Anda di halaman 1dari 8

Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat Vol.2 No.

2 (2017) 101-108 | 101

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN FOKUS


STUDI PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN
STUDI K ASUS DI RSJ PROF. DR. SOEROJO M AGELANG
Novitri Andalusiaa*, Suyanta b, Erna Erawati c, Angga Sugiarto d
Program Studi DIII Keperawatan Magelang, Poltekkes Kementrian Kesehatan Semarang
Jalan Perintis Kemerdekaan No.56 , Magelang.
Email : n.andalusia@yahoo.com

Abstrak

Latar Belakang: Gangguan jiwa yang menjadi salah satu utama di negara-negara berkembang
adalah Skizofrenia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013) dan
dikombinasikan dengan data Pusdatin Kemenkes, prevalensi gangguan jiwa di jawa tengah sebanyak
0,23 % untuk usia 15 tahun keatas dari jumlah penduduk 24.089.433 orang. Tujuan: menggambarkan
pengelolaan asuhan keperawatan Skizofrenia dengan fokus studi Perubahan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Subyek dalam penelitian ini adalah
klien Skizofrenia dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran yang berjumlah 2 klien.
Hasil Penelitian: Pemberian asuhan keperawatan pada klien Skizofrenia dengan perubahan persepsi
sensori halusinasi pendengaran menunjukkan hasil yang berbeda pada kedua klien setelah pemberian
intervensi sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien. Kesimpulan: Pemberian asuhan
keperawatan kepada klien disesuaikan dengan respon klien selama diberi asuhan keperawatan .

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Skizofrenia, Halusinasi Pendengaran

Abstract

Background: Mental disorder that is one of the major in developing countries is schizophrenia.
Based on the data of Basic Health Research (RISKESDAS, 2013) and combined with data from
Pusdatin Kemenkes, the prevalence of mental disorders in Central Java was 0.23% for the age of 15
years and above the population of 24,089,433 people. Objective: describe the management of nursing
care Schizophrenia with focus of study of Sensory Perception in Auditory Hallucinations. Method:
The method used in this research is descriptive method by using approach of nursing process.
Subjects in this study were Schizophrenic clients with sensory auditory sensory perception changes
of 2 clients. Results: The provision of nursing care to clients of schizophrenia with a change in
Sensory Perception Auditory Hallucinations showed different results on both clients after the
provision of interventions in accordance with the client's verbal and nonverbal responses.
Conclusion: The provision of nursing care to clients tailored to the client's response during nursing
care.

Keywords: Nursing Care, Schizophrenia, Auditory Hallucinations


102 | Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat. Vol.2 No.2 (2017) 101-108

I. PENDAHULUAN halusinasi telah dilakukan tindakan


keperawatan sesuai dengan intervensi pada
Gangguan jiwa yang menjadi salah satu
klien halusinasi, namun pada pengaplikasian
utama di negara-negara berkembang adalah
yaitu menghardik halusinasi belum efektif ,
Skizofrenia yaitu gangguan jiwa yang
penyebabnya adalah karena klien yang masuk
mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir,
di bangsal tersebut masih dalam fase
bahasa , emosi dan perilaku sosialnya
halusinasi condeming dan comforting yang
(Winifred & Claudia, 2014).
membuat klien masih sulit untuk
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar mempraktekannya dan enggan untuk
(Riskesdas, 2013) dan dikombinasikan melakukannya karena tidak sesuai keinginan
dengan data Pusdatin Kemenkes dengan (Atmojo, 2017).
waktu yang disesuaikan, prevalensi gangguan
jiwa di jawa tengah sebanyak 0,23 % untuk II. METODE PENELITIAN
usia 15 tahun keatas dari jumlah penduduk Metode yang digunakan dalam penelitian
24.089.433 orang berarti sekitar 55.406 orang ini adalah metode deskriptif dengan
di provinsi Jawa Tengah mengalami pemaparan kasus dan menggunakan
gangguan jiwa berat, dan lebih dari 1 juta pendekatan proses keperawatan dengan
orang di Jawa Tengah mengalami gangguan memfokuskan pada salah satu masalah
mental emosional. penting dalam kasus yang dipilih yaitu asuhan
Berdasarkan Riset Stuart & Laraia dalam keperawatan pada klien Skizofrenia dengan
fokus studi perubahan persepsi sensori
Yosep & Sutini (2014), melaporkan bahwa
halusinasi pendengaran.
70% klien skizofrenia mengalami halusinasi.
Menurut Muhith (2015), Halusinasi. Dengan Penelitian ini dilakukan di RSJ Prof. Dr.
diterapkannya asuhan keperawatan halusinasi, Soerojo Magelang pada 8-12 Januari 2018,
kemampuan klien untuk mengenal halusinasi dalam penelitian ini menggunakan dua
dan mengenal cara mengontrol halusinasi responden (klien), dimana memiliki kriteria
dapat dipahami oleh klien. yaitu kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
klien usia 18-55 tahun, bersedia menjadi
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari
responden, memiliki diagnosa medis
rekam medis tahun 2017 yang dilakukan oleh
peneliti di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Skizofrenia, klien dengan diagnosa
keperawatan halusinasi dan dalam fase
pada bulan Januari sampai Desember 2017,
halusinasi yaitu comforting atau condeming,
diperoleh jumlah klien rawat inap sebanyak
2364 klien, sedangkan jumlah klien rawat klien mampu diajak berinteraksi. Kriteria
eksklusi pada penelitian ini yaitu diantaranya
jalan sebanyak 41391 klien. Dari keseluruhan
klien dalam keadaan sakit atau aktivitas
jumlah klien didapatkan 2592 klien yang
mengalami Skizofrenia. Menurut Atmojo bantuan total dan klien tidak mau
berkomunikasi. Pengumpulan data dilakukan
(2017), banyak klien dengan masalah
dengan wawancara, observasi, dan mencari
keperawatan perubahan persepsi sensori
data melalu rekam medik responden.
halusinasi, jumlah klien di Bangsal
Basukarna dengan masalah perubahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
persepsi sensori halusinasi pada bulan
Agustus-September berjumlah 26 klien, bulan A. Hasil
Oktober-November 16 klien, dan pada 1-13 Klien pertama bernama Tn. R, umur 42
Desember berjumlah 7 klien. tahun, klien berjenis kelamin laki-laki,
beragama islam, klien merupakan orang asli
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di suku jawa, klien bekerja sebagai wiraswasta
Bangsal Basukarna RSJ Prof. dr. Soerojo dan pendidikan terakhir SMP. Klien masuk
Magelang pada tanggal 13 Desember 2017 RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada tanggal
menunjukkan fakta bahwa di bangsal tersebut 2 Januari 2018 dengan diagnosa medis F.20.0
klien skizofrenia dengan masalah skizofrenia paranoid. Klien kedua bernama
keperawatan perubahan persepsi sensori Sdr.Y, umur 28 tahun, klien berjenis kelamin
Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat Vol.2 No.2 (2017) 101-108 | 103
laki-laki, beragama islam, klien merupakan musim panen. Faktor Presipitasi dari kedua
orang asli suku jawa, klien bekerja sebagai klien disebakan karena klien putus obat
petani dan pendidikan terakhir SD. Klien sebelum masuk RSJ. Kedua klien tidak ada
masuk RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada keluhan fisik.
tanggal 2 Januari 2018 dengan diagnosa medis Berdasarkan pengkajian berkaitan dengan
F.20.3 skizofrenia tidak terinci.
persepsi bahwa Tn. R mampu mengawali
Alasan Masuk Tn. R dibawa ke RSJ Prof. pembicaraan, orientasi klien baik, bicara
dr. Soerojo Magelang oleh keluarganya lambat, alam perasaan seperti curiga, tampak
karena sering mondar-mandir, teriak-teriak, cemas, klien mengatakan ingin segera pulang
sulit tidur, sering bicara dan tertawa sendiri, dan ingin bermain piano kembali. Klien
nafsu makan kurang, BAK tidak pada terlihat sering melamun, jika ditanya klien
tempatnya dan klien sering mengancam dan dapat menjawab dengan baik, ada kontak
mengajak berkelahi kakaknya, mengamuk mata namun kadang beralih, pandangan mata
tanpa sebab sejak kurang lebih 5 hari sebelum klien sering kosong dan curiga, namun dari
masuk rumah sakit. Sedangkan Sdr. Y dibawa segi afek emosi sesuai saat diajak bercanda
ke RSJ Prof.dr. Soerojo Magelang oleh klien menanggapi dan ikut tertawa namun
keluarganya karena klien sering tertawa dan tiba-tiba diam.
