Anda di halaman 1dari 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS

1. Pengertian

a. Balita Sakit

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis (UU No. 36, 2009). Seseorang dikatakan sakit

apabila dia menderita penyakit menahun (kronis) atau gangguan kesehatan

lain yang menyebabkan aktivitas/ kegiatannya terganggu (UU No. 23,

1992).

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh

kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang

air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah

baik. Namun kemampuan lain masih terbatas (Sutomo, 2010).

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi

penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut

golden age atau masa keemasan (Anggraeni, 2010).


commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

b. Diare dan Diare Akut

Diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani)

yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal pengeluaran

tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan

dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-

keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorbsi dan

sekresi. Diare sering didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair

sebanyak 3 kali atau lebih perhari (Widoyono, 2008).

Menurut Suraratmaja (2007), diare adalah penyakit yang ditandai

dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari)

disertai perubahan konsistensi tinja (menjaadi cair), dengan atau tanpa

darah dan/ atau lendir.

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali

pada bayi dan tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah, 2003).

Pada studi kasus ini menggunakan pengertian diare akut yaitu penyakit

yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari

biasanya(>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjaadi cair),

dengan atau tanpa darah dan atau/ lendir (Suraatmadja, 2007) yang terjadi

kurang dari 2 minggu (Widoyono, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2. Etiologi

Menurut Sudoyo, AW. & Setiyohadi, B. (Eds) (2009), diare disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare

pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang saluran

pencernaan adalah sebagai berikut :

1) Infeksi bakteri oleh kuman E.coli (40-60%), Salmonella, Vibri

cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya

berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi

tubuh lemah) seperti pseudomonas. Menurut Widoyono

(2008) ada juga bakteri lain yang dapat menyebabkan diare,

diantaranya bakteri Shigella sp.(1-2%), Vibrio cholera, dan lain-

lain.

2) Infeksi basil (disentri)

3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus, dan disebutkan pula oleh

Widoyono (2008), infeksi virus juga disebabkan oleh virus

Rotavirus dengan angka kejadian 40-60%.

4) Infeksi parasit oleh cacing (askaris), Parasit Entamoeba histolytica

(<1%), Giardia lamblia, Cryptosporidium (4-11%) (Widoyono,

2008).

5) Infeksi jamur (candidiasis).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan

radang tenggorokan.

7) Keracunan makanan.

b. Faktor Malabsorpsi

1) Malabsorpsi karbohidrat

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula

menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini,

pertumbuhan anak akan terganggu.

2) Malabsorpsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.

Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak

menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase

dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena

lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja

mengandung lemak.

c. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang

matang.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas dan tegang. Jika terjadi pada anak, dapat

mengakibatkan diare kronis.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

e. Alergi dan keracunan.

f. Imunodefisiensi.

3. Patogenesis

Menurut Suraatmaja (2005), patogenesis terjadinya penyakit diare akut

oleh infeksi dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan

2) Berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati

asam lambung.

3) Dibentuknya toksin atau endotoksin oleh mikroorganisme.

4) Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya

hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.

Berikut dibawah ini adalah pathway terjadinya diare:

Faktor
Kuman yang
masuk dan
berkembang Toksin dalam Hipersekresi air
dalam usus dinding usus elektrolit usus
Infeksi
halus meningkat

Tekanan osmotik Pergeseran air Isi rongga usus


Malabsorpsi meningkat dan elektrolit ke meningkat
rongga usus
Kemampuan
Makanan Toksin tidak Hiperperistaltik absorbsi
dapat diabsorbsi menurun

Psikologis Hiperperistaltik
Kemampuan
absorbsi
menurun
Diare

Gambar 3.1 Pathway Diare


commit to Suraatmadja
Sumber: user (2005)
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

4. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik kronik maupun akut akan terjadi :

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi adalah kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi

karena kehilangan air (out put) lebih banyak dari pada pemasukan

air (input) (Suraatmaja, 2007).

Berikut penggolongan derajat dehidrasi menurut Suraatmaja

(2007):

1) Derajat Dehidrasi

Derajat dehidrasi akibat diare ditentukan berdasarkan :

a) Kehilangan berat badan

(1) Dehidrasi ringan : apabila terjadi penurunan berat

badan 2½-5%

(2) Dehidrasi sedang : apabila terjadi penurunan berat

badan 5-10%

(3) Dehidrasi berat : apabila terjadi penurunan berat

badan >10%

b) Skor Maurice King

Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King

tedapat dalam tabel berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Skor derajat dehidrasi Maurice King

Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan


No.
diperiksa 0 1 2
1 Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau, koma
cengeng, apatis, atau syok
ngantuk
2 Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
3 Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
4 Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
5 Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
6 Denyut nadi/menit Kuat lebih dari Sedang (120- Lebih dari 140
120 140)
Sumber : Suraatmadja (2007)

Keterangan :

(a) Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama

30-60 detik kemudian dilepas.

Jika kulit kembali normal dalam waktu :

(1) 2-5 detik :turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

(2) 5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

(3) >10 detik :turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

(b) Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat

ditentukan derajat dehidrasinya :

(1) Skor 0-2 : dehidrasi ringan

(2) Skor 3-6 : dehidrasi sedang

(3) Skor > 7 : dehidrasi berat

b. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asam-basa)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari

dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk


commit to user
membantu meningkatkan pH arteri. (Widoyono, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

c. Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami

malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemi dapat mengakibatkan koma.

Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan

ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan

intrraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

(Widoyono, 2008)

d. Gangguan Gizi/ Malnutrisi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output

yang berlebihan (Widoyono, 2008). Hal ini akan bertambah berat bila

pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah

mengalami malnutrisi.

e. Gangguan sirkulasi (hipovolemia)

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang

singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien

dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh

berkurangnya volume darah (hipovolemia). (Widoyono, 2008)

(Suraatmaja, 2005)

5. Faktor Predisposisi

Kejadian diare terjadi pada anak usia di bawah lima tahun, terutama pada

anak di bawah usia dua tahun pertama kehidupan (Soebagyo, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

6. Faktor Risiko

Faktor yang mempengaruhi kejadian diare:

a) Faktor lingkungan (kebersihan lingkungan dan perorangan)

b) Faktor gizi

c) Faktor kependudukan (kepadatan penduduk)

d) Faktor pendidikan (pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan)

e) Keadaan sosial ekonomi

f) Perilaku masyarakat (kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan)

(Soebagyo, 2008)

7. Tanda Klinis/ Laboratories

a. Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain :

1) Gejala umum

(a) Berak cair atau lembek dan sering.

(b) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

(c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

(d) Dehidrasi, tanda-tandanya mata cekung, ketegangan kulit

menurun, apatis, bahkan gelisah.

2) Gejala spesifik

(a) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras

dan berbau amis

(b) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

b. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan

diagnosis kausal yang tepat. Pemeriksaan laboratorium lengkap hanya

dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5-7 hari (Suraatmaja, 2007).

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi :

1) Pemeriksaan tinja

a) Pemeriksaan makroskopis

Meliputi bau, konsistensi, keberadaan darah, dan parasit dalam

tinja.

b) Pemeriksaan mikroskopis

Ada atau tidaknya sel epitel, makrophag, lekosit, eritrosit, kristal,

sisa makanan, sel ragi, telur dan jentik cacing, protozoa

(Sutedjo, 2007).

c) pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula.

d) Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.

e) Uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)

(Mansjoer, 2008).

2) Pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap,

analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum

pada diare yang disertai kejang).

3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal

ginjal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

4) Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

(Mansjoer, 2008).

8. Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang

mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare

infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang

minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan

pada anak-anak dan pada lanjut usia (Sina, 2010).

9. Penatalaksanaan Diare Akut Dehidrasi Sedang

Dasar pengobatan diare akut dehidrasi sedang adalah :

a. Penggantian cairan

Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang

harus diperhatikan adalah:

1) Jenis cairan

Aspek yang paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga

hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode

akut (Hidayat, 2007). Ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Cairan Rehidrasi oral (Oral Rehidration Salts)

(1) Formula lengkap

Formula lengkap mengandung NaCl, NahCO3, KCL dan

glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk cholera dan diare

akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

sedang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan

dehidrasi).

Kadar natrium 50-60mEq/l untuk diare akut non-kholera

pada anak dibawah 6 bulan dengan diare akut dengan

dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula

lengkap sering disebut oralit.

(2) Formula sederhana

Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung

NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan

garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam

dan sebagainya untuk pengobatan pertama dirumah pada

semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi

maupun ada dehidrasi ringan.

b) Cairan parenteral

Cairan parenteral atau intravena yang dapat diberikan pada

penderita diare dengan dehidrasi berat atau penderita yang

tidak bisa diberi rehidrasi oral menurut Abdoerachman, dkk

(2007) adalah:

(1) DG AA (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%

atau sama dengan cairan KA-EN 3B).

(2) RL G (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%

atau sama dengan RD 5%).

(3) RL (Ringer laktat).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

(4) 3A (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5% + 1

bagian Na-laktat 1/6 mol/L atau sama dengan KA-EN

3A).

(5) DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa

5%).

(6) RL G 1 : 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-

10%).

(7) Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian

NaHCO3 1½% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian

NaCl 0,9% atau sama dengan N5).

(Abdoerachman (Eds.), 2007)

2) Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang

dikeluarkan (Abdoerachman (Eds.), 2007). Kehilangan cairan

tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara:

Tabel 2.2 Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi sedang

Umur PWL * NWL** CWL*** Jumlah


> 2 tahun 75 100 25 175
2-5 tahun 50 80 25 155
Keterangan:*PWL = Previous Water loss (ml/kgbb)

Adalah kehilangan cairan sebelum

pengolahan sebagai defisiensi cairan

**NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)

Kehilangan cairan karena fungsi fisiologis


commitatau
to user
pengeluaran cairan yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

disadari dan tidak dapat diatur secara


tepat, contohnya kehilangan cairan yang
berlangsung terusmenerus melalui
evaporasi dari traktus respiratorius dan
difusi melalui kulit.(Guyton, 2008)
***CWL = Concommmitant Water Losses (ml/kgbb)

Kehilangan cairan pada waktu

pengelolaan.

Metode Pierce untuk diare akut dehidrasi sedang

Kebutuhan cairan = 8% x berat badan (kg)

(Sudoyo, AW. (Eds.), 2009)

3) Jalan masuk atau cara pemberian

(1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan

bila anak mau minum serta kesadaran baik.

(2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa

dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran

menurun.

(3) Intravena untuk dehidrasi berat.

(Abdoerachman, 2007)

4) Jadwal pemberian cairan

Menurut MTBS menggunakan Rencana terapi B untuk diare

dengan dehidrasi ringan/sedang adalah sebagai berikut:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

(a) Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan

jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak.

Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan

sendok.

(b) Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat

badan dalam 3 jam pertama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Jumlah pemberian oralit

Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


( < 6 kg) (6-<10 kg) (10-<12 kg) (12-19 kg)
200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
Sumber : Nursalam (2005)

(c) Ajarkan pada ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit,

yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan 1 gelas (ukuran

200 ml) air matang.

(d) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam. Apabila

membaik, pemberian oralit dapat diteruskan di rumah sesuai

dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Apabila memburuk,

segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk mendapat

penanganan segera.

b. Pemberian makanan

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia

sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan

nutrisi akan bertambah jika pasien juga mengalami muntah-muntah

atau diare lama. Keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya


commit to user
tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak cepat tercapai bahkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

timbul komplikasi. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan

membantu menaikkan daya tahan tubuh, pasien diare harus segera

diberi makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus

mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak

menimbulkan diare kembali. Pemberian makanan harus

mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak

menerimanya. Untuk anak diatas umur 1 tahun dan sudah makan biasa,

dianjurkan pada hari-hari masih diare untuk makan bubur tanpa

sayuran dan air teh. Pada hari berikutnya jika defekasinya telah

membaik boleh diberi sayur dengan daging yang tidak berlemak

(Ngastiyah, 2003).

c. Terapi farmakologi

1) Antibiotika

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan

pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang

dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pada penderita diare,

antibiotika hanya diberikan jika :

a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan

atau biakan.

b) Pada pemeriksaan makroskopik dan atau mikroskopik

ditemukan darah pada tinja.

c) Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya

infeksi parenteral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

d) Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin).

e) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial.

2) Obat antipiretik

Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam

dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk

menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena

infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

(Suraatmaja, 2007)

3) Pemberian Zinc

Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc

selama 10 hari berturut-turut.

(1) Dosis obat Zinc (1 tablet = 20mg)

Umur < 6 bulan = ½ tablet /hari

Umur ≥ 6 bulan = 1 tablet /hari

(2) Larutkan tablet dalam satu sendok air matang atau ASI (tablet

mudah larut ±30 detik), segera berikan kepada anak.

(3) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat

Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan

lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.

(4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan

infuse, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum

atau makan.

(Lintas Diare, 2011)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Penerapan Tujuh Langkah Varney

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar secara lengkap

Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada kasus An. N

umur 2 tahun 4 bulan dengan diare akut dehidrasi sedang dapat

diperoleh melalui :

1) Data subjektif melalui anamnesa, meliputi :

a) Biodata/Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal

lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,

pekerjaan orang tua, dan penghasilan.

b) Alasan masuk rumah sakit

Keadaan atau alasan yang mendorong seseorang untuk datang

ke tenaga kesehatan pada kasus diare akut dehidrasi sedang

oleh karena buang air besar (BAB) pada bayi atau balita lebih

dari tiga kali per hari, disertai perubahan konsistensi tinja

menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dari tujuh hari, serta terjadi mendadak

(Soebagyo, 2008). Terdapat keluhan anak menjadi gelisah,

cengeng, ngantuk, mata teerlihat sedikit cekung, kekenyalan

kulit kurang, ubun-ubun besar cekung dan mulut terlihat

kering.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

c) Data kesehatan meliputi :

(1) Riwayat penyakit sekarang yaitu defekasi encer lebih dari

3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam

tinja (Soebagyo, 2008).

(2) Riwayat penyakit terdahulu misal yang sering terjadi pada

anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk,

panas, pilek, dan kejang yang terjadi selama, sebelum atau

setelah diare.

(3) Riwayat kesehatan keluarga, seperti sebelum anak masuk

rumah sakit, ada atau tidaknya anggota keluarga yang

menderita diare diwaktu yang bersamaan, riwayat penyakit

asam atau alergi pada makanan tertentu.

d) Riwayat Imunisasi

Diare lebih sering terjadi atau berakibat pada anak-anak

dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4

minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan

pada pasien (Nursalam, 2005).

e) Data Kebiasaan Sehari-hari

Menurut Nursalam (2005), pola kebiasaan sehari-hari

meliputi:

(1) Nutrisi

Kebutuhan nutrisi balita umur 1-3 tahun adalah 100

kalori/kilogram berat badan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

(2) Eliminasi pada pasien yang mengalami diare akut dengan

dehidrasi sedang frekuensi buang air besar meningkat,

konsistensinya menjadi lebih encer, urin berwarna lebih

gelap dan frekuensi bekemih berkurang.

(3) Istirahat dan aktivitas, aktivitas yang terlalu padat

memperparah kasus diare

(4) Personal hygiene, yaitu kebutuhan kebersihan diri yang

terdiri atas frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, dan

ganti baju.

(Nursalam, 2005)

(f) Data Psikososial

(1) Hubungan dengan keluarga

Hubungan balita dengan orang tuanya dan keluarganya

yang lain.

(2) Hubungan dengan masyarakat (teman bermain)

Bagaimana hubungan balita dengan teman bermainnya,

apakah balita lebih sering bermain di luar rumah dengan

teman-temannya.

2) Data Obyektif

Data obyektif meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan tingkat perkembangan dan pemeriksaan

penunjang.

a) Pemeriksaan secara umum, meliputi :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

(1) Keadaan umum :

Dalam kasus balita dengan diare akut dehidrasi sedang

keadaan umum berupa: lesu, lunglai, turgor kulit

berkurang (Nursalam, 2005).

(2) Kesadaran :

Dalam kasus pada bayi sakit dengan diare akut dehidrasi

sedang status mentalnya pasien nampak gelisah dan

cengeng (Hidayat, 2006).

(3) Balance Cairan

(4) Tanda-tanda vital

Dalam kasus balita sakit dengan diare akut dehidrasi

sedang, nadi dan pernafasan akan meningkat dan

cenderung lemah.

(Hidayat, 2006).

b) Pemeriksaan fisik

Pada kasus diare yang perlu diperhatikan adalah :

(1) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,

ubun-ubun besar (UUB) biasanya cekung.

(2) Mata

Pada anak diare dengan dehidrasi sedang, tampak kelopak mata

cekung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

(3) Mulut dan lidah

Pada dehidrasi sedang mulut dan lidah terlihat kering.

(4) Abdomen

Kemungkinan mengalami distensi, kembung, kram, dan bising

usus yang meningkat.

(5) Anus

Karena terlalu sering defekasi kulit pada anus bisa mengalami

iritasi.

(6) Kulit

Pada dehidrasi sedang turgor kulit kembali lambat.

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada diare akut meliputi

darah, urin dan tinja. Pemeriksaan darah yang diperlukan yaitu

darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah,

kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika. Pemeriksaan urin

meliputi urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

Sedangkan tinja terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik (Soebagyo, 2008).

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan

anamnesa, pemeriksaan fisik dan data penunjang. Pada kasus ini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

yaitu An. N umur 2 tahun 4 bulan dengan diare akut dehidrasi

sedang.

2) Masalah

Menurut Nursalam (2005), masalah yang sering terjadi pada

diare adalah :

a) Kekurangan volume cairan

b) Perubahan pola pemenuhan nutrisi

c) Perubahan integritas kulit

d) Gangguan rasa nyaman

e) Kurangnya pengetahuan orang tua

3) Kebutuhan

Pada kasus An. N umur 2 tahun 4 bulan dengan diare akut

dehidrasi sedang, kebutuhannya adalah penggantian cairan

tubuh, memberikan kebutuhan nutrisi, menjaga daerah popok

agar tetap bersih dan kering, memberikan posisi yang nyaman

pada anak dan memberikan pengetahuan pada orang tua

mengenai diare pada anak (Nursalam, 2005).

c. Langkah III : Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah

potensial/diagnosa potensial dan mengantisipasi penanganannya

Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita

dengan diare akut dehidrasi sedang adalah terjadinya dehidrasi

berat, asidosis metabolik, hipokalemia, hipoglikemi, gagal ginjal

akut (Suraatmaja, 2005).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada

kasus balita dengan diare akut dehidrasi sedang maka antisipasi

yang dapat dilakukan bidan menurut Hidayat (2006) adalah :

1) Memantau tanda dan gejala dehidrasi.

2) Menggantikan cairan tubuh yang hilang

3) Memantau masukan dan keluaran dengan cermat meliputi

frekuensi, warna, dan konsistensi.

4) Menimbang BB setiap hari untuk menilai status gizi.

5) Mempertahankan tingkat energi yang adekuat.

d. Langkah IV : menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Dalam kasus balita dengan diare akut dehidrasi sedang,

kebutuhan terhadap tindakan segera yang diperlukan yaitu kolaborasi

dengan tim laboratorium dalam menegakkan diagnosa yang tepat dan

kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam penanganan dehidrasi

sedang. Penanganannya berupa mencukupi kebutuhan cairan yang

hilang dengan memasang infus cairan secepatnya secara intravena.

Cairan yang diberikan pada anak umur 12 bulan sampai 5 tahun

sejumlah 30 ml/kgBB selama 30 menit pertama dan dilanjutkan 70

ml/kgBB selama 2,5 jam berikutnya (Nursalam, 2005).

e. Langkah V: menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

1) Observasi Keadaan Umum (KU) dan Vital sign (VS)

2) Observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar setiap hari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

3) Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya

(Nursalam, 2005)

4) Berikan rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

Empat hal penting yang harus diperhatikan adalah:

a) Jenis cairan

Aspek yang paling penting dari terapi diare adalah untuk

menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit

selama episode akut (Hidayat, 2007). Ini dilakukan dengan

dua cara, yaitu :

(1) Cairan Rehidrasi oral (Oral Rehidration Salts)

(a) Formula lengkap

Formula lengkap mengandung NaCl, NahCO3, KCL dan

glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk cholera dan diare

akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan,

sedang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan

dehidrasi).

Kadar natrium 50-60mEq/l untuk diare akut non-kholera

pada anak dibawah 6 bulan dengan diare akut dengan

dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula

lengkap sering disebut oralit.

(b) Formula sederhana

Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung

NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam

dan sebagainya untuk pengobatan pertama dirumah pada

semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi

maupun ada dehidrasi ringan.

(2) Cairan parenteral

Cairan parenteral atau intravena yang dapat diberikan pada

penderita diare dengan dehidrasi berat atau penderita yang

tidak bisa diberi rehidrasi oral menurut Abdoerachman, dkk

(2007) adalah:

(a) DG AA (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%

atau sama dengan cairan KA-EN 3B).

(b) RL G (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%

atau sama dengan RD 5%).

(c) RL (Ringer laktat).

(d) 3A (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5% + 1

bagian Na-laktat 1/6 mol/L atau sama dengan KA-EN

3A).

(e) DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa

5%).

(f) RL G 1 : 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-

10%).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

(g) Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian

NaHCO3 1½% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian

NaCl 0,9% atau sama dengan N5).

(Abdoerachman (Eds.), 2007)

b) Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang

dikeluarkan (Abdoerachman (Eds.), 2007). Kehilangan cairan

tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara:

Tabel 2.4 Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi sedang

Umur PWL * NWL** CWL*** Jumlah


> 2 tahun 75 100 25 175
2-5 tahun 50 80 25 155
Keterangan:*PWL = Previous Water loss (ml/kgbb)

**NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)

***CWL = Concommmitant Water Losses (ml/kgbb)

Metode Pierce untuk diare akut dehidrasi sedang

Kebutuhan cairan = 8% x berat badan (kg)

(Sudoyo, AW. (Eds.), 2009)

c) Jalan masuk atau cara pemberian

(1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan

bila anak mau minum serta kesadaran baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

(2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa

dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran

menurun.

(3) Intravena untuk dehidrasi berat.

(Abdoerachman, 2007)

d) Jadwal pemberian cairan

Menurut MTBS menggunakan Rencana terapi B untuk diare

dengan dehidrasi ringan/sedang

(1) Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan

jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak.

Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan

sendok.

(2) Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat

badan dalam 3 jam pertama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Jumlah pemberian oralit

Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


( < 6 kg) (6-<10 kg) (10-<12 kg) (12-19 kg)
200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
Sumber : Nursalam (2005)

(3) Ajarkan pada ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit,

yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan 1 gelas (ukuran

200 ml) air matang.

(4) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam. Apabila

membaik, pemberian oralit dapat diteruskan di rumah sesuai


commit to user
dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Apabila memburuk,
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk mendapat

penanganan segera.

5) Berikan makanan

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia

sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan

nutrisi akan bertambah jika pasien juga mengalami muntah-muntah

atau diare lama. Keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya

tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak cepat tercapai bahkan dapat

timbul komplikasi. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan

membantu menaikkan daya tahan tubuh, pasien diare harus segera

diberi makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus

mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak

menimbulkan diare kembali. Pemberian makanan harus

mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak

menerimanya. Untuk anak diatas umur 1 tahun dan sudah makan biasa,

dianjurkan pada hari-hari masih diare untuk makan bubur tanpa

sayuran dan air teh. Pada hari berikutnya jika defekasinya telah

membaik boleh diberi sayur dengan daging yang tidak berlemak

(Ngastiyah, 2003).

6) Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan badan bayi dan

lingkungan sekitar

7) Kolaborasi dengan tim laboratorium dalam penegakan diagnose.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

8) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam perencanaan tindakan

dan terapi farmakologi

a) Antibiotika

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan

pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang

dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pada penderita diare,

antibiotika hanya diberikan jika :

(1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan

atau biakan.

(2) Pada pemeriksaan makroskopik dan atau mikroskopik

ditemukan darah pada tinja.

(3) Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya

infeksi parenteral.

(4) Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin).

(5) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial.

b) Obat antipiretik

Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam

dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk

menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena

infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

(Suraatmaja, 2007)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

c) Pemberian Zinc

Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc

selama 10 hari berturut-turut.

(1) Dosis obat Zinc (1 tablet = 20mg)

Umur < 6 bulan = ½ tablet /hari

Umur ≥ 6 bulan = 1 tablet /hari

(2) Larutkan tablet dalam satu sendok air matang atau ASI (tablet

mudah larut ±30 detik), segera berikan kepada anak.

(3) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat

Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan

lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.

(4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan

infuse, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bias minum

atau makan.

(Lintas Diare, 2011)

f. Langkah VI : Penatalaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan

aman

1) Mengobservasi Keadaan Umum (KU) dan Vital sign (VS)

Meliputi : KU, tingkat kesadaran pasien, suhu, nadi, dan

pernapasan.

2) Mengobservasi jumlah cairan yang masuk dan keluar setiap hari

3) Memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya

4) Memberikan rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Empat hal penting yang harus diperhatikan adalah:

a) Jenis cairan

Aspek yang paling penting dari terapi diare adalah untuk

menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit

selama episode akut (Hidayat, 2007). Ini dilakukan dengan

dua cara, yaitu :

(1) Cairan Rehidrasi oral (Oral Rehidration Salts)

(a) Formula lengkap

Formula lengkap mengandung NaCl, NahCO3, KCL dan

glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk cholera dan diare

akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan,

sedang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan

dehidrasi).

Kadar natrium 50-60mEq/l untuk diare akut non-kholera

pada anak dibawah 6 bulan dengan diare akut dengan

dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula

lengkap sering disebut oralit.

(b) Formula sederhana

Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung

NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan

garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam

dan sebagainya untuk pengobatan pertama dirumah pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi

maupun ada dehidrasi ringan.

(2) Cairan parenteral

Cairan parenteral atau intravena yang dapat diberikan pada

penderita diare dengan dehidrasi berat atau penderita yang

tidak bisa diberi rehidrasi oral menurut Abdoerachman, dkk

(2007) adalah:

(a) DG AA (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%

atau sama dengan cairan KA-EN 3B).

(b) RL G (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%

atau sama dengan RD 5%).

(c) RL (Ringer laktat).

(d) 3A (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5% + 1

bagian Na-laktat 1/6 mol/L atau sama dengan KA-EN

3A).

(e) DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa

5%).

(f) RL G 1 : 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-

10%).

(g) Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian

NaHCO3 1½% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian

NaCl 0,9% atau sama dengan N5).

(Abdoerachman (Eds.), 2007)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

b) Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang

dikeluarkan (Abdoerachman (Eds.), 2007). Kehilangan cairan

tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara:

Tabel 2.2 Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi sedang

Umur PWL * NWL** CWL*** Jumlah


> 2 tahun 75 100 25 175
2-5 tahun 50 80 25 155
Keterangan:*PWL = Previous Water loss (ml/kgbb)

**NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)

***CWL = Concommmitant Water Losses (ml/kgbb)

Metode Pierce untuk diare akut dehidrasi sedang

Kebutuhan cairan = 8% x berat badan (kg)

(Sudoyo, AW. (Eds.), 2009)

c) Jalan masuk atau cara pemberian

(1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan

bila anak mau minum serta kesadaran baik.

(2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa

dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran

menurun.

(3) Intravena untuk dehidrasi berat.

commit to user
(Abdoerachman, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

d) Jadwal pemberian cairan

Menurut MTBS menggunakan Rencana terapi B untuk diare

dengan dehidrasi ringan/sedang

(1) Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan

jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak.

Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan

sendok.

(2) Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat

badan dalam 3 jam pertama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Jumlah pemberian oralit

Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


( < 6 kg) (6-<10 kg) (10-<12 kg) (12-19 kg)
200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
Sumber : Nursalam (2005)

(3) Ajarkan pada ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit,

yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan 1 gelas (ukuran

200 ml) air matang.

(4) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam. Apabila

membaik, pemberian oralit dapat diteruskan di rumah sesuai

dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Apabila memburuk,

segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk mendapat

penanganan segera.

5) Memberian makanan

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia


commit to user
sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

nutrisi akan bertambah jika pasien juga mengalami muntah-muntah

atau diare lama. Keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya

tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak cepat tercapai bahkan dapat

timbul komplikasi. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan

membantu menaikkan daya tahan tubuh, pasien diare harus segera

diberi makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus

mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak

menimbulkan diare kembali. Pemberian makanan harus

mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak

menerimanya. Untuk anak diatas umur 1 tahun dan sudah makan biasa,

dianjurkan pada hari-hari masih diare untuk makan bubur tanpa

sayuran dan air teh. Pada hari berikutnya jika defekasinya telah

membaik boleh diberi sayur dengan daging yang tidak berlemak

(Ngastiyah, 2003).

6) Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan badan bayi dan

lingkungan sekitar

7) Berkolaborasi dengan tim laboratorium dalam penegakan diagnose.

8) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam perencanaan

tindakan dan terapi farmakologi

a) Antibiotika

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan

pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pada penderita diare,

antibiotika hanya diberikan jika :

(1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan

atau biakan.

(2) Pada pemeriksaan makroskopik dan atau mikroskopik

ditemukan darah pada tinja.

(3) Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya

infeksi parenteral.

(4) Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin).

(5) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial.

b) Obat antipiretik

Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam

dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk

menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena

infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

(Suraatmaja, 2007)

c) Pemberian Zinc

Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc

selama 10 hari berturut-turut.

(1) Dosis obat Zinc (1 tablet = 20mg)

Umur < 6 bulan = ½ tablet /hari

Umur ≥ 6 bulan = 1 tablet /hari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

(2) Larutkan tablet dalam satu sendok air matang atau ASI (tablet

mudah larut ±30 detik), segera berikan kepada anak.

(3) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat

Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan

lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.

(4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan

infuse, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bias minum

atau makan.

(Lintas Diare, 2011)

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan

kebidanan pada kasus An. N umur 2 tahun 2 bulan dengan diare

akut dehidrasi sedang adalah:

1) Setelah dilakukan pemeriksaan kondisi umum dan vital sign

diharapkan dapat melakukan asuhan selanjutnya.

2) Setelah diberi penjelasan diharapkan orangtua dapat mengerti

tentang penyakit anaknya.

(Hidayat, 2006).

3) Diharapkan pasien mencapai rehidrasi dan status nutrisi yang

adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan dan warna

kulit kembali normal (Muscari, 2005)

4) Diharapkan hasil pemeriksaan tinja melalui laboratorium dapat

menemukan penyebab pasti diare (Suraatmaja, 2005).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

5) Dalam pemeriksaan laboratorium darah dipastikan tidak adanya

peningkatan hematokrit (Muscari, 2005).

2. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien

Tujuh Langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP

(Subjektif, Objektif, Analisis, dan Pelaksanaan). SOAP disarikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan

kemajuan keadaan klien.

S : Subjektif

Data subjektif pada kasus balita dengan diare akut dehidrasi sedang

didapatkan dari hasil wawancara langsung pada orang tua/keluarga anak.

Orang tua/keluarga anak akan mengatakan frekuensi dan konsistensi

buang air besar pada anak.

O : Objektif

Data obyektif pada kasus balita dengan diare akut dehidrasi sedang

adalah hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

A : Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.

P : Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan terdapat intervensi yaitu data subjektif,

objektif berubah atau tidak tergantung. Data yang sudah ada selanjutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

dievaluasi untuk menganalisis respon klien terhadap intervensi yang

diberikan.

(KepMenKes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007)

commit to user

Anda mungkin juga menyukai