Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini dunia tengah digemparkan oleh kasus wabah penyakit

yang dikenal dengan istilah covid-19 atau virus corona. World Health

Organization (WHO) pertama kali menyebutkan corona virus disease yang

ditemukan pertama kali di Wuhan dengan novel coronavirus 2019 (2019-nCoV)

yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus -2.

Pada tanggal 20 januari 2021 pada jam 14:30:57, jumlah orang yang terkonfirmasi

positif virus corona di Indonesia telah mencapai 934.063, serta 26.781 orang

meninggal, 146.908 orang masih dirawat (positif aktif), dan 760.374 orang

dinyatakan sembuh. Hingga kini, jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak terjadi

di Pulau Jawa yaitu sebanyak 600.184 kasus.

Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan angka kasus konfirmasi

virus corona tertinggi di Indonesia yaitu 233.769 orang, sedangkan Kota

Administrasi Jakarta Timur merupakan kota dengan jumlah kasus konfirmasi

positif tertinggi yaitu 51.295 kasus, dan Kabupaten Bekasi menjadi kabupaten

dengan angka kasus konfirmasi positif terbanyak di seluruh Indonesia

yaitu 11.042 orang. Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah

meninggal akibat terinfeksi COVID-19 terbanyak yaitu 7.114 orang,

sedangkan Kota Surabaya menjadi kota dengan jumlah meninggal tertinggi

yaitu 1.277 pasien, dan Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten dengan jumlah

meninggal terbanyak di Indonesia yaitu 548 orang.

1
Untuk penularannya virus ini sangat cepat. Apabila seseorang mengidap

penyakit ini maka setiap benapas ,berbicara,batuk,bersin,menyanyi,atau kegiatan

lain yang menghasilkan droplet,virus akan ikut terbawa keluar saat aktivitas

tersebut. Droplet merupakan cairan dari saluran pernapasan yang ukurannya besar.

Misalnya,apabila kita bersin atau batuk maka tubuh akan mengeluarkan percikan

atau cipratan air ludah atau lendir hidung. Apabila droplet yang membawa virus

terhirup oleh orang lain,virus akan kembali hidup di dinding saluran pernapasan

sejak dari ujung hidung sampai alveolus(ujung paru-paru).

Dari bentuk droplet ini bias terpecik sekitar 1-2 meter. Nasib droplet yang

berisi virus sebagian akan terhirup oleh orang lain,sebagian besar akan jatuh

kelantai ,baju,meja,atau permukaan lain.droplet akan mongering,tapi virus masih

mampu hidup beberapa saat. Virus itu bias menempel dibagian tubuh mana saja

seperti tangan. Oleh karena itu ada anjuran untuk selalu mencuci tangan

mengingat kita banyak melakukan berbagai kegiatan dengan tangan misalnya

makan,mengusap muka,bersalaman dengan orang lain dan sebagainya. Karena

keluarnya percikan hingga 1-2 meter diupayakan untuk menjaga jarak,memakai

masker,dan lain sebagainnya

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan bahwasannya Covid-19

merupakan bencana non-alam berupa wabah/pandemic, penetapan ini diikuti

dengan upaya pencegahan virus corona melalui pembatasan social berupa social

distancing dan pshical distancing. Pada hari Minggu,15 Maret 2020, Presiden

Joko Widodo telah mengumumkann tentang pentingnya social distancing sebagai

upaya mengurangi persebaran Covid-19.

2
Kondisi yang datang secara tiba-tiba ini menyebabkan tidak ada atau

kurangnya persiapan baik secara fisik maupun psikis pada masyarakat termasuk

remaja. Organisasi kesehatan duunia(WHO,2017a) menyatakan bahwa depresi

dan kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevelensinya paling

tinggi. Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) mengalami

kecemasan. Sementara itu jumlah penderita depresi sebanyak 322 juta orang

diseluruh dunia (4,4% dari populasi)dan hamper separuhnya berasal dari wilayah

Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

Menurut WHO rentang usia remaja adalah 10-19 tahun. Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 rentang usia remaja adalah

10-18 tahun. Sementara menurut Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa belum ada kesepakatan bersama

mengenai batasan usia remaja. Walaupun begitu masa remaja disebut dengan

masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Usia remaja disebut sebagai masa transisi atau peralihan karena terjadi

pertumbuhan,perkembangan,dan perubahan biologis dan psikologis. Perubahan

biologis ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer sedangkan

perubahan psikologis ditandai dengan berubahnya emosi,sikap,dan perasaan.

Masa peralihan ini dijuluki masa yang penuh dengan badai dan tekanan,karena

menimbulkan pergolakan emosi,rasa cemas dan ketidaknyamanan sebab remaja

tersebut diharuskan beradaptasi dan menerima semua perubahan yang terjadi.

Covid-19 yang terjadi akan menambah badai dan tekanan pada remaja

3
Menurut catatan Riset Kesehatan Dasar(Riskesda) dari Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (2018),prevelensi gngguan emosional pada

penduduk berusia 15 tahun keatas meningkat dari dari 6% pada tahun 2013

menjasi 9,8% ditahun 2018. Prevelensi depresi pada tahun 2018 sebesar 6,1%. Di

masa pandemi Covid-19 ini,selama masa karantina ini terjadi penurunan

produktivitas,adanya ancaman tertular beserta beragam infornasi yang

membingungkan,menyebabkan potensi gangguan mental tidak dapat disepelekan

lagi khususnya pada anak remaja (Fatmwati 2017).

Laporan Ikatan Psikolog Klinis(IPK) Indonesia menemukan 6 masalah

psikologis yang paling banyak dialami orang Indonesia selama masa pandemi.

Laporan ini dihimpun berdasarkan kasus yang ditangani oleh psikolog klinis di

seluruh Indonesia selama bulan Maret-Agustus 2020. Data Satgas IPK didapat

analisis 14.619 jiwa klien individu,927 jiwa klien keluarga,dan 191 klien

komunitas. Dari segi usia klien anak/remaja berjumlah 4.690,klien dewasa

9.426,dank lien lansia 501. Masalah yang paling banyak dijumpai adalah

hambatan proses belajar sebanyak 25,8%,keluhan stres umum 23,9%,cemas

18,9%,mood swing9,3%,gangguan cemas 8,8%,keluhan somatis 4,7%.

Penutupan sekolah pada masa pandemi mau tidak mau membuat remaja

belajar dirumah. Remaja yang kesehariannya hidup produktif dengan

kegiatan,kini hanya dapat berdiam diri dirumah dikarenakan masa karantina yang

mengharuskan tetap berada dirumah. Jika dalam keadaan normal untuk

menghilangkan kepenatan,remaja bisa pergi rekreasi bersama teman sebayanya

dan dan menikmati wakdi di luar rumah,tetapi dengan kondisi sekarang kegiatan

4
itu belum dapat dilakukan sampai waktu yang ditentukan. Hal tersebut jelas

menyebabkan remaja memiliki kecenderungan menjadi cemas dan tertekan.

Sebenarnya kecemasan merupakan perasaan yang normal yang dimiliki

manusia,karena saat merasa cemas manusia disadarkan dan diingatkan bahwa ada

situasi bahaya yang mengancam. Namun saat kecemasan yang tadinya normal dan

dapat dikontrol berubah menjadi kecemasan yang terus menerus dan tidak dapat

dikontrol,dan akan menganggu aktivitas sehari-hari. Kecemasan adalah emosional

negative yang dirasakan manusia yang menyebabkan pikiran tegang,detak jantung

cepat,berkeringat,sesak.

Cemas dibagi menjadi empat tingkatan yaitu cemas ringan,cemas

sedang,cemas berat,panic. Tingkat kecemasan yang dirasakan berbagai individu

tentu berbeda-beda,dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut dapat

menyesuaikan diri dan mengatasi situasi yang memicu kecemasan. WHO

mendefinisikan sehat secara holistic atau menyeluruh yaitu,sehat secara

fisisk,mental,dan social. Berdasarkan definisi tersebut,maka seharusnya upaya

penganganan Covid-19 bukan saja berfokus pada kesehatan fisik,namun juga

keseshatan mental dan sosial.

Kecemasan dipicu oleh berbagai macam faktor,salah satunya adalah

pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar dari tindakan seseorang,sehingga

menstimulus seseorang untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan dapat diperoleh

dari berbagai sumber,salah satunya orangtua. Pengetahuam yamg diperoleh dari

orang tua mampu mengurangi kecemasan remaja dalam menghadapi perubahan-

perubahan yang terjadi. Karena keluarga adalah unit kelompok terkecil pertama

5
yang dikenal dan dipercayai oleh anak termasuk remaja,sehingga peran orang tua

sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan remaja.

Selain orangtua remaja juga dapat menemukan sumber informasi dari

tenaga kesehatan,yaitu melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang

dilakukan disekolah merupakan upaya yang paling efektif diantara unit

masyarakat yang lain. Remaja adalah individu yang mampu menangkap informasi

dengan cepat,namun cara yang digunakan dalam menangkap informasi tersebut

tentu berbeda-beda. Sehingga perlu diketahui cara apa yang paling tepat dalam

memaksimalkan remaja dalam menangkap atau memperoleh pengetahuan.

Kemudian informasi yang diberikan kepada remaja harus tepat,karena informasi

yang salah atau tidak tepat dapat memngakibatkan atau menimbulkan kecemasan

dan stress.

Wabah covid-19 yang saat ini menjadi topik pembahasan utama diseluruh

dunia yang menyebabkan munculnya ribuan artikel dan pemberitaan tentang

covid-19 di internet tiap harinya. Namun tidak semua informasi tersebut

benar,banyak kabar yang simpang siur yang dapat menambah kekhawatiran dan

kecemasan remaja yang membacanya. Namun dari banyaknya kasus dan

pemberitaan tentang kasus covid-19 sikap masyarakat termasuk remaja masih

tidak mengindahkan anjuran pemerintah. Di Sumbar pelanggaran peraturan

protokol kesehatan hingga kamis,22 oktober 2020 mencapai 2.288 orang. Dari

keterangan Kasat Pol PP dan Damkar Sumbar menjelaskan dari2.288 pelanggar

itu,88 orang membayar denda Rp.100.000 sedangkan 2.200sisanya memilih

melaksankan sanksi kerja sosial. Dan diikota Sawahlunto tercatatsebanyak 46

pelanggar.

6
Pada saat melakukan survey awal pada hari jumat,22 januari 2020

dilakukan wawancara terhadap 3 responden dan didapatkan hasil , responden

pertama dan kedua mengatakan sangat takut dan cemas tehadap corona.responden

mengatakan dia takut tertular corona dari orang disekitarnya,responden juga

mengatakan khawatir dan sangat was-was saat bertemu dengan orang lain. Tidak

hanya itu responden juga mengatakan takut untuk datang kepusat kesehatan

karena semua penyakit disangkutpautkan pada corona. Oleh karena itu responden

sangat mematuhi anjuran pemerintah tentang pentingnya protocol kesehatan

seperti memakai masker,mencuci tangan dan keluar rumah jika ada kepentingan

saja.

Responden ketiga mengatakan takut dan cemas terhadap banyaknya

kematian yang disebabkan oleh corona,dan penularannya yang cepat. Responden

memakai masker hanya jika pergi jauh namun kalau pergi dalam lingkup yang

dekat responden tidak mau memakai masker. Dan responden masih sering

bermain diluar dan nongkrong dengan teman sebayanya.

Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja yang dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan dari remaja selama pandemic ini.Responden penelitian ini

yaitu remaja di SMPN 4 Sawahlunto.

7
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada “Hubungan Tingkat Kecemasan

Terhadap Sikap Remaja di SMP N 4 Sawahlunto terhadap Pandemi Covid-

19”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

hubungan dari tingkat kecemasan pada anak remaja SMP 4 Sawahlunto terhadap

sikap pada masa pandemi.

1.3.2 TujuanKhusus

a. Untuk mengetahui tentang distribusi adanya hubungan antara tingka

kecemasan terhadap sikap remaja pada masa pandemic.

b. Untuk mengetahui tentang distribusi proses dari kecemasan dan sikap

pada remaja.

1.4 ManfaatPenelitian

1.4.1 BagiInstitusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan

referensi dan sumber kepustakaan dan pengetahuan bagi pembaca baik

8
pelajar,masyarakat di Kota Sawahlunto khususnya tentang masalah

hubungan tingkat kecemasan dan sikap remaja terhadap corona .

1.4.2 Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah dan memperluas

wawasan ilmu pengetahuan,khususnya dibidang keperawatan serta pengalaman

langsung dalam mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama proses

perkuliahan dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam menyusun tugas

akhir.

1.4.3 Bagi Responden

Sebagai tambahan referensi baru dan menambah wawasan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan terhadap hubungan tingkat stress dan sikap

remaja terhadap corona.

1.4.4 Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian

selanjutnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan diantaranya

pengaruh tingkat kecemasan dan sikap terhadap corona pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai