TINJAUAN PUSTAKA
Balita merupakan anak yang berusia diatas satu tahun atau biasa juga disebut dengan
bayi di bawa h lima tahun (Muaris, 2006). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(2014) seorang anak dikatakan balita apabila anak berusia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
Price dan Gwin (2014) mengatakan bahwa seorang anak dari usia 1 sampai 3 tahun disebut
batita atau toddler dan anak usia 3 sampai 5 tahun disebut dengan usia pra sekolah atau
preschool child. Usia balita merupakan sebuah periode penting dalam proses pertumbuhan
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam
tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting
adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat.Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih
dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses pertumbuhan
dan perkembangan setiap individu berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari
beberapa faktor diantaranya herediter, lingkungan, budaya dalam lingkungan, sosial ekonomi,
iklim atau cuaca, nutrisi dan lain-lain (Aziz, 2006 dalam Nurjannah, 2013).
2.1.2 Karakteristik balita
Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan fiisik yang relatif
melambat, namun perkembangan motoriknya akan meningkat cepat (Hatfield, 2008). Anak
mulai mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti anak akan mulai mencoba mencari
tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau terjadi, mengenal arti kata “tidak”, peningkatan
pada amarahnya, sikap yang negatif dan keras kepala (Hockenberry, 2016).
beda di setiap tahapannya. Karakteristik perkembangan pada balita secara umum dibagi
menjadi 4 yaitu negativism, ritualism, temper tantrum, dan egocentric. Negativism adalah
anak cenderung memberikan respon yang negatif dengan mengatakan kata “tidak”. Ritualism
adalah anak akan membuat tugas yang sederhana untuk melindungi diri dan meningkatkan
rasa aman. Balita akan melakukan hal secara leluasa jika ada seseorang seperti anggota
keluarga berada disampingnya karena mereka merasa aman ada yang melindungi ketika
terdapat ancaman.
dimana anak memiliki emosi yang cepat sekali berubah. Anak akan menjadi cepat marah jika
dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan. Erikson tahun 1963
menyatakan Egocentric merupakan fase di perkembangan psikososial anak. Ego anak akan
menjadi bertambah pada masa balita. Berkembangnya ego ini akan membuat anak menjadi
lebih percaya diri, dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mulai 13 mengembangkan
kemauan dan mencapai dengan cara yang tersendiri serta anak juga menyadari kegagalan
Perkembangan selanjutnya pada anak usia 3 tahun adalah anak mulai bisa
menggunakan sepeda beroda tiga, berdiri dengan satu kaki dalam beberapa detik, melompat
luas, dapat membangun atau menyusun menara dengan menggunakan 9 sampai 10 kubus,
melepaskan pakaian dan mengenakan baju sendiri. Usia 4 tahun, anak dapat melompat
dengan satu kaki, dapat menyalin gambar persegi, mengetahui lagu yang mudah, eksplorasi
seksual dan rasa ingin tahu yang ditunjukkan dengan bermain seperti menjadi dokter atau
perawat. Anak usia 5 tahun dapat melempar dan menangkap bola dengan baik, menyebutkan
empat atau lebih warna, bicara mudah dimengerti, dan sebagainya (Hockenberry et.al., 2016;
KIA, 2016).
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel- sel tubuh,
jaringan tubuh, organ- organ dan istem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri- ciri
2) Dalam periode tertentu ada masa percepatan dan ada masa perlambatan. Terdapat tiga
periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa
pubertas.
3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak,tetapi kecepatannya berbeda.
6) Reflek primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum
menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembang. Sehingga
diare membutuhkan penanganan khusus agar tidak terjadi permasalahan yang komplek
(Soetjiningsih, 2014).
penyakit diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair serta bertambahnya frekuensi buang air besar
3 kali sehari atau lebih. Penyakit diare banyak terjadi pada anak berusia 0-4 tahun.
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba tiba akibat kandungan air di
dalam tinja melebihi normal (10ml/kgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
Penyebab utama diare adalah infeksi bateri atau virus. Jalur utama masuk melalui
feses manusia atau binatang, makanan, air dan kontak penjamu dengan manusia. Kondisi
lingkungan yang menjadi habitat atau penjamu patogen tersebut menjadi risiko utama
penyakit diare. Sanitasi, kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya air aman dan
pajanan sampah padat dapat mengakibatkan penyakit diare (World Health Organization,
2008).
2.2.2 Etiologi diare
Menurut Kapoor dan Barnes penyebab diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa.
Pada kelompok virus yang meyebabkan diare antara lain Rotavirus, Small Round Structur
Virus (SRSV), Adenovirus. Kelompok bakteri antara lain E.coli, Campylobacter spp,
Salmonella spp, Shigella spp, Vibrio cholera. Kelompok protozoa antara lain Giardia
yaitu malabsorpsi (Widjaja, 2002) dan faktor makanan. Malabsorbsi pada bayi terjadi
adalah makanan yang terkontaminasi, tercemar, basi, beracun dan kurang matang dalam
memasak. Penyakit diare 75% ditularkan oleh kuman seperti bakteri dan virus (Widoyono,
2008). Penularan penyakit diare melalui orofekal dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang
menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selam perjalanan sampai ke rumah-rumah (distribusi) atau saat disimpan di dalam rumah.
Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau bagian tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus dan bakteri
dalam jumlah yang besar. Bila tinja tersebut dihinggapi binatang dan kemudian binatang
tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang lain
1. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan diare antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu eksklusif, memberikan makanan pendamping/MP ASI
b. Menggunakan botol susu tebukti meningkatkan risiko tekena penyakit diare karena sangat
c. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan,
setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.
2. Faktor lingkungan
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai Sarana air bersih adalah bangunan beserta
kepada masyarakat. Sarana air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan, agar tidak
mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan
penularan risiko terhadap penyakit diare. Jamban atau tempat pembuangan kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
c. Pembuangan air limbah Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan
pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air dari
kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan dari jamban (Notoatmodjo, 2007).
d. Pembuangan sampah Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat karena dari
sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga
binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu sampah
harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin, tidak mengganggu atau mengancam
Di samping faktor risiko tersebut ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak
gizi buruk, penyakit imunodefisiensi atau imunosupresi dan penderita campak, selain faktor
penderita perananan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak dengan diare sangatlah
penting. Faktor yang mempengaruhinya yaitu umur ibu, pendidikan, dan pengetahuan ibu
mengenai hidup sehat dan pencegahan terhadap penyakit. Rendahnya pendidikan ibu dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan perawatan anak dengan diare
Menurut Widjaja (2002), diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronik.
1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu kurang dari 7 hari (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Penyebab diare akut antara lain gangguan bakteri yang masuk ke
2) Diare kronis
Diare kronis merupakan diare yang terjadi berkepanjangan lebih dari 2 minggu dan
kejadiannya lebih komplek. Faktor yang menyebabkan diare kronik adalah malabsorbsi
Menurut Widjaja (2002) dan Widoyono (2008), gejala diare pada anak adalah sebagai berikut
7. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah
2.2.6 Penularan
Penularan penyakit diare disebabkan oleh infeksi dari agen penyebab dimana akan terjadi bila
tetapi, penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti:
a. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
b. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan
tangan/mainan apapun ke dalam mulut. Hal ini dikarenakan virus ini dapat bertahan di
c. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan
tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang
dipegang (WHO,2006).
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan
dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon
seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tapi sering,bercampur darah dan
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri
patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari
masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan
lainnya seperti ubunubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada tidaknya
air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie, 2010). Pernapasan
yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau
tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill time dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2010).
3. Laboratorium
Pemeriksaan labortorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan. Pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau
ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat
(Juffrie, 2010).
2.2.8 Penatalaksaaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah Lima
Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE). Rehidrasi bukan satusatunya cara untuk
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekuragan gizi akibat diare juga
4. Antibiotik selektif
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor
pendorong terjadinya diare. Faktor pendorong tersebut terdiri dari faktor agent penjamu,
faktor lingkungan dan faktor perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya
kerentanan terhadap diare tersebut diantaranya adalah tidak mendapatkan ASI selama dua
tahun pada balita, kurang gizi, penyakit campak dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan
dan perilaku yang paling dominan dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap
diare diantaranya adalah tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,
pembuangan tinja tidak higenis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk minum,
masak, mandi, mencuci (Notoatmodjo, 2011). Air bersih merupakan air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memnuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (Kementerian Kesehatan, 2010). Sedangkan air minum adalah air yang
Sumber air berasal dari air hujan, air permukaan dan air tanah. Didalam urutan prioritas,
umumnya air tanah merupakan urutan pertama (Machfoedz, 2004). Air tanah berasal dari air
hujan yang mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses filtrasi alamiah ini membuat air tanah menjadi lebih baik dan
Sumber air bersih memiliki peranan penting dalam penyebaran beberapa penyakit
menular salah satunya adalah diare yang ditularkan melalui fecal oral. Diare disebabkan oleh
bakteri E.coli yang dapat masuk ke dalam air dengan capa pasa saat hujan turun, air
membawa limbah dari kotoran hewan maupu manusia kemudian meresap ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah atau mengalir dalam sumber air (Langit, 2016).
Penyelenggaraan Pogram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, sarana air bersih
yang memenuhi persyaratan adalah sumber air bersih ang terlindungi yang mencakup PDAM,
sumur pompa, sumur gali dan mata air terlindungi (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Sarana air bersih merupakan sarana yang dapat menghasilkan sumber air bersih seperti
a. Sumur dangkal
Sumur dangkal merupakan pengambilan sumber mata air di dalam tanah dengan
kedalaman sekitar 5-15 meter. Diperkirakan sampai kedalaman 3 meter tanah dan belum
kontaminasi kotoran dari permukaan tanah yang masih ada. Dan dinding sumur
sebaiknya dibuat lapisan dari semen untuk menghindari pencemaran air tanah.
b. Sumur dalam
Sumur dalam berasal dari air tanah yang kedalamannya lebih dari 15 meter. Sebagian
besar air sumur dalam sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum (Notoatmodjo,
2011).
c. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) PDAM adalah badan usaha milik pemerintah
yang mencakup usaha dalam pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan
bersih kepada masyarakat.Sistem perpiaan air bersih digunakan untuk menyalurkan air
bersih dengan jarak sumber air dengan pemukiman warga sangat jauh. Sistem perpiaan
Mata air terlindungi merupakan sumber air yang berasal dari permukaan tanah dimana
air timbul dengan sendirinya. Digolongkan menjadi sumber mata air terlindungi juka
sumber air bersih yang digunakan berasal hanya dari mata air tanpa sistem perpipaan
atau pompa dan tanpa melalui proses penyaringan/pengolahan dimana penduduk harus
pergi ke sumber mata air tersebut untuk mendapatkan air bersih (Yayasan Cipta Sarana
Mandiri, 2013).
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Biasanya air hujan ditampung
melalui paralon yang disambung ke wadah air hujan. Karena kondisi paralon dan wadah
hujan sering terkena debu dari lingkungan sekitar rumah, maka air hujan harus dilakukan
penyaringan. Penampung air hujan apabila tidak rutin dibersihkan dan dikuras dapat
berdarah.
Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:110) air minum yang ideal seharusnya jernih,
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung
kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara
estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak
ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang
terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare
lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat
dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan mengguanakan air yang bersih
dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya
dirumah.
Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena
pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa
sedemikian rupa sehingga faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak
Menurut Depkes RI (2002:2) perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan
proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
Menurut K. Park (2002:177) diare umumnya terjadi pada anak terutama pada usia
antara 6 sampai 2 tahun. Kejadian paling tinggi pada usia 6-11 bulan, ketika penyapihan. Hal
itu merupakan cerminan kombinasi dari tingkat kemerosotan anti body yang diperoleh dari
ibu. Kekurangan imunisasi aktif pada bayi, pengenalan makanan yang terkontaminasi,
hubungan langsung dengan kotoran manusia atau binatang ketika bayi mulai merangkak. Hal
ini juga umumnya terjadi pada bayi usia dibawah 6 bulan yang mengkonsumsi susu sapi
atau bayi yang mengkonsumsi susu formula. Diare pada umumnya terjadi pada orang yang
kekurangan gizi. Kekurangan gizi menyebabkan infeksi dan infeksi tersebut menjadi diare
yang menjadi siklus buruk yang diketahui. Kemiskinan, prematuritas, pengurangan keasaman
lambung, penurunan ketahanan tubuh, keburukan kepribadian dan kebersihan rumah tangga,
Menurut Hiswani (2003:2) kasus penyakit diare ini sangat berkaitan dengan perilaku
manusia terutama perilaku higiene ibu, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah dan
kesehatan lingkungan pada musim kemarau. Penyebab diare adalah terjadinya peradangan
usus yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau agent penyebab penyakit diare lainnya.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang
gizi, alergi makanan tertentu, kurang penyediaan air bersih serta faktor musim pada geografi
tertentu.
1) Sayuran yang akan dimasak atau sayuran yang akan dimakan mentah (lalapan) harus
dicuci yang bersih dengan air bersih/matang agar terbebas dari kotoran, telur cacing atau zat-
2) Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah dan menyajikan makanan dan
3) Alat makan dan alat masak harus selalu bersih dan jangan menggunakan lap kotor untuk
6) Tidak mencuci peralatan makan ataupun bahan makanan yang akan dimasak di sungai.
7) Simpanlah alat makan/masak yang bersih pada tempat yang terlindung dari pencemaran.
Menurut M.C Widjaja (2003:3) penularan kuman diare biasanya melalui makanan,
gelas, piring, sendok yang tidak bersih atau tertular kuman. Tindakan preventif agar serangan
kuman dapat dihindari sebaiknya harus dilakukan, diantaranya dengan membersihkan tangan
sebelum memberikan makan kepada bayi dan anak, menghindari jajanan warung untuk anak
dan balita, memasak air yang akan diminum, menghindari makanan yang sudah basi atau
perorangan atau perilaku higiene pada ibu yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
Menurut Mujiyanto (2008:1) diare bisa dicegah dengan mencuci tangan pakai sabun
dengan benar pada lima waktu penting:a) sebelum makan, b) setelah buang air besar, c)
Pada kasus penyakit diare biasanya selalu dihubungkan dengan aspek personal hygiene.
Karena penyakit diare merupakan penyakit saluran pencernaan, yang penyebarannya lebih
sering akibat konsumsi makanan maupun minuman, sehingga masyarakat dengan kondisi
personal hygiene yang buruk akan berpotensi dalam timbul dan penyebaran diare.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hygiene diartikan sebagai ilmu yang
berkenaan dengan masalah kesehatan dan sebagai usaha untuk mempertahankan atau
Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
a. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air BesarTangan yang kotor
atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses
atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan
perlu mendapat prioritas tinggi walaupun hal tersebut sering disepelekan. Kegiatan
mencuci tangan sangat penting untuk bayi, anak-anak, penyaji makanan di restoran, atau
warung, serta orang-orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak
dengan feses urine atau dubur sesudah BAB maka harus dicuci dengan sabun dan kalau
bisa disikat. Pencucian dengan sabun sebagai pembersih, penggosokkan dan pembilasan
dengan air mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung
mikroorganisme.
b. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Kebersihan tangan sangatlah penting bagi
setiap orang. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan. Pada
umumnya ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena
dirasakan memakan waktu, apalagi letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci
tangan, sangat membantu dalam mencegah penularan bakteri dari tangan pada makanan.
Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang makanan, maka tangan harus sudah
bersih. Tangan perlu dicuci kerena ribuan jasad renik, baik flora normal maupun cemaran,
menempel ditempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh.
Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil mereduksi angka kejadian kontaminasi dan
KLB.
1) Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak harus sabun khusus
3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan sela jari dan kuku.
a. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan,
oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit
tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan
b. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur
dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu
memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan
sebagai berikut :
seminggu.
c. Kebersihan gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi
gigi adalah :
1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan
2. Memakai sikat gigi sendiri
d. Kebersihan mata
4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan)
e. Kebersihan telinga
Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari
kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang
mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai
penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan
3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum tidur
Karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak –anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
5. Budaya
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan