Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN JURNAL

KESEHATAN MENTAL

Dosen Pengampu:
Dr. Rohma Rifani, S.Psi., M.Si., Psikolog
Kartika Cahyaningrum, S.Psi., M.Si., Psikolog

Disusun Oleh:

Andi Mutiah Qonitah


230701501112
Kelas B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR TAHUN 2024
Ringkasan Jurnal Waras di Tempat yang Gila

Judul On Being Sane in Insane Places

Jurnal Jurnal Kesehatan Mental


Volume &
Vol. 179, No. 4070, 250-258
Halaman
Tahun 1973
Penulis D. L. Rosenhan.
Peringkas Andi Mutiah Qonitah (230701501112)
Tanggal 8 Februari 2024
Landasan Teori Secara umum, ada banyak data yang saling bertentangan mengenai
keandalan, kegunaan dan makna istilah-istilah seperti “kewarasan”,
“kegilaan”, “penyakit mental”, dan “skizofrenia”. Terakhir pada awal
tahun 1934, Benedict menyatakan bahwa normalitas dan abnormalitas
tidak bersifat universal. Dari Bleuler, melalui Kretchmer, melalui
perumus Manual Diagnostik dan Statistik American Psychiatric
Association yang baru-baru ini direvisi, terdapat keyakinan yang kuat
bahwa pasien menunjukkan gejala, bahwa gejala tersebut dapat
dikategorikan, dan, secara implisit, bahwa orang waras dapat
dibedakan dengan orang gila. Namun belakangan ini, keyakinan ini
dipertanyakan. Sebagian didasarkan pada pertimbangan teoritis dan
antropologis, tetapi juga pada pertimbangan filosofis, hukum, dan
terapeutik, berkembang pandangan bahwa kategorisasi psikologis
penyakit mental tidak ada gunanya dan benar-benar berbahaya,
menyesatkan, dan paling buruk merendahkan.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk memahami dinamika dan faktor-faktor
yang memengaruhi kesehatan mental di lingkungan tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan memasukkan
1.Subjek delapan pasien palsu ke 12 rumah sakit yang berbeda

2|
2. Instrumen
Penelitian dilakukan dengan teknik penempatan langsung yang
mendalam dengan menggunakan pasien palsu

Metode Analisis Data kualitatif diolah dengan observasi dan interaksi langsung oleh
Data para pasien palsu. Mereka mencatat interaksi dengan staf dan pasien
lainnya di rumah sakit jiwa serta mengamati respons dan perilaku
mereka selama di lingkungan tersebut. Skala 10 poin digunakan,
dengan angka 1 dan 2 yang mencerminkan keyakinan tinggi bahwa
pasien tersebut adalah pasien palsu. Penilaian diperoleh pada 193
pasien pasien yang dirawat untuk perawatan psikiatris. Semua staf
yang pernah melakukan kontak berkelanjutan dengan atau
bertanggung jawab utama terhadap pasien. Petugas kesehatan,
perawat, psikiater, dokter, dan psikolog diminta untuk membuat
penilaian
Hasil Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa petugas RSJ (Rumah Sakit
Jiwa) tidak mengenali pasien palsu yang menyamar sebagai pasien
sakit jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa petugas rumah sakit jiwa
tidak mampu mengenali kondisi pasien palsu yang sebenarnya,
meskipun perilakunya tidak menunjukkan gejala penyakit jiwa.
Kegagalan sistem rumah sakit jiwa dalam membedakan antara
kesehatan mental dan gangguan mental menunjukkan kelemahan
dalam proses diagnostik psikiatri. Pasien palsu yang sehat mentalnya
masih diperlakukan seolah-olah mereka mengidap penyakit mental,
membuktikan bahwa label diagnostik dapat ditempelkan pada
seseorang terlepas dari kondisi sebenarnya. Penilaian diperoleh pada
193 pasien yang dirawat untuk perawatan psikiatrik. Semua staf yang
pernah melakukan kontak atau tanggung jawab utama terhadap
petugas pasien, perawat, psikiater, dokter, dan psikolog diminta
untuk membuat penilaian. Empat puluh satu pasien dituduh, dengan
keyakinan tinggi, menjadi pasien palsu oleh setidaknya satu anggota
staf. Dua puluh tiga orang dianggap tersangka oleh setidaknya satu
psikiater. Sembilan belas orang dicurigai oleh seorang psikiater dan
3|
satu anggota staf lainnya. Eksperimen ini bersifat instruktif. Hal ini
menunjukkan bahwa kecenderungan untuk menyebut orang waras
sebagai orang gila dapat dibalik ketika taruhannya (dalam hal ini,
prestise dan kecerdasan diagnostik) tinggi. Tapi apa yang bisa
dikatakan tentang 19 orang yang dicurigai "waras" oleh seorang
psikiater dan anggota staf lainnya? Apakah orang-orang ini benar-
benar "waras", atau justru karena menghindari kesalahan tipe 2, para
staf cenderung membuat lebih banyak kesalahan yang disebut
sebagai "waras" yang gila? Tidak ada cara untuk mengetahuinya.
Diskusi Diskusi penelitian terkait “Waras di Tempat yang Gila” terbagi
menjadi beberapa poin penting yang pertama ialah ketidakmampuan
Sistem Penilaian yang terjadi di rumah sakit. Isu ini menunjukkan
bahwa sistem di rumah sakit jiwa tidak mampu membedakan antara
kesehatan mental dan gangguan mental, yang mengarah pada
kesalahan diagnosis dan pemberian label yang tidak sesuai. Kedua,
Masalah etika praktik psikiatri juga menonjol dalam diskusi ini. Studi
ini menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia individu
dan memperlakukan mereka secara adil dan tanpa
diskriminasi, apapun label diagnostik yang diberikan. Diskusi
dapat menyoroti pentingnya etika dalam profesi psikiater dan
kebutuhan untuk melindungi hak-hak orang yang menderita
masalah kesehatan mental. Pembahasan penelitian ini dapat
memberikan wawasan berharga mengenai tantangan dan perbaikan
yang diperlukan dalam kesehatan mental dan psikiatri, serta
pentingnya pendekatan holistik berbasis bukti dalam penilaian
dan pengobatan orang dengan masalah kesehatan mental.

4|
DAFTAR PUSTAKA

Rosenhan D.L. (1973). On Being Sane in Insane Places, 179 (4070), 250-258

5|

Anda mungkin juga menyukai