Anda di halaman 1dari 7

Nama : Shofa Nazhroh Hanifah

Nim : P2.06.20.5.19.037
Matkul : Keperawatan Jiwa
Tugas : Resume Materi

A. Falsafah Keperawatan Jiwa


Falsafah keperawatan jiwa adalag pandangan dasar tentang hakikat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Tujuan
falsafah keperawatan yaitu mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan jiwa antara lain (
Depkes RI 2020) :
1. Individu memiliki harkat dan martabat masing – masing individu perlu dihargai.
2. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
3. Masing – masing individu memiliki potensi untuk berubah
4. Masing – masing orang memiliki kebutuhan dasar yang sama
B. Legal Etik Keperawatan Jiwa
Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab membantu tiga peran legal
yaitu: perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai, dan
perawat sebagai warga negara. Perawat mungkin akan mengalami konflik antara ketiga hak
dan tanggung jawabnya. Penilaian keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan
yang teliti dalam konteks asuhan keperawatan, konsekuensi yang mungkin terjadi akibat
tindakan seseorang, dan alternatif tindakan yang mungkin dilakukannya (Stuart &
Sundeen, 1995).
Keterampilan utama yang harus dimiliki oleh perawat psikiatri dalam praktiknya menurut
Robert (2002) dalam Stuart & Laraia ( 2005), yaitu:
1. Mampu untuk mengenali pertimbangan etik dalam praktik psikiatri, meliputi bekerja
dengan pengetahuan mengenai konsep etik sebagai dasar aplikasi dalam memberikan
pelayanan pada penyakit mental
2. Mampu menyadari mengenai nilai-nilai diri sendiri, kekuatan, dan penyimpangan
penyimpangan sebagaimana aplikasi dalam merawat pasien, meliputi kemampuan
untuk mengenal rasa ketidaknyamanan dirinya sendiri sebagai satu indikator dari
potensial masalah etik.
3. Mampu untuk mengidentifikasi keterbatasan keterampilan dan kompetensi klinik yang
dimilikinya
4. Mampu untuk mengantisipasi secara spesifik adanya dilema etik dalam perawatan
5. Mampu untuk mengkaji sumber-sumber etik di klinik, untuk memperoleh konsultasi
etik, dan untuk mengkaji supervisi berkelanjutan untuk kasus sulit
6. Mampu untuk mengenal perlindungan tambahan dalam perawatan klinik pasien dan
memonitor keefektifannya.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Stuart & Laraia (2005) bahwa langkah-langkah dalam
penyelesaian dilema etik dan pengambilan keputusan etik, dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Langkah pertama dapatkan informasi yang menjadi latar belakang terjadinya masalah
untuk memperoleh kejelasan gambaran masalah
2. Langkah selanjutnya adalah identifikasi komponen dari etik atau asal dari dilema, seperti
kebebasan berlawanan dengan paksaan atau tindakan perawatan berlawanan dengan
penerimaan hak untuk menolak tindakan
3. Langkah ketiga adalah klarifikasi mengenai hak dan tanggung jawab terkait dengan
semua agen etik atau yang meliputi pengambilan keputusan
4. Semua pilihan yang mungkin harus diekplorasi dengan kejelasan mengenai tanggung
jawabnya pada setiap orang, dengan tujuan dan kemungkinan yang timbul dari setiap
pilihan yang ada
5. Perawat kemudian terlibat dalam aplikasi prinsip, dengan berdasar dari falsafah
keperawatan, pengetahuan keilmuan, dan teori etik.
Ada empat pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Utilitarianism, yang berfokus pada konsep tindakan
b) Egoismmerupakan posisi yang mana individu mencari solusi yang terbaik secara
personal
c) Formalism,pertimbangan dari asal tindakan itu sendiri dan prinsip yang ada
d) Fairnessmerupakan dasar dari konsep keadilan, dan manfaat terkait dengan keuntungan
sesuai dengan norma yang menjadi dasar masyarakat dalam pengambilan keputusane)
Langkah terakhir, yaitu resolusi dalam tindakan. Berhubungan dengan konteks harapan
sosial dan kebutuhan legal, keputusan perawat dengan tujuan dan metode yang
diimplementasikan.
Sedangkan aspek legal untuk kesehatan mental psikiatri menurut Townsend (2005),
meliputi:confidentiality and right to privacy (kerahasiaan dan hak atas privacy),informed
consent, restrain and seclusion. Menurut Hamid (2005) prinsip etik dalam kesehatan jiwa
terkait dengan hak klien, adalah:
1) self determination; menolak tritmen, mencari saran/pendapat, memilih bentuk tritmen
lain
2) Informed concent
3) Least restrictive environment/pengekangan seminimal mungkin
4) Tidak bersalah karena gangguan jiwa
5) Hukum dan sistem perlindungan klien gangguan jiwa
6) Keputusan berorientasi pada peningkatan kualitas kehidupan klien

C. EBN Keperawatan Jiwa


A. Jurnal 1
1. Judul jurnal : Pengaruh Terapi Tought Stopping terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi pada Pada Pasien Skizofrenia
2. Penulis : Retno Twistiandayani
3. Tahun Terbit : 2013
4. Tujuan penelitian : Menjelaskan pengaruh thought stopping terhadap kemampuan
pasien dalam mengontrol halusinasi
5. Desain penelitian : Quasy experimental pre – post – test with control group
6. Polusi : 86 pasien skizofrenia yang berobat di Poli Jiwa RS Kabupaten
Gresik.
7. Sampel : 30 pasien rawat jalan di Poli Jiwa RS Kabupaten Gresik
8. Sampling : Purpose Samplig
9. Intervensi : Terapi Thought Stopping
10. Jangka waktu : 15 menit
11. Pengukuran : Observasi dan wawancara terstruktur
12. Hasil penelitian : Terdapat pengaruh terapi thought stopping terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di Poli Jiwa Rs Kabupaten Gresik.
B. Jurnal 2
1. Judul jurnal : Penerapan Terapi Music Klasik pada Pasien Skizofrenia dengan
Masalah Keperawatan Halusinasi di Ruang Flamboyant RSJ Menur Surabaya
2. Penulis : Anggraini, Fitri
3. Tahun Terbit : 2016
4. Tujuan penelitian : Mengexplorasi penerapan terapi music klasik pada klien dengan
masalah keperawatan halusinasi di ruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya
5. Desain penelitian : Case - study
6. Sampel : 1 klien yang mengalami masalah keperawatan halusinasi
7. Intervensi : Terapi music klasik
8. Jangka waktu : 3 hari
9. Pengukuran : Observasi prilaku
10. Hasil penelitian : Setelah dilakukan penerapan terapi music klasik pada klien
gangguan jiwa dengan masalah keperawatan halusinasi selaa 3 hari didapatkan hasil
klien relative tenang, ada kontak mata, mampu berkomunikasi dengan baik, dan
mampu mengendalikan halusinasi serta tampak rileks pada hari ke 3 setelah dilakukan
intervensi
Dapat disimpulkan dari analisis kedua jurnal tersebut bahwa terapi thought
stopping dan music klasik dapat dijadikan evidence based practice keperawatan jiwa.
Dengan adanya EBN tersebut perawat dapat memberika asuhan keperawatan dengan baik
dan komprehensif dan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan penelitian ilmiah
yang sudah terbukti penerapannya.
D. Sosiokultural Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa
Setiap kali perawat jiwa berinteraksi dengan pasien, sebagai perawat jiwa harus
menyadari luasnya dunia kehidupan pasien. Sebagai perawat jiwa harus menyadari bahwa
persepsi pasien tentang sehat dan sakit, prilaku mencari bantuan , dan kepatuhan pada
pengobatan bergantung pada keyakinan, norma sosial , dan nilai budaya individu yang
unik. Perawat yang peka secara budaya memahami pentingnya kekuatan sosial dan budaya
bagi individu, mengenal keunikan aspek tersebut, menghargai perbedaan perawat-pasien,
dan menggabungkan informasi sosiokultural ke dalam asuhan keperawatan jiwa.
➢ Adapun faktor risiko sosiokultural pada gangguan jiwa meliputi :
1. Usia.
2. Suku bangsa.
3. Gender.
4. Pendidikan.
5. Penghasilan.
6. Sistem keyakinan.
Faktor resiko atau faktor predisposisi ini dapat secara bermakna meningkatkan
potensi berkembangnya kelainan psikiatri mengurangi potensi penyembuhan, atau
keduanya. secara bersamaan fktor-faktor tersebut memberikan gambaran
sosiokultural pasien yang penting untuk asuhan keperawatan psikiatri yang
bermutu.
➢ Stressor sosiokultural :
1. Keadaan yang merugikan
Kekurangan sumber sosioekonomi yang merupakan dasar untuk adaptasi
biopsikososial.
2. Steroetipe
Konsepsi dipersonalisasi diri individu di dalam suatu kelompok.
3. Intolerans
Ketertidaksediaan menerima perbedaan pendapat untuk keyakinan orangb lain
yang berasal dari latar belakang yang berbeda
4. Stigma
Suatu atribut atau sifat yang melekat pada lingkungan sosial individu sesuatu
yang berbeda.
5. Prasangka
Keyakinan tidak menyenangkan tentang individu atau kelompok dengan tidak
memperlihatkan pengetahuan,pemikiran atau alas an
6. Diskriminasi
Perlakuan yang berbeda dari individu atau kelompok tidak berdasarkan atas
kebaikan yang sebenarnya
7. Rasisme
Keyakinan tentang perbedaan yang terdapat antar ras yang membentuk
pencapaian individu dan bahwa ras yang satu lebih tinggi.
Proses pengobatan psikoterapi dipengaruhi oleh konteks etnik dan kultural
pasien maupun pemberi layanan kesehatan.Perawat dan pasien bersama-sama harus
sepakat tentang sifat dari respons koping pasien,cara penyelesaian masalahmasalah,
dan hasil pengobatan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Nurhalimah, S. M. (DESEMBER 2016). KEPERAWATAN JIWA. JAKARTA SELATAN: PUSDIK


SDM KESEHATAN.

Twistiandayani, R., & Widati, A. (2017, February). PENGARUH TERAPI TOUGHT STOPPING
TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINA PADA PASIEN SKIZOFRENIA.
In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL.

ANGGRAINI, F. A. (2016). PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH
SAKIT JIWA MENUR SURABAYA.

Putri M. H (2015) SEJARAH DAN ASPEK LEGAL – ETIK PADA KEPERAWATAN JIWA:
UNIVERSITAS JEMBER. Diakses melalui website : https://dokumen.tips/documents/sejarah-dan-
legal-etik-keperawatan-jiwa.html. Secara online tanggal 18 Agustus 2021

Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai