Anda di halaman 1dari 4

REVIEW JURNAL

ON BEING SANE IN INSANE PLACE

Disusun Oleh:
Muhammad Eka Pratama 230701500010
Kelas F

Dosen Pengampu :
Dr. Rohman Rifani, M.Psi., Psikolog
Kartika Cahyaningrum, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
Judul On Being Sane in Insane Place (Tentang Menjadi Waras Di tempat
Yang Tidak Waras
Jurnal Jurnal Science
Volume & Vol. 179, No. 4070
Halaman
Tahun 1973
Penulis David L. Rosenhan
Peringkas Muhammad Eka Pratama (230701500010)
Tanggal 6 Februari 2024
Landasan Pada tahun 1960-an, psikiater masih menggunakan DSM untuk
Teori mengklasifikasikan seseorang sebagai abnormal. Menurut
Rosenhan, klasifikasi orang normal dan abnormal belum dapat
diandalkan. Maka ia melakukan penelitian untuk menguji apakah
psikiater dan staf rumah sakit jiwa bisa membedakan antara orang
sehat dan orang sakit jiwa. Rosenhan melakukan dua penelitian.
Pada studi pertama, delapan orang yang bermaksud baik menyamar
sebagai penderita gangguan jiwa. B. dikirim ke 12 rumah sakit di
Amerika karena dia bisa mendengar suara-suara di kepalanya.
Delapan orang sehat kemudian dirawat di klinik psikiatri, di mana
mereka tidak lagi menunjukkan gejala gangguan tersebut dan
berperilaku normal. Dalam studi kedua, psikiater dan staf rumah
sakit yang mengetahui penelitian sebelumnya diberitahu bahwa
pseudopatient lainnya. Mereka yang dijadwalkan dirawat di rumah
sakit dalam 1 hingga 3 bulan ke depan. Psikiater dan staf rumah
sakit diminta untuk menilai setiap pasien yang baru dirawat pada
skala 1 hingga 10 berdasarkan kemungkinan bahwa pasien tersebut
adalah pasien palsu. Namun, pasien palsu tersebut sebenarnya tidak
dirawat di rumah sakit.
Tujuan D. L. Rosenhan berbicara tentang serangkaian eksperimen yang
melibatkan rumah sakit jiwa dan dampak kesalahan diagnosis
gangguan mental pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Untuk
menguji apakah psikiater dapat membedakan pasien yang benar-
benar menderita gangguan jiwa dan yang tidak. Penelitian
Rosenhan juga bertujuan untuk menunjukkan bahwa label yang
diasosiasikan dengan penyakit mental, khususnya skizofrenia,
mempunyai dampak besar pada cara pasien dirawat. Juga apakah
psikiater bisa membedakan pasien yang benar-benar menderita
gangguan jiwa dan yang tidak.
Metode Penelitian ini menggunakan metode observasi oleh delapan orang
Penelitian yang diberi misi untuk menjadi pasien palsu dan meyakinkan para
1.Subjek perawat serta staff bahwa dia benar-benar gila. Lalu mencatat segala
hal yang mereka amati di rumah sakit, mulai dari cara ia dirawat
hingga bagaimana pasien-pasien tersebut diperlakukan.
2. Instrument Eksperimen dan turun langsung ke lapangan
Metode Data yang dikumpulkan dari simulasi catatan pasien dan kamera
Analisis Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mencakup
deskripsi diagnosis, perawatan, dan interaksi yang dialami oleh
pasien simulasi. Data kuantitatif mencakup durasi pengobatan,
jumlah pemberian obat, dan jumlah kontak dengan staf.
Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa beberapa orang gila lebih baik
dalam mengidentifikasi siapa yang benar-benar gila dibandingkan
staf rumah sakit. Rumah sakit sendiri merupakan lingkungan yang
unik dimana makna tindakan dapat dengan mudah disalahpahami.
Tampaknya tidak ada keraguan mengenai dampaknya terhadap
pasien yang dirawat di lingkungan yang penuh ketidakberdayaan,
depersonalisasi, isolasi, dan penyiksaan.
Kelebihan Kelebihan penelitian ini adalah perawat dan staf rumah sakit tidak
dapat benar-benar membedakan antara pasien waras dan pasien gila,
serta label yang diberikan kepada pasien sejak awal adalah. Hasilnya
menunjukkan bahwa hal itu tetap ada meskipun tidak diperlihatkan.
Dan pada penelitian kedua, perawat dan staf rumah sakit menjadi
lebih berhati-hati dalam merawat dan mendiagnosis pasien yang
dirawat di rumah sakit jiwa.
Kekurangan Kelemahan pada penelitian ini terletak pada pasien yang berpura-
pura atau palsu yang sangat mudah dikenali oleh beberapa Pasien
yang tidak waras.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai