Anda di halaman 1dari 60

7.1.

Riwayat Psikiatri dan Pemeriksaan Status Mental

Diagnosa pada pasien psikiatri berbeda pada beberapa hal yang sangat penting dengan
diagnosa pada pasien dengan penyakit fisik. Dengan perkembangan yang pesat pada beberapa bidang
seperti neuroimaging, biologi molekuler, dan genetika, pengetahuan kita mengenai penyebab pada
kebanyakan gangguan psikiatri menjadi tertinggal dan tidak lengkap. Diagnosa berdasarkan etiologi
untuk itu tidaklah sesuai. Selain itu dengan tidak adanya kepastian akan etiologi, telah berkembang pada
beberapa dekade terakhir keragaman dari beberapa pusat studi yang berkompetisi secara teoritis,
dimana mereka mencoba untuk menjelaskan dasar dari gejala-gejala dengan dasar teori perilaku secara
umum. Sebagai contoh, teori psikoanalitik, diambil dari karya Sigmud Freud dan beberapa generasi
analis pendukungnya, menyarankan bahwa gejala-gejala psikiatri merupakan hasil dari konflik intrapsikis
alam bawah sadar – untuk itu, konflik yang berada di dalam pikiran seseorang; dimana keinginan untuk
melakukan sesuatu menjadi saling mengisi dengan satu bentuk ketakutan untuk menyelesaikan sesuatu.
Teori perilaku, pada bentuk yang lain, menjelaskan gejala-gejala sebagai suatu keadaan yang
terkondisikan oleh suatu bentuk yang rumit dan tumpang tindih dari hukuman dan penghargaan. Untuk
dapat menggunakan diagnosa secara luas, tidak dapat hanya terikat pada satu teori saja dengan
menyingkirkan teori yang lain.
Perbedaan lainnya antara diagnosa di psikiatri dengan di bidang fisik adalah tidak adanya
kriteria luar yang pasti. Beberapa petanda seperti pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
memastikan atau menolak suatu diagnosa awal. Sebagai akibatnya, suatu diagnosa psikiatri hanya
berdasar kepada baiknya pengetahuan dan kemampuan dari klinisi itu sendiri. Seperti diperkirakan
sebelumnya, hal ini mengakibatkan suatu masalah yang serius selama bertahun-tahun terhadap
realibilitas suatu diagnosa – psikiater yang lain memeriksa pasien yang sama akan memberikan diagnosa
yang berbeda.
Kesulitan ini sudah disampaikan pada berbagai edisi dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) dari American Psychiatric Association. Kriteria diagnosa dari DSM berdasar
pada deskripsi fenomenologi. Fenomenologi menggambarkan apa yang diketahui melalui rasa – apa
yang dapat terlihat atau terdengar secara langsung, sebagai contoh – sesuatu yang bertentangan
dengan apa yang diinterpretasikan atau diduga. Data observasi selalu lebih dipercaya daripada data
yang berdasar dugaan, dan beranjak dari penafsiran, intuisi, dan diagnosa berdasarkan kesan terhadap
suatu sistem deskripsi fenomenologi telah memberikan perbaikan terhadap ketepatan diagnosa psikiatri.
Hal ini juga menguatkan model dari segi medis. DSM saat ini berada pada edisi keempat, dan evolusi
yang dilakukan merupakan satu dari beberapa kemajuan saat ini dalam diagnosa psikiatri. Edisi revisi
dari DSM-IV (DSM-IV-TR), telah dipublikasikan pada tahun 2000.
Evaluasi psikiatri terbagi dalam dua seksi. Pertama, seksi riwayat (contohnya, psikiatri,
pengobatan, keluarga), termasuk di dalamnya deskripsi dari pasien bagaimana gejala-gejala saat ini,
suatu review dari keadaan dan pengobatan sebelumnya, suatu deskripsi dari keadaan fisik sekarang dan
sebelumnya, suatu gambaran umum dari masalah psikiatri dan pengobatan dari anggota keluarga yang
lain, dimana hal ini menunjukkan adanya fungsi adaptasi dan keadaan dirinya hingga saat ini. Informasi
mengenai riwayat yang datang dari pasien mungkin ditambahkan decara lebih luas dari informasi yang
diberikan oleh anggota keluarga yang lain, agen sosial yang ditunjuk, dokter yang merawat sebelumnya,
dan catatan rumah sakit yang dulu. Seksi kedua dari evaluasi psikiatri, pemeriksaan status mental,
review yang sistematis dari emosi pasien dan fungsi kognisi pada saat dilakukannya wawancara.

Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri merupakan catatan kehidupan dari seorang pasien; hal ini memberikan
seorang psikiater untuk memahami siapa pasiennya, dari mana awalnya, dan ke mana akan jadinya
pasien ini kemudian. Riwayat ini adalah cerita kehidupan pasien yang diceritakan kepada psikiater dalam
bahasa pasien sendiri atau berdasar pandangan pasien sendiri. Sering, riwayat ini juga memasukkan
informasi yang diperoleh dari sumber yang lain, seperti orang tua atau pasangannya. Mendapatkan
riwayat yang menyeluruh dari seorang pasien dan bila perlu, dari sumber yang dapat dipercaya adalah
penting dalam membuat suatu diagnosa yang benar dan memformulasikan rencana pengobatan yang
spesifik dan efektif. Seperti disebutkan di atas, suatu riwayat psikiatri sedikit berbeda dari riwayat yang
diperoleh dari pemeriksaan fisik ataupun bedah. Sebagai tambahan untuk mengumpulkan data yang kuat
dan berdasarkan fakta berhubungan dengan perjalanan gejala-gejala dan terhadap riwayat psikiatri
maupun medis, seorang psikiater dipaksa untuk mengambil dari riwayat ini suatu gambaran karakteristik
dari kepribadian pasien termasuk di dalamnya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Riwayat psikiatri
memberikan insight ke dalam suatu hubungan yang alami dengan mereka yang dekat dengan pasien dan
termasuk di dalamnya semua orang yang penting dalam hidupnya. Seseorang biasanya dapat
menghilangkan gambaran menyeluruh yang beralasan dari perkembangan pasien dari saat awal
pembentukannya hingga keadaannya saat ini.
Teknik terpenting dalam memperoleh riwayat psikiatri adalah dengan memberikan pasien
menceritakan kisah mereka dengan bahasa mereka sendiri dengan urutan yang menurut mereka paling
penting. Seiring dengan pasien mencoba untuk menghubungkan cerita mereka, pewawancara yang ahli
dapat mengenali inti dimana mereka harus memberikan pertanyaan awal yang relevan mengenai
gambaran yang diceritakan secara garis besar dari riwayat dan pemeriksaan status mental.
Struktur dari riwayat dan pemeriksaan status mental yang ditampilkan di seksi ini tidak
bermaksud untuk membuat suatu rencana yang kaku dalam melakukan wawancara dengan pasien; hal
ini bertujuan untuk mengarahkan dalam mengatur riwayat pasien ketika dibuat dalam bentuk laporan.
Tersedia beberapa format standar dan telah diterima untuk suatu riwayat psikiatri; salah satunya
ditampilkan dalam tabel 7.1-1. Contoh pertanyaan yang ditanyakan pada pasien ketika mengumpulkan
riwayat psikiatri ditampilkan pada tabel 7.1-2.

Tabel 7.1-1. Garis besar riwayat psikiatri

I. Data identitas
II. Keluhan utama
III. Riwayat penyakit sekarang
A. Onset
B. Faktor pencetus
IV. Riwayat penyakit dahulu
A. Psikiatri
B. Medis
C. Riwayat penggunaan alkohol dan zat lainnya
V. Riwayat keluarga
VI. Riwayat pribadi (anamnesa)
A. Prenatal dan perinatal
B. Masa kanak-kanak awal (sampai usia 3 tahun)
C. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
D. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
E. Masa dewasa
1. Riwayat pekerjaan
2. Riwayat perkawinan dan hubungan
3. Riwayat militer
4. Riwayat pendidikan
5. Agama
6. Aktivitas sosial
7. Situasi tempat tinggal saat ini
8. Riwayat kejahatan
F. Riwayat seksual
G. Mimpi dan fantasi
H. Nilai

Tabel 7.1-2. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan untuk memperoleh riwayat psikiatri
dan status mental.

TOPIK PERTANYAAN KETERANGAN DAN TIPS


YANG MEMBANTU
Data yang diidentifikasi: nama, Langsung pada data yang Jika pasien tidak kooperatif,
umur, jenis kelamin, status diinginkan. Minta jawaban yang dapatkan informasi dari anggota
pernikahan, agama, pendidikan, spesifik. keluarga atau temannya. Jika
alamat, telepon, pekerjaan, pasien adalah rujukan dari
sumber rujukan. seorang dokter, mintalah rekam
medisnya.
Keluhan utama: pernyataan Mengapa anda datang pada Catat jawaban kata demi kata;
singkat menurut kata-kata pasien seorang psikiater? Hal apa yang keluhan yang aneh menunjuk
sendiri tentang mengapa pasien membawa anda sampai ke pada suatu proses psikotik.
berada di rumah sakit atau rumah sakit? Apa kira-kira yang
berkonsultasi. menjadi masalah?
Riwayat penyakit sekarang: Kapankah anda pertama kali Catat sesuai dengan bahasa
perkembangan dari gejala mulai tahu bahwa sesuatu telah terjadi pasien sendiri sebanyak
dari awal (onset) hingga pada dirimu? Apakah anda mungkin. Cari riwayat dirawat di
sekarang; hubungan dari kecewa terhadap sesuatu saat rumah sakit sebelumnya dan
peristiwa hidup, konflik, stresor, gejala itu mulai? Apakah hal terapinya. Onset gejala yang
obat-obatan, berubah dari taraf tersebut mulai secara tiba-tiba tiba-tiba mungkin menandakan
fungsi sebelumnya. atau bertahap? suatu gangguan yang terinduksi
oleh obat-obatan.
Gangguan medis dan psikiatri Apakah anda pernah mengalami Mengetahui luasnya penyakit,
sebelumnya: gangguan psikiatri; kehilangan kesadaran? pengobatan, penanganan, hasil
psikosomatik, medis, penyakit Mengalami serangan kejang? pengobatan, rumah sakit, dokter.
neurologis (seperti trauma kranio Menentukan jika penyakit
serebral, kejang). menampilkan suatu peranan
tambahan.
Riwayat pribadi: kelahiran dan Apakah anda tahu beberapa hal Ibu yang lebih tua (>35 thn)
masa bayi: sebanyak yang mengenai kelahiran anda? Jika memiliki resiko tinggi untuk bayi
diketahui oleh pasien, tahu, dari siapa tahunya? Berapa dengan Sindrom Down; ayah
mengetahui kehamilan ibunya usia ibu anda saat melahirkan yang lebih tua (>45 thn) mungkin
dan cara melahirkan, kehamilan anda? Ayah anda? berperan pada kerusakan
direncanakan atau tak sperma yang menghasilkan
diinginkan, tanda-tanda kekurangan termasuk
perkembangan – berdiri, skizofrenia.
berjalan, berbicara, temperamen.
Masa kanak-kanak: pola Toilet trainning? Mengompol? Kecemasan pemisahan dan
menyusui, toilet trainning, Bermain seks dengan teman phobia sekolah dihubungkan
kepribadian (pemalu, penarikan sebaya? Apakah kenangan dengan depresi saat dewasa;
diri), kelakuan dan kebiasaan kanak-kanak anda yang enuresis dihubungkan dengan
umum, hubungan dengan pertama? “fire setting”. Kenangan masa
orangtua atau pengasuh, teman kanak-kanak sebelum usia 3 thn
sebaya. Pemisahan, mimpi biasanya dibayangkan, bukan
buruk, mengompol, ketakutan. kenyataan.
Masa remaja: hubungan dengan Anak remaja mungkin menolak Tampilan sekolah yang buruk
teman sebaya dan dengan yang untuk menjawab pertanyaan; tapi merupakan suatu indikator yang
dihormati, riwayat sekolah, mereka harus ditanyakan. Orang sensitif untuk gagasan
tingkat, masalah emosional, dewasa mungkin emosional. Skizofrenia mulai
penggunaan obat-obatan, usia memutarbalikkan ingatan pada akhir usia remaja.
saat pubertas. terhadap pengalaman emosional
masa remaja yang diminta.
Penganiayaan seksual?
Masa dewasa: riwayat pekerjaan, Sebaiknya menggunakan Tergantung dari keluhan
pilihan karir, riwayat perkawinan, pertanyaan terbuka. Coba anda utamanya, beberapa daerah
anak-anak, pendidikan, ceritakan pada saya tentang memerlukan penyelidikan lebih
keuangan, riwayat militer, perkawinan anda! Jangan detail. Pasien manik sering sekali
agama. menuduh: Bagaimana peran berhutang atau yang memilih-
agama terhadap hidup anda, jika milih. Ide keagamaan yang
ada? Bagaimana daya tarik berlebihan berhubungan dengan
seksual anda terhadap seorang gangguan kepribadian paranoid.
pasangan?
Riwayat seksual: perkembangan Apakah ada sesuatu masalah Jangan menghakimi. Bertanya
seksual, masturbasi, atau hal yang perlu mendapat dengan kalimat “Kapan anda
anorgasmia, gangguan ereksi, perhatian mengenai kehidupan mulai melakukan masturbasi”
ejakulasi dini, paraphilia, seksual anda? Bagaimana anda adalah cara pendekatan yang
orientasi seksual, tingkah laku belajar tentang seks? Adakah lebih baik daripada bertanya
dan perasaan umum. suatu perubahan pada dorongan dengan “Apakah atau pernahkah
seksual anda? anda masturbasi”.
Riwayat keluarga: penyakit- Pernahkah salah satu anggota Genetik berpengaruh pada
penyakit psikiatri, medis, dan keluarga anda pengalami anxietas, depresi, skizofrenia.
genetik pada ibu, ayah, saudara depresi? Alkoholik? Di rumah Dapatkan riwayat pengobatan
kandung; usia orangtua dan sakit jiwa? Di penjara? pada keluarga (pengobatan yang
pekerjaan; jika telah meninggal, Gambaran kondisi kehidupan efektif terhadap salah satu
tanggal dan penyebabnya, anda. Apakah anda memiliki anggota keluarga dengan
perasaan terhadap setiap kamar sendiri? kelainan yang sama mungkin
anggota keluarga, keuangan. juga efektif untuk pasien).
STATUS MENTAL
Penampakan umum: catat Perkenalkan diri anda dan Tidak terurus dan kusut pada
penampilan, gaya jalan, pakaian, persilahkan pasien untuk duduk. gangguan kognitif. Pupil pinpoint
perawatan diri (rapi atau tidak), Di rumah sakit, bawa kursi anda pada ketergantungan narkotika.
postur, sikap, ekspresi wajah. ke samping bed, jangan duduk di Penarikan diri dan postur
Apakah pasien tampak lebih tua bed. membungkuk pada depresi.
atau lebih muda daripada usia
yang sebenarnya?
Pola motorik: tingkat aktivitas; Apakah anda menjadi lebih aktif Postur yang terpaku adalah pola
agitasi psikomotor atau retardasi daripada biasanya? Lebih kurang aneh pada skizofrenia. Hiperaktif
psikomotor – tics, tremor, aktif? Anda boleh bertanya dengan penyalahgunaan
automatisme, mannerisme, tentang mannerisme yang nyata, stimulan (cocaine) dan mania.
grimaces, stereotipe, misalnya “Saya perhatikan Retardasi psikomotor pada
negativisme, apraxia, tangan anda terus goyang- depresi; tremor dengan anxietas
echopraxia, waxy flexibility, goyang, dapatkah anda jelaskan atau efek samping obat (lithium).
penampakan emosional – pada saya tentang itu? Kontak mata yang normal
cemas, tegang, panik, Waspadalah juga terhadap bau- biasanya terjadi kira-kira separuh
membingungkan, sedih, kesal; bau, seperti dari keseluruhan waktu
suara – kecil, keras, parau; alkoholisme/ketoasidosis. wawancara. Kontak mata yang
kontak mata. minimal pada skizofrenia.
Mengamati lingkungan pada
keadaan paranoid.
Sikap selama wawancara: Anda boleh berkomentar tentang Kecurigaan pada paranoia;
bagaimana hubungan pasien sikap. Tampaknya anda sangat tertarik pada histeria;
dengan pemeriksa – iritabel, terganggu oleh sesuatu; apakah apatis pada gangguan konversi
agresif, sangat tertarik, menjaga pengamatan saya benar? (la belle indifference); punning
jarak, defensif, acuh tak acuh, (witzlesucht) pada sindrom lobus
tidak peduli/apatis, kooperatif, frontal.
menyindir/sarcastik.
Mood: keadaan emosional yang Bagaimana perasaan anda? Ide tentang bunuh diri pada 25%
tetap atau bertahan – murung, Bagaimana jiwa anda? Apakah dari penderita depresi. Sangat
tegang, tanpa harapan, gembira anda punya pikiran bahwa hidup gembira pada mania. Terbangun
luar biasa, kesal, senang, malu, anda tidak bernilai atau bahwa dini hari pada depresi;
sedih, sangat gembira, euphorik, anda ingin menyakiti diri anda berkurangnya kebutuhan tidur
tertekan, apatis, anhedonik, sendiri? Apakah anda telah pada mania.
ketakutan, ingin bunuh diri, punya rencana untuk mengakhiri
grandiose, nihilistik. hidup anda sendiri? Apakah
anda ingin mati? Apakah telah
terjadi perubahan pada pola tidur
anda?
Afek: nada perasaan yang Amati tanda non verbal dari Perubahan pada afek biasanya
berhubungan dengan ide – labil, emosi, gerakan tubuh, wajah, dengan skizofrenia; kehilangan
tumpul, sesuai dengan isi, tidak ritme suara prosody/persajakan pada
sesuai, datar (prosody/persajakan). Tertawa gangguan kognitif, katatonia.
saat membicarakan tentang hal Jangan bingung antara efek
yang menyedihkan seperti samping obat dengan afek datar.
kematian, adalah tidak sesuai.
Bicara: pelan, cepat, tertekan, Suruh pasien untuk mengatakan Pasien manik menunjukkan
gatal, spontan, sedikit bicara, “Methodist Episcopalian” untuk bicara dengan tekanan; bicara
gagap, menelan, staccato. Pitch, menguji adanya dysarthria. sedikit pada depresi. Bicara yang
artikulasi, aphasia, coprolalia, tidak rata atau tertelan pada
echolalia, inkoheren, logorrhea, gangguan kognisi.
diam, sedikit sekali, muluk-
muluk.
Gangguan persepsi: halusinasi – Apakah anda pernah melihat Halusinasi visual menunjuk pada
olfaktorik, auditorik, haptik (taktil), sesuatu atau mendengar suara- skizofrenia. Halusinasi taktil
gustatorik, visual; ilusi; suara? Apakah anda memiliki menunjuk pada cocainisme,
pengalaman hypnopompik atau pengalaman aneh saat anda delirium tremens. Halusinasi
hypnagogik; perasaan tentang tertidur atau saat terjaga? olfaktorik umumnya pada epilepsi
hal tidak nyata, déjà vu, deja Apakah dunia ini berubah dalam lobus temporal.
entendu, macropsia. beberapa hal? Apakah anda
mencium sesuatu yang aneh?
Isi pikir: delusi – penganiayaan Apakah anda merasakan Apakah delusi sesuai dengan
(paranoid), kebesaran, seseorang akan menyakitimu? mood (delusi kebesaran dengan
ketidaksetiaan, somatik, Apakah anda memiliki kekuatan mood meningkat) atau tidak
sensoris, pikiran tersiar, pikiran khusus? Apakah seseorang sesuai? Delusi yang tidak sesuai
disisipi, ide-ide tentang petunjuk, berusaha mempengaruhi anda? dengan mood menunjuk pada
ide-ide tentang hal yang tidak Apakah anda memiliki sensasi skizofrenia. Ilusi biasanya pada
nyata, fobia, obsesi, kompulsi, tubuh yang aneh? Apakah ada delirium. Pikiran yang dimasuki
ambivalensi, autisme, dereisme, pemikiran bahwa anda tidak adalah khas pada skizofrenia.
blocking, preokupasi bunuh diri dapat keluar dari pikiran anda?
atau membunuh, konflik, ide-ide Apakah anda berpikir tentang
nihilistik, hypochondriosis, dunia ini kiamat? Dapatkah
depersonalisasi, derealisasi, orang lain membaca pikiran
loncat pikir, idee fixe, pikiran anda? Apakah anda pernah
tentang magis, neologisme. merasa bahwa televisi berbicara
pada anda? Tanyakan tentang
angan-angan dan mimpi.
Proses pikir: tujuan – ide
langsung, asosiasi longgar, tidak
logis, tangensial, relevan,
sirkumstansial, berputar-putar
tidak teratur, kemampuan
abstrak, loncat pikir, clang
association, perseverasi.

DATA YANG DIIDENTIFIKASI

Data yang diidentifikasi: nama, umur, status perkawinan, seks, pekerjaan, bahasa (selain english), latar
belakang ethnis dan agama, termasuk juga tempat atau situasi dimana wawancara dilakukan, sumber
informasinya siapa, hubungan antara sumber dengan pasien, dan apakah gangguan ini terjadi pertama
kali atau ulangan. Seorang psikiater juga harus membedakan antara pasien datang atas kemauannya
sendiri, dirujuk orang lain atau dibawa orang lain.

Data ini akan memberikan gambaran atau sketsa yang penting tentang karakter dari pasien yang akan
berefek terhadap diagnosis, prognosis, perawatan dan ketaatan berobat.
Contoh:
Mr. Jones, 25 tahun, kulit putih, single, Katolik, tidak punya pekerjaan dan rumah, serta hidup di jalanan.
Wawancara di IRD dengan pasien dalam keadaan terikat tangan dan kakinya, didampingi oleh 2 orang
perawat dan 1 orang polisi. Sepuluh tahun yang lalu, pasien pernah datang ke IRD. Sumber informasi
selain dari pasien sendiri, juga polisi yang membawanya. Polisi menemukan pasien di jalan.

KELUHAN UTAMA

Keluhan utama: dalam bahasa pasien sendiri atau pernyataan kenapa seseorang itu datang atau apa
yang menyebabkan orang tersebut dibawa untuk mencari pertolongan.
Disini harus dicatat sekalipun pasien tidak dapat bicara, dan semua keterangan pasien walau bagaimana
aneh dan tidak relevannya keluhan tersebut. Orang lain juga dapat sebagai sumber informasi tentang
riwayat penyakit pasien.
Contoh:
 Saya merasa sangat depresi dan selalu berpikir tentang kematian.
 Tidak ada yang salah pada diri saya, dia yang gila.
 Pasien hanya diam

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Riwayat penyakit sekarang adalah gambaran yang kronologis dan komprehensif tentang kejadian-
kejadian dalam kehidupan pasien yang berhubungan dengan sakitnya.
Dari riwayat kapan onset dari gejala dan apa kejadian yang memicu atau pencetus akan membantu kita
dalam membuat diagnosis. Pemahaman terhadap riwayat penyakit sekarang ini dapat membantu kita
dalam menjawab pertanyaan kenapa sekarang? Apa yang membuat pasien datang ke dokter? Gejala
apa yang dialami pasien dari awal, bagaimana perilakunya, apa efeknya terhadap pasien? Mengetahui
tentang riwayat kepribadian pasien juga membantu dalam memberi gambaran tentang sakit pasien.

Pemeriksaan penyakit pasien harus dibuat ringkas dan sistematis. Riwayat yang detail akan membuat
diagnosis lebih akurat. Kejadian apa yang memicu? Bagaimana efek penyakit terhadap aktivitas pasien
(kerja, hubungan sosial). Disfungsi apa yang dimiliki? Adakah gejala psikofisiologis? Jika ada harus
digambarkan lokasi dimana, intensitas bagaimana, fluktuasinya bagaimana? Apa ada hubungan antara
gejala fisik dengan psikis? Gambaran tentang kecemasan pasien apakah umum/non spesifik atau
berhubungan dengan situasi tertentu. Bagaimana pasien menghandle kecemasannya? Biasanya
diketahui dengan “bagaimana awal dari semua ini” untuk membuka tentang riwayat penyakit sekarang.
Pada pasien neurosa biasanya bisa menceritakan masalahnya secara kronologis, tapi pasien psikosa
sulit untuk diwawancarai. Pasien kasus ini kita harus bertanya pada orang lain seperti anggota keluarga
atau teman.

RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA

Dalam bagian ini harus dibuat baik penyakit medis atau psikis. Harus dibuat secara detail tentang segala
permasalahan baik psikis maupun biologis yang terjadi sebelumnya dan hal-hal yang mendasari sakit
pasien. Juga masalah dan kejadian penting.

Gejala sakit, jenis perawatan yang didapat, nama rumah sakit, lama sakit, efek perawatan terdahulu dan
derajat kepatuhan berobat harus digali dan dicatat secara kronologis. Perhatian khusus harus diberikan
pada episode pertama awal munculnya penyakit karena episode pertama ini akan memberikan data
penting tentang hal-hal yang memicu munculnya penyakit, kemungkinan diagnosis dan kemampuan
pasien untuk menyesuaikan diri.

Dari riwayat medis diharapkan seorang psikiater akan mendapat medical review tentang masalah medis,
bedah dan trauma yang perlu masuk rumah sakit. Episode trauma craniocerebral, penyakit neuro, tumor
dan bangkitan khususnya yang berhubungan dengan riwayat psikiatri. Riwayat HIV (+), pertanyaan
khusus tentang adanya bangkitan, episode hilang kesadaran, perubahan pola headache, perubahan
lapangan pandang, episode bingung dan disorientasi, riwayat sifilis juga ada hubungannya.

Penyebab, komplikasi, perawatan dari berbagai penyakit dan efek dari penyakitnya terhadap pasien juga
harus diketahui. Pertanyaan spesifik tentang gangguan psikosomatis harus ditanyakan dan jawabannya
harus dicatat. Termasuk dalam kategori ini: hay fever, reumatoid artritis, ulseratif kolitis, asma, hipertiroid,
ketidaknyamanan gastrointestinal, demam yang berulang dan kondisi kulit. Semua pasien ditanya
mengenai riwayat peminum alkohol atau penggunaan zat lain termasuk jumlah dan frekuensi pemakaian.
Misalnya: berapa banyak alkohol yang kamu minum setiap hari? Beberapa kondisi medis dan
perawatannya menyebabkan gejala psikiatri. Tanpa mengetahui riwayat medis dari pasien maka mungkin
kita akan membuat kesalahan dalam diagnosis.

Endokrinopati akibat hipotiroid atau penyakit Addison bisa muncul dengan depresi. Perawatan dengan
kortikosteroid bisa memicu manik dan gejala psikotik. Sebagai tambahan, munculnya penyakit fisik bisa
sebagai akibat sekunder dari penyakit psikis. Misalnya: pasien laki-laki usia pertengahan habis
mengalami serangan jantung bisa menderita gangguan cemas dan depresi.

Status medis dari pasien harus juga dipakai acuan dalam perawatan pasien jiwa. Pasien depresi dengan
gangguan konduksi jantung tidak akan dirawat dengan antidepresi trisiklik. Pasien gangguan bipolar
dengan penyakit ginjal lebih baik diberi antikonvulsan mood stabiliser daripada lithium. Nama dan dosis
obat non psikiatri harus diketahui untuk menghindari interaksi dengan obat psikiatri.

RIWAYAT KELUARGA
Pertanyaan mengenai segala penyakit dalam ilmu psikiatri, masuk rumah sakit dan terapi yang didapat
oleh penderita, semestinya dimasukkan dalam bagian riwayat keluarga. Adakah riwayat dengan alkohol
dan penyalahgunaan zat di dalam keluarga atau perilaku anti sosial? Sebagai tambahan, riwayat
keluarga harus dapat memberikan penjelasan mengenai kepribadian dan intelegensi orang-orang yang
tinggal serumah dari masa kanak-kanak hingga saat ini yang akan menggambarkan pola asuh di tempat
pasien dibesarkan. Seorang psikiater juga harus dapat menentukan peranan masing-masing anggota
keluarga dan hubungannya dengan pasien. Apakah itu ethnic, kewarganegaraan, dan kepercayaan serta
tradisi yang dianut? Pemberian informasi lain selain pasien dapat ditambahkan dalam riwayat keluarga
dan sumber tersebut diberi catatan tertulis tersendiri. Anggota keluarga yang berbeda dapat memberikan
gambaran yang berbeda mengenai keadaan pasien dan hal tersebut sering terjadi. Psikiater harus dapat
menilai sikap yang dianut oleh keluarga, wawasan mereka terhadap penyakit pasien. Apakah pasien
merasa mendapat dukungan keluarga, acuh tak acuh atau dihancurkan? Apakah pengaruh penyakit
pasien terhadap keluarga.
Pertanyaan lain yang menyediakan informasi yang berguna pada bagian ini termasuk:
bagaimana sikap pasien terhadap orang tua dan saudara-saudaranya? Psikiater harus meminta pasien
untuk menjelaskan masing-masing anggota keluarganya. Siapakah yang disebut pertama kali? Siapakah
yang paling akhir? Apa pekerjaan orang tuanya? Apa pekerjaan saudara-saudaranya? Bagaimana
pekerjaan saudara-saudaranya bila dibandingkan dengan pekerjaan pasien, dan bagaimana perasaan
pasien mengenai hal tersebut? Siapakah yang paling akrab dengan pasien dan mengapa?

RIWAYAT PRIBADI

Sebagai usaha untuk mempelajari penyakit pasien dan situasi kehidupannya saat ini. Psikiater
memerlukan pengetahuan mengenai masa lalu pasien dan hubungannya dengan perasaan pasien saat
ini. Anamnesis atau riwayat pribadi umumnya dibagi menjadi awal masa kanak-kanak, akhir masa kanak-
kanak dan masa dewasa (tabel 7.1-3). Emosi yang predominan dihubungkan dengan periode hidupnya
(misal menyakitkan, penuh tekanan, atau penuh konflik) harus dicatat.

Tabel 7.1-3. Garis besar dari riwayat perkembangan


A. Prenatal dan Perinatal
1. Usia kehamilan yang cukup atau prematur
2. Persalinan pervaginam atau SC
3. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama kehamilan
4. Komplikasi kehamilan
5. Kelainan saat persalinan
B. Bayi dan masa kanak-kanak awal
1. Hubungan bayi dan ibu
2. Masalah menyusui dan tidur
3. Significant milestone
- Berdiri/berjalan
- Kata pertama/kalimat dengan dua kata
- Penguasaan pencernaan dan kencing
4. Pengasuhan lainnya
5. Perilaku yang tidak umum (membenturkan kepala)
C. Masa kanak-kanak pertengahan
1. Prasekolah dan pengalaman sekolah
2. Penyapihan dalam pengasuhan
3. Berteman/bermain
4. Metode penegakan disiplin
5. Penyakit, pembedahan atau trauma
D. Remaja
1. Onset pubertas
2. Penerimaan akademis
3. Aktivitas organisasi (olahraga, berkelompok)
4. Bidang yang diminati/kegemaran
5. Hubungan romantis dan pengalaman sosial
6. Pengalaman kerja
7. Penggunaan obat/alkohol
8. Gejala-gejala (moodiness, pola tidur dan makan yang tidak teratur, pertengkaran dan
argumentasi)
E. Dewasa muda
1. Hubungan jangka panjang yang berarti
2. Pilihan pendidikan dan karier
3. Pengalaman militer
4. Riwayat pekerjaan
5. Riwayat pidana (dipenjara)
6. Kegiatan intelektual dan kesenangan
F. Dewasa pertengahan dan usia tua
1. Perubahan susunan keluarga
2. Aktivitas sosial
3. Perubahan pekerjaan dan karier
4. Aspirasi/pemikiran
5. Kehilangan berat
6. Pensiun dan usia bertambah

Riwayat Prenatal dan Perinatal


Psikiater mempertimbangkan situasi rumah tempat pasien dilahirkan dan apakah pasien direncanakan
dan diinginkan. Apakah ada masalah yang dialami ibu saat kehamilan dan persalinan? Bagaimanakah
emosi dan status fisik sang ibu saat pasien dilahirkan? Apakah ada masalah maternal selama
kehamilan? Apakah ibu mengalami penyalahgunaan alkohol atau zat lain selama kehamilan?

Masa Kanak-Kanak Awal (lahir – usia 3 tahun)


Masa kanak-kanak awal adalah masa 3 tahun pertama kehidupan pasien. Kualitas interaksi ibu – anak
dalam menyusui dan toilet training sangat penting. Sering kali dapat ditelusuri gangguan yang dialami
muncul pada masa ini. Gangguan pola tidur awal, termasuk episode membentur-benturkan kepala dan
memukul-mukul tubuh merupakan tanda adanya kemungkinan deprivasi maternal atau gangguan
perkembangan. Psikiater juga harus memperhatikan riwayat seseorang mulai stabil dan sentuhan dalam
3 tahun pertama. Apakah ada penyakit psikiatri atau medis yang dialami orang tua yang mempengaruhi
interaksi orang tua – anak? Apakah ada orang lain selain ibu yang memperhatikan pasien? Apakah
pasien menunjukkan masalah pada periode awal seperti kecemasan pada orang asing yang berat atau
cemas perpisahan? Kepribadian anak tersebut merupakan topik utama. Apakah anak tersebut pemalu,
tidak mampu diam, over aktif, menarik diri, tekun belajar, suka keluar, atletik, ramah? Carilah data
tentang kemampuan pasien berkunsentrasi, mengatasi frustasi, dan menunda kepuasan. Juga catatlah
kecenderungan anak untuk bersikap pasif / aktif dalam permainan fisik. Apakah permainan atau mainan
favorit anak? Apakah anak memilih untuk bermain sendiri, dengan teman atau tidak bermain sama
sekali? Apakah memori awal pasien? Apakah ada mimpi berulang atau fantasi pada periode ini?
Kesimpulan dari masa ini yang penting dapat ditutupi di kehidupan selanjutnya.
 Kebiasaan menyusui
Pemberian ASI atau susu botol, masalah makan.
 Perkembangan awal
Berjalan, bicara, tumbuh gigi, perkembangan berbahasa, perkambangan motorik, tanda dari tidak
terpenuhi kebutuhan, gangguan tidur, obyek perhatian, kecemasan terhadap orang asing, deprivasi
maternal, cemas perpisahan, pengasuh lain di rumah.
 Toilet training
Usia, cara orang tua, perasaan mengenai hal tersebut.
 Tanda dan masalah perilaku
Menghisap ibu jari, mudah marah, tic, membenturkan kepala, berayun-ayun, mimpi buruk, ketakutan,
mengompol atau buang air besar di ranjang, menggigit kuku, excessive masturbation.
 Kepribadian seorang anak
Pemalu, tidak bisa diam, over aktif, menarik diri, mudah berinteraksi, persisten, kurus, atletik, ramah,
pola bermain.

Tgl. 05 Maret 2004


Dr. Kadek Susi Widiastuti

ANAK USIA PERTENGAHAN ( 3 – 11 TAHUN )

Dalam bagian ini, psikiater dapat menulis beberapa subyek penting seperti jenis kelamin, hukuman yang
dilaksanakan di rumah dan siapa yang bertanggungjawab menjatuhkan hukuman. Psikiater harus
menanyakan pengalaman awal sekolah pasien, terutama bagaimana reaksi pasien waktu pertama kali
terpisah dari ibu dan ayahnya. Data tentang teman pertama pasien amat berarti. Psikiater harus
mengetahui jumlah dan teman dekat pasien, cari tahu apa pasien memainkan peranan sebagai ketua
atau pengikut dan deskripsikan popularitas sosial dan partisipasi dalam kelompok atau aktivitas.
Kooperatif baik pasien dengan teman sebaya (seumur), adil, memahami atau menurut perintah. Data
tentang belajar membaca dan yang lain serta kemampuan motorik amat penting.

ANAK USIA LANJUT ( PUBERTAS )

Pada saat ini pasien mulai membentuk sifat mandiri dari orang tua lewat hubungan dengan teman dan
kelompok. Psikiater harus mengetahui siapa figur ideal pasien. Ini dapat membantu bagaimana
pembentukan pribadi dari pasien.
Sangat membantu jika data tentang sekolah, hubungan dengan guru, mata kuliah yang disenangi
dan hal yang disenangi di sekolah atau di luar. Tanyakan tentang partisipasi orang tua dalam olahraga
dan hobi, serta informasi tentang emosi atau masalah fisik yang mungkin muncul dalam fase ini.
Contoh-contoh pertanyaan yang dapat ditanyakan:
 Apa yang pasien rasakan tentang identitas personal?
 Berapa berat pemakaian alkohol dan zat lain?
 Apakah pasien aktif dalam seks dan bagaimana kualitas hubungan seksual?
 Apakah pasien terlibat dalam sekolah dan teman, apakah disisihkan dibuang? Bagaimana dengan
image tubuh pasien? Apakah ada percobaan bunuh diri?
 Apa masalah di sekolah?
 Bagaimana pasien menggunakan waktu luangnya?
 Bagaimana hubungan dengan orang tua?
 Bagaimana perasaan pasien tentang pembentukan karakteristik seks sekunder?
 Bagaimana respon terhadap menarche?
 Bagaimana sikap pasien terhadap kencan penting permainan seks?

HUBUNGAN SOSIAL

 Sikap terhadap teman main, jumlah, dan teman dekat, ketua atau pengikut, popularitas, partisipasi
atau aktivitas kelompok, figur idela, sikap antisosial.

SEJARAH SEKOLAH

 Sejauh mana pasien terlibat, menyesuaikan dengan sekolah, hubungan dengan guru, mata kuliah
yang disenangi, kemampuan, aktivitas luar, olahraga, hobi.

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN MOTORIK

 Belajar membaca dan kemampuan intelektual, serta motorik, disfungsi serebral minimal, disfungsi
belajar yang mempengaruhi pasien.

EMOSI DAN MASALAH FISIKAL

 Mimpi, fobia, melarikan diri, kencing pada malam hari, merokok, alkohol atau zat lain, anoreksia,
masalah berat badan, depresi, ide bunuh diri.

DEWASA

PEKERJAAN

 Pilihan pekerjaan pasien harus dicatat dan target masa depan. Psikiater harus mengenali perasaan
pasien tentang kerjanya dan hubungan saat kerja dan deskripsi pengalaman kerja.

PERKAWINAN DAN RIWAYAT HUBUNGAN

Dalam bagian ini psikiater mendeskripsikan riwayat perkawinan yang legal atau dengan hukum.
Hubungan yang signifikan dengan seseorang yang telah dia hidup bersama. Cerita tentang perkawinan
dalam hubungan jangka panjang harus dideskripsikan perkembangan hubungan itu. Pengaturan uang,
rumah, hal dalam mendidik anak harus dideskripsikan.
Pertanyaan yang biasa diajukan dapat seperti:
Apakah pasien dalam hubungan jangka panjang? Berapa lama hubungannya? Bagaimana dengan
kualitas seksual? Bagaimana pandangan pasien terhadap pasangan? Bagaimana pasien
mendeskripsikan hubungannya dari segi kualitas positif dan negatifnya? Bagaimana pasien
menerima kegagalan hubungan sebelumnya untuk memahami apa yang salah dan siapa yang
harus disalahkan?
RIWAYAT MILITER

Seorang dokter ahli jiwa seharusnya menanyakan perjalanan pasien didalam dunia militer.
Apakah mereka pernah melihat pertarungan hidup mati? Pernah mengalami cedera dan pernah
menghadapi keganasan alam? Apakah pernah dirujuk ke ahli jiwa untuk berkonsultasi? Dan apakah
mereka mendapat banyak tindakan disiplin selama menjalani tugas?
Seorang tentara umur 22 tahun, kembali dari Vietnam, ia merasakan kehilangan ingatan sejak
pertempuran 1 bulan terakhir ini. Dia pernah diangkat menjadi team penghubung pada patroli jarak jauh
dan yang kembali selamat hanya 3 orang dari 8 orang yang ditugaskan; dengan pemberian Amobarbital
secara berulang dapat terhubung kembali dengan situasi yang lalu secara perlahan-lahan, dengan penuh
emosional ia mengatakan teamnya pernah melakukan penyergapan. Pada saat awal terjadi kontak
senjata ia telah membunuh 2 atau 3 anak lelaki Vietnam yang berumur 12 atau 13 tahun. Saat
penyerangan bersama itu, dan pada suatu keadaan tertentu ia berbalik dan melarikan diri meninggalkan
1-2 pendeta buda yang terluka yang memohon pertolongan terhadapnya.

RIWAYAT PENDIDIKAN

Seorang ahli jiwa harus memiliki gambaran yang jelas tentang latar belakang pendidikan
pasien. Informasi ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang latar belakang sosial budaya pasien,
tingkat kecerdasan, motivasi dan hambatan untuk berprestasi, singkatnya dengan mengetahui latar
belakang ekonomi pasien kita dapat menyingkirkan alasan bahwa pasien tidak mendapat kesempatan
untuk belajar di sekolah yang terbaik. Bila orang tua sudah tidak pernah lulus SMA akan memberikan
karakter yang besar; motivasi yang kuat untuk anaknya lulus perguruan tinggi. Seorang anak/pasien yang
dipecat dari sekolah karena kenakalan dan penggunaan obat-obatan cenderung untuk cenderung untuk
bersekolah malam hari dan bekerja sebagai konsultan obat-obatan. Berapa lama pasien telah masuk
sekolah? Apa tingkat sekolah yang paling tinggi yang dapat diselesaikannya? Apa pelajaran yang paling
disukai dahulu? Dan apa tingkat akademi yang pernah dijalani? Berapa lama anggota keluarga pasien
bersekolah dan bagaimana mereka membandingkan dengan kemajuan pasien? Apa prestasi pasien
selama masuk akademi?

AGAMA

Seorang dokter ahli jiwa menggambarkan latar belakang kedua orang tua pasien dan
mengetahui secara lengkap dari perintah ajaran agama yang dianut pasien. Ketat atau tidak perilaku
keluarga pasien terhadap agama yang mereka anut dan adakah konflik antara orang tua tentang
pendidikan agama pada anak?
Seorang dokter ahli jiwa seharusnya mengetahui perubahan pengamalan agama dari pasien
masih remaja sampai saat ini dan aktivitasnya. Apakah pasien memilih agama yang penganutnya
kuat/fanatik dan bagaimana pengaruhnya terhadap hidup pasien? Apa pendapat agama pasien tentang
pengobatan kejiwaan dan kelainan medis? Apa perlakuan agama pasien terhadap tindakan bunuh diri?

AKTIVITAS SOSIAL

Seorang dokter ahli jiwa seharusnya mampu menggambarkan kehidupan sosial dan
persahabatan yang dialami dengan penekanan pada dalamnya, lamanya dan kualitas hubungan antar
manusia yang ada pada diri pasien, apa yang paling menarik yang dibicarakan dengan temannya;
masalah sosial, intelegensi atau fisik? Hubungan yang bagaimana yang dimiliki pasien terhadap
seseorang yang sejenis atau berlawanan jenis? Apakah pasien terisolasi atau antisosial? Apakah pasien
lebih senang terisolir atau terisolir akibat rasa cemas takut terhadap orang lain? Siapa yang menjenguk
pasien di rumah sakit dan berapa kalikah?
Seorang wanita cantik dan menarik, sukses, 32 tahun, dilaporkan memiliki kisah panjang dan
banyak pelamar dan telah memiliki pengalaman hubungan intim sejak usia 17 tahun, meskipun telah
banyak pelamar yang berminat tetapi ia merasa masih belum ada yang cocok dengan apa yang dia
idamkan dan ia masih berharap suatu hari bertemu dengan “Tuan Sempurna”.

SITUASI HIDUP SEKARANG

Tanyakan pada pasien untuk menggambarkan dimana mereka hidup, dalam kehidupan
bertetangga, tanyakan alamat mereka juga antara lain nomer kamar, nomer berapa dalam keanggotaan
keluarga serta bagaimana keadaan persiapan tidur mereka? Selidiki bagaimana mereka mengatasi
masalah mereka? Hubungan khusus dengan orang tua mereka, dan menyaksikan saudara kandung
bertelanjang serta keadaan perawatan diri di kamar mandi? Juga tanyakan sumber pendapatan dari
keluarganya serta kesulitan keuangan yang dialami? Jika dapat dilakukan, selidiki bagaimana bantuan
masyarakat dan bagaimana perasaan pasien terhadap hal tersebut, bila pasien pernah MRS, adakah
alasan yang membuat mereka tidak kehilangan pekerjaan atau apartemen? Tanyakan siapa yang
merawat anak di rumah? Siapa yang membesuk pasien di rumah sakit, berapa kalikah?

RIWAYAT HUKUM

Pernahkah pasien ditangkap dan jka pernah karena sebab apa? Berapa lama? Pernahkah
pasien dipenjara? Untuk berapa lama? Apakah pasien dalam masa percobaan atau berubah jadi
penundaan putusan? Apakah pasien diperintahkan untuk menjalankan bagian dari syarat percobaan?
Apakah pasien memiliki riwayat pernah melakukan tindakan perkosaan atau tindakan kejahatan
berulang? Apakah menggunakan senjata api? Tingkah laku apa yang membuat pasien dijebloskan ke
dalam penjara? Riwayat hukum yang banyak apakah pasien mengarah ke arah tersebut? Adakah
indikasi kecenderungan antisosial dan kepribadian anti hukum? Riwayat pelanggaran hukum yang
banyak harus membuat dokter ahli jiwa waspada akan tindak kejahatan dimasa yang akan datang.

RIWAYAT SEKSUAL

Banyak cerita tentang seksualitas pada anak yang tidak dapat diketahui walaupun banyak
pasien yang menceritakan keingintahuan dan tentang permainan seksual diusia 3 – 6 tahun.
Dokter ahli jiwa seharusnya menanyakan bagaimana pasien belajar tentang seks? Dan apa
perilaku seksual orang tua mereka mempengaruhi mereka? Dan juga ditanyakan apakah pasien pernah
mengalami pelecehan seksual waktu anak-anak? Banyak hal atau materi yang dapat didiskusikan yang
juga mencakup seksualitas pada remaja? Mulainya masa pubertas dan perasaan pasien tentang hal
yang bersejarah ini sangat penting untuk diketahui. Riwayat menstruasi pada usia remaja dan termasuk
fantasi dan perasaan pasien tentang hal itu sangatlah penting. Tingkah laku yang mengarah ke seks
seharusnya digambarkan dengan jelas dan detail, apakah pasien malu-malu, takut-takut atau cenderung
agresif?
Apakah pasien cenderung mempengaruhi orang lain dan mengendalikan dorongan seksualnya?
Apakah pasien pernah memiliki kecemasan di dalam kehidupan seksualnya? Apa yang menjadi orientasi
seksual pasien?
Riwayat seksual (tabel 7.1-4) seharusnya berisikan beberapa gejala-gejala gangguan seksual
antara lain: anorgasmia, vaginismus, gangguan ereksi (impotensi), ejakulasi dini atau kesulitan ejakulasi,
penurunan gairah seksual, paraphilia (sexual sadism, vayerism, fetishism), perilaku yang mengarah pada
fellatio, cunillingus dan teknik berhubungan seksual yang telah didiskusikan.

KHAYALAN DAN MIMPI

Freud telah menyatakan bahwa “Mimpi” adalah merupakan jalan yang besar untuk menuju
ketidaksadaran. Mimpi yang berulang memiliki arti yang khusus, jika pasien mengalami mimpi buruk,
apakah pasien mengalami secara berulang? Kadang mimpi yang muncul, mimpi tentang makanan, ujian,
seks, keadaan tidak ada yang menolong, dan perasaan impotensi. Dapatkah pasien menggambarkan
mimpi yang baru saja dialami dan mendiskusikan hal tersebut? Khayalan dan lamunan adalah sumber
lain yang bernilai dalam materi ketidaksadaran.
Sama halnya dengan mimpi, ahli jiwa dapat menggali dan merekam secara detail dari khayalan
dan perasaan yang mendukung.
Apa yang menjadi khayalan pasien tentang masa depan? Apakah pasien ingin melakukan
perubahan pada hidup mereka, apa saja itu? Apa yang paling disenangi untuk dikhayalkan saat ini?
Pernahkan pasien melamun? Pernahkan pasien berkhayal berdasarkan kenyataan atau penderita tidak
bisa menjelaskan antara khayalan dan kenyataan?

Topik dari penyesuaian seksual seharusnya berisikan gambaran bagaimana aktivitas seksual
itu dimulai. Kekerapan melakukan hubungan seksual dan hubungan seksual yang disukai, variasi dan
tekniknya. Hal ini juga penting ditanyakan, apakah pasien sudah bertunangan? Pada pasien yang telah
melakukan hubungan seksual diluar nikah. Apabila kenyataan ini terjadi, apakah pasangan suami istri
sudah memahami dan sudah mampu menerimanya? Seorang dokter ahli jiwa seharusnya mencoba
menggalinya dan memberikan gambaran bahwa tanggung jawab merupakan dasar didalam hubungan
diluar nikah yang telah terjadi sangatlah penting untuk dimengerti, akibatnya didalam pernikahannya.
Perilaku yang mengarah pada penggunaan kontrasepsi dan KB sangatlah penting, apa bentuk
dari kontrasepsi yang digunakan oleh pasien? Tetapi dalam hal ini, seorang psikiater jangan berasumsi
mengharuskan semua pasien menggunakan alat kontrasepsi, bila penanya menenyakan kepada pasien
lesbian untuk menjelaskan apa alat kontrasepsi mereka gunakan (dalam pendapat mereka melakukan
heteroseksual) pasien dapat menduga penanya tidak mengerti dan tidak menerima orientasi seks yang
mereka lakukan. Ada pertanyaan yang sangat membantu adalah, “Apakah anda memerlukan alat
kontrasepsi?” atau “Apakah kontrasepsi adalah sesuatu yang menjadi bagian dalam kehidupan seksual
anda?”
Dokter ahli jiwa seharusnya menanyakan apa pasien menggunakan area lain selain alat seksual
fungsional? Apakah pasien peduli dengan permasalahan “Seks aman”? Apakah pasien pernah menderita
penyakit menular seksual? Seperti Herpes atau AIDS. Apakah pasien risau kalau dirinya HIV positif?

Tabel 7.1-4
Riwayat Seksual

1. Pertanyaan Screening
a. Anda masih melakukan hubungan seksual secara aktif?
b. Apakah anda membuat beberapa catatan terhadap beberapa perubahan?

2. Perkembangan
a. Pengetahuan seksual yang didapat
b. Pertama kali puber/menstruasi
c. Perkembangan identitas seksual dan orientasinya
d. Pengalaman seksual pertama kali
e. Seks dalam hubungan yang romantis
f. Pengalaman baru dan kesenangan yang berlebihan
g. Seks dan usia puncak

3. Klasifikasi Masalah Seksual


a. Fase/tahap keinginan seksual
- Kehadiran pikiran dan khayalan seksual
- Kapan mereka pikirkan dan apa yang menjadi obyeknya
- Siapa yang memulai seks dan bagaimana
b. Tahap perangsangan
- Sangat sulit membangkitkan seksual (mencapai atau memelihara ereksi dan pemberian minyak
pelumas) selama pemanasan dan menjelang orgasme
c. Tahap orgasme
- Apakah orgasme yang tercapai
- Apakah orgasme tercapai terlalu cepat atau terlalu lama
- Berapa kali dan apakah orgasme tercapai kembali? Bila orgasme tidak tercapai karena tidak
lagi terangsang atau orgasme yang melemah meskipun telah dibangkitkan.
d. Tahap akhir/penyelesaian
Apa yang terjadi setelah hubungan seksual berakhir (puas, frustasi, membangkitkan lagi).
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental adalah bagian dari diagnosis klinik yang menggambarkan hasil
observasi pemeriksa dan kesan dari pasien psikiatri pada waktu diwawancara. Bila sejarah/history pasien
tetap stabil, status mental pasien dapat berubah dari hari ke hari atau dari jam ke jam. Pemeriksaan
status mental menggambarkan penampilan, kemampuan bicara, tingkah laku dan pikiran pasien selama
wawancara. Bila pasien membisu, inkoheren atau menolak untuk menjawab pertanyaan, pemeriksa
dapat memperoleh informasi dari observasi yang cermat. Walaupun format penulisan pemeriksaan status
mental sedikit bervariasi, tapi haruslah memenuhi semua kategori informasi. Salah satunya sesuai
dengan tabel 7.1-5.

Tabel 7.1-5. Garis besar pemeriksaan status mental


1. Penampilan
2. Kemampuan bicara
3. Mood
a. Subyektif
b. Obyektif
4. Proses pikir
a. Bentuk
b. Isi
5. Persepsi
6. Sensoris
a. Getaran
b. Orientasi (orang, tempat, waktu)
c. Konsentrasi
d. Daya ingat (jangka pendek, baru, jangka panjang)
e. Kalkulasi
f. Pengetahuan
g. Pikiran abstrak
7. Tilikan/insight
8. Judgement/pertimbangan/pembuatan keputusan

GAMBARAN UMUM

Penampilan
Dalam kategori ini psikiater menggambarkan penampilan pasien dan semua kesan fisik pasien, yang
direfleksikan melalui postur, pengendalian diri, baju, dan perawatan diri. Jika penampilan pasien tampak
aneh, pemeriksa sebaiknya bertanya, “Adakah orang yang berkomentar tentang penampilanmu?”,
“Bagaimana kamu menggambarkan tentang penampilanmu?”, “Dapatkah kamu menjelaskan beberapa
pilihanmu agar terlihat seperti penampilanmu?”
Beberapa contoh yang termasuk dalam kategori penampilan adalah tipe bodi, postur/sikap tubuh,
pengendalian diri, baju, perawatan diri, rambut dan kuku. Biasanya yang dipakai menggambarkan
penampilan adalah sehat, sakit, tidak nyaman, tidak terkendali, kelihatan tua, kelihatan lebih muda, tidak
rapi, seperti anak-anak dan aneh. Gejala cemas seperti tangan lembab, dahi berkeringat, tegang, mata
lebar.

Tingkah Laku dan Psikomotor


Kategori ini meliputi kuantitas dan kualitas dari tingkah laku motorik, termasuk mannerism, tic, gestures,
twitches, stereotypic, echopraxia, hiperaktivitas, agitasi, combativeness, flexibiliti, rigiditas, gait dan agiliti.
Menggambarkan kegelisahan, meremas-remas tangan, cara jalan (pacing) dan menifestasi fisik lainnya.
Catatan: retardasi psikomotor atau gerakan menyeluruh badan yang lambat, aktifitas tanpa arah dan
tanpa tujuan.

Sikap Terhadap Pemeriksa


Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat digambarkan; kooperatif, bersahabat, atensi, tertarik, terus
terang (frank), sangat tertarik (seductive), bertahan, merendahkan, membingungkan, apatis,
bermusuhan, suka bermain, menjilat/mencari muka, menghindar atau berjaga-jaga.

Mood dan Afek


Mood. Mood adalah sebuah penyerapan dan penerusan emosi yang memberikan persepsi yang
berbeda. Psikiater tertarik apakah pasien berkata sukarela tentang perasaannya atau apakah perlu
bertanya pada pasien tentang perasaannya. Pernyataan tentang mood pasien harus meliputi kedalaman,
intensitas, durasi, dan fluktuasi. Umumnya kata sifat yang dipakai untuk menggambarkan mood adalah
depresi, keputusasaan, iritabel, kecemasan, marah, bebas mengeluarkan isi pikiran, euforia,
hampa/kekosongan, rasa bersalah, hilang harapan, rasa tak berguna, suka merendahkan diri sendiri,
ketakutan, dan membingungkan.
Mood mungkin labil, berfluktuasi atau bertukar-tukar dengan cepat dan ekstrim (contoh: tertawa keras
dan bebas mengeluarkan isi pikiran pada satu saat, kemudian menangis tersedu-sedu dan kehilangan
harapan).

Afek. Afek adalah respon emosi pasien. Menyimpulkannya dari ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah
dan jarak dari ekspresi tingkah lakunya. Afek bisa sesuai atau tidak dengan mood. Afek dapat
digambarkan dengan: normal, tertekan/tersedak, tumpul, atau datar. Dalam afek normal terdapat variasi
dalam ekspresi wajah, nada suara, pergerakan tangan dan badan. Sedang afek tertekan, jarak dan
intensitas dari ekspresi berkurang. Dalam afek tumpul, ekspresi emosi sangat berkurang. Untuk
mendiagnosis afek datar, ekspresi afektif harus benar-benar tidak ada, suara pasien monoton dan
wajahnya harus tidak bergerak-gerak.
Catatan: pasien sukar berinisiatif, mempertahankan atau menghentikan respon emosinya.

Kesesuaian Afek

Psikiater dapat mempertimbangkan kesesuaian dari respon emosi pasien dengan konteksnya melalui
diskusi dengan pasien. Khayalan pasien tentang penganiayaan harus merupa kemarahan atau ketakutan
pada pengalaman yang mereka percaya terjadi pada mereka. Kemarahan atau ketakutan dalam konteks
ini adalah ekspresi yang sesuai. Psikiater akan menggunakan istilah afek inappropriate (tidak sesuai)
dalam kualitas respon yang ditemukan pada pasien skizofrenia, dimana afek pasien tidak sesuai dengan
yang dikatakannya (contoh: afek datar saat berbicara tentang keinginan membunuh).

Karakter Pembicaraan

Pembicaraan dapat digambarkan melalui kuantitas, produksi, dan kualitasnya. Pasien mungkin banyak
bicara, gatal (garrulous), bicara lancar, sedikit bicara, tidak spontan atau memberikan respon normal
pada isyarat yang diberikan pewawancara. Bicaranya mungkin cepat atau lambat, penuh tekanan, ragu-
ragu/terhenti, emosional, dramatis, monoton, keras, berbisik, menelan, tertumpuk atau berkomat-kamit.
Bicara yang makin melemah, gagap, juga termasuk dalam bagian ini. Irama yang tidak biasa (dysprosodi)
atau logat harus dicatat. Bicara pasien mungkin juga spontan.

Persepsi

Gangguan persepsi berupa halusinasi dan ilusi, pengalamannya ini didapatkan dari dalam diri atau dari
lingkungannya.
Sistem sensoris juga termasuk (contoh: pendengaran, penglihatan, rasa, penciuman, atau taktil). Isi dari
ilusi atau halusinasi harus digambarkan. Kenyataan dari kejadian pada pengalaman halusinasi sangat
penting; hypnagogic halusinasi (terjadi saat orang tertidur) dan hypnopompic halusinasi (terjadi saat
orang terbangun/ sadar) mempunyai sedikit arti penting dibandingkan tipe halusinasi yang lain.
Halusinasi juga terjadi pada waktu-waktu khusus pada masing-masing pasien.
Peresaan depersonalisasi dan derealisasi (perasaan yang ekstrem tidak terpengaruh oleh diri atau
lingkungan) adalah contoh lain dari gangguan persepsi. Formication (berzina), perasaan ada binatang
kecil merayap di atas atau di bawah kulit tampak seperti cocainism.
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk memancing pengalaman halusinasi adalah: “Pernahkah
kamu mendengar suara-suara atau bunyi-bunyi lain yang orang lain tidak bisa dengar atau saat tidak ada
orang disekitar anda?”, “Pernahkan kamu mengalami rasa yang aneh dalam tubuhmu yang tidak sesuai
dengan yang terlihat?”

Seorang laki-laki muda dengan skizofrenia, mendengar suara yang bertubi-tubi, berulang-ulang
mengatakan agar dia berhenti minum obat antipsikotiknya. Setelah berusaha melawan perintah tersebut
selama beberapa minggu, pasien merasa bahwa dia tidak bisa lagi melawan suara-suara tersebut dan
dia tidak meneruskan pengobatan. Dua bulan kemudian dia dirawat di rumah sakit dengan kolaps
kardiovaskuler. Kemudian dia berkata bahwa sekali dia tidak minum obat, suara-suara itu datang secara
bertubi-tubi menyuruhnya untuk berhenti makan dan minum untuk membersihkan dirinya.

Seorang pria ketakutan, 37 tahun, mengalami delirium akut, merasa sedikit terganggu pada kamarnya.
Dia menunjuk jendela dan berkata “Tuhan, tentara Spanyol sudah di halaman, mereka akan menyerang.”
Dia merasa halusinasinya nyata. Hal itu berlangsung hilang timbul selama 3 hari sebelum akhirnya
mereda. Selanjutnya pasien tidak ingat lagi tentang pengalamannya itu.

Isi Pikir. Gangguan dalam isi pikir termasuk di dalamnya waham, preokupasi (dimana juga termasuk sakit
penderita), obsesi (“Apakah anda mempunyai ide-ide yang mengganggu dan berulang?”), kompulsi
(“Apakah ada hal yang anda lakukan berulang-ulang, dalam bentuk berulang?”, “Apakah ada hal yang
anda harus lakukan dalam suatu cara atau urutan tertentu?”, “Jika anda tidak melakukannya dengan cara
tersebut apakah anda harus mengulanginya lagi?”, “Apakah anda mengetahui mengapa anda
melakukannya dengan cara itu?”), fobia, rencana-rencana, perhatian-perhatian, ide-ide bunuh diri atau
membunuh, gejala-gejala hipokondriasis, dan himbauan antisosial yang spesifik.
Seorang perempuan berusia 32 tahun dengan sindrom virus yang ringan mengambil susu kotak
dalam supermarket dan kemudian mengembalikannya ke raknya, setelah memutuskan untuk tidak
membelinya. Beberapa hari kemudian, ia menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tindakan yang
telah dilakukannya. Ia tida bisa berhenti memikirkan bahwa akan ada seorang ibu yang mengambil susu
tersebut dan tertular oleh sakitnya, dan kemudian memberikan kepada anaknya, dimana anak tersebut
kemudian sakit dan mati sebagai akibat dari suatu infeksi yang fulminan. Disamping mengetahui
kejadian-kejadian tersebut sangat tidak mungkin, namun perempuan ini tidak dapat meghentikan
pengulangan skenario tersebut dalam pemikirannya.
Apakah pasien mempunyai pemikiran untuk menyakiti diri sendiri? Apakah ada rencana? Kategori
utama dari gangguan isi pikir termasuk waham. Waham – menetap, suatu kepercayaan yang salah yang
dipertahankan oleh penderita dengan latar belakang budaya pasien – mungkin suatu mood kongruen
(pemikiran yang berhubungan dengan keadaan depresi atau mood yang meningkat, seperti seorang
pasien yang mengalami depresi berpikir bahwa ia dalam keadaan sekarat atau pasien dengan perasaan
meningkat berpikir bahwa ia adalah Perawan Maria) atau mood inkongruen (seperti, seorang pasien
dengan perasaan gembira berpikir bahwa ia mempunyai suatu tumor otak). Psikiater harus
menggambarkan isi pikir dari suatu bentuk waham dan mengevaluasi pengaturannya dan keteguhan
pasien dalam mempertahankan keyakinannya. Cara dimana hal tersebut mempengaruhi kehidupan
pasien setidaknya digambarkan dalam riwayat penyakit sekarang. Waham mungkin bersifat bizarre dan
mungkin melibatkan keyakinan akan adanya kontrol dari luar dirinya. Waham mungkin mempunyai tema
kejar atau paranoid, grandiose, iri, somatik, bersalah, nihilistik, atau erotik. Klinisi harus menggambarkan
ide referensi dan pengaruhnya. Contoh dari ide referensi termasuk di dalamnya keyakinan seseorang
bahwa televisi atau radio sedang berbicara kepadanya atau mengenai dirinya. Contoh dari ideas of
influence adalah keyakinan mengenai orang lain atau sesuatu kekuatan mengontrol sebagian aspek dari
perilaku seseorang.
Seorang laki-laki muda dengan skizofrenia, putus sekolah saat kuliah dan hanya mampu bekerja
separuh waktu pada tingkat pekerjaan yang rendah dan tinggal dengan keluarganya yang memiliki
pengharapan tinggi, mempunyai keyakinan bahwa dirinya Messiah (sang penyelamat). Ia sangat yakin
bahwa kesulitan hidupnya serta tidak suksesnya dalam pekerjaan adalah ujian dari Tuhan sampai
nantinya ia menunjukkan identitas sebenarnya. Seiring dengan perbaikan yang dialami, ia akan
mengatakan, jika ditanya, bahwa dirinya merupakan pilihan Tuhan tetapi, jika ditanya lebuh jauh, ia akan
mengakui kemungkinan bahwa dirinya mungkin salah mengartikan. Pada saat mencapai keadaan klinis
terbaiknya, ia akan merenung adanya kemungkinan bahwa ia Messiah namun menyatakan bahwa ia
tidak yakin akan hal itu.

