitan dan tidak ada keluhan yang secara
objektif atau tidak terlihat Semua organ di tubuh manusia dapat
berfungsi normal tanpa adanya masalah atau gangguan.
2) Kesehatan Mental
Untuk mengetahui kesehatan mental pada balita yang
dilihat dari perkembangan. Perkembangan mengacu pada hal yang
berkaitan dengan fungsi organ yang berada di tubuh, yaitu
kepandaian pada anak, panca indera, emosi, dan perilaku.

2. Diare
a. Definisi
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan jumlah buang air besar yang terjadi akibat adanya
suatu infeksi. Seorang anak bisa dikatakan telah mengalami diare
apabila volume buang air besarnya terukur lebih besar dari 10 ml /
kg per hari. Konsistensi tinja yang encer, banyak mengandung
cairan (cair) dan sering (pada umumnya buang air besar lebih dari
3 kali dalam 24 jam).(Anggraini & Kumala, 2022).

b. Klasifikasi Diare
Menurut Octa & Maita (2013) klasifikasi diare ada dua
yaitu berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme
patofisiologik.
1) Berdasarkan lamanya diare
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
disertai kehilangan berat badan.
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a) Diare Sekresi
Jenis diare ini disebabkan oleh peningkatan sekresi air dan
elektrolit di usus. Diare ini ditandai dengan tinja yang keluar
banyak.
b) Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi jika terlalu banyak air ditarik dari tubuh ke
dalam usus perut. Jika orang minum gula atau mengkonsumsi
terlalu banyak garam, air akan ditarik ke dalam usus dari tubuh dan
akan menyebabkan tejadinya diare osmotik.

c. Etiologi Diare
Menurut Suharyono (2013) penyebab diare dapat
diperkiraan secara pasti antara 70% sampai 90%, penyebab diare
bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1) Penyebab langsung
Faktor penyebab langsung terjadinya diare yaitu sebagai berikut:
a) Faktor infeksi
Faktor infeksi adalah suatu proses yang diawali adanya
mikroorganisme atau bakteri yang masuk ke saluran pencernaan,
kemudian berkembang di dalam usus merusak sel-sel mukosa
intestinal yang bisa menurunkan disekitar permukaan sehingga
terjadinya perubahan kapasitas dari intensial yang pada akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi intensinal dalam absopsi
elektrolit dan cairan. Bakteri penyebab diare yaitu escherichia
colli, salmonella, shigella, yersenia enterocolitical, virus yang
menyebabkan diare enterovirus, adenovirus, rotavirus, jamur
yang menyebabkan diare candida enteritis, parasit yang
menyebabkan diare giardia clamblia, crytosporidium, dan diare
juga bisa oleh protozoa.
b) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi merupakan kegagalan dalam menyerap cairan
dan elektrolit, atau dapat dikatakan adanya racun bakteri akan
menyebabkan aktivitas di dalam usus sehingga sel di mukosa
mengalami iritasi kemudian sekresi cairan elektrolit akan
meningkatkan isi di ronggo usus sehingga terjadilah diare.
c) Faktor Makanan
Faktor ini dapat terjadi jika racun tidak diserap dengan
baik. Hal ini menyebabkan peningkatan peristaltik usus, yang
menyebabkan berkurangnya penyerapan makanan, kemudian
menyebabkan diare.
d) Faktor Psikologis
Faktor psikologis akan mempengaruhi peningkatan
peristaltik usus sehingga mempengaruhi daya serap makanan.
2) Penyebab tidak langsung
a) Hygiene
Perilaku hygine atau hidup bersih masyarakat yang
merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
kesehatan pada penduduk. Kebersihan lingkungan dan perilaku
hygiene yang buruk dapat menyebabkan diare.
b) Status gizi
Status gizi mempengaruhi diare. Di antara balita yang
kurang gizi karena kurangnya makanan, yaitu diare akut yang
parah dapat memakan waktu lebih lama, dan biasanya terjadi
pada diare disentri yang lebih berat, jika balita umumnya kurang
gizi, resiko kematian meningkat dan paling parahnya sampai
menderita gizi buruk.
c) Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat tinggi dapat menyebabkan
lingkungan menjadi buruk, sehingga kemungkinan besar akan
terkena diare. Wilayah dengan penduduk yang padat akan lebih
gampang terjadi penularan penyakit diare atau penyakit yang lain
sehingga akan lebih rentan penyebaran penyakit menular seperti
diare.
d) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi menentukan teresediaan fasilitas kesehata
yang baik. Jika perekonomian sedang baik maka akan menjamin
fasilitas kesehatan, terutama fasilitas kesehatan dirumah, seperti
penyediaan air bersih, jamban sendiri, dan fasilitas lainnya.
Rendahnya ekonomi keluarga menjadi kendala bagi masyarakat
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya.

d. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah
gangguan osmotik, akibatnya zat atau makanan yang tidak dapat
diserap dan akan menyebabkan tekanan osmotik di rongga usus
meninggi, sehingga terjadilah pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, dengan isi rongga usus lebih akan merangsang usus
untuk mengeluarkan sehingga timbulah kejadian diare (Depkes,
2013).
Diare bisa terjadi efek masuknya mikroorganisme ke dalam
usus sesudah berhasil melewati di asam lambung mikroorganisme
lalu berkembang biak, kemudian keluarlah toksin dan akibatnya
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang akan menyebabkan
terjadinya diare (Latief, 2010).

e. Tanda dan gejala diare


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2018), tanda dan gejala diare
pada anak adalah sebagai berikut:
a. Diare akut
1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa
minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
2) Diare dehidrasi ringan/sedang gelisah, rewel, mudah marah,
mata cekung. cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin
minum/ada rasa haus.
3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak
cekung, tidak ada rasa haus berlebih, turgor kulit normal.
b. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi tanpa dehidrasi
c. Diare disentri: ada darah dalam tinja.

f. Pencegahan Diare
Menurut Depkes (2013) pencegahan diare adalah sebagai berikut :
1) Pemberian ASI
ASI eksklusif hanya memberikan ASI saja tanpa
memberikan makanan dan minuman lain kepada balita dari lahir
hingga enam bulan, kecuali obat- obatan dan vitamin.
Dianjurnakan untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi
berusia enam bulan, setelah lebih dari itu mulai diperkenalkan
makanan padat seperti beras merah, sayur, ubi-ubian, buah-buahan,
dan lain-lain. Pemberian ASI bisa dilakukan sampai bayi berumur
dua tahun atau lebih. Bayi tidak mendapat ASI penuh dalam enam
bulan pertama, risiko diare akan lebih besar dari 30 kali lipat.
Pemberian susu formula adalah cara lain untuk menyusui.
Penggunaan botol susu yang tidak bersih akan menyebabkan resiko
tinggi terjadinya diare yang dapat berujung pada gizi kurang.
2) Pemberian MPASI
Ada beberapa cara yang bisa meningkatkan pemberian
MPASI yaitu:
a) Makanan lunak diperkenalkan pada usia 4-6 bulan, tetapi
menyusui tetap diperlukan. Tapi bila umur lebih dari enam
bulan, silahkan tambahkan makanan.
b) Tambahkan produk susu, telur, ikan, daging, buah,
kacang-kacangan, dan sayur hijau ke dalam makanannya.
c) Rebus makanan dengan benar, simpan sisa makanan bayi
pada tempat dingin, panaskan kembali dengan benar
sebelum disajikan kepada balita.
3) Penggunaan Air Bersih
Kuman infeksius menyebabkan diare yang dapat ditularkan
dengan menuangkan cairan atau benda ke dalam mulut
terkontaminasi tinja seperti minum, jari tangan, makanan dari
dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang
menyediakan air bersih memiliki risiko terkena diare lebih rendah
dibandingan dengan yang tidak mendapatkan air bersih. Semua
orang dapat menggunakan air bersih dan melindungi air dari
kuman baik di rumah maupun diluar lingkungan.
4) Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu langkah
paling penting. Mencuci tangan pakai sabun secara rutin terutama
setelah buang air besar, setelah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, dan sebelum memberi makanan anak, akan
berdampak pada terkejadian diare.

3. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata tahu memiliki arti antara lain mengerti
sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya),
mengenal dan mengerti. Mubarak (2011) dalam (Darsini et al.,
2019), mendefinisikan pengetahuan sebagai segala sesuatu yang
diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan
pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman
yang dialaminya. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan
tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif
terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health
Organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan
oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan,
2010). Pengetahuan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam
tindakan mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama yaitu
subjek yang mengetahui (S) dan sesuatu yang diketahui atau objek
pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis tidak mungkin
dipisahkan satu dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita
katakan sebagai hasil tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan
manusia untuk memahami objek yang sedang dihadapi (Kebung,
2011; Darsini et al., 2019).
b. Metode Perolehan Pengetahuan
Antara satu individu dengan individu yang lain memiliki
metode masing-masing untuk mendapatkan pengetahuan yang
bermanfaat. Beberapa metode yang dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi (Timotius, 2017) :
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat
bahwa pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi
dasar pengetahuan ilmiah. Mereka memandang rendah
pengetahuan yang diperoleh melalui indera bukan dalam arti
menolak nilai pengalaman dan melihat pengalaman sebagai
perangsang bagi akal atau pikiran. Kebenaran dan kesesatan ada
dalam pikiran kita dan bukannya pada barang yang dapat diserap
oleh indera kita.
2. Empirisme
Bagi filsuf empiris, sumber pengetahuan satu-satunya
adalah pengalaman dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang
ditangkap oleh panca indera manusia adalah sumber pengetahuan.
Semua ide yang benar datang dari fakta ini. Sebab itu semua
pengetahuan manusia bersifat empiris
3. Kritisisme
Tiga macam pengetahuan, pertama, pengetahuan analitis,
dimana predikat sudah termuat dalam subyek atau predikat
diketahui melalui dua analisis subyek. Misalnya, lingkaran itu
bulat. Kedua, pengetahuan sintesis a posteriori, dalam mana
predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman
inderawi. Sebagai missal, hari ini sudah hujan, merupakan suatu
hasil pengamatan inderawi. Dengan kata lain setelah membuat
observasi saya mengatakan S = P, ketiga, pengetahuan sintesis a
priori yang menegaskan bahwa akal budi dan pengalaman inderawi
dibutuhkan secara serempak. Ilmu pasti juga ilmu alam bersifat
sintesis a priori.
4. Positivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah
diketahui, yang faktual dan positif. Semua yang diketahui secara
postif adalah semua gejala atau sesuatu yang tampak. Karena itu
mereka menolak metafisika. Yang paling penting adalah
pengetahuan tentang kenyataan dan menyelidiki hubungan-
hubungan antar kenyataan untuk bisa memprediksi apa yang akan
terjadi di kemudian hari, dan bukannya mempelejarai hakikat atau
makna dari semua kenyataan itu.Tokoh utama positivism adalah
August Comte. Ia membagi perkembangan pemikiran manusia
dalam tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap
ilmiah (positif).

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2010) :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai
suatu usaha dasar untu menjadi kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya
pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami
seseorang, mengatakan bahwa tidak adanya suatu
pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung
akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk
menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan,
pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada responden yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah
yang dihadapi.
2) Faktor Eksternal
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih
mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya
informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut.Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi
tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh
perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media
masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan
kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau sikap seseorang.

d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menayakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat
dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif,
misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya
pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan (Notostmodjo, 2010).
Cara mengukuran pengetahuan yaitu dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian (1) untuk
jawaban benar dan nilai (0) untuk jawaban salah. Penilaian
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
prosentase kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu
kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup (56 – 75%) dan
kurang (<55%).

4. Sikap
a. Definisi
Sikap adalah bentuk pernyataan seseorang terhadap suatu
hal yang ditemui seperti benda, orang atau fenomena. Perasaan
mendukung, memihak, atau tidak mendukung suatu objek adalah
sikap. Pada awalnya, istilah "sikap" digunakan untuk
menggambarkan keadaan mental seseorang, (Hombing, 2015).
Sedangkan menurut (Pandelaki, Doda, & Malonda, 2021) sikap
merupakan sesuatu yang muncul dari individu atau orang yang
dapat membuat sentimen pada individu mencapai sesuatu dengan
bagian tertentu dari suatu barang.
Sikap ibu yang kurang pandai menangani diare tidak akan
mendukung pendekatan ibu dalam penanganannya. Sikap
sebenarnya dapat menunjukan kesesuaian tanggapan terhadap
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dapat
mempengaruhi perilaku seseorang (Agustina Maunaturrohmah,
2013). Sikap merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi
perilaku ibu terhadap tindakannya, dalam hal ini sikap akan
mempengaruhi tindakan yang akan ibu lakukan ketika menghadapi
masalah kesehatan anaknya. Dalam hal ini sikap ibu dapat
memahami cara mengatasi diare pada balita, apabila pengetahuan
yang dimiliki ibu cukup maka akan mempengaruhi sikap mengenai
diare. (Rusminingsih, 2015).

b. Komponen Sikap
Menurut ASTUTI (2022) komponen sikap dibagi menjadi tiga
yaitu :
1) Kongnitif
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah
terbentuk maka dia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa
yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
2) Afektif
Menyakut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
sesuatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan
dengan perasaan yang dimiliki objek tertentu.
3) Konatif
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukan bagaimana perilaku atau kecendurungan.
Berperilaku dengan nyaman ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan obejek sikap yang dihadapi.
Sikap merupakan reaksi atau responden seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifetasi sikap
tidak dapat langsung terlihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari pelaku yang tertutup.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap


Faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap
dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Pengalaman pribadi
Dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
meningkatkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika
melibatkan factor emosional.
b. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan
tepat individu tersebut didasarkan, contoh pada sikap orang
kota dan orang desa kebebasan dalam bergaul.
c. Orang lain yang dianggap penting
Orang-orang ynag kita harap persetujuanya bagi
setiap gerakan tidak laku dan opini kita, yang tidak ingin
dikecewakan, dan yang berarti khusus misalnya : orang tua,
pacar, sumai/istri, teman dekat, guru, pemimpin umum
individu tersebut akan memiliki sikap yang searah
(konformis) dengan yang dianggap penting.
d. Media masa
Media masa merupakan media cetak dan elektornik.
Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosioanl terhadap stimulasi sosial. Sikap
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (ASTUTI,
2022).

d. Sikap ibu terhadap pencegahan diare pada balita


Sikap ibu terhadap pencegahan diare merupakan suatu hal
yang penting untuk menurunkan angka kesakitan diare pada balita.
Jika sikap ibu terhadap pencegahan diare mendukung, maka angka
kesakitan diare pada balita dapat berkurang. Jika terjadi diare
namun sikap ibu terhadap pencegahan diare mendukung, maka
balita yang terkena diare tidak sampai mengalami dehidrasi sedang
atau berat, sehingga angka kematian diare dapat berkurang (Dusak
et al., 2018).

5. Perilaku
a. definisi
Perilaku adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia
itu sendiri (Notoatmodjo, 2012). Seseorang dapat menjadi
sehat ataupun sakit itu tergantung pada perilaku dan
kebiasaan manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan harus
diutamakan terutama oleh ibu yang sehari hari lebih
dekat dengan anaknya.Pentingnya ibu memiliki
pengetahuan yang baik mengenai kesehatan sehingga
mempengaruhi perilaku ibu dalam pencegahan diare (Putra &
Utami, 2020).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


Menurut Lawrence Green dalam buku Notoatmodjo 2014,
perilaku kesehatan terbagi tiga teori penyebab masalah
kesehatan yang meliputi :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors) merupakan
faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, Antara lain umur, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan, dan sikap.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor
yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan artinya bahwa faktor pemungkin adalah yang
terwujud dalam lingkungan fisik dan jarak ke fasilitas
kesehatan.
c. Faktor penguat (Reinforcing factors) merupakan faktor-
faktor yang mendorong atau memperkuat terwujud dalam
dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun tokoh
masyarakat (Sari et al., 2022).

Anda mungkin juga menyukai