bicara sendiri, mudah marah dan tersinggung, Klien mengalami halusinasi pendengaran,
makan berlebihan, tidak mampu merawat diri,
klien mengatakan mendengar suara orang
dan klien sering keluyuran sejak 2 minggu
yang selalu mengajaknya berbicara dan suara
sebelum masuk rumah sakit.
itu kadang-kadang adalah suara wanita dan
Faktor Predisposisi dari Tn. R disebabkan laki-laki. Klien sering merasa terganggu
karena klien mulai menunjukkan gangguan dengan halusinasi nya, klien juga mengatakan
jiwa kurang lebih 13 tahun yang lalu. Klien jika suara itu muncul klien sering merasa
dirawat 10 kali di RSJ. Terakhir dirawat di telinga nya panas dan kepala klien pusing,
RSJ bulan November 2017. Dalam keluarga suara tersebut seperti diluar kepala namun
klien, tidak ada anggota keluarga yang sangat dekat dengan klien. Klien juga
menderita gangguan jiwa. Klien sudah mengatakan jika suara tersebut muncul lebih
berkeluarga dan memiliki anak 1 namun klien dominan jika klien sedang sendirian, atau
sudah bercerai dengan istrinya sejak kurang hendak tidur di malam hari. Klien tampak
lebih 15 tahun yang lalu. Anak klien dibawa sering mondar-mandir, kadang menyendiri,
oleh istri nya dan belum pernah bertemu berbicara dan tertawa sendiri dan terkadang
dengan klien sampai sekarang. Selain itu, klien melamun. Bahkan klien tampak sering
terdapat faktor adanya hubungan tidak tertawa sendiri ketika berkomunikasi dengan
harmonis antara klien dengan kakak laki-laki perawat.
nya karena perbedaan kasih sayang yang
Sedangkan pada pengkajian Sdr. Y,
diberikan orang tua klien sewaktu klien masih peneliti menemukan data yang abnormal yaitu
kecil sehingga kakak klien merasa iri pada
dari pembicaraan dengan Sdr. Y, klien tidak
klien.
mampu mengawali pembicaraan, bicara
Sedangkan pada Klien Sdr. Y mulai lambat, alam perasaan tegang dan tampak
menunjukkan gangguan jiwa kurang lebih 4 cemas, klien tampak kurang konsentrasi.
tahun yang lalu. Klien dirawat 6 kali di RSJ. Klien terlihat sering menyendiri dan jarang
Terakhir dirawat di RSJ bulan September berkomunikasi dengan teman sebangsal atau
2017. Dalam keluarga klien, tidak ada anggota perawat, jika ditanya klien mau menjawab
keluarga yang menderita gangguan jiwa. seperlunya saja, kontak mata tidak ada dan
Klien belum berkeluarga. Klien mulai kosong, namun dari segi afek emosi labil, jika
mengalami hal seperti ini semenjak ayah klien diajak komunikasi kadang tertawa sendiri dan
meninggal 2011 selanjutnya klien menjadi kadang marah-marah.