SENSORIUM DAN KOGNISI

Porsi sensorium dan kognisi dari pemeriksaan status mental adalah menilai fungsi otak, termasuk di
dalamnya intelegensi, kapasitas untuk pemikiran abstrak, dan tingkat dari insight serta pengambilan
keputusan. Mini Mental State Examination (MMSE) adalah suatu alat yang sederhana yang dirancang
untuk menilai fungsi kognisi secara kasar. Alat ini menilai orientasi, kalkulasi, kemampuan membaca dan
menulis, kemampuan visuospatial, dan bahasa. Pasien dinilai secara kuantitas pada fungsi-fungsi
tersebut; nilai yang sempurna adalah 30 poin. MMSE dipergunakan secara luas sebagai suatu yang
sederhana, penilaian yang cepat akan adanya kemungkinan kerusakan fungsi kognisi (lihat tabel 10.1-4
pada seksi 10.1 untuk contoh MMSE). Pertanyaan yang dipergunakan untuk menilai fungsi kognisi ada
pada tabel 7.1-7.
KESADARAN (CONSCIOUSNESS)

Gangguan kesadaran cenderung mengindikasikan pada gangguan otak organik. Kesadaran


berawan adalah penurunan secara umum kewaspadaan terhadap lingkungan. Seorang pasien tidak
mampu menerima rangsangan dari lungkungan sekitarnya atau tak mampu memelihara arah pemikiran
ataupun sikap. Kesadaran berawan atau berkabut sering bukan merupakan status mental yang tetap.
Seorang pasien biasanya menunjukkan tingkat kewaspadaan yang fluktuatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Pasien yang telah mengalami perubahan kesadaran sering menunjukkan beberapa gangguan
orientasi pula, meskipun efek tersebut belum tentu selalu nyata. Beberapa keadaan digunakan dalam
menggambarkan tingkat kesadaran pasien adalah: berawan, somnolen, stupor, koma, letargi atau alert.

ORIENTASI DAN MEMORI

Gangguan orientasi secara tradisi dipisahkan berdasarkan waktu, tempat dan orang. Kelainan
akan muncul pada hal-hal tersebut (misal: perasaan terhadap waktu terganggu sebelum timbulnya
gangguan perasaan terhadap tempat); secara serupa sebagaimana pasien berkembang, kelainan akan
hilang dengan sendirinya. Psikiater harus menentukan apakah pasien dapat memberikan perkiraan
tanggal dan jam pada satu hari. Bila pasien opname, apakah pasien mengetahui berapa lama dia telah
dirawat di rumah sakit? Apakah pasien tampak dapat berorientasi pada saat itu? Pada pertanyaan
tentang orientasi terhadap tempat, pasien harus dapat menyebutkan nama lokasi dari rumah sakit secara
tepat dan dapat berperilaku sebagaimana mereka layaknya pasien. Untuk menilai orientasi terhadap
orang, psikiater menanyakan pasien, apakah dia tahu nama-nama orang di sekitarnya dan apakah a
mengetahui apakah perannya dalam hubungan antar mereka. Apakah mereka mengetahui siapakah
pemeriksanya? Hanya bagian yang paling berat yang pasien tidak mengetahui siapakah mereka.
Seorang laki-laki usia 42 tahun, alkoholik, dalam keadaan delirium diperiksa di Rumah Sakit
California pada tahun 1995, ditanyai tanggal dan dimanakah dia saat itu. Dia menjawab, “Saya sedang
berdiri di ujung jalan di kota Kansas pada tahun 1966, sedang berpikir tentang bisnis saya sendiri,
kenapa kami tidak memikirkan urusanmu sendiri?”
Fungsi memori (daya ingat) telah secara tradisional dibagi menjadi 4 area: memori jangka panjang
(remote memory/memori jauh), memori lama yang terbilang baru (recent past memory/memori masalah
yang belum lama), memori jangka pendek (recent memory/memori baru saja), memori yang masih diingat
dan dapat dibangkitkan (immediate retention & recall/penyimpanan dan daya ingat segera), memori yang
baru dapat diketahui dengan menanyakan kepada pasien tentang appetite mereka, kemudian apa yang
mereka makan saat sarapan atau makan malam pada kemarin malam. Meminta pasien untuk
mengulangi enam angka maju dan selanjutnya mundur adalah suatu pemeriksaan untuk daya ingat
segera. Daya ingat jauh dapat diperiksa dengan bertanya kepada pasien tentang informasi masa kanak-
kanak mereka, yang kemudian dapat diperjelas lagi. Mintalah pasien untuk mengingat peristiwa-peristiwa
baru yang penting dari beberapa bulan terakhir untuk menilai memori masa lalu yang belum lama.
Seringkali dalam gangguan kognitif, daya ingat/memori yang baru saja dan memori jangka pendek
terganggu pertama kali, dan daya ingat jauh dan daya ingat jangka panjang terganggu kemudian. Jika
terdapat gangguan, apa usaha yang dilakukan pasien untuk mengatasi hal itu atau untuk
menyembunyikan gangguan? Apakah penyangkalan konfabulasi, reaksi katastropik atau
sirkumstansialitas digunakan untuk menyembunyikan gangguan? Reaksi terhadap kehilangan daya ingat
dapat memberikan petunjuk penting tentang gangguan dasar dan mekanisme mengatasinya.
Sebagai contohnya, seorang pasien yang tampaknya menderita gangguan daya ingat tetapi pada
kenyataannya, mengalami depresi lebih mungkin dikhawatirkan mengenai kehilangan memori daripada
seseorang yang mengalami gangguan memori sekunder karena demensia. Klinisi harus juga
menentukan apakah ada reaksi katastropik (menangis karena cemas ketika tidak bisa mengingat
sesuatu).
Seorang laki-laki usia 40 tahun peminum alkohol kronis, dimana status mental pada pemeriksaan
didapatkan gangguan, secara agresif menginginkan untuk dikeluarkan dari rumah sakit, mengatakan
bahwa istrinya baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan dia harus segera menengoknya. Dia
mengatakannya dengan sangat meyakinkan, memperlihatkan bahwa dia sangat khawatir. Untuk pasien,
paling tidak ceritanya adalah benar. Pasien tersebut telah menceritakan hal tersebut berulang-ulang
kalinya, selalu dengan peyakinan yang benar-benar terlihat seperti nyata. Meskipun staf lain
mengkonfirmasikannya dengan fakta bahwa, istrinya telah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Pasien
tersebut tidak pernah terpengaruh terhadap pendapat lain, karena ia tak dapat mencatat memori baru
lagi. Meskipun memori tersebut telah ditutup dengan memori-memori yang lebih, ia dapat lagi mengulangi
cerita tentang istrinya yang mengalami kecelakaan.
Konfabulasi (membuat jawaban palsu yang tidak disadari jika daya ingat terganggu) adalah paling dekat
berhubungan dengan gangguan kognitif.

Tabel 7.1-8. Ringkasan Pengujian Daya Ingat


 Cobalah menilai apakah proses registrasi, retensi atau rekoleksi material.
 Daya ingat jauh: data masa anak-anak, peristiwa penting yang diketahui telah terjadi saat pasien
masih muda atau bebas dari penyakit, masalah pribadi, masalah netral.
 Daya ingat jauh belum lama: dalam beberapa bulan yang lalu.
 Daya ingat belum lama: beberapa hari yang lalu, apa yang pasien lakukan kemarin, hari sebelumnya,
apa yang pasien makan untuk sarapan, makan siang/makan malam.
 Retensi dan pengingatan segera: pengukuran tentang angka; kemampuan untuk mengulang enam
angka setelah diucapkan oleh pemeriksa. Pertama kali maju; selanjutnya mundur (pasien dengan
daya ingat tidak terganggu biasanya dapat mengulang 6 angka mundur); kemampuan untuk
mengulang 3 kata segera dan 3 sampai 5 menit kemudian.

KONSENTRASI DAN PERHATIAN

Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai dasar. Sebagai contohnya, suatu gangguan
kognitif, kecemasan, depresi, dan stimulasi internal, seperti halusinasi dengar, semuanya dapat berperan
pada gangguan konsentrasi. Mengurangi 7 secara berurutan dari 100 adalah tugas sederhana yang
memerlukan kemampuan konsentrasi dan kognitif yang utuh. Apakah pasien mampu mengurangi 7 dari
100 dan terus mengurangi 7? Jika pasien tidak dapat mengurangi 7 secara berurutan, dapatkah
mengurangi 3 secara berurutan? Apakah tugas yang lebih sederhana diselesaikan, misal: 4 x 9, 5 x 4?
Pemeriksa harus selalu menilai apakah suatu kecemasan, suatu gangguan mood atau kesadaran atau
defisit belajar adalah bertanggung jawab untuk kesulitan tersebut.
Perhatian dinilai dengan kemampuan berhitung atau dengan meminta pasien untuk mengeja kata-
kata “Dunia (world)” atau yang lalu secara mundur. Pasien juga dapat diminta untuk menyebutkan nama
lima benda yang dimulai dengan huruf tertentu.
Selama episode maniknya yang baru, seorang laki-laki 48 tahun dengan gangguan bipolar,
memiliki semangat yang berlebihan, ide-ide psikotik. Dia menjelaskan bahwa ia dapat mengendalikan lalu
lintas di Los Angeles dengan berkendaraan pada jalan-jalan tertentu pada saat tertentu dan
memerintahkan yang lain untuk meninggalkan jalan tersebut. Setelah episode manik berakhir dan selama
episode depresi yang segera mengikuti, dia dapat mengingat secara kabur tidak detail apa yang
dipikirkannya saat dia manik. Nanti ketika eutimik, dia mengingat hanya sedikit gambaran, setahun
kemudian, permulaan episode hipomanik yang baru diringkaskan oleh pasien secara spontan, mengingat
dan menggambarkan dengan teliti rencana psikotik dari episode yang sebelumnya.

Bacaan dan Penelitian

Psikiater menyuruh pasien untuk membaca sebuah kalimat (seperti “Tutup Mata Anda”) dan
kemudian menyuruh pasien melakukan sesuai dengan kalimat tadi. Pasien juga disuruh menulis kalimat
lengkap tapi ringkas.

Kemampuan Visuospatial

Penderita disuruh meniru gambar sesuatu seperti muka jam atau pentagon yang tumpang tindih.

Pemikiran Abstrak

Merupakan kemampuan untuk menanggapi suatu konsep. Penderita mungkin terganggu dalam
masalah yang dihadapi. Dapatkah pasien menjelaskan persamaan, seperti antara sebuah apel dan
sebuah pear atau antara kebenaran dan kecantikan? Apakah pengertian dari peribahasa seperti: “A
rolling stone gathers no moss” dimengerti? Jawabannya mungkin kongkrit (memberi contoh spesifik untuk
menggambarkan jawaban) atau malah bertambah abstrak (penjelasan yang terlalu umum).
Ketidaksesuaian jawaban dan masalah harus dicatat. Pada situasi yang berlebihan, kerusakan pada otak
pasien dapat memberikan emosi yang ekstrim/berlebihan dan tidak dapat berpikir secara abstrak.

Pengetahuan dan Intelegensi


Jika dicurigai adanya kelainan kognitif, apakah ada masalah dengan tugas-tugas mental seperti
menghitung sisa uang $10 setelah berbelanja barang $6.37? Jika tugas ini terlalu rumit, apakah masalah
yang lebih gampang dapat diselesaikan.Kepintaran pasien berhubungan dengan kosakata dan
pengetahuan pasien sendiri. Taraf pendidikan dan sosial ekonomi harus diperhitungkan. Menangani
masalah konsep yang rumit dapat mempengaruhi kepintaran walau pernah mendapatkan pendidikan
formal atau pengetahuan yang banyak.

Dorongan Instingtual

Apakah pasien mampu mengontrol perilaku seksual, agresif dan impuls? Penilaian dalam
mengontrol impuls sangat kritis dalam menilai kesadaran pasien terhadap perilaku seksual dan sebagai
ukuran dari pasien terhadap kemungkinan membahayakan diri sendiri dan yang lain. Pasien mungkin
tidak dapat mengontrol impuls yang sifatnya sekunder dari kognitif atau waham psikotik atau karena
gangguan kronis dari karakterologi, seperti yang terlihat pada gangguan personaliti. Kemampuan kontrol
impuls dapat diestimasi dari informasi riwayat pasien dan pemerhati pasien waktu diwawancara.

PENILAIAN DAN INSIGHT

Penilaian

Waktu wawancara, psikiater harus menilai berbagai aspek dari kemampuan pasien untuk penilaian
sosial. Apakah pasien memahami keadaan perilakunya dan apakah pemahaman itu mempengaruhinya?
Dapatkah pasien memprediksikan apa yang harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu (contoh,
mencium bau asap dalam bioskop yang sangat padat).

Insight

Insight merupakan tingkat kesadaran dan pengetahuan pasien tentang rasa sakit. Pasien mungkin
menyangkal bahwa dia sakit atau menunjukkan sedikit kesadaran bahwa mereka sakit tapi dengan
menyalahkan orang lain, faktor eksternaln atau faktor organik. Mungkin juga mereka merasa sakit tapi
mereka menjelaskan dengan sesuatu yang aneh dan misteri.
Insight intelektual muncul apabila pasien dapat menilai diri mereka sakit dan memahami bahwa
mereka gagal untuk beradaptasi karena faktor perasaan yang menyedihkan. Ketidakmampuan
menerapkan pengetahuan untuk mengubah pengalaman yang akan datang, merupakan suatu
keterbatasan terhadap insight intelektual. Insight emosional sebenarnya muncul apabila pasien sadar.
Motivasi dan perasaan paling dalam dapat memicu untuk mengubah personalitas dan bentuk perilaku.
Ringkasan 6 derajat insight:
1. Menyangkal sepenuhnya tentang rasa sakit.
2. Agak kurang sadar tentang rasa sakit dan perlu pertolongan tapi menyangkal saat yang sama.
3. Sadar sakit tapi menyalahkan yang lain, faktor eksternal atau organik.
4. Sadar sakit sesuatu yang tidak diketahui pasien.
5. Insight intelektual: mengakui sakit dan simptom atau kegagalan dalam penilaian sosial karena
perasaan sedih atau gangguan tanpa pemahaman terhadap pengalaman yang akan datang.
6. Insight emosional yang sebenarnya: kesadaran emosi terhadap motivasi dan perasaan antara
pasien dan orang sangat penting dalam hidupnya yang dapat memicu perubahan dasar dalam
perilaku.

REABILITAS (KETERANGAN DAPAT DIPERCAYA)

Salah satu status mental adalah memasukkan tanggapan psikiater terhadap reliabilitas dan
kemampuan untuk melaporkan situasi yang tepat. Ini termasuk tanggapan psikiater terhadap kejujuran
pasien. Sebagai contoh jika pasien menjelaskan suatu hal yang kacau atau suatu keadaan yang pasien
tahu dapat memberi gambaran buruk, psikiater dapat mengestimasi reliabilitas pasien ini akan baik.
LAPORAN PSIKIATRI

Laporan psikiatri adalah catatan tertulis yang terinci suatu temuan yang diperoleh dari riwayat
psikiatri dan pemeriksaan status mental. Bentuk format bisa berlainan tetapi semua data harus tercatat di
dalamnya, termasuk rangkuman terakhir tentang temuan yang positif maupun negatif serta interpretasi
dari data tersebut. Hal ini lebih dari sekedar deskripsi semata; diperlukan adanya pemahaman terhadap
setiap kasus. Psikiater harus mampu menilai secara kritis setiap permasalahan:
Apakah benar pemeriksaan penunjang diagnostik yang telah dilakukan? Apakah diperlukan konsultan
lain? Apakah diperlukan pemeriksaan neurologi secara lengkap termasuk di dalamnya EEG dan CT-
Scan? Apakah tes psikologis diindikasikan? Apakah faktor psikodinamika yang relevan? Laporan
mencakup diagnosa yang dibuat berdasarkan DSM-IV-TR yang menggunakan skema klasifikasi
multiaksial yang terdiri dari lima aksis, yang setiap aksis harus mencakup (seperti tabel 9.1-6 pada
bagian 9.1).
Prognosis juga harus didiskusikan pada laporan tersebut, faktor yang mempengaruhi prognosis
baik yang buruk maupun yang baik harus dicatat. Terakhir didiskusikan rencana terapi dan buat formula
rekomendasi tentang pengelolaan/perawatan yang harus dilakukan. Laporan psikiatri yang terinci dapat
dilihat pada tabel 7.1-9.

Laporan Psikiatri

I. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Data Identifikasi: nama, umur, status perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, bahasa jika selain bahasa
Inggris, latar belakang etnis, dan agama; pernah masuk rumah sakit dengan kondisi yang sama atau
berbeda; dengan siapa pasien tinggal.
B. Keluhan utama: menyatakan mengapa pasien datang ke psikiater, kata-kata pasien sendiri; jika
informasi itu buka berasal dari pasien, informasi dari orang lain perlu dicatat.
C. Riwayat penyakit sekarang: latar belakang kronologis dan perkembangan dari gejala atau perubahan
tingkah laku; keadaan kehidupan penderita waktu permulaan, kepribadian saat sehat, bagaimana
gangguan tersebut mempengaruhi aktivitas hidup dan hubungannya dengan orang lain, perubahan
kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap yang lainnya, berpakaian, kebiasaan, tingkat
ketegangan, ketersinggungan, aktivitas, perhatian, ingatan, cara bicara; gejala psikofisiologis-alami
dan gangguan secara rinci, lokasi nyeri, intensitas, fluktuasi; tingkat kecemasan-menyeluruh dan
tidak khas (free floating) atau spesifik yang berhubungan dengan situasi tertentu, aktivitas atau objek;
bagaimana kecemasan tersebut diatasi-menghindari, situasi ketakutan yang berulang, menggunakan
obat-obatan atau beraktivitas untuk meringankan.
D. Riwayat psikiatri sebelumnya dan riwayat pengobatan
1. Gangguan emosional dan mental – pengembangan dari ketidakcakapan, jenis pengobatan,
nama rumah sakit, lamanya sakit, pengaruh dari pengobatan.
2. Gangguan psikomotor: hay fever, artritis, colitis, arthritis rheumatoid, demam yang berulang,
kondisi kulit.
3. Kondisi medis: penyakit menular seksual, penggunaan alkohol atau zat lainnya yang merupakan
resiko terjadinya AIDS.
4. Gangguan neurologis: sakit kepala, trauma kranioserebral, kejang atau tumor, kehilangan
kesadaran.
E. Riwayat keluarga: didapatkan dari keluarga dan dari orang lain, penjelasan yang berbeda mungkin
didapat dari orang yang sama; suku bangsa, kebangsaan, dan tradisi dalam agama; orang lain dalam
satu rumah, kepribadian dan intelegensi dan apa yang terjadi pada mereka saat kanak-kanak;
gambaran perbedaan kehidupan dalam rumah tangga; hubungan antara pasien dan keberadaannya
dalam keluarga; perjalanan penyakit dalam keluarga; riwayat keluarga dengan gangguan mental;
dimana pasien tinggal – tetangga dan keterangan dari tempat tinggal pasien; apakah rumah penuh
sesak; rahasia setiap anggota keluarga dan dari anggota keluarga lainnya; sumber pendapatan
keluarga dan kesulitan dalam penghasilan; penilaian masyarakat dan sikap dalam masyarakat;
penderita kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal saat tinggal di rumah sakit, siapa yang mengasuh
anak-anak.
F. Riwayat pribadi: riwayat kehidupan pasien dari masa pertumbuhan dan dalam tingkatannya; emosi
yang berhubungan dengan perbedaan tingkat dalam kehidupan (menyakitkan, penuh tekanan,
konflik) atau dengan fase tingkat perkembangan.
1. Masa kanak-kanak awal (sampai umur 3 tahun)
a) Riwayat prenatal dan waktu ibu mengandung dan melahirkan: lama kehamilan, kelahiran
spontan dan normal, trauma saat kelahiran, apakah penderita diharapkan dan diinginkan,
cacat sejak lahir.
b) Kebiasaan makan, pemberian ASI atau susu botol, masalah makan.
c) Perkembangan awal: kehilangan kasih sayang ibu, perkembangan bahasa, perkembangan
motorik, tanda-tanda tidak terpenuhinya keinginan, pola tidur, cemas perpisahan, cemas
dengan orang asing.
d) Toilet trainning: umur, sikap orang tua, merasakan tentang hal itu.
e) Tanda-tanda masalah perilaku: menghisap ibu jari, mudah marah, membenturkan kepala,
kengerian ditengah malam, ketakutan, mengompol, atau defekasi saat tidur, menggigit jari,
masturbasi.
f) Kepribadian dan sifat saat anak-anak: pemalu, tidak tahan diam, overaktif, menarik diri, rajin
belajar, senang keluar, takut-takut, atletik, ramah dalam bermain, reaksi terhadap saudara.
2. Masa kanak-kanak pertengahan (3 – 11 tahun): pengalaman sekolah awal – perasaan saat pergi
ke sekolah, penilaian awal, identifikasi jenis kelamin, perkembangan hati nurani, menyalahkan.
Hubungan sosial, sikap terhadap saudara dan teman bermain.
3. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
a) Hubungan dengan teman sebaya: jumlah dan teman dekat, sebagai pemimpin atau pengikut,
kepopuleran sosial, partisipasi dalam aktivitas kelompok, idealis; menyerang, pasif, cemas,
sikap antisosial.
b) Riwayat sekolah: seberapa jauh yang diinginkannya, penilaian dalam sekolah, hubungan
dengan guru – suka melawan guru – pelajaran yang disukai atau yang diminati, kemampuan
khusus, aktivitas pelajaran tambahan, olahraga, hobi, hubungan antara masalah atau tanda-
tanda dalam sekolah.
c) Perkembangan kognisi dan motorik: belajar membaca dan intelektual lainnya dan
ketrampilan motorik, gangguan serebral yang minimal, ketidakmampuan belajar – cara
mereka mengatur dan dampaknya pada masa kanak-kanak.
d) Emosional masa remaja atau masalah fisik: mimpi buruk, fobia, masturbasi, ngompol,
kenakalan, merokok, penggunaan obat-obatan atau alkohol, masalah berat badan, perasa
atau rendah diri.
e) Riwayat psikoseksual
 Keingintahuan tahap awal, masturbation infantile, permainan seks.
 Mendapatkan pengetahuan tentang seks, sikap orang tua terhadap seks, penyiksaan
seksual.
 Onset pubertas, perasaan akan hal itu, jenis persiapan, perasaan tentang menstruasi,
perkembangan karakteristik seks sekunder.
 Aktivitas seksual masa remaja: keramaian, pesta, kencan, percumbuan, masturbasi,
mimpi basah, dan sikapnya terhadap hal itu.
 Sikap terhadap sesama jenis kelamin dan lawan jenis: takut-takut, malu-malu, agresif,
ingin mempengaruhi, menggoda, penaklukan seksual, kecemasan.
 Praktek seksual: masalah seksual, pengalaman homoseksual dan heteroseksual,
parafilia, pelacuran.
4. Masa dewasa
a) Riwayat pekerjaan; pilihan pekerjaan, ambisi, konflik; kepemimpinan, teman kerja, dan
bawahan; jumlah pekerjaan dan lamanya; perubahan status pekerjaan; pekerjaan baru dan
perasaan akan hal itu.
b) Aktivitas sosial: apakah penderita memiliki teman atau tidak; apakah penderita menarik diri
atau mampu bersosialisasi; hubungan dengan sesama jenis kelamin dan yang berlawanan
jenis kelamin; dalamnya, lamanya, dan kualitas hubungan antar manusia.
c) Seksualitas masa dewasa
 Hubungan seksual sebelum perkawinan, umur pertama kali melakukan hubungan badan,
orientasi seksual.
 Riwayat perkawinan: hukum dalam perkawinan, perkawinan sah, umur saat pernikahan,
perencanaan dalam keluarga dan kontrasepsi, nama dan umur anak-anak, sikap dalam
membesarkan anak, masalah dalam anggota keluarga, penilaian seksual, hubungan di
luar nikah, yang disepakati dan yang tidak disepakati, pengaturan keuangan.
 Tanda-tanda seksual: tidak alami orgasme, impoten, ejakulasi dini, hasrat yang menurun.
 Sikap terhadap kehamilan, dan memiliki anak; penggunaan kontrasepsi dan perasaan
akan hal itu.
 Praktek seksual: parafilian termasuk sadisme, fetihisme, veyourisme, attitude toward
fellation, cunnilingus; persetubuhan, frekuensi.
d) Riwayat militer: penyesuaian secara umur, menderita suatu cedera, peperangan, konsultasi
ke psikiater, status veteran, sifat pemulangan mereka.
e) Sistem nilai: apakah anak dilihat sebagai beban atau kesenangan, apakah pekerjaan lebih
penting, menghindari pekerjaan, atau suatu kesempatan, sikap tentang agama, percaya
adanya surga dan neraka.

II. STATUS MENTAL


A. Penampilan
1. Identitas diri: berisikan laporan singkat mengenai gambaran pasien dan tingkah lakunya seperti
apa yang dituliskan sang novelis yang hebat, tingkah laku yang ditunjukkan ke pemeriksa dapat
digambarkan disini meliputi; kooperatif, perhatian, ketertarikan, terus terang, menggoda,
bertahan, sikap tidak bersahabat, bermain-main, menyenangkan, mengelak, dan berhati-hati.
2. Tingkah laku dan psikomotor: gait, manerism, tic, gesture, twiches, stereotype, picking, touching
examiner, echopraxia, clumsy, agile, limp, rigid, retardasi, hiperaktif, agitasi, combat, waxy.
3. Gambaran umum: perawakan, sikap, pakaian, grooming, rambut, kuku, kondisi kesehatan, sakit,
marah, ketakutan, apatis, bingung, menghina (memandang rendah orang lain), sikap tenang,
tampak tua, tampak lebih muda, keperempuanan, kelaki-lakian, tanda-tanda kecemasan (tangan
basah), dahi berkeringat, kegelisahan, tegang, membelalak, peningkatan kecemasan selama
wawancara, atau dalam pembicaraan topik yang biasa.
B. Bicara: cepat, pelan, tertekan, ragu-ragu, emosional, monoton, keras, memohon, mencaci maki,
komat-kamit, gagap, echolalia, intensitas, puncak, tenang; spontanitas, produktivitas, cara bicara,
waktu bereaksi, perbendaharaan kata (kosakata), sajak.
C. Mood dan Afek
1. Mood (meresap dan disokong oleh emosi yang mewarnai persepsi terhadap dunia). Bagaimana
pasien dapat merasakan, dalamnya, intensitasnya, lamanya, dan fluktuasinya hal tersebut.
Depresi, putus asa, iritabel, cemas, ketakutan, marah; perasaan meluap-luap, euphoria, kosong,
perasaan bersalah, kagum, perasaan sia-sia, merasa diri terhina (rendah diri), anhedonia,
alexitimia.
2. Afek (ekspresi yang tampak dari pengalaman terdalam dari pasien). Bagaimana pemeriksa
mengevaluasi afek pasien? Meluas, tertekan, tumpul, atau datar, dangkal, jumlah dan luas dari
akspresi, kesulitan dalam memulai terus menerus, mengakhiri respon emosi. Apakah ekspresi
sesuai dengan isi pikiran? Budaya tempat dilakukan pemeriksaan, berikan contoh bila ekspresi
tidak sesuai.
D. Pikiran dan Persepsi
1. Bentuk pikiran
a) Produktivitas: ide yang meluap-luap, ide yang sedikit, flight of idea, berpikir cepat, berpikir
lambat, pikiran ragu-ragu. Apakah pasien bicara spontan atau hanya menjawab bila ditanya
oleh penanya.
b) Kontinuitas: apakah pasien dapat menjawab pertanyaan secara berulang-ulang, apakah
tepat dan terarah? Relevan atau tidak relevan, asosiasi longgar, sedikit hubungan sebab
akibat dalam penjelasan pasien, tidak logis, tangensial, sirkumstansial, ngelantur, mengelak,
pernyataan, blocking, dan penarikan diri.
c) Gangguan bicara: gangguan ini mencerminkan terganggunya mental antara lain: inkohoren
atau bicara tidak komprehensif (word salad), clang association, neologisme.
2. Isi Pikiran
a) Preokupasi (kesenangan): tentang penyakit, masalah lingkungan, obsesi kompulsive, phobia,
rencana bunuh diri (percobaan bunuh diri), pembunuhan, gejala hipocondrial, dorongan
khusus antisosial atau impuls.
3. Gangguan Pikiran
a) Delusi (angan-angan): berisikan beberapa khayalan/angan-angan, terorganisasi; pendirian
pasien yang kokoh dan benar, bagaimana afek mereka? Persecutory delusion, terisolasi atau
terhimpun dengan rasa curiga yang mendalam dengan mood yang seimbang atau tidak.
b) Idea of reference atau idea of influence: bagaimana ide dimulai, isinya, arti atau pengertian
pasien terhadap hal tersebut?
4. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi dan ilusi: apakah pasien mendengar suara atau melihat sesuatu bayangan,
melibatkan sistem sensori, keadaan suatu kejadian; halusinasi hypnogogic atau
hypnopompic, pikiran tersiar.
b) Depersonalisasi dan derealisasi: pikiran ekstrim yang tidak dipengaruhi oleh diri sendiri dan
lingkungannya.
5. Mimpi dan Khayalan
a) Mimpi: menonjol satu jika pasien menceritakannya, mimpi buruk.
b) Khayalan: berulang, yang disukai atau lamunan yang tak tergoyahkan.
E. Sensoris
1. Kewaspadaan/kesadaran: kepedulian terhadap lingkungan, perhatian terhadap waktu dan
massa; kesadaran berkabut, kesadaran yang berfluktuasi, somnolence, stupor, fugue state,
koma.
2. Orientasi
a) Waktu: apakah pasien mampu mengenal dengan benar hari ini, mengetahui tanggal, waktu
hari ini. Jika di rumah sakit, pasien mengetahui telah tinggal berapa lama di rumah sakit,
masih ingat sampai kejadian saat ini?
b) Tempat: apakah pasien mengatahui saat ini mereka ada di mana?
c) Orang: apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa pasien? Atau dengan siapa pasien
berbicara/kontak?
3. Konsentrasi dan berhitung: dengan mengurangi 100 dengan 7 dan terus dikurangi 7. Bila pasien
tidak bisa mengurangi dengan 7 dapat digunakan uji kewaspadaan yang paling mudah, 4x9; 5x7;
berapa jumlah nickle dalam $1.35. Apakah kecemasan atau beberapa dari mood atau
konsentrasi akan menunjukkan respon yang lebih sakit?
4. Daya ingat: gangguan, daya upaya mengatasi gangguan, penolakan, confabulasi, katastropik,
circumferentia biasa digunakan untuk menyembunyikan kekurangan. Apakah proses registrasi,
retensi, atau koleksi ulang dari barang-barang, termasuk juga peristiwa yang pernah terjadi.
a) Remote memory (daya ingat tipis): data pada anak-anak, kejadian penting masih diketahui
yang telah terjadi ketika pasien masih muda, atau bebas dari kesakitan ataupun masalah
pribadi.
b) Recent past memory (daya ingat baru saja lewat): beberapa bulan yang lalu.
c) Recent memory (daya ingat baru saja): beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan kemarin,
sehari sebelumnya, saat makan pagi, makan siang, malam.
d) Immediate retensi and recall (daya ingat sesaat): tidak mampu untuk mengingat 6 figur yang
telah didiktekan oleh pemeriksa pada pasien, yang pertama yang terdepan, kemudian yang
berikutnya, kemudian setelah beberapa menit distop. Tes pertanyaan lain: diberi pertanyaan
yang sama, jika diulang bertanya dengan pertanyaan berbeda dan waktu berbeda.
e) Efek dari kelemahan pada diri pasien: pasien memiliki mekanisme untuk mengatasi
kelemahannya itu
5. Biaya pendidikan: tingkat pendidikan formal dan belajar sendiri. Perkirakan kapabelitas
intelektual dari pasien. Apakah kapabelitas fungsi dan daya dukung pasien tersebut, jumlah,
perhitungan, dan pengetahuan umum, pertanyaannya harus relevan dengan pendidikan pasien
dan latar belakang budaya.
6. Pikiran abstrak: gangguan dalam konsep bentuk; cara pasien mengkonsepsikan atau menangani
ide-idenya; kesamaan (misal: antara apel dengan pear); perbedaan, kemustahilan, mengartikan
peribahasa yang sederhana (misal: “seorang pengembara tidak pernah kaya”). Jawabannya
mungkin kongkrit (berikan contoh khusus untuk menggambarkan artinya), beri penjelasan lebih
lengkap, cocok dengan jawabannya.
F. Kesadaran: derajat dari kesadaran diri dari kemengertian terhadap kondisi sakit.
1. Penolakan penuh terhadap kondisi sakit.
2. Sedikit kesadaran dan membutuhkan bantuan tetapi dalam bersamaan muncul penolakan.
3. Kesadaran atas sakit tetapi menyalahkan yang lain, faktor dari luar, pengobatan atau faktor
organik yang tidak diketahui.
4. Kesadaran intelektual: masuknya penyakit dan pengertian terhadap gejala dan kerusakan
kadang diterima secara irrasional tanpa menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
5. Kesadaran emosional yang benar: kesadaran secara emosional dari dorongan dan perasaan dari
dasar pengertian tentang gejala. Apakah kesadaran mampu mengubah kepribadian dan perilaku
dimasa yang akan datang. Keterbukaan terhadap ide-ide baru dan konsep diri dan orang, penting
ditengah hidup mereka.
G. Keputusan: manifestasi yang tidak jelas dari tingkah laku.
1. Keputusan sosial: sangatlah berbahaya bagi pasien dan menolak untuk menerima tingkah laku
yang sesuai dengan budaya. Apakah pasien mengerti hasil dari tingkah lakunya? Apakah pasien
terpengaruh terhadap contoh yang dimengerti tentang kerusakan/kelainan?
2. Uji coba keputusan memprediksikan bahwa mereka, apa yang mereka lakukan dalam suatu
situasi imaginer misal: “pasien menemukan cetakan alamat di suatu surat yang ditemukan di
jalan”.
III. STUDI DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Neurologis
C. Pemeriksaan Psikiatris Tambahan
D. Wawancara terhadap anggota keluarga, teman, rekan-rekan di lingkungan kerja.
E. Psikologis, neurologis atau uji laboratorium yang terindikasi: EEG, CTScan, MRI, uji terhadap kondisi
pengobatan lain, membaca dan menulis secara komprehensif, uji terhadap afasia, uji psikologi
proyektif atau obyektif, uji supresi dexametason, uji kencing 24 jam untuk keracunan logam berat, uji
kencing segera untuk penyalahgunaan obat.
IV. KESIMPULAN YANG DIDAPAT
Kesimpulan gejala mental, medis dan laboratorium yang didapat dan hasil pengujian psikologis
dan neurologis jika didapatkan obat apa saja yang telah diminum, dosisnya, lamanya. Kejernihan
berpikir mencerminkan kejernihan dalam menulis. Kesimpulan dari mental status misalnya: sebuah
prase “pasien menyangkal mengalami halusinasi dan delusi tidaklah tepat. Sama halnya pasien
menyangkal mendengar suara atau berpikir merasa diikuti dan indikasi terakhir berupa pertanyaan
khusus yang ditanyakan dan respon khusus yang sama, dalam kesimpulan laporan pertama
diperoleh “hanya ditulis” halusinasi dan delusi tidaklah diperoleh”.

V. DIAGNOSIS
Klasifikasi diagnosis dibuat menurut DSM-IV-TR yang digunakan sebuah klasifikasi multiaxis singkat
dengan 5 axis yang seharusnya terdapat semua diagnosis.
Axis I Sindroma klinis (misal gangguan mood, skizofrenia, gangguan cemas menyeluruh, dan
kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis.
Axis II Gangguan kepribadian, retardasi mental, dan mekanisme pembelaan ego.
Axis III Beberapa kondisi klinis (misal: epilepsi, penyakit jantung, gangguan hormonal).
Axis IV Psikososial dan masalah lingkungan (misal: cedera, kematian, dan kematian rasa cinta).
Axis V Assesment global yang ditunjukkan pasien selama wawancara (misal: sosial/pekerjaan,
fungsi psikologis). Skala mulai 100 (fungsi superior) sampai 1 (gangguan fungsi
menyeluruh).

VI. PROGNOSIS
Pendapat mengenai kondisi mendatang; bertambah parah, dari gangguan tersebut, baik atau buruk
prognostik faktor juga terkait tetapi yang terbaik yang diberikan.

VII. FORMULA PSIKODINAMIK


Penyebab psikodinamik pasien patah, pengaruh hidup pasien dan kontribusi dari kelainan saat ini,
lingkungan, mental, genetik dan faktor kepribadian yang relevan menentukan gejala pasien.
Keuntungan primer dan sekunder garis besar dari mekanisme pembelaan ego yang digunakan
pasien.

VIII.RENCANA PENANGANAN SECARA KOMPREHENSIF


Modalitas penanganan yang direkomendasikan, aturan obat minum, penanganan pasien masuk dan
keluar, kekerapan dari kekambuhan, perkiraan lama pengobatan, tipe dari psikoterapi: individual,
grup atau keluarga, gejala atau masalah yang harus ditangani. Memulai penanganan harus
mengarah pada situasi yang mengancam hidup, misal resiko bunuh diri atau resiko membahayakan
orang lain dan hal ini membutuhkan rumah sakit jiwa untuk dirawat, membahayakan diri sendiri atau
orang lain tanggung jawab yang harus diterima (secara hukum dan pengobatan) tanpa disadari oleh
rumah sakit. Bila tidak memerlukan penjara. Macam penanganan yang telah keluar antara lain: day
hospital, pengawasan di rumah, psikoterapi, atau farmakoterapi selain hal tersebut pada beberapa
kasus. Rencana penanganan berupa liburan dan meningkatkan kemampuan sosial dan pengenalan
masalah hukum dan forensik.
Penanganan komprehensif membutuhkan team terapis yang mampu melakukan pendekatan
dengan skill seorang psikolog pekerja sosial, perawat dan pelatih terapi kerja dan macam-macam
ahli mental yang profesional. Bila perlu diserahkan kepada badan pertolongan diri (misal Alcoholic
Anonimus (AA)). Bila pasien dan keluarga yang segan untuk menerima rekomendasi penanganan
ini dan anjuran dokter, harus diberikan penjelasan akan akibat yang serius terjadi akibat penolakan
ini.
ASPEK KLINIK DARI WAWANCARA PSIKIATRI

LAMA PEMERIKSAAN
Konsultasi pertama berakhir dalam 30 menit sampai 1 jam, tergantung keadaan. Wawancara
dengan pasien psikotik ataupun dengan penyakit fisik haruslah singkat, karena pasien bisa saja
mendapatkan tekanan/stres dari wawancara tersebut.
Sama dengan wawancara di ruang gawat darurat, lamanya sangat bervariasi. Wawancara awal
dan pemeriksaan pasien untuk menentukan pemberian obat cenderung lebih lama. Kunjungan kedua dan
pengobatan seterusnya, wawancaranya juga bervariasi. Dewan Pengurus Psikiatri dan Neurologi di
Amerika menyatakan wawancara dalam psikiatri diperkenankan waktu 30 menit untuk melakukan
pemeriksaan psikiatri pada pasien.
Pengaturan perjanjian dari pasien dapat mengungkapkan aspek penting dari kepribadian dan
penanggulangannya. Biasanya pasien datang beberapa menit sebelum perjanjian. Pada pasien dengan
gangguan cemas, pasien mungkin datang 30 menit lebih awal. Bila pasien datang terlalu awal, psikiater
hendaknya meneliti alasannya. Pasien yang selalu datang lebih lambat dari perjanjian, juga harus
ditanyakan. Pada keterlambatan pasien yang pertama, psikiater hendaknya mendengarkan penjelasan
pasien dan memberikan respon simpatik bila keterlambatannya sesuai dengan kenyataan. Pasien yang
berkata, “Aku lupa pada semua janjiku”, itu merupakan petunjuk bahwa pergi ke dokter membuat pasien
gelisah dan tidak nyaman. Reaksi ini perlu penelitian lebih lanjut. Psikiater mungkin bertanya, “Apakah
kamu merasa enggan datang hari ini?” Jika jawabannya, “Ya”, psikiater dapat memulai meneliti alasan
yang masuk akal atas keengganan pasien. Bila jawabannya, “Tidak”, baiknya menanyakan langsung
tentang keterlambatannya dan hanya mendengarkan pasien.
Dengan mendengarkan dengan seksama, psikiater biasanya dapat mengetahui adanya karangan
walaupun pasien mengingkarinya. Karangannya ini selanjutnya dapat diteliti oleh pasien dan psikiater
dalam usaha untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang apa yang pasien alami.
Pengendalian waktu oleh psikiater adalah faktor penting dalam wawancara. Kelalaian pada pengendalian
waktu menandakan kurangnya perhargaan terhadap pasien. Jika psikiater tidak dapat menghindari suatu
penghambatan pada satu wawancara, psikiater harus menunjukkan penyesalan karena telah
membiarkan pasien menunggu.

KEDUDUKAN DAN SUSUNAN KANTOR


Susunan tempat duduk di kantor psikiater mempengaruhi wawancara. Kedua tempat duduk harus
sama tingginya, jadi jangan sampai yang satu terlihat lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Sebagian
besar psikiater berpikir bahwa diperlukan ruangan dengan tempat duduk tanpa ada peralatan lain
diantara pemeriksa dan pasien. Bila dalam ruangan terdapat beberapa tempat duduk, psikiater
menentukan kursinya dan kemudian mengijinkan pasien untuk memilih kursi yang membuat dia merasa
lebih nyaman.
Penilaian harus dilakukan dalam ruangan yang nyaman dengan penerangan yang bagus. Psikiater
akan dapat membuat laporan yang lebih baik dan dapat melakukan pengamatan yang cermat bila tidak
hanya duduk di balik meja. Disamping itu tidak ada alasan untuk membuat ruangan yang bersifat pribadi,
dengan lukisan dramatis, spektakuler, pemandangan alam yang indah atau dengan peralatan yang
mahal karena dapat mengalihkan perhatian pasien. Ruang tunggu yang nyaman harus diberikan pada
pasien yang datang lebih awal.
Kantor psikiater dapat menggambarkan kepribadian psikiater tersebut. Warna-warna dalam kantor,
cat dan penghargaan-penghargaan di dinding, peralatan-peralatan, tanaman, buku-buku, dan foto-foto
pribadi, semuanya menggambarkan tentang psikiater dengan cara tidak langsung. Pasien sering
memberikan reaksi terhadap kantor dokternya, berupa pemutarbalikan atau mungkin tidak, dan hati-hati
mendengarkan komentar pasien sebab dapat membantu psikiater untuk mengerti tentang pasien.
Penelitian menunjukkan bahwa respon pasien lebih baik pada psikiater laki-laki yang memakai jas dan
dasi dibandingkan yang tidak. Tidak ada penelitian tentang pemakaian gaun pada psikiater wanita, tetapi
diperkirakan dengan mengenakan pakaian yang pantas akan menimbulkan respon yang baik.
TIPE INTERVENSI
Hal ini lebih banyak dilakukan oleh psikiater daripada pengajuan pertanyaan. Mereka memberikan
informasi dan umpan balik menawarkan hal yang menyejukkan hati pasien dan memberikan respon
terhadap apa yang disampaikan pasien. Ekspresi dan sikap dari seorang psikiater juga memberi
informasi buat pasien. Intervensi disini digambarkan sebagai suportif atau obstruktif.
Tabel 7.1-10 berisi contoh intervensi suportif dan obstruktif
Supportif
 Pernyataan emosi
Dokter : “Apakah sepanjang tahun ini, segala pembicaraan yang menyangkut ibumu membuat
kamu menangis?”
 Desakan (encouragement)
Pasien : “Saya tidak pernah bisa mengungkapkan sesuatu dengan baik melalui kata-kata.”
Dokter : “Saya kira anda telah menggambarkan segala sesuatunya dengan baik, dimana hal ini
akan membantu saya untuk mengerti apa yang sedang anda alami.”
 Pernyataan yang menyejukkan (reassurance)
Dokter : “Rasa putus asa yang anda alami sekarang ini tampaknya sangat berat. Saya kira
dengan perawatan yang tepat, anda akan bisa baik kembali.”
 Non verbal: ekspresi dan sikap yang menunjukkan ketertarikan dan adanya perhatian terhadap
masalah pasien.
Obstruktif
 Pernyataan tertutup
Dokter : “Apakah anda berlibur setiap tahun, dan apakah anda dapat merasa rileks?”
 Menjerat pasien dalam bahasanya sendiri
Dokter : “Ketika saya tanya anda sebelumnya, anda menyatakan bahwa segala sesuatunya
tidak berjalan dengan baik tahun lalu, dan sekarang anda memberitahu saya bahwa
anda telah mendapatkan suatu peningkatan dan latihannya lebih banyak.”
 Pertanyaan “mengapa”
Dokter : “Kenapa anda bangunnya awal sekali diwaktu pagi?”
 Pengurangan
Pasien : “Bulan lalu saya memiliki gangguan seksual.”
Dokter : “Apakah ini terjadi dari waktu ke waktu?”
 Saran awal
Pasien : “Sejak saya putus dengan kekasih saya tahun lalu, saya kayaknya tidak dapat
menemukan penggantinya lagi.
Dokter : “Kenapa anda tidak mencoba pergi ke toko buku atau coffee house? Di sana biasanya
banyak orang-orang yang masih single yang dapat anda jumpai.”
 Tidak mengikuti arahan pasien
Dokter : “Berapa lama anda telah merasakan kesedihan ini?”
Pasien : “Lebih dari 6 bulan. Tidak ada yang membaik, saya mulai berpikir tentang keajaiban.”
Dokter : “Apa anda susah tidur di waktu malam?”
 Pendapat
Dokter : “Apakah anda pernah menggunakan obat-obatan?”
Pasien : “Disamping minum, saya merokok.”
Dokter : “Apakah anda tidak tahu bahwa Marijuana dapat menyebabkan masalah serius pada
penggunaan jangka lama?”
 Non verbal
Ekspresi, sikap, perilaku yang memberi indikasi kurangnya ketertarikan atau tidak ada
perhatian seperti menguap misalnya. Dokter yang memperlihatkan tidak adanya reaksi emosi
terhadap apa yang disampaikan pasien biasanya memberikan gambaran bahwa dia tidak
mendengarkan atau tidak tertarik. Konsep intervensi suportif dan obstruktif ini bersifat luas,
umum dalam penggunaannya, tapi tidak bisa diterapkan secara kaku.
Wawancara psikiatri bersifat kompleks, menyangkut berbagai segi yang dibentuk oleh
kepribadian dan kenyataan didalam wawancara. Semuanya tergantung usaha keras dari
manusianya. Kepribadian dari pewawancara merupakan komponen yang tidak dapat dihindarkan
dan diperlukan dalam suatu wawancara, dan ini tidak luput dari ketegangan dan keteledoran.
Konsep netral dianjurkan dalam psikoanalisa psikiatri, artinya psikiater tidak ambil bagian dalam
konflik psikis pasien. Ini tidak berarti klinisi tidak tanggap terhadap keluhan pasien.

AKHIR WAWANCARA

Akhir dari evaluasi psikiater harus memberi kesan dan saran terhadap pasien walaupun jika
mereka seorang pemula. Pasien pertama kali sering merasa takut terhadap psikiater. Mereka khawatir
jika dikatakan gila, jika masalah mereka tidak bisa dimengerti, jika mereka dihakimi dan yang paling
penting apakah mereka bisa ditolong. Walaupun pasien punya pengalaman dapat pertolongan atau
pernah ditolong orang lain dalam mengatasi keluhannya, rasa takut harus dihilangkan dan memberikan
saran yang menyejukkan dan riil tentang perawatan yang diberikan. Kesimpulan dari wawancara awal
menyiapkan pasien untuk follow up, penanganan mereka secara baik kemungkinan menolong mereka.
Ini penting diberikan kepada seseorang yang sedang kacau emosinya. Sedikit waktu untuk menenangkan
diri sebelum meninggalkan kantor. Misal: psikiater sebaiknya berbicara kepada pasien yang sedang
menangis terisak diakhir wawancara, “Memang ini jelas masih terasa menyakitkan untuk dibicarakan, tapi
beri saya kesempatan untuk memberi saran? Memberitahu anda tentang apa yang terbaik anda lakukan
dikemudian hari.

Membuat Catatan
Untuk alasan hukum dan medis, suatu catatan tertulis mengenai pengobatan pasien harus dibuat.
Catatan pasien juga membantu ingatan psikiater. Setiap klinisi harus membuat suatu sistem untuk
menyimpan catatan dan informasi mana saja yang harus disimpan. Banyak psikiater membuat cacatan
yang lengkap pada beberapa sesi pertama dan menghilangkan riwayat sebelumnya. Pada akhirnya,
kebanyakan catatan psikiater hanya mencatat riwayat yang baru saja, kejadian penting dari kehidupan
pasien, obat yang diberikan, mimpi, dan komentar umum mengenai perkembangan pasien. Sebagian
psikiater mencatat secara rinci (catatan apa adanya dari satu sesi) untuk pasien yang spesifik dengan
segera membuat catatan setelah sesi berakhir sebanyak yang mereka bisa ingat. Membuat catatan
mempermudah dalam memberikan perkembangan terapi (dengan melihat adanya transferens dan
counter transferens) dan untuk melihat kembali sesi tersebut dan mengambil ide yang mungkin
terlewatkan. Pencatatan ini juga sangat membantu psikiater yang bekerja dengan seorang supervisor
atau konsultan yang menginginkan suatu presentasi yang akurat dari sesi tertentu.
Kebanyakan psikiater tidak menganjurkan untuk membuat catatan yang banyak selama sesi;
menulis dapat mengurangi kemampuan dalam mendengar. Sebagian pasien, akan tetapi, menunjukkan
penolakan jika seorang psikiater tidak membuat catatan selama interview, mereka mungkin merasa takut
kalau komentar mereka tidak dianggap penting untuk dicatat atau psikiater tidak tertarik dengan mereka.
Tidak membuat catatan dalam sesi dianggap tidak ada hubungannya dengan kemampuan mendengar
seorang psikiater, namun perasaan pasien yang merasa tidak dianggap serius itulah yang perlu menjadi
pertimbangan.
Jumlah psikiater yang menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan pasiennya kini semakin
bertambah. E-mail mempunyai keuntungan cepat, biasanya bersifat singkat, dan sering lebih sedikit
gangguan dibandingkan dengan telepon. Sebagai hasilnya, komunikasi dengan e-mail dirasakan lebih
spontan dan kasual dibandingkan dengan telepon atau surat. Akan tetapi, terlepas dari tampilan kasual,
e-mail memiliki bagian formal dari catatan pengobatan dan menjadi bahan tinjauan di dalam proses
pengadilan.

Wawancara Stres
Suatu stres wawancara memiliki kekuatan hukum dan mempunyai tempat yang sedikit dalam
teknik wawancara. Kebanyakan pasien merasa cemas atau perasaan lainnya ketika berbicara dengan
psikiater. Dari tingkah lakunya atau kata yang memberikan perasaan aman atau mendukung, seorang
psikiater sering dapat menurunkan perasaan tersebut sehingga pasien dapat melanjutkan menceritakan
ceritanya. Akan tetapi, pasien tertentu secara monoton atau menunjukkan emosi yang tidak cukup untuk
suatu motivasi. Apatis, tidak berubah, dan penumpulan emosi tidaklah bersifat kondusif dalam
mendiskusikan masalah kepribadian. Pada pasien dengan reaksi seperti itu, emosi yang merangsang
dapat bersifat membangun. Pasien ini mungkin memerlukan penyelidikan, tantangan atau konfirmasi
untuk merangsang perasaannya yang akan memberikan perkembangan dalam pemahaman lebih jauh.
Sebagai contoh, le belle indifference dari seorang yang histerik mungkin dirubah menjadi cemas
sehingga pasien bisa merasa cukup tidak nyaman dan mau membicarakan konflik yang dialami.

Wawancara Follow-Up
Wawancara setelah yang pertama memberikan pasien untuk memperbaiki kesalahan informasi
yang diberikan pada pertemuan pertama. Dalam memulai wawancara kedua sering membantu dengan
menanyakan kepada pasien apakah ia telah memikirkan apa yang dialami pada wawancara sebelumnya
dan apa yang dirasakan. Variasi lainnya adalah dengan mengatakan, “Sering, orang berpikir mengenai
sesuatu hal untuk membicarakan setelah mereka pergi. Pikiran apa yang anda miliki?”
Psikiater sering belajar sesuatu yang berharga ketika mereka menanyakan kepada pasien apakah
mereka mendiskusikan wawancaranya dengan orang lain. Jika pasien telah melakukannya, rincian dari
pembicaraan dan dengan siapa pasien membicarakan adalah sangat membantu. Tidak ada aturan yang
khusus mengenai topic yang ingin dibicarakan hingga wawancara kedua. Secara umum, dengan pasien
merasa nyaman dan mengenal psikiater lebih baik, mereka menjadi lebih mudah untuk membuka
kehidupan mereka secara rinci.

MEWAWANCARAI TIPE PASIEN SPESIAL DARI PSIKIATRI

Pasien Psikotik
Pasien dengan gejala-gejala psikotik memiliki kesulitan untuk berpikir secara jernih dan logis.
Kemampuan mereka untuk berkonsentrasi mungkin terganggu, dan mereka mungkin terganggu oleh
waham, kepercayaan dan halusinasi. Pasien psikotik sering menakutkan dan mungkin perlu pengawalan.
Sering evaluasi pasien psikiatri memerlukan perhatian lebih dan terstruktur dibandingkan dengan pasien
lain. Pertanyaan terbuka dan lamanya tidak berbicara sering bersifat mengacaukan. Pertanyaan singkat
lebih mudah dibandingkan yang panjang. Pertanyaan yang meminta jawaban abstrak atau bentuk suatu
kesimpulan mungkin tidak akan terjawab.
Pasien dengan halusinasi harus diminta untuk menggambarkan kesalahan persepsinya dengan
sejelas mungkin. Pasien dengan halusinasi harus ditanyakan mengenai isi, konteks, kerasnya, jernihnya,
dan respon mereka. Evaluasi ini perlu membedakan antara halusinasi yang sebenarnya dengan ilusi,
hipnogogik, hipnopompik, dan imaginasi yang kabur terhadap orang lain.
Waham sebagai keyakinan yang salah yang dipertahankan. Mencari alasan seseorang mengenai
wahamnya tidak akan berhasil dan tidak produktif. Pasien waham sering pada evaluasi psikiatri
mendapatkan waham mereka hilang atau terganggu oleh teman dan keluarga, dan mereka akan berjaga
untuk reaksi yang sama seperti pemeriksa. Sebaiknya membicarakan waham tanpa menyampaikan
percaya atau tidak percaya. Penggunaan istilah psikiatri harus dihindari. Kata-kata seperti grandiose,
paranoid, dan bahkan kata waham akan terlihat kasar dan terlalu menilai dan biasanya tidak membantu
dalam mendapatkan informasi.
Seorang dengan waham paranoid atau dengan kecurigaan tinggi yang bukan merupakan waham
sebaiknya dievaluasi dengan penuh hormat, tetapi secara formal perlu dijaga jarak. Keinginan untuk
meyakinkan atau mengambil hati akan menambah kecurigaan. Psikiater harus selalu berpikir
kemungkinan untuk dimasukkan ke dalam wahamnya dan mungkin perlu menanyakan secara langsung.
“Apakah anda khawatir saya akan menyakiti anda juga?”
Gangguan bentuk proses pikir dapat menyebabkan gangguan yang serius dalam melakukan
komunikasi. Untuk itu harus bersifat singkat, terfokus dan terstruktur. Psikiater harus memberikan suatu
pola pikir dimana pasien tidak bisa memberikan.

Pasien Depresi dan Kemungkinan Bunuh Diri


Pasien yang mengalami depresi berat mungkin juga memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi,
berpikir jernih, dan bicara spontan. Intensitas gangguan suasana perasaan seperti menguasai dan
mengarah kepada gangguan dalam berpikir dan persepsi. Sebagian pasien depresi menginginkan dokter
untuk lebih memaksa dan mengarahkan. Terkadang akan terlihat pemeriksa harus memberikan perasaan
dan kekuatan intelektual pada hubungan dokter-pasien. Diam yang lama jarang membantu. Pasien yang
suka termenung perlu diinterupsi dan diarahkan.
Semua pasien harus ditanyakan mengenai pikiran bunuh diri, dan pasien depresi mungkin
memerlukan pertanyaan yang lebih lengkap. Pertanyaan pada pasien dengan kecenderungan bunuh diri
harus jelas, rencana, arti dan akibat yang ditimbulkan seperti, “Apakah anda pernah berpikir untuk
menyakiti diri anda?”, atau, “Apakah pernah terpikir bahwa hidup ini tidak ada gunanya?” Psikiater harus
tenang dalam menanyakan dengan sederhana, dan terarah. Menanyakan mengenai bunuh diri tidak
akan meningkatkan resiko. Sebaliknya, kebanyakan pasien merasa lega untuk membicarakan
permasalahannya dengan terbuka seperti pikiran yang menyakitkan yang mereka hadapi secara pribadi.
PASIEN-PASIEN YANG GELISAH DAN POTENSIAL MELAKUKAN KEKERASAN.

Resiko terjadi kekerasan dan tindakan agresif merupakan bagian dalam pekerjaan menangani penyakit
jiwa; peningkatan impulsif dan pikiran paranoid manik dapat meningkatkan resiko. Beberapa kondisi yang
potensial terhadap terjadinya kekerasan yaitu konsumsi alkohol yang berlebihan dan keracunan CNS
stimulan, delirium dan psikotik paranoid.
Ketika potensi kekerasan mulai tampak, psikiater memiliki tugas ganda yaitu mengubah tingkah laku dan
membatasi potensi kerusakan, tetapi juga melakukan evaluasi dan memberikan penanganan lebih lanjut.
Pada suatu kasus delirium, selain dilakukan evaluasi pada pasien ini juga harus dilakukan penanganan/
pengobatan darurat.
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien kebanyakan tanpa direncanakan dan didahului oleh tanda-
tanda prodromal peningkatan psikomotor. Akan dimulai dengan menggerakkan tangan dengan cepat,
serta memukulkan tinju pada telapak tangan mereka (sebagian besar tetapi tidak semua, kebanyakan
pada pasien laki-laki). Suara menjadi lebih keras, kasar, cabul dan cenderung mengancam, arteri
temporalis mulai berdenyut. Gejala prodromal biasanya berakhir 30 – 60 menit, sebelum kekerasan fisik
muncul, demikian kesempatan ini muncul adalah saat yang paling tepat untuk menghalangi terjadinya
resiko.
Banyak langkah dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya potensi resiko dan kerusakan. Wawancara
dapat dilakukan bila dalam kondisi tenang, tidak ada pengaruh lingkungan. Antara dokter dan pasien
seharusnya memiliki ruang yang cukup luas dan nyaman dan tidak ada penghalang secara fisik yang
tersisa di ruang tersebut. Selama wawancara berlangsung, seorang psikiater sebaiknya tidak
menggunakan cara-cara memaksa unuk menguraikan lebih-lebih dengan mengancam, mendesak,
menatap dan menyentuh tanpa sepengetahuan pasien.
Psikiater harus hanya menanyakan yang penting untuk mengevaluasi pasien tersebut. Tawar menawar,
mengancam, menggertak, adalah cara-cara yang kontraproduktif. Yang terpenting, seorang psikiater
harus merasa cukup aman untuk dapat melakukan evaluasi secara profesional, bila psikiater dalam
kondisi ketakutan maka psikiater tidak dapat melakukan dengan adekuat pekerjaannya. Adakalanya
ancaman cukup ampuh digunakan untuk menghentikan wawancara. Di UGD dan di ruang periksa pasien,
pembatasan secara fisik dan obat-obatan terhadap pasien sangat penting untuk melindungi para tenaga
medis serta pasien itu sendiri.

PASIEN-PASIEN YANG BERBOHONG

Psikiater mengakui bahwa laporan pasien tidaklah selalu benar, ketidakdapat percayaan terhadap daya
ingat pasien dan tingkah laku aneh pasien karena penyakit kejiwaan yang dideritanya, proses narasi
pasien mengalami distorsi dan cenderung untuk dipalsukan. Pemeriksa mengetahui riwayat yang tidak
benar dari pasien tersebut, hanya emosional belaka dan hal ini memiliki makna yang merupakan bagian
daripada diagnosa. Pada waktu tertentu pasien secara sadar berbohong dan menipu paramedis, dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan tertentu, seperti kebebasan dari keputusan juri pengadilan,
keuntungan finansial atau mendapatkan obat-obat terlarang.
Ada pula pasien yang memalsukan gejala sakitnya (malingering, tidak tercatat sebagai gangguan mental
dalam DSM IV-TR). Pasien juga ada yang berbohong agar mendapatkan keuntungan dengan berperan
sebagai orang sakit dan tidak mau melepas diluar keuntungannya telah ia peroleh.
Diagnosis dari kelainan yang nyata, dimanfaatkan banyak pasien untuk menganggap sakitnya tidak
pernah sembuh; karena psikiater tidak mempunyai penilaian biologis yang digunakan untuk menetapkan
keadaan patologis pasien (derajat). Mereka (psikiater) akan menerima laporan pasien yang jujur
berdasarkan penilaian pengalaman mereka, tidak ada cara untuk mengetahui apakah pasien pernah atau
tidak memiliki pengalaman halusinasi bunyi, selain dari laporan pasien sendiri.
Meskipun pengalaman pewawancara dapat mengetahui kelainan yang halus sekalipun berupa internal
inkonsistensi, atau gejala curiga yang berat, hal ini bisa diketahui bila pasien tidak berbohong.
Kebohongan dapat membuat banyak orang marah, pasti tidak sedikit psikiater bekerja yang tergantung
terhadap kepercayaan dalam melakukan pekerjaan. Bagaimanapun seandainya mempercayai
kebohongan pasien bukanlah suatu bentuk ketidakprofesionalan dalam bekerja.
Psikiater dilatih untuk mendeteksi, mengerti dan menangani kelainan kejiwaan tetapi bukan sebagai “Lie
detector”. Kecurigaan yang diperlukan di tempat praktek seorang psikiater, klinisi, tetapi hal ini tidak akan
digunakan bila mendapat pasien dengan kecurigaan berlebih saat melakukan pendekatan terhadap
pasien seperti ini karena hal ini akan menyebabkan terapi obat tidak akan bekerja dengan baik.
Pembaca harus pindah ke Bab I, pada hubungan dokter dan pasien, untuk mendiskusikan tipe lain dari
pasien sulit (contoh: pasien yang menggairahkan/menggoda)

EMPATI

Diagnosa dari hasil wawancara kadang memberikan gambaran yang meringankan kadang memberikan
teka-teki, kadang pula gambaran yang menakutkan, terbingkai dalam ketidakmengertian pasien terhadap
masalah medis. Pengalaman yang aneh yang tidak bisa dimengerti secara akal sehat dan intelegensi
tetapi memiliki yang berarti yang membawa pasien untuk membuat perkiraan tentang penanganan dan
penyembuhan sama-sama penting antara kemengertian secara intelektual dan kemengertian secara
emosional.
Empati adalah kapasitas sebagai manusia yang diperlukan dalam ilmu jiwa. Ekspresi dari empati suatu
skill yang timbul seiring dengan pengalaman. Istilah empati dapat menjadi suatu yang luar biasa penting
di dalam menguatkan dan meluruskan hubungan antara dokter dengan pasien, tetapi pasien pun dapat
mengacaukan hubungan yang terbentuk tersebut.
Sejak empati diamati yang berasal dari gerak hati, kemudian banyak penelitian yang peduli dan
mengambil empati sebagai obyek penelitian terutama terkait atau meyakinkan bahwa empati itu bukan
berasal dari proyeksi perasaan para psikiater. Pasien yang tertutup akan merasakan gangguan akibat
penelitian ini dan merasa terancam, khusus pasien dalam status “categorially” dan berbeda dengan
pasien dalam “conditionally”.
Istilah empati dibuat prematur, ketika pasien yang kuat bertahan melawan perasaan tidak senang, tidak
senang mendapat bantuan dari orang lain. Sebagian besar pasien ini tidak mau mengerti dan tahu bahwa
beberapa orang berusaha mengerti cara-cara mereka, tetapi hanya seseorang yang mau mencoba
mengerti apa yang mereka rasakan.
7.2. REKAM MEDIS

Rekam medis termasuk di dalamnya laporan psikiatri tapi berisi lebih banyak informasi. Merupakan
dokumen yang berbentuk narasi mengenai semua hal yang terjadi selama dalam pengobatan, terutama
mengenai saat pasien dirawat di rumah sakit. Akan tetapi hal ini juga berlaku untuk pasien rawat jalan di
praktek dokter. Catatan perkembangan mencatat semua interaksi antara dokter dengan pasien (termasuk
sesi psikoterapi), laporan dari semua hal yang spesial termasuk tes laboratorium, resep, dan permintaan
akan obat-obatan. Di rumah sakit, catatan perawat merupakan bagian penting dari rekam medis. Mereka
membantu menentukan perkembangan pasien: apakah pasien mengalami perbaikan dari pengobatan?
Adakah waktu siang atau malam pasien mengalami kumat atau gejalanya menjadi lebih buruk? Adakah
efek samping atau keluhan dari pasien mengenai obat yang diberikan? Adakah tanda-tanda agitasi,
ngamuk, atau keinginan bunuh diri? Jika pasien perlu diikat atau dikurung, apakah prosedurnya sudah
benar? Dilihat secara keseluruhan, rekam medis menceritakan apa yang terjadi pada pasien sejak
pertama kali ditangani oleh pelaku kesehatan. Termasuk di dalamnya kesimpulan untuk pulang yang
berisi rangkuman penanganan pasien, dengan rekomendasi penanganan lebih lanjut, jika diperlukan.
Bukti dilakukannya konsul pada bagian lain juga perlu didokumentasikan dalam rekam medis untuk
penanganan yang berkesinambungan jika diperlukan kembali dimasa yang akan datang.

Guna dari Rekam Medis


Rekam medis tidak hanya digunakan oleh dokter, tapi juga oleh pihak lain dan perusahaan asuransi
untuk menentukan lamanya perawatan, kualitas perawatan dan pembayaran dokter serta rumah sakit.
Dalam teorinya, rekam medis pasien rawat inap hanya dapat dilihat oleh pihak yang berwenang dan
bersifat sangat rahasia. Dalam prakteknya, akan tetapi, kerahasiaan yang mutlak tidak dapat dijamin.
Panduan mengenai hal yang perlu dimasukkan di rekam medis diberikan pada tabel 7.2-1.

Tabel 7.2-1. Rekam Medis


Harus ada catatan pribadi untuk setiap orang yang dirawat di rumah sakit jiwa. Catatan pasien harus
aman kerahasiaannya dan dapat diakses oleh orang yang memiliki hak. Setiap catatan kasus harus ada:
1. Dokumen pemasukan yang legal.
2. Informasi identitas dari pasien dan keluarga.
3. Sumber rujukan, data dimulainya penanganan, dan nama dari staf yang bertanggung jawab
untuk penanganan dan perawatan.
4. Diagnosa awal, pertengahan dan akhir, termasuk gangguan jiwa atau retardasi mental dalam
terminologi medis.
5. Laporan dari semua pemeriksaan dan evaluasi, termasuk apa yang didapatkan dan
kesimpulannya.
6. Laporan dari semua pemeriksaan khusus, termasuk X-ray, tes laboratorium, tes psikologi,
EEG, tes psikometri.
7. Catatan perencanaan, pengobatan, dan rehabilitasi.
8. Catatan perkembangan ditulis dan ditandatangani oleh staf yang terlibat dalam program
penanganan dan pengobatan.
9. Ringkasan dari diskusi kasus dan konsultasi khusus.
10. Resep yang berisi tanggal dan tanda tangan untuk pemberian obat.
11. Kesimpulan penutup dari penanganan dan pengobatan.
12. Dokumentasi rujukan dari pihak lain.
Rekam medis juga penting dalam penanganan hukum kasus malpraktek. Robert I. Simon menyimpulkan
tujuan penanganan hukum seperti berikut ini: Penyimpanan rekam medis yang benar, dapat menjadi alibi
terbaik dari seorang psikiater didalam menghadapi tuntutan malpraktek. Jika tidak ada catatan, banyak
pertanyaan akan muncul mengenai kompetensi dan kredibilitas psikiater. Kesalahan dalam menyimpan
rekam medis melanggar hukum negara bagian dan ketentuan perijinan. Kesalahan ini menjadi perhatian
psikiater bahwa informasi penanganan pasien sepenuhnya adalah rahasia. Meskipun ini sangat ideal,
pada kehidupan sebenarnya psikiater secara hukum dipaksa untuk bersaksi mengenai penanganan yang
bersifat rahasia.
Catatan pasien rawat jalan juga subyek yang digunakan oleh pihak ketiga pada beberapa hal, dan
psikiater di praktek swasta mempunyai kewajiban yang sama untuk membuat suatu catatan pasien
seperti halnya dengan rumah sakit. Tabel 7.2-2 daftar catatan yang menjadi perhatian oleh pihak ketiga.
Catatan ini tidak harus disimpan selamanya oleh dokter, lamanya penyimpanan bervariasi
tergantung dari hukum masing-masing negara bagian. Secara umum, catatan untuk anak-anak disimpan
lebih laman dibandingkan dengan orang dewasa.

Catatan Pribadi Dan Observasi


Berdasarkan hukum yang mengatur tentang rekam medis, sebagian perundang-undangan memberikan
keleluasaan untuk melihat catatan dan observasi dokter (seperti di Hukum Kesehatan Masyarakat
Negara Bagian New York). Catatan pribadi didefinisikan sebagai “suatu spekulasi pemeriksa, kesan
(diluar dari diagnosa sebenarnya)”. Data tersebut hanya dipegang oleh pemeriksa dan tidak boleh dilihat
oleh orang lain. Psikiater yang merasa bahwa ada hal yang dapat merusak atau mengganggu pasien jika
hal tersebut diberikan kepada pihak ketiga dapat menggunakan ketetapan ini untuk menjaga kerahasiaan
hubungan dokter-pasien.

Akses Pasien Kepada Rekaman


Pasien mempunyai hak secara hukum untuk melihat catatan mereka. Hak ini menunjukkan kepercayaan
masyarakat bahwa tanggung jawab dalam memberikan perawatan medis telah menjadi suatu hubungan
kerjasama antara dokter dengan pasien. Pasien menemui banyak dokter, dan mereka dapat menjadi
lebih efektif dan terkoordinir jika mereka memberikan informasi tersebut. Psikiater harus hati-hati dalam
memberikan catatan tersebut kepada pasien, jika dalam penilaian mereka, pasien dapat tertekan secara
emosi. Berdasarkan pada hal ini, psikiater mungkin sebaiknya mempersiapkan rangkuman dari
penanganan, penyimpanan hal yang dapat menyakiti pasien – terutama jika hal tersebut sampai kepada
pihak ketiga. Pada malpraktek, hal ini mungkin tidak dapat dilakukan.

Permintaan Oleh Pihak Ketiga


Seperti disebutkan di atas, catatan pasien rawat jalan dapat diminta oleh pihak ketiga seperti jaksa dan
perusahaan asuransi. Pasien biasanya memberikan hak kepada asuransi untuk melihat catatan mereka
pada saat mereka menandatangani perjanjian, tapi banyak orang tidak memperhatikan akan hal tersebut.
Untuk itu, adalah bijaksana untuk menjaga otoritas pasien sebelum memberikan informasi kepada orang
lain. Jika secara hukum diminta untuk mengeluarkan catatan tersebut, permohonan hukum harus ada
sebelum memenuhi permintaan tersebut. Suatu permintaan untuk tampil di pengadilan tidak harus
merusak kerahasiaan hubungan dokter-pasien. Seperti halnya, seorang dokter mungkin meminta rekam
medis dari dokter yang lain. Secara umum, hal ini memfasilitasi penanganan pasien lebih baik; akan
tetapi, pernyataan secara terpisah harus diminta dari pasien terlebih dahulu.
CATATAN MASALAH DI DALAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Banyak sekolah-sekolah kedokteran menggunakan teknik dalam pendidikan berdasarkan atas


catatan medis yang berorientasi pada masalah. Organisasi mengajar dan menguji seperti United State
Medical Licensing Examination (USMLE) adalah suatu organisasi yang mengandalkan pada kemampuan
seorang siswa dalam menguraikan suatu catatan medis. Seperti dalam latihan, para siswa
melengkapinya dari informasi pasien secara umum, yang mana termasuk di dalamnya ringkasan
pemeriksaan fisik dan hal-hal yang positif dalam laporan psikiatri. Para siswa harus menggambarkan
masalah-masalah yang memerlukan perhatian, menentukan pencegahan atau pilihan terapi untuk setiap
masalah.
Walaupun catatan medis bukanlah suatu bentuk standar yang digunakan oleh seorang ahli jiwa,
tetapi catatan tersebut paling tidak berpengaruh terhadap bagaimana memandang pasien tersebut.
Sebagai contoh, di dalam DSM-IV masalah psikososial yang spesifik dan lingkungan dapat
mempengaruhi diagnosis dari gangguan mental pada aksis IV. Masalah-masalah dibagi menjadi
sembilan kategori, yang mana masing-masing dapat saling mempengaruhi: (1) masalah dengan
pendukung utama dalam keluarga (kematian salah satu anggota keluarga), (2) masalah lingkungan
masyarakat (tidak mempunyai teman), (3) masalah pendidikan (berselisih paham dengan guru atau
teman), (4) masalah pekerjaan (stres di tempat kerja/stres selama bekerja), (5) masalah di rumah
(lingkungan tidak aman), (6) masalah ekonomi (banyak hutang), (7) masalah dalam penggunaan jasa
pelayanan kesehatan (tidak punya asuransi kesehatan), (8) masalah dengan hukum (proses pengadilan),
(9) masalah lainnya (banjir, gempa bumi).
Seorang laki-laki, 55 tahun, sudah menikah, mengeluh rasa ketakutan jika ia diberhentikan dari
tempat ia bekerja, karena perusahaan tersebut sedang mengalami kelesuan. Ia mengeluh cemas, sulit
tidur, dan mudah marah dan tidak ada riwayat seperti ini sebelumnya. Setelah diamati dengan seksama,
yang menjadi penyebab keluhannya itu kemungkinan karena ia kehilangan pekerjaan. Gejala dapat
dihilangkan secara sederhana dengan obat anti cemas atau obat yang menidurkan; tapi bagaimanapun,
diperlukan juga suatu pendekatan yang lebih menyeluruh. Terapis harus memperhatikan masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan, termasuk di dalamnya: bagaimana sikap pasien menghadapi
atasannya, bekerja kembali pada perusahaan tersebut, mencari pekerjaan lain, latihan kerja, atau
pendekatan lainnya secara langsung pada krisis yang bersifat kejuruan.

E-MAIL
Penggunaan e-mail oleh para dokter sebagai suatu cara yang cepat dan efisien untuk
berkomunikasi mengalami peningkatan, dimana tidak hanya dengan pasien tetapi juga dengan para
dokter lainnya tentang pasien-pasien mereka. Ucapan tidak dapat mewakili suatu diagnosis. Begitu juga
meresepkan obat lewat telepon kepada pasien yang belum diperiksa. Hal ini tidak hanya berbahaya
tetapi juga tidak etis. Semua pesan lewat e-mail harus dicetak dalam kertas grafik (chart paper), kecuali
arsip tersebut dapat perlindungan dan aman.

MASALAH ETIKA
Seorang dokter ahli jiwa harus selalu mempertimbangkan tentang apa hal-hal yang tidak perlu
dimasukkan ke dalam laporan psikiatri, dalam laporan kasus, catatan medis, dan tulisan lainnya tentang
pasien. Pertimbangan seperti itu sering berhubungan dengan masalah etika. Suatu contoh dalam laporan
kasus, pasien tidak harus diidentifikasi, seperti dijelaskan oleh perkumpulan psikiater di Amerika, dalam
Principles of Medical Ethics with annotations Especially Applicable to Psychiatry, yang mana di dalam
laporan kasus perlu dijaga kerahasiaannya, tanpa harus mengurangi gambaran lengkap yang
berhubungan dengan keadaan pasien.
Seorang dokter ahli jiwa mencatat yang ia diskusikan dengan pasien tentang efek samping yang
perlu mendapat perhatian dari obat yang telah diresepkan itu. Sesungguhnya ia hanya mendiskusikan 2
efek samping obat yang biasa terjadi. Ia memilih untuk tidak mendiskusikan yang lainnya, sebab ia
perduli terhadap pasien (yang memiliki tingkat sugesti yang tinggi) akan mempengaruhi mereka. Ketika
pasien mengalami efek samping dari obat tersebut (walaupun kecil atau tidak sampai mengancam
kehidupan) ia dapat menggugat psikiater karena tidak memberitahukan kemungkinan-kemungkinan itu.
PSIKIATRI MILITER
Dokter ahli jiwa di dalam kemiliteran menghadapi masalah-masalah etis yang unik karena
kerahasiaan tidak ada diatur dalam tata cara kemiliteran.
Seorang laki-laki kulit putih, 19 tahun, belum menikah, dan baru bertugas di dinas militer,
mempunyai riwayat cemas secara periodik ketika mandi bersama dengan teman lakinya dalam satu
kelompok. Ia mengakui dirinya sebagai seorang gay dan mengakui bahwa kecemasannya berhubungan
dengan ketakutannya dalam mengekspresikan dorongan hasrat seksualnya. Jadi, beresiko akan dibawa
ke mahkamah militer dan akan dipecat secara tidak hormat. Bagaikan buah simalakama bagi dokter ahli
jiwa: apakah melaporkan prajurit ini ke atasannya atau melindunginya dari tindakan yang dilakukannya
yang akan menempatkan di dalam bahaya (melindungi secara etis medis tanpa kejahatan). Setelah
didiskusikan dalam berbagai pilihan, ia dan pasien sepakat dengan pilihan terakhir. Diagnosis gangguan
cemas dibuat dan pasien menerima pemecatan secara terhormat untuk suatu alasan medis, yang
didasarkan adanya gangguan kejiwaan. Tidak ada catatan yang dibuat bahwa ia seorang homoseksual.

PERAWATAN TERPADU

Untuk kepentingan perawatan terpadu dan untuk dokumentasi dari tanda dan gejala yang
diberikan untuk kepentingan pihak ketiga, beberapa psikiater mungkin mengurangi atau menambahkan
gejala yang ada. Berdasarkan laporan kasus dan ilustrasi diskusi, kesulitan secara etis lah yang dihadapi
oleh psikiater dalam perawatan terpadu.
Nyonya P datang sendiri ke RS untuk dirawat, karena ia takut akan kemungkinan untuk
membunuh dirinya sendiri. Dia penderita depresi berat, namun ia mengalami perbaikan dalam satu
minggu pertama dalam perawatan dokter A. Meskipun dokter A yakin bahwa Nyonya P tidak lagi dalam
ancaman percobaan bunuh diri, dokter A berpikir bahwa Nyonya P akan lebih untung bila tetap dirawat di
rumah sakit. Karena dokter A tahu bahwa Nyonya P tidak mampu membayar biaya rumah sakit dan
perusahaan asuransi hanya akan membayar bila pasien mengalami depresi dengan kemungkinan bunuh
diri, dokter A memutuskan untuk tidak mencatat perbaikan yang dialami Nyonya P. Dia mencatat bahwa
pasien masih memiliki resiko untuk membunuh dirinya sendiri.
Kasus ini merupakan salah satu kesulitan yang berhubungan dengan masalah biaya dan
perawatan terpadu. Dokter A merespon kesulitannya ini dengan mengolah catatan kesehatan pasien
tersebut. Apakah dia melakukan suatu penipuan? Ya dia dengan sengaja melakukan kesalahan dengan
apa yang ditulisnya pada catatan pasien tersebut. Meskipun apa yang dia tulis benar berdasarkan
beberapa literatur, pernyataannya menjadi kurang tepat sehubungan dengan penanganan pasien
tersebut nantinya. Nyonya P tidak sedang mengalami depresi dengan kemungkinan bunuh diri, saat ini.
Apa yang dokter A tidak cantumkan pada catatan pasien tersebut adalah penipuan. Meskipun
beberapa hal yang dibuang adalah penipuan, ini tergantung juga pada peraturan dan harapan dari orang-
orang yang terlibat. Tidak memberitahukan temanmu bahwa anda tidak menyukai dasi yang dia pakai
bukanlah penipuan. Hal ini adalah bijaksana, kecuali bila peraturan atau hubungan anda mengharapkan
anda untuk berkata jujur. Kasus pada dokter A adalah berbeda. Aturan peran profesionalnya adalah
untuk mendokumentasikan keadaan pasien, dengan harapan bahwa dia akan mencatat setiap perbaikan
yang dialami pasien. Sehubungan dengan kesalahan dalam dokumentasi Nyonya P tentang
perkembangannya adalah suatu contoh penipuan.
Pertanyaan kedua yang lebih sulit adalah, “Apakah penipuan ini dibenarkan pada contoh di atas?”
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tergantung dari alasan dilakukannya penipuan tersebut,
alasan-alasan yang melawan/kontra dengan hal tersebut dan alternatif-alternatif lainnya yang mungkin
dapat dilakukan.
Alasan dari penipuan ini adalah jelas. Dokter A memiliki tujuan utama untuk menolong pasiennya.
Dia yakin bahwa Nyonya P akan jauh lebih baik bila dirawat di rumah sakit dimana ia tidak sanggup
membayarnya. Dia juga berpendapat bahwa tidaklah adil bila perusahaan asuransi menolak membayar
biaya pengobatan pasien depresi tanpa resiko percobaan bunuh diri dan penipuan yang dilakukannya itu
dapat mengatasi praktek yang tidak adil tersebut.
Ada juga alasan-alasan penting yang melawan/menentang penipuan ini. Alasan pertama adalah
pertimbangan kejujuran dan kepercayaan umum. Adalah hal yang baik bila seseorang dapat
mempercayai apa yang dikatakan atau ditulis orang lain. Tanpa kejujuran dan kepercayaan akan banyak
terjadi perubahan sosial dan praktek akan menjadi mustahil. Penipuan, walaupun untuk mendapatkan
keuntungan, memiliki kecenderungan untuk merusak kepercayaan umum. Resiko yang timbul karena
penipuan tersebut adalah kemungkinan rusaknya kepercayaan seseorang terhadap profesi psikiater dan
bahkan kepercayaan pasien pada psikiaternya. Rusaknya kepercayaan mungkin dapat membahayakan
pengobatannya.
Alasan kedua adalah pertimbangan penanganan medis dimasa depan. Jika Nyonya P mencari
pengobatan medis dikemudian hari, dokter yang menanganinya akan membaca catatan yang tidak tepat.
Jika dokter tersebut percaya bahwa catatan tersebut akurat, maka mereka mungkin akan menyarankan
pengobatan yang tidak tepat untuk masalah kesehatannya pada saat itu. Jika mereka ragu akan
keakuratan catatan tersebut, mereka tidak akan segan-segan untuk mengabaikan catatan kesehatan
tersebut. Pada kasus lain, penipuan sebelumnya dapat menghalangi pengobatan.
Alasan ketiga, pertimbangan kepentingan dan masalah kebijakan. Dokter A sepertinya tidak
memperdulikan kepentingan populasi yang semestinya juga dia perhatikan yang ada dalam kebijakan
asuransi. Dia menimpakan beban tersebut pada populasi ini dengan memaksa perusahaan asuransi
untuk membayar biaya pengobatan pasiennya, dimana perusahaan asuransi itu tidak setuju untuk
membayarnya. Mungkin perusahaan asuransi itu seharusnya membiayai pengobatan Nyonya P, mungkin
kebijakan tersebut tidak beralasan dan tidak adil, tetapi penipuan yang dilakukan dokter A tidak dapat
mengubah dan memaksa perusahaan asuransi tersebut untuk mengubah kebijakannya tersebut; tidak
juga mendorong pasien dan keluarganya untuk melawan kebijakan perusahaan asuransi tersebut.
Manfaat penipuan tersebut sederhana dan khusus untuk menghindari kebijakan yang seharusnya diubah
dan didiskusikan.
Dokter A juga sepertinya tidak peduli akan kepentingannya terhadap pasiennya dimasa depan.
Dengan menulis data yang tidak akurat pada catatan kesehatan pasien, dia akan membahayakan nilai
sebuah rekam medis bagi sebuah penelitian. Singkatnya, penipuan tersebut merugikan pasien yang
bergantung pada catatan pasien dimasa yang akan datang.
Apakah penipuan tersebut dibenarkan, tidak hanya tergantung pada banyaknya alasan yang
mendukung atau yang melawan, akan tetapi juga pada alternatif yang ada. Salah satu alternatif adalah
dengan mengolah catatan pasien. Alternatif lainnya adalah dengan menggambarkan respon Nyonya P
secara akurat dan mengeluarkan dia dari perawatan. Namun alternatif ketiga akan selalu ada. Dokter A
dapat mendokumentasikan secara akurat kondisi pasien dan merekomendasikan agar meneruskan
perawatan rumah sakit. Dia dapat memohon agar pihak perusahaan asuransi untuk membiayai
pengobatan pasien tersebut. Bila perusahaan asuransi memutuskan tidak melanjutkan biaya perawatan
pasien ini, dokter A dapat naik banding terhadap keputusan tersebut. Alternatif ini menyita banyak waktu
dan tidak ada jaminan pasti akan berhasil, namun hal ini menghindarkan semua permasalahan yang
diakibatkan oleh penipuan yang dilakukan.
Permasalahan mengenai dokumentasi dan akses pada rekam medis akan lebih banyak diteliti
pada tahun-tahun ke depan. Rancangan undang-undang yang memberikan perlindungan pada privasi
pasien belum diajukan dalam kongres, untuk melindungi dan membatasi akses pihak ketiga terhadap
rekam medis. Dalam keadaan ini menyebabkan trend ke arah hilangnya privasi pasien terus berlanjut.
Rancangan undang-undang akan mengusulkan pemberian pada masing-masing orang di Amerika
sebuah catatan medis yang spesifik yang memakai sandi dalam microchip pada masing-masing catatan
medis dari lahir sampai meninggal. Ini akan berhasil atau undang-undang yang sama akan ditetapkan
dalam hukum, privasi kesehatan akan berlanjut atau terus berkurang.
Akhirnya, akibat kritikan pada proses klaim dokumentasi saat ini dikembangkan berkas yang
dihasilkan oleh agen pemerintah. Lebih diutamakan untuk fiskal daripada untuk kepentingan medis, yang
didapatkan dari perawatan pasien secara langsung. Dimasa akan datang, msayarakat akan menentukan
sejauh mana proses dari dokumentasi tersebut harus diteruskan sebelum keperluan untuk menyimpan
material yang tidak berhubungan pada gangguan perawatan pasien dengan perawatan pada pasien.

7.3. PEMERIKSAAN FISIK TERHADAP PASIEN PSIKIATRI

Meskipun psikiater tidak melakukan pemeriksaan fisik rutin terhadap pasien-pasiennya,


pengetahuan dan pengertian tentang tanda dan gejala fisik harus tetap dilatih sehingga mereka mampu
mengenali tanda dan gejala yang dapat mengindikasikan kemungkinan penyakit medis atau bedah.
Misalnya, palpitasi mungkin berhubungan dengan prolaps katup mitral, yang didiagnosis melalui
auskultasi jantung. Psikiater juga mampu mengenali dan menangani efek samping dari pengobatan
psikotropika, dengan meningkatnya jumlah pasien yang ditemukan oleh psikiater maupun dokter bukan
psikiater.
Beberapa psikiater bersikeras bahwa setiap pasien harus dilakukan pemeriksaan medis lengkap;
beberapa yang lainnya mungkin tidak. Apapun keputusannya, psikiater hendaknya mempertimbangkan
status medis pasien diluar suatu evaluasi psikiatri. Psikiater harus selalu menentukan apakah seorang
pasien memerlukan pemeriksaan medis, dan jika ya, meliputi apa saja – umumnya, suatu riwayat medis
yang mendalam, meliputi gambaran dari sistem-sistem, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium
diagnostik yang relevan. Suatu studi baru-baru ini terhadap 1000 pasien medis ditemukan bahwa 75%
dari kasus didapatkan gejala-gejala (misalnya keluhan subyektif) yang tanpa sebab, dan 10% dari kasus
tersebut diperkirakan atas dasar psikologi.

RIWAYAT PENYAKIT MEDIS


Selama mengadakan suatu evaluasi psikiatri, hendaknya didapatkan informasi mengenai penyakit
atau gangguan fungsi tubuh yang diketahuinya, perawatan di rumah sakit dan prosedur operasi,
pengobatan yang telah atau sedang berlangsung, kebiasaan pribadi dan riwayat pekerjaan, riwayat
penyakit dalam keluarga, dan keluhan fisik tertentu. Informasi mengenai penyakit medis diperoleh dari
pasien itu sendiri, dokter yang merujuk, dan dari keluarganya jika diperlukan.
Informasi mengenai episode penyakit yang sebelumnya bisa memberikan petunjuk-petunjuk yang
berharga tentang sumber dari gangguan yang terjadi saat ini. Sebagai contoh, gangguan waham yang
begitu jelas pada seorang pasien dengan riwayat beberapa episode yang sama yang cepat bereaksi
terhadap berbagai macam pengobatan menguatkan dugaan akan kemungkinan gangguan psikotik
terinduksi zat. Untuk mengejar petunjuk tersebut, psikiater dapat meminta suatu deteksi obat (drug
screen). Riwayat dari suatu prosedur bedah mungkin juga bermanfaat; contohnya, suatu tiroidektomi
memberikan petunjuk bahwa hipotiroidisme sebagai penyebab dari depresinya.
Depresi adalah efek samping dari beberapa pengobatan yang diberikan untuk hipertensi.
Pengobatan yang diberikan pada dosis terapeutik kadang-kadang mencapai konsentrasi yang tinggi di
dalam darah. Intoksikasi digitalis, sebagai contoh, bisa terjadi dalam sesuatu lingkaran dan menghasilkan
gangguan fungsi mental. Obat-obat proprietary bisa menyebabkan atau berperan pada suatu delirium
antikolinergik. Oleh karena itu, psikiater harus menanyakan tentang obat yang mirip dengan pengobatan
yang diberikan. Riwayat makanan herbal dari terapi alternatif diperlukan dalam melihat peningkatan
penggunaannya. Riwayat pekerjaan mungkin juga memberikan informasi yang diperlukan. Pemaparan
terhadap mercury mungkin berakibat pada keluhan yang mengarah pada psikosis, dan pemaparan
terhadap timah, seperti pada peleburan, mungkin menghasilkan gangguan kognitif. Gambaran klinis yang
terakhir juga dapat diakibatkan dari meminum “moonshine whiskey” dengan kadar timah tinggi.
Dalam memperoleh informasi tentang gejala tertentu, psikiater membawa pengetahuan medis dan
psikologis dalam satu kesatuan. Sebagai contoh, psikiater hendak mendapatkan informasi yang cukup
dari seorang pasien yang mengeluh nyeri kepala untuk memperkirakan apakah nyeri akibat dari penyakit
intrakranial yang memerlukan pemeriksaan neurologis. Juga, psikiater hendaknya mampu menilai bahwa
nyeri pada lengan kanan dari seorang pasien hipokondrik dengan ketidaknyamanan abdomen mungkin
suatu nyeri alih yang klasik dari penyakit kantong empedu.

TINJAUAN SISTEM
Suatu susunan berdasarkan sistem hendaknya mengikuti pertanyaan terbuka. Gambaran tersebut
mungkin ditata berdasarkan sistem organ (seperti hati, pankreas), sistem fungsional (seperti
ganstrointestinal), atau kombinasi dari keduanya, seperti pada susunan berikut. Pada semua kasus,
gambaran tersebut hendaknya komprehensif dan mendalam. Walaupun telah ada kecurigaan pada suatu
komponen psikiatri, pemeriksaan lengkap masih dilanjutkan.

Kepala
Banyak pasien mengatakan riwayat adanya nyeri kepala; lamanya, frekuensi, karakter, lokasi, dan
derajat beratnya harus dipastikan. Nyeri kepala sering akibat penyalahgunaan zat, termasuk alkohol,
nikotin dan kafein. Nyeri kepala vaskuler (migrain) adalah diendapkan oleh stres. Arteritis temporalis
menyebabkan nyeri kepala berdenyut unilateral dan bisa membawa pada kebutaan. Tumor otak
dihubungkan dengan nyeri kepala sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial. Riwayat cedera
kepala mengakibatkan hematom subdural dan pada petinju dapat menyebabkan demensia progresif
dengan gejala-gejala ekstrapiramidal. Nyeri kepala pada perdarahan subarachnoid adalah tiba-tiba,
berat, dan berhubungan dengan perubahan pada sensorium. Hidrosefalus tekanan normal bsa mengikuti
suatu cedera kepala atau ensefalitis dan mungkin berhubungan dengan demensia, shuffling gait, dan
inkontinensia urine. Pusing terjadi pada lebih dari 30% orang dan menentukan penyebabnya adalah
suatu tantangan (tabel 7.3-1) dan sering sulit. Perubahan pada ukuran dan bentuk kepala mungkin
menunjukkan penyakit Paget.

Mata, Telinga, Hidung dan Tenggorokan


Ketajaman visual, diplopia, masalah pendengaran, tinnitus, glositis, dan pengecapan yang buruk
berada pada wilayah ini. Seorang pasien yang minum antipsikotik yang memberikan riwayat twiching di
sekitar mulut atau gangguan pergerakan lidah mungkin pada tahap awal atau potensial reversibel dari
tardive dyskinesia. Gangguan pandangan mungkin terjadi pada thioridazine (Mellaril) pada dosis tinggi
(lebih dari 800 mg per hari). Riwayat glaukoma dikontraindikasikan dengan obat dengan efek
antikolinergik. Aphonia mungkin bersumber pada historikal. Pada stadium akhir dari penyalahgunaan
kokain dapat berakibat pada perforasi dari septum nasal dan kesulitan bernafas. Suatu diplopia episode
sementara bisa pada multiple sclerosis. Gangguan waham lebih umum pada orang dengan kelainan
pendengaran daripada yang memiliki pendengaran normal. Keluhan mencium bau busuk mungkin suatu
gejala epilepsi lobus temporalis lebih dari skizofrenia.

Sistem Respirasi
Batuk, asma, pleurisy, hemoptysis, dyspnea, dan orthopnea dipertimbangkan dalam bagian ini.
Hiperventilasi disarankan jika gejala pasien meliputi seluruh atau beberapa dari yang berikut ini: onset
saat istirahat, pernafasan yang mendesah, penahanan, cemas, depersonalisasi, palpitasi, tidak mampu
menelan, mati rasa pada kaki dan tangan, serta spasme karpopedal. Dyspnea dan sesak nafas bisa
terjadi pada depresi. Pada penyakit paru-paru dan sumbatan jalan nafas, onset gejalanya biasanya
samar-samar, dimana pada depresi onsetnya tiba-tiba. Pada depresi, sesak nafas dialami saat istirahat,
menampakkan sedikit perubahan untuk melakukan pernafasan, dan bisa berubah-ubah dalam beberapa
menit; onset sesak nafasnya bersamaan dengan onset dari gangguan mood dan sering disertai dengan
serangan pusing, berkeringat, palpitasi dan parastesia.
Pada penyakit sumbatan jalan nafas, pasien dengan kegagalan pernafasan yang lebih berat
mengalami sesak saat istirahat. Petunjuk terbaik dalam membuat diagnosis banding adalah dengan
menempatkan perhatian pada kesulitan inspirasi yang dialami oleh pasien depresi dan pada kesulitan
ekspirasi yang dialami; oleh pasien dengan penyakit paru-paru. Asma bronkial kadang-kadang
berhubungan dengan riwayat ketergantungan yang sangat berat pada ibunya saat masa anak-anak.
Pasien dengan spasme bronkus sebaiknya tidak diberikan propranolol (Inderal) karena hal tersebut bisa
menghambat bronkodilatasi yang diinduksi oleh katekolamin; propranolol secara spesifik dikontraindikasi
kan untuk pasien dengan asma bronkial karena epinefrin yang diberikan pada pasien seperti itu pada
suatu keadaan emergensi tidak akan efektif. Pasien yang menggunakan Angiotensin Converting Enzyme
(ACE) Inhibitor dapat menimbulkan batuk kering sebagai efek samping dari obat.

Sistem Kardiovarkuler
Takikardia, palpitasi, dan aritmia jantung adalah tanda cemas yang paling umum yang mungkin
dikeluhkan oleh pasien. Pheochromocytoma biasanya menunjukkan gejala-gejala gangguan cemas
mimik, seperti diantaranya detak jantung yang cepat, tremor, dan muka pucat. Peningkatan katekolamin
urine adalah diagnostik untuk pheochromocytoma. Pasien yang menggunakan guanethidine (Ismelin)
untuk hipertensi sebaiknya tidak diberikan obat tricyclic, yang mengurangi atau membatasi efek
antihipertensi dari guanethidine. Riwayat hipertensi bisa menghalangi pemakaian monoamine oxidase
inhibitors (MAOIs) karena adanya resiko krisis hipertensi jika pasien hipertensi tersebut kurang berhati-
hati makan makanan yang tinggi kandungan tyramine. Pasien yang dicurigai mengalami penyakit jantung
sebaiknya memiliki rekaman elektrokardiogram sebelum diberikan tricyclic atau lithium (Eskalith). Riwayat
nyeri substernal sebaiknya dievaluasi, dan dokter tetap ingat bahwa stres psikologis dapat menyisakan
nyeri dada mirip angina dengan arteri koroner yang normal. Pasien yang menggunakan opioid sebaiknya
tidak pernah diberikan MAOIs; kombinasi keduanya dapat menyebabkan collapse kardiovaskuler.
Sistem Gastrointestinal
Sistem ini meliputi topik-topik seperti nafsu makan, rasa tidak enak sebelum atau sesudah makan,
makanan yang disukai, diare, muntah-muntah, konstipasi, penggunaan laksatif, dan nyeri abdomen.
Riwayat adanya penurunan berat badan biasanya pada gangguan depresi, tapi depresi bisa disertai oleh
penurunan berat badan akibat kolitis ulseratif, enteritis regional, dan kanker. Anoreksia nervosa disertai
oleh penurunan berat badan yang berat dengan nafsu makan yang tetap normal. Menghindari makanan
tertentu mungkin suatu fenomena fobik atau bagian dari suatu ritual obsesif. Penyalahgunaan laksatif dan
muntah terinduksi biasanya pada bulimia nervosa. Konstipasi dapat disebabkan oleh ketergantungan
opioid dan oleh obat-obat psikotropika yang memiliki efek samping antikolinergik. Penyalahgunaan
kokain atau amfetamin menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Peningkatan
berat badan dapat terjadi di bawah stres atau dalam hubungan dengan depresi atipikal. Polyfagia,
poliuria, dan polidipsia adalah trias diabetes mellitus. Poliuria, polidipsia dan diare adalah tanda dari
toksisitas lithium.

Sistem Genitourinaria
Frekuensi kencing, nokturia, nyeri atau panas saat kencing, dan perubahan dalam ukuran dan
kekuatan aliran adalah beberapa tanda dan gejala pada sistem ini. Efek samping antikolinergik yang
berhubungan dengan obat-obat antipsikotik dan trisiklik bisa menyebabkan retensi urine pada laki-laki
dengan hipertrofi prostat. Kesulitan ereksi dan keterlambatan ejakulasi juga efek samping yang umum
dari obat-obat tersebut, dan ejakulasi retrograde terjadi dengan thioridazine. Tingkat responsivitas
seksual pada baseline sebelum penggunaan obat farmakologis sebaiknya telah diperoleh. Riwayat
penyakit menular seksual – sebagai contoh, nanah pada gonorhoea, chancre, herpes, dan pubic lice –
bisa menunjukkan seksual promiscuity atau praktek seksual berbahaya. Pada beberapa kasus, gejala
pertama dari acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah kebingungan mental dengan onset
bertahap yang mengarah pada demensia. Inkontinensia sebaiknya dievaluasi secara berhati-hati, dan
jika hal itu menetap, penelusuran lebih lanjut untuk penyakit yang lebih luas sebaiknya meliputi
pemeriksaan untuk infeksi human immunodeficiensy virus (HIV). Obat-obat yang memiliki efek samping
antikolinergik sebaiknya dihindari pada laki-laki dengan prostatisme.

Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi usia saat awal menarche dan menopause; intervalnya, regularitas,
durasi, dan jumlahnya per periode; perdarahan ireguler, dismenorhoea, dan abortus. Amenorhoea adalah
khas pada anoreksia nervosa dan juga terjadi pada wanita yang mangalami stres psikologis. Wanita yang
takut menjadi hamil atau yang berharap menjadi hamil bisa mengalami periode terlambat. Pseudocyesis
adalah kehamilan yang gagal dengan penghentian menstruasi komplit. Perubahan mood premenstrual
(misalnya iritabilitas, depresi, dan dysphoria) sebaiknya dicatat. Menstruasi yang sangat nyeri bisa
disebabkan oleh penyakit uterus (misalnya myomata), konflik psikologis tentang menstruasi tersebut,
atau dari kombinasi keduanya. Beberapa wanita mengatakan adanya peningkatan keinginan seksual
pada premestrual. Reaksi emosional yang berhubungan dengan abortus sebaiknya digali, apakah
sedang atau berat.
PENGAMATAN UMUM

Bagian penting dalam pemeriksaan klinis, secara umum dimasukkan dalam pengamatan umum –
pengelihatan, pendengaran dan penciuman. Petunjuk-petunjuk non verbal seperti sikap, ekspresi wajah,
dan kelakukan juga harus dicatat.

Pengelihatan
Pengamatan secara cermat terhadap pasien dimulai sejak pertemuan pertama, ketika pasien
beranjak dari ruang tunggu ke ruang observasi, psikiater harus mengamati gaya berjalan pasien, apakah
pasien berjalan dengan gontai? Kehilangan keseimbangan menunjukkan penyebaran gangguan di otak,
alkohol, atau keracunan zat lain, chorea, degenerasi spina cerebellar, kelemahan yang didasari oleh
proses debilitas dan penyakit seperti dystrophy myotonic. Apakah pasien berjalan tanpa ayunan tangan
yang biasa, dan gerakan kaku seperti mainan tentara? Apakah terlihat seperti penyakit parkinson dini?
Apakah pasien memiliki cara berjalan yang tidak seimbang, seperti gerakan satu kaki keluar; menarik
satu kaki atau tidak menggerakkan/mengayunkan satu lengan, hal ini menunjukkan lesi fokal pada otak.
Segera setelah pasien duduk, psikiater harus mengamati langsung. Apakah rambut pasien disisir?
Apakah kukunya bersih? Dan apakah giginya disikat? Apakah pakaiannya dipilih dengan cermat dan
kelihatannya pantas? Walaupun ketidakpedulian terhadap pakaian dan kesehatan umum terjadi pada
penyakit jiwa khususnya penyakit depresi, hal ini juga tanda dari penyakit kognitif. Perubahan-perubahan
seperti menggunakan kaos kaki, stocking atau sepatu yang tidak cocok dapat menunjukkan penyakit
kognitif.
Kebiasaan dan gerakan-gerakan otomatis pasien atau kelainan-kelainan ini juga harus dicatat.
Membungkuk, sikap lentur dan dengan ketidakmampuan bergerak bebas sebagai akibat dari penyakit
parkinson atau penyebaran penyakit pada hemisphere otak atau merupakan efek merugikan dari obat
psikotik. Memiringkan kepala secara berlebihan mungkin dilakukan untuk menghindari kontak mata, tapi
hal tersebut juga bisa akibat diplopia, suatu kerusakan lapangan pengelihatan (visual field) atau disfungsi
fokal otak kecil, singkatnya gerakan-gerakan tertentu secara khas menunjukkan gangguan kecemasan,
tetapi semuanya juga merupakan ciri khas dari chorea dan hipertiroid.
Tremor, walaupun biasa tampak pada gangguan kecemasan, juga dapat menunjukkan penyakit
parkinson, essential tremor atau merupakan efek samping yang merugikan dari pengobatan psikotropik.
Pasien dengan essential tremor kadang-kadang membutuhkan perawatan psikiater karena dipercaya
tremor berhubungan dengan ketakutan yang disembunyikan ataupun kegelisahan. Kerusakan pada satu
sisi atau gerakan berlebihan menunjukkan penyakit otak fokal.
Sikap pasien diamati dengan cermat, untuk memperkirakan kesehatan umum pasien tersebut.
Apakah pasien terlihat sehat dan kuat atau ada rasa sakit? Apakah pakaian yang longgar mengindikasi
kan pasien telah kehilangan berat badan? Apakah pasien bernafas pendek atau batuk? Apakah
penafsiran secara umum pada pasien menunjukkan penyakit spesifik? Laki-laki dengan sindrom
klinefelter memiliki distribusi lemak seperti wanita dan kurangnya perkembangan seks pria. Akromegali
biasanya segera dapat dikenal dengan adanya kepala dan rahang yang besar.
Bagaimana status gizi pasien? Baru saja kehilangan berat badan, walaupun sering dijumpai pada
penyakit depresi dan skizofrenia, dapat juga sebagai akibat dari penyakit gastrointestinal, penyebaran
karsinomatosis, penyakit addison (Addison’s disease), hipertiroid, dan banyak lagi penyakit somatik
lainnya. Obesitas dapat diakibatkan oleh distress emosional atau penyakit organik. Muka seperti bulan
(full moon face), obesitas truncal dan bongkok (seperti punggung kerbau) sangat menyolok ditemukan
pada sindroma cushing. Bengkak dan badan gemuk terlihat pada hipertiroid dan obesitas berlebihan dan
pernafasan periodik pada sindroma pickwickian sangat mudah dikenali pada pasien yang meminta
bantuan pada psikiater. Hipertiroid diindikasikan oleh exophthalmus.
Kulit seringkali memberikan informasi yang berharga; perubahan warna kuning pada disfungsi
hepar dan muka pucat pada anemia. Kemerahan yang keras dapat diakibatkan oleh keracunan karbon
monoksida atau photosensitivitas, atau dihasilkan dari porphyria atau phenotiazine. Erupsi dapat menjadi
manifestasi dari penyakit SLE (misalnya gambaran kupu-kupu di wajah), tuberous sclerosis dengan
adenoma sebaceum dan sensitif terhadap obat-obatan. Warna hitam keunguan pada wajah ditambah
teleangiectasis hampir selalu disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol.
Seorang perempuan muda mengeluh depresi dan kurang gairah serta sering lepas tangan apabila
menghadapi masalah. Pemeriksaan spot pada kulitnya menunjukkan petechial hemoragie pada kedua
lengan dan kedua kakinya, pemeriksaan lebih lanjut memberikan informasi perdarahan dari beberapa
sisi. Angka platelet darahnya 4.000/mm 3; diagnosanya adalah trombositopenia. Pengamatan secara hati-
hati dapat menjadi petunjuk untuk mendapatkan diagnosa yang tepat pada pasien yang menyebabkan
lesi pada kulit sendiri sebagai contoh. Lokasi, bentuk, dan waktu kemunculan dapat menunjukkan ciri
khas dari dermatitis factitia.
Wajah dan kepala pasien harus di-scan untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai
penyakit. Uban yang timbul sebelum waktunya terjadi pada anemia pernisiosa dan rambut yang tipis dan
kasar terjadi pada mixedema. Pada alopesia areata, kehilangan rambut menimbulkan kebotakan:
trichotillomania menunjukkan gambaran yang sama. Perubahan pupil dihasilkan oleh berbagai obat-
obatan – konstriksi oleh opioid dan dilatasi oleh antikolinergik agent dan halusinogen. Kombinasi dari
dilatasi dan fixed pupil serta kulit dan mukosa membran yang kering dengan segera dapat menunjukkan
kemungkinan penggunaan atropin atau keracunan atropin. Pelebaran konjungtiva menunjukkan
penyalahgunaan alkohol, penyalahgunaan kanabis (ganja), penyumbatan vena cava superior. Nasolabial
fold yang mendatar pada salah satu sisi atau cacat pada satu sisi wajah seperti dapat terlihat saat bicara,
senyum, dan menyeringai merupakan disfungsi fokal kontralateral serebral hemisfer atau Bell’s palsy.
Sikap waspada dan sikap responsif pada diri pasien harus dievaluasi secara cermat, rasa
mengantuk dan kurang perhatian mungkin akibat dari masalah psikologi, tapi hal tersebut lebih dihasilkan
oleh gangguan otak organik, walaupun tidak sepenting penyakit otak intrinsik atau faktor luar, seperti
keracunan zat.

Mendengar
Mendengar dengan sungguh-sungguh sama pentingnya dengan memperhatikan secara seksama
untuk endapatkan bukti penyakit somatik. Berbicara lambat tidak hanya merupakan karakteristik dari
depresi, tetapi juga penyebaran disfungsi otak dan disfungsi subkortikal. Berbicara dengan sangat cepat
tidak hanya menjadi ciri khas dari episode manik dan gangguan cemas, tetapi juga hipertiroidisme, suara
lemah dengan nada yang monoton dapat menjadi petunjuk penyakit parkinson dan pada pasien depresi.
Suara yang pelan bernada rendah dan menunjukkan kemungkinan hipotiroidisme. Kualitas suara dapat
menunjukkan/menggambarkan dalam kondisi mengantuk, orang dengan kondisi keracunan yang ringan,
atau dalam keadaan influenza dan a plum in the mouth.
Kesulitan saat mulai bicara dapat diakibatkan oleh kecemasan dan gagap atau dapat mengindikasi
kan penyakit parkinson atau aphasia. Mudah bosan saat berbicara kadang merupakan manifestasi dari
gangguan emosional, tapi juga merupakan ciri khas dari miastenia gravis. Pasien dengan keluhan seperti
ini mungkin harus bertemu psikiater terlebih dahulu sebelum ditentukan diagnosa yang lebih tepat. Kata-
kata yang dihasilkan sebaik kualitas bicara adalah sangat penting. Bila pengucapan salah atau tidak
tepat, hal itu mungkin aphasia yang disebabkan oleh lesi dari sebagian besar hemisfer otak.
Kemungkinan lain yang ada yaitu bila pasien mengalami kesulitan mengingat nama atau kata-kata, atau
menggambarkan suatu obyek atau kegiatan secara tidak langsung (paraphasia). Bila tidak sesuai dengan
keadaan sosial, ekonomi pasien, dan tingkat pendidikan, kekasaran atau pengucapan kata-kata kotor
dapat mengindikasikan kehilangan kemampuan untuk menahan diri yang disebabkan oleh demensia.

Membau
Tidak banyak yang dipelajari melalui rasa dari penciuman dibandingkan dari pengelihatan dan
mendengar, tapi bau kadang-kadang memberikan informasi yang berguna. Bau yang tidak sedap yang
dihasilkan dari pasien yang tidak mandi menunjukkan kelainan/gangguan kognitif atau depresi. Bau tidak
sedap dari alkohol atau bau zat yang lain yang digunakan untuk menutupi tampak pada pasien yang
mencoba menyembunyikan masalah dengan minuman keras. Kadang-kadang bau tidak sedap pada urin
terus memberikan perhatian adanya gangguan kandung kemih sekunder akibat gangguan susunan saraf
pusat. Bau yang khas juga tampak pada pasien dengan asidosis diabetes, uremia dan koma hepatikum,
pada pubertas precox dapat disamakan baunya dengan keringat orang dewasa oleh karena dihasilkan
oleh kelenjar apokrin yang matur.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemilihan Pasien
Keluhan murni pasien sangat penting untuk menentukan apakah diperlukan pemeriksaan fisik
yang lengkap. Keluhan dimasukkan dalam 3 kategori yaitu fisik, pikiran dan interaksi sosial. Gejala fisik
meliputi: sakit kepala dan palpitasi, memerlukan pemeriksaan medis yang lengkap untuk menentukan
bagian proses somatik mana yang menyebabkan penyakit. Hal yang sama dapat dikatakan untuk gejala
mental seperti depresi, gangguan cemas, halusinasi, dan waham persecutory, yang dapat merupakan
ekspresi dari proses somatik. Jika masalah jelas terbatas pada lingkup sosial, seperti kesulitan
berinteraksi dengan guru, karyawan, orangtua, atau pasangan yang telah berlangsung lama, mungkin
tidak ada indikasi khusus untuk pemeriksaan fisik. Perubahan kepribadian, bagaimanapun, mungkin
akibat dari suatu penyakit medis seperti gangguan alzheimers dini dan akibat konflik interpersonal.

Faktor-Faktor Psikologis
Suatu pemeriksaan fisik rutin dapat menyebabkan reaksi yang merugikan, instrumen, prosedur
dan ruang periksa mungkin menakutkan. Penjelasan sederhana tentang apa yang akan dilakukan dapat
mencegah banyak kecemasan yang tidak diperlukan. Selain itu, jika pasien secara jelas diberitahukan
tentang apa yang akan dilakukan, rasa takut akan mengalami kejutan yang tiba-tiba dan menakutkan
dikurangi. Komentar seperti “Tidak ada apa-apa” dan “Anda tidak perlu merasa takut karena tindakan ini
tidak akan menyakitkan”, meninggalkan pasien dalam ketidaktahuan, kurang menentramkan dibanding
kan dengan beberapa kata tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan.
Walaupun pemeriksaan fisik mungkin menimbulkan atau memperkuat reaksi kecemasan, tetapi
hal itu juga dapat menimbulkan perasaan seksual. Beberapa wanita dengan fantasi dirayu mungkin
menyalah-artikan pergerakan biasa pada pemeriksaan fisik sebagai suatu rangsangan seksual. Demikian
juga dengan seorang laki-laki dengan waham dan rasa takut homoseksual seperti menganggap
pemeriksaan rektal sebagai rangsangan seksual. Pemeriksaan yang agak lama pada suatu organ
tertentu karena suatu variasi yang jarang namun masih normal yang telah menimbulkan kecurigaan
ilmiah dokter mungkin menimbulkan kekhawatiran pada pasien bahwa suatu proses patologis yang serius
telah ditemukan. Reaksi tersebut dapat berat pada pasien gangguan cemas atau hipokondrial.
Pemeriksaan fisik kadang-kadang mempunyai fungsi psikotherapi. Seorang pasien yang cemas
mungkin membaik dengan belajar bahwa walaupun terdapat gejala yang mengganggu, tidak ada bukti
bahwa ada penyakit serius yang ditakuti. Orang muda yang mengeluh nyeri dada dan yakin bahwa nyeri
tersebut disebabkan oleh serangan jantung biasanya dapat ditenangkan oleh laporan temuan normal
setelah pemeriksaan fisik dan elektrokardiogram. Tetapi penentraman hanya menghilangkan peristiwa
mencemaskan yang disebabkan oleh episode segera. Jika pengobatan psikiatri tidak berhasil, episode
rekuren sering terjadi. Mengirim seorang pasien yang mempunyai rasa takut yang mendalam akan
keganasan untuk melakukan tes-tes yang dimaksudkan untuk memberikan ketentraman biasanya tidak
diharapkan. Beberapa pasien mungkin mempunyai keyakinan bahwa dia sakit saat ini.
Walaupun dilakukan pemeriksaan yang berulang, seorang pasien yang juga seorang dokter
menyatakan bahwa ia menderita Ca faring. Seorang teman sejawat, dalam usaha memberikan bukti,
melakukan biopsi pada daerah yang dikeluhkan. Saat pasien ditunjukkan jaringan normal, ia segera
menyatakan bahwa jaringan tersebut telah diganti. Selama melakukan pemeriksaan fisik, dokter mungkin
menemukan tanda ketegangan emosional. Misalnya, selama pemeriksaan vaginal, perilaku pasien
mungkin mengungkapkan informasi tentang sikap dan masalah seksualnya, dan reaksi ini dapat
digunakan untuk mengungkapkan masalah yang sedang diteliti.

Waktu Pemeriksaan Fisik


Kadang keadaan menyebabkan diperlukan atau lebih disukai untuk menunda pemeriksaan fisik
yang lengkap, contohnya, seorang pasien dengan waham atau manik mungkin bersikap melawan atau
menentang atau keduanya. Dalam keadaan tersebut suatu riwayat medis harus didapatkan dari keluarga
nya, tetapi kecuali ada alasan yang mendesak untuk melanjutkan pemeriksaan, maka pemeriksaan fisik
harus ditunda sampai pasien dapat menurut.
Untuk alasan psikologis, mungkin kurang disarankan untuk melakukan pemeriksaan medis pada
saat kunjungan pertama di tempat praktek. Dengan peningkatan kepekaan dan keterbukaan sekarang ini
tentang masalah seksual dan kecenderungan untuk segera mencari pertolongan psikiater, laki-laki muda
mungkin mengeluh tentang kegagalannya dalam melaksanakan hubungan seksual. Setelah menggali
riwayat yang terinci, psikiater mungkin menyimpulkan bahwa kegagalan tersebut hanya kecemasan.
Dalam hal ini, pemeriksaan fisik atau psikotherapi tidak dianjurkan, karena hal tersebut mempunyai efek
yang tidak diinginkan yaitu memperkuat dugaan adanya kelainan. Bila masalah ini terulang, evaluasi
lebih lanjut akan memberikan jaminan.

Pemeriksaan Neurologis
Jika psikiater mencurigai bahwa pasien mempunyai gangguan somatik, seperti diabetes mellitus,
atau sindroma cushing, rujukan biasanya dilakukan pada dokter medis untuk diagnosis atau pengobatan.
Situasinya berbeda jika dicurigai suatu gangguan kognitif, psikiater seringkali memilih untuk mengambil
tanggung jawab pada kasus ini. Dalam beberapa kasus, kadang-kadang pemeriksaan neurologis
merupakan indikasi.
Selama proses penggalian riwayat penyakit pada kasus tersebut, tingkat kesadaran pasien,
perhatian terhadap perincian pemeriksaan, pengertian, ekspresi wajah, cara bicara, sikap tubuh, gaya
berjalan perlu dicatat. Ini dianggap bahwa pemeriksaan status mental yang menyeluruh akan dilakukan.
Pemeriksaan neurologis harus dilakukan dengan mengingat 2 tujuan: (1) Menemukan tanda yang
mengarahkan pada disfungsi serebral fokal dan terbatas, (2) Menemukan tanda yang mengarahkan pada
penyakit serebral bilateral difus. Tujuan pertama dipenuhi oleh pemeriksaan neurologis rutin, yang
disusun terutama untuk menemukan asimetrisitas pada fungsi motorik, sensorik, dan refleks pada kedua
sisi tubuh yang disebabkan oleh penyakit hemisfer fokal. Tujuan kedua dipenuhi dengan berusaha
menemukan tanda yang disebabkan oleh disfungsi otak difus dan pada penyakit lobus frontalis. Tanda-
tanda tersebut adalah refleks mencucu (suckling), moncong (snout), palmomental dan refleks
menggenggam (grasp) dan menetapnya respon ketukan glabella. Disayangkan, dengan perkecualian
pada refleks menggenggam, tanda-tanda tersebut tidak berhubungan kuat dengan adanya kelainan otak
dasar.

Temuan Yang Tidak Disengaja


Psikiater harus mampu memeriksa kepentingan temuan yang tidak ditemukan oleh konsultan pada
seorang pasien yang mengeluh adanya benjolan di tenggorokan (globus hystericus) dan pada
pemeriksaan ditemukan adanya jaringan limfoid yang hipertrofi, menarik untuk menduga tentang
hubungan sebab akibat. Bagaimana dokter dapat yakin bahwa temuan tersebut bukan tidak disengaja?
Apakah pasien telah tahu bahwa ia mempunyai jaringan limfoid yang mengalami hipertrofi pada saat
belum ada keluhan? Apakah banyak orang dengan jaringan limfoid yang hipertrofi yang tidak pernah
mengalami rasa adanya benjolan di tenggorokan?
Pada pasien dengan sklerosis multiple yang mengeluh ketidakmampuan untuk berjalan tetapi
pada pemeriksaan neurologis, hanya mempunyai spastisitas ringan dan tanda Babinski unilateral, adalah
menggoda untuk menganggap gejala berasal dari gangguan neurologis. Tetapi pada keadaan tersebut
bukti kelainan neurologis adalah tidak sesuai dengan disfungsi yang bermanifestasi. Hal yang sama
berlaku untuk pasien dengan demensia yang berat dimana ditemukan meningioma frontal yang kecil
pada pemeriksaan tomografi komputer (CT scan). Demensia tidak selalu sesuai dengan yang ditemukan.
Kerusakan otak dapat menyebabkan demensia yang sangat ringan, dan kerusakan otak yang minimal
dapat menyebabkan demensia yang nyata.
Seringkali ditemukan suatu lesi yang mungkin menyebabkan gejala, tetapi psikiater harus
melakukan tiap usaha untuk memisahkan temuan yang tidak disengaja dengan temuan yang kausatif,
untuk memisahkan sebuah lesi yang semata-mata ditemukan pada bidang gejala dari lesi yang
menghasilkan gejala.

PENDERITA DALAM PENANGANAN PSIKIATRI

Ketika pasien ditangani gangguan psikiatrinya, dokter harus waspada akan kemungkinan penyakit
lain yang memerlukan pemeriksaan diagnostik. Pasien yang menjalani psikoterapi terutama psikoanalisis,
mungkin menghubungkan gejala baru dengan penyebab emosional. Perhatian seharusnya diberikan
akibat penggunaan penyangkalan, terutama jika gejala tampaknya tidak berhubungan dengan konflik
yang terjadi.
Pada saat terjadi peningkatan stress psikologis, pasien mengalami frekuensikencing yang
dianggap oleh penderita akibat keadaannya. Hanya setelah dipaksa penderita setuju berobat ke Urologist
yang mendiagnosa dan mengobati sistitisnya.
Tidak hanya banyak penderita yang mengalami psikoterapi yang cenderung menghubungkan
gejala baru dengan penyebab emosional, tetapi kadang-kadang dokter mereka melakukannya juga.
Bahaya dari penjelasan psikodinamik untuk gejala fisik sering terjadi.
Seorang wanita muda di unit psikiatri yang meringkuk di keranjang pakaian dan diam di sana
untuk waktu yang lama, dijelaskan sebagai regresi dan menyangka pada posisi fetal. Kemudian, ketika
diagnosa meningoencephalitis ditegakkan, tampaknya penjelasan yang lebih baik mengenai perilakunya
adalah untuk mengurangi tekanan pada akar saraf. Keluhan seperti vertigo dan pusing dan gejala seperti
erupsi kulit dan gangguan cara berjalan, efek samping obat psikotropika, lakukan evaluasi ulang jika
penderita tidak respon dalam jangka waktu tertentu untuk perubahan dosis dan macam obat. Jika pada
pasien yang menggunakan TCA/antipsikosis mengeluh pandangan kabur (biasanya efek samping
antikolinergik) dan kondisi tersebut tidak membaik dengan pengurangan dosis dan perubahan terapi,
harus dievaluasi untuk mengetahui penyebab lain. Pada satu kasus, diagnosa terbukti yaitu toxoplasma
chorioretinitis. Tidak adanya efek samping antikolinergik yang lain seperti mulut kering dan konstipasi,
adalah kunci tambahan yang harus membuat psikiater waspada akan kemungkinan penyakit lain yang
bersamaan.
Pada stadium awal penyakit, mungkin ada beberapa hasil laboratorium dan fisik yang positif. Pada
keadaan yang demikian, terutama jika ada bukti trauma fisik atau konflik emosional yang jelas, semua
gejala sepertinya dianggap berasal dari psikososial dan gejala baru juga terlihat dalam keadaan ini.
Indikasi untuk mengulang pemeriksaan medis dapat terlewati kecuali jika psikiater waspada akan tanda
yang menunjukkan beberapa gejala tidak sesuai dengan diagnosis awal, melainkan akibat penyakit
medis. Kadang-kadang, seorang penderita dengan penyakit akut seperti encephalitis, di MRS-kan
dengan diagnosa skizofrenia, atau pasien dengan penyakit subakut seperti Ca pankreas, ditangani pada
praktek swasta/klinisi dengan diagnosa gangguan depresi, walaupun tidak dimungkinkan untuk membuat
diagnosa yang benar pada saat pertama evaluasi psikiatri, pengamatan yang berkelanjutan dan
perhatian akan tanda klinis biasanya memberikan kunci yang mengarahkan ke arah penyebab.
Kemungkinan penyakit yang interkuren adalah lebih besar dengan beberapa gangguan psikiatri.
Pengguna obat-obatan, sebagai contohnya karena pola hidupnya sangat rentan terhadap infeksi dan
lebih mungkin untuk menderita efek samping dari trauma, defisiensi gizi, dan kebersihan yang buruk.
Depresi menurunkan respon imun ketika disfungsi somatik dan psikologis diketahui, psikiater seharusnya
memeriksa dengan teliti status medis pasien. Pada kasus dengan dekompensasi jantung, neuropati
perifer, dan gangguan yang lain, derajat kecacatan yang dihubungkan dengan gangguan fisik harus
didiagnosis. Adalah penting untuk menjawab pertanyaan apakah penderita menunjukkan
ketidakmampuan atau diabaikan atau penolakan yang mengakibatkan “ever exertion”. Untuk menjawab
pertanyaan ini, psikiater harus menilai kemampuan pasien dan hambatan, daripada membuat penilaian
berdasarkan label diagnostik. Kewaspadaan khusus pada status medis dibutuhkan pada beberapa
penderita dengan terapi untuk gangguan somatisasi dan gangguan makan, seperti kasus penderita
dengan kolitis ulseratif yang perdarahan profuse dan pada pasien dengan anoreksia nervosa yang
kehilangan berat badan bermakna. Gangguan ini dapat membahayakan hidup.

Kepentingan Penyakit Medis


Banyak artikel yang mencantumkan perlunya screening medis pasien yang lengkap di pelayanan
dan klinik psikiatri (kebutuhan yang sama telah dibuktikan mengenai evaluasi psikiatri pada pelayanan
dan klinis medis). Konsep medical clearance tetap ambigu dan memiliki konteks mengenai perawatan
pasien psikiatri atau pengeluaran untuk pindah dari institusi yang berbeda. Ini mewakili bahwa tidak ada
keadaan medis yang berpengaruh pada kondisi pasien. Dari penderita psikiatri yang diidentifikasi, 24-
60% memiliki gangguan fisik yang berhubungan. Pada survei dari 2090 penderita psikiatri, 43%
ditemukan memiliki gangguan fisik. Pada penelitian ini 69% penderita memiliki DM, tetapi hanya 12 dari
penderita tersebut yang didiagnosa sebelum dirujuk.
Mengharapkan semua psikiater menjadi ahli di bidang penyakit dalam adalah tidak mungkin, tetapi
mengharapkan mereka untuk mengenali atau mencurigai kelainan fisik yang ada adalah realistis. Lebih
lanjut, mereka seharusnya membuat rujukan yang sesuai dan bekerja sama dalam menangani penderita
yang memiliki gangguan fisik dan mental secara bersamaan. Gejala psikiatri tidak spesifik dapat
mencerminkan medis sekaligus penyakit psikiatri. Gejala tersebut sering mendahului kemunculan gejala
medis yang definitif. Beberapa gejala psikiatri (seperti halusinasi, distorsi dan ilusi) harus menimbulkan
kecurigaan akan keracunan obat. Banyak literatur medis dengan laporan kasus penderita yang gangguan
dipikirkan pertama kali sebagai gangguan emosi tetapi dibuktikan sebagai kondisi medis. Data pada
sebagian besar laporan mengungkapkan keadaan yang mengarah organisitas. Kesalahan diagnosa
timbul akibat keadaan seperti itu.

TES LABORATORIUM DALAM BIDANG PSIKIATRI

Tes laboratorium merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada suatu penilaian dan terapi dalam
bidang psikiatri. Beda dengan spesialisasi ilmu kedokteran lainnya, dimana dokter ahli jiwa lebih melihat
kepada pemeriksaan klinis dan tanda serta gejala dari pasien dibandingkan pada tes laboratorium.
Sebagai contoh, tidak adanya pemeriksaan yang dapat menentukan atau menegakkan diagnosis
skizofrenia, gangguan bipolar tipe I, atau gangguan depresi mayor. Tetapi kemajuan dalam neuropsikiatri
dan psikiatri biaologis telah banyak melakukan tes laboratorium dan lebih bermanfaat untuk dokter ahli
jiwa begitu juga bagi peneliti-peneliti biologis.

Riwayat Medis
Pada dokter ahli jiwa harus peka terhadap kemungkinan terjadinya komorbiditas pada pasien
mereka yang memiliki penyakit medis, terutama pada orang tua, penyakit mental kronis, fakir miskin, dan
penyalahgunaan zat pada sejumlah penduduk. Kemungkinan timbulnya penyakit medis harus selalu
menjadi pertimbangan ketika pasien mengalami suatu sindroma dalam bidang psikiatri. Penyakit tiroid
dan ginjal dapat menunjukkan gejala seperti psikotik atau gangguan suasana perasaan dan kanker dapat
menunjukkan gejala seperti pada gangguan depresi. Kumpulan kondisi-kondisi medis yang memperlihat
kan gejala-gejala psikiatri diperlihatkan tabel 7.4-1, antara lain:
1. Neurologi: gangguan serebrovaskuler, trauma kepala, epilepsi, parkinson, demensia pada penyakit
alzheimer, migrain.
2. Endokrin: hiper/hipotiroid, hiper/hipoglikemia, hiper/hipo adrenalis, diabetes mellitus, kehamilan.
3. Infeksi: AIDS, hepatitis virus, tuberkulosis, herpes simplex, infeksi streptokokus, meningitis virus.
4. Metabolik dan sistemik: encephalopati hepatik, uremia, hiper/hipotensi, hipoksemia.
5. Toksik: intoksikasi/withdrawal yang berhubungan dengan obat/penyalahgunaan alkohol, racun
lingkungan (karbonmonoksida, organofosfat, logam berat, dll).
6. Nutrisi: defisiensi vit B12, vit B1, asam nikotinat, asam folat non spesifik, malnutrisi dan dehidrasi.
7. Autoimun: Systemic Lupus Erythematosus.
8. Neoplastik: Ca pankreas, tumor endokrin, tumor metastasis dan primer CNS.

Setiap diagnosis dapat memperlihatkan perbedaan dalam cara pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang diagnosis. Tes laboratorium juga dipergunakan memonitor dosis, ketepatan dan
efek toksik berbagai macam obat psikotropik (lithium/eskalith) dan mood stabilizer lainnya.
Dalam penilaian awal harus selalu dilengkapi dengan pemeriksaan yang teliti dalam meresepkan
obat dan dosis yang diminum oleh pasien. Banyak sindroma dalam psikiatri yang bersifat iatrogenik yang
disebabkan oleh pengobatan (depresi oleh obat antihipertensi, delirium oleh obat antikolinergik, psikosis
oleh steroid). Jika secara klinis memungkinkan, sering dilakukan washout dari pengobatan yang mungkin
dapat membantu diagnosis. Pada tabel 7.4-2 diperlihatkan pemeriksaan screening untuk suatu penyakit
medis.
1. Tes fungsi ginjal
2. Tes VDRL
3. Urinalisis
4. ECG
5. Kimia darah lengkap (termasuk pengukuran elektrolit, glukosa, kalsium, dan magnesium, tes fungsi
hati dan ginjal)
6. Foto roentgen dada (untuk pasien umur lebih dari 35 tahun)
7. dll.

Tes Neuro-Endokrin
Tes fungsi tiroid
Beberapa tes fungsi tiroid yang ada, termasuk tes tiroksin (T4) dengan competitive protein binding
(T4D) dan radioimmunoassay (T4RIA) yang melibatkan reaksi antigen-antibodi yang spesifik. Pada tabel
7.4-3 diperlihatkan beberapa tes untuk tiroid. Jenis tes tersebut antara lain tes invitro (tes serum): T4,
Resin T3 uptake, TSH, autoantibodies, T3RIA. Tes in vivo: radio iodine uptake, TSH stimulation, T4
supression, TRH injection. Biopsi: cutting-needle biopsy, fine-needle aspiration biopsy.
Lebih dari 90% dari T4 berikatan pada protein serum dan bertanggung jawab dalam sekresi TSH
dan metabolisme seluler. Pengukuran tiroid lainnya termasuk indeks T4 bebas (FT4I), triiodothyronine
uptake, pengukuran total triiodothyronine dalam serum dengan radioimmunoassay (T3RIA). Dalam
beberapa penelitian, 10% lebih mengeluh depresi dan berhubungan dengan kelelahan pada penyakit
hipotiroid. Kumpulan tanda-tanda lainnya dan gejala-gejala umum baik pada depresi maupun pada
hipotiroid termasuk kelemahan, pegal-pegal, nafsu makan menurun, konstipasi, menstruasi tidak teratur,
bicara lambat, apatis, gangguan mengingat dan adanya halusinasi dan waham. Lithium lebih banyak
menyebabkan hipotiroid dibandingkan hipertiroid. Tabel 7.4-4 menggambarkan secara garis besar
pemantauan fungsi tiroid pada pasien yang mendapatkan lithium. Terjadinya hipotiroid pada neonatal
dapat menimbulkan retardasi mental dan dapat dicegah jika diagnosis ditegakkan waktu lahir. Tabel 7.4-5
diperlihatkan perubahan tes fungsi tiroid pada pasien hipotiroid. Antara lain didapatkan penurunan
konsentrasi T3 dan T4 serum, tiroksin bebas serum, penurunan uptake T3 serum, peningkatan TSH dan
rasio T3-T4 serum, ikatan tiroksin-globulin serum normal.
Tes yang merangsang pengeluaran hormon tirotropine (TRH) diindikasikan pada pasien yang
menunjukkan hasil tes tiroid sedikit abnormal dengan gejala subklinis dari hipotiroid. Tes ini juga
digunakan pada pasien dengan terapi lithium yang mungkin menimbulkan hipotiroid. Caranya dengan
injeksi intravena 500 μg TRH, dimana akan menghasilkan peningkatan secara tajam TSH serum ketika
dilakukan pengukuran pada menit ke-15, 30, 60, dan 90. tabel 7.4-6 menunjukkan ringkasan tata cara tes
TRH. Peningkatan TSH dalam serum dari 5 sampai 25 IU/mL di atas garis dasar dikatakan normal.
Peningkatan kurang dari 7 IU/mL dianggap kurang tajam dalam memberikan respon, yang mungkin ada
hubungannya dengan diagnosis gangguan depresi. Sebanyak 8% dari semua pasien dengan gangguan
depresi mempunyai beberapa gangguan tiroid.

Dexamethasone-Supression Test
Deksametason merupakan glukokortikoid sintetik yang bersifat long acting dengan waktu paruh
yang panjang. Kira-kira 1 mg deksametason setara dengan 25 mg kortisol. Dexamethasone-Supression
Test (DST) digunakan untuk membantu menegakkan gangguan depresi mayor.
Tata cara:
Pasien diberikan deksametason dengan dosis 1 mg per oral, pada jam 11 malam, kemudian dilakukan
pengukuran kadar kortisol dalam plasma jam 8 pagi, jam 4 sore, dan jam 11 malam. Konsentrasi kortisol
dalam plasma diatas 5 μg/dL (dikatakan nonsupression) dianggap tidak normal (hasil positif). Penekanan
kortisol menunjukkan bahwa aksis dari hypothalamic-adrenal-pituitary berfungsi dengan baik. Sejak tahun
1930, gangguan fungsi pada aksis ini, telah diketahui ada hubungannya dengan stress.
DST dapat digunakan untuk mengukur respon pengobatan pada pasien depresi. Hasil DST yang
normal bukan merupakan suatu petunjuk untuk memberhentikan pengobatan dengan antidepresan,
sebab hasil DST mungkin normal sebelum adanya gejala depresi.

Tingkat Realitas
Masalah yang berhubungan dengan DST termasuk kepekaan dan kekhususan yang dilaporkan
berbeda-beda. Hasil positif palsu dan negatif palsu ditunjukkan pada tabel 7.4-7. Beberapa contoh positif
palsu: berhubungan dengan barbiturat, phenytoin, carbamazepine, hipertensi, gagal ginjal, gagal jantung,
mual, dehidrasi, penyalahgunaan alkohol, benzodiazepine, kehamilan, dll. Negatif palsu: indometasine,
penyakit Addison, dosis tinggi benzodiazepine, dll
Kepekaan dari DST kira0kira 45% pada gangguan depresi mayor dan 70% pada depresi mayor
dengan gejala psikotik. Sebanyak 90% dibandingkan kontrol, 77% dibandingkan dengan diagnosis
psikiatri lainnya. Beberapa hal menunjukkan pasien dengan hasil DST yang positif (terutama 10 μg/dL)
akan memberikan respon yang baik pada terapi somatik, termasuk dengan ECT atau antidepresan
trisiklik.

Pemeriksaan Endokrin Yang Lain


Banyak hormon-hormon lainnya yang mempengaruhi tingkah laku. Pemberian hormon eksogen
tampaknya mempengaruhi tingkah laku, dan penyakit-penyakit endokrin yang telah diketahui sebelumnya
berhubungan dengan gangguan mental. Selain hormon tiroid, hormon-hormon tersebut termasuk hormon
pituitary anterior prolaktin, hormon pertumbuhan, somatostatin, gonadotropin-releasing hormon (GnRH),
steroid seks, luteinizing hormon (LH), follicle-stimulating hormon (FSH), tertosteron, dan estrogen.
Melatonin dari kelenjar pineal berimplikasi pada gangguan afektif seasonal (disebut gangguan mood
dengan pola seasonal dalam DSM IV-TR). Gejala cemas atau depresi pada beberapa pasien mungkin
dijelaskan dengan dasar perubahan yang tidak menentu dalam fungsi endokrin atau homeostasis.

Katekolamin
Kadar metabolit serotonin, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) meningkat di dalam urine pasien
dengan tumor carcinoid. Peningkatan kadar tersebut ditemukan pada pasien yang mendapat pengobatan
phenothiazine dan yang makan makanan tinggi serotonin (misalnya walnuts, pisang, dan avocado).
Konsentrasi 5-HIAA rendah dalam cairan serebrospinal dari beberapa orang yang sedang mengalami
depresi bunuh diri dan dalam penelitian post-mortem orang yang telah bunuh diri terutama dengan cara
keras. Kadar 5-HIAA yang rendah dalam cairan serebrospinal umumnya berhubungan dengan
kekerasan. Norepinefrin dan produk metabolitnya – metanefrin, normatanefrin, dan vanillymandelic acid
(VMA) – dapat diukur dalam urine, darah, dan plasma. Kadar katekolamin plasma meningkat secara
bermakna pada pheocromositoma, yang mana dihubungkan dengan kecemasan, agitasi, dan hipertensi.
Beberapa pasien dengan kecemasan kronis mungkin menunjukkan peningkatan kadar norepinefrin dan
epinefrin darah. Beberapa pasien depresi memiliki rasio norepinefrin-epinefrin urine yang rendah.
Kadar norepinefrin dan epinefrin urine yang tinggi ditemukan pada beberapa pasien dengan
gangguan stres pasca trauma. Metabolit norepinefrin, 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG)
konsentrasinya menurun pada pasien dengan gangguan depresi berat, terutama pada pasien percobaan
bunuh diri.

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

Klirens kreatinin mendeteksi kerusakan ginjal awal dan dapat dimonitor secara serial untuk
mengikuti terjadinya penyakit ginjal. Blood urea nitrogen (BUN) juga meningkat pada penyakit ginjal dan
diekskresikan melalui ginjal; kadar BUN serum dan kreatinin dimonitor pada pasien yang mendapatkan
lithium. Jika kadar BUN serum dan kreatinin abnormal, klirens kreatinin 2 jam dan klirens kreatinin 24 jam
dari pasien tersebut diperiksa.
Tabel 7.4-8 memberikan pedoman suatu protokol untuk memonitor fungsi ginjal pada pasien yang
mendapatkan lithium. Tabel 7.4-9 meringkas tentang pemeriksaan laboratorium lain untuk pasien yang
diberikan lithium.

PEMERIKSAAN FUNGSI HATI


Nilai bilirubin total dan bilirubin direk meningkat pada cedera hepatoseluler dan stasis empedu
intrahepatik, yang dapat terjadi dengan pengobatan phenothiazine atau trisiklik dan dengan alkohol serta
penyalahgunaan zat lainnya. Obat-obat tertentu (seperti phenobarbital [Selfoton, Luminal]) bisa
menurunkan konsentrasi bilirubin serum. Kerusakan atau penyakit hati yang ditandai oleh penemuan
abnormal pada tes fungsi liver (LFT) bisa bermanifestasi tanda dan gejala gangguan kognitif, meliputi
disorientasi dan delirium. Fungsi hepar yang terganggu bisa meningkatkan half-life eliminasi dari obat-
obat tertentu, termasuk beberapa benzodiazepin, sehingga obat tersebut berada lebih lama pada sistem
pasien dibandingkan yang seharusnya pada lingkaran normal. LFT harus dimonitor secara rutin saat
menggunakan obat-obat tertentu, seperti carbamazepine (Tegretol) dan valproate (Depakene).

PEMERIKSAAN DARAH UNTUK PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Pemeriksaan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) digunakan sebagai tes screening
untuk sifilis. Jika positif, hasilnya dikonfirmasikan dengan menggunakan Fluorescent Treponemal
Antibody-Absorption test (FTA-ABS test) spesifik, yang mana spirocheta Treponema pallidum digunakan
sebagai antigen. Tes VDRL sistem saraf pusat (SSP) dikerjakan pada pasien yang dicurigai neurosifilis.
Suatu hasil tes HIV positif menunjukkan bahwa orang tersebut telah terpapar infeksi terhadap virus yang
menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

PEMERIKSAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBAT-OBAT PSIKOTROPIKA

Dalam merawat pasien yang diberikan pengobatan psikotropika, trend yang ada adalah mengukur
konsentrasi obat yang diberikan di dalam plasma secara teratur. Untuk beberapa obat, seperti lithium,
pengawasan sangat penting; untuk obat yang lain, seperti antipsikotik, utamanya untuk kepentingan
pendidikan atau penelitian. Klinisi perlu untuk tidak mempraktekkan pengobatan defensif dengan
memaksa semua pasien yang mendapat obat psikotropika diperiksa kadar dalam darahnya untuk tujuan
medikolegal. Status pengobatan psikofarmakologis saat ini disesuaikan dengan penilaian klinis dan
pengalaman psikiater, kecuali pada contoh yang jarang, lebih baik mengindikasikan efikasi terapeutik
obat daripada menentukan kadarnya dalam darah. Lebih lanjut, kepercayaan terhadap kadar dalam
plasma tidak dapat menggantikan ketrampilan klinik dan keperluan untuk memelihara aspek
kemanusiaan dari perawatan pasien. Penggolongan utama dari obat dan saran pedoman sebagaimana
dipokokkan di bawah ini.

Benzodiazepine
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk pasien yang mendapat benzodiazepine. Benzodiazepine
dimetabolisme di hati dengan oksidasi, fungsi hati yang terganggu meningkatkan half-life nya. LFT pada
baseline diindikasikan untuk pasien dengan kecurigaan kerusakan hepar. Urine diperiksa secara rutin
untuk benzodiazepine pada pasien dengan penyalahgunaan zat.

Antipsikotik
Tidak ada pemeriksaan khusus yang diperlukan untuk pasien yang mengkonsumsi antipsikotik,
walaupun ada baiknya untuk mengetahui nilai baseline fungsi hati dan hitung sel darah lengkap.
Antipsikotik dimetabolisme utamanya di hati, dengan metabolitnya diekskresi utamanya melalui ginjal.
Banyak metabolitnya adalah aktif. Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam 2-3 jam setelah
suatu dosis oral. Half-life eliminasinya terjadi 12-30 jam tapi bisa lebih lama. Steady state memerlukan
sedikitnya 1 minggu pada dosis yang konstan (bulan saat dosis konstan dari antipsikotik yang tersimpan).
Dengan pengecualian pada clozapine (Clozaril), seluruh antipsikotik menyebabkan peningkatan
sementara dari konsentrasi prolaktin serum (sekunder terhadap aktivitas tuberoinfundibular). Kadar
prolaktin yang normal sering menunjukkan baik ketidakpatuhan atau tidak diabsorpsi. Efek sampingnya
meliputi leukositosis, leukopenia, fungsi platelet yang terganggu, anemia ringan (baik aplastik dan
hemolitik), serta agranulositosis. Efek samping sumsum tulang dan elemen darah dapat terjadi secara
sekonyong-konyong, walaupun saat dosis tetap konstan. Antipsikotik potensi rendah lebih sering
menyebabkan agranulositosis, yang paling umum merupakan efek samping sumsum tulang. Obat-obat
ini bisa menyebabkan cedera hepatoseluler dan stasis empedu intrahepatik (ditunjukkan dengan
peningkatan bilirubin total dan direk serta peningkatan transaminase). Mereka juga bisa menyebabkan
perubahan elektrokardiografi (tidak sesering seperti antidepresan trisiklik), meliputi prolong interval QT;
gelombang Tahun yang mendatar, terbalik atau bifid; dan gelombang U. Hubungan antara dosis dengan
konsentrasi plasma berbeda secara luas diantara pasien.

Clozapine
Karena resiko agranulositosis (1-2%), pasien yang diobati dengan clozapine harus memiliki white
blood cell (WBC) pada baseline dan differensial count sebelum dimulainya pengobatan, hitung WBC
setiap minggu selama pengobatan, dan hitung WBC mingguan untuk 4 minggu setelah penghentian
pengobatan clozapine. Dokter dan apoteker yang memberikan clozapine harus terdaftar dalam Clozaril
National Registry. Tabel 7.4-10 meringkaskan manajemen klinik terhadap penurunan WBC, leukopenia,
dan agranulositosis pada pasien yang diobati dengan clozapine.

Obat Trisiklik dan Tetrasiklik


Pemeriksaan EKG harus dilakukan sebelum memulai terapi dengan obat-obat siklik untuk
mengetahui apakah ada kelambatan konduksi jantung yang mana akan menyebabkan terjadinya heart
block pada level terapeutik. Orang-orang klinik beranggapan bahwa semua pasien yang mendapat terapi
obat siklik dalam waktu lama harus mendapat pemeriksaan EKG setiap tahunnya. Pada level terapeutik
obat ini menekan aritmia melalui mekanisme quinidine like effect.
Pemeriksaan darah rutin juga harus dilakukan pada penggunaan imipramine (Tofranil),
desipramine (Norpramine) atau nortriptyline (Pamelor) pada penderita dengan gangguan depresi.
Pemeriksaan darah juga sangat perlu dilakukan pada penderita yang responnya terhadap terapi obat
dengan dosis normal sangat kecil dan pada pasien resiko tinggi untuk mengetahui kadar obat dalam
plasma sudah mencapai dosis terapeutik ataukah sudah mencapai dosis toksik. Pemeriksaan darah juga
harus menyangkut pemeriksaan metabolit seperti imipramine yang diubah menjadi desipramine,
amitriptyline yang diubah menjadi nortriptyline. Beberapa karakteristik dan kadar obat trisiklik dalam
plasma digambarkan sebagai berikut:
~ Imipramine
Antara 200 dan 250 ng/mL, tetapi beberapa pasien bisa berespon pada dosis yang lebih rendah.
Dosis di atas 250 ng/mL tidak akan menimbulkan efek yang lebih baik dan efek sampingnya akan
meningkat.
~ Nortriptyline
Terapeutik window-nya antara 50 dan 150 ng/mL. Respon akan menurun pada dosis di atas 150
ng/mL.
~ Desipramine
Dosis di atas 125 ng/mL berhubungan dengan persentase peningkatan respon.
~Amitriptyline
Beberapa studi mendapatkan hasil yang berbeda tentang kadar obat ini dalam plasma tapi
semuanya berkisar antara 75 sampai 175 ng/mL.

Prosedur Pemeriksaan Darah


Pemeriksaan spesimen darah harus dilakukan 10 sampai 14 jam setelah dosis terakhir, biasanya
dilakukan pemeriksaan pada pagi hari setelah minum obat pada malam harinya. Pasien harus sudah
mendapat dosis obat yang sama selama paling sedikit 5 hari untuk mendapatkan hasil tes yang valid.
Beberapa pasien yang mempunyai kemampuan rendah untuk memetabolisme obat siklik biasanya
memiliki kadar obat dalam darah plasma mencapai 2.000 ng/mL saat diberi dosis obat yang normal dan
sebelum memperlihatkan respon klinis yang baik. Pasien tersebut harus dimonitor kemungkinan adanya
efek samping terhadap jantungnya. Pasien dengan kadar obat dalam plasma di atas 1.000 ng/mL
biasanya punya resiko kardiotoksik.
Monoamine Oxidase Inhibitors
Pasien yang mendapat terapi monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) diharapkan menghindari
makanan yang mengandung tiramin karena bisa menimbulkan hipertensi krisis. Tekanan darah normal
harus diketahui dan juga harus selalu dimonitor selama terapi. MAOIs juga bisa menimbulkan ortostatik
hipotensi sebagai efek samping dari obat yang tidak ada hubungannya dengan diet. Selain hipotensi
untuk meningkatkan tekanan darah ketika dimakan dengan makanan tertentu MAOIs biasanya jarang
menimbulkan efek samping. Dari hasil penelitian dan pengalaman klinik memperlihatkan adanya
hubungan antara respon terapeutik dengan derajat platelet MAO Inhibitors.

Lithium
Pasien yang mendapat pengobatan dengan lithium harus dilakukan tes fungsi tiroid, dilakukan
monitor terhadap elektrolit, WBC, tes fungsi ginjal (BUN, kreatinin) dan dilakukan juga pemeriksaan EKG.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah bahwa lithium dapat menimbulkan renal concentrating defect,
hipotiroidum dan leukositosis, kekurangan Na dapat menyebabkan kadar lithium toksik dan sekitar 95%
lithium diekskresi lewat urine. Lithium juga bisa memperlihatkan adanya perubahan EKG termasuk
gangguan konduksi jantung.
Lithium biasanya dianjurkan pemakaiannya pada perawatan pasien dengan episode manik
(secara langsung memiliki efek antimanik dan harus diminum selama 2 minggu) dan biasanya digabung
dengan antipsikotik untuk perawatan pasien dengan episode manik akut. Lithium sendiri memiliki efek
anti psikotik. Dosis maintenance 0,6 sampai 1,2 mEq/L walaupun pasien manik akut dapat mentolerir
sampai 1,5 sampai 1,8 mEq/L. beberapa pasien bisa berespon terhadap dosis yang lebih rendah atau
bisa juga memerlukan dosis yang lebih besar untuk bisa menimbulkan efek. Respon dibawah 0,4 mEq/L
biasanya efek plasebo. Reaksi toksik dapat terjadi pada kadar diatas 2 mEq/L. Monitoring lithium secara
berkala sangat penting. Pasien dengan masalah jantung punya range terapeutik yang sempit dan bisa
berefek terhadap SSP.
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar lithium dalam plasma dilakukan 8 sampai 12 jam
setelah dosis terakhir, biasanya pagi hari setelah dosis malam hari. Kadar obat dalam plasma
seharusnya diukur paling sedikit 2 kali seminggu ketika pasien telah stabil dan diukur setiap bulan
berikutnya.

Carbamazepine
Sebelum perawatan dengan carbamazepine harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
termasuk disini adalah platelet count. Hitung retikulosit dan SI test juga harus dilakukan. Tes ini harus
diulang setiap minggu selama 3 bulan pertama perawatan dan pada bulan-bulan berikutnya dilakukan
setiap bulan sekali. Carbamazepine dapat menyebabkan aplastik anemia, agranulositosis,
trombositopenia, dan leukopenia. Karena juga bersifat hepatotoksik, maka LFT juga harus dilakukan
setiap 3 sampai 6 bulan. Pengobatan harus dihentikan jika pasien memperlihatkan gejala supresi
sumsum tulang pada pemeriksaan periodic CBC count. Kadar terapeutik carbamazepine 8 sampai 12
ng/mL, kadar toksik bisa terjadi pada dosis 15 ng/mL. Dari laporan para klinisi, dosis 12 ng/mL sulit untuk
dicapai. Tabel 7.4-11 merupakan ringkasan dari pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan pada pasien
dengan carbamazepine.

Valproate
Kadar terapeutik valproic acid dan divalproex (Depakote) dalam plasma berkisar antara 45 sampai
50 ng/mL. Diatas 125 ng/mL efek samping akan terjadi termasuk trombositopenia. Kadar obat dalam
plasma harus diperiksa secara periodik dan pemeriksaan LFT harus dilakukan setiap 6 sampai 12 bulan.

Tacrine
Tacrine (Cognex) bisa menimbulkan kerusakan liver, harus dilakukan pemeriksaan LFT dan follow
up serum transaminase setiap minggu selama 5 bulan. Pasien yang menderita jaundice akan mempunyai
kadar bilirubin plasma diatas 3 mg/dL harus dihentikan penggunaan obatnya.
Tabel 7.4-10. Manajemen klinis menurunnya WBC, leukopenia, dan agranulositosis.
Problem Phase WBC Findings Clinical Findings Treatment Plan
Menurunnya jumlah WBC count dapat menurun secara Tidak ada gejala infeksi 1. Monitor pasien secara ketat.
leukosit signifikan (walaupun jika WBC
count-nya masih dalam batas 2. CBC test dengan differensial count
normal. Menurun secara signifikan dilakukan 2x seminggu.
berarti: 3. Terapi clozapine bisa dilanjutkan.
1. Menurun > 3000 sel dari tes
pertama
2. Atau terjadi penurunan WBC 3x
berturut-turut.
Leukopenia ringan WBC 3000 - 3500 Pasien kadang-kadang 1. Monitor ketat pasien.
memperlihatkan gejala
klinis seperti lethargi, 2. CBC test dengan diff count
demam, sakit dilakukan paling tidak 2x seminggu.
tenggorokan, kelemahan. 3. Terapi clozapine dapat diteruskan.
Leukopenia atau WBC 2000 - 3000 atau granulosit Pasien kadang-kadang 1. Terapi clozapine dihentikan
granulositopenia 1000 - 1500 memperlihatkan gejala sementara.
klinis seperti lethargi,
demam, sakit 2. Dilakukan CBC testr dengan diff
tenggorokan, kelemahan. count setiap hari.
3. Hasil penelitian meningkat,
pertimbangkan MRS.
4. Terapi clozapine dapat dilanjutkan
setelah hasil WBC normal.
Agranulositosis WBC count kurang dari 2000 atau Pasien kadang-kadang 1. Stop clozapine.
tanpa komplikasi granulosit kurang dari 1000 memperlihatkan gejala
klinis seperti, demam, 2. Tempatkan pasien di tempat isolasi
sakit tenggorokan, dengan fasilitas modern.
lethargi, kelemahan. 3. Pertimbangkan pemeriksaan
sumsum tulang, jika ditemukan
gejala depresi sumsum tulang.
4. Monitor pasien setiap 2 hari sampai
WBC dan diff count normal (sekitar
2 minggu).
5. Hindari penggunaan obat-obatan
lain yang berpotensi menekan
sumsum tulang.
Agranulositosis WBC count < 2000 atau granulosit Gejala infeksi jelas 1. Konsul ahli hematologi atau ahli lain
dengan komplikasi < 1000 seperti demam, sakit untuk menentukan antibiotika yang
tenggorokan, lethargi, sesuai.
kelemahan, malaise,
ulkus kulit 2. Mulai terapi yang adekuat, monitor
ketat.
Pemulihan WBC count > 4000 dan granulosit > Tidak ada gejala infeksi 1. Pemeriksaan CBC tiap minggu
2000 dengan diff count sampai didapat
hasil normal 4x berturut-turut.
2. Clozapine harus dimulai lagi.

Tabel 7.4-11. Monitoring laboratorium pada pasien dengan carbamazepine


TEST FREKUENSI
1. Pemeriksaan darah lengkap Sebelum perawatan dan setiap 2 minggu untuk 2 bulan pertama perawatan,
setelah itu setiap 3 bulan sekali.
2. Platelet count dan retikulosit count Sebelum perawatan dan setiap tahun sekali.
3. Elektrolit darah Sebelum perawatan dan setiap tahun sekali.
4. EKG Sebelum perawatan dan setiap tahun sekali.
5. SGOT, SGPT, LDH, Alkaline phospatase Sebelum perawatan dan setiap bulan untuk 2 bulan pertama, selanjutnya setiap
3 bulan.
6. Tes kehamilan untuk wanita usia produktif Sebelum perawatan dan setiap bulan pada pasien yang tidak punya keluhan.
RANGSANGAN SERANGAN PANIK OLEH SODIUM LAKTAT

Hingga 72% pasien dengan gangguan panik akan mendapat serangan panik ketika diberikan
suntikan sodium laktat intravena. Oleh sebab itu, rangsangan laktat telah digunakan untuk memperjelas
diagnosa gangguan panik. Rangsangan laktat telah digunakan juga untuk memicu kilas balik dalam diri
pasien yang pernah mengalami gangguan stress pasca trauma. Pernafasan yang berlebihan diketahui os
sebagai salah satu pemicu serangan panik pada orang-orang yang telah terpengaruh. Tapi hal ini tidak
se-sensitif seperti rangsangan laktose yang bisa menimbulkan serangan panik. Pemberian pernafasan
dengan CO2 juga mempercepat timbulnya serangan panik; dalam situasi tersebut dapat mempengaruhi
serangan panik yang dipicu oleh sodium laktat yang tidak dihambat oleh peranan reseptor β-adrenergik
sebagai reseptor antagonis yang bekerja di perifer, tetapi dihambat oleh alprazolam (Zanax) dan obat-
obatan golongan trisiklik.

WAWANCARA DENGAN BANTUAN OBAT

Wawancara dengan amobarbital (Amytal) mempunyai 2 indikasi, yaitu: diagnostik dan terapeutik.
Secara diagnostik, wawancara sangat membantu khususnya dengan pasien yang punya gejala katatonia,
stupor, dan diam membisu. Kondisi-kondisi organik cenderung menjadi memburuk dengan infus
amobarbital. Tetapi kondisi non organik atau psikogenik cenderung menjadi lebih baik karena dihambat
dengan berkurangnya kecemasan atau meningkatnya relaksasi.
Dengan unsur-unsur pengobatan, wawancara dengan bantuan amobarbital berguna pada
gangguan stres dan disosiasi. Contohnya: penyembuhan ingatan pada gangguan amnesia dan fugu,
penyembuhan fungsi pada kekacauan dan kemudahan pengungkapan emosi pada gangguan stres
pasca trauma, benzodiazepin dapat digantikan pada amobarbital dalam penginfusan. Prosedur dijelaskan
dalam garis besar pada daftar 7.4-12.

Daftar 7.4-12. Prosedur wawancara bantuan pada jenis obat.


1. Baringkan pasien dalam posisi yang mana resusitasi jantung paru dengan mudah dapat dilakukan
tanpa terjadi hipotensi dan depresi pernafasan.
2. Jelaskan pada pasien bahwa pengobatan harus dapat membantu mereka menjadi santai dan mampu
untuk berbicara.
3. Masukkan jarum ukuran kecil pada nadi atau vena perifer.
4. Suntikkan 5% larutan sodium amobarbital (500 mg dilarutkan dalam 10 ml air air steril) kira-kira tidak
lebih cepat dari 1 ml/menit (50 mg/menit).
5. Memulai wawancara dengan topik-topik yang netral. Sering hal ini sangat membantu untuk
menempatkan pasien dengan fakta-fakta yang diketahui tentang kehidupan mereka.
6. Meneruskan penginfusan, disamping itu perhatikan juga bila terjadi nistagmus lateral atau perasaan
mengantuk.
7. Untuk menjaga tingkat narkosis, lanjutkan penginfusan pada taksiran 0,5 hingga 1,0 ml/5menit (25
sampai 50 mg/5 menit).
8. Baringkan pasien kurang lebih 15 menit setelah wawancara diakhiri hingga pasien dapat berjalan
tanpa pengawasan.
9. Gunakan metode yang sama setiap saat untuk menghindari salah dosis.
Daftar 7.4-13. Substansi penyalahgunaan bahan yang dapat di-test dengan urine.
SUBSTANSI LAMA WAKTU DIDETEKSI DENGAN URINE
Alkohol 7 – 12 jam
Amphetamine 48 jam
Barbiturat 24 jam (jangka pendek), 3 minggu (jangka panjang)
Benzodiazepine 3 hari
Canabis 3 hari sampai 4 minggu (tergantung pemakaian)
Codein 48 jam
Cocaine 6 – 8 jam (metabolit 2 – 4 hari)
Heroin 36 – 72 jam
Methaqualone 7 hari
Methadone 3 hari
Morphine 48 – 72 jam
Phencyclidine (PCP) 8 hari
Propoxyphene 6 – 48 jam

LUMBAL PUNKSI

Lumbal punksi berguna pada pasien yang mempunyai suatu manifestasi yang tiba-tiba dari gejala-
gejala psikiatri baru, khususnya perubahan pengertian. Dokter klinik harus waspada khususnya jika ada
demam atau gejala-gejala neurologis seperti serangan-serangan kejang. Lumbal punksi dipakai dalam
mendiagnosa infeksi pada SSP (misalnya meningitis).

PENGUJIAN URINE PADA PENYALAHGUNAAN BAHAN

Sejumlah bahan-bahan mungkin dapat dideteksi pada urine pasien, jika urine tersebut diuji dalam
suatu periode khusus dan variabel tertentu setelah pemakaian suatu bahan. Pengetahuan tentang
pengujian bahan dalam urine menjadi penting untuk uji praktek para dokter, dalam pandangan yang
kontroversial pada masalah yang bersifat perintah atau pengujian bahan secara acak.
Daftar 7.4-13 menyediakan ringkasan penyalahgunaan bahan yang dapat dideteksi pada urine.
Tes-tes laboratorium juga dipakai dalam pendeteksian bahan yang mungkin dapat menimbulkan
gangguan pemahaman. Daftar 7.4-14 adalah suatu garis besar dari therapeutis, racun dan tingkatan-
tingkatan yang bisa mematikan dari bahan-bahan yang paling umum yang dapat menimbulkan gangguan
pemahaman.

TES-TES LABORATORIUM YANG LAIN

Tes-tes laboratorium yang belum didiskusikan, dicakup pada daftar 7.4-15 dalam ketentuan-
ketentuan pada indikasi-indikasi mereka dan pentingnya kondisi medis yang mempengaruhi perilaku.
Lihat Bab 11 berisi informasi tentang pengujian HIV.

PENILAI-PENILAI BIOKIMIA

Banyak potensi penilai-penilai biokimia, termasuk neurotransmiter dan metabolit mereka mungkin
membantu dalam diagnosa dan perawatan kekacauan psikiatri. Riset dalam wilayah ini masih
berkembang pada daftar 7.4-16 beberapa ringkasan perkembangan-perkembangan baru.

Daftar 7.4-16. Penilai-penilai biokimia pada psikiatri (ilmu penyakit jiwa)


A. Monoamine
1) Asam plasma homovanillie (pHVA) adalah metabolit dopamine utama, yang mungkin mempunyai
nilai dalam pengenalan pasien-pasien skizofrenia yang merespon pada antipsikotik.
2) 3-methoxy-4 hydroxyphenylglycol (MHPG) adalah suatu metabolit.
3) 5-asam hydroxyindoleacetic (5-HIAA) berhubungan dengan perilaku bunuh diri, agresi, kontrol
dorongan hati yang lemah dan depresi yang mungkin bergabung dengan rasa khawatir, hal yang
bersifat obsesif dan perilaku-perilaku yang dihambat.
B. Penyakit Alzheimer
1) Apolipoprotein E allele – bergabung dengan meningkatnya resiko pada penyakit Alzheimer,
beberapa merupakan gejala yang diperlihatkan pada orang-orang usia paruh baya, berkurang
metabolisme glukosanya pada PET, hal yang sama pada penemuan dalam pasien yang sakit
Alzheimer.
2) Neural penyusup protein – dilaporkan menjadi meningkat pada pasien yang menderita sakit
Alzheimer. CSF Neural menyusup protein disebarkan sebagai suatu tes yang bersifat diagnosis.
3) Tes CSF lainnya yang punya kekuatan termasuk CSF tau (meningkat) dan CSF amyloid
(menurun). Perbandingan CSF albumin pada serum albumin (normal terjadi pada penyakit
Alzheimer, yang ditinggikan pada Demensia Vaskuler), dan penilai-penilai yang menyebabkan
peradangan (contohnya CSF acute-fase reaksi protein), plasma pembawa sifat keturunan pada
protein pendahuluan amyloid yang dipertimbangkan memiliki kemungkinan penting yang bersifat
etiologis; tetapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

TANDA DAN GEJALA DALAM BIDANG PSIKIATRI

Pembaca akan menemukan lebih dari 350 istilah pada seksi ini yang digunakan untuk
menggambarkan tanda dan gejala dari penyakit di bidang psikiatri. Seorang psikiater yang
berpengalaman telah menemukan hampir semuanya; akan tetapi sangatlah jarang seorang psikiater
dapat menemukan semuanya, seperti yang ditulis oleh John Nemiah: “Psikiatri adalah suatu bidang ilmu
yang tidak pernah henti rumitnya. Bidang ini seperti batasan yang tidak terhingga dari perilaku dan
perasaan manusia. Tidak seorangpun dapat mempelajari semuanya seorang diri.”
Bahasa psikiatri adalah tepat, dimana hal ini memberikan seorang klinisi untuk membahasakannya
dengan penuh kepercayaan. Hal ini memberikan diagnosis yang akurat, dimana memberikan
penanganan yang efektif. Ketepatan dalam berbahasa memberikan psikiater dan klinisi lain untuk
berkomunikasi dengan mudah tidak hanya diantara mereka namun juga dengan para pasien. Tanda
adalah hasil observasi dan temuan obyektif oleh klinisi, seperti afek yang terbatas atau retardasi
psikomotor. Gejala adalah pengalaman subyektif yang disampaikan oleh pasien, sering disampaikan
sebagai keluhan utama, seperti perasaan sedih atau kehilangan energi. Sindrom adalah sekumpulan
tanda dan gejala yang membuat terjadinya suatu kondisi, dimana terlihat lebih samar-samar
dibandingkan dengan gangguan yang spesifik atau suatu penyakit.
Banyak dari tanda dan gejala yang tertulis di bawah ini dimengerti sebagai berbagai titik dalam
memahami perilaku dari normal hingga abnormal. Sangatlah jarang untuk mendapatkan tanda atau
gejala pasti di bidang psikiatri. Di bidang penyakit dalam, kebalikannya, biasanya tanda yang ditemukan
menunjukkan suatu gangguan yang spesifik (seperti lingkaran Kayser-Fleischer dari penyakit Wilson).

Fenomenologi
Fenomenologi merupakan suatu bidang ilmu filosofi dan psikiatri yang dikembangkan oleh
Edmund Husserl (1859-1938) bersama dengan seorang psikiate dan filosofi bernama Karl Jaspers (1883-
1969) yang memfokuskan pada tanda dan gejala tersebut merupakan suatu kejadian yang dapat
digambarkan dan dialami. Seorang fenomenologi mencoba untuk tidak menilai sepihak apakah suatu
fenomena, seperti halusinasi, adalah abnormal. Mereka lebih memilih untuk mengartikannya secara
intuisi dan merasakannya melalui empati. Dengan mendengar secara seksama, seorang psikiater hidup
dalam kehidupan mental pasien untuk sementara waktu.
Jaspers menggambarkan suatu kata pribadi – cara seseorang berpikir atau merasakan – bisa
normal atau abnormal. Menurut Jaspers, ungkapan pribadi dapat menjadi abnormal ketika (1) muncul
dari keadaan yang secara umum dianggap abnormal, seperti skizofrenia, (2) memisahkan seseorang dari
emosi orang lain, dan (3) tidak memberikan perasaan aman secara spiritual dan material. Jaspers
percaya untuk melakukan pemahaman yang sebenarnya akan tanda dan gejala adalah pengamatan dari
pasien, klinisi tidak boleh memiliki asumsi sendiri. seorang yang mengatakan mengalami halusinasi tidak
boleh dinilai sebagai seorang yang abnormal atau psikotik. Untuk dapat menggunakan fenomena
tersebut secara diagnostik harus terjadi berulang, dan merupakan suatu karakteristik dari gangguan yang
dikenal.

Istilah Deskriptif
Deskripsi dari tanda dan gejala di bidang psikiatri selama bertahun-tahun tetap konstan; akan
tetapi beberapa istilah ada yang tetap dipakai ada yang tidak. Pada berbagai edisi dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), sebagai contoh, beberapa istilah tetap dipertahankan dan
selebihnya ada yang dihilangkan, dan sebagian istilah tidak umum terhadap DSM dan International
Classification of Diseases (ICD).
Edisi keempat dari DSM (DSM-IV) menghilangkan diagnosis dari gangguan mental organik yang
digunakan untuk menggambarkan gangguan mental yang mempunyai dasar penyakit biologi, penyakit
medis. Untuk itu diagnosis gangguan mental organik sekarang disebut “delirium, demensia dan amnesia
dan gangguan kognitif lainnya”. Akan tetapi edisi ke-sepuluh dari ICD (ICD-10) tetap menggunakan istilah
gangguan mental organik untuk menggambarkan keadaan ini.
Selanjutnya untuk menyatukan aspek biologi dan mental, DSM-IV dan DSM-IV TR, menjauhkah
istilah psikogenik. Akan tetapi istilah ini masih ada di dalam ICD-10 untuk menggambarkan kenyataan
kejadian atau kesulitan dalam hidup yang memegang peran penting timbulnya berbagai gangguan
psikiatri. Hal serupa juga terjadi dengan istilah neurosis yang dihilangkan dari DSM, namun tetap
digunakan dalam ICD-10. Kedua istilah tersebut, organik dan neurosis tetap merupakan istilah yang
umum digunakan oleh pelaku kesehatan.

Neurosis
Neurosis merupakan gangguan nonpsikotik yang kronis dan berulang dengan karakteristik
utamanya cemas, yang dialami atau ditunjukkan secara langsung atau dialihkan melalui mekanisme
pertahanan diri; muncul sebagai suatu gejala, seperti obsesi, kompulsi, fobia, atau disfungsi seksual.
Pada edisi ketiga dari DSM (DSM-III), gangguan neurosis dijelaskan sebagai berikut:
Suatu gangguan mental yang dominasi gangguannya sebagai suatu gejala atau kumpulan gejala
yang menyulitkan orang tersebut dan dikenali sebagai suatu keadaan asing yang tidak dapat diterima
(ego-distonik); penilaian realitas jelas terlihat. Perilaku tidak secara aktif melanggar norma sosial secara
umum (meskipun dapat membuat terlihat tidak berfungsi). Gangguan ini bersifat kronis atau berulang
tanpa pengobatan, dan tidak terbatas pada reaksi terhadap suatu stressor. Tidak terdapat faktor atau
etiologi organik.
Istilah neurosis meliputi gangguan yang luas dengan berbagai tanda dan gejala. Hal ini seperti
kehilangan ketepatannya, kecuali secara signifikan daya nilai realitas dan kepribadiannya tetap utuh.
Akan tetapi, neurosis dapat dan biasanya secara berarti merusak fungsi seseorang dalam berbagai
bidang. Istilah ini tetap berguna, terutama dalam membandingkan dengan psikosis, digambarkan di
bawah, tetap digunakan dalam DSM-IV TR.

Psikosis
Arti tradisional dari istilah psikotik menekan hilangnya daya nilai realitas dan hendaya fungsi
mental – dengan manifestasi waham, halusinasi, kebingungan, dan kerusakan daya ingat. Pada
penggunaannya istilah psikotik menjadi sinonim dengan hendaya berat terhadap fungsi sosial dan diri
seseorang dengan karakteristik penarikan diri secara sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan
pekerjaan rumah dan pekerjaan yang biasa dikerjakan. Penggunaan lain dari istilah ini – berdasar pada
konsep psikoanalitik – menggambarkan regresi dari ego sebagai kriteria dari psikotik. Sebagai akibat dari
arti yang beragam, istilah ini telah kehilangan ketepatannya dalam penggunaan klinis dan praktek
penelitian.
Berdasarkan American Psychiatric Glossary dari American Psychiatric Association, istilah psikotik
mempunyai arti hendaya berat terhadap daya nilai realitas. Istilah ini dapat digunakan untuk menggambar
kan perilaku seseorang pada waktu tertentu atau suatu gangguan jiwa dimana pada saat itu orang
tersebut mengalami hendaya berat terhadap daya nilai realitas. Dengan hendaya yang berat, seseorang
tidak dapat mengevaluasi keakuratan dari persepsi dan proses pikir dan membuat kesimpulan yang salah
mengenai lingkungan sekitar, bahkan dengan bukti yang bertentangan. Istilah psikotik tidak digunakan
untuk gangguan minor dari realitas yang memasukkan penilaian yang relatif. Sebagai contoh, seorang
yang depresi yang meragukan kemampuannya tidak dimasukkan sebagai psikotik; mereka yang percaya
bahwa mereka yang menyebabkan kehancuran dunia masuk dalam gambaran psikotik.

Klasifikasi
Pasien bukan sekedar kumpulan dari tanda dan gejala. Trend yang mengarah kepada
pengumpulan gejala dan akibat dari penurunan nilai manusia telah digambarkan oleh Karl Menninger
sejak 35 tahun yang lalu. Seperti mengantisipasi bentuk matematika yang digunakan dalam DSM-IV, ia
menulis: “Jika pasien mempunyai, sebut saja, lima gejala, seseorang dapat melihat dan menghitung
semua gejala ini dan menemukan penyakitnya dalam lima kumpulan besar. Kemudian, viola! Diagnosis.”
Menninger menyarankan trend untuk menghitung kepada penyakit seseorang adalah tidak etis dan
menghilangkan perasaan kasih terhadap pasien dan hal ini merupakan tanda utama psikiatri. Algoritme
dan alur keputusan yang digunakan dalam DSM-IV TR dan berbagai macam program komputer yang
mereka tanda dan gejala kemudian memberikan diagnosis adalah berguna; akan tetapi, pesan
Menninger tidak boleh dilupakan. Deskripsi dari tanda dan gejala merupakan ilmu dari bidang psikiatri;
kemampuan dari pengamat dan kreativitas dan kemampuan untuk menilai adalah seni dari bidang
psikiatri.
Daftar berikut ini adalah daftar menyeluruh dari tanda dan gejala, dan semuanya mempunyai
definisi dan deskripsi. Seperti disebutkan di atas, kebanyakan tanda dan gejala psikiatri berasal dari
perilaku normal dan dapat dimengerti dari berbagai sudut pandang perilaku seseorang dari normal
hingga patologis. Tabel 8.1 menyajikan secara alfabet fenomena mental serta tanda dan gejala dari
penyakit psikiatri. Nomer dan abjad pada kolom sebelah kanan menunjukkan tempat dan bab dimana
item dijelaskan.

I. Kesadaran : tingkat kesadaran


A. Gangguan kesadaran: apersepsi adalah persepsi yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran
seseorang, sensorium adalah keadaan dari fungsi kognitif dari salah satu indra (kadang
digunakan sebagai sinonim dari consciousness); gangguan kesadaran sering diasosiasikan
dengan brain pathology.
1. Disorientasi: gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
2. Kesadaran berkabut: pikiran yang tidak terlalu jernih dengan gangguan persepsi dan perilaku
3. Stupor: reaksi kurang dan tidak awas terhadap lingkungan atau sekitarnya.
4. Delirium: bingung, gelisah, disorientasi, disertai takut dan halusinasi.
5. Koma: gangguan kesadaran yang paling dalam (tidak sadar).
6. Koma vigil: koma dimana pasien tampaknya bisa bangkit dengan mata terbuka tapi tidak
dapat bangun (juga dikenal dengan nama amnestik mutism).
7. Twilight state: gangguan kesadaran dengan halusinasi.
8. Dream like state: juga sering digunakan sebagai sinonim dari complex partial seizure atau
epilepsi psikomotor.
9. Somnolence: mengantuk yang abnormal.
10. Confusion: gangguan kesadaran dimana reaksi terhadap stimuli lingkungan tidak adekuat,
bisa bermanifestasi dalam gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
11. Drowsiness: keadaan gangguan kesadaran yang berhubungan dengan hasrat atau
kecenderungan untuk tidur.
12. Sundowning: sindroma yang terjadi pada orang yang lebih tua dimana biasanya terjadi pada
malam hari yang ditandai dengan mengantuk, bingung, ataksia dan jatuh sebagai efek sedasi
dari obat yang berlebihan juga disebut sundowner syndrome.
B. Gangguan perhatian/atensi
1. Distractibility: ketidakmampuan dalam konsentrasi; keadaan dimana perhatian yang diberikan
tidak relevan dengan stimuli dari luar.
2. Selective Inattention: blocking hanya pada masalah yang membangkitkan kecemasan.
3. Hypervigilance (kewaspadaan berlebihan): perhatian yang berlebihan dan fokus terhadap
semua stimuli baik internal maupun eksternal biasanya akibat khayalan atau keadaan
paranoid, mirip dengan hyperprogia, pikiran dan aktivitas mental yang berlebihan.
4. Trance: fokus perhatian dan perubahan kesadaran, biasanya tampak dalam hipnosis,
gangguan disosiasi, dan ecstatic religious experience.
5. Disinhibition: keadaan dimana seseorang kehilangan kontrol, terjadi akibat intoksikasi
alkohol.
C. Gangguan Sugesti: respon yang menyimpang dan tidak kritis terhadap suatu ide atau pengaruh.
1. Folie a deux (Folie a trois): penyakit yang berhubungan dengan emosional antara 2 atau 3
orang.
2. Hypnosis: induksi kesadaran dengan meningkatkan sugestibilitas.
II. Emosi: complex feeling dengan psikis, somatis dan komponen tingkah laku yang berhubungan
dengan afek dan mood.
A. Afek: ekspresi emosi yang dapat dilihat, mungkin tidak sesuai dengan gambaran emosi pasien.
1. Afek apropriate: kondisi dimana terdapat keharmonisan antara nada emosi dengan ide,
pikiran dan perkataan yang mengikutinya.
2. Afek inapropriate: disharmoni antara perasaan emosional dengan ide, pikiran dan perkataan
yang mengikutinya.
3. Afek tumpul: gangguan afek dimana terdapat penurunan intensitas nada perasaan yang
menurun berat.
4. Afek yang menyempit: penurunan intensitas nada perasaan lebih ringan dari afek tumpul, tapi
jelas terdapat penurunan.
5. Afek datar: tidak ada/hampir tidak ada ekspresi afektif, bicara monoton.
6. Afek labil: perubahan yang cepat dan mendadak emotional feeling tone dan tidak ada
hubungannya dengan stimuli dari luar.
B. Mood: emosi yang meresap dan terus menerus dan dilaporkan pasien serta dilihat orang lain,
contoh depresi, elasi, marah.
1. Dysphoric mood: mood tidak senang.
2. Euthymic mood: mood normal, tidak ada depresi atau elevasi.
3. Expansive mood: ekspresi perasaan seseorang tanpa tekanan, biasanya bersifat
overestimasi terhadap kepentingan mereka.
4. Irritable mood: keadaan dimana seseorang sangat mudah terprovokasi.
5. Labile mood: terombang ambing antara euphoria dan depresi atau anxietas.
6. Elevated mood: meningkatnya rasa percaya diri dan kesenangan mood lebih gembira dari
masa.
7. Euphoria: elasi hebat dengan perasaan kebesaran.
8. Ecstasy: rasa gembira yang hebat.
9. Depresi: psycopathological feeling dengan kesedihan.
10. Anhedonia: loss of interest dan withdrawal terhadap semua aktivitas yang teratur dan
menyenangkan, biasanya berhubungan dengan depresi.
11. Duka cita: kesedihan yang berhubungan dengan kehilangan.
12. Alexithymia: seseorang yang tidak mampu atau sulit untuk menggambarkan atau sadar akan
emosi atau moodnya.
13. Suicidal ideation: pikiran atau tindakan untuk mengakhiri hidup.
14. Elation: perasaan tentang kesenangan, euphoria, kemenangan, percaya diri yang berlebihan
atau optimisme yang berlebihan.
15. Hypomania: mood abnormal dengan karakteristik seperti mania tapi kualitasnya lebih rendah.
16. Mania: keadaan mood yang ditandai oleh elasi, agitasi, hiperaktif, hiperseksual, percepatan
dalam berpikir dan berkata-kata.
17. Metarkolia: keadaan depresi berat.
18. La belle indifference: perilaku tenang yang inapropriate atau berkurangnya konsentrasi
terhadap ketidakmampuan seseorang.
C. Emosi lainnya
1. Anxietas: rasa khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya yang datang baik
dari dalam maupun dari luar.
2. Free floating anxiety: ketakutan yang mendalam dan tidak terfokus, tidak menyangkut ide-ide.
3. Fear: kecemasan akan sesuatu bahaya yang nyata.
4. Agitasi: kecemasan yang hebat berhubungan dengan kegelisahan motorik.
5. Tension: tindakan yang tidak menyenangkan dan aktivitas psikologis.
6. Panik: akut, episodik, serangan yang mendadak dan hebat dari cemas berhubungan dengan
perasaan takut yang berlebihan.
7. Apati: emosi tumpul.
8. Ambivalensi: adanya 2 impuls yang berlawanan pada seseorang disaat yang sama.
9. Abreaction: emotional release or discharge setelah mengingat kembali pengalaman yang
menyakitkan.
10. Rasa malu: kegagalan untuk menikmati hidup, untuk memenuhi harapan sendiri.
11. Rasa bersalah
12. Impulse control: kemampuan untuk menahan impuls dan mengendalikan impuls.
13. Ineffability (tak terkatakan): ecstasy state dimana keadaan seseorang yang tidak dapat
digambarkan, tak terekspresikan, dan tidak mungkin menyampaikannya ke orang lain.
14. Acathexis: berkurangnya perasaan berhubungan dengan emosional.
15. Decathesis: pemisahan emosi dari pikiran, ide atau perorangan.
D. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Tanda disfungsi somatik (biasanya autonom) lebih sering berhubungan dengan depresi (juga
disebut tanda vegetatif).
1. Anorexia: hilang atau menurunnya nafsu makan.
2. Hyperphagia: meningkatnya intake makanan.
3. Insomnia: berkurangnya kemampuan tidur.
a) Initial: kesulitan untuk memulai tidur.
b) Middle: kesulitan tidur di waktu malam tanpa terbangun dan kesulitan untuk tidur lagi.
c) Terminal: bangun lebih awal dari biasanya.
4. Hypersomnia: tidur yang berlebihan.
5. Variasi diurnal: mood biasanya memburuk di pagi hari, mendadak setelah bangun tidur, dan
membaik dengan beranjaknya waktu.
6. Berkurangnya libido: menurunnya keinginan seks, dorongan dan perbuatan (libido meningkat
pada mania).
7. Konstipasi: ketidakmampuan/kesulitan defekasi.
8. Fatique
9. Pica: makan makanan yang bahan dasarnya nonfood seperti cat.
10. Pseudocyesis: kondisi yang jarang terjadi dimana pasien punya tanda dan gejala kehamilan
seperti distensi abdomen, membesarnya mamae, pigmentasi, berhentinya menstruasi dan
morning sickness.
11. Bullemia: tidak kenyang-kenyang, rakus, tampak pada bullemia nervosa dan atypical depresi.
12. Adinamia: kelemahan dan fatique.
III. Motor behavior (connation): aspek dari psikis termasuk impulse, motivasi, harapan, dorongan, insting
yang diekspresikan oleh perilaku seseorang atau aktivitas motorik.
1. Echopraxia: gerakan tiruan yang bersifat patologis dari satu orang oleh orang lain.
2. Katatonia dan postural abnormalities termasuk pada skizofrenia, katatonia dan beberapa
pasien dengan penyakit otak, seperti encephalitis.
a) Katalepsi: istilah umum untuk posisi immobile yang terus dipertahankan.
b) Katatonik excitement: agitasi, kegiatan motorik, gerakan tanpa tujuan, tidak dipengaruhi
oleh stimulus dari luar.
c) Katatonik stupor: ditandai dengan menurunnya aktivitas motorik, sering ditandai dengan
immobilitas dan tidak peka terhadap lingkungan.
d) Katatonik rigiditas: posisi tubuh yang kaku, melawan semua usaha untuk menggerakkan
nya.
e) Katatonik posturing: posisi tubuh yang aneh dan dipertahankan dalam waktu lama.
f) Fleksibilitas cerea (waxy flexibility): keadaan dimana seseorang bisa dibentuk dalam satu
posisi yang akan dipertahankan.
g) Akinesia: berkurangnya gerakan fisik, seperti pada immobilitas ekstrem pada skizofrenia
katatonik, juga bisa terjadi pada efek samping ekstrapiramidal pada terapi dengan
antipsikotik.
3. Negativisme
4. Katapleksi: hilangnya tonus otot secara temporer, kelemahan yang dipicu oleh status emosi.
5. Stereotipi: gerakan tubuh atau bicara yang berulang-ulang dengan pola yang menetap.
6. Mannerisme: melihat habitual involuntary movement.
7. Automastisme: gerakan otomatis atau tidak disadari.
8. Command automatisme: otomatis mengikuti komando
9. Mutisme: tanpa suara, tanpa abnormalitas struktural.
10. Overaktivitas
a) Agitasi psikomotor: gerakan dan aktivitas kognitif yang berlebihan, biasanya non produktif
dan sebagai respon tekanan dari dalam.

Anda mungkin juga menyukai