Anda di halaman 1dari 10

Imelisa dkk, Pandangan Pasien Mengenai ...

PANDANGAN PASIEN MENGENAI TEKNIK MENGHARDIK


PADA SAAT BERHALUSINASI DI RSJ PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2016

Rahmi Imelisa, Khrisna Wisnusakti, Febrynia

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi,


Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi, 40533

Email korespondensi: rahmiimelisa@ymail.com

ABSTRAK
Penderita gangguan jiwa di Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak 1.065.000 jiwa penderita atau
2,37% penduduk. Halusinasi menjadi salah satu gejala yang digunakan untuk mendiagnosis
gangguan jiwa skizofrenia. Pada skizofrenia, halusinasi pendengaran dan penglihatan adalah dua
jenis halusinasi yang paling sering terjadi. Saat ini telah dikembangkan cara menghardik untuk
mengontrol halusinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan pasien dalam
melakukan teknik menghardik pada saat halusinasi muncul di RSJ Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Partisipan ditentukan dengan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian yang didapat yaitu pasien mampu mengungkapkan
tentang halusinasinya baik dari isi, waktu, frekuensi, situasi dan perasaan saat halusinasinya muncul.
Terdapat 3 tema yang didapatkan berkaitan dengan cara menghardik, yaitu pelaksanaan, lamanya,
dan manfaat teknik menghardik. Diharapkan untuk perawat dapat mengevaluasi lebih lanjut tentang
pandangan pasien dalam melakukan teknik menghardik dengan menggunakan metode penelitian lain
dan perlu dipertimbangkan dengan menggunakan teknik lain.

Kata-kata kunci : Skizofrenia, Halusinasi, Menghardik.

ABSTRACT
The number of mental illness patient in West Java Province was 1.065.000 people or about 2,37 %
citizen. Hallucination is one symptom used to diagnosed mental health illness: schizophrenia.
Hearing and vision hallucination is the common type. Nowadays, techniques had been develop to
control hallucinations. This research aimed to explore patient viewpoint in conducting rebuke
technique when hallucination occurs in West Java Province Mental Health Hospital. This research
was a qualitative research using phenomenology approach. Participants was selected with
purposive sampling techniques. The results showed that patients was able to revealed about their
hallucination of its contents, time of appearance, frequencies, provoke situations and their feelings
while hallucinating. There was three themes obtained related to rebuke techniques, that was how to
conduct, duration, and the advantage of rebuke techniques. It is expected that nurses can evaluate
futher about patient viewpoint about conducting rebuke techniques using different research methods.
And another techniques to controll hallucination need to be considered.

Keywords : Schizophrenia, Hallucinations, To Rebuke.

88
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 88-96

PENDAHULUAN Berdasarkan dari data tersebut


tentang tingginya data penderita yang
Halusinasi adalah gangguan mengalami gangguan jiwa khususnya
penerapan (persepsi) panca indera tanpa skizofrenia dengan halusinasi, maka
adanya rangsangan dari luar yang dapat peneliti tertarik untuk melakukan
meliputi semua sistem penginderaan di penelitian tentang pandangan pasien
mana terjadi pada saat kesadaran individu dalam melakukan tekhnik menghardik
itu penuh/baik. Halusinasi yang berasal pada saat halusinasi muncul di ruangan
dalam budaya non-barat, biasanya: dari Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
dewa dan hantu. Menurut sastra Yunani Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Ruang
Kuno, dalam budaya kita, halusinasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi
sebagian besar terkait dengan Jawa Barat Tahun 2016. Halusinasi
penggunaan stimultan, masalah medis terjadi pada setiap indra di antaranya:
dan kondisi psikiatris (1). pendengaran, visual, somatosensori,
Skizofrenia adalah penyakit otak gustatory dan penciuman (5). Dari kelima
neurobiologis yang berat dan terus jenis halusinasi tersebut paling banyak
menerus. Akibatnya berupa respon yang terjadi pada skizofrenia adalah halusinasi
dapat sangat mengganggu kehidupan pendengaran. Sebanyak 65% pasien
individu, keluarga dan masyarakat (2). dengan skizofrenia memiliki mengalami
Fenomenologi halusinasi pada setidaknya sekali dari halusinasi
skizofrenia diikuti oleh gambaran studi pendengaran (6,7). Halusinasi
pencitraan otak fungsional dari area penglihatan lebih sedikit, sekitar 20%
kortikal. Gangguan fungsi kognitif sering dari pasien. Kurang dari 5% dari pasien
membuat orang dengan skizofrenia melaporkan halusinasi dalam modalitas
menyadari bahwa ide-ide dan prilaku lainnya. Saat ini telah dikembangkan
mereka berbeda dengan orang lain. Hal berbagai teknik untuk mengontrol
ini terutama berlaku dalam hal halusinasi selain farmakologi. Di
menghargai persepsi diri mereka serta antaranya adalah teknik menghardik yang
kemampuan dan interpretasi mereka diajarkan perawat pada klien dengan
terhadap halusinasi (3). halusinasi selama sesi komunikasi
Menurut Riset Kesehatan Dasar terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk
(Riskesdas) tahun 2007, diperkirakan mengeksplorasi pandangan pasien dalam
0,46-2 penduduk atau 1.700.000 jiwa. melakukan teknik menghardik pada saat
Provinsi Jawa Barat sendiri tercatat halusinasi muncul di Ruang Rawat Inap
sebanyak 1.065.000 jiwa penderita atau Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
2,37% penduduk (4). Tahun 2016. Secara khususnya
Berdasarkan data dari rumah sakit mengidentifikasi tentang halusinasi (isi,
jiwa provinsi jawa barat di dapatkan waktu, frekuensi, situasi pencetus dan
jumlah penderita halusinasi pada periode perasaan) pada pasien di Ruang Rawat
bulan Januari-Desember 2013 tercatat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
sebanyak 13.725 kasus halusinasi dengan Barat Tahun 2016
rincian Unit Rawat Jalan 10.029 kasus,
Unit Rawat Inap 1245 dan Unit Gawat METODE
Darurat 245 (Profil RSJ Jabar, 2013).
Berdasarkan hasil dari penelitian yang Penelitian ini merupakan penelitian
terkait, menurut Karina Anggraini, dkk kualitatif dengan pendekatan studi
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada fenomenologi. Tujuan menggunakan
pengaruh menghardik terhadap pendekatan fenomenologi adalah untuk
penurunan tingkat halusinasi dengar, mengeksplorasi pandangan pasien dalam
degan p-value 0,000. melakukan teknik menghardik pada saat

89
Imelisa dkk, Pandangan Pasien Mengenai ...

halusinasi muncul di Ruang Rawat Inap


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Informasi yang didapatkan adalah
Tahun 2016. informasi primer, karena penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah langsung memperoleh data. Sumber
pasien yang mengalami halusinasi di informasi yaitu keluarga penderita dan
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa penderita. Untuk menjamin keabsahan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016. penelitian ada beberapa metode
Informan ditentukan dengan purposive triangulasi, yaitu:
sampling. Metode purposive adalah 1. Triangulasi sumber.
metode pemilihan partisipan dalam suatu Yaitu dengan cross check data dengan
penelitian dengan menentukan terlebih fakta dari sumber lainnya. Sumber
dahulu kriteria yang akan dimasukkan tersebut berupa informan yang berbeda,
dalam penelitian, dimana partisipan yang membandingkan dan melakukan kontras
diambil dapat memberikan informasi data, menggunakan kelompok informan
yang berharga bagi penelitian (8). yang sangat berbeda semaksimal
Lokasi penelitian ini adalah Ruang mungkin. Artinya peneliti melakukan
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi pengecekan ulang antar informan yang
Jawa Barat Tahun 2016. Penelitian ini satu dengan yang lain.
dilakukan pada tanggal 31 Desember 2. Triangulasi metode.
2015-6 Januari 2016. Partisipan dalam Triangulasi metode yaitu dengan
penelitian ini sebanyak 6 partisipan. membandingkan informasi yang
Prosedur analisis data pada diperoleh dari hasil wawancara
penelitian ini dilakukan dengan membaca mendalam dengan observasi. Artinya
transkrip berulang-ulang sebanyak 4-5 informasi yang telah diperoleh dari
kali dari semua partisipan agar peneliti wawancara mendalam dibandingkan
lebih memahami pertanyaan-pertanyaan dengan hasil observasi.
partisipan tentang pengalaman pasien 3. Triangulasi data.
dalam melakukan teknik menghardik Analisis dilakukan oleh peneliti sendiri,
pada saat halusinasi muncul di Ruang peneliti juga meminta umpan balik dari
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi informan yang berguna untuk kualitas
Jawa Barat Tahun 2016. data dan kesimpulan dari data tersebut.
Selanjutnya peneliti mengidentifikasi Artinya peneliti melakukan sendiri dan
kata kunci dari setiap pernyataan informan memberikan informasi apa
partisipan, yang kemudian diberi garis yang kita inginkan sesuai dengan kriteria
bawah pada pernyataan yang penting agar dan untuk mendapatkan tujuan yang kita
bisa dikelompokkan. Selanjutnya peneliti inginkan.
menentukan arti setiap pernyataan yang
penting dari semua partisipan. Setelah itu Keabsahan data pada penelitian ini
melakukan pengelompokkan data ke dikembangkan melalui upaya
dalam berbagai kategori untuk penggunaan sumber data yang berbeda
selanjutnya dipahami secara utuh dan yaitu pasien (10).
menentukan tema-tema utama yang
muncul. Dan selanjutnya peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
memvalidasi hasil analisis berupa tema-
tema dengan cara menunjukkan kisi-kisi Hasil penelitian ini disajikan dengan
tema terhadap informan (9). menyampaikan tema-tema dan kategori-
kategori hasil penelitian yang selanjutnya
diperjelas dengan deskripsi hasil
informasi atau data hasil wawancara.
Validasi Data Tema 1: Isi Halusinasi

90
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 88-96

mengalami halusinasi (6). Halusinasi


Hasil wawancara mendalam yang paling umum pada skizofrenia
mengenai isi halusinasi yang dialami adalah halusinasi pendengaran yang
pasien, dapat dilihat dari petikan diikuti oleh halusinasi pendengaran. Dan
wawancara mendalam di bawah ini: isi dari halusinasi tersebut terbatas pada
Dengan pasien : suatu kata-kata yang pendek dan hal-hal
“...Mendengar bisikan, bisikan tidak yang konsisten dengan perasaan depresi
terlalu jelas, tetapi memerintah pada pasien. Isi halusinasi pun biasanya
untuk tidak sehat”. (I1) selaras dengan isi hatinya. pada
penelitian didapatkan bahwa 4 informan
“…Saya mendengar suara seperti mendengarkan bisikan yang memerintah
melarang tidak menghabiskan sesuai dengan penelitian Chaudhury
makan” (I )
2
yang menyatakan isi halusinasi yang
negatif itu dialami oleh penderita yang
“....Pernah melihat bayangan depresi (6).
binatang buas seperti gajah dan
harimau, selain itu suka mendengar Tema 2: Waktu Terjadinya Halusinasi
suara kucing tetapi tidak ada
wujudnya. Dan pernah mendengar Hasil wawancara mendalam dengan
suara gaib seperti kuntilanak” (I3) pasien mengenai waktu terjadinya
halusinasi. Dapat dilihat dari petikan
“…Masih suka mendengar suara- wawancara mendalam di bawah ini:
suara orang ngaji yasin” (I4) Dengan pasien :
“ ... Pada pagi dan sore hari”(I1)
“…Suka mendengar bisikan-bisikan
yang memerintah, berwujud seperti “...Pada saat makan...”(I2)
manusia”.(I5)
“...Kadang malam kadang
“...Mendengar bisikan seperti suara pagi”(I3) “...Waktu siang dan
angin kadang ada juga suara orang malam” (I4)
ngomong yang menyuruh untuk
binuh diri ya bsikan gitu..bisikan.. “... Kadang-kadang pada saat
gak jelas”(I6) tidur malam..”(I5)

Berdasarkan hasil wawancara “... Pada waktu malam hari”(I6)


mengenai isi halusinasi, maka didapatlah
lima kategori yaitu halusinasi Berdasarkan hasil wawancara
pendengaran, halusinasi penglihatan, mengenai waktu terjadinya halusinasi,
bisikan memerintah, incomplete dan maka didapatlah empat kategori
complete. Dapat diinterpretasikan bahwa yaitupada pagi hari, sore hari, malam hari
4 informan itu mendengar bisikan dan saat makan. Dapat diinterpretasikan
memerintah, 1 informan mendengar bahwa 4 informan mengalami halusinasi
tentang suara yang tidak jelas/incomplete terjadi saat malam hari.
dan 1 informan mendengar tentang suara
yang jelas/complete.

Penelitian ini sejalan dengan


penelitian sebelumnya Jurnal penelitian
Chaudhury yang mengatakan bahwa
diperkirakan 70% dari pasien skizofrenia Tema 3: Frekuensi Halusinasi

91
Imelisa dkk, Pandangan Pasien Mengenai ...

Hasil wawancara mendalam dengan Hasil wawancara mendalam dengan


pasien mengenai frekuensi terjadinya pasien mengenai situasi pencetus
halusinaasi. Dapat dilihat dari petikan terjadinya halusinasi. Dapat dilihat dari
wawancara mendalam di bawah ini : petikan wawancara mendalam di bawah
Dengan pasien : ini:
“ ... Satu minggu sekali”(I1) “...3 Dengan pasien :
kali dalam sehari...”(I2) “ ... Ya, karena saya sering teledor
dan melamun aja”(I1)
“...Kadang-kadang seminggu dua
kali”(I3) “...Pada saat makan...”(I2)
“...Ngga lagi ngapa ngapain tiba-
“...Setiap hari, kadang 2 kali sehari” tiba dateng ada bayangan”(I3)
(I4)
“...gak tau” (I4)
“Gak tentu, dalam sehari kadang “ya saat saya sering melamun aja
ada kadang tidak ada..”(I5) teh, saat sendedirian..”(I5)

“Hampir setiap hari, dalam sehari “pada saat sendiri kadang kadang-
kadang ada kadang tidak ada”(I6) kadang juga rame-rame”(I6)

Berdasarkan hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara


mengenai frekuensi halusinasi, maka mengenai situasi pencetus halusinasi,
didapatlah enam kategori yaitusatu maka didapatlah empat kategori
minggu sekali, tiga kali dalam sehari, yaitupada saat melamun, pada saat
kadang-kadang seminggu dua kali, setip makan, pada saat tidak melakukan
hari, tidak menentu, dan hampir setiap aktivitas apapun, dan dapat terjadi pada
hari. Dapat diinterpretasikan bahwa ke-4 saat keadaan ramai. Dapat
informan memiliki frekuensi halusinasi diinterpretasikan bahwa 2 informan
yang berbeda. mengatakan situasi pencetus itu pada saat
Halusinasi terjadi tidak secara terus melamun, 1 informan mengatakan situasi
menerus. Akan tetapi secara intermitten. pencetusnya saat makan, 1 informan
Misalnya, ada yang mengalaminya 3 kali mengatakan situasi pencetusnya saat
sehari, ada yang empat kali sehari, dan sedang tidak melakukan aktivitas apapun
ada pula yang 7 kali sehari.Hanya sedikit dan 1 informan lagi mengatakan pada
dari penderita skizofrenia yang saat keadaan ramai.
mengalami halusinasi selama 24 jam. Keadaan yang membuat penderita
Sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu skizofrenia yang mengalami halusinasi
didapatkan enam kategori yaitu satu ketika dia sendirian dan tidak ada
minggu sekali, tiga kali dalam sehari, kegiatan. Kesendirian membuat penderita
kadang-kadng seminggu dua kali, setiap melamun dan melamun bisa meransang
hari, tidak menentu, dan hampir setiap munculnya halusinasi (11,12). Karena itu
hari.Dapat diinterpretasikan bahwa ke-4 dalam merawat penderita yang
informan memiliki frekuensi halusinasi mengalami halusinasi sangatlah penting
yang berbeda. untuk melibatkan mereka dalam berbagai
kegiatan sehingga tidak ada waktu bagi
penderita untuk sendiri dan melamun.
Hal ini sejalan dengan data yang
didapatkan hasil penelitian bahwa faktor
Tema 4: Situasi Pencetus Halusinasi pencetus terjadinya halusinasi adalah saat

92
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 88-96

melamun bahwa 2 informan mengatakan cemas, 2 informan merasakan takut, 1


situasi pencetus itu pada saat melamun. informan tidak memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diberikan.
Tema 5: Perasaan Saat Halusinasi
Latihan Mengontrol Halusinasi
Hasil wawancara mendalam dengan Dengan Cara Menghardik
pasienmengenai perasaan saat halusinasi.
Dapat dilihat dari petikan wawancara Dalam penelitian ini tentang latihan
mendalam di bawah ini : mengontrol halusinasi dengan cara
Dengan pasien : menghardik terdapat 3 tema yakni
“ ... Kadang mah suka merasa pelaksanaan menghardik, lama
takut”(I1) menerapkan menghardik, keberhasilan
dalam cara menghardik dalam
“...Diam saja tidak ada menghilangkan halusinasi.
respon...”(I )
2

Tema 1: Pelaksanaan Menghardik


“...Gak enak, suka pusing gitu, jadi
buat jadi galau ”(I3) Hasil wawancara mendalam dengan
pasienmengenai dilakukan atau tidak cara
“...Diam saja (nangis)” (I4) menghardik. Dapat dilihat dari petikan
wawancara mendalam di bawah ini :
“kadang gelisah. Kadang nggak Dengan pasien :
tenang..”(I5) “ ... Suka dilakukan, dengan cara
menurtup telinga dan memejamkan
“Fly kayak kalo lagi naik turun mata”(I1)
gunung.. low.. gitu (sambil
memegang dadanya) jantungnya gak “...Iya diajarkan, sudah 3 kali...”(I2)
enak berdebar”(I6)
“...Iya dilakukan, Gini tutup telinga
Berdasarkan hasil wawancara bilang pergi-pergi”(I3)
mengenai perasaan halusinasi, maka
didapatlah dua kategori yaiturasa takut “...Iya diajarkan. Begini Tutup mata,
dan cemas. Dapat diinterpretasikan katakan tidak nyata.” (I1)
bahwa 3 informan mengatakan memiliki
rasa cemas, 2 informan merasakan takut, “Ya tutup telinga dengan mata
1 informan tidak memberikan jawaban yakinkan dalam hati lalu bicara kamu
atas pertanyaan yang diberikan. bohong kamu palsu, kamu itu dusta..”(I2)
Berdasarkan Stuart (2005) fase
halusinasi dibagi menjadi 4 fase. Fase 1 “belum pernah diajari”(I2)
perasaan yang dialami penderita mulai
merasa cemas, fase 2 penderita mulai Berdasarkan hasil wawancara
merasa takut dengan halusinasinya. Fase mengenai pelaksanaan menghardik, maka
3 pasien mulai merasa senang dan didapatlah empat kategori yaitu dengan
menjadi terbiasa dengan cara menutup telinga dan memejamkan
halusinasinya,dan fase 4 penderita sudah mata lalu mengatkan itu tidak nyata,
mulai tidak dapat mengontrol halusinasi hanya menutup telinga lalu mengatakan
nya dan berpotensi melakukan perilaku itu tidak nyata, dengan menutup mata
kekerasan. Hal ini sesuai dengan hasil lalu mengatakan itu tidak nyata dan
penelitian yaitu didapatkan bahwa 3 belum pernah di ajarkan. Maka dapat
informan mengatakan memiliki rasa diinterpretasikan bahwa 5 informan

93
Imelisa dkk, Pandangan Pasien Mengenai ...

mampu melakukan pelaksanaan Tema 3: Manfaat Menghardik Dalam


menghardik dengan baik dan 1 informan Mengontrol Halusinasi
belum pernah diajarkan.
Tindakan keperawatan dalam Hasil wawancara mendalam dengan
mengatasi halusinasi itu terdiri dari lima pasien mengenai manfaat menghardik
tahapan, yaitu salah satunya mengontrol dalam mengontrol halusinasi. Dapat
halusinasi dengan cara menghardik sesuai dilihat dari petikan wawancara mendalam
dengan Strategi Pelaksanaan 1 halusinasi. di bawah ini:
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dengan pasien:
bahwa 5 informan mengatakan mampu “ ...Dengan menghardik hilang
melaksanaan menghardik dengan baik. tetapi Cuma mendengung aja”(I1)

Tema 2: Lama Menerapkan “...nggak hilang teh...”(I2)


Menghardik
“...Hilang, tapi kadang suka
Hasil wawancara mendalam dengan datang lagi”(I3)
pasien mengenai lama menerapkan
menghardik. Dapat dilihat dari petikan “...Gak tahu, masih ada aja teh” (I1)
wawancara mendalam di bawah ini:
Dengan pasien : “Hilang the tapi sangat susah teh
“ ... Sudah 3 bulan lebih lah”(I1) ...”I2)

“...Sudah 3 kali diajarkan sampai “Belum pernah melakukan”(I2)


sekarang...”(I2)
Berdasarkan hasil wawancara
“...empat hari yang lalu mungkin mengenai keberhasilan menghardik maka
diajarkan suster ise”(I3) didapatlah empat kategori yaitu hilang,
tidak tahu, diam, dan belum pernah
“...Gak tahu” (I1) melakukan. Dapat diinterpretasikan
bahwa ke 6 informan itu memiliki hasil
“Sudah kurang lebih 2 bulan yang berbeda-beda yaitu dengan 5
mungkin”I2) informan tidak dapat hilang dan 1 belum
pernah melakukan cara menghardik.
“Belum pernah diajarkan”(I2) Pada penelitian Anggraeni
didapatkan dari 40 responden (100%)
Berdasarkan hasil wawancara mengalami penurunan halusinasi dengar
mengenai lama menerapkan menghardik, ringan setelah dilakukan terapi
maka didapatlah enam kategori menghardik dengan menutup telinga (13).
yaituselama 3 bulan, 3 kali diajarkan, 4 Sebagian besar responden memiliki
hari, tidak mengetahui, kurang lebih 2 halusinasi dengar setelah menghardik
bulan, dan belum pernah di ajarkan. tanpa menutup telinga dengan kategorik
Dapat diinterpretasikan bahwa ke-6 sedang sebanyak 22 (66.7%), kategorik
informan itu memiliki waktu merenapkan ringan 11 (33.3%) responden. Hal ini
menghardik yang berbeda-beda. bertentangan dengan hasil yang
Lamanya pasien dalam menerapkan didapatkan pada penelitian ini yakni
cara menghardik bergantung pada berapa pasien mengatakan bahwa halusinasinya
lama pasien mengetahui cara hilang sementara dan dapat muncul lagi
menghardik, sehingga hasil yang dengan tiba-tiba.
didapatkan akan berbeda-beda.

94
Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 2, September 2018: 88-96

Hal ini sesuai dengan fase kerja SP 1 kognitif pasien skizofrenia di


Halusinasi bahwa halusinasi tidak dapat rumah sakit jiwa sambang lihum.
dihilangkan tetapi hanya dapat dikontrol. DK. 2015;3(2):71–8.

PENUTUP 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan


Dasar. Badan Penelit dan Pengemb
Simpulan yang dapat diambil dari Kesehat Kemenkes RI; 2007.
penelitian ini yaitu
5. Verbiest R. Auditory Processing
1. Berdasarkan informasi yang Deficits In Bipolar Disorder With
diperoleh dari penelitian ini And Without A History Of
didapatkan 6 informan yang Psychotic Features. Available from
mengalami halusinasi dengar, rata- ProQuest Diss Theses Glob.
rata terjadi pada malam hari dengan 2014;(August).
frekuensi yang berbeda-beda dari
setiap informan. Situasi yang 6. Chaudhury S. Hallucinations:
menyebabkan halusinasinya muncul Clinical aspects and managements.
pada saat melamun dan tidak 2010. 2010 p.
melakukan aktivitas.
2. Berdasarkan hasil penelitian ini 7. Hariri, A. G., Özer, G., & Ceylan
didapatkan bahwa menghardik itu ME. Edinsel ‹ flitme Kayb › ve
bukan untuk menghilangkan Psikiyatrik Belirtiler. Noro-
halusinasi namun untuk mengontrol Psikyatri Ars. 2009;46(4):149–57.
halusinasi, hal ini sesuai dengan fase
kerja SP 1 halusinasi yaitu 8. Notoatmodjo. Metodologi
menghardik. Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
3. Penelitian ini dapat dijadikan acuan Rineka Cipta; 2010.
untuk penelitian selanjutnya untuk
pandanganpasien dalam melakukan 9. Saryono AM. Metode Penelitian
teknik menghardik dengan Kesehatan. Yogyakarta: EGC;
menggunakan metode penelitian lain 2011.
dan perlu dipertimbangkan dengan
menggunakan teknik lain. 10. Moleong LJ. Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
KEPUSTAKAAN Bandung PT Remaja Rosdakarya;
2014.
1. Hammersley P, Taylor K,
Mcgovern J. Attributions for 11. Tsai, Y. & Chen C. Self-care
Hallucinations in Bipolar Affective symptom management strategies
Disorder. 2010;(January):221–6. for auditory hallucinations among
patients with schizophrenia in
2. Goghari VM, Harrow M, Taiwan. Appl Nurs Res. 2005;19.
Grossman LS, Rosen C. 20-year
multi-follow-up of hallucinations 12. Hayashi, N., Igarashi, Y., Suda,
in schizophrenia, other psychotic, K., & Nakagawa S. Auditory
and mood disorders. Psychol Med. hallucination coping techniques
2013;1151–60. and their relationship to psychotic
symptomatology. Psychiatry Clin
3. Norsyehan, Dhian Ririn Lestari Neurosci. 2007;61:640–5.
YM. Terapi melukis terhadap

95
Imelisa dkk, Pandangan Pasien Mengenai ...

13. Anggraeni N dan S. Pengaruh


Menghardik Terhadap Penurunan
Tingkat Halusinasi Dengar Pada
Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr.
Aminogondohutomo Semarang;
2013.

96

Anda mungkin juga menyukai