tulang punggung keluarga, namun klien
Dari segi persepsi klien mengalami
mengalami gagal panen selama beberapa kali halusinasi pendengaran, klien mengatakan
104 | Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat. Vol.2 No.2 (2017) 101-108
mendengar suara perempuan dan laki-laki Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 8
yang mengajak ngobrol klien, kadang Januari 2018 pukul 08.30 WIB pada Sdr.Y,
bercanda, kadang mengajak berkelahi. Klien didapatkan data sebagai berikut : Data
tampak masih nyaman dengan halusinasinya, Subjektif (DS) klien sering mendengar suara
klien mondar-mandir, terkadang klien perempuan dan laki-laki yang mengajak
melamun. Suara tampak muncul terus ngobrol klien, kadang bercanda, kadang
menerus dalam durasi yang lama dan lebih mengajak berkelahi. Data objektif (DO) klien
sering datang walaupun klien sedang tampak sering berbicara sendiri, tertawa
melakukan aktivitasnya. Suara seperti lebih sendiri, bingung, klien tampak masih nyaman
dekat dengan telinga nya dan lebih terdengar dengan halusinasinya, klien tampak sering
daripada suara orang lain, karena klien kadang menyendiri, mondar-mandir konsentrasi klien
tidak mendengar suara orang lain yang mudah beralih, pandangan mata klien sering
mengajak berbicara dan sering menjawab kosong. Suara tampak muncul terus menerus
halusinasinya. . dalam durasi yang lama dan lebih sering
datang walaupun klien sedang melakukan
Pada Tn. R menganggap bahwa klien sakit
aktivitasnya. Suara seperti lebih dekat dengan
dan dirawat di RSJ karena kesalahan ibu dan
kakaknya, klien menyadari selalu mendengar telinga nya dan lebih terdengar daripada suara
orang lain, karena klien kadang tidak
suara halusinasi tersebut dan mau
mendengar suara orang lain yang mengajak
menceritakan. Sedangkan Sdr. Y menyadari
berbicara dan sering menjawab halusinasinya
dirinya sakit, namun klien mengingkari jika
klien mendengar suara halusinasi tersebut Maka diagnosa keperawatan yang didapat
bahkan klien tidak pernah mau melakukan berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
sholat walaupun klien telah diberi instruksi kepada Tn. R dan Sdr. Y yaitu Perubahan
oleh perawat untuk sholat. Jika diberi Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran.
instruksi untuk sholat, klien selalu
Tindakan keperawatan yang akan
mengatakan bahwa dirinya sedang sakit dan
dilakukan berdasarkan pengkajian yang telah
bernajis maka dari itu klien menyatakan dilakukan pada Tn.R dan Sdr.Y pada tanggal
bahwa dirinya tidak boleh sholat dalam
8 Januari 2018, peneliti menyusun tujuan dan
keadaan seperti sekarang.
rencana tindakan keperawatan untuk
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mengatasi masalah Perubahan Persepsi
tanggal 8 Januari 2018 pukul 08.30 WIB pada Sensori Halusinasi Pendengaran adalah
Tn.R, didapatkan analisa data sebagai berikut: sebagai berikut. Tujuannya yaitu klien dapat
Data Subjektif (DS) klien mengatakan membina hubungan dekat dengan orang lain
mendengar suara orang yang selalu dan mengenali halusinasi, mengontrol
mengajaknya berbicara dan suara itu kadang- halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
kadang adalah suara wanita dan laki-laki. yang bermanfaat (melakukan hal yang disukai
Klien sering merasa terganggu dengan klien, membesihkan lingkungan, menyiapkan
halusinasi nya, klien juga mengatakan jika dan mencuci peralatan makan), dapat
suara itu muncul klien sering merasa telinga mengurangi waktu melamun dan fokus
nya panas dan kepala klien pusing, suara konsentrasi ketika berbicara dengan orang
tersebut seperti diluar kepala namun sangat lain, patuh minum obat serta mengikuti
dekat dengan klien. Klien juga mengatakan program pengobatan secara optimal
jika suara tersebut muncul lebih dominan jika Dari masalah yang telah ditemukan pada
klien sedang sendirian, atau hendak tidur di
klien pertama, peneliti membuat beberapa
malam hari. Data objektif (DO) Klien tampak
rencana tindakan keperawatan yang akan
sering mondar-mandir, kadang menyendiri, dilakukan pada Tn.R antara lain; bina
berbicara dan tertawa sendiri dan terkadang
hubungan dengan klien dengan pendekatan
klien melamun. Bahkan klien tampak sering
sering dan singkat serta komunikasi yang jelas
tertawa sendiri ketika berkomunikasi dengan dan terbuka, observasi perilaku verbal dan
perawat. Konsentrasi klien mudah beralih,
nonverbal klien terkait halusinasi nya,
pandangan mata klien sering kosong.
Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat Vol.2 No.2 (2017) 101-108 | 105
tunjukkan sikap empati dan menerima klien dengan peneliti, suara muncul kurang lebih 10
apa adanya, berikan klien kesempatan untuk menit. Klien mengatakan halusinasi
mendiskusikan halusinasinya, dorong klien berkurang dengan melakukan berinteraksi
mengekspresikan perasaan secara tepat, dengan orang lain dan kegiatan yang klien
identifikasi cara yang dilakukan klien saat sukai. Klien lebih senang jika ditemani
halusinasinya muncul, beri reinforcement ngobrol sehingga suara halusinasi tidak
positif atau pujian jika yang dilakukan klien terdengar kuat. Data objektif : klien kooperatif
bermanfaat dan mampu mengekspresikan dalam berinteraksi, klien tampak aktif dalam
perasaan dengan baik, diskusikan cara baru mengikuti kegiatan di ruangan maupun di luar
untuk mengontrol halusinasi dengan cara ruangan, klien mampu menjawab pertanyaan
mengalihkan perhatian klien dari halusinasi klien, klien tampak senang selalu diajak
dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat dan berinteraksi oleh peneliti. Klien tampak
berinteraksi, libatkan selalu klien dalam mampu menghiraukan halusinasi nya. Klien
aktivitas berbasis realitas, diskusi dengan selalu memiliki topik pembicaraan ketika
klien mengenai pengobatan secara optimal, berinteraksi dengan peneliti. Analisa :
evaluasi dan diskusikan bersama klien halusinasi tidak muncul saat evaluasi.
mengenai upaya yang telah dilakukan dan beri Perencanaan: melaporkan kondisi klien dan
perhatian serta dengarkan setiap hal yang mengembalikan klien ke perawat bangsal
klien ungkapkan. untuk melanjutkan intervensi.
Dari masalah yang telah ditemukan pada Evaluasi pada Sdr. Y maka diperoleh data
klien 2, peneliti membuat beberapa rencana subjektif : klien mengatakan suara muncul
tindakan keperawatan antara lain bina tadi ketika sendiri, suara laki-laki mengajak
hubungan dengan klien dengan pendekatan klien ngobrol. Data objektif : klien tidak
sering dan singkat serta komunikasi yang jelas kooperatif dalam berinteraksi, klien hari ini
dan terbuka, observasi perilaku verbal dan mau melakukan aktivitas dengan instruksi
nonverbal klien terkait halusinasi nya, perawat melakukan kegiatan mencuci piring
tunjukkan sikap empati dan menerima klien dan menyiapkan makanan, ketika didampingi
apa adanya, dorong klien untuk dalam beraktivitas klien tampak tidak
mengekspresikan perasaan secara tepat, beri berhalusinasi, semakin dilakukan pendekatan
perhatian serta dengarkan setiap hal yang klien mau diajak berinteraksi dengan perawat
klien ungkapkan, beri reinforcement positif dan mau menjawab pertanyaan perawat
atau pujian jika yang dilakukan klien dengan jawaban yang tepat dan singkat, klien
bermanfaat dan mampu mengekspresikan mau beergabung dengan teman dan perawat.
perasaan dengan baik, orientasikan klien pada Klien tampak lebih sedikit terbuka ketika
realita dan beri umpan balik berdasarkan berinteraksi dan dan diberi pertanyaan.
situasi pada saat itu, monitor dan atur tingkat Analisa : halusinasi tidak muncul saat evaluasi.
aktivitas dan stimulasi lingkungan, berbicara Klien mau terlibat beraktivitas dengan
dengan klien saat mengalami halusinasi instruksi. Klien lebih terbuka dalam
secara aktif, libatkan klien dalam aktivitas berinteraksi dan klien mau minum obat teratur.
terjadwal berbasis realitas yang mungkin Perencanaan: melaporkan kondisi klien dan
mengalihkan perhatian dari halusinasinya, mengembalikan klien ke perawat bangsal
motivasi klien untuk minum obat secara untuk melanjutkan intervensi.
teratur, evaluasi nonverbal mengenai upaya
Didapatkan skor dari kuesioner PSYRATS
yang telah dilakukan klien.
yang dilakukan pada Tn. R yaitu 25
Hasil evaluasi yang didapatkan sedangkan Sdr. Y jumlah nya 18.
berdasarkan tindakan keeperawatan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat oleh
IV. PEMBAHASAN
peneliti yaitu pada Tn. R yaitu diperoleh data Berikut dalam bab pembahasan ini peneliti
subjektif (DS): klien mengatakan suara akan membandingkan serta membahas
muncul saat klien akan tidur dan saat klien mengenai hasil analisa peneliti serta temuan
menyendiri dan saat tadi pagi berinteraksi yang peneliti temukan berkaitan dengan
106 | Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat. Vol.2 No.2 (2017) 101-108
proses asuhan keperawatan pada Tn.R dan Selain itu, peneliti mendapatkan temuan
Sdr.Y dengan perubahan persepsi sensori dari respon yang ditunjukkan klien ketika
halusinasi pendengaran pada skizofrenia di dilakukan asuhan keperawatan. Respon yang
bangsal Basukarna RSJ Prof.dr.Soerojo ditunjukkan dari kedua klien sangat berbeda,
Magelang. Pembahasan difokuskan pada satu klien menjunjukkan penerimaan ketika
aspek proses asuhan keperawatan mulai dari berkomunikasi dengan peneliti dalam
pengkajian, analisa data, perumusan masalah, pemberian asuhan keperawatan dan yang satu
perancanaan tindakan keperawatan, tampak menghindar ketika proses asuhan
pelaksanaan tindakan keperawatan, hingga keperawatan. Dalam Hal ini juga sependapat
evaluasi yang dikaitkan dengan masalah dengan penelitian Saputri (2016), bahwa
halusinasi pendengaran. seseorang tersebut akan mempunyai dunianya
sendiri, dunia imajinasi maupun dunia
Peneliti memperoleh temuan yaitu daya
halusinasi ataupun dunia yang hanya dia
tilik diri klien, yang mana sangat
mempengaruhi peneliti selama proses seorang yang mengalami tanpa ada orang lain
yang mengalami. Dan dia menjadi cenderung
pemberian asuhan keperawatan pada Tn. R
sulit bersosialisasi dengan masyarakat dan
dan Sdr. Y. Menurut peneliti, penilaian klien
terhadap diri sendiri dan penyakitnya sangat lebih memilih untuk menjauh dan hanya hidup
di alam pikirannya sendiri.
berpengaruh karena hal ini dapat
menyebabkan terjadinya hambatan Dari kedua hal tersebut maka peneliti
komunikasi selama berinteraksi antara klien memilih untuk selalu mengobservasi respon
dan perawat ketika melakukan asuhan nonverbal klien secara aktif pada klien yang
keperawatan. Hal ini sejalan dengan pendapat memiliki hambatan dalam berkomunikasi,
Imron (2011), bahwa daya tilik diri adalah sedangkan klien yang satu diobservasi respon
kemampuan menilai diri, mengevaluasi verbalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
intrapersonal, mengukur kelebihan dan dari Videbeck (2010), bahwa komunikasi non
kelemahan, menerima semua yang ada pada verbal sama penting dengan komunikasi
diri. Kemampuan menilai internal ini menjadi verbal. Diperkirakan bahwa 45% maksud
penting, karena kesalahan menilai diri akan disampaikan dengan kata-kata dan isyarat
membuat gangguan interaksi sosial maupun paralinguisti, seperti nada suara, dan 55% oleh
interpersonal. Evaluasi internal membuat isyarat tubuh.
seseorang assertive terhadap kritik, siap
Berdasarkan data yang didapat dari
mundur jika memang tidak dianggap kapabel,
pengkajian, peneliti menegakkan diagnosa
siap menerima kekalahan, penolakan, keperawatan menggunakan diagnosa
kegagalan dengan respon yang wajar tanpa
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
ego mechanism defence yang berlebihan.
(PPNI) tahun 2017, yaitu perubahan persepsi
Selain itu, kesalahan dalam penilaian sensori halusinasi. Peneliti memprioritaskan
terhadap diri sendiri dapat disebabkan satu masalah keperawatan maka disini peneliti
berbagai faktor seperti usia dan status akan fokus mengatasi masalah keperawatan
perkawinan. Hal ini seperti yang dilakukan tersebut dengan intervensi yang sesuai dengan
dalam penelitian Hastuti dan Setianingsih keadaan klien yang mengalami halusinasi.
(2016) bahwa pengaruh penilaian terhadap
Implementasi yang diberikan oleh kedua
diri sendiri dapat dipengaruhi oleh usia yaitu
klien dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan
pada usia sekitar 18 – 55 tahun, usia respon yang muncul ketika peneliti mengkaji,
perkembangan dewasa ini mempengaruhi
menegakkan diagnosa sampai menulis
kognitif dan perilaku klien terhadap kejadian
intervensi. Hal ini dilakukan peneliti untuk
dan perasaan yang dialami klien. Sedangkan menghindari adanya penolakkan dari klien
pada status perkawinan, daya tilik diri pada
karena tindakan yang tidak sesuai kondisi
klien dengan status sudah menikah atau
klien sebenarnya. Tampak dari penolakan
pernah menikah, cenderung lebih menerima dalam pengkajian bahwa klien menganggap
apa yang ada pada diri karena lebih
halusinasi yang dialaminya bukan suatu hal
termotivasi dari anggota keluarganya.
Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat Vol.2 No.2 (2017) 101-108 | 107
yang mengganggu nya. Maka pengaruh Selain itu, evaluasi berdasar hasil
perbedaan daya tilik diri serta respon kedua pengkajian mengenai halusinasi pada kedua
klien menjadi pertimbangan penting dalam klien dilakukan dengan kuesioner PSYRATS,
memberikan tindakan keperawatan kepada namun peneliti mengalami kesulitan ketika
kedua klien tersebut termasuk dalam proses kuesioner tersebut diterapkan pada salah satu
mengontrol halusinasi klien sesuai dengan klien yang masih nyaman dengan
kemampuan klien. Hal ini sesuai pendapat halusinasinya sehingga klien masih enggan
Stuart (2009) bahwa klien halusinasi memiliki menjawab mengenai suara halusinasi yang di
karakteristik yang berbeda-beda pada tahap dengarnya, klien hanya mau mengungkapkan
intensitas yang berbeda-beda sehingga apa yang di dengar jika tidak diberi
membutuhkan cara kontrol halusinasi yang pertanyaan. Peneliti menyarankan jika
berbeda. Teknik kontrol harus disesuaikan menggunakan kuesioner ini kurang efektif
dengan kemampuan klien dalam mengontrol maka bisa denganmengganti kuesioner lain
serta waktu munculnya halusinasi. Serta sesuai dengan kondisi klien, namun disini
sejalan dengan penelitian Mida (2017) bahwa peneliti belum menemukan kuesioner yang
rendahnya daya tilik diri pada pasien tepat, maka peneliti menyarankan juga
Skizofrenia salah satunya disebabkan adanya kuesioner ini bisa diterapkan pada klien
gangguan kognitif pasien serta munculnya dengan lebih banyak melihat respon
halusinasi pada diri pasien. nonverbal pada saat pengkajian dan evaluasi
Maka peneliti juga menyarankan, bahwa menggunakan kuesioner ini seperti melihat
durasi, frekuensi, ketidaknyamanan, kerasnya
klien dengan gangguan daya tilik diri, dapat
suara, kemampuan mengendalikan suara
diberikan tindakan dengan terapi perilaku
halusinasi tersebut.
kognitif. Menurut Frogatt (2008), gejala
halusinasi klien dapat menurun karena pada V. KESIMPULAN
prinsipnya terapi CBT berfungsi merubah
Sebelum dilakukan tindakan pada Tn.R
fungsi berpikir klien ke arah yang positif dan
dan Sdr. Y, klien pertama mau berinteraksi,
akhirnya menimbulkan perasaan yang
klien menggunakan teknik mengontrol
menyenangkan. Perasaan yang timbul dari
halusinasi dengan diam dan harus mengikuti
cara berpikir positif akan membuat klien
kegiatan dengan instruksi perawat, dan klien
berperilaku konstruktif sehingga meskipun
menyalahkan penyebab sakitnya diluar
klien mengalami halusinasi namun kejadian
dirinya sedangkan klien kedua masih nyaman
itu tidak sampai membuat klien berpikir
dengan halusinasinya, jarang berinteraksi
negatif tentang dirinya. Selain itu, perawat
dengan orang lain, dan menyadari bahwa
juga bisa melakukan tindakan kolaborasi
dirinya sakit
dengan tenaga medis dalam pemberian terapi
obat yang dapat membantu gangguan daya Setelah diberikan Asuhan Keperawatan
tilik yang ada pada klien. Sesuai hal yang pada kedua klien dengan intervensi
dikemukakan Rasmun (2007), modifikasi yang menyesuaikan dengan
penatalaksanaan medis yaitu pemberian obat respon verbal maupun nonverbal yang
anti psikotik Clorpromazine (CPZ) memiliki ditunjukkan klien, peneliti menganggap lebih
indikasi untuk syndrome psikosis yaitu efektif karena tidak memaksakan untuk
berdaya berat dalam kemampuan menilai menyangkal pengalaman halusinasi yang
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai dialami klien, dan adanya perubahan
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya keduanya sebelum dan setelah dilakukan
berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, tindakan
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku Pada klien pertama sering dan mau
yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat berdiskusi dan terlibat langsung melakukan
dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak teknik mengontrol halusinasi sedangkan pada
mampu bekerja, hubungan sosial dan klien kedua setelah dilibatkan langsung dalam
melakukan kegiatan rutin. kegiatan dan didampingi perawat,
berkomunikasi sering dan singkat dan teknik
108 | Novitri Andalusia, Suyanta, Erna Erawati, Angga Sugiarto / Indonesia Jurnal Perawat. Vol.2 No.2 (2017) 101-108
mengontrol halusinasi menunjukkan Rasmun,(2007). Keperawatan Kesehatan
perubahan klien, klien menjadi lebih ada Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
kemauan untuk mengontrol halusinasi dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan
kegiatan yang bermanfaat dengan Keperawatan dan Analisa Proses
pendampingan klien dan sedikit mau Interaksi (API). Jakarta : fajar
mengungkapkan perasaan pada perawat Interpratama.
mengenai halusinasinya. Riskesdas. (2013). Badan Pelaksana
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Riset Kesehatan Dasar
(online).
Atmojo, Wahyu Tri. (2017). Komunikasi http://www.depkes.go.id/resources/down
Personal pada Studi Pendahuluan. load/general/Hasil%20Riskesdas202013.
(Novitri A, Interviewer). pdf. Diakses tanggal 9 November 2017.
Erawati E, Keliat, B, A., & Daulima, N. Stuart,Gail W. (2013). Buku Saku
(2014). The validation of the Indonesian Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC.
version of psychotic symptoms rating
scale (PSYRATS). the cognitive bias Stuart,Gail W.(2016). Prinsip dan Praktik
questionnaire for psychosis (CBQP) and Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 1.
metacognitive ability queationnaire Singapura: Elsevier.
(MAQ). International Journal Advancd Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar
of Nursing Sains (IJANS), 3 (online), Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental
http://www.sciencepubco.com/index.php Health Nursing) (Terjemahan). Jakarta:
/IJANS/article/view/3132. diakses pada EGC.
tanggal 5 Januari 2018 Wahyuni, Sri Eka, Keliat, Yusron, Herni
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Susanti. (2011). Penurunan Halusinasi
Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Pada Klien Jiwa Melalui Cognitive
Yogyakarta: Andi. Behavior Theraphy (online).
O’Brien, Patricia G, Winifred Z. Kennedy, ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/
Karen A. Ballard. (2014). Keperawatan blb/article/view/3298. Diakses pada 29
Kesehatan Jiwa Psikiatri : Teori & Desember 2017
Praktik. Jakarta: EGC. Yosep, H Iyus dan Sutini, Titin. (2014). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai