Anda di halaman 1dari 7

Health Information : Jurnal Penelitian

Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

PENERAPAN INTERVENSI MANAJEMEN HALUSINASI


TERHADAP TINGKAT AGITASI PADA PASIEN
SKIZOFRENIA
1
Fitri Wijayati, 1Nurfantri, 1 Gita putu chanitya devi

1
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

ABSTRAK
Skizofrenia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
prilaku yang signifikan seseorang yang mengalami gangguan ini menjadi lupa
diri, berprilaku tidak wajar, mencederai diri sendiri, mengurung diri, tidak
mau bersosialisasi, tidak percaya diri dan sering kali masuk ke alam bawah
sadar dalam dunia fantasi yang pennuh delusi dan halusinasi. Penelitian studi
kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk
melakukan penerapan intervensi manajemen halusinasi terhadap tingkat
agitasi pada pasien dengan halusinasi pendengaran Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran yang
kooperatif Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh
pemberian terapi bercakap ± cakap dengan orang lain terhadap tingkat agitasi
gelisah dan insomnia. Dalam sembilan hari intervensi, untuk tingkat agitasi
gelisah menunjukan skala 4 kategori ringan dan untuk tingkat agitasi
insomnia menunjukan skala 3 kategori sedang. Saran diharapkan peneliti
selanjutnya dapat menggunakan sebagai pedoman dalam melakukan
penerapan manajemen halusinasi pada pasien skizofrenia.

Kata kunci : Terapi bercakap ± cakap dengan orang lain, skizofrenia,


halusinasi pendengaran, tingkat agitasi.

13
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

A. PENDAHULUAN dikarakteristikkan dengan agitasi.


Gangguan jiwa merupakan Agitasi mempunyai bermacam-
perilaku yang umumnya muncul macam manifestasi melalui
karena kelainan mental yang banyaknya penyakit-penyakit
bukan bagian dari perkembangan psikiatrik. Gambaran agitasi yang
norma manusia. Biasanya sering dijumpai pada skizofrenia,
penyakit mental menyerang gangguan bipolar, dan demensia,
perasaan dan fikiran seseorang, termasuk aktivitas motorik dan
yang dapat mempengaruhi seluruh atau verbal yang berlebihan,
bagian tubuh. Seseorang yang iritabilitas, ketidakkooperatifan,
sedang mengalami gangguan jiwa ledakan (outburst) vokal atau
biasanya akan mengalami mencaci-maki, sikap atau kata-
kesulitan tidur, perasaan tidak kata yang mengancam, perusakan
tenang dan berbagai gangguan fisik, dan penyerangan.
lain. Gangguan jiwa adalah cara Halusinasi jika tidak segera
berfikir (cognitive), kemauan diatasi akan menimbulkan
(volition), emosi (affective), beberapa resiko yang berbahaya,
tindakan (psycomotor). Maramis diantaranya perilaku kekerasan
(2012. yang berakibat sampai pada
Berdasarkan data yang menciderai diri sendiri, orang lain,
didapatkan di rumah sakit jiwa dan lingkungan (maramis,2005.
Sulawesi Tenggara, jumlah pasien Dalam Kristiadi,dkk,2015). Oleh
rawat inap pada tahun 2016 karena itu, perlu dilakukan suatu
mencapai 869 dan di tahun 2017 tindakan yang dapat mengatasi
mengalami peningkatan menjadi dan mengontrol halusinasi. Dalam
1054 pasien, terdiri dari Nuring Interventions
skizofrenia berjumlah 800 pasien, Classification (NIC) edisi keenam
gangguan mental 40 pasien, dalam diagnosa Konfusi akut
episode depresi 29 pasien, terdapat intervensi Manajemen
gangguan hiperkinetik 9 pasien, Halusinasi.
sindrom amnestik 4 pasien, Manajemen halusinasi adalah
gangguan mental 4 pasien, suatu cara meningkatkan
demensia 3 pasien, gangguan keamanan, kenyamanan, dan
psikotik 1 pasien, gangguan orintasi realita pada klien yang
anxietas fobik 1 pasien,dan mengalami halusinasi, Salah satu
retardasi mental 1 pasien. Dari cara mengontrol halusinasi yang
data tersebut dapat di simpulkan dilatihkan kepada pasien adalah
bahwa di Sulawesi Tenggara melakukan aktivitas bercakap ±
banyak orang yang menderita cakap dengan ornag lain. Kegiatan
skizofrenia. ini dilakukan dengan tujuan
Menurut Diagnostic and tujuan untuk mengurangi resiko
Statistical Manual of Mental halusinasi muncul lagi yaitu
Disorders, Fourth Edition (DSM- dengan prinsip menyibukkan diri
IV) dari American Psychiatric melakukan aktivitas bercakap ±
Association, pada sejumlah cakap dengan orang lain(Yosep,
gangguan psikiatrik seperti 2011).
skizofrenia terdapat gangguan
perilaku yang kompleks yang

14
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

B. Metode Penelitian menegakan diagnosa konfusi akut,


Penelitian studi kasus ini berdasarkan Nursing Intervention
msenggunakan desain penelitian Classification (NIC) Penerapan
deskriptif. Penelitian dilakukan di intrvensi manajemen halusinasi
ruangan Melati Rumah Sakit Jiwa dengan melibatkan klien dalam
provinsi Sulawesi Tenggara aktivitas berbasis realita yang
selama 9 hari. Sampel penelitian mungkin mengalihkan perhatian
ini adalah pasien yang dirawat dari halusinasi yaitu bercakap ±
pada waktu jadwal penelitian cakap dengan orang lain dapat
dengan karakteristik responden mengurangi tingkat agitasi,
yaitu, dikhususkan pada pasien penerapan dilakukan selama 9
jiwa yang terdiagnosa medis hari dari pukul 08:00 ± 15:00
skizofrenia dengan gejala Wita, dengan hasil yang diperoleh
halusinasi pendengaran. peneliti meliputi :
menggunaka instrumen dan
Kriteria Hari Rawat
wawancara observasi sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Skala
instrumen penelitian ini. Alat ukur Gelisah 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4
yang digunakan yaitu wawancara Insomnia 1 1 1 1 1 1 0 0 0 3
langsung secara terstruktur
dengan pedoman wawancara
berdasarkan NIC dan NOC yang Dari tabel 4.1 di atas dapat
dilakukan dengan pasien dengan dilihat bahwa untuk tingkat agitasi
mewawancarai tentang jenis gelisah pada hari pertama sampai
halusinasi, isi halusinasi, waktu, hari ke tigat klien menunjukan skor 1
frekuensi, dan situasi munculnya (klien mengalami gejala tersebut )
halusinasi serta mengkaji respon dan pada hari ke empat sampai
terhadap halusinasi berapa banyak ksembilan klien menunjukan skor 0
kejadian halusinasi yang dialami (tidak mengalami gejala tersbut).
oleh pasien dalam satu hari. Dari hasil tersebut klie menun
menunjukan skala 4 (ringan).
C. Hasil Dan Pembahsan Untuk tingkat agitasi
Hasil pengkajian Inisial Tn.S jenis insomnia pada hari pertama sampai
klamin laki ± laki, Tanggal hari ke enam klien menunjukan skor
Pengkajian 23 April 2019, Umur 1 (klien mengalami gejala tersebut )
25 tahun, RM No 066386. alasan dan pada hari ke lima sampai
masuk Klien mengatakan sering ksembilan klien menunjukan skor 0
mengdengar suara yang (tidak mengalami gejala tersbut).
menyuruhnya melakukan sesuatu, Dari hasil tersebut klie menun
klien melukai diri sendiri denga menunjukan skala 3 (cukup berat).
membongkar rumah kakaknya dan
sering mengamuk. D. Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan data dari pengkajian Hasil penelitian penerapan
yang dilakukan merujuk pada manajemen halusinasi terhadap
batasan karakteristik konfus akut tingkat agitasi yang dilakukan
pada diagnosa keperawatan selama 9 hari dari tangggal 24
NANDA, maka terdapat april ± 2 mei 2019 pada satu
kesesuaian data dan diagnosa klien dengan diagnosa
keperawatan tersebut. Peneliti skiizofrenia resudual dimana klien

15
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

masih mengalami gejala positif di berbicara sendiri, mengeluarkan


ruang melati rumah sakit jiwa suara mengerang atau memanggil,
provinsi sulawesi tenggara tidak dapat duduk dengan tenang,
berhasil dilakukan. Klien dan berprilaku tidak wajar yaitu
merupakan pasien berulang, klien menendang trali jendela. Klien
sebelumnya pernah dirawat mengalamai gejala tersebut saat
selama 2 bulan dan kemudian halusinasinya datang sehingga
masuk lagi kerena mendengar klien tidak dapat mengontrol
suara ± suara yang menyuruhnya dirinya. Pada hari pertama
berbuat kekerasan. klien telah halusinasi muncul sebanyak 2 kali
dirawat selama 16 hari di ruang yaitu pagi hari jam 11.00 dan
akut karena putus obat. Klien 02.00 dini hari, sedangkan pada
telah mendapatkan terapi obat dan hari ke 2, halusinasi muncul pada
terapi halusinasi lainya seperti jam 10.30 klien terlihat berbicara
menghardik, berolah raga, dan sendiri, berteriak, berjalan
memukul bantal. mengelilingi ruangan dan
Selama menjalani perawatan melompat ± lompat. Klien
klien dikategorikan mengalami berhenti melakukan kegiatan
tingkat agitasi yang tinggi terebut saat peneliti memutuskan
ditandai dengan klien berbicara halusinasinya dengan
sendiri dan tertawa sendiri. Hal ini memanggilnya dan mengajaknya
sesuai dengan pendapat Direja bicara. Dan pada malam hari jam
(2011) bahwa diagnosa halusinasi 11.30 halusinasinya muncul.
pendengaran dirumuskan jika Sedangkan pada hari ke 3
pasien mengalami tanda-tanda halusinasi datang pada jam 14.00,
seperti pasien mendengar suara dimana klien terlihat berbicara
ataukegaduhan, mendengar suara sendiri, berteriak, dan memukul
yang mengajak bercakap-cakap, pintu besi mencoba untuk kluar
mendengar suara yang menyuruh serta memanjat pada jendela.
melakukan sesuatu yang Gejala yang dialami hilang saat
berbahaya, bicara atau tertawa petuga memanggil namanya dan
sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyuruhnya tenang kemudian
mengarahkan telinga ke arah petugas menajaknya bercerita
tertentu, menutup telinga. tantang halusinasinya. Pada hari
Tingkat agitasi adalah ke 4 ± 9 klien tidak mengalami
keparahan gangguan fisiologis gejala tersebut. hal ini
dan prilaku akibat stres atau dikarenakan setelah diberikan
pemicu biokimia (Moorhead terapi, pasien sering
Sue,ddk.2013). dalam penelitian berkomunikasi dengan perawat
ini, tingkat agitasi yang akan dan temanya di ruangan, pasien
diukur dengan : gelisah dan memiliki kemampuan untuk
insomnia. mengontrol halusinasi,
Untuk tingkat agitasi gelisah meningkatkan kemapuan koping
setelah 9 hari dilakukan terapi pada pasien sehingga mampu
klien mnunjukan skala 4 ringan untuk menurunkan frekuensi
dimana klien mengalami gejala halusinasi yang ada pada diri
gelisah selama 3 hari. Gejala pasien dan mengurangi
gelisah yang ditunjukan meliputi kegelisahan yang di alami pasien.

16
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

Seiring dengan teori menurut hari. Hal ini terjadi karena klien
Nasir (2009) dalam Nasir dan tidak mampu memutus
Muhith (2011), strategi halusinasinya, klien belum
pelaksanaan komunikasi berperan mampu menerapkan terapi yang
penting dalam asuhan diajarkan kerena pada malam hari
keperawatan jiwa, dengan alasan pasien lainya juga beristirahat.
komunikasi mampu mendukung Pada hari k 2 halusinasinya
stabilitas emosi pasien, karena muncul pada malam hari jam
dengan komunikasi pasien mampu 11.30 sehingga klien baru bisa
berhumbungan dengan orang lain tertidur pada jam 03.00 dini hari.
dalam memenuhi kebutuhan Hal ini terjadi karena klien
dasarnya dan pasien juga butuh mampu memutus halusinasinya
penguatan untuk mempertahankan dengan membangunkan temanya
diri melalui komunikasi yang dan mengajaknya berbicara.
efektif. Pada hari ke 3 hingga hari ke
Halusnasi yang dialami klien 6 klien sering mengkonsumsi kopi
juga berdampak pada kualitas di malam hari, sehingga klien
tidur klien, Klien mengalami baru tertidur pada jam 12.00 ataun
Insomnia, insomnia merupakan jam 01.00 dini hari. Halusinasinya
kodisi yang menggambarkan tidak lagi muncul pada malam
seseorang susah untuk tidur. Pada hari hal ini dipengaruhi juga
pasien yang mengalami halusinasi pemberian obat rutin yang
pendengaran kesulitan untuk tidur diberikan. Obat yang diberikan
karena di pengaruhi beberapa saat ini adalah Chlorpromazine
faktor meliputi faktor presipitasi (CPZ) 100 mg/12 jam, dan obat
dari kebutuhan tidur, faktor ini berwarna orange digunakan
presipitasi konsumsi kopi, faktor untuk psikosis hiperaktif,
presipitasi dari kecemasan, dan skizofreni dini, ansietas, mual,
faktor presipitasi dari lingkungan muntah yang bersifat
(Sulaeman Engkeng,2013). sentral,mabuk perjalanan,
Pada hari pertama sampai singultus. Kontra indikasi:
hari ke enam klien menunjukan penyakit hati, koma, penderita
gejala insomnia. Hal ini dengan terapi depresan sistem
dipengaruhi oleh factor internal saraf pusat. Efek samping:
maupun factor eksternal, berupa kadang-kadang takikardia, rasa
kondisi lingkungan pasien yang kering pada mulut dan
ribut dan bau yang kurang enak tenggorokan. Risperidone 2 mg/12
dan klien sering mengkonsumsi jam, obat ini berwarna putih
kopi pada malam hari. Selain itu kekuningan digunakan untuk
halusinasi yang dialami juga skizofrenia akut dan kronik,
mengganggu kualitas tidur klien, psikosis yang lain dengan gejala
halusinasi yang dialami biasanya positif (halusinasi, delusi,
muncul pada dini hari sehinga gangguan pola pikir, kecurigaan)
klien terbangun dan tidak bisa dan atau negatif (afek tumpul,
tidur sampai pagi hari. Dilihat menarik diri secara sosial dan
pada hari pertama halusinasi emosional serta sulit berbicara)
muncul pada jam 02.00 sehingga yang nyata. Mengurangi gejala
klien tidak bisa tidur hingga pagi afektif (depresi, perasaan bersalah

17
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

dan cemas) yang berhubungan frekuensi halusiansi sebelum


dengan skizofrenia. Kontra diberikan terapi individu dengan
indikasi: hipersensitif terhadap pendekatan strategi pelaksanaan
risperidon. Gejala komunikasi dengan sesudah
ekstrapiramidal, peningkatan berat diberikan terapi.
badan. (Kasim, Fauzi dan Yulia
Trisna, 2013). E. Kesimpulan
Menurut Purba (2009) Berdasarkan penelitian
dengan terapi bercap ± cakap ini tentang penerapan intrvensi
dapat membentuk kepercayaan manajemen halusinasi dengan
pasien dengan perawat, pasien melibatkan klien dalam aktivitas
dengan temanya, pasien berbasis realita yang mungkin
menyadari bahwa yang mengalihkan perhatian dari
dialamanyi tidak ada obyeknya halusinasi yaitu bercakap ± cakap
dan harus diatasi, dan pasien dengan orang lain pada pasien
mampu mengontrol halusinasinya. skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Penerapan terapi manajemen Provinsi Sulawesi Tenggara
halusinasi dengan melibatkan selama 9 hari dari tanggal 24 april
klien dalam aktivitas berbasis ± 2 mei 2019 di Ruang Melati
realita yang mungkin Rumah Sakit Jiwa Privinsi
mengalihkan perhatian dari Sulawsi Tenggara dengan kasus
halusinasi yaitu bercakap ± cakap Skizofrenia Residual maka dapat
dengan orang lain dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
mengurangi tingkat agitasi yang terapi bercakap ± cakap dengan
dialami pasien dengan halusinasi orang lain terhadap tingkat agitasi
pendengaran. Kunci dari terapi ini gelisah dan insomnia. Pasien
adalah bagaimana pasien dapat skizofrenia yang salah satu
mengungkapkan perasaanya, gejalanya yaitu adanya halusinasi
dapat mengungkapkan perilaku ditandai dengan pada saat tidak
yang diperankannya dan melakukan aktivitas pasien
menilainya sesuai dengan kondisi terlihat berbicara sendiri, mulut
realitas. Essensi dari terapi komat-kamit, berjalan mondar
individu mencakup seluruh aspek mandir, dan berteriak sedangkan
kehidupan yang menjadi beban pada saat pasien melakukan
psikisnya. Hal ini memungkinkan aktivitas seperti berceritta kepada
dalam proses terapi individu teman pasien terlihat sibuk
masalah yang terjadi pada pasien dengan kegiatan yang dia lakukan
akan dieksplorasi oleh perawat sehingga pasien dapat teralihkan
sampai pada titik permasalahan dari halusinasinya dan tidak
yang krusial dan didiskusikan memiliki kesempatan untuk
sesuai dengan situasi, kondisi, mendengarkan suara-suara tidak
serta kemampuan yang dimiliki nyata yang sering muncul.
pasien (Nasir dan Muhith, 2011).
Hasil penelitian ini juga F. DAFTAR PUSTAKA
sejalan dengan penelitian Elyani Arif, I S. 2006. Skizofrenia.
(2011) di Rumah Sakit Jiwa Bandung: PT.Refika Aditama
Surakarta, menunjukan adanya
perubahan yang signifikan antara

18
Health Information : Jurnal Penelitian
Volume 11 no 1 Juni 2019 p-ISSN: 2085-0840: E-ISSN: 2622-5905

Bulechek.2013.Nursing Interventions Moorhead Sue,ddk.2013. Nursing


Classication (NIC).edisi Outcomes Classification
enam.Jakarta:EGC (NOC),edisi lima,
Direja, Ade Herman S.2011. Buku Indonesia
Ajar Asuhan keperawata Edition.Indonesia.Mocome
Jiwa. Yogyakarta.Nuha dia.
Medika Nanda. (2015). Diagnosis
Keliat B, ddk. 2006, Proses Keperawatan Definisi &
Keperawatan Jiwa Edisi II. Klasifikasi 2015-2017 Edisi
Jakarta. EGC 10 editor T Heather
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Herdman, Shigemi
Dasar ; Riskesdas. Jakarta Kamitsuru. Jakarta: EGC
: Balitbang Kemenkes RI Notoatmojo, S. 2010. Metodologi
Maramis. 2012. Catatan Ilmu Penelitian kesehatan.
Kedokteran Jiwa (Edisi 2). Jakarta : Rineka Cipta
Surabaya. Airlangga Stuart, G,W.2007. Buku Saku
Maramis F.W. 2005. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Edisi
Kedokteran Jiwa. 5.Jakarta:EGC
Surabaya: Airlangga Nurarif, A.H. dan Kusuma, H.
University Perss 20015. Aplikasi Asuhan
Muhith, A. (2015). Pendidikan keperaatan Berdasarkan
Keperawatan jiwa ( teori Diagnosa Medis
dan aplikasi ).
Yogyakarta: Andi
dan NANDA,NIC, NOC.
Yogyakarta:MediAction
Sumiati. 2009. Kesehatan jiwa
remaja dan Konseleing.
Jakarta.Tans info Media
Suliswati, dkk. (2005). Konsep
Dasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Jakarta :
EGC
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta
: EGC.
WHO. World Health Statistic 2016 :
World Health Organization ;
2016
Yosep, I, 2009, keperawatan Jiwa,
Edisi Revisi, Bandung : Revika
aditama

19

Anda mungkin juga menyukai