Anda di halaman 1dari 215

Bab I Konsep Ilmu Keperawatan Kesehatan Jiwa

A. Pengertian Kesehatan jiwa Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. (UU Kesehatan jiwa No. 3 tahun 1996) B. Pengertian keperawatan kesehatan jiwa Proses dimana perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan lebih produktif dimasyarakat. (Dorothy, Cecelia) Pengertian diatas memfokuskan bantuan perawat pada konsep diri individu yang terganggu pada klien gangguan mental. Sebagai contoh seseorang yang mengalami kebingungan identitas seperti gay, banci, waria, merupakan gangguan pada self identity, dimana terjadi gangguan identitas dari apakah ia seorang lakilaki atau perempuan. Disamping itu banyak konsep diri yang lain seperti body image, self ideal, role, self esteem. C. Kriteria Sehat Jiwa menurut Yahoda 1. Sikap positif terhadap diri sendiri 2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri 3. Integrasi (keseimbangan/keutuhan) 4. Otonomi 5. Persepsi realitas 6. Environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan) D. Rentang sehat jiwa 1. Dinamis bukan titik statis 2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati 3. Ada tahap-tahap 4. Adanya variasi tiap individu 5. Menggambarkan kemampuan adaptasi 6. Berfungsi secara efektif : sehat 1

Sehat optimal

Sakit Kronis-Mati

E. Filosofi keperawatan jiwa F. Peran dan fungsi perawat jiwa Peran keperwatan jiwa berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiscal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas social, dan parameter legal etik. Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam principles and practice of psychiatric Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai attitude therapy, yaitu: 1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien. 2. Mendemonstrasikan penerimaan. 3. Respek. 4. Memahami klien. 5. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi. Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi : 1. Sebagai pendidik 2. Sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional. 3. Sebagai surrogate parent. 4. Sebagai konselor. Dan sebagai tambahan dari peran perawat adalah: 1. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental. 2. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan. 3. Memberikan pelayanan kepada diluar klinik. 4. Aktif melakukan penelitian. 5. Membantu pendidikan masyarakat. Tingkat kinerja Empat factor utama yang membantu menentukan tingkat fungsi dan jenis aktivitas yang dilakukan oleh perawat jiwa; 1. Legislasi praktik perawat. 2. Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan,pengalaman kerja, dan status sertifikasi. 2

3. 4.

Tatanan praktik perawat. Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat. Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi:

1.

2.

Psychiatric-mental-health registered nurse (RN) adalah perawat terdaftar berlisiensi yang menunjukan ketrampilan kinis dalam keperawatankesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru dilapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat. HurufC yang diletakkan setelah RN (mis.,RN,C) menunjukan status sertifikasi tingkat dasar. Advance practice registered nurse in psychiatric-mental health (APRNPMH) adalah perawat terdaftar berlisiensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi ketrampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan di persiapkan untuk memiliki gelar master dan doctor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan. HurufCS yang diletakkan setelah APRN (mis.,APRN,CS) menunjukan bahwa perawat adalah spesialis berijasah dalam bidang keperawatan kesehatan jiwa.

G. Perkembangan Keperawatan diIndonesia


1958: Dealing with patient problem of reality, exploring disturbing & conflicting thought & feelings, using the patient positive feelings, bring pskochopysiological homeostatis, counseling in emergencies, in emergencies, including panic & fear, strengthening the well part of patients

1960 : primary prevention, implementing & consultation in community, multidisciplinary treatment, change : to psychiatric & mental health

1970 : speciality nursing practice Keperawatan jiwa : proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan & mempertahnakan fungsi yang terintegrasi pasien / system klien berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi/komunitas Bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya & penggunaan diri sendiri secara terputik sebagai kiatnya.

H. Aspek Etik dan legal dalam keperawatan jiwa Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien, masyarakat, dengan teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, serta pengaturan praktik dalam keperawatan itu sendiri ( berger & Williams). Bagi profesi keperawatan, etika keperawatan merupakan suatu acuan dalam melaksanakan parktik keperawatan, tidak terkecuali keperawatan jiwa. Jadi keputusan dan tindakan perawat psikiatri kepada klien dibedakan oleh apa yang dinamakan dengan ethical manner ( cara yang sesuai etik). Pengambilan keputusan sesuai etik adalah upaya untuk mengambil suatu keputusan dari kekurangan/kesalahan suatu situasi tanpa guideline yang jelas. Bila perawat sudah mengetahui bagaimana nilai-nilai personalnya dan mengimplementasikannya didalam kerangka kerjanya sesuai kode etik, maka ia akan dapat mengembangkan dua kualitas yang kualitas asuhan keperawatan yang diberikannya dan akan mendapat kepuasan dari pelayanan yang diberikannya tersebut. Menurut Curtin (1978) yang dikutip oleh stuart Sundeen dalam principles and practice of psychiatric nurse (1985), membuat suatu model untuk critical ethical analysis (pengambilan keputusan sesuai etik): a. Meliputi pengumpulan informasi untuk mengklarifikasi latar belakang issue tersebut. b. Mengidentifikasi komponen etik atau keadaan dilemma yang terjadi, seperti adakah factor kebebesannya (dilihat dari sudut pandang pemaksaan) atau adakah factor ancaman (dilihat dari sudut pandang hak untuk dapat menolak pelayanan). c. Mengklarifikasi hak dan tanggung jawab yang ada pada seluruh pihak. Ini meliputi klien, perawat, dan mungkin juga pihak lain seperti keluarga klien, dokter, lembaga perawatan kesehatan, ulama/pendeta, pekerja social, dan mungkin juga hakim. Hal ini adalah alternative eliminasi agar tidak terjadi pelanggaran hak atau tampak membahayakan. Karena fungsi primer keperawatan jiwa berhubungan dengan manusia, maka sangat penting untuk mengulas kembali bagaimana filosofi merawat klien agar membantu perawat untuk membedakan pendekatan mana yang akan digunakan. Untuk itu ada 4 pendekatan, yakni: - Utilitarianism/bermanfaat - Egoism/prinsip - Formalism/formal - Fairness/kejujuran

d. Yang terakhir adalah solusi yang diimplementasikan kedalam tindakan. Dalam konteks memenuhi harapan social dan sesuai dengan hukum yang berlaku, perawat memutuskan kedalam tujuan dan metode implementasi. Pengumpulan Informasi Dilema etik apakah yang terjadi? Apakah informasi yang diketahui? Apa informasi yang diperlukan? Dalam konteks apakah dilemma ini terjadi? Apa yang menjadi titik tekan issue? Siapakah yang akan terlibat akibat dari dilemma ini? Apa saja hak-hak yang dimiliki ileh berbagai pihak yang terlibat? Apa yang menjadi kewajiban dari pihak-pihak tersbut? Siapa yang harus terlibat dalam mengambil keputusan? Dari siapa keputusan akan ditetapkan? Jaminan apa yang diinginkan oleh klien? Alternatif apa yang ada? Apa tujuan dari semua alternative yang ada? Kemungkinan konsekuensi apakah yang ada dari berbagai alternative tersebut?

Identifikasi komponen etik Klarifikasi berbagai pihak

Eksplorasi masalah

Aplikasi prinsip

Kriteria apakah yang diperlukan? Teori etik manakah yang dapat menjelaskan? Kenyataan ilmiah manakah yang relevan? Filosofi keperawatan apakah yang berkaitan dengan kehidupan dan keperawatan? Resolusi kedalam Bagaimana batasannya secara social dan hokum yang tindakan berlaku? Apa yang menjadi tujuan dari keputusan perawat? Dapatkan keputusan secara etik yang dipilih diiplementasikan? Dapatkah keputusan secara etik yang dipilih dievaluasi?

I. Trend dan issue keperawatan jiwa Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend penting 5

yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut: Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa Kecenderungan situasi di era global Globalisasi dan perubahan orientasi sehat Kecenderungan penyakit jiwa Meningkatnya post traumatik sindrom Meningkatnya masalah psikososial Trend bunuh diri pada anak Masalah AIDS dan NAPZA Pattern of parenting Perspektif life span history Kekerasan Masalah ekonomi dan kemiskinan 1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi. Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur. Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%. 6

Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus hamil yang diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan jebakanjebakan menunjukkan banyaknya percabangan dendrite sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan kelompok control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga penelitian-penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang mendapat prenatal care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan. Ternyata bayi tersebut mampu berbicara, berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan senyum. Hal ini didukung oleh penemuan beatriz manrique (presiden the Venezuela ministry for the development of intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam kandungan dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa. Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan skizofrenia. Skizofrenia sering dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru, karena dengan pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke masyarakat dan berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal adalah keterlambatan penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan, mungkinkah penyakit ini dideteksi sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun 1988, Mednick dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan penemuan yang menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Laporannya didasarkan atas epidemi virus influenza pada tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada tanggal 8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November. Kedua, epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka panjang. Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan 7

perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi. 2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sakit tersebut klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003 dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan jiwa sekarang tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan. Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr. Suwadi mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan di poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera Selatan, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah 8

Propinsi Sumatera Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-kasus psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat, rekam medis di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004). Dari keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872 pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah sebagai pasien lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan. Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga. Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk. 3. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan 9

kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes) mengatakan, angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia. Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya. Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain). 4. Kecenderungan situasi di era globalisasi Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk sektor kesehatan 10

J. Model Konseptual keperawatan kesehatan jiwa 1. Psychoanalitycal (Freud, Erickson) Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation behavioral). Factor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konlik intrapsikis terutama pada masa anak-anak.misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak ada stimulus untuk belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulut pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menjadi traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terjadinya model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic yang membekas pada masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan mengantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment mengenai keadaan keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa, orang tua, pernah disodomi, diperlakukan kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak-anak) dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya). 2. Interpersonal (Sullivan, Peplau) Menurut model konsep ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety), Ansitas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus seseorang anak yang tidak dikehendaki (unwonted child). Dimana seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap, ibunya pernah berupaya untuk membunuhnya karena masa lalu dan melanggar norma, lingkungannya tidak menerima dngan hangat karena dianggap anak yang haram, teman11

temannya mengejek, ayahnya tidak pernah memeberikan kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadia anak yang tidak diterima oleh orang lain. Proses terapi menurut ones ini adalah build feeling security (berupaya membangun rasa aman bagi klien), trusting relationship and interpersonal satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan salam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan ileh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberi respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain seperti : Saya senang berbicara dengan anda, saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya. 3. Social (Caplan, Szasz) Menurut ones ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyak factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang. Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal, persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman penyakit, polusi, sampah, akan mencetuskan stress pada individu. Stressor dari lingkungan akan diperparah oleh stressor dalam hubungan social seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang nakal, tetangga yang buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan muncul berbagai stressor dan membangkitkan kecemasan. Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam model ini adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social). Sebagai contoh dirumah harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventulasi cukup, penataan alat dan perabotan yang teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ad ataman, tata lampu yang indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang memuaskan. Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada dimasyarakat melibatkan teman sejawat, atasam, keluarga, atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya: menggali system social klien seperti suasana rumah, dikantor, disekolah, dimasyarakat atau tempat kerja. 12

4. Existensial ( Ellis, Rogers) Menurut teori model Existensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body image-nya. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab adalah : siapakah saya ini sebenarnya? Apa tujuan saya lahir kedunia ini? Apa kelebihan dan kekuranga saya? Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menuyukai saya? Apa pegangan jalan hidup saya? Norma mana yang saya anut?seringkali individu merasa asing dan bingungdengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya(eksistensinya) menjadi kabur. Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan ( conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feed back tentang perilakunya dari orang lain (encourage to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajri dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Therapist berupaya untuk memeperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward and punishment. 5. Supportive therapy (Wermon, Rockland) Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: factor biopsikososial dan respon maladaftif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti: mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti susah bergaul, menarik diri, tidak disuka, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut munsul akibat ketidakmampuan dalam berdapatasi pada masalahmasalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting sekali seperti ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, test masuk pekerjaan. 13

Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjadi stress. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalah. Perawat harus membanu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Therapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.

6. Medical (Meyer, Kraeplin) Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang komplek meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social. Sehingga focus penatalaksanaanya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan tehnik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai damak dari terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan. K. Model stress adaptasi Perawat jiwa dapat bekerja lebih efektif jika tindakan mereka didasarkan pada suatu model yang mengenali adanya sehat atau sakit sebagai hasil dari berbagai karakteristik individu yang berinteraksi dengan factor lingkungan. Model adaptasi stress pada suhan keperawatan jiwa menurut stuart mengintegrasikan aspek biologis, psikologis, sosiokultural, lingkungan dan legal-etik keperawatan ke dalam kerangka praktik yang utuh. Model ini menggabungkan landasan teoritis, komponen biopsikososial, rentang respons koping, dan aktivitas keperawatan berdasarkan tahap pengobatan pasien: - Promosi kesehatan - Pemeliharaan - Akut - Krisis

Adapun komponennya sebagi berikut: 1. Faktor predosposisi : factor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress. 14

2. Stresor presipitasi : stimulasi yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang membutuhkan energy ekstra koping 3. Penilaian terhadap stressor: evaluasi tentang makna stressor bagi kesejahteraan individu yang didalamnya stressor memilki arti, intensitas, dan kepentingan. 4. Sumber koping: evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi individu. 5. Mekanisme koping: tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri. 6. Rentang respon koping: tentang respon manusia yang adaptif sampai maladaptive 7. Aktivitas tahap pengobatan: rentang fungsi keperawatan yang berhubungan dengan tujuan pengobatan, pengkajian keperawatan, intervensi keperawatan, dan hasilnya diterapkan.

15

Bab II Gangguan Jiwa yang Lazim Terjadi


A. Gangguan mental organic Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan ganggua kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup perasaan tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi. Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik : 1. Perasan sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam 2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan 3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial. 4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran 5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi. a. Sindroma otak organik Psikosa dapat dibagi menjadi dua kelompok yang besar yaitu psikosa yang berhubungan dengan sindroma otakmorganik dan psikosa fungsional. Sindroma otak/mental organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniyah yanag terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak atau tengkorak. 16

Sindroma otak organic dikatakan akut atau menahun berdasrakan dapat atau tidak dapat kemblainya gangguan jaringan otak atau sindroma otak organic itu dan bukan berdasarkan penyebabnya, permulaan, gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkan.Gejala utamanya adalah kesadaran menurun, sesuadhnya terdapat amnesia yang menahun adalah demensia. b. Delirium dan demensi 1) Pengertian : Delirium menunjukan kepada sindroma otak organic karena gangguan fungsi atau metabolism otak secara umum atau karena keracunan yang menhambat metabolism otak. 2) Gejala : Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif). Gejala-gejala lainnya penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, adanya klien yan terutama halusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkohern. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. 3) Psikopatologi Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka 17

gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika disebabkan oleh proses yang langsung menyerang otak , bila proses itu sembuh maka gejalagejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi. 4) Penatalaksanaan a) Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap. b) Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia. c) Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah. d) Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain. e) Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun

kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi. f) Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.

18

B. Gangguan Mood 1. Pengertian mood Persaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, dan sebagainya. Menurut Stuart Laria dalam Psychiatric Nursing Prolonged emotional state that influences the persons whole personalityand life functioning.it pertains to prevailing and pervading emotion and is synonymous with termfeeling state and emotion.like other aspects of personality,emotions or moods serveadaptive role.the four adaptive functions of emotions are social cummunicacation,physiological arousal,subjective awareness and pscychodynamicdefence.(keadaan emosinal yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepripadian individu dan fungsi kehidupan.hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaan perasaan atau emosi.seperti aspek aspek lain dalam kepripadian ,emosi atau mood berperan dalam proses adapts. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologi,kesadaran secara subjektif, dan mekanisme pertahanan psikodinamis). 2. Rentang Respon Emosi

emotionalresponsive Reaksi kehilangan yang wajar

supresi

Supresi reaksi kehilangan yang memanjang

Mania atau depresi

Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis. Tidak merupakan suatu titik yang statis dan tetap.dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang mengalami gangguan alam pernafasan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang. Tetapi hal tersebut sangat tergantung pada tipe gangguan alam perasaannya. Apakah termasuk tipe manik, depresi, atau kombinasi 19

dari keduanya.rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania/depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut: - Responsive; klien lebih terbuka, menyadari perasaan, dapat berpartisipasi dengan donia internal(memahami harapan dirinya)dan dunia eksternal(memahami harapan orang lain) - Reaksi kehilangan yang wajar; klien merasa sedih,kegiatan sehari hari klien berhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya sementara. - Supresi; merupakan tahap awal dimana coping individu termasuk maladaptif, klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihkan perhatiaan terhadap lingkungaan.apabila fase ini berlangsung terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat menggangu individu. - Depresi; gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat terhadap ADL sampai ada ide bunuh diri. 3. Tipe Gangguan Alam Perasaan Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut; mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders. a. Mood episode 1) Mayor depresisive episode Untuk diagonis kelompok ini terdapat lima atau lebih gejala gejala yang ditampilkan selama priode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi dari fungsi sebelumnya paling sedikit dari gejala tersebut adalah salah satu dari 2 hal berikut; (1) perasaan depresif; (2) kehilangan ketertarikan terhadap kesenangaan (pleasure) tanda tanda secara lengkap adalah sebagai berikut; - perasaan depresi lebih banyak dalam sehari,hamper setiap hari yang diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi. - Menurunyan secara nyata minat terhadap kesenangan,hamper semua aktivasi dalam sehari atau hamper setiap hari. - Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet. 20

Kesulitan tidur atau (insomnia) atau tidur yang berlebihan (hipersomnia). Terjadi peningkatan aktivitas psikomotor (psychomotor agitation)atau perlambatan motorik (retardation)hamper setip hari. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi,atau perasaan ragu ragu hamper tiap hari. Terus menerus berpikrir tentang kematian, berulangnya ide ide untuk bunuh diri tanpa perencanaan yang jelas, atau percobaan bunuh diri dengan perencanaan untuk pelaksanaan bunuh dirinya.

2) Manik episode Episode manickditandai dengan periode gangguan yang nyata dan peningkatan secara menetap,meluap luap atau mood yang mudah terangsang (irritable) selama 1 minggu (atau beberapa periode saat dirumah sakit juga penting). Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala gejala berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang berarti; - Melambungnya harga diri atau Grandiosity. - Menurunya kbutuhan untuk tidur. - Lebih banyak bicara disbanding biasanya atau adanya dorongan yang kuat untuk berbicara. - Ide yang meloncat (fligh of ideas)atau pengalaman subjektif bahwa ia berpikir meloncat. - Perhatian yang mudah teralih(disrtactibity) - Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor. - Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyanangkan yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera. Pada saat episode manic dimulai, penampilan klien menjadi meningkat, tidak rapi, lebih cepat secara fisik, dalam intelektual, dan emosional. Klien menjadi meningkat dalam aktivasi (restles) dan agresif. Aspek id terlihat berlebihan, dan aspek super ego cenderung dilanggar. Klien berpikir cepat dengan demikian ia menjadi mudah teralih perhatiaannya (distractibity). Hal ini menyebabkan adanya ide yang meloncat loncat (fligh of ideas). Mood klien menjadi gembira yang berlebihan (euphoria) dan 21

berganti menjadi exalatation (gembira berlebihan yang disertai hiperaktivitas motorik) dan akhirnya mencapai puncaknya menjadi gelisah dan sangat gaduh. Klien dalam keadaan ini tidur dan makan sangat sedikit, kehilangan berat badan yang sangat cepat ia dapat memukul apa saja apabila dicegah menjadi marah. 3) Tipe lainnya Tipe lain dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanic episode. Pada mixed episode, kriterianya merupakan perpanduan antara manic episode dan mayor depressive episode. Sedangkan pada hypomanic episode secara jelas menunjukan meningkatnya mood yang berbeda dari mood non depressif yang biasa tetapi dikelompokan sebagai episode manik.

C. Skizofrenia 1. Pengertian Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46). 2. Penyebab a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

22

c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. d. Susunan Saraf Pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Meyer Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). 23

h. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui. i. Ringkasan Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ). 3. Pembagian Skizofrenia Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain : a. Skizofrenia Simplek Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. b. Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali. c. Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

24

d. Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan wahamwaham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. e. Episode Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. f. Skizofrenia Residual Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. g. Skizofrenia Skizo Afektif Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psikomanik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

D. Nerosa 1. Pengertian Nerosa adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Kecemasan yang timbul dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pembelaan psikologik dan munculah gejala-gejala subyektif lain yang mengganggu. 2. Diagnosa Penderita dengan nerosa pada umumnya menyadari bahwa ia sedang terganggu. Berbeda dengan psikosa, nerosa tidak menunjukan tanggapan yang sangat keliru terhadap kenyataan ataupun unsur-unsur kepribadian yang sangat terganggu.

25

Untuk memahami sutau nerosa tidak dapat hanya dilihat pada gejalagejalanya saja. Gejala-gejala nerosa hanya menunjukan bahwa individu itu sedang tergaggu karena keadaan tegang dan cemas. Gejala dapat menunjukan jalan kejenis konflik, tetapi sebaiknya bila diusahakan untuk mengenal maksud yang tak sadar yang oleh individu itu hendak dicapai dengan gejala-gejalanya. 3. Psikodinamika Reaksi abnormal terjadi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan kecemasan yang timbul karena suatu konflik yang tidak dapat diatasi dengan baik. Banyak ahli menganggap kecemasan sebagai sumber segala macam nerosa . kecemasan mengganggu dan mengancam ketenangan setiap orang. Kecemasan menghilangkan rasa aman dan merupakan suatu tanda bahaya. Reaksi setiap manusia adalah berusaha menghilangkan bahaya itu atau menghilangkan kecemasannya. Kita mengenal berbagai cara menghadapi kecemasan. Proses ini dinamakan mekanisme pembelaan atau mekanisme penyesuaian diri, umpanya represi, rasionalisasi, menarik diri, agresi, salah pindah, proyeksi, identifikasi, pemebntukan reaksi, kompensasi, fixasi, regresi dan disosiasi. Semua ini terjadi secara tidak disadari atau secara samara-samar disadari. 4. Penyebab

Nerosa
1. Cemas

Gejala utama
Kecemasan yang mengambang bebas biasanya dengan seranganserangan akut Menyerupai penyakit organik, dapat mencakup berbagai gejala sensorik, motorik atau penyakit somatic Amnesia, kepribadian somnambulism fugue, Ganda,

Dinamika dasar
Menangani ancaman internal dan external dengan represi yang sederhana. Kecemasan belum terikat atau terawaasi oleh pembelaan ego Menjadi sakit untuk melarikan diri dari ke adaan stress yang menimbulkan kecemasan

2. Konversi

3. Disosiasi

Melarikan diri dari konfliik yang menimbulkan kecemasan, dengan mengisolasi atau Mendisosiasi ujung-ujung yang berlawanan mengenai konflik;

26

umpamanya dalam reaksi fugue, konflik antara melawan dan menarik diri dipecahkan dengan menjadi amnesik dan melarikan diri. 4. Fobik Ketakutan irasional yang Disadari oleh individu, Tetapi menimbulkan ke Cemasan bila tidak di Turuti Reaksi defensive atau ketakutan bersyarat yang tetap untuk melindungi dirinya sendiri dari stress yang menimbulkan kecemasan dengan melakukan salah-pindah kecemasan itu dari bahaya yang sebenarnya dari ke suatu aspeknya yang berhubungan secara simbolik, yang kemudian melindungi penderita terhadap keharusan menghadapi keadaan stress itu sendiri. Reaksi-reaksi pembelaan yang melindungi individu terhadap ancaman internal dan external, dengan kegiatan, pembentukan reaksi, isolasi yang substitutif mengenai keinginan yang menimbulkan kecemasan dan lepas dari dasar afekyifnya; melawan ketakutan, dengan tindakan-tindakan kompulsif dan dengan mengatur keadaan secara obsesif sedemikianrupa sehingga segala sesuatu dapat diawasi dan tidak akan terjadi kesalahan apa-apa

5. Obsesif Kompulsif

Implus atau pikiran ira sional yang tetap dan yang disadari oleh individu,tetapi tidak dapat mayor episode dihindarkan olehnya

6. Depresi

Perasaan kesal, putus asa, Putus asa yang hebat karena celaan diri sendiri kegagalan diluar bersama sebagian kecenasan yang timbulkan oleh kegagalan itu dihilangkan oleh menghukum diri sendiri

27

7. Nerastenik

Perasaan lemah, lelah, Melindungi diri terhadap kurang minat, keluhan kecemasan yang ditimbulkan badaniah oleh hidup yang tak menyenangkan dan individu merasa terperangkap.menyatakan keputus-asaan, merasa terlalu lelah dan sakit untuk meneruskan perlawanan atau usaha. Melindingi diri dari kecemasan yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman waktu kanak-kanak yang tidak dapat dikuasai oleh represi;suatu penyelesaian primitive dan darurat dengan keoncangan kebiasaan tentang tubuhnya.

8. Depersonalisasi Perasaan ketidak-wajaran dan keasingan terhadap dirinya, tubuh dan lingkungannya yang biasanya disadari oleh individu

9. Hipokondrik

Perasaan cemas tentang Rasa bermusuhan terhadap orang adanya penyakit pada lain tidak dapat diselesaikan berbagai bagian tubuh sehingga memfokus perhatiannya pada kelemahan tubuhnya sendiri.

E. Gangguan Kepribadian 1. Pengertian kepribadiaan Terdapat berbagai definisi atau pengertian mengenai kepribadian.Kusumanto Setyonegoro mengatakan: kepribadian ialah expresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang. Definisi lain mengemukakan bahwa kepribadian ialah pola perilaku yang khas bagi seseorang yang menyebabkan orang itu dapat dikenal dari pola perilakunya itu. Atau kepribadian menujukan pada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus dalam hidupnya. Berikut jenis gangguan perilaku: a. Reaksi biperkinetik ditandai oleh aktivitas yang berlebihan, kegelisahan, perhatian yang mudah dialihkan dan daya konsentrasi 28

yang kurang. Seorang anak yang normal mungkin saja menunjukan aktivitas yang tinggi, tetapi anak hiperkinetik hampir tidak hentihentinya bergerak kesana dan kesini, melakukan ini dan itu atau hal-hal yang mengkhawatirkan orangtuanya karena berbahaya. Anak itu dapat bereaksi terhadap rangsangan dengan emosi yang berlebihan, ia sering labil, impulsive dan mudah mengalami kecelakaan. b. Reaksi menarik diri : gejala utama pada reaksi ini ialah penarikan diri dari hubungan antar manusia. Anak itu menjahui orang lain dan tidak mampu mengadakan hubungan emosional yang dekat. Ia sering diam, malu-malu dan patuh. Ia sering berfantasi untuk menggantikan pengalaman nyata yang terlalu menakutkan baginya. c. Reaksi cemas berlebihan : ditandai oleh kecemasan yang berlebihan dan menahun. Aktivitas susunan saraf vegetatif meninggi secara nyata pada anak kita.ia bereaksi terhadap stress dengan cara regresi: ia sering khawatir bila berada dalam situasi yang baru, ragu-ragu dan menurut saja. Sering ia takut-takutan, takut gelap, orang asing, guntur, binatang dan terhadap apa saja. Ia sering mengalami insomnia, mimpi-mimpi buruk, enuresis dan preokupasi. Mengenai kesehatan badaniah. Bila tidak diobati dia ia menjadi neurotik dan cenderung pada nerosa fobik atau hipokomondrik. d. Reaksi melarikan diri : anak dengan reaksi ini sebenarnya melarikan diri dari lingkungan rumah yang penuh frustasi. Ia tidak pulang semalam atau lebih. Anak ini biasanya tampak kesepian, tak matang dan tak berdaya. Kadang-kadang ia menggabungkan diri dengan gang, tetapi kemampuan berintereaksinya terbatas dan ia hanya ikut-ikutan saja.ia dapat mengalami perasaan amarah yang meluapluap terhadap penolakan dan kekerasan dirumah, tetapi ia hanya dapat mengexpresikannya dengan melarikan diri atau dengan mencuri barang-barang yang tak berarti dari runah. e. Reaksi agresif individual : (unsocialized aggressive reaction) khas bagi anak yang tidak dapat diawasi. Anak ini menunjukan sikap bermusuhan, ia penuh dengan rasa dendam dan suka merusak dan mengadakan hubungan terutama melalui tindakan agresif. Anak-anak ini sering membolos dan melakukan tindak pidana 29

(anak-anak delinquent) mereka suka menyerang, kejam, bersikap menantang terhadap otoritas dan merusak terhadap anak-anak lain, binatang dan milik orang lain. Rasa bermusuhan mereka dinyatakan dengan kata-kata atau dengan serangan fisik dan sesudahnya sering tidak terdapat rasa bersalah atau menyesal. f. Reaksi delinquent kelompok : anak dengan reaksi ini sudah memperoleh nilai, perilaku dan ketrampilan kelompok atau gang anak-anak sebaya yang delinquent. Loyalitasnya terhadap kelompok ini tinggi dan mereka bersama-sama mencuri, membolos, tinggal sampai jauh malam atau melakukan tindakan delinquent yang lain. Keadaan ini sering dicapai pada anak laki-laki mereka dapat berkelahi dengan gang yang lain, merusak, membakar, menyalahgunakan obat atau membunuh secara berencana. g. Delinquensi anak : (juvenile delinquency) dapat dianggap sama dengan reaksi delinquent kelompok, hanya yang pertama merupakan istilah hukum (undang-undang) dan menunjukan pada tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dibawah umur 18 tahun. Anak delinquent mungkin sama sekali tidak berhubungan dengan kelompok dan ia sering mempunyai kepribadian antisocial.

F. Retardasi Mental 1. Pengertian Retardasi mental ialah keadaan dengan inteligensi yang kurang (atau subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak anak) 2. Pada analisa terakhir, retardasi mental lebih merupakan masalah social daripada masalah kedokteran,psikologik atau pandidikan 3. Retardasi mental mungkin primer,yaitu genetic (sebab factor-faktor keturunan) atau simplex (belum diketahui penyebabnya), muungkin juga sekunder, yaitu karena factor-faktor luar yang diketahui. Waktu factor-faktor ini bekerja dapat dibagi menjadi prenatal, perinatal dan postnatal 4. PPDGJ-1 membagi retardasi mental menurut penyebabnya yaitu: a. akibat infeksi dan/atau intoxikasi b. akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain c. akibat gangguan metabolisme,pertumbuhan atau gizi 30

d. e. f. g. h. i.

akibat penyakit otak yang nyat (postnatal) akibat penyakit/pengaruh pranatl yang tidak jelas akibat kelainan kromosoma akibat prematuritas akibat gangguan jiwa yang berat akibat deprivasi psikososial

5. Sebagai patokan retardasi mental dapat dipakai HI (IQ), kemampuan dididik dan dididik dan dilatih atau kemampuan social. 6. Tingkat-tingkatnya dibagi menjadi: a. Retardasi mental taraf perbatasan b. Retardasi mental ringan c. Retardasi mental sedang d. Retardasi mental berat e. Retardai mental sangat berat 7. Banyak penderita retardasi mental taraf perbatasan dan ringan bahkan yang berat, dapat mengalami perkembangan kepribadian yang normal seperti orang dengan inteligensi normal. Dan dalam lingkungan yang baik, banyak diantara mereka yang dapat menyesuaikan diri secara social dan vokasional serta mampu mengadakan hubungan antara manusia yang wajar. 8. Penderita retardasi mental memang menghadapi lebih banyak resiko untuk mengalami stress dan gangguan jiwa atau gangguan badaniah daripada orang normal: dan risiko ini makin banyak dengan makin beratnya retardasimental itu.risiko-risiko ini disebabkan karena keadaan psikologik dan badaniah penderita sendiri,tetapi mungkin juga karena sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat.

9. Untuk diagnosa yang tepat perlu anamnesa yang teliti, terutama dari orang tua, pemeriksaan fisik dan nerologik, pemeriksaan psikiatrik dan bila mungkin juga pemeriksaan psikologik, serta bila perlu pemeriksaan laboratorium, evaluasi pendengaran dan bicara. 10. Diagnosa banding ialah : anak dari keluarga yang sangat melarat dengan depreviasi rangsangan yang berat,gangguan pendengaran atau penglihatan early infantile autism skizofrenia anak,gangguan bicara, cerebral palsu dan gangguan emosi yang dapat mengakibatkan kegagalan-kegagalan disekolah.

31

11. Pencegahan dapat dilakukan secara primer (penerangan pada masyarakat, perbaikan sosio-ekonomi,konseling genetic dan tindakan kedokteran yang baik) sekunder (diagnosa dan pengobatan ini, terutama pada retardasi mental yang sekunder) dan pencegahan tersier (lkatihan dan pendidikan disekolah luar biasa, obat-obat dapat dibeli umpamanya neroleptika untuk mengatasi hiperkinesa atau gangguan psikiatrik yang lain atau obat-obat yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi otak). 12. Orang tua anak retardasi mental perlu diberi konseling, penerangan dan petunjuk yang praktis mengenai penanganan anak mereka. G. Psikoseksual 1. Pengertian Psikoseksual Kita membedakan beberapa pangertian yang berkaitan dengan psikoseksual yang meliputi : a. Sexual identity (identitas kelamin) Identitas kelamin adalah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau kewanitaan tubuhnya. Hal ini targantung pada cirri-ciri seksual biologiknya, yaitu kromoson, genitalia eksterna dan interna, komposisi hormonal, testis dan ovaria serta cirri-ciri sex sekunder. Dalam perkembangan yang normal, maka pola ini bersatu padu sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3 tahun sudah tidak ragu-ragu lagi tentang jenis sexnya. b. Gender identity (identita jenis kelamin) Identitas jenis kaelamin atau kesadarana akan jenis kelamin kepribadiannya merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tak terhitung banyaknya dari pengalaman dengan anggota keluarga, guru, kawan, teman sekerja, dan dari fenomena kebudayaan. identitas jenis kelamin dibentuk oleh cirri-ciri fisik yang diperoleh dari seks biologic yang saling berhubungan dengan suau system rangsangan yang berbelit-belit, termasuk pemberian hadiah dan hukuman berkenaan dengan hal seks serta sebutan dan petunjuk orangtua mengenai jenis kelamin. Faktor kebudayaan dapat mengakibatkan konflik tenteng identitas jenis kelamindengan cara ikut-ikutan memberi cap maskulin atau feminine pada perilaku 32

nonseksual tertentu.umpamanya minat seorang anak laki-laki pada kesenian atau pakaian dicap feminine oleh orangtuanya dan mungkin ia sendiri juga menganggap demikian. seorang gadis yang suka olah raga, bersaing dan berdiri sendiri menjadi ragu-ragu bila ia dicap maskulin. c. Gender role behaviour (perilaku peranan jenis kelamin) Perilaku peranan jenis kelamin ialah semua yang dikatakan dan dilakukan seseorang yang menyatakan bahwa dirinya itu seorang pria atau wanit. Meskipun factor biologic penting dalam mencapai peranan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, factor utama ialah factor belajar. Bila suami istri menjadi tua, maka hubungan seks memegang peranan penting dalam mempertahankan kestabilan perkawinan. Dorongan seksual wanita meningkat antara umur 3040 tahun dan orgasme dapat saja dicapai sampai pada usia tua.seorang pria dapat melakukan aktivitas seksual ampai umur tua juga.faktor paling penting dalam mempertahankan seksualitas yang efektif ialah ekspresi seksual yang aktif secara tetap. 2. Toeri Psikoseksual a. Menurut teori libido freud Insting seksual dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak menjadi dewasa melalui beberapa fase: oral, anal, falik, dan genital. Tiap fase didominasi oleh sebuah organ somatic. bila pada suatu fase tertentu tuntutan tidak dipenuhi secara wajar, maka terjadilah fiksasi atau pemberhentian pada fase itu. Fiksasi pada fase oral berarti bahwa selanjutnya sampai dewasa terdapat tuntutan-tuntutan akan pemuasan oral yang cocok dengan umur. b. Teori Interpersonal Memandang gangguan seksual sebagai manifestasi kekacauan hubungan antara manusia yang dinyatakan dalam bidang seksual. teori kebudayaan menganggap bahwa kepercayaan, adat istiadat. Dan norma yang khas bagi suatu masyarakat tercerminkan dalam psikologi dan psikopatologi seseorang, juga dalam bidang seksual. Teori adaptasi mengatakan bahwa gangguan seksual ialah akibat ketakutan terhadap hubungan heteroseksual, bahwa ketakutan ini timbul karena pengalaman hidup yang jelek. Perilaku seksual yang 33

patologik merupakan adaptasi pada ketakutan ini.pendekatan lain terhadap perilaku seksual ialah penelitian sosiologik mengenai praktik seksual pria dan wanita,seperti telah dilakukan di Amerika Serikat oleh Kinsey c. Teori biologis Beberapa factor organic telah diimplikasikan dalam etilogi dari parafilia.hal ini mencakup abnormalitasidalam system limbic otak,epilepsy lobus temporal,tumor lobus temporal,dan kadar androgen abnormal (Bradford dan mclean 1984). d. Teori psikoanalitik Pendekatan psikoanalitik mendefisinikan parafilia sebagai seseorang yang telah gagall dalam peoses perkembangan normal kearah penilaian heteroseksual (Abel 1989). Hal ini terjadi saat individu tersebut gagal memecahkan krisis oedipal,dengan demikian mempertahankan perasaan-perasaan seksual pada orang tua yang berlawanan jenis kelamin dengan dirinya.hal ini menghasilkan ansietas yang sangat memandu individu untuk mencari kepuasan seksual dengan cara memberikan suatu penggantian yang aman untuk orang tua (Becker dan kovousi,1988) 3. Seksualitas Norma dan Penyesuaian Seks Yang Sehat Norma dalam ini diartikan sehat atau tidak patologik dalam hal fungsi keseluruhan. Perilaku seksual yang normal ialah yang dapt menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagian dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Penyesuaian diri seksual yang sehat ialah kemampuan memperoleh pengalaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta pada waktu yang cocok dan menikah dengan partner yang dipilihnya serta mempertahankan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual terhadap pertnernya. Partner-nya itutidak mempunyai gangguan atau kesukaran yang serius yang dapat menganggu, merusak atau meniadakan suatu hubungan bahagia. 34

4.

Rentang Respon Para pakar yang mendalami masalah seksualitas tidak setuju dengan tipe perilaku seksual disebut normal. Ekspresi seksual merupakan rentang adaptif dan maladaptive.

5. Rentang Perilaku Seksual Respon seksual yang paling adaptif terlihat dari perilaku yang memenuhi criteria sebagai berikut : a. Terjadinya antar dua orang dewasa b. Memberikan kepuasan timbal balik bagi pihak yang terlibat c. Tidak membahayakan kedua belah pihak baik secara psikologis maupun fisik. d. Tidak ada paksaan. e. Tidak dilakukan ditempat umum. Respon perilaku seksual maladaptive meliputi perilaku yang tidak memenuhi satu atau lebih criteria yang diuraikan terdahulu. 6. Tingkatan Respon Faaliah Seksual Pada pria dan wanita normal terdapat tingkat-tingkat perangsangan seksual dengan masing-masing tingkat disertai perubahan-perubahan faaliah yang khas. a. Tingkat 1 (perangsangan) Ditimbulkan oleh rangsangan psikologik (fantasi, kehadiran objek cinta) atau rangsangan faaliah (usapan, kecupan) atau gabungan keduanya. Terjadilah ereksi pada pria dan lubrikasi (pelumas lender) vaginal,keduanya dalam waktu 10 detik saja rangsangan efktif dimulai.puting susu menjadi tegang, seperti pada wanita. Klitoris menjadi keras dan bengkak serta labia mayora dan minora menjadi tebal. Fase perangsangan dapat berlangsung beberapa menit sampai beberap jam. b. Tingkat 2 (dataran) Bila rangsangan berlangsung terus, testis manjadi lebih besar 50% dan terangkat sepertiga bagian bawah vagina mengecil (dikenal sebagai pangung orgasmic platform). Klitoris terangkat dan masuk kebelakang simfisis pubis sehingga tidak mudah dicapai. Buah dada 35

wanita bertambah besar 25%. Timbul gerakan-gerakan volunter kelompok-kelompok otot-otot besar. Fase dataran berlangsung 30 detik sampai beberapa menit. c. Tingkat 3 (orgasme) Pada pria orgasme timbul sebagai refleks bersin yang tidk dapat ditahan dan diikuti dengan penyemprotan sperma. Terjadi 4-5 kali ritmik pada prostate, vesika, seminalis, vas deferens, dan uretra dalam interval 0,8 detik.pada wanita terjadi 3-12 kalikontraksi pangung orgasmic dan uterus berkontraksi secara tetanik yang terjadi dari fudus ke servix dengan interval 0,8 detik. Pada kedua seks timbul kontraksi volunteer pada sfinkter ani internal dan eksternal. Terdapat juga gerakan-gerakan volunteer dan ivolunter pada kelompok otot besar, termasuk kelompok muka (grimas) dan spasme karpopedal. Tekanan darah naik dengan 20-40 mm (sistolik dan diastolic) dan denyutan jantung meningkat sampai 120-160 per menit, orgasme berlangsung 3-15 detik dengan kesadaran yang sedikit berkabut. Kemampuan orgasme pada pria paling tinggi pada kira-kira umur 18 tahun (6-8 kali orgasme dalam waktu 24 jam) dan pada wanita sekitar umur 35 tahun terutama sesudah melahirkan anak mungkin karena berkurangnya hambatan psikologik). Pad a pria sesudah umur 30 tahun sering kemampuan orgasme menjadi satu kali dalam waktu 24 jam. Orgasme merupakan betul-betul suatu pengalaman psikofisiologik dengan perasaan subjektif mengenai suatu puncak reaksi fisik terhadap rangsangan seksual dan dengan suatu masa singkat pembebasan fisik dari pembendungan pembuluh darah dan ketegangan otot yang tertimbun sewaktu fase. Orgasme pada wanita sama saja, tidak ada hubungan dengan cara dan daerah rangsangan. Ternyata orgasme vaginal tidak berbeda dari orgasme klitoral. Secara anatomic dan fisiologik hanya terdapat satu macam orgasme yaitu kontraksi ritmik pada sepertiga bawah vagina. Ketentuan nafsu seksual sangat bervariasi menurut umur,jenis kelamin, dan keadaan individu pada pria biasa yang normal biasanya dua atau tiga kali seminggu, wanita mempunyai potensi orgasme yang lebih besar. d. Tingkat 4 (resolusi) Dalan fase penyelesaian atau resolusi (resolution) terjadi pengaliran darah keluar dari genitalia sehingga badan kembali kedalam 36

keadaan istirahat. Jika terjadi orgasme, maka resolusi cepat, jika tidak, maka resolusi berlangsung 2-4 jam dengan rasa nyeri pada genitalia dan iritabilitasi.resolusi yangberhasil pada kedua sex ditandai dengan perasaan sejahtera, senang dan lega serta reaksi pengeluaran keringat diseluruh badan. Periode refrakter: sesudah orgasme, pria mengalami periode refrakter selama beberapa menit sampai berjam-jam lamanya, selama masa ini ia tidak dapat dirangsang untuk orgasme lagi. Periode refrakter bertambah panjang dengan bertambahnya usia. Pada wanita tidak terdapat periode refrakter, sehingga wanita mencapai orgasme ganda berturut-turut, beberapa wanita mampu mencapai 20 sampai 30 orgasme bila rangsangan berlanngsung terus.

7. Organ Seksualitas Klitoris merupakan organ seksualitas utama pada wanita disamping vagina, labia, puting susu, dan mulut. Selama coitus kontak langsung antara klitoris dan penis tidak terjadi karena klitoris terangkat dan masuk kebelakang simfise dalam fase dataran.karena gosokan-gosokan penis terjadi tarikan-tarikan pada labia minorayang bersambung terus keprepusium klitoris dan tarikan-tarikan ini merupakan rangsangan pada klitoris sehingga terjadi orgasme. Ukuran klitoris sangat bervariasi dan tidak berhubungan dengan besarnya nafsu atau cepatnya respon seksual wanita yang bersangkutan. Penis merupakan oegan seksualitas utama bagi pria disamping mulut dan puting susu, adalah universal bahwa para pria prihatin mengenai ukuran penis. Ternyata bahwa ukuran penis dalam keadaan rileks tidak berhubungan dengan ukurannya dalam keadaan ereksi; yaitu sebuah penis yang lebih kecil berereksi relative lebih besar dibandingkan dengan penis yang lebih besar. Ternyata bahwa tidak terdapat perbedaan nilai ambang taktil (perabaan) antara penis yang telah disirkumisi (sunat) dan yang tidak.

37

8. Dorongan Seksual dan Transmuti Seksual Dorongan seksual, seperti dorongan lain pada manusia, merupakan kejadian yang normal dan netral. Tergantung pada manusialah dorongan itu akan disalurkan dengan cara yang bagaimana, dorongan seks menimbulkan rasa ingin tahu pada anak sedang tumbuh (menjadi lebih besar) dan yang sedang berkembang (berubah). Bila rasa ingin tahu ini tidak dipenuhi secara baik, maka anak akan mendapatkannya dari sumber lain yang diragukan efek edukatifnya dan yang senantiasa siap untuk memberi penerangan itu, seperti majalah, komik, dan lain-lain, karena itu anak-anak perlu diberi pendidikan seks.Transmute seks adalah perubahan atau pemindahan suatu bentuk energi seksual seseorang menjadi unsure yang lainnya secara positif (HILL,1994;162) Tiga potensi yang dapat ditimbulkan oleh energi seksual : a. Kelestarian umat manusia (regenerasi) b. Penjagaan kesehatan (sebagai sarana terapi yang tidak ada tandingannya) c. Membuat individu menjadi jenius melalui transmute (pemindahan energi) Hasrat pemuasan seksual adalah yang paling kuat diantara semua keinginan manusia, kalau terdorong oleh keinginan ini, manusia bisa mengembangkan imajinasi yang paling tajam, keberanian, kekuatan, kemauan, ketekunan dan semua kemampuan kreatif yang tidak mereka ketahui pada saat-saat lainnya. Demikian kuat dan berpengaruhnya keinginan untuk pemuasan seksual sehingga manusia begitu berani mempertaruhkan jiwa dan repurtasi untuk memenuhinya.kalau dikendalikan dan diarahkan kembali pada bidang prestasi yang lain, kekuatan seksualitas ini mendukung ketajaman imajinasi serta keberanian yang biasa digunakan sebagai daya kreatif yang kuat dalam bidang sastra, seni, profesi dan dalam bidang usaha (hill1994;163) Transmute energi seksual perlu latihan, kekuatan dan kemauan yang keras, tetapi imbalannya sepadan dengan jerih payah yang telah dikeluarkan. Keinginan untuk ekspresi seksual dibawa sejak lahir dan merupakan hal yang alamiah. Keinginan itu tidak bisa ditekan atau disingkirkan,tetapi harus diberikan penyaluran melalui bentuk ekspresi yang memperkaya tubuh, pikiran, dan jiwa manusia.kalau energi seksual tidak disalurkan melalui transmuti maka 38

keinginan seksual itu akan mencari pelepasan melalui saluran yang sifatnya fisik semata-mata. Sungai bisa dibendung dan airnya dikendalikan untuk sementar waktu, tetapi akhirnya aliran air ini memerlukan penyaluran. Demikian pula halnya dengan emosi seksual. Emosi ini bisa ditekan dan dikendalikan sementar waktu, tetapi sifatnya sendiri menyebabkan emosi ini terus mencari sarana ekspresi. Kalau tidak ditransmutasikan kedalam suatu upaya kreatif, emosi seksual akan menemukan penyaluran yang tidak begitu pantas. Emosi seks adalah daya yang tidak tertahankan dan tidak ada satupun yang bisa melawannya.kalau terdorong oleh emosi ini maka seorang pria bisa memiliki kekuatan super untuk melakukan tindakan.sebagai bukti rusaklah kelenjarseksual baik pada manusia ataupun pada hewan dan hilanglah sumber uatma motivasi untuk bertindak. Untuk melihat hal ini perhatikanlah apa yang terjadi terhadap binatang setelah dikebiri. Seekor banteng akan menjadi sejinak sapi betina setelah diubah dorongan seksualnya. Perubahan seks pada manusia atau binatang jantan akan merubah dan menghilangkan daya juang dirinaya. Hasil penelitian Napoleon hill (1994:163) menunjukan bahwa oranorang yang mencapai prestasi tinggi adalah : 1) Mereka yang hakekat seksualnya telah berkembang begitu tinggi orang yang telah mempraktikkan seni transmutasi seks. 2) Orang yang berhasil mengumpulkan harta kekayaan, penghargaan besar, prestasi seni, sastra, industri arsitek, dan peofesi lainnya adalah terdorong oleh motivasi seksual dari seorang wanita. Menurut hill ada 10 tingkatan yang paling mempengaruhi ( memberikan astimulus) bagi manusia : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Keinginan ekspresi seksual Perasaan cinta Keinginan untuk mendapartkan kemasyhuran, kekuasaan, kakayaan. Keinginan untuk menikmati musik Persahabatan dua orang dengan jenis kelamin sama atau berbeda Perkumpulan ahli piker untuk tujuan spiritual atau temporal Adanya kesamaan senasib atau penderitaan bersama Sugesti pribadi Keinginan terhindar dari rasa takut 39

j. Narkotika dan alcohol Bila kita lihat dorongan untuk mengekspresikan seksual menempati urutan teratas yang mempengaruhi perilaku manusia. Demikian juga energi seksual yang tersimpan pada diri remaja harus disalurkan dalam berbagai bentuk transmutasi apabila remaja tersebut tidak sanggup menahan gejolak syahwatnya dengan puasa atau belum mampu untuk menikah. Hasil penelitian Napoleon hill (1994:172) menunjukan bahwa, setelah dianalisa dari 25.000 orang-orang yang sukses ternyata kesuksesannya dimulai setelah mereka berumur 40 tahun setelah diteliti ternyata pada usia tersebut seseorang sudah dapat menyalurkan energi seksualnya dengan sempurna, atau menyalurkannaya melalui saluran yang sesuai dengan norma yang berlaku melalui tali pernikahan. Pada usia dibawah itu sebagian besar menyalurkannya melalui ekspresi fisik yang disebut dengan istilah menyebar bibit gandum sembarangan. Intinya ada dua cara yaitu melalui transmutasi seks yang dirubah menjadi prestasi atau menyalurkannya melalui saluran yang sesuai norma yaitu tali pernikahan, karena disanalah ada ketentraman dan kepuasan. 9. Disfungsi Seksual Disfungsi seksual adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu perubahan dalam fungsi seksual yang digambarkan sebagai ketidakpuasan, merasa tidak dihargai, tidak adekuat. Disfungsi seksual mungkin terjadi pada beberapa fase dalam siklus respon seksual. Jenis-jenis dari disfungsi seksual ini mencakup a. Penyimpangan seksual hipo dan hiperseksualitas Pada kedua-duanya,pria dan wanita,mungkin keinginan atau dorongan seksual itu hanya kecil ataupun sebaliknya besar. Bilamanakah hal ini sudah patologik, sukar sekali dikatakan. Sebagai patokan dapat dipakai keluhan dari mereka sendiri atau partner-nya. Artinya bila mereka sendiri atau partner-nya sudah mulai merasa terganggu karenanya penyebab hipo dan hiperseksualitas juga mungkin somatogenik, psikogenik atau terlatak pada keadaan sosiobudaya. Hiperseksualitas pada pria dapat 40

dihambat dengan pemberian estradiol dan pada wanita dengan pemberian preparat progesterone disamping psikoterapisuportif penerangan,bimbingan, dan penyuluhan.

b. Penyimpangan hasrat 1) Penyimpangan hasrat seksual hipoaktif: merupakan suatu defisiensi menetapkan atau berulang atau tak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Keluhan-keluhan ini tampaknya lebih umum diantara wanita dari pada pria. 2) Penyimpangan keengganan seksual: penyimpangan ini dikarekteristikkan dengan suatu keengganan yang kuat secara terus menerus atau berulang dan menghindari, semua atau hampir semua kontak seksual genital dengan seorang pasangan seksual. 3) Frigiditas atau anestesi seksual ialah berbagai kelainan seksual yang berhubungan dengan hambatan respon seksual wanita, mulai dari orgasme yang tak memuaskan sampai dengan tidak terdapat respon sama sekali terhadap rangsangan seksual. Penyebab psikologiknya mungkin takut hamil, penolakan suami/partner, atau takut padanya, cemburu, iri hati, atau bermusuhan dengan pria itu, rasa bersalah dengan perbuatan itu atau takut akan mutilasi. c. Penyimpangan getaran seksual Penyimpangan getaran seksual wanita : 1) Kegagalan persial atau komplit yang menetap atau berulang untuk mempertahankan atau mencapai respon pelumasan pembengkakan dari kenikmatan seksual sampai selesainya aktivitas seksual. 2) Kurangnya sensasi subjektif dari kenikmatan seksual dan kenikmatan dalam ciri seorang wanita selama aktivitas seksual yang menetap atau berulang. Penyimpangan getaran seksual pria 1) Kegagalan parsial atau komplit yang menetap atau berulang pada seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai aktivitas seksual selesai 41

2) Kurangnya sensasi subjektif dari kenikmatan dan kepuasan seksual yang menetap atau berulang pada pria selama aktivitas seksual. d. Penyimpangan orgasme 1) Orgasme wanita terhambat (anorgasmia); Penyimpangan ini didefisinikan sebagai hambatan orgasme wanita berulang dan menetap, yang dimanifestasikan dengan tidak adanya atau kelambatan orgasme setelah suatu periode rangsangan seksual yang diduga sudah adekuat dalam intesitas dan lamanya untuk menghasilkan respon tersebut. 2) Orgasme pria terhambat (retardasi ejakulasi) Pada penyimpangan ini,seorang pria tidak mampu untuk ejakulasi. Sekalipun ia memiliki eraksi yang kuat dan telah mendapatkan rangsangan lebih dari cukup beratnya masalah ini dapat direntang dari hanya masalah ejakulasi kadang-kadang sampai riwayat tidak pernah mengalami orgasme. 3) Ejakulasi premature Penyimpangan ini sebagai ejakulasi dengan rangsangan seksual minimal atau sebaliknya, atau segera setelah penetrasi dan sebelum orang tersebut menginginkannya,ia dapat menetap atau berulang. Ejakulasi pradini (prekox atau premature) ialah pencapaian orgasme dan ejakulasi tidak pada waktunya, terlampau lekas atau sebelum dikehendaki.istilah ini seringdipakai untuk memberikan keadaan ekstrim dengan ejakulasi segera sesudah penis memasuki vagina atau malahan sebelumnya. Pengobatan ejakulasi pradini: terdapat beberapa cara yang menghambat komponen psikologik, yang mengurangi komponen taktil penis dan yang mengubah nilai ambang kepekaan.menghambat komponen psikologik dapat dilakukan dengan memikirkan atau berfantasi tentang hal-hal non seksual, umpamanya pekerjaan, tugas khusus, olah raga dan sebagainya. Kinsey menganjurkan untuk melakukan kontraksi sfinkter ani sekeras-kerasnya dan berkontraksi padanya agar tetap kencang.ada yang mencubit lengannya atau menggigit pipi atau 42

lidah.keberatan terhadap cara ini ialah bahwa suami itu nanti tidak dapat dengan penuh perhatian melibatkan diri secara psikologik dan badaniah dalam hubungan seks dengan akibat yang tidak menyenangkan diri sendiri dan istrinya. Mengurangi komponen tektil penis dapat dilakukan dengan banyaknya atau kerasnya gosokan penis pada vagina dengan membatasi frekuensi gerakan atau jarak masuknya penis kedalam vagina,atau dengan mengurangi kepekaan reseptor pada glans penis (dengan pemakaina kondom atau pelumuran anestetikum pada glans penis mengubah nilai ambang kepekaan sebagai berikut : suami atau istri meraangsang penis yang sudah berereksi hingga sampai pada perasaan akan terjadi orgasme dan ejakulasi.sebelum hal ini terjadi,rangsangan mendadak dihentikan.kegairahan seksual dan mungkin juga ereksi berkurang sesudah beberapa menit.rangsangan kemudian dimulai lagi dan segera dihentikan bila timbul perasaan akan terjadi orgasme,seperti tadi.latihan ini dilakukan selam a20-30 menit sebanyak 2-3 kali sehari dan sesudah beberapa hari biasanya coitus sudah lebih lama.teknik ini rupanya melatih nilai ambang kepekaan agar lebih tahan rangsangan.pada wanita,fungsi seksual juga dipengaruhi oleh factor psikologik yang kompleks secara sadar dan tak sadar.oleh factor-faktor psiklogik dan sosiobudaya seperti pada pria.akan disinggung frigiditas, disparenia, dan vaginismus. e. Penyimpangan nyari seksual Dispareunia;penyimpangan ini didefinisikan sebagai nyari genital berulang atau menetap pada pria maupun wanita sebelum, selama atau setelah coitus, yang tidak berhubungan dengan vaginismus atau dengan kurangnya pelumasan. Disparenia dan vagisnismus. Disparenia ialah hubungan seks yang nyari atau sukar.pengobatan pada frigiditas. disparenia dan vagisnismus bila mungkin dicari penyebabnya disamping melakukan psikoterapi suportif untuk menghilangkan gangguan emosional yang mendasarinya atau yang merupakan akibat kelainan seksual itu. Bila perlu dapat diberi tranzqulaizer atau neroleptik. Vagisnismus; penyimpangan ini dikarakteristikkan oleh konstriksi 1/3 bagian luar liang vagina involunter yang mencegah masuknya penis dan coitus . vagisnismus 43

ialah spasme oto-otot vagina secara involunter. penyebabnya biasanya juga psikogenik.perlu diketahui cara suami-istri berhubungan seks,bagaimana teknik mereka,keinginan, dan anggapan isteri dan suami mengenai hal ini yang hubungan seks kepada kedua-duanya,istri dan suami,mengenai anatomi,fisiologi,dan psikologi serta teknik hubungan seks, agar istri tidak merasa khawatir lagi, tidak merasa malun atau malahan merasa harga diri direndahkan bila suami hendak mencoba teknik yang tidak biasa sehingga kecemasannya bertambah. f. Gangguan kemampuan seks. Pada pria, fungsi seksual dipengaruhin oleh factor psikologik yang kompleks secara sadar dan tak sadar.oleh factor-faktor fisiologik seperti keadaan nerologik, endokrik, dan umur, serta oleh factorfaktor sosiobudaya seperti pendidikan, pendapatan, adat istiadat dan sikap dalam masyarakat terhadap wanita, akan dibicarakan impotensi dan ejakulasi pradini. Impotensi; impotensi ialah ketidakmampuan pria mencapai atau mempertahankan ereksi sehingga akibatnya ia tidak dapat melakukan coitus. impotensi mungkin primer (tidak pernah mencapai ereksi dan tidak pernah dapat melakukan coitus) atau sekunder (dulu pernah mencapai ereksi dan dapat melakukan coitu, kemudian tidak dapat). Impotensi mungkin juga selektif, yaitu dapat melakukan coitus dalam keadaan tertentu, tetapi tidak dapat dalam keadaan lain. Penyebab impotensi : factor organic : kelemahan sesudah sesuatu penyakit badaniah, diabetes mellitus hipotiroid,anemia dan malnutrisi, gangguan mendula spinalis; obatobatan narkotika (menurunkan libido sehingga terjadi impotensi), pemakaian lama barbiturate, imipramin, dan fenotiazin (mempunyai efek antikolergik yang menganggu saluran otonomik yang perlu buat ereksi); thioridazin dapat menyebabkan penderita tidak dapat berejakulasi biarpun ia potent dan mencapai orgasme. Factor psikologik paling sering (90% lebih) merupakan penyebab impotensi yang menjadi manifest mungkin sebagai impotensi biasa mungkin juga sebagai impotensi selektif (hanya dalam keadaan tertentu dan dalam keaaan lain tidak, atau hanya dengan istri atau wanita lain), impotensi karena kurang pengalaman (pada 44

permulaan pengalaman heteroseksual); impotensi sebelum orgasme dan ejakulasi ( penis menjadi lemas segera sesudah memasuki vagina), impotensi karena deviasi seksual (unpamanya transvestisme, bestialitassadisme, masokhisme, penderita impotent dalam keadaan heteroseksual, tetapi mampu dalam keadaan yang memenuhi criteria deviasi seksual). Jika impotensi itu sekedar karena gangguan badaniah, maka tentu pengobatannya terutama tertuju pada gangguan yang menyebabkan dengan tidak melupakan psikoterapi dan manipulasi lingkungan terhadap efek psikologik dan efek terhadap perkawinan (istri). Karena impotensi itu sebagian besar paikogenik, maka psikoterapi penting paling sedikit dilakukan psikoterapi suportif, bimbingan,penerangan tentang mekanisme ereksi dan ejakulasi untuk menghilangkan kecemasan dan rasa rendah diri yang timbul sekunder.sering penderita takut akan kegagalan dan ketakutan ini mungkin makin memuncak sewaktu akan melakukan coitus dan bila betul gagal,maka rasa kejantan-nya kena pukulan lagi.kemudian ia ingin mencoba lagi untuk membuktikannya bahwa ia mampu, tetapi juga ingin tahu sudah sanggupkah atau belum. Jika kegagalan yang satu menyusul kegagalan yang lain, maka ia bertambah takut dan malu. Sering juga dikira bahwa impotensi merupakan akibat masturbasi yang dahulu atau karena terlalu sering ejakulasi (coitus) atau sebaliknya karena terlalu lama menahan dan tidak disalurkan nafsu seksnya.perlu diterangkan hal ini,bahwa dari penyelidikan telah terbukti, ejakulasi tau tidak ejakulasi dalam waktu yang lama tidak langsung menganggu kesehatan.sebaliknya, kecemasan yang timbul karena anggap-anggapan yang salah tentang hal ini justru secara tidak langsung dapat menimbulkan bermacam-macam keluhan. Bila perlu dapat diberi tranguilaizer atau neroleptika (dalam dosis rendah) untuk meredakan emosi penderita. Kita tidak dapat belajar melakukan ereksi dan ejakulasi, kata masters dan Johnson, karena hal ini terjadi secara reflektoris ,tetapi kita dapat menghilangkan atau mengurangi hal-hal yang menghambat ereksi dan ejakulasi itu. Mereka menganjurkan latihan ulang,diberi sekedar penerangan tentang anatomi dan fisiologi 45

coitus serta tentang organ-organ seksualitas, kemudian istri berusaha merangsang suami sesuai dengan cara yang dikehendakinya, pelan-pelan dibangunkan kepercayaan lagipada kedua-duanya akan kesatuan perkawinan sehingga dapat terjadi ereksi. g. Masturbasi kompulsif. Masturbasi adalah menimbulkan rangsangan dan kepuasan seksual pada diri sendiri.masturbasi biasanya merupakan pendahuluan yang normal sebelum perilaku nheero-sexual (yang berhubungan dengan objek. Penelitian Kinsey di Amerika serikat menunjukan. bahwa hamper semua pria dan tiga perempat dari semua wanita melakukan masturbasi pada suatu waktu dalam hidup mereka.merangsang diri sendiri sangat biasa pada masa kanak-kanak. Dalam pubertas waktu hormone seks dan cirri-ciri seks sekunder mulai berkembang,maka rasa ingin tahu lebih besar dan masturbasi bertambah banyak perbedaan emosional utama antara anak puber dan anak yang lebih muda,ialah bahwa biasanya puber bermasturbasi dengan fantasi coitus. Masturbasi menjadi patologik bila dilakukan secara kompulsif,sehingga merupakan suatu gejal gangguan jiwa, bukan karena seksual, tetapi karena kompulsif. Puber yang melakukan masturbasi sama sekali tidak boleh ditambahkan ketegangan,kecemasaan dan rasa bersalah serta rasa rendah dirinya dengan ancaman, celaan, membandingkan dengan anak-anak lain atau ditakut-takuti dengan penyakit sebagai akibat masturbasi. Tidak jarang puber mengeluh tentang kurangnya konsentrasi, badan lemah,jantung berdebar, dan sebagainya. Kemudian baru kekhawatirannya dikemukakan dengan malu-malu bahwa keluhannya ini mungkin karena ia melakukan masturbasi.anggapan ini biasanya diperoleh dari teman-teman dan bacaan yang tidak baik.dalam hal ini secara otoriter perlu diterangkan bahwa menurut penelitian kedokteran hal itu tidak benar,bahwa keluar atau tidaknya sperma secara langsung tidak menganggu kesehatan, tetapi justru anggapan anggapan yang salah itu dapat menimbulkan keluhan secra tidak langsung. Jangan membiarkan diri dengan fantasi seksual,akan tetapi bila fantasi demikian mulai timbul sebaliknya segera mencari kesibukan bersama orang lain.olah raga dan sebagainya. 46

10. Deviasi Seksual dan Seksual Abnormal Deviasi seksual adalah gangguan arah-tujuan seksual.arah dan tujuan seksual dalam hal ini bukan lagi merupakan partner dari jenis kelamin yang lain dalam hubungan heteroseksual yang umunya dianggap biasa. cara utama untuk mendapatkan kepuasan seksual ialah dengan objek lain atau dengan cara lain yang pada umunya dianggap biasa. Deviasi seksual mungkin primer (sebabnya belum diketahui betul), mungkin sekunder (deviasi seksual hanya merupakan gejala gangguan yang diketahui, umpamanya gejala aterosklerosa otak, skizofrenia, nerosa obsesif-kompulsif, dan sebagainya) atau mungkin hanya temporer (terjadi hanya untuk sementara waktu, bila tidak ada partner heteroseksual; dalam keadaan biasa, maka cara utama pemuasan seksual ialah heteroseksual biasa) yang dimaksud dengan deviasi seksual selanjutnya dibawah ini ialah yang primer akan dibicarakan sesuai dengan klasifikasi pedoman penggolongan diagnosa gangguan jiwa ke-1 (PPDGJ-1),yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. Homosexsualitas (dan lesbianisme) Fetishisme Pedofillia Transvestitisme Ekshibionisme Voyeurisme Sadisme dan masokhisme; ditambah dengan Transeksualisme.

a.

Homosexsualitas dan lesbianisme Homoseksualitas adalah keadaan seseorang yang menunjukan perilaku seksual diantara orang-orang dari sex yang sama.bila seseorag sudah berkali-kali menunjukan perilaku itu, berarti bahwa sudah terbentuk suatu pola homoseksual, biarpun hal ini tidak dianggap sebagai pilihan utama. Istilah homoseksualitas biasanya dipakai untuk pria dan lesbianisme untuk wanita.bila disamping perilaku homoseksual orang itu juga menunjukan perilaku heteroseksual, maka ia disebut biseksual. Dalam hal demikian, maka orang itu mungkin lebih banyak homoseksual atau lebih banyak heteroseksual. 47

Seorang transvetit atau seorang transeksual sering melakukan tindakan homoseksual , bukan karena mereka juga homoseksual, tetapi sebagai akibat transvestisme atau transeksualisme itu. Berbagai teori berusah menerangkan terjadinya homoseksualita, tetapi tidak ada yang memuaskan seluruhnya.orang homoseksual sering tidak datang untuk berobat dan dalam masyarakat ia dapat berfungsi biasa sebagai seseorang heteroseksual.bila ia datang berobat, maka kira-kira 30% dapat ditolong dan menjadi heterosexsual tetap.dilakukan psikoanalisa bila mungkin atau psikoterapi yang berorientasi pada psikoanalisa,secara individual atau kelompok.terapi perilaku dengan desentisiasi (desentization, aversive atau negative conditioning disusul dengan reconditioning, menurut laporan dapat ditolong juga). Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenal dan mengobati anak-anak dengan tanda-tanda feminine sebelum terjadi aktivitas seksual.unuk mengenal ini perlu diberi penerangan kepada para orang tua, dokter, pendidik dan kaum rohaniawan. b. Fetishisme Fetishisme ialah keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan pemuasan seksualdngan memakai sebagai pengganti objek seksual sebuah benda kepunyaan sex yang lain umpamanya sepatu,pakaian dalam, kaos kaki dan rambut. Penyimpangan ini diidentifikasikan dengan kekambuhan, dorongan seksual yang tinggi dan fantasi getaran seksual, lamanya paling sedikit 6 bulan menyangkut penggunaan objek-objek yang tidak hidup (APA 197). Objek-objek fetishisme mencakup bra,celana dalam wanita, stoking, sepatu bot,atau pakaian-pakaian lainnya. Objek fetishisme ini umumnya digunakan selama masturbasi atau dimasukan kedalam aktivitas seksual dengan orag lain untuk menghasilkan rangsangan seksual. Saat fetishisme melibatkan pertukaran pakaian, penyimpangan disebut fetishisme transvestik. c. Pedofilia Untuk mencapai pemuasan seksual,maka seorang pedofilia memakai sebagai obyak seorang anak dari sex yang sama atau 48

berlainan. DSM-111-R menggambarkan ciri-ciri utama dari penyimpangan ini sebagai dorongan seksual berulang dan secara seksual menimbulkan fantasi-fantasi,lamanya paling sedikit 6 bulan,meliputi aktivitas seksual dengan anak prapubertas.usia dari penganiaya adalah 16 tahun atau lebih,dan paling sedikit 5 tahun lebih dari ua anak tersebut.kategori parafilia ini kekerasan seksual paling banyak (Abel,1989). d. Transvestitisme Transvestitisme atau transvestisme ialah keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan pemuasan seksual dengan memakai pakaian dan berperan sebagai seorang dari sex yang berlainan. Ekshibisionisme Gejala-gejala utama mencakup kekambuhan, dorongan seksual yang tinggi dan fantasi-fantasi getaran seksual, lamanya paling seikit 6 bulan, mencakup memamerkan alat kelamin seseorang pada orang asing (APA,1987). Untuk mencapai rangsangan dan pemuasan seksual,seorang exhibionist harus memperlihatkan genitaliannya didepan rumah.masturbasi dapat terjadi selam ekshibisionisme. Kondisi ini rupanya hanya terjadi pada pria dan korbannya 99% dari kasus-kasus yang ada adalah wanita (Abel,1989). Voyeurisme Voyeurisme atau skopfilia ialah keadaan seseorang yang harus mengamati tindakan seksual atau ketelanjangan (orang lain) untuk memperoleh rangsangan dan pemuasan seksual. Penyimpangan ini diidentifikasikan dengan dorongan seksual yang kuat dan fantasifantasi getaran seksual berulang,lamanya paling sedikit 6 bulan, meliputi tindakan mengamati orang-orang yang tidak dicurigai, biasanya orangorang asing, yang telanjang, menanggalkan pakaian atau terlibat dalam aktivitas seksual (apa,1987). Kenikmatan seksual dicapai melalui tindakan melihat dan tidak kontak dengan orang yang didekati. Masturbasi biasanya menyertai tindakan mengintip tapi mungkin terjadi lebih lanjut saat individu-individu berfantasi tentang tindakan voyeuristic. Sadisme dan Masokhisme Seorang sadist mencapai rangsangan dan pemuasan seksual dengan menyakiti (secara fisik dan psikologik) objek seksualnya, 49

e.

f.

g.

seorang masochist bila disakiti oleh objek seksualnya. Seorang sadist yang kemudian menjadi masochist disebut sadomasochist. ciri-ciri utama dari penyimpangan ini diidentifikasikan sebagai dorongan seksual berulang, kuat, dan fantasi-fantasi getaran seksual,lamanya paling sedikit 6 bulan,meliputi tindakan-tindakan (nyata, bukan dipermalukan) diman menimbulkan penderitaan psikologis atau fisik (termasuk mempermalukan) korban adalah kenikmatan seksual (APA,1987). Aktivitas-aktivitas sadistic mungkin difantasikan atau dilakukan dengan seorang pasangan yang mengizinkan atau tidak mengizinkan tindakan tersebut.dalam semua contoh,kenikmatan seksual terjadi saat berespon terhadap penderita korban. contoh-contohnya mencakup perkosaan, memukul, menyiksa atau bahkan membunuh. Sifat mengidentifikasi dari penyimpangan ini berulang,doronga seksual yang kuat dan fantasi-fantasi getaran seksual, lamanya paling sedikit 6 bulan meliputi tindakan (nyata ,bukan simulasi) dipermalukan,dipukul,dilempar atau sebaliknya untuk membuat menderita (APA,1987) aktivitas-aktivitas masokistik ini dapat difantasikan, dilakukan sendiri atau dengan seorang pasangan. Contohnya mencakup melakukan kekerasan seksual dengan menyakiti diri sendiri, atau dengan direstrein, diperkosa, atau dipukuli oleh pasangan seksual.

h.

Transeksualisme Seorang transeksual menolak jenis kelamin badaniah, tidak peduli ia dibesarkan sebagai pria atau wanita. dapat dikatakan bahwa jenis kelamin fisik-nya dan jenis kelamin psikologik-nya bertentangan. Untuk pengobatan dapat diusahakan perubahan salah satu agar kedua-duanya cocok. Biasanya dicoba dulu untuk mengubah jenis kelamin psikologik-nya dengan psikoterapi, bila sesudah beberapa waktu (kira-kira 2 tahun) memang tidak berhasil dan penderita tetap menghendakinya, maka barulah ia dioperasi (hanya membuat vagina) dan buah dada diperbesar (dengan suntikan hormone atau cara yang lain).

50

Dapat dibayangkan sedikit perasaan seorang transeksual bila dibaca kutipan-kutipan dua pucuk surat dibawah ini yang diterima penulis (secara fisik pasien itu pria berumur 19 tahun : p artinya perempuan) : tiada pilihan bagi saya selain untuk jadi p.bukan secara singkat dulu saya sudah ceritakan pada dokter, alangkah bahagia saya bila jadi p. hasrat yang terpendam sedari dulu saya berumur 13 tahun,keinginan/nafsu yang tak terkendalikan, dokter, saya berjalan telah jauh sekali dokter, berilah saya harapan,tidak satupun saya yang indah bagi diri saya selasi jadi perempuan please accept my proposal,dont suggest it.to be a girl and to be a woman is my desire.that I know. i. Deviasi seksual lain Seks oral (kunilingus: kontak mulut/lidah dengan alat kelamin wanita; felasio; kontak mulut dengan penis, dan analingus: kontak mulut dengan anus), bila tidak dipakai sebagai cara utama untuk mencapai pemuasan seksual. Lain-lain deviasi seksual ialah: bestilalitas atau sodomi (dengan binatang), nekrofilia (dengan mayat), froterisme (menggosokan penis dengan pantat/badan wanita yang berpakaian, ditempat yang penuh sesak manusia, untuk mencapai orgasme), koprofilia (didefekasi,mendefekasi partner ,atau memakan feses untuk pemuasan seksual), urolagnia (dengan urine). 11. Faktor Predisposisi Penyimpangan Seksual a. Factor biologis Penyimpangan hasrat seksual hipoakktif telah dihubungkan dengan radar testosterone serum yang rendah pada seorang pria (sadock,1989).dan untuk meningkatkan kadar serum prolaktin pada wanita (segraves,1988).berbagai obat-obatan seperti antihipertensi,antipsikotok,antidepresa,ansiolitik,dan antikolpusan,dan juga penggunaan obat-obatan yang kronik seperti alcohol dan kokain,juga mempunyai omplikasi dalam penyimpangan hasrat seksual (Abel,1985) 51

penyimpangan hasrat seksual mungkin terjadi dalam respon untuk menurunkan kadar estrogen pada wanita pascamenopuse.obat-obatan seperti anthistamin dan penyekat kolinergik dapat menghasilkan dampak yang serupa.disfungsi ereksi pada pria mungkin berhubungan dengan arteroskeloris, diabetes, epilepsi lobus, temporal, skerosis multipet,beberapa obat-obatan (antihipertensi, obat penenang), cedera sunsum tulang belakang,cedera pelipis dan penggunaan alcohol secara kronis.penyimpangan orgasme pada wanita mungkin berhubungan dengan kondisi medis (hipertiroidism, diabetes, hiperprolaktinemia) dan obat-obatan tertentu (antihipertensi, antidepresan), kondisi medis yang mungkin menganggu orgasme pada pria mencakup pembedahan genitourinarius macam pengobatan juga terlibat, termasuk antihipertensi, antikolinergik, dan antipsikotik. Penyimpangan nyeri seksual pada wanita dapat disebabkan oleh penyimpangan jalan masuk pada vagina, iritasi kerusakan pada klitoris. infeksi vagina, endometriosis, tumor, kista. nyeri saat coitus pada pria mungkin berhubungan dengan infeksi penis, fimosis, infeksi saluran kemih, atau masalah prostate. b. Faktor Psikososial Penyimpangan hasrat seksual dapat berhubungan dengan sejumlah konflik perkembangan awal yang telah membiarkan individu dengan hubungan bawah sadar antara implus seksual dan perasaan malu,bersalah dengan berlebihan (sadock,1989).perkosaan atau penganiayaan pada anak-anak ,dan juga pengalam yang menyakitkan dengan coitus yang berulang, depresi mental, masalah yang berhubungan degan proses penuaan, dan kesulitan menjalin hubungan mungkin juga adalah hal yang berhubungan dengan masalah ini. penyimpangan hasrat seksual pada wanita mungkin dihubungkan dengan keragu-raguan dan ketakutan, rasa bersalah, malu, ansietas, konflik, pelecehan, tegang, kejijikan, kebencian, kesedihan, marah terhadap pasangan dan didikan keagamaan atau moralistic yang terlalu juat (Tollison dan Adams,1979). Riwayat penganiyaan seksual mungkin juga menjadi suatu factor etiologi yang penting (beck,1989). Pada pria, penyimpangan ereksi dapat dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk 52

mengekspresikan implus seksual karena rasa takut, ansietas, marah, atau larangan moral (sadock 1989). faktor-faktor perkembangan awal yang menduking perasaan-perasaan tidak adekuat dan peraaan tidak dicintai atau tidak mampu mencintai mungkin juga mengakibatkan impotent.kesulian dalam hubungan dengan orang lain mungkin juga menjadi suau factor tambahan. Sejumlah factor yang telah diimplikasikan dalam etiologi gangguan orgasme wanita. hal ini mencakup ketakutan menjadi hamil,permusuha terhadap pria, kondisi kebudayaan yang negative, pemanjaan masa kana-kanak terhadap religius ortodoks yang kaku dan pengalaman seksual pada masa kanak-kanak atau remaja.gangguan orgasme pada pria mungkin berhubunga dengan ketakutan yang kuat dimana seks diterima sebagai suatu yang penuh dosa dan genitalia sebagai suatu yang kotor, atau kesukaran menjalin hubungan antara pribadi seperti ambivalen tentang komitmen, takut terhadap kehamilan atau permusuhan yang tidak diperlihatkan. Vagisnismus mungkin terjadi setelah memiliki pengalaman coitus yang menyakitkan untuk beberapa alasan organic. faktor-faktor biologis setelah konstriksi dan ketakutan nyeri yang berulang.faktor-faktor psikososial lainnya yang telah diimplikasikan pada factor etiologi vaginismus termasuk kondisi negative masa kanak-kanak yang menganggap seks sebagai suatu yang kotor,penuh dosa,dan memalukan,trauma seksual pada awal masa kana-kanak,orientasi homoseksual,pengalaman traumatis dengan saat pertam kali pemeriksaan pelvis,fobia kehamilan,fobia penyakit kelamin,atau fobia terhadap kanker (kolodny,et al.,1979) c. Pandangan Psikoanalitis Seorang ahli mengusulkan bahwa perkembangan seksualitas secara spesifik berhubungan dengan perkembangan hubungan objek selama perkembangan fase psikoseksual. Fase-fase psikoseksual dari anak hingga remaja : ada fase-fase psikologis yang harus dilalui tiap individu.antara lain fase psikoseksual,yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis individu tersebut.tiap individu akan mengalami fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18 tahun).bila individu tersebut gagal melewat suatu masa yang 53

harus dilaluinya sesuai dengan tahap perkembangannya,maka akan terjadi gangguan pada diri orang tersebut. Disini kita melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui setiap individu sesuai dengan tahap perkembangannya.fase-fase tersebut adalah : 1) Fase oral/mulut (0-18 bulan) Bahwa mulut adalah tempat pemuasan (oral gratification).rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap putting susu ibunya.kebutuhan-kebutuhan,persepsi-persepsi dan cara ekspresi bayi secara primer dipusatkan dimulut,bibir,lidah, dan organ lain yang berhubungan dengan daerah mulut. Dorongan oral terdiri dari 2 komponen,yitu libido dan dorongan agresi.dorongan libido adalah dorongan seksual anak,yang berbeda dengan libido orang dewasa.dorongan libido merupakan dorongan primer dalam kehidupan yang nerupakan sumber energi dari ego dalam mengadakan hubungan dengan lingkungan, sehingga memungkinkan pertumbuhan ego. Ketegangan oral akan membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai dengan diamnya bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif dapat terlihat dari perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase oral ini, peran ibu penting untuk memberikan kasih sayan dengan memenuhi kebutuhan bayi secepatnya.jika semua kebutuhannya terpenuhi, bayi akan merasa aman, percaya pada dunia luar.hal ini merupakan dasar perkembangan selanjutnya dalam berhubungan dengan dunia luar. Jika pada fae ini bayi merasakan kekecewaan yang mendalam,hal ini akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.pada waktu dewasa akan mengalami gangguan tingkah laku seksual, misalnya kepribadian oral sadistic yang dimanifestasikan dalam penyimpangan seksual sadisme, yaitu kepuasan seks yang dicapai bila didahului atau disertai 54

tindakan yang menyakitkan.sebaliknya, bila bayi mendapat kepuasan yang berlebihan maka dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi sangat optimis narcistik (cinta diri sendiri), dan selalu menuntut.

2) Fase anal (1 -3 tahun) Fase ini ditandai dengan matangnya saraf-saraf otot sfinger anus sehingga anak mulai dapat mengendalikan BAB-nya Pada fae ini kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus.kenikmatan didapatkan pada waltu menahan bab kenikmatan lenyap setelah bab selesai.jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam fase ini ternyata diganggu oleh orangtuanya dengan mengatakan bahwa hasil produksinya kotor jijik dan sebagainya, bahkan jika disertai dengan kemarahan atau bahkan ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan,maka hal ini dapat menganggu perkembangan pribadi anak.dimana pada perkembangan seksualitas dewasa anak merasa jijik (kotor) terhadap alat kelaminnya sendiri dan tidak dapat menikmati hubungan seksual dengan partnernya. Oleh karena itu sikap orangua yang benar yaitu mengusahakan agar anak merasa bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran yang dikeluarkannya adalah suatu yang biasa (wajar) dan bukan suatu yang menjijikan. hal ini penting karena akan mempengaruhi pandangannya terhadap seks nantinya. Jika terjadi hambatan pada fase anal,anak dapat mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten,kerapian,keras kepala, kesengajan, kekikiran yang nerupakan karakter anal yang berasal dari sisa-sisa fungsi anal. Jika pertahanan tehadap sifat-sifat anak kurang efektif,karakter anal menjadi ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan,kurang rapi, suka menentang, kasar dan cenderung sadomsokistik (dorongan untuk menyakiti dan disakiti). 55

karakteristik anal yang khas terlihat pada penderita obsesif kompulsif. Penyelesaian fase anal yang berhasil,menyiapkan dasar untuk perkembangan kemandirian, kebebasan, kemampuan untuk menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu kemampuan untuk menginginkan kerja sama yang baik tanpa perasaan rendah diri. 3) Fase uretral Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus.erotik uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni seperti pada fase anal.jika fase uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik,anak akan mengembangkan sifat uretral yang menonjol,yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan control terhadap uretra.jika fase ini dapat diselesaikan dengan baik, maka anak akan mengembangkan persaingan sehat, yang menimbulkan rasa bangga akan kemampuan diri.anak laki-laki meniru dan membandingkan dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari identitas gender dan identifikasi selanjutnya. 4) Fase phallus (3-5 tahun) Pada fase ini anak mulai mengerti bahwa kelaminnya berbeda dengan kakaknya,adik atau temannya.anak mulai merasakan bahwa kelaminnya merupakan tempat yang memberikan kenikmatan ketika ia mempermainkan bagian tersebut.tetapi orangtua sering marah bahkan mengeluarkan ancaman bila melihat anaknya memegang atau mempermainkan kelaminnya. Pada fase ini anak laki-laki dapat timbulnya rasa takut bahwa penisnya akan dipotong (dikebiri). Ketakutan yang berlebihan tersebut dapat menjadi dasar penyebab gangguan seksual seperti impotensi primer dan homosekual. Pada fase ini muncul rasa erotik anak terhadap orangtua dari jenis yang berbeda.rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seks tampa dalam tingkah laku anak, misalnya 56

membuka rok ibunya, meraba buah dada atau alat kelamin orangtuanya.daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya, disertai rasa cemburu terhadap ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi ayahnya disamping ibu, disebut kompleks Oedipus. untuk anak wanita disebut kompleks Elektra. kompleks elektar biasanya disertai rasa rendah diri karena tidak mempunyai kelamin seperti anak laki-laki dan merasa takut jika terjadi kerusakan pada alat kelaminnya. Bila kompleks Oedipus/Elektra tidak dapat diselsesaikan dengan baik dapat menyebabkan gangguan emosipada kemudian hari. 5) Fase latensi (5/6 tahun-11/13 tahun) Pada fase semua aktivitas dan fantasi seksual seakan-akan tertekan.tetapi keingintahuan tentang seksualitas tetap berlanjut.dari teman-teman sejenisnya anak-anak juga menerima informasi tentang seksualitas yang sering menyesatkan. Keterbukaan dengam orangtua dapat meluruskan informasi yang salah dan menyesatkan itu. pada fase ini dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual pada laki-laki maupun wanita. kegagalan pada fase ini mengakibatkan kurang berkembangnya control diri sehingga anak gagal mengalihkan energinya secara efisen pada minat belajar dan pengembangan ketrampilan.

6) Fase genital (11/13 tahun-18 tahun) Pada fase ini proses perkembangan psikoseksual mencapai titik akhir.organ-organ seksual mulai aktif sejalan dengan mulai fungsinya hormone-hormon seksual,sehingga saat ini terjadi perubahan fisik dan psikis.secara fisik,perubahan yang paling nyata adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan organ seks serta tanda-tanda seks sekunder.remaja putri mencapai kecepatan pertumbuhan maksiamlal pada usia 1213 tahun,sedangkan remaja putra sekitar 14-15 tahun.akibat perbedaan waktu ini,biasanya para gadis tampak lebih tinggi 57

daripada laki-laki seusia pada periode umur 11-14 tahun.perkembangan tanda seksual sekunder pada gadis adalah pertumbuhan payudara, tumbuhnya rambut pubes dan terjadinya menstruasi, pantat mulai membesar, pinggang ramping dan suara feminism. Sedangkan pada anak laki-laki terlihat buah pelir dan penis mulia membesar, tumbuhnya rambut pubes, rambut kumis. Suara mulai membesar, terjadinya mimpi basah, yaitu keluarnya air mani ketika tidur.bersamaan dengan perkembangan itu, munculah gelombang nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita.secara psikis,remaja mulai mengalami cinta dan tertarik pada lawan jenis.kegagalan pada fase ini mengakibatkan kekacauan identitas. 12. Pandangan Perilaku Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respon yang dapat diukur dengan kompenen fisiologis maupun psikologis terhadap stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung.bantuan yang diberiakn untuk mengatasi masalah seksual melibatkan proses merubah perilaku melalui intervensi langsung tanpa perlu mengidentifikasi penyebab atau psikodinamikanya. 13. Faktor Presipitasi Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau gambaran diri seseorang.oleh karena itu,apabila terjadi suatu perubahan pada tubuh atau emosi individu,akan menyebabkan suatu perubahan dalam respon seksual individu pula. Factor presipitasi spesifik meliputi : a. b. c. d. Penyakit fisik dan emosional. Efek samping dari pengobatan Kecelakaan atau pembedahan Perubahan karena proses penuaan.

14. Manifestasi Klinik Pada Deviasi Seksual a. Memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain/asing. b. Getaran seksual pada kehadiran objek-objek yang tidak hidup 58

c. Menyentuh atau menggosokan alat kelamin seseoran terhadap oran yang tidak mengizinkan. d. Tertarik kepada atau melakukan tindakan seksual dengan anak prapubertas e. Getaran seksual melalui mempermalukan,mamukul,melempar,atau sebaliknya untuk membuat menderita (melalui fantasi,membuat diri sendiri menderita atau dengan seorang pasangan seksual) f. Getaran seksual dengan membuat penderitaan psikologis atau fisik pada individu lain (baik dengan yang mengizinkan atau tidak mengizinkan). g. Getaran seksual melalui memakai pakaian lawan jenis. h. Getaran seksual melalui mengamati orang-orang yang tidak dicurigai baik yang telanjang atau terlibat dalam aktivitas seksual. i. Masturbasi yang sering kali disertai dengan aktivitas-aktivitas yang digambarkan saat mereka melakukan seorang diri. j. Individu tersebut tampak sekali distress dengan aktivitas-aktivitas ini.

59

Bab III
Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
A. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yan berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998). Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapai lingkungan secaa aktif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman. B. Proses terjadi harga diri rendah Hasil riset malhi, 2008 menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yan lemah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tujuan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang diharagai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung dan menuntut lebih dari kemampuannya. C. Faktor Predisposisi Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

60

D. Faktor Presipitasi Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan / bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara dirawat dirumah sakit bias menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat Bantu yang membuat klien tidak nyaman penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saatdirawat. Baik factor predisposisi maupun presipitasi di atas bila mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bersikap maupu bertindak, maka dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi social, menarik diri), yang menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan. Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan diri bayi sampai lanjut usia seperti good me, bod me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan social akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan social seperti perasaaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan social, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku harga diri rendah. E. Tanda-tanda harga diri rendah 1. Mengejek dan mengkritik diri. 2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri. 3. Mengalami gejala fisik, tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat. 4. Menunda keputusan. 5. Sulit bergaul 61

6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas diri 7. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi 8. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup. 9. Merusak / melukai orang lain. 10. Perasaan tidak mampu. 11. Pandangan hidup yang pesimistis. 12. Tidak menerima pujian. 13. Penurunan produktifitas. 14. Penolakan terhadap kemampuan diri. 15. Kurang memperhatikan perawatan diri. 16. Berpakaian tidak rapi. 17. Berkurang selera makan. 18. Tidak berani menatap lawan bicara 19. Lebih banyak menunduk. 20. Bicara lambat dengan nada suara lemah. F. Masalah Keperawatan 1. Harga diri rendah kronis 2. Koping individu tidak efektif 3. Isolasi social 4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi 5. Risti perilaku kekerasan G. Tindakan Keperawatan 1. Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien, dengan cara mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien. 2. Beri pujian yang relastik / nyata dan hindarkan penilaian negativesetiap kali bertemu dengan klien 3. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan saat ini. 4. Menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan klien 5. Perlihatkan respons yang positif dan menjadi pendengar yang aktif. 6. Membantu klien memilih / menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan dengan cara mendiskusikan beberapa aktifitas yang dapat dilakuakan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari. 7. Bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan secara mandiri, mana aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas 62

apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. 8. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Susun bersama klien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari. 9. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan dengan cara memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien. 10. Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan klien. 11. Membantu klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya yaitu memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan 12. Beri pujian atas aktivias / kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari 13. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktifitas. 14. Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga 15. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. 16. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan klien. H. Tindakan dan peran keluarga dalam meningkatkan harga diri klien. Meningkatkan harga diri klien 1. Menjalin hubungan saling percaya 2. Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien. 3. Meningkatkan kontak dengan orang lain. 4. Menggali kekuatan klien. 5. Dorongan mengungkapkan pikiran dan perasaannya. 6. Bantu melihat prestasi dan kemampuan klien. 7. Bantu mengenal harapan. 8. Mengevaluasi diri. 9. Membantu klien mengungkapkan upaya yang bisa digunakan dalam mengahdapi masalah. 10. Menetapkan tujuan yang nyata. 11. Bantu klien mengungkapkan beberapa rencana menyelesaikan masalah. 12. Membantu memilih cara yang sesuai untuk klien. 13. Bantu klien untuk mengubah perilaku negative dan mempertahankan perilaku positif. 14. Sikap keluarga : empati, mengontrol klien, memberi pujian pada klien.

63

Bab IV
Asuhan Keperawatan Gangguan Interaksi Sosial

A. PENGERTIAN INTERAKSI SOCIAL Menurut H. Bonner dalam bukunya yang berjudul Sosial Psychology, mengemukakan bahwa : Interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Dengan demikian antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi secara timbal balik pula. B. FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI SOCIAL Interaksi dari : - Faktor imitasi - Faktor sugesti - Faktor identifikasi - Faktor simpati Kelangsungan interaksi social ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, ternyata ada beberapa factor yang mendasari kelangsungan interaksi social. Adapun factor-faktor yang mendasarinya adalah sebagai berikut : 1. Faktor Imitasi : Pada mulanya seluruh kehidupan social berawal dari proses imitasi. Misalnya saja kita amati bagaimana seorang anak belajar berbicara, mula-mula ia seakan-akan mengimitasi dirinya sendiri, ia mengulang-ulang bunyi kata-kata seperti : ba-ba-ba atau la-la-la yang bertujuan untuk melatih fungsi lidah dan mulutnya untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasi orang lain, biasanya dari orang yang terdekat lebih dahulu yaitu ibunya, untuk mulai mengucapkan kata-kata dan kalimat yang ia dengar dan ia mulai mengartikan kata-kata dan mengimitasinya dari orang lain. Sebelum seseorang mengimitasi suatu hal terlebih dahulu haruslah terpenuhi beberapa syarat, yaitu : 64 YANG MENDASARI BERLANGSUNGNYA

a. Minat perhatian yang cukup besar akan hal tersebut. b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi. c. Dapat juga orang-orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku karena hal itu mempunyai penghargaan social yang tinggi. Jadi seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ingin memperoleh penghargaan social didalam lingkungannya. Jadi sebenarnya imitasi merupakan suatu segi dari proses interaksi social yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku. 2. Faktor sugesti Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hampir sama, bedanya ialah bahwa dalam imitasi seseorang mengikuti sesuatu diluar dirinya, sedangkan pada sugesti adalah dimana seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya lalu diterima oleh orang lain. Rumusan sugesti dalam ilmu jiwa social adalah : proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Persyaratan yang memudahkan sugesti terjadi pada seseorang yaitu : a. Sugesti karena hambatan berfikir. Hal ini sering terjadi pada orang yang telah berfikir atau pada seseorang yang sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional, sehingga proses sugesti yang terjadi pada orang tersebut secara langsung menerima tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu segala pengaruh atau pandangan-pandangan dari orang lain. b. Sugesti karena pikiran terpecah-pecah {disosiasi}. Sugesti mudah terjadi juga pada orang-orang yang sedang mengalami pemikiran yang terpecah-pecah. Hal ini dapat terjadi, misalnya pada seseorang yang mengalami kebingungan karena dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu komplek, sehingga ia lebih mudah terkena oleh sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluarnya dari kesulitan-kesulitan yang ia hadapi tersebut.

65

c. Sugesti karena otoritas atau prestise. Proses sugesti cendrung terjadi pada orang-orang yang sikapnya menerima pandangan-pandangan tertentu dari seseorang yang memiliki keahlian tertentu, sehingga dianggap otoritas dalam keahlian tersebut atau dari seseorang yang mempunyai prestise social yang tinggi. d. Sugeti karena mayoritas. Dalam hal ini orang banyak kerap kali cendrung akan menerima suatu pandangan atau ucapan itu disokong oleh mayoritas oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya atau masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa pertimbangan lebih lanjut, karena kalau kelompok atau golongan sudah berpendapat demikian, ia pun rela ikut berpendapat demikian pula. e. Sugesti karena well to believe Yang terjadi dalam sugesti ini adalah diterima suatu sikap, pandangan karena sikap atas pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya, tetapi dalam keadaan terpendam. Dalam hal ini isi dari sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena pada orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan.Untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal yang sebenarnya sudah terdapat padanya. 3. Faktor Identifikasi : Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud, diman menjelaskan bahwa cara-cara seseorang anak belajar norma-norma social dari orang tuanya. Hal tersebut mulai pada umur kurang lebih 5 tahun anak mulai menyadari bahwa dalam kehidupan itu ada norma-norma dan peraturanperaturan yang harus dipenuhi, dan yang harus ia pelajari. Pertama-tama ia mempelajarinya karena mendapat didikan dan arahan dari orangtuanya, biasanya anak lelaki terhadap ayahnya dan anak perempuan kepada ibunya. Identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti kedua orang tuanya. Proses terjadinya identifikasi : - Berlangsung secara tak sadar {dengan sendirinya}. - Secara irasional berdasarkan perasaan-perasaan. - Berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi system norma dan cita-cita. 66

Setelah masa pubertas, paling banyak melakukan identifikasi dengan orang lain dari pada orang tuanya, mulai melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan mencapai norma kehidupan sendiri. Tetapi pada manusia dewasa kerap kali akan mengidentifikasinya dirinya dengan anak-anak {orang yang lebih muda} sehingga terjadi suatu kondisi yang timbal balik, yang merupakan cirri khas dalam interaksi social. Disini jelas bahwa interaksi hubungan social yang berlangsung pada identifikasi itu lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung melalui proses-proses sugesti maupun imitasi. 4. Faktor simpati. Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan. Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti, meniru jejak orang lain yang dianggap ideal bagi dirinya. Jenis-jenis situasi social. Situasi social adalah suatu situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain tiap-tiap situasi social dimana terjadi interaksi social disebut situasi social. Menurut seorang ahli bernama M. Sherif situasi social itu dapat dibagi kedalam 2 golongan utama, yaitu : 1. Situasi kebersamaan. 2. Situasi kelompok social. Faktor yang menentukan berlangsungnya interaksi social. Salah satu cara seseorang melakukan interaksi social yaitu dengan menggunakan komunikasi antar individu atau komunikasi secara interpersonal. Adapun factor-faktor untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik adalah sebagai berikut : 1. Adanya rasa percaya Faktor percaya merupakan hal yang penting pengaruhnya terhadap komunikasi interpersonal. Secara ilmiah percaya didefinisikan sebagai : mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko.{Eiffin, 1967:224-234}. 67

Definisi diatas menyebutkan tiga unsure percaya : a. Ada situasi yang menimbulkan resiko. b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain. c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. Ada beberapa factor yang dapat menumbuhkan rasa percaya : a. Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan. b. Empati adalah factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya diri orang lain. c. Kejujuran adalah factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.

2. Sikap suportif. Adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi social. Seorang ahli yang bernama Jack R. Gibb mengemukakan 6 perilaku yang menimbulkan perilaku suportif. Hasil penelitiannya bahwa sering orang menggunakan perilaku defensif, makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif. Iklim Defensif antara lain adalah : a. Evaluasi. b. Kontrol. c. Strategi. d. Netralitas. e. Superioritas. f. Kepastian. Iklim Suportif antara lain adalah : a. Deskripsi. b. Orintasi masalah. c. Spontanitas. 68

d. Empati. e. Persamaan. f. Profesinalisme.

3. Sikap terbuka. Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Perbedaan karakteristik orang yang terbuka dengan orang yang tertutup : Sikap terbuka : a. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dari keajegan logika. b. Membedakan dengan mudah melihat nuansa. c. Berorintasi pada isi. d. Mencari informasi dari berbagai sumber. e. Lebih bersifat professional dan bersedia mengubah kepercayaannya. Sikap tertutup : a. Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi. b. Berfikir simplitis { berfikir hitam putih tanpa nuansa } c. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan. d. Mencari informasi tentang kepercayaan orang dari sumbernya sendiri. e. Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh system

kepercayaannya
f.

Menolak, mengabaikan, menolak pesan yang tidak konsisten dengan system kepercayaannya.

69

C. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional Tujuan Kriteria evaluasi Tindakkan keperawatan

Isolasi sosial : Tujuan umum : menarik diri dapat b/d harga diri Klien rendah kronik berinteraksi dengan lingkungannya Tujuan : 1. Klien dapat 1.1.1. Beri kesempatan klien Klien dapat 1.1. mengungkapkan mengungkapkan membina perasaannya : secara hubungan saling perasaanya - Bimbing klien percaya dengan verbal kepada perawat mengungkapkan perawat setelah 2 kali perasaannya pertemuan : - Gunakan pertanyaan terbuka Saat sedih atau - Dengarkan ungkapan klien gembira dengan aktif Membalas sapaan perawat 1.1.2. Beri respon yang tidak Menyebutkan menghakimi : tujuan interaksi - Tidak menyalahkan Dapat pendapat klien mengungkapkan - Menerima pendapat klien perasaannya Dengan mengungkapkan perasaannya beban klien akan berkurang

Respon menghakimi dapat merusak hubungan saling percaya dan menurunkan harga diri klien

70

1.1.3. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan cara mengurangi stimulus eksternal yang berlebihan dalam interaksi 2.1.1.Diskusikan kemampuan dan 2.1. Klien dapat aspek positif yang dimiliki klien menyebutkan kemampuan dan aspek memberi positif yang masih 2.1.2.Hindarkan dimiliki setelah 3 kali penilaian negatif pertemuan Kemampuan hubungan interpersonal Kemampuan dalam melaksanakan ADL 2.1.3.Diskusikan klien dalam interpersonal

Lingkungan yang tenang mampu membantu klien dalam memfokuskan pikiran

2. Klien dapat mengidentifik asi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Memotivasi memandang secara positif

klien dirinya

Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri klien dalam akan harga

kemampuan berhubungan Kemampuan berhubungan meningkatkan diri klien

2.1.4.Diskusikan kemampuan Kemampuan dalam yang masih dimilki klien dalam melaksamakan melaksanakan kegiatan sehari-hari kegiatan meningkatkan harga diri klien

71

3.1.1.Diskusikan kegiatan yang Memotivasi klien bisa klien lakukan di rumah sakit mengidentifikasi kegiatan di rumah sakit

Memotivasi klien 3.1.2.Diskusikan kemampuan mengidentifikasi 3. Klien dapat 3.1.Klien dapat klien melaksanakan kegiatan di kegiatan di rumah menilai memberikan penilaian rumah kemampuan terhadap kemampuan yang dapat yang dapat digunakan dilakukannya 4. Klien dapat membuat rencana kegiatan realistis sesuai kemauan dan kemampuan klien 4.1. Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan dalam waktu tiga minggu Membantu klien 4.1.1.Bimbing klien untuk dapat mengembangkan menentukan keinginannya dalam kemampuan yang ada beraktivitas pada dirinya Merawat diri Membersihkan ruangan Membersihkan lingkungan Olahraga

Memberikan klien 4.1.2.Meningkatkan kegiatan gambaran tentang sesuai dengan toleransi klien kemampuannya

72

4.1.3.Memberi contoh cara Memberikan role pelaksanaan cara pelaksanaan model bagi klien kegiatan sehingga mudah bagi klien untuk melakukan kegiatan 5. Klien dapat 5.1. Klien dapat melaksanakan menyebutkan kegiatan rencana yang yang telah dilakukan telah dibuat dalam waktu satu minggu

5.1.1.Beri kesempatan klien untuk Kesempatan untuk mencoba kegiatan yang telah berhasil dapat direncanakan : memotivasi klien untuk melakukan/menetapkan Beri waktu untuk berinteraksi keterampilan yang Beri waktu untuk beraktivitas sudah dimilikinya Untuk memotivasi dan mempertahankan aspek 5.1.2.Kuatkan keterampilan dan positif aspek positif yang dicapai, beri reinforcement

6. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan harga dirinya

6.1. Klien mendapat 6.1.1.Anjurkan keluarga untuk Keluarga mempunyai dukungan keluarga dapat memotivasi klien untuk arti penting bagi klien dalam meningkatkan melakukan aktivitas harga dirinya

73

6.1.2.Anjurkan agar keluarga Mendukung klien dapat menyediakan fasilitas yang dalam melakukan terkait dengan kegiatan aktivitas

74

Bab V
Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan

A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yangdirasakan sebagai ancaman (stuart & sundeen) Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. B. Tanda Marah meliputi : 1. Emosi - Tidak aman - Rasa terganggu - Dendam - Jengkel 2. Fisik : - Muka merah - Pandangan tajam - Nafas pendek - Keringat - Sakit fisik - Penyalahgunaan obat - Tekanan darah naik 3. Spiritual : - Kemahakuasaan - Kebenaran diri - Keraguan - Tidak bermoral - Kebejatan - Kreativitas terhambat 4. Intelektual : - Mendominasi - Bawel - Kasar - Berdebat - Meremehkan

75

5. Sosial : - Menarik diri - Pengasingan - Penolakan - Kekerasan - Ejekan - Humor C. Rentang respon kemarahan Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maldaftif Respon adaptif Pernyataan asertif Frustasi Pasif Respon maladftif Agresif Ngamuk

76

D. Proses Terjadinya Marah Ancaman / Kebutuhan

Stress

Cemas

Marah Merasa Kuat Mengungkapkan Secara Verbal Merasa Tidak Adekut

Menantang

Menjaga Keutuhan An. Orang lain

Melarikan Diri

Masalah Tak Selesai

Lega

Mengingkari Marah

Marah Berlanjut

Ketegangan Turun

Marah Tak Terungkap

Bermusuhan

Marah Pada Diri

Marah Pada Orang Lain

Depresi

Agresif/ngamuk

77

E. Fungsi positip marah: 1. Fungsi energi : marah dapat meningkatkan energy. 2. Fungsi ekpresi : Ekspresi marah yang asertif -> sehat 3. Self promotional fuction : marah untuk menunjukan harga diri memproyeksikan ones diri positif 4. Fungsi defensive : kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi kecemasan yang meningkat karena konflik eksternal => setelah marah => lega 5. Potentiating function : kemarahan dapat meningkatkan potensi 6. Fungsi diskriminasi : membedakan ekspresi seseorang : marah, sedih atau gembira. F. Cara Mengatasi Marah Ada 2 Cara Yaitu : 1. Cara Umum - Melakukan kegiatan fisik ( Olahraga) - Mengurangi sumber marah ( Sikap keluarga yang lembut) - Mendorong klien mengungkapkan marah - Mememotivasi klien mengungkapkan marah yang kontruktif - Menganjurkan melakukan ibadah menurut kepercayaan masing-masing 2. Cara Khusus - Berteriak, menjerit, memukul ( Terima marah klien, arahkan klien memukul barang yang tidak rusak) - Bantu klien latihan relaksasi - Melakukan humor tanpa menyakiti orang lain - Observasi ekspresi humor yang menjadi sasaran G. Pengkajian 1. Identitas klien 2. Alasan masuk biasanya berperilaku aneh berupa marah-marah tanpa sebab, menyakiti diri sendiri dan orang lain serta merusak lingkungan. 3. Faktor predisposisi Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang Riwayat pendidikan Riwayat pekerjaan Penggunaan waktu luang Hubungan antar manusia Tindakan anti sosial Penyakit yang pernah diderita 78

Riwayat gangguan jiwa dimasa lalu Pengobatan sebelumnya Kekerasan dalam keluarga Trauma karena aniaya fisik/tindakan kriminal 4. Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 5. Apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan 6. Bagaimana keadaan fisik klien secara umum (S, N, Tensi, RR, TB, BB Serta keluhan fisik lainnya). 7. Bagaimana Kondisi Psikosoial klien : Genogram keluarga, Konsep diri klien, Hubungan sosial klien, spiritual klien. 8. Bagaimana status mental klien: Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian daya tilik diri. 9. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan 10. Kemampuan klien dalam kegiatan kehidupan sehari-hari 11. Kebersihan diri klien 12. Nutrisi klien 13. Tidur/istirahat klien 14. Apakah klien memiliki sistem pendukung 15. Apakah klien menikmati saat bekerja, yang menghasilkan atau hobbi 16. Mekanisme koping adaptif atau tidak 17. Apakah klien memiliki masalah psikososial atau lingkungan 18. Bagaimana pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit jiwa. H. Diagnosa Keperawatan 1. Kekerasan resiko tinggi berhubungan dengan adanya gangguan proses pikir 2. Gangguan sosialisasi berhubungan dengan hambatan komunikasi verbal 3. Resiko Tinggi melukai orang lain berhubungan dengan Ketidak mampuan mengontrol diri 4. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan kurangnya kemampuan merawat amuk. 79

I.

Rencana Keperawatan 1. Diagnosa keperawatan ; Kekerasan resiko tinggi berhubungan dengan adanya gangguan proses pikir 2. Tujuan Jangka Pendek : Klien mempertahankan agitasi pada tingkat yang dapat dikendalikan sehingga tidak menjadi kekerasan pada waktu lain. 3. Tujuan Jangka Panjang : Klien tidak membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan saat dirumah sakit maupun dirumah. 4. Intervensi a. Bangun kepercayaan dengan klien Jangan mengemukakan alasan, berdebat atau menentang waham Yakinkan klien bahwa dia berada dalam keadaan aman dan tidak berbahaya Jangan tinggalkan klien sendiri Sarankan klien untuk mengungkapkan perasaannya Tunjukan penerimaan terhadap kebutuhannya seperti membicarakan pengalaman yang memicu timbulnya waham Tetap tenang Rasional Untuk menghindari kecurigaan dan menumbuhkan kepercayaan/keterbukaan b. Kaji tingkat ansietas klien Rasional Dengan mengenali prilaku ini perawat dapat mengatasi sebelum kekerasan c. Kaji sensori yg menimbulkan keinginan untuk melakukan kekerasan Rasional Untuk mengetahui tentang perubahan isi pikiran yang menimbulkan perubahan perilaku. d. Jangan menerima /mengkritik isi pikir klien yang salah 80 terjadi.

Rasional Karena akan mengurangi kepercayaan dan memunculkan konflik antar klien perawat yang dapat menghambat hubungan terapeutik e. Pertahankan tingkat rangsang yang rendah pada lingkungan klien Rasional Ansietas meningkat pada rangsangan yang tinggi. f. Singkirkan objek yang berpotensi membahayakan Rasional Dalam keadaan dissorientasi klien dapat menggunakan objek ini untuk tindakan kekerasan

1. Diagnosa Keperawatan; Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan komunikasi verbal 2. Tujuan a. Tujuan jangka pendek Klien mengembangkan hubungan saling percaya dengan staf, mengajak interaksi dengan staf b. Tujuan Jangka Panjang Klien dengan sukarela mau melakukan aktivitas kelompok bersama klien yg lain dan staf Klien dapat menahan diri untuk tidak melakukan perilaku egosentris yang menyinggung orang lain dan tidak mendukung suatu hubungan saat pulang 3. Intervensi a Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan klien Rasional b Untul membentuk persepsi klien agar merasa berharga/dihargai Kembangkan hubungan terapeutik melalui kontak yang sering, singkat dan menerima Rasional Kehadiran, penyampaian dan penerimaan menolong meningkatkan harga diri/kepercayaan klien 81

Ajak klien untuk melakukan aktivitas kelompok, berikan klien kesempatan mengambil keputusan sendiri untuk meninggalkan kelompok. Rasional Untuk memberikan rasa aman secara emosional kepada klien d Berikan umpan balik langsung dari interaksi yang telah dilakukan klien dengan orang lain Rasional Untul mengubah perilaku klien kearah positif. e Ajarkan tehnik asertif dan cara berespon serta ketrampilan dalam melakukan hubungan dengan orang lain Rasional Pengetahuan tentang tehnik asertif dapat meningkatkan hubungan klien dengan orang lain

82

Bab VI
Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Alam Perasaan

Secara garis besar ada beberapa proses yang berperan dalam terciptanya suatu perolaku manusia. Pertama adalah proses kognisi yang meliputi: sensasi, persepsi perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbnagan, pikiran, kesadaran. Kedua adalah unsure kemauan, sedangkan yang ketiga adalah aspek emoasi dan afek serta yang terakhir adalah psikomotor keempat komponentersebut pada kenyataannya merupakan satu kesatuan yang sulit dipisah-pisahkan serta sling berinteraksi dalam lingkungan internal individu. Perasaan (mood) merupakan bagian dari emosi dan afek. Seperti halnya kognitif, kemauan, dan psikomotor, maka emosi serta afek klien dapat mengalami gangguan. A. Pengertian Mood Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengarhui seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yangs edih, malas untuk berkomunikasi, maka, bekerja dan sebagainya. Menurut Staurt Laraia dalam psychiatric Nursing (1998); Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh keperibadian individu dan fungsi jehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi dan memilki pengertian yang sama dengan keadaan perasaan atau emosi. Seperti aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi atau mood berperan dalam proses adaptasi. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk komunikasi social, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif, dan mekanisme peratahanan psikodinamis. Rentang Respon Emosi

Emotional Responsive

Reaksi Supresi kehilangan yang wajar

Supresi kehilangan memanjang

rekasi Mania tau depresi yang

Rentang respon emosi seseorang yang normal bergrak secara dinamis. Tidak merupakan suatu titik yang statis dan tetap. Dinamis tersebut dipengaruhi oelh 83

berbagai factor seperti organobiologis,psikoeduktif, sosiokultural. Pada klien yang mengalami gangguan alam perasaan,reaksinya cenderung menetap dan memanjang.tetapi hal tesebut juga sangat tergantung pada tipe gangguan ala perasaannya.apakah termasuk tipe menik,depresif,atau kombinasi dari keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania/depresi dengan cirri-ciri sebagai berikut : 1) Responsive : klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasa dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal (memahami harapan orang lain) 2) Reaksi kehilangan yang wajar : klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari klien berhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya sementara. 3) Supresi : merupakan tahap awal dimana coping individu termasuk maladatif, klien menyangkal perasaanya sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihka perhatiannya terhadap linkungan. Apabila fase ini berlangsung terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat menganggu individu. 4) Depresi : gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat terhadap ADL sampai ad aide bunuh diri. C. TIPE GANGGUAN ALAM PERASAAN Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorder. 1. Mood episode a. Mayor depressive episode Untuk diagnosa kelompok ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang ditampilkan selama periode2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi dari fungsi sebelumnya paling sedikit dari gejala tersebut adalah salah satu dari 2 hal berikut : (1) perasaan depresif; (2) kehilangan ketertarikan terhadap kesenangan (pleasure). Tanda-tanda secara lengkap adalah sebagai berikut : 1) Perasaan depresif lebih banyak dalam sehari, hamper setiap hari yang diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi. 2) Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenagan, hamper semuaaktivasi dalam sehari atau hampir setiap hari. 3) Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet. 4) Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur yang berlebihan (hypersomnia). 84

5) Terjadi peningkatan aktivitasi psikomotor (psychomotor agitation) atau perlambatan motorik (retardation) hampir setiap hari. 6) Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari. 7) Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaanberdosa ang berlebih hampir setiap hari. 8) Berkurangnya kemampuan untuk berfikir atau konsentrasi, atau perasaan raguragu hamper setiap hari. 9) Terus menerus berfikir tentang kematian, berulangnya, ide-ide untuk bunuh diri tanpa perencanaan yang jelas, atau percobaan bunuh diri dengan perencanaan untuk pelaksanaan bunuh dirinya. b. Manic episode Episode maniak ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan peningkatan secara menetap, meluap-luap atau mood yang mudah terangsang (irritable) selama 1 minggu (atau beberapa periode saat dirumah sakit juga penting). Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala-gejala berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang berarti : 1) Melambungnya harga diri atau Grandiosity. 2) Menurunya kebutuhan untuk tidur. 3) Lebih banyak bicara disbanding biasanya atau adanya dorongan yang untuk berbicara. 4) Ide yang meloncat (fligh of ideas) atau pengalaman subjektif bahwa ia berfikir meloncat. 5) Perhatian yang mudah teralih (distractibility). 6) Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor. 7) Keterlibatan ang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera. Pada saat episode manik dimulai, penampilan klien menjadi meningkat, tidak rapi, lebih cepat secara fisik, dalam intelektual, dan emosional. Klien menjadi meningkat dalam aktivitas (restless) dan agresif. Aspek id terlihat berlebihan, dan aspek super ego cenderung dilanggar. Klien berfikir cepat dengan demikian ia menjadi mudah teralih perhatiannya (distractibility). Hal ini menyebabkan adanya ide yang meloncat-loncat (filgh of ideas). Mood klien menjadi gembira yang berlebihan (euphoria) dan berganti menjadi exaltation (gembira berlebihan yang disertai hiperaktivitas motorik) dan akhirnya mencapai puncaknya menjadi gelisah dan sangat gaduh. Klien dalam keadaan ini tidur dan makan sangat sedikit, kehilangan berat badan yang sangat cepat ia dapat memukul apa saja apabila dicegah menjadi marah.

c. Tipe lainnya (other) 85

Tipe lain dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanik episode pada mixed episode, kriterianya merupakan perpaduan antara manik episode dan mayor depressive episode. Sedangkan pada hypomanik episode secara jelas menunjukan meningkatnya mood yang berbeda dari mood nondepresif yang biasa tetapi tidak dikelompokan sebagai episode manik.

2. Depressive disoders a. Mayor depressive disorder Mayor depressive disorders dapat berupa episode berulang atau episode tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyartai kejadian post partum. Klien yang mengalami mayor depressive berbicara menjadi lambat, berhenti bicara (halting), cemas dan klien menjadi menyalahkan diri sendiri. Pada tipe episode depresif gerakan klien menjadi lambat, lambat untuk duduk dikursi, kaku(rocking back), suara mengerang yang sedih (moaning dejectedly), dan lebih banyak duduk dilantai atau tempat tidur. Klien secara langsung bersifat agresi kedalam dirinya sendiri dan kadang kadang menyalahkan dirinya sendiri, perasaan berdosa, dan bersalah didunia. Kesengsaraannya sangat mendalam, selanjutnya setelah periode ini klien dapat mencoba bunuh diri. b. Dysthymic disorders Dalam diagnosstic and statistical manual of mental disorders, kondisi kelompok ini di kenal dengan depresi neurosis (neurotic depression) kondisi ini di tandai dengan mood yang terdepresi dalam sebagian besar hari kedua atau lebih gejala depresi berikut dapat di tampilkan : menurunnya nafsu makan (poorappetite), kelelahan yang sangat (low energi level or fatigue), susah tidur atau tidur kelebihan (insomnia or excessive sleeping), harga diri rendah (low selfesteem), kesulitan konsentrasi atau kesulitan membuat keputusan (poorconcrentation or difficulty making decision) dan perasaan putus harapan (feeling hopelessness) c. Bipolar disorders 1) Bipolar disorders Klien dengan tipe bipolar mendemontrasikan kekuataan atau (strong), meluap luap (exaggregated) dan menggambarkan siklus irama mood (cyclid mood swings). Pada semua orang normal subjek menggalami tingkat perubahan irama mood secara dinamis dan moderate. Bentuk yang di temukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami keadaan meluap luap (exaggregated) selama waktu satu minggu atau satu bulan. Kejadian tesebut bersifat lambat tetapi secara bertahap meningkat dalam emosi dan aktivitas sampai klimaks menjadi 86

gaduh gelisah (frenzy). Selanjutnya menjadi penurunan secara lambat dalam aktivatasnya menuju kearah perilakunormal lagi. Selanjutnya klirn akan memulai lagi siklus hypoaktivitas, disertai depresi 2) Cyclothymic disorders Individu dengan kelainan cyclothimic cenderung untuk mengalami irama mooddi antara exhilaration and depression ( keriangan dan depresif). Bagaimanapun dia akan mengalami manic depressive psychosis pada situasi kehidupan yang penuh stress (stressfull) dan pada beberapa kasus terjadi penyebab yang tidak jelas (change in brain chemistry have been postulated)

D. Faktor Predisposisi Gangguan Mood Berbagai teori telah di ajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukan rentang factor factor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi. 1. Genetic factor Factor genetic di anggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.hal ini di sepakati bahwa factor keturunan dan lingkungan memegang peran penting dalam beberapa gangguan mood.gangguan tipe bipolar dan mayor depressive terjadi pada keluarga tetapi fakta menunjukkan bahwa yang di turunkan adalah tipe bipolar, dengan kecenderungan sebagai berikut: a Salah satu orang tua menderita gangguan mood tipe bipolar ; kecenderungan terjadi 25% pada anak. b Dua orang tua menderita ganggun mood tipe bipolor ; kencenderungan terjadi 50-75% pada anak. c Satu monozygote kembar menggalami bipolar ; 40-70% kecenderunganna terjadi pada kembarannya. d Satu dizygote kembar menggalami bipolar ; kecenderungan 20% terjadi pada saudara kembarnya. e Satu orang tua menggalami kelainan tipe depresif ; 10-13% kecenderungan terjadi pada anaknya.

87

2. Agression Turned Inward Theori Teori agresi menyerang kedalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang di tunjukan kepada diri sendiri.menurut Sigmund Freud depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu bawaan yang bersipat merusak (instinct agresif). Untuk beberapa alasan tidak secara langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan serta disertai perasaan berdosa/bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan aau perasaan ambivalen terhadap objek yang dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaa dan hal ini tidak mampu untuk mengekspesikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat dan tidak rasional. Misalnya : ia marah pada kekasihnya yang diketahui memiliki kekasih selain dirinya. ia ungkapkan kemarahannya kepada diri sendiri karena timbul perasaan ambivalen kepada kekasihnya, yaitu perasaan membenci sekaligus mencintai. Bila hal tersebut dianggap sebagai pemecahan masalah yang adaptif maka seterusnya ia akan menggunakan koping tersebut yang sebenarnya bersifat destruktif. 3. Objec Loss Theori Teori kehilangan objek menuju pada perpisahan traumatic individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang yang memnerikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam teori ini adalah: kehilangan dengan masa kanak kanak sebagai factor predisposisi terjadi depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah dewasa yang menjadi factor pencetus terjadinya stres. Fakta untuk model ini pertamakali oleh Spitz yang mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi dari ibunya saat berusia 6-12 bulan.reksi tersebut adalah sebagai berikut: kekhawatiran (apprehension), menangis, menarik diri, gerakan psikomotor yang lambat, sedih, dan patah hait, pingsan, kesulitan tidur, tidak nafsu makan, kelambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sindroma ini dikenal dengan analytic depression. 4. Personality Organization Theori Teori organisasi kerpibadian menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilainan seseorang terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada variable utama dari psikososial, yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok. Ketika mengeksprsikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi. gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatkan maniak atau hippomanic episode. Ancaman terhadap harga diri menimbulkan penampilan peran yang miskin, merasakan tingkat yang rendah fungsi kehidupan sehari hari dan hilangnya identitas diri secara jelas.

88

5. Cognitive Model Model cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasikan oleh evaluasi negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang merugikan sebagai contoh: seorang suami mengatakan ia meninggalkan saya karena saya tidak mampu mencintainya, tanpa mempertimbangkan alternatif lainnya sebagai penyebab, misalnya: kepribadian yang tidak cocok, istrinya memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya,ia hanya dapat berpikir tentang dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan atribut atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien depresi didominasikan oleh sikap pesimis.

6. Learned Helplessness Model Model ketiakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respons yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat membantunya, dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya, keyakinan yang negatif tersebut menyababkan dia putus harapan bersikap pasif dan ketidakmampuan untuk bersikap atersif pada dirinya dan orang lain. 7. Behavioral Model Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sisa, yang mengasumsi bahwa pemyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dan fakor internal. Mereka menyaleksi, mengorganisir, dan mentransformasikan stimulus yang datan pada dirinya. Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan lingkungan.tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antar satu dengan yang lainnya. Konsep reinforcement sangat penting dalam pandangannya tentang depresi.interaktif positif antar individu denagn lingkungan menyediakan reinforcement yang positif. Kurangnya reinforcement yang positif dari lingkungan menyebabkan kesedihan. Asumsi kunci dari model ini adalah rendahnya 89

jumlah reinforcement positif dari lingkungan merupakan factor pendukung terjadinya perilaku depressive. 8. Biological Model Model biologic menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang tejadi selama masa depresi, termasuk defiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipesekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang segnifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk didalamnya adalah kelainan dalam elektrolit, khususnya sodium dan kolium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari aktivitas system syaraf seperti adenokortikal, tiroid, perubuhan gonad, perubahan dalam neuorotransmitter, seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinepgrine.

9. Masalah dalam bounding and Attachment dan Genetik Gangguan ikatan natara ibu dan anak (mother child bonding) pada usia dini,sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepripadian di kemudian hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relaksi patologik pada anak. Pengalaman pada awal pertama kehidupan masa kanak kanak yang menimbulkan trauma psikis, dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk mengalami depresi. mengapa R lebih rentan atau mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan anakanak lainnya? karena sebenarnya banyak yang mendapat perlakuan yang lebih buruk dari R (pernah dipermalukan atau dikecewakan oleh guru dan teman teman di sekolah), Tetapi meeka tidak sampai depresi. Bila R menjadi depresi tentu ada sesuatu yang membuanya menjadi rentan.selain hal tersebut diatas yang tidak boleh dilupakan adalah factor genetic. Depresi lebih banyak dijumpai seseorang dengan kepribadian tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetic. Pada keluarga salah satu orang tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15% untuk memiliki anak yang akan menderita depresi dikemudian hari. Di sisi lain meskipun anak tidak mempunyai riwayat depresi secara genetic,anak anak akan belajar untuk meniru perilaku depresi dari oang tuanya. Seorang yang sehat kepribadian dan jiwanya, bias saja menderita depresi apabila yang bersangkutan tidak mampu mananggulangi stressor psikososial yang dialami.

90

E. Gejala Gangguan Mood Depresi Depresi adalah salah satu bentuk ganggun jiwa pada alam perasaan (afektif,mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah: 1. Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun 2. Nafsu makan dan berat badan menurun 3. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan)disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan,missal mimpi orang yang sudah meninggal 4. Agitasi atau retardasi motorik(gelisah atau perlambatan gerakan motorik) 5. Hilang perasaan senang,semangat dan manit,meninggalkan hobi. 6. Kreaivitas dan produktivitas menurun. 7. Gangguan seksual(libido menurun) 8. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri; Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain. biasanya orang yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri (diri kepribadian depresi), dengan ciri-ciri: 1. Mereka sukar untuk bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable tegang dan agitatif. 2. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit ini itu. 3. Pengendalian dorongan dan implus terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain. 4. Suka mencela, mengritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme petahanan penyangkalan. Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kerentanan remaja mengalami depresi dan bunuh diri, telah dilakukan penelitian terhadap 39.000 ramaja. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa ditolak, keputusasaan, depresi dan bunuh diri telah bergeser, dan mulai pada usia yang semakin lama semakin dini selain itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus depresi dan bunuh diri di masyarakat,erat kaitannya dengan situasi krisis, (politik, social, ekonomi, dan moral.), pengagguran, kemiskinan persaingan yang keras dan kriminalitas. Dalam beberapa dekade terakhir ini telah terjadi erosi besar-besaran terhadap keluarga inti. Semakin hari semakin sedikit waktu yang disediakan orang tua untuk anak, berlipat ganda angka perceraian, semakin jarang keluarga ada dirumah dan semakin banyak 91

keluarga yang menjalankansikap tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak dan remaja. Selain itu kita dapat menyaksikan peningkatan individualisme. lenyapnya keyakinan yang lebih dalam terhadap agama, serta dukungan masyarakat dan keluarga besar yang menyebabkan hilangnya sumber penopangan dari kekalahan atau kegagalan. salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri, (suicide) sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. Angka bunuh diri pada remaja di AS dalam satu tahun antara 1,7-5,9%dan untuk selama hidup antara 3,0-7,1%, diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri pada anak belum diketahui besar angkanya.

92

Bab VII
Asuhan Keperawatan dengan Kurang Perawatan Diri
A. Pengertian Salah satu gejala pada pasien dengan gangguan jiwa kronis adalah ketidakpedulian merawat diri (self care) yang merupakan salah satu gejala negative. Bentuk ketidakmampuan merawat diri tersebut berupa ketidakmampuan dalam kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan minum dan tata cara yang baik, serta tata cara eliminasi yang baik. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga maupun masyarakat. B. Pengkajian Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses berpikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting; Buang air besar(BAB) dan buang air kecil (BAK) secara mandiri. Untuk mengetahui apakah pasein mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pasien yaitu: 1. Gangguan kebrsihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit derdaki dan bau, kuku panjang dan kotor. 2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rabut acak-acakan pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada psien wanita tidak berdandan. 3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan secara mandiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya. 4. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setalah BAB/BAK. C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnose keperawatan sebagai berikut: Kurang keperawatan diri: - Kebersihan diri - Berdandan - Makan - BAB/BAK

93

D.

Rencana Keperawatan 1. Rencana Tindakan Keperawatan pada pasien a. Tujuan: 1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. 2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. 3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik. 4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. b. Rencana Keperawatan 1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri dengan tahapan sebagai berikut: a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d) Melatih pasienmempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2) Melatih pasien berhias/berdandan Untuk pasien laki-laki: a) Berpakian b) Menyisir rambut c) Bercukur Untuk pasien wanita: a) Berpakian b) Menyisir rambut c) Berhias 3) Melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Mmenjelaskan cara meerapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK.

2. Rencana tindakan pada keluarga a. Tujuan Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang keperawatan diri. 94

b. Rencana tindakan keperawatan 1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma 3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien 4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (seuai jadwal yang telah disepakati) 5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam merawat diri 6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri.

95

Bab VIII
Asuhan keperawatan dengan gangguan sensori persepsi:halusinasi
A. Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi tentang obyek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Individu mendengar suara tanpoa adanya rangsang akustik. Ia melihat seewkor kucing ditempat tidurnya tanpa adany seusatu yang dapa dilihat, atau mencium bau racun tanpa adanya sesuatu yang merangsang indra penciuman. (Wilson da Kneisl, 1983 hal. 406) Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis, sindroma putus obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan keseimbangan endokrin, gangguan tidur. Halusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas. Pada waktu halusinasi klien mempunyai kesadaran penuh.

B. Gejala Gejala halusinasi penting sekali diketahui agar perawat dapat menetapkan masalah halusinasi. Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk

terpaku dengan pandangan mata pada sartu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Selain menetapkan gejala halusinasi yang lebih penting lagi adalah mengawasi terjadinya halusinasi itu agar pemeriksa dapat memahami secara lebih mendalam konflik yang dialami klien.

C. Proses terjadinya halusinasi 96

Halusinasi berkembang melalui empat fase (Haber, dkk, 1982. hal. 607-608) Fase pertama Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannnya namun intensitas persepsi meningkat.

Fase kedua Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan sensasi. Halusinasi dapat meruopa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendsengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnmya. Klien membuat jarak anatara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.

Fase ketiga Halusinasi lebih menonjol, mengusai dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang sementara.

Fase keempat Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepasakan diri dariu kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlaslu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberap a jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi. 97

D. Macam - macam Halusinasi Menurut Haber, Leach, Sdelan (1978 hal. 725) macam-macam halusinasi antara lain : Halusinasi dengar Ucapan atau suara yang didenga r oleh klien, tetapi takl didengar dan tak ada

hubungannya denagn obyek realita. Suara itu sering mencaci maki orang lain. Sering kali suara itu merupakan proyeksi dari ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dalam dirinya yang kemudian dihibungkan dengan kekuatan luar. Contoh: Klien wanita mengalami kecemasan danm rasa bersalah untuk aborsinya yang telah dilakukan, ia mendengar Tuhan menghinanya karena tingkah laku seksual dan abortusnya. Halusinasi dengar sering terjadi pada skizofrenia.

Halusinasi lihat Bayangan atau sensasi visual yang dialami oleh klien tanpa adanya stimulus eksternal. Klien mungkin melihat bayangan dari figur obyek atau kejadian yang aneh sekali, menakutkjan atau menimbulkan rasa nyaman. Contoh : Klien laki-laki sering melihat dirinya dan keluarganya ditempakl mati oleh regu penembak untuk kejajhatan yang tidak diketahui. Gambaran ini melintas di depan matanya seperti layaknya menonton film. Halusinasi lihat sering terjadi pada klien dengan gangguan mental organik.

Halusinasi bau atau hirup Bau-bauan yang tercium berasal dari tempat yang spesifik atau tidak bisa diketahui. Contoh : Klien wanita merasa ia mempunyai personalitas yang busuk, ia mengeluh mencium daging busuk dan rambut yang terbakar berasal dari dirinya atau orang lain disekitarnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizure disorder. Halusinasi kecap

98

Yaitu rasa yang dialami tanpa ada dasarnya. Contoh : Klien laki-laki merasa isterinya teklah membuatnya menderita. Setiap kali ia makan yang telah disiapkan oleh istewrinya ia merakan pahit di mulutnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizured disorder.

Halusinasi raba Sensasi tubuh yang aneh dirasakan oleh klien. Halusinasi ini bisa merupakan bagian dari delusi, dan melibatkan salah persepsi terhadap bagian tubuh. Tipe halusinasi ini sering disebabkan oleh toksisiatas alkohol. Contoh : Klien wanita yang tidak memiliki anak dan sudah menopouse merasakan organ tubuhnya membatu dan ia merasakan suspensi yang sangat berat pada tubuh bagian bawah. Halusinasi ini sering terjadi pada akut alkohol withdrawl.

E. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Ada 3 faktor yang perlu dikaji yaitu : Faktor individu Faktor keluarga Faktor lingkungan a. Faktor Individu Hal-hal yang perlu dikaji pada klien : 1. Bagaimana klien menjelaskan persoalan yang dialaminya. 2. Bagaimana klien mengatakan gangguan halusinasinya dan respon klien terhadap halusinasinya. 3. Apakah ada keserasian anatara afek dan ucapan-ucapan klien. 4. Siapakah yang merupakan teman dekat klien. 5. Apa yang diaanggap klien sebagai kekuatan terhadap dirinya. 6. Apakah klien pernah mengalami sakit fisik/kecelakaan dimasa lalu. 7. Apakah klien termasuk orang-orang yang salah menggunakan obat 8. Apakah ada hambatan pada tugas perkembangan klien. 9. Bagaimana klien menghadapi stresor yang dialaminya. 99

b. Faktor Keluarga Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1. Posisi klien di dalam keluarga (tertua, tengah, bungsu, tiri) 2. Bagaimana pola komunikasi dalam keluarga 3. Adakah hal-hal pada kejadian tertentu yang sulit atau tidak dibicarakan di dalam keluarga. 4. Bagaimana reaksi anggota keluarga, terhadap situasi salking ketergantungan dalam keluarga. 5. Apakah ada anggota keluarga klien yang masuk rumah sakit karena gangguan mental. c. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1. Apa latar belakang pendidikan klien 2. Riwayat pekerjaan klien: lamanya, kepuasannya, hubungan di tempat kerja. 3. Bagaimana situasi sosial, ekonomi keluarga klien. 4. Apakah latar belakang budaya dan kepercayaan klien sesuai dengan sistem sosial dimana mereka tinggal. 5. Apakah kegiatan kelompok di masyarakat yang diikuti klien dan keluarga. 6. Apakah support sistem dalam keluarga, masyarakat ( keluarga, teman, masjid, ormas, gereja, dan lain-lain) 7. Bagaimana riwayat hubungan interpersonal klien. 2. Diagnosa keperawatan Manusia yang biasa ditemukan pada klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut : Gangguan persepsi : halusinasi dengar, lihat sehubungan dengan gangguan pikir. Gangguan berhubungan dengan orang lain sehubungan dengan halusinasi. Potensial untuk melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan ketidakmampuan membedakan antara yang nyata dan tidak nyata. Menurunnya kemampuan beradaptasi terhadap stress sehubungan dengan strategi koping yang tidak efektif. proses

Tingkah laku agresif sehubungan dengan tidak percaya pada orang lain : curiga, takut.

100

3. Perencanaan a Tujuan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah klien mampu : 1) Mengontrol halusinasi 2) Meningkatkan hubungan interpersonal 3) Meningkatkan harga diri klien b Prinsip asuhan keperawatan klien dengan halusinasi : 1) Melakukan validasi terhadap persepsi klien 2) Menerima persepsi klien dan mengemukakan persepsi perawata tentang realitas ( real untuk klien), tidak real untuk perawat. 3) Menghadirkan realitas 4) Dimulai dengan realitas dari klien, orang lain dan lingkungan. 5) Menurunkan kecemasan pada klien 6) Melindungi klien dari orang lain dari bahaya halusinasi klien 7) Meningkatkan sistem pendukung (keluarga, klien yang telah dapat mengontrol halusinasinya, tim kesehatan). Berikut ini diuraikan intervensi keperawatan yang diperlukan klien dengan halusinasi : 1) Bantu klien mengenal halusinasi Bina hubungan saling percaya Identifikasi : kapan muncul halusinasi, situasi yang menyebabkan muncul, frekuensi, sifat dan isi halusinasi. Bersama klien mengontrol halusinasi. klien melaporkan segera jika halusinasi muncul perawat mengklasifikasi jika tampak tanda-tanda halusinasi.

2) Meningkatkan kontak realitas a) Observasi tanda halusinasi b) Diskusi hasil observasi c) Hadirkan realitas sering dan singkat. Bicara tentang topik yang nyata : diri perawat, lingkungan. d) Dorong klien berespon dengan rangsang eksternal e) Beri aktifitas yang disenangi f) Buat jadwal aktifitas untuk menghindari kesendireian 3) Menurunkan kecemasan dan ketakutan Temani klien 101

Pendekatan yang tenang Cegah keadaan menarik diri atau menjauh dari realitas Menerima pengalaman halusinasi klien tanpa mendukung atau menyangkal Tidak memojokkan secara verbal dan nonverbal Dorong klien dalam kegiatan dan percakapan Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya Bersikap hangat, empati dan kalem.

4) Mencegah klien melukai diri dan orang lain Tentukan tingkat melukai diri sendiri dan orang lain Lakukan perlindungan pada klien dan orang lain Jelaskan semua tindakan yang diberikan Kontak personal secara individual Kembangkan koping yang baru

5) Meningkatkan harga diri klien Identifikasi kemampuan klien Beri kesempatan penyelesaian masalah Beri kesempatan sukses Beri pujian atas kemampuan yang dicapai oleh klien

6) Membantu interaksi dan aktifitas klien Dorong klien berespon terhadap situasi yang nyata Pilih topik komunikasi yang nyata Beri aktifitas sederhana yang dapa diiselesaikan oleh klien Kuatkan keberhasilan klien berkomunikasi dan beraktifitas

102

Bab IX
Asuhan keperawatan dengan gangguan Orientasi Realita (GOR)
A. PENGERTIAN Ketidakmampuan klien dalam menilai dan merespon pada suatu realita. seseorang dengan gangguan orientasi realita akan tidak bisa membedakan antara lamunan dan kenyataan. B. Etiologi (faktor presipitasi, predosposisi) 1. Faktor presipitasi/pemicu Umumnya kien sebelumnya menunjukan sikap bermusuhan, adanya tekanan psikologis, siolasi, pengangguran, putus asa tidak berdaya. 2. Faktor Predosposisi a Biologi 1) Gangguan perkembangan dan fungsi otak antara lain: Terdapat gangguan perkembangan pada kortek frontal, temporal, dan limbic mengakibatkan hambatan dalam belajar, bicara, daya ingat, perilaku menarik diri/kekerasan. 2) Pertumbuhan dan perkembangan: a) Prenatal b) Perinatal c) Neonatal, dan anak-anak b Psikologi Adanya penolakan atau kekerasan pada anggota oleh keluarga atau lingkungan karena tidak sesuai dengan harapan c Sosial budaya Terjadinya kemiskinan, konflik sosial budaya misalnya kerusuhan , perang.

103

C. Gejala GOR sering ditemukan pada klien dengan skizoprenia dan psikotik lain dengan gejala: 1. Gejala primer: a. Asosiasi b. Afek c. Ambivalen d. Austik e. Atensi f. Aktivitas 2. Gejala sekunder: a. Halusinasi b. Waham c. Gangguan daya ingat D. Pengkajian 1. Alasan masuk rumah sakit Klien dengan GOR dibawa kerumah sakit jiwa karena keluatga tidak mampu untuk merawat disertai dengan gejala adanya; Halusinasi, waham, isolasi sosial, perilaku kekerasan, kerusakan komunikasi 2. Hasil pengkajian data yang diperoleh dari keluarga adalah : a. Apa yang terjadi dirumah b. Apa yang dilakukan keluarga terhadap klien c. Kemana keluarga meminta pertolongan jika klien sedang mengalami gangguan jiwa 3. Hasil pengkajian yang didapat dari klien antara lain: a Penampilan diri, klin dalam berpakaian tidak rapi b Pembicaraan, tidak terorganisasi (tidak logis, berbelit-belit) c Aktivitas motorik, meningkat/menurun ( katatonik, impulsif) d Alam perasaan, suasana emosi memanjang ( sedih putus asa) e Afek, perilaku yg tampak ( tumpul, datar, ambivalen) f Interaksi selama wawancara, klien tampak bermusuhan, tersinggung, curiga g Persepsi, kemampuan klien dalam mengidentifikasi stimulus dengan informasi melalui panca indra. Klien mengalami halusinasi persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus nyata ( pendengaran, pengecapan, penglihatan, penghidu, perabaan) h Proses berfikir, inkoheren, berbelit, tidak logis. 104

i j k l

Isi Pikir, Waham : keyakinan kx berdasarkan penilaian realitas yg salah. Tingkat kesadaran, orientasi waktu, tempat & orang Daya ingat, tingkat konsentrasi menurun Penilaian dan tilik diri, tidak mampu mengambil keputusan/ evaluasi diri tidak mampu

E.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko menciderai orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar 2. Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar berhubngan dengan menarik diri 3. Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Diagnosa keperawatan: Resiko menciderai orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar 2. Tujuan umum : klien tidak menciderai orang lain 3. Tujuan khusus: a. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat mengenal halusinasi c. Klien dapat mengontrol halusinasi d. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi e. Klien dapat memenfaatkan obat dengan baik 4. Tindakan keperawatan a Bina Hubungan Saling Percaya: 1) Salam Perkenalan 2) Perkenalan diri 3) Jelaskan tujuan interaksi 4) Ciptakan lingkungan yang tenang 5) Buat kontrak yang jelas tiap pertemuan b Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya c Dengarkan ungkapan klien dengan empati d Lakukan kontak sering dan singkat e Observasi tingkah laku klien f Membantu klien untuk mengenal halusinasinya dengan cara: 1) Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah saudara mendengar ada suara yang didengar 2) Jika klien menjawabada, lanjutkan apa yang dikatakan 105

F.

3) Katakan bahwa perawat percaya bahwa kien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengar (dengan nada bersahabat) 4) Katakana bahwa klien lain juga ada yang seperti Saudara 5) Katakana bahwa perawat akan membantu klien g Diskusikan dengan klien tentang: 1) Situasi yang dapat menimbulkan atau tidak menimbulkan 2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi h Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/takut/sedih) i Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi dengan tehnik tidur/marah/menyibukkan diri j Diskusikan cara baru untuk memutuskan halusinasi: 1) Katakan: saya tidak mau mendengar kamu. 2) Menemui orang lain (perawat/teman/keluarga) untuk bercakap-cakap 3) Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak muncul 4) Meminta perawat/keluarga/teman untuk menyapa jika klien bicara sendiri k Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi l Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil m Anjurkan klien untuk mengikuti terapi kelompok n Anjurkan klien memberi tahu keluarga jika halusinasi mulai muncul o Diskusikan dengan keluarga pada saat keluarga mengunjungi klien tentang: 1) Gangguan halusinasi yang dialami klien 2) Cara yang dialami klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi 3) Cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi dengan cara: a) Beri kegiatan b) Jangan dibiarkan sendiri c) Makan bersama d) Bepergian bersama 4) Beri informasi follow up atau perlu bantuan jika halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain p Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat q Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan dapat merasakan manfaatnya r Anjurkan kien bicara dengan dokter tentang efek obat yang dirasakan s Diskusikan akibat berhenti meminum obat tanpa konsultasi t Bantu klien menggunkan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu) 106

G.

Evaluasi Hasil yang diharapkan pada akhir perawatan : 1. Kien mampu: a. Memutus halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan b. Melakukan hidup sehari-hari sesuai jadwal yang dibuat klien c. Meminta bantuan keluarga d. Menggunkan obat dengan benar e. Melakukan follow up 2. Keluarga mampu: a. mengenal gejala halusinasi b. mengidentifikasi gejala halusinasi c. merawat klien dirumah dengan cara memutus halusinasi, mendukung kegiatan keluarga d. menolong klien menggunakan obat dan follow up

107

Bab X Komunikasi terapeutik Perawat- Pasien


A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara perawat klien. Ketrampilan dalam menggunakan tehnik komunikasi terapeutik membantu perawat memahami dan berempati terhadap pengamalan klien B. Tujuan 1. Membangun hubungan terapeutik perawat-klien 2. Mengidentifikasi masalah klien 3. Mengkaji persepsi klien tentang masalah saat klien terbuka dalam menceritakan peristiwa tersebut. 4. Mengenali kebutuhan mendasar klien 5. Memandu klien dalam mengidentifikasi cara pencapaian solusi yang memuaskan dan dapat diterima secara social. C. Sifat Hubungan Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien dan meliputi: 1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan terhadap diri. 2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. 3. Kemampuan membina hubungan interpersonal, saling tergantung, dan intim dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai. 4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis. Untuk mencapai tujuan ini, berbagai aspek pengalaman hidup pasien dikaji selama berlangsungnya hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan persepsi, pikiran dan perasaannya serta menghubungkan hal tersebut dengan tindakan yang diamati dan dilaporkan. Area konflik dan ansietas diklarifikasi. Juga penting bagi perawat untuk mengidentifikasi dan memaksimalkan kekuatan ego pasien serta mendukung sosialisasi dan hubungan dengan keluarga. Masalah komunikasi diperbaiki dan pola perilaku maladaftif dimodifikasi sejalan dengan pasien mengujicobakan pola perilaku baru dan mekanisme koping yang adaptif D. Tehnik komunikasi Dua persyaratan komunikasi yang efektif, yaitu (1) komunikasi ditujukan untuk menghormati baik perawat maupun pasien dan (2) komunikasi tentang penerimaan atau pengertian mendahului tiap saran informasi atau informasi yang spesifik. Terdapat berbagai 108

metode pencatatan komunikasi perawat-pasien. Metode tersebut termasuk rekaman video, rekaman suara, dan verbatim, gambaran kasar, dan catatan pascainteraksi. berikut tehnik komunikasi terapeutik.

109

Tehnik Komunikasi terapeutik Tehnik Mendengar Definisi Proses aktif menerima informasi dan mempelajari reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima Mendorong pasien untuk memilih topic diskusi Contoh Mempertahankan kontak mata dan komunikasi nonverbal Apa yang sedang Saudara pikirkan? Nilai Terapeutik Secara nonverbal menyampaikan perhatian dan penerimaan perawat kepada pasien Ancaman Nonterapeutik Gagal mendengarkan

Pertanyaan terbuka Pengulungan pernyataan

Klarifikasi

Refleksi

Menunjukan pnerimaan perawat dan nilai inisiatif pasien Mengulangi pikiran Anda mengatakan bahwa Menunjukan bahwa utama yang telah ibu Anda meninggalkan perawat mendengarkan diungkapkan pasien Anda ketika Andaberusia 5 dan memvalidasi, tahun. member umpan balik, atau memperhatikan ucapan pasien. Berupaya menyampaikan Saya tidak jelas apa yang Membantu idea tau pikiran pasien Anda maksudkan. mengkalirifikasi yang tidak jelas; Dapatkah Anda perasaan, ide, dan meminta pasien menjelaskannya kembali? persepsi pasien; menjelaskan maksudnya memberikan kejelasan tentang hubungan antara perasaan, ide, dan persepsi pasien dengan tindakannya. Mengarahkan kembali Anda tampak tegang dan Memvalidasi pemahaman ide, perasaan, cemas, dan aakah ini perawat tentang ucapan pertanyaan, dan isi pesan berhubungan dengan pasien dan menunjukan kepada pasien pembicaraan Anda dengan empati, perhatian, dan ibu Anda semalam? penghormatan terhadap pasien. 110

Dominasi interaksi oleh perawat: penolakan respons Kurang validasi interprestasi perawat mengenai pesan; bersikap menghakimi; menyakinkan kembali; membela diri Gagal untuk menglarifikasi; purapura memahami

Membuat sterotip terhadap respon pasien; waktu dan kedalaman perasaan yang tidak sesuai; ketidaktepatan respons terhadap

Pemusatan

Pertanyaan atau pertanyaan yang membantu pasien melusakan topic pembicaraan yang penting Berbagi persepsi Meminta pasien memastikan pemahaman perawat tentang apa yang pasien pikirkan atau rasakan Pengidentifikasian Isu atau masalah pokok tema yang timbul berulangkali

Saya kira kita harus membicarakan lebih lanjut tentang hubungan Anda dengan ayah Anda. Anda tersenyum, tetapi saya merasa Anda sangat marah dengan sata. Saya perhatikan dari semua hubungan yang Anda jelaskan selalu dikecewakan oleh pria. Menurut Anda apakah hal ini yang menjadi masalah pokok? Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan perhatian dan peran serta perawat secara non verbal

Memberi kesemapatan kepada pasien untuk membahas masalah utama dan mempertahankan komunikasi sesuai tujuan. Menyampaikan pemahaman perawat dan dapat menghilangkan kebingungan Memberi kesempatan kepada perawat untuk meningkatkan sebaik mungkin eksplorasi dan pemahaman pasien tentang masalah yang penting Memberi waktu kepada pasien untuk berpikir dan memahami, memperlambat tempo interaksi, dan mendorong pasien untuk memulai percakapan sementara perawat memberikan dukungan, pengertian, dan penerimaan. Dapat meningkatkann pemahaman dengan

pengalaman budaya dan tingkat pendidikan pasien Membiarkan terjadi abstraksi dan generalisasi; mengenai topik

Memantau pasien; menerima respons harfiah; menyakinkan kembali; menguji membela diri. Memberi saran; meyakinkan kembali; tidak setuju

Diam

Tidak ada komunikasi verbal untuk alas an terapeutik

Mempertanyakan pasien; menanyakan mengapa terhadap respons; gagal menghentikan diam yang nonterapeutik

Humor

Pengeluaran energy melalui lelucon

Hal tersebut memberikan makna yang benar-benar 111

Penggunaan tanpa pengecualian; menghina

ketidaksempurnaan

baru untuk kata gugup, diucapkan sambil bercanda.

merepresikan topic secara sadar; dapat mengatasi paradox, agresi kemarahan dan memberikan pilihan baru; merupakan bentuk sublimasi yang dapat diterima secara social.

pasien; menyeleksi untuk menghindari keakraban nonterapeutik

E.

Elemen Yang mempengaruhi kemampuan perawat untuk terapeutik


Kualitas personal Komunikasi fasilitatif Dimensi responsif Dimensi tindakan Kebutuhan terapeutik Hasil terapeutik

++

Kesadaran diri Klarifikasi nilai Eksplorasi perasaan Model peran Alturisme Etik dan tanggung jawab

Perilaku verbal Perilaku nonverbal Analisis masalah Tehnik terapeutik

Kesejatian Hormat Empati Kekongkritan

Konfrontasi Kesegaran Pengungkapan diri Katarsis Bermain peran

Resistens Transferens Kontertransferens Pelanggaran batasan

Untuk pasien Untuk masyarakat Untuk Perawat

112

Penggunaan Diri secara terapeutik Perangkat pembantu umum yang adapat digunakan oleh perawat jiwa dalam praktik adalah dirinya. Jadi, analisis diri merupakan suatu aspek penting pada suhan keperawatan yang terapeutik. Kualitas personal tertentu yang dibutuhkan perawat yang berkeinginan memberi asuhan terapeutik. meliputi hal berikut ini: 1. Kesadaran diri Adalah pemahaman tentang kepribadian, emosi, sensitivitas, motivasi, etika, filosofi hidup, citra fisik dan social, serta kapasitas diri. Semakin besar pemahaman perawat terhadap perasaan dan respons dirinya, semakin baik pula ia berkomunikasi dan memahami orang lain. Suatu alat yang bermanfaat dalam mempelajari lebih banyak tentang diri sendiri ialah Jendela Johari, yang menciptakan potret kata individu dalam empat area dan mengindikasikan seberapa baik individu mengenal dirinya sendiri dan berkomunikasi dengan orang lain. Empat area yang dievaluasi ialah : Kuadran 1 : Pribadi yang umum/ternbuka : individu mengetahui kualitas dirinya sendiri dan orang lain juga mengetahuinya. Kuadran 2 : Pribadi yang buta/tidak sadar: kualitas hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 : pribadi yang tersembunyi/tersendiri: kualitas hanya diketahui oleh dari sendiri. Kuadran 4 : Tidak diketahui: kuadran kosong yang menunjukan kualitas yang sampai saat ini tidak diketahui oleh diri sendiri atau orang lain.

2. 3. 4. 5. 6.

Klarifikasi nilai Eksplorasi perasaan Kemampuan menjadi model peran Motivasi altruistic Rasa tanggung jawab dan etik

Fase hubungan Terdapat empat fase berurutan dalam hubungan perawt-pasien, (1) fase prainteraksi, (2) fase orientasi atau perkenalan, (3) fase kerja, (4) fase terminasi.

113

Tugas keperawatan dalam setiap fase hubungan terapeutik Fase Tugas Prainteraksi Mengkaji perasaan, fantasi, dan rasa takut dalam diri sendiri Menganalisis kekuatan dan keterbatasan professional diri sendiri Mengumpulka data tentang pasien jika memungkinkan Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien Perkenalan Menetapkan alasan pasien mencari bantuan atau Membina rasa percaya, penerimaan, dan komunkasi terbuka orintasi Mengkaji pikiran, perasaan, dan tindakan pasien Mengidentifikasi masalah pasien Menjelaskan tujuan kepada pasien Merumuskan kontrak secara timbale balik dengan mencakupkan nama, peran, tanggungjawab, harapan, tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi terminasi, dan kerahasiaan. Kerja Mengkaji stressor yang relevan Meningkatkan pengembangan pemahaman dan penggunaan mekanisme koping pasien yang konstrukstif Mengkondisikan dan mengatasi perilaku resistens Terminasi Menetapkan realita perpisahan Meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan Mengkaji secara timbal balik perasaan penolakan, kehilangan, kesedihan, dan kemarahan, serta perilaku yang terkait.

Komunikasi fasilitatif Teori komunikasi Fasilitatif Teori komunikasi berhubungan dengan praktik keperawatan jiwa untuk tiga alasan utama. Pertama, komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasaan. Kedua, komunikasi adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena itu, komunikasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan intervensi keperawatan karena proses keperawatan ditujukan untuk meningkatkan perubahan perilaku adaptif. Terakhir komunikasi adalah hubungan itu sendiri; tanpa komunikasi, hubungan terapeutik perawat-pasien tidak mungkin tercapai. Tingkat Komunikasi 114

Komunikasi verbal terjadi melalui media kata-kata, lisan atau tulisan, dan komunikasi verbal mewakili segmen kecil dari komunikasi manusia secara menyeluruh. Validasi tentang makna komunikasi verbal antara perawat dan pasien dalah penting. Komunikasi nonverbal meliputi pancaindra dan mencakup segala hal selaian kata yang tertulis atau diucapkan. Ada lima kategori nonverbal: 1. Isyarat vokal yaitu suara dan bunyi paralinguistic atau extrapeech 2. Isyarat tindakan yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan postur 3. Isyarat objek yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya. 4. Ruang yaitu jarak fisik antara dua orang 5. Sentuhan yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi nonverbal yang paling personal. Dimensi Hubungan Ketrampilan atau kualitas tertentu harus dicapai oleh perawat untuk memulai dan meneruskan hubungan terapeutik. Ketrampilan tersebut menggabungkan perilaku verbal dan nonverbal serta sikap dan perasaan yang melatarbelakangi komunikasi perawat. Ketrampilan ini secara luas dibagi menjadi dimensi responsive dan tindakan. 1. Dimensi responsive mencakup kesejatian, hormat, pengertian empati, dan kekongkretan. Dimensi ini penting dalam fase orientasi hubungan untuk membina rasa percaya dan komunikasi terbuka . dimensi ini terus bermanfaat sepanjang fase kerja dan fase terminasi serta memungkinkan pasien untuk mencapai pemahaman. 2. Dimensi yang berorientasi pada tindakan mencakup konfrontasi, kesegaran, pengungkapan perawat, katarsis emosional, dan bermain peran. Dimensi ini harus diiplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk dimensi responsive. Dimensi ini membantu kemajuan hubungan terapeutik dengan mengidentifikasi hambatan pertumbuhan pasien dan tidak hanya memperhitungkan kebutuhan dan pengertian atau pemahaman internal, tetapi juga tindakan eksternal dan perubahan perilaku.

115

Dimensi responsive dan tindakan pada hubungan terapeutik perawat-pasien Dimensi Dimensi Responsif Kesejatian Hormat Pengertian empati Karakteristik Menunjukan bahwa perawat adalah individu terbuka yang serasi, autentik, dan mudah dideteksi. Menunjukan bahwa pasien diperlakukan sebagi individu yang berharga dan diterima tanpa syarat. Memandang dunia pasien dari sisi internal pasien, dengan kepekaan terhadap perasaan pasien saat ini dan kemampuan verbal untuk mengkomunikasikan pemahaman tersebut dalam bahasa yang dimengerti pasien. Mengggunakan istilah khusus bukan istilah yang abstrak dalam membahas perasaan, pengalaman, dan perilaku pasien. Ungkapan perawat tentang perbedaan perilaku pasien untuk memperluas kesadaran diri pasien Interaksi perawat pasien dalam hubungan saat ini digunakan untuk mempelajari fungsi pasien dalam hubungan interpersonal lainnya Perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan, dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan pasien. Pasien didorong untuk membicarakan tentang aspek kehidupan yang sangat menggagunya guna mendapatkan hasil terapeutik Melakukan peran dalam situasi tertentu untuk meningkatkan pemahaman pasein tentang hubngan manusia dan memperdalam kemampuan pasien untuk melihat situasi dari sudut pandang lain; juga memungkinkan pasien untuk mencoba perilaku baru dilingkungan yang aman.

Kekongkritan Dimenasi Tindakan Konfrontasi Kesegaran

Pengungkapan diri perawat Katarsis emosinal

Bermain peran

Kebuntuan Terapeutik Hambatan kemajuan hubungan perawat-pasien terdiri atas tiga jenis utama, yaitu resistens, transferens, dan kontertranferens. 1. Resistens Upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resistens merupakan keengganan alamiah atau penghindaran yang dipelajari untuk mengungkapkan atau bahkan mengalami aspek yang bermasalah pada diri seseorang. Sikap ambivalen terhadap eksplorasi diri yang didalamnya pasein menghargai juga menghindari pengalaman yang menimbulkan ansietas, merupakan bagian normal dalam proses terapeutik.

116

Berikut bentuk resisitens: Supresi dan represi informasi terkait Intensifikasi gejala Devaluasi diri dan pandangan keputusasaan tentang masa depan Dorongan untuk sehat yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang bersifat sementara Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya. Perilaku amuk atau tidak rasional Pembicaraan yang superficial Pemahaman intelektual yang didalamnya pasien mengungkapkan pemahaman dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berperilaku maladaftif, atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti pemahaman. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika pasien telaj memilki pemahaman tetapi menolak memikul tanggungjawab untuk berubah dengan alas an bahwa normalitas adalah hak yang tidak penting. Reaksi transferens

2. Transferens Adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh penting dalam kehidupan masa lalu pasien. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah ketidaktepatan respon pasien dalam hal itensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan displacement yang maladaptive.

3. Kontertransferens Kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh pasien. Merupakan respon emosional spesifik oleh perawat terhadap pasien yang tidak sesuai dengan itensitas emosi. Kontertransferens adalah transferens yang diterapkan oleh perawat. Respons perawat tidak dapat dibenarkan oleh kenyataan, tetapi lebih mencerminkan konflik terdahulu yang dialami terkait isu-isu seperti otoritas, keasertifan gender, dan kemandirian.

117

Reaksi ini biasanya terbentuk salah satu dari tiga jenis, yaitu: reaksi mencintai atau perhatian yang berlebihan, reaksi sangat bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas. Berikut bentuk kontertransferens yang diperlihatkan oleh perawat: - Kesulitanberempati teradap pasien dalam area masalah tertentu - Perasaan tertekan selama atau setelah sesi - Kecerobahan dalam mengiplementasikan kontrak seperti dating terlambat, atau melampaui waktu yang telah ditetapkan. - Mengantuk selama sesi - Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidakinginan pasien untuk berubah - Dorongan terhadap ketergantungan, pujian, atau afeksi pasien. - Berdebat dengan pasien atau kecenderungan untukmemaksa pasien sebelumnya ia siap. - Mencoba untuk membantu pasien dalam segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi. - Keterlibatan dengan pasien dalam tingkat personal dan social - Melamunkan atau preokupasi dengan pasien - Fantasi seksual atau agresif terhadap pasien. - Perasaan ansietas, gelisah, atau perasaan bersalah terhadap pasien terjadi berulangkali - Kecenderungan untuk berfokus hanya pada satu aspek informasi dari pasien atau menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya cara. - Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan pada pasien.

Kemungkinan pelanggaran batasan yang berhubungan dengan perawat jiwa: - Pasien mengajak perawat makan siang atau makan malam di luar - Hubungan professional berubah menjadi hubungan social - Perawat memghadiri pesta atas undangan pasien - Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada pasien - Pasien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya seperti anaknya untuk tujuan hubungan social - Perawat menerima hadiah dari bisnis pasien - Perawat setuju menemui ppasien untuk terapi di luar tatanan yang biasanya tanpa alasan yang terapeutik - Perawat menghadiri acara-acara social pasien - Pasien memberikan hadiah yang mahal kepada perawat 118

Perawat secara rutin memeluk atau memegang pasien Perawat enjalankan bisnis atau membeli barang pasien

Mengatasi kebuntuan terapeutik Perawat harus siap mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam kontek hubungan perawat-pasien

119

Bab XI
Asuhan Keperawatan dengan Penyalahgunaan NAPZA
A. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Aduktif Rentang respon gangguan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indicator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif sebagai berikut :

Eksperimental Keterangan:

Rekreasional

Situasional

Penyalahgunaan Ketergantungan

1. Eksrimental : Kondisi gangguan syaraf awal,yamg disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, Ia biasanya ingin mencari penggalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba. 2. Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan,acara ulang tahun. penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-teman. 3. Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi diri sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri dari atau mengatasi masalah yang dihadapi.misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi. 4. Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan sacara rutin, Minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku menggangu fungsi dalam peran dilingkungan social, pendidikan, dan pekerjaan.

120

5. Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantugan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan syndrome putus zat; suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adaktif secara rutin, Pada dosis tertentu menurunkan zat yang digunakan atau berhenti memakai,sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi, suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkan. B. Pengenalan Zat Adiktif Bila kita berbicara mengenai gangguan pengunaan zat adiktif atau penyalahgunaan zat adiktif, akan ditemukan beberapa istilah seperti: a. Zat adiktif b. Zat psikoatif c. Narkotika Perbedaan ketiga istilah diatas yaitu: a Zat adiktif: Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantunggan. b Zat psikoatif: Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang. ada 2 jenis pskioaktif: 1. Bersifat adiksi 2. Bersifat non adiksi: obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti depresi. c Narkotika: Istilah ini menurut undang-undang narkotika no. 9 tahun 1976 adalah ganja,opioida,kokain. Zat psikoakif ada beberapa macam, dan yang sering di salahgunakan adalah jenis zat psikoaktif yang bersifat adikasi: a. Golongan opioida: morfin, heroin(putaw), candu,codain, petidin. b. Golongan kasabis: ganja (mariyuana), minyak hassish. c. Golongan kokain: serbuk kokain dan dua koka.

121

d. Golongan alcohol: semua minuman yang mengandung ethyl alcohol seperti brandy, bir,wine, whisky, cognac, brem, tuak, anggur ortu (ao), dan sebagainya. e. Golongan sedatif hipnotik: bk, rohypnol, magadon, dumolid, nipam, madrax. f. Golongan MDA: (methylene, dioxy, ampetahamine): ampetahamine Benzedrine, Dexedrine. g. Golongan NDNA(methylene dioxy met ampetahamine): extacy. h. Golongan holusinogen: LSD, meskaloin, mushroom, kecubung. i. Golongan solven dan inhalansia: aica aibon (glue)saceton, thiner, N2o. j. Nikotin; tembakau k. Kafein: kopi dan teh l. Golongan lainnya zat yang terjadi bila seseorang mengunakan zat adiktif bila seseorang menggunkan zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang dinamakan intoksikasi, dimana zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan syaraf pusat (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku ,kognitif, alam perasaan, kesadaran. Apabila seseeorang menggunakan berulang kali atau sering secara berkesinambungan akan tercapai suatu kondisi yang dinamakan toleransi.kondisi tersebut adalah peninggkatan jumlah penggunaan zat adiktif untuk mencapai tujuan dari pemakai.kondisi teleransi ini akan terus berlangsung sampai mencapai dosis yang optimal (over doss). Pada pemakaian terus menerus maka individu akan sampai pada tahap tolerasi yang cukup tinggi,si pengguna zat adiktif ini bila ia menghentikan atau tidak menggunakan zat adiktif akan menimbulkan gejala-gejala yang dinamakan klien dalam kondisi with drawl atau sindroma putus asa. Gejala atau syndrome putus zat berbeda untuk tiap jenis zat adiktif pada kondisi intoksikasi gejala akan berbeda sesuai dengan jenis zat yang disalahgunakan.

122

C. Gejala yang timbul dari Pemakaian Zat Adiktif


Alkohol Bicara cadel,geraka n tidak terkoodinir,ni stagmus,kesa daran menurun ,apatis,samno len,spoor,ko ma,vertigo,di latasi pupil,jalan sempoyonga n. Ganja Kunjugtiva merah,nafsu makan bertambah, mulu kering,ddde nyut jantungcepa t,gerakan tidak terkoodinir, euphoria,ce mas,waham ,daya nilai terganggu,r elaksasi mengantuk, dipersonalis asi,ganggua n proses kognitif,hip otensi orthostatic. Opioda Pupil menyempit,bicara cadel,euphoria,apati s,gerakan lambat,mengantuk,g angguan meningkat,ganggu perhatian,miosis,kon stipasi,tingkat kesadaran menurun,hipotensi orthstatik. Ectacy Perilaku diulang,panic,paran oid(curiga)denyut jantung cepat,pupil melebar,tekanan darah naik,banyak keringat,mulut kering,menggigil,m ual muntah,agersif,bing ung,tegang,euphori a,cemas,marahmarah,berat badan menurun,kejang diskinesia,distonia, ahan tidak tidur. Halusinogen Pusing,angguan persepsi,dipersonalisasi, derealisasi,halusinasi,ilu si,sinestesi,depresi,kece masan,takut gila,mengantuk,merasa menjadi pusat perhatian,muntah mual,ataksia,daya nilai terganggu.

Into ksik asi

Putu s Zat

Gelisah,berk eringat,denyu t jantung cepat,tremor ditangan,mua l muntah,kejan otot,cemas,a gresif,halusin asi,ilusi,tinnit us delirium,inso mnia,sakit kepala lemah.

Kejang perut,rasa tak enak,mual muntah,nyeri otot sendi dan tulang,lakrimasi,rhin orhoes,pupil melebar,berkeringat, diarhoea,menguap,d emam,insomnia,geli sah

Lelah,mimpi buruk,insomnia,naf su makan bertambah,gerakan lambat,agitatif murung,tindakan bunuh diri,iritabilitasi,dep esi berat,cemas.

Kapan seseorang dikatakan menyalahgunakan dan ketergantungaan? Kedua terminologiini sangat penting untuk diketahui terutama untuk tindakan terapi dan perawatan pasien dengan menyalahgunakan zat adiktif. seseorang yang mengunakan zat yang bersifat patologis, relative digunakan lebih sering dari biasanya walaupun klien menderita cukup serius akibat penggunaannya tetapi tidak mampu menghentikan, pemakaian telah berlangsung lebih kurang 1 bulan.sehingga terjadi penyimpangan perilaku dan menggangu fungsi social, pekerjaan dan pendidikan. Ketergantungan zat adiktif adalah kondisi penyalahgunaan 123

yang lebih berat, telah terjadi ketetgantunggan fisik dan psikologis, ketergantungan fisik ditandai dengan toleransi dan sindroma putus zat.

D. Faktor Pendukung Terjadi Gangguan Pengunaan NAPZA Beberapa Faktor Pendukung Terjadi Gangguan Penggunaan NAPZA 1. Factor biologis 1) Genetic (tendensi keturunan) 2) Metabolic: etil alcohol bila dimetabolisme lebih lama lebih efisien untuk mengurangi individu menjadi ketergantunggan 3) Infeksi pada organ otak : intelegensi menjadi rendah (retardasi mental) misalnya ensefhalitis, meningitis 4) Penyakit kronis : kanker, asthma bronchiale, penyakit tahun lainnya. 2. Faktor psikologis a. Tipe kepribadiaan (dependen, ansietas ,depresi, anti social.) b. Harga diri yang rendah: depresi teruatam karena kondisi sosial ekonomi, pada penyalahgunaan alcohol, sedative, hipnotik yang mencapai tingkat ketergantunggan diikuti rasa bersalah. c. Disfungsi keluarga: kondisi keluarga yang tidak stabil, role model (ketauladanan) yang negatif, tidak terbina saling percaya antar anggota keluarga, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang sehat pada anggota, orangtua dengan gangguan pengunaan zat adiktif, perceraian. d. Individu yang mempunyai perasaan tidak aman. e. Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang. f. Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk mempraktikan homoseksual, krisis identitas. g. Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orangtua. 3. Faktor sosial cultural a. Masyarakat yang ambivalensi tantang penggunaan zat seperti tembakau, nikotin, ganja dan alcohol. b. Norma kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen alcohol untuk upacara adat dan keagamaan. c. Lingkungan tempat tinggal,sekolah,teman sebaya banyak mengedarkan dan menggunakan zat adiktif. d. Persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adikif e. Ramaja yang lari dari rumah f. Penyimpangan seksual pada usia dini 124

g. Perilaku tidak kriminal pda usia dini, misalnya mencuri,merampok dalam komunitas h. Kehidupan beragama yang kurang E. Stressor Pencetus Gangguan Penggunaan Zat Adiktif Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara untuk mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan. Beberapa faktor pencetus adalah 1. Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengaku. 2. Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan, individu berupaya untuk menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar lebih menikmati hubungan interpersonal. 3. Kehilangan orang atau suatu yang berarti seperti pacar, orang tua, saudara, drop out dari sekolah atau pekerjaan. 4. Di asingkan oleh lingkungan, rumah,sekolah,kelompok,teman sebaya,sehingga tidak mempunyai teman. 5. Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern. 6. Tersedia zat adiktif dilingkungan dimana seseorang berada khususnya pada individu yang mengalami pengalaman kecanduan zat adiktif. 7. Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam) 8. Kemudahan mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau. 9. Pengaruh film dan iklan tentang zat adiktif seperti alcohol dan nikotin. 10. Pesan dari masyarakat. F. Penyakit Fisik Akibat Pengguna Zat Adiktif 1. Cellulites, phlebitis 2. Septicemia, bacterial endicarditis 3. HIV inveksi 4. Hepatitis B atau C. 5. Erosi dan iritasi pada hidung. 6. Chirosis hepatis 7. Bronchitis 8. Grastitis 9. Penyakit kulit kelamin G. Masalah Kesalahan dan Keperawatan Secara Umum Yang Timbul Akibat Pengguna Zat Adiktif a. Depresi system pernafasan. 125

b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p.

Depresi pusat pengatur kesadaran, precoma, coma, amuk, akibat intoksikasi Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat dellirium tremens Kecemasan yang berat sampai panic Potensi mencederai diri,merusak diri dan lingkungan Perilaku agresif Depresi pusat pengaturan komunikasi verbal Gangguan kognitif,daya ingat, daya nilai, proses pikiran (waham), gangguan konsentrasi Gangguan pencernaan nausea, vomitus. Gangguan system neourologis, kejang. Gangguan persefsi, halusinasi. Gangguan pola tidur dan istirahat. Gangguan system musculoskeletal: nyeri sendi, otot dan tulang. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. Gangguan ADL. Gangguan konsep diri harga diri rendah akibat pemecahan masalah yang tidak eektif.

H. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Zat Psikoaktif 1. Pengkajian a. Fisik Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaan NAPZA pada saat pengkajian adalah sebagai berikut: nyeri, gangguan pola tidur, menurunya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar norma, kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi, jantung, haid, dan sebagainya, infeksi pada paru-paru. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya. b. Emosional Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan mengendalikan diri sendiri. c. Sosial Lingkungan social yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman pengguna zat,anggota keluarga lain pengguna zat dilingkungan sekolah atau kampus yang digunakan oleh para pendengar. d. Intelektual Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif,perasaan ragu untuk berhenti, aktivitas a\sekolah atau kuliah menurun sampai berhanti, 126

pekerjaan terhenti.sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal- hal positif. e. Spiritual Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain) ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah,pelaksanaan nilai-nilai kebaikan. f. Keluarga Ketakutan akan perilaku klien,malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan secara ekonomi oleh klien, komonikasi dan pola asuh tidak efektif,dukungan moril terhadap klien tidak dipenuhi.sasaran yang hendak dicapai adalah keluarga mampu merawat kliem yang pada akhirnya mencapai tujan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps) 2. Diagnosa perawat Diagnosa perawat menurutu NANDA (The American Nursing Diagnosis Association): a. Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya, dimanifestasikan dengan berteriak dan menutup telinga bila ditinggal sendiri dikamar. b. Gangguan proses brpikir pada penggunaan alcohol sehubungan dengan tekanan dari hukum dan tuntutan dari keluaga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar. c. Gangguan persepsi sensori visual pada penggunaan alcohol sehubungan dengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga. d. Gangguan hubungan social ; manipulatif sehubungan dengan kondisi putus zat adiktif. e. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan terus menerus menggunakan zat adiktif. f. Gangguan konsep diri; harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalahnya. g. Gangguan konsep diri sehubungan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri; denial agar tetap menggunakan obat. h. Gangguan konsep diri; harga diri rendah sehubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri. i. Gangguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif. j. Gangguan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif. 127

k. Partisipasi keluarga yang kurang dalam pengobatan klien sehubungan dengan kurangnya pengetahuan. l. Menolak mengikuti aktivtas program sehubungan dengan kurangnya motovasi untuk sembuh. m. Potensial untuk melarikan diri sehubungan dengan ketergantungan psikologis terdapat zat adiktif. n. Potensial mengancam keamanan diri sehubungan dengan kondisi pemutusan zat sedative hipnotik. o. Potensial memburuknya kesadaran; koma sehubungan dengan overdosis penggunaan sedative hipnotik. p. Potensial gangguan kardiovaskuler; postural hipotensi sehubungan dengan intoksikasi sedative hipnotik. q. Gangguan gastrointestinal; mual, muntah, diare, sehubungan dengan kondisi pemutusan zat adiktif. r. Mekanisme koping destruktif; mengamuk sehubungan dengan perasaan ditolak keluarga. 3. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan a. Prinsip Biopsikososiospiritual (stuart sundeen) 1) Biologis: Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk : (1) memberikan asuhan yang aman dalam Withdrawl (proses penghentian) bagi kien pengga NAPZA. (2) memberikan asuhan yang humanistic dan memelihara martabat klien. (3) memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farkamologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya. 2) Psikologis: Bersama kien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasikan aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan. 3) Sosial a) Konseling keluarga Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak terapuetik terhadap klien. Keluarga erring melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari konfrontasi yang semuanya menyebabkan klien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah yang dihadapi klien menimbulkan 128

dampak lagi bagi keluarga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut, dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan, lingkungan terapuetik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse dirumah b) Terapi kelompok : Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh therapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap anggota bebas menyampaikan riwayat samai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan, therapist dan anggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman masingmasing. c) Self help group: Selp help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antar anggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif. b. Prisip Community Theraupetik (Ana keliat) Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan dimasyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan.Community teraupetik melakukan intervensi untuk mengatasinya. Beberapa metode yang dilakukan: 1) Slogan yang berisi norma atau nilai kearah positif 2) Pertemuan pagi (Morning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok. 3) Talking to: metoda yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara yang ramah sampai yang keras. 4) Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah perilaku negative. 5) Pertemuan kelompok. 6) Pertemuan umum (general meeting). 129

4. Implementasi Asuhan Keperawatan Masalah Keperawatan . Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat Data : klien sakau memaksa petugas untuk pemakai zat nyeri, gangguan pola tidur, gelisah, tak berdaya, sugestinya kuat Implementasi . Tujuan : Klien mampu mengatasi keinginan menggunaka zat adiktif Individu : Identifikasi situasi yan menyebabkan timbulnya sugesti identifikasi perilaku ketika sugesti dating diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin menggunakan zat dengan menciptakan suesti yang lebih positif latihan menggunakan kata-kata ingin hidup sehat, masa depan penting, masih ada harapan. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya Kelompok diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang mengandung semangat menghindari zat keluarga motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti Bantu suasana mendukung keakrban dirumah Tujuan klien mampu meningkatkan aktivitas terutama mengisi waktu luang. Klien : identifkasi potensi / hobi / aktivitas yang menyenangkan. Diskusi manfaat aktivitas Bantu merencanakan aktivitas 9susun jadwal). 130

Intoleransi aktivitas (kurang aktivitas) sehubunan dengan kurangnya motivasi untuk sembuh. Data: Bosan. Tidak bekerja dan tidak sekolah. Tidak terlibat pekerjaan dirumah.

Motivasi untuk melakukan aktivitas secara teratur. Motivasi untuk mengatasi malas dengan memulai segera. Morivasi untuk mengatasi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas. Kompensasikan dengan membaca. Kelompok : lakukan olahraga / permainan / aktivitas bersama keluarga : diskusikan, menyediakan fasilitas bagi klien. Identifikasikan cara keluarga memotivasi klien beraktivitas. Lakukan aktivitas bersama-sama Kerusakan interaksi social (maladaptive) . Tujuan : Data: klien mengambil keputusan untuk bergaul dengan teman bukan pengguna teman pergaulan cenderung zat. pengguna zat. Klien : Dikucilkan dari masyarakat, potensi identifikasi pengaruh teman hobi tidak aktif. terhadap sugesti Bantu klien menilai factor negative bila kontan dengan sesama pengguna zat. Bantu klien mengakhiri hubungan. Bantu klien menhindari pegguna zat. Bantu mengidentifkasi teman bukan pengguna zat lain. Beri dukungan akan harapan kebaikan bila bergaul lebh banyak dengan bukan pengguna zat. Keluarga : diskusikan mengidentifikasi pengguna zat. Bantu menyembunyikan klien dari pengguna zat. Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat. Diskusikan untuk menhargai uasaha 131

klien tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat.

Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya pengetahuan. Data : tidak melakukan ibadah yang biasa dilakukan, mengancam. Ragu terhadap keyakinan. Merasa kosng spiritual, perilaku berbohong. Perilaku mencuri.

Tujuan : Klien meningkatkan kegiatan spiritual. Klien : Bantu mengidentifikasi kebuuhan spiritual. Identifikasi arti keyakinan keagamaan. Motivasi menjalankan agama. Bantu menguatkan dengan pertolongan tuhan Bantu mengatur kegiatan keagamaan.. Kelompok : diskusikan nilai-nilai kebaikan. Lakukan kegiatan ibadah bersama. Keluarga: diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan. Bantu menyiapkan kegiatan keagamaandirumah. Motivasi orang tua sebagai contoh untuk kegiatan keagamaan (doa bersama)

perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL Data : malam bergadang tidur tidak teratur mandi jarang tidak rapi suka berkelahi perilaku seks bebas penyalahgunaan zat, perokok berat

Tujuan : Klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki gaya hidupnya Klien : identifkasi gaya hidup selama menggunakan zat. Diskusikan kerugian gaya hidu pengguna zat. Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat / merokok. Bantu latihan gaya hidup sehat; makan, mandi, tidur secara teratur Kelompok : diskusikan gaya hidup sehat dan 132

Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat sedative hipnoti

manfaatnya. Keluarga: identifikasi gaya hidup keluarga diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk hidup sehat . Tujuan : Klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap stimulus secara optimal Klien : observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran, gejala kejang terutama 25 menit pada 3 jam pertama, 30 menit pada 3 jam kedua dan setiap 1 jam pada 24 jam berikutnya. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis perhatian dosis, reaksi, pasien, dan lama pemberian. Memberikan rangsangna fisik secara terus menerus misalnya menepuk nepuk bahu, memanggil nama klien. Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi. Observasi keseimbangan cairan. Menjaga keselamatan diri kien selama kesadaran terganggu. Bila gelisah sulit diatasi, pertimbangan untuk fiksasi. Keluarga : berikan penjelasan tentang pengaruh zat adiktif terhadapkondisi fisik, social, emosional kien.

Gangguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif.

Tujuan : Klien mampu memusatkan perhatiannya. Klien : mengkaji dan mengevaluasi dengan melakukan psikotes tingkat 133

intelegensi pasien. Mengkaji social ekonomi dan tingkat pendidikan pasien. Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai kebuuhan pasien. Memberikan reinforcemet prestasi yang dicapai pasien. Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam tertentu. Kelompok : mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi ; diberi tugas membaca berita yang actual, serta dibahas bersama klien lain. Mengikutsertakan klien pada seminar dan diskusi kelompok dengan topic- topic tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, hidup sehat. Keluarga : ajarkan pada keluarga tentang prinsif-prinsif komunikasi terauepetik. 5. Evaluasi Evaluasi kemampuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat, misalnya dalam pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih baik (tanpa zat, hidup yang lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien untuk mengatakan tidak terhadap tawaran pengguna zat dan menyuruh pergi. Evaluasi apakah hubungan klien dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasi yang lebih efektif untuk sama-sama mengatasi keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta masalah yang rimbul akibat pengguna zat.

134

Bab XII
Laporan Pendahuluan dan strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A. Laporan Pendahuluan (LP) Laporan pendahuluan adalah laporan yang dibuat sebelum bertemu dengan klien laporan ini dibuat secara tertuis dan didiskusikan dengan pembimbing sebelum mahasiswa bertemu dengan klien. LP dibuat setiap hari praktek dan pada akhir praktek diharapkan mahasiswa telah mempunyai pola pikir intelektual seperti tertuang dalam LP tersebut. 1. Laporan Pendahuluan berisi tentang : a. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan prioritas (diagnosa keperawatan yang diprioritaskan menurut alas an MRS, membahayakan nyawa, dominant, actual) b. Tinjauan Teori Tinjuan teori berupa uraian teoritis dari berbagai diagnosa keperaweatan yang akan dilakukan treatment, yang mana terdiri dari pengertian, factor predosposisi, factor prseipitasi, patofisiolog/psikopatologi, penentuan diagnosa keperawatan (batasan karakteristik, tanda mayor, tanda minor dari diagnosa keperawatan). c. Perumusan diagnosa keperawatan Dalam perumusan diagnosa keperawatan ini memakai rumusan satu pernyataan (one statement/single diagnosis/P) yang mana dalam

penulisannya menggunkan multi aksis menurut NANDA I 2009-2011. Rencana Tindakan Keperawatan Rencana tindakan keperawatan sebaiknya berupa tindakan keperawatan yang sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.

135

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan merupakan kiat atau cara berkomunikasi dalam pelaksanaan tindakam keperawatan. SPTK juga dapat melatih kemmpuan intelektual tentang komunikasi dan pada saat dilaksanakan merupakan latihan kemampuan yang terintegrasi antara inelektual, psikomotor dan afektif. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ini dibuat setiap kali akan berinteraksi dengan klien/setiap pertemuan dengan klien. SPTK terdiri dari dua bagian yaitu proses keperawatan dan strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan: 1. Proses keperawatan Pada SPTK dituliskan gais besar dan proses keperawatan merupakan justifikasi ilmiah dari mana sumber tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal ini merupakan kemampuan intelektual yang harus dilakukan oleh perawat pada saat melakukan tindakan keperawatan. Didalam proses keperawatan ini terdiri dari: a. Kondisi klien Kondisi klien berupa data subyektif maupun data obyektif b. Dognosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang diprioritaskan/yang akan dilakukan treatment. c. Tujuan khusus Tujuan khusus (TUK) disini disesuaikan dengan tujuan khusus (TUK) yang ada rencana keperawatan. d. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan strategi pe;aksanaan dari diagnosa leperawatan yang diprioritaskan/yang akan dilakukan treatment yang mana dipilih stategi pelakasaan yang dapat dicapai tujuan khusus tersebut.

136

C. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Strategi komunikasi yang digunakan adalah tahapan komunikasi terapeutik perawatan klien yaitu : 1. Perkenalan dan orientasi secara garis besar tahap ini dilakukan sepanjang merawat klien yaitu pertemuan awal, pertemuan kedua dan seterusnya.isi dari tahap ni merupakan ringkasan teoritis yang dianggap penting saat melakukan interaksi secara operasional yaitu : PERTEMUAN PERTAMA 1. Salam terapeutik Berisi pengenalan antara perawat dank klien termasuk didalamnya elemen kontrak secara teoritis. Contoh : selamat pagi mas, kenalkan nama saya Sulistyono, biasa dipanggil Sulis, kalau boleh tahu nama mas siapa dan senangnya dipanggil apa, saya pada pagi ini akan merawat mas 2. Evaluasi dan atau validasi Berisi tentang kajian atas keluhan, alasan atau kejadian yang membuat klien minta tolong, contoh komunikasi bagaimana ceritanya sampai mas dating kesini / dibawa kesini ? Evaluasi / validasi merupakan kajian

untuk mendapatkan focus pengkajian lebih lanjut. 3. Kontrak Terdiri dari tiga aspek yaitu : - Topik Berisi tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan klien beserta tujuan dan keuntungannya bagi klien, kemudian meminta persetujuan untuk pelaksanaaan. - Waktu Merupakan kesepakatan berapa lama tindakan / kegiatan yang dilakukan. mas mau berapa lama kita bercakap-cakap, bagaimana kalau 15 menit -Tempat 137

Merupakan kesepakatan denang klien akan tempat pelaksanaan tindakan (dipilihkan tempat yang terapeutik) menurut mas enaknya dimana kita bisa bercakap-cakap, bagaimana kalau diruang tamu .

PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA 1. Salam terapeutik Tidak disertai perkenalan lagi hanya salam saja. selamat pagi mas. 2. Evaluasi dan validasi Dapat bersifat umum atau focus pada rencana tindak lanjut klien pada pertemuan sebelumnya. Evaluasi umum bagaimana perasaan mas jojo sekarang ? sedangkan evaluasi focus apakah mas jojo sudah mencoba cara mengendalikan emosi seperti yang sudah dilatih ? 3. Kontrak Tetap berisi tiga aspek yatu topic, waktu dan tempat. Untuk topic focus pada tindakan dan tujuannya yang terkait dengan kontrak yang akan datang pada pertemuan sebelumnya, contoh : mas jojo masih ingat apa yang akan kita diskusikan sekarang, sesuai janji kita tadi siang, sekarang kita akan latihan cara mengendalikan emosi dengan cara kedua. yang dapat diteruskan dengan tujuan, waktu dan tempa sama dengan pertemuan pertama.

138

Bab XIII
I. Psikofarmakologi

TERAPI MODALITAS

Keperawatan A. Pendahuluan Pengobatan adalah isu yang krusial bagi banyak klien penderita gangguan jiwa, dan manajemen ini sangat mempengaruhi hasil terapi. Beberapa kategori obat untuk mengatasi gangguan jiwa (obat psikotropik) akan didiskusikan: antipsikotik, antidepresan, penstabil mood , antiansietas, dan stimulant. Penting bagi perawat untuk mengetahui cara kerja, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk membantu klien mentalaksana program pengobatan. Beberapa istilah yang digunakan dalam menjelaskan obat terapi obat penting diketahui perawat. Keefektifan mengacu pada efek terapeutik maksimal yang dapat dicapai oleh obat. potensi menjelaskan jumlah obat yang dibutuhkan untuk mencapai efek maksimal obat tersebut. Obat yang berpotensi rendah perlu diberikan dalam dosis tinggi untuk mencapai keefektifan, sedangkan obat yang berpotensi tinggi mencapai keefektifan pada pemberian dosis rendah. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk setengah jumlah obat keluar dari aliran darah. Obat yang memiliki waktu paruh lebih pendek perlu diberikan tiga atau empat kali sehari, tetapi obat yang memiliki waktu paruh lebih panjang dapat diberikan satu kali sehari. Waktu yang diperlukan obat untuk meninggalkan tubuh sepenuhnya setelah pemberiannya dihentikan ialah sekitar lima kali waktu paruhnya.
B. Kategori obat mengatasi gangguan jiwa 1. Antipsikotik a. Indikasi Sebagai obat neuroleptik, digunakan untuk mengobati gejala psikosis, misalnya waham dan halusinasi b. Mekanisme kerja Kerja utama antipsikotik pada system saraf ialah menyekat reseptor neurotransmiter dopamine. Akan tetapi, mekanisme kerja obat yang terapeutik hanya sebagian dipahami. Reseptor dopamine diklasifikasikan kedalam subkategori (D1, D2, D3, D4, dan D5), dan D2, D3, D4 dikaitkan dengan gangguan jiwa. Antipsikotik tipikal merupakan antagonis (bloker) yang kuat D2, D3, dan D4. Hal ini 139

membuat obat tersebut efektif dalam menangani gejala target tetapi juga menimbulkan banyak efek samping ekstrapiramidal karena penyekatan reseptor D2. Yang terbaru, antipsikotik atipikal misalnya, misalnya klozapin (clozaril), merupakan bloker D2 yang relative lemah, yang menyebabkan insiden efek samping ekstramidal yang rendah. Selain itu, antipsikotik atipikal menghambat reuptake serotonin, seperti pada beberapa antidepresans sehingga antipsikotik ini menjadi lebih efektif dalam mengobati aspek depresi skizoprenia. Dua antipsiokotik tersedia dalam injeksi depot, suatu bentuk obat yang melepaskan zat aktif secara bartahap untuk rumatan. Media injeksi ini ialah minyak wijen sehingga obat tersebut diabsorbsi dengan lambat. Flufenazin (prolixin) memiliki durasi 7 sampai 28 hari dan Haloperidol (haldol) memiliki durasi empat minggu. Setelah kondisi klien stabil melalui injeksi depot perlu dilakukan setiap dua sampai empat minggu untuk mempertahankan efek terapeutik. c. Efek samping Ekstrapiramidal, gejala ekstrapiramidal (GEP) adalah gejala neurologis serius, yang merupakan efek samping utama antipsikotik . gejala tersebut mencakup distonia akut, pseudoparkinsonisme, dan akatsia. Efek samping neurologi ini secara kolektif sering disebut GEP walaupun ada perbedaan diantara berbagai reaksi obat tersebut. Distonia akut mencakup rigiditas otot akut dan kram. Lidah kaku atau tebal disertai kesulitan menelan, dan pada kasus berat terjadi laringospasme dan kesulitan bernafas. Spasme pada kelompok otot dapat menyebabkan tortikolis (kepala danleher terpuntir), opistotonus (ketegangan diseluruh tubuh dengan kepala belakang dan leher melengkung), atau krisis okulogirik (mata berputas kebelakang dalam dalam posisi terkunci).

OBAT ANTI PSIKOSIS

Sinonim : NEUROLEPTICS, MAJOR TRANQUILIZERS, ATARACTICS, ANTIPSYCHOTICS, ANTIPSYCHOTIC DRUGS, NEUROLEPTIKA. Obat Acuan : Chlorpromazine (CPZ)

140

SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN (yang beredar di Indonesia menurut IIMS Vol. 30 2001)
No. 1 Nama Generik Chlorpromazine Nama Dagang LARGACTIL (Rh-Poulenc) PROMACTIL (Combiphar) MEPROSETIL (Meprofarm) ETHIBERNAL Amp. 25 mg/ml (Ethica) 2 Haloperidol SERENACE (Searle) Tab. 0,5 mg 1,5 & 5 mg Liq. 2 mg/ml Amp. 5 mg/ml HALDOL (Janssen) GOVOTIL (Guardian Pharmatama) Tab. Tab. 0,5 mg 2 mg 2 mg 5 mg 5 - 15 mg/h Tab. Sediaan 25 mg 100 mg Dosis Anjuran 150 - 600 mg/h

141

No.

Nama Generik

Nama Dagang LODOMER (Mersifarma) HALDOL DECANOAS (Janssen) Amp. Tab.

Sediaan 2 mg 5 mg 50 mg/ml

Dosis Anjuran 50 mg/2 - 4 minggu

Perphenazine

TRILAFON (Schering)

Tab.

2 mg 4&8 mg

12 - 24 mg/h

Fluphenazine

ANATENSOL (B-M-Squibb)

Tab.

2,5 mg 5 mg

10 - 15 mg/h 25 mg/2 - 4 minggu

Fluphenazine

MODECATE

Vial.

25 mg/ml

- decanoate 5 Levomepromazine

(B-M-Squibb) NOZINAN (Rh-Poulenc) Tab. Amp. 25 mg 25 mg/ml 10 - 15 mg/h

Trifluoperazine

STELAZINE (Smith-Kline)

Tab.

1 mg 5 mg

10 - 15 mg/h

Thioriclazine

MELLERIL (Novartis)

Tab.

50 mg 100 mg

150 - 600 mg/h

Sulpiride

DOGMATIL FORTE (Delagrange)

Amp.

50 mg/ml

150 - 600 mg/h

Tab.

200 mg

142

No. 9

Nama Generik Pimozide

Nama Dagang ORAP FORTE (Janssen) Tab.

Sediaan 4 mg

Dosis Anjuran 1 2 - 4 mg/h

10

Risperidone

RISPERIDAL

Tab.

1,2,3 mg

Tab. 2 - 6 mg/h

(Janssen) NERIPROS Tab. 1,2,3 mg (Pharos) NOPRENIA Tab. 1,2,3 mg (Novell) PERSIDAL-2 (Mersifarma) RIZODAL Tab. 1,2,3 mg (Guardian Pharmatama) 11 Clozapine CLOZARIL (Novartis) 12 Quetiapine SEROQUEL (Astra Zeneca) Tab. Tab. 25 mg 100 mg 25 mg 100 mg 200 mg 13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg 10 - 20 mg/h 50 - 400 mg/h 25 - 100 mg/h Tab. 2 mg

143

No.

Nama Generik

Nama Dagang (Eli Lilly)

Sediaan 10 mg

Dosis Anjuran

2. Antidepresan a. Indikasi Antidepresan terutama digunakan dalam terapi gangguan depresi masyor, gangguan panic dan gangguan ansietas lain, depresi bipolar, dan depresi psikotik. Walaupun mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya dipahami, antidepresan berinteraksi dengan dua neurotransmitter, norepineprin dan serotonin, yang mengatur mood, keinginan, perhatian, proses sensoris, dan nafsu makan. Antidepresan dibagi menjadi empat kelompok: - Antidepresan trisiklik dan antidepresan siklik terkait. - Inhibitor reuptake serotonin selektif (selective serotonin reuptake, SSRI) - Inhibitor monamin oskidase (monoamine oxidase inhibitor, MOAI) - Antidepresan lain, misalnya venlafaksin 9Effektor), bupropion (Wellbutrin), trazodon (Desyrel), dan nefazodon (Serzone) Selama periode waktu yang sama, MAOI diketahui memiliki efek positif pada penderita depresi walaupun MAOI memiliki insiden efek sedasi dan antikolinergik yang rendah, MAOI harus digunakan dengan kewaspadaan besar untuk beberapa alasan:
-

Efek samping yang mengancam jiwa, krisis hipertensi, dapat terjadi jika klien memakan makanan yang mengandung tiramin ( suatu asam amino) sementara ia mengonsumsi MAOI Karena resiko interaksi obat yang berpotensi fatal, MAOI tidak dapat diberikan dengan kombinasi MAOI lain, antidepresan trisiklik, antihipertensi, anastesi umum MAOI berpotensi letal dalam dosis berlebih dan memiliki risiko potensial untuk penderita depresi yang memikirkan bunuh diri.

b. Mekanisme kerja Mekanisme yang tepat antidepresan menimbulkan efek terapeutik tidak diketahui, tetapi banyak informasi yang diketahui kerja obat ini 144

pada SSP. Interaksi utamnya ialah dengan system neurotransmiter monoamine diotak, khususnya norepinefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter ini dilepas diseluruh otak dan membantu keinginan, kewaspadaan, perhatian, mood, proses sensori, dan nafsu makan. Norepinefrin, serotonin, dan dopmain dilekuarkan dari sinaps setelah dilepas dengan uptake ke dalam neuron prasinaptik. Setelah reuptake terapi akhir terjade, tiga neurotransmitter ini dikumpulkan untuk pelepasan selanjutnya atau dimetabolisme oleh enzim MAO. SSRI menyekat uptake serotonin. Sementara antidepresan jarang yang efektif sampai empat hingga enam minggu. Diyakini bahwa kerja obat-obatan ini merupakan suatu peristiwa awal dan keefektifektifan terapeutik akhir terjadi ketika neuron berespons lebih lambat, yang menyebabkan serotonin tersedia pada sinops. c.
-

Efek samping SSRI Peningkatan transmisi serotonin dapat menimbulkan beberapa efek samping umum : ansietas, agitasi, akatsia (kegelisahan motorik), mual, insomnia, dan disfungsi seksual, khususnya dorongan seksual atau kesulitan mencapai ereksi atau orgasme. Antidepresan siklik Mulut kering, konstipasi, retensi urine, jalan nafas kering, dan rabun dekat efek samping yang lebih berat khususnya lansia : agitasi, delirium, dan ileus MAOI Sedasi pada siang hari, insomnia, kenaikan berat badan, mulut kering, hipotensi ortostatik, dan disfungsi seksual

145

OBAT ANTI DEPRESI

Sinonim : THYMOLEPTICS, PSYCHIC ENERGIZERS, ANTI DEPRESSANTS, ANTI DEPRESAN Obat Acuan : Amitriptyline

SEDIAAN OBAT ANTI-DEPRESI dan DOSIS ANJURAN (yang beredar di Indonesia menurut IIMS Vol. 30 2001)

No. 1

Nama Generik Amitriptyline

Nama Dagang AMITRIPTYLIN E (Indofarma)

Sediaan Drag. 25 mg

Dosis Anjuran 75 - 150 mg/h

Amoxapine

ASENDIN

Tab.

100 mg

200 - 300 mg/h

(Lederle) 3 Tianeptine STABLON Tab. 12,5 mg 25 - 50 mg/h

(Servier) 4 Clomipramine ANAFRANIL (Novartis) 5 Imipramine TOFRANIL (Novartis) 6 Moclobemide AURORIX Tab. 150 mg 300 - 600 mg/h Tab. 25 mg 75 - 150 mg/h Tab. 25 mg 75 - 150 mg/h

146

No.

Nama Generik

Nama Dagang (Roche)

Sediaan

Dosis Anjuran

Maprotiline

LUDIOMIL (Novartis)

Tab.

10 mg 25 mg 50 mg 75 mg

75 - 150 mg/h

Mianserin

TOLVON Tab. (Organon)

10 mg 30 mg 50 mg

30 - 60 mg/h

Opipramol

INSIDON Tab. (Novartis)

50 - 150 mg/h

10

Sertraline

ZOLOFT Tab. (Pfizer)

50 mg

50 - 100 mg/h

11

Trazodone

TRAZONE (Kalbe)

Tab.

50 mg 100 mg

100 - 200 mg/h

12

Paroxetine

SEROXAT (Smith-Kline)

Tab.

20 mg

20 - 40 mg/h

13

Fluvoxamine

LUVOX (Solvay Pharma)

Tab.

50 mg

50 - 100 mg/h

14

Fluoxetine

PROZAC (Ely Lilly) NOPRES (Dexa Medica) ANDEP 147

Cap.

20 mg

20 - 40 mg/h

Caplet

20 mg

Cap.

20 mg

No.

Nama Generik

Nama Dagang (Medikon) ANTIPRESTIN

Sediaan

Dosis Anjuran

Cap.

10-20 m

(Pharos) COURAGE (Soho) KALXETIN (Kalbe) 15 Citalopram CIPRAM (Lundbeck) 16 Mirtazapine Remeron (Organon) Tab. 30 mg 15 - 45 mg/h Tab. 20 mg 20 - 60 mg/h Tab. Caplet Cap. 20 mg 10 mg 20 mg

3. Obat Penstabil Mood/anti maniak a. Indikasi Obat penstabil mood diinginakan untuk mengobati gangguan afektif bipolar dengan menstabilkan mood klien, menghindari atau meminimalkan tinggi rendah mood yang mencirikan gangguan bipolar, dan mengobati episode akut maniak b. Mekanisme kerja Litium adalah penstabil mood yang paling baik, walaupun litium memiliki banyak efek neurobiology, litium menormalkan reuptake neurotransmitter tertentu, seperti serotonin, norepinefrin, asetilkolin, dan dopomin. Litium juga mengurangi pelepasan norepinefrin melalui kompetisi dengan kalsium. Litium memberikan efek pada sel , bukan dalam sinaps neuron, dengan bekerja secara langsung pada protein G dan subsistem enzim tertentu, seperti adenosine monofosfat siklik dan fosfatidilinositol. 148

c. Efek Samping Mual ringan, anoreksia, tremor halus pada tanganm polidipsia, poliuria, rasa logam dimulut, dan keletihan atau letargi, kenaikan berat badan, agne.

OBAT ANTI MANIA

Sinonim :

MOOD MODULATORS, MOOD STABILIZERS, ANTIMANICS Lithium Carbonate

Obat Acuan :

SEDIAAN OBAT ANTI-MANIA dan DOSIS ANJURAN (yang beredar di Indonesia menurut IIMS Vol. 30 2001)

No . 1 2

Nama Generik Lithium Carbonate Haloperidol

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran 250-500 mg/h

HALDOL

Tab.

0,5-2-5 mg

4,5-15 mg/h

(Janssen) SERENACE Tab. 0,51,55mg 2 mg/ml 5 mg/ml 5 mg (im) tiap

(Searle)

Liq.

Amp.

149

No .

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran 30 menit, maksimum 45 mg/h.

GOVOTIL (Guardian Ph) 3 Carbamazepine TEWETOL

Tab.

2-5 mg

4,5-15 mg/h.

Tab.

200 mg

400-600 mg/h,

(Novartis) BAMGETOL Caplet 200 mg

2-3 x perhari

(Mersifarma) 4 Valproic Acid DEPAKENE Syr. 250 mg/5 ml 3 x 250 mg/h

(Abbott) 5 Divalproex Na. DEPAKOTE Tab. 250 mg 3 x 250 mg/h

(Abbott)

150

4. Antiansietas (ansiolitik) a. Indikasi Digunakan untuk mengobati ansietas tau gangguan ansietas, insomnia, depresi, gangguan stress pasca trauma, dan putus alcohol
b. Mekanisme Kerja

Benzodiazepin terbukti merupakan obat yang palin gefektif dalam mengurangi ansietas dan insomnia, benzodiazepine memperantarai kerja asam amino GABA, neurotransmitter inhibisi utama otak. Karena saluran resptor GABA dengan selektif memasukkan anion klorida ke dalam neuron, aktivitas reseptor GABA menghiperpolarisasi neuron sehingga terjadi inhibisi. Benzodiazepine menimbulkan efeknya dengan terikat ke tempat khusus direseptor GABA, buspiron dipercaya menimbulkan efek ansiolitiknya dengan bekerja sebagai agonis parsial direseptor serotonin sehingga mengurangi pergantian serotonin.
c. Efek Samping

Depresi SSP, seperti mengantuk, sedasi, koordinasi yang buruk, dan gangguan memori atau gangguan sensorium

OBAT ANTI ANXIETAS

Sinonim : PSYCHOLEPTICS, MINOR TRANQUILLIZERS, ANXIOLYTICS, ANTIANXIETY DRUGS, ANSIOLITIKA Obat Acuan : Diazepam/Chlordiazepoxide

151

SEDIAAN OBAT ANTI-ANXIETAS dan DOSIS ANJURAN (yang beredar di Indonesia menurut IIMS Vol. 30 2001)

No . 1

Nama Generik Diazepam

Nama Dagang DIAZEPIN (Kimia Farma) LOVIUM (Phapros) MENTALIUM Tab. Tab. Tab.

Sediaan 2-5 m g

Dosis Anjuran Oral = 10 - 30 mg/hari

2 - 5 mg

2 - 3 x sehari

2-5-10 mg

(Soho) PARALIUM (Prafa) Tab. Amp ul Capl et 2 - 5 mg 10 mg/2 cc 2 - 5 mg Parenteral i.v./i.m.

PROZEPAM

2 - 10 mg perkali setiap 3 -4 jam

(Meprofarm) STESOLID (Alpharma) Tab. Amp ul 2 - 5 mg 10 mg/2 cc rectal tube

< 10 kg/bb = 5 mg > 10 kg/bb =10 mg

5 mg/2,5 cc 10 mg/2,5 cc 152

No .

Nama Generik

Nama Dagang TRANKINON (Combiphar) VALIDEX (Dexamedica) VALISANBE (Sanbe) VALIUM (Roche) Tab. Tab. Tab. Tab.

Sediaan 2 - 5 mg

Dosis Anjuran

2 - 5 mg

2 - 5 mg

2 - 5 mg 10 mg/2 cc 5 - 10 mg 15 - 30 mg/hari 2 - 3 x sehari

Amp ul Drg.

Chlordiazepoxide

CETABRIUM (Soho) ARSITRAN (Meprofarm) TENSINYL (Medicham)

Tab.

5 mg

Cap.

5 mg

Lorazepam

ATIVAN

Tab.

0,5-1-2 mg

2-3 x 1 mg/h

(Wyeth) RENAQUIL (Fahrenheit) MERLOPAM (Mersifarma) 4 Clobazam FRISIUM 153 Tab. 10 mg 2 - 3 x 10 mg1h Tab. 0,5 - 2 mg Tab. 1 mg

No .

Nama Generik

Nama Dagang (Aventis-Ph) CLOBAZAMDM (Dexa Medica) Tab.

Sediaan

Dosis Anjuran

10 mg

Bromazepam

LEXOTAN

Tab.

1,5 - 3 - 6 mg

3 x 1,5 mg/h

(Roche) 6 Oxazolam SERENAL-10 (Sankyo) 7 Clorazepate TRANXENE 510 (Kenrose) 8 Alprazolam XANAX Tab. 0,25-0,51 mg 3 x 0, 25 - 0,5 mg/h Cap. 5-10 mg 2 - 3 x 5 mg/h Drg. 10 mg 2-3 x 10 mg/h

(Upjohn) ALGANAX Tab. 0,25-0,51 mg

(Guardian-Ph) CALMLET Tab. 0,25-0,51 mg

(Sunthi-Sepuri) FEPRAX Tab. 0,25-0,51 mg

(Ferron)

154

No .

Nama Generik

Nama Dagang FRIXITAS Tab.

Sediaan 0,25-0,51 mg

Dosis Anjuran

(Novell) 9 Prazepam EQUIPAX (Parke-Davis) 10 Sulpiride DOGMATIL (Soho) 11 Buspirone BUSPAR (Bristol-Myers) TRAN-Q (Guardian-Ph) XIETY (Lapi) 12 Hydroxyzine ITERAX Capl et 25 mg 3 x 25 mg/h Tab. 10 mg Tab. 10 mg Tab. 10 mg 15 - 30 mg/h Cap. 50 mg 100 - 200 mg/h Tab. 5 mg 2 - 3 x 5 mg/h

(UCB Pharma)

155

C. Peran Perawat Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic pada asuhan pasien, peran perawat meliputi hal-hal sbb: 1. Pengkajian pasien. Pengkajian pasien membrikan landasan pandangan tentang masingmasing pasien meliputi: a. Pemeriksaan fisik b. Pemeriksaan laboratorium c. Evaluasi status mental d. Riwayat medic dan psikiatri e. Riwayat medikasi f. Riwayat keluarga 2. Koordinasi modalitas terapi Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien 3. Pemberian agens psikofarmakologis Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual 4. Pemantauan efek obat Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami Pasien 5. Penyuluhan pasien Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif 6. Program rumatan obat Dirancang untuk mendukung pasien disuatu tatanan perawatan tindaklanjut dalam jangka panjang 7. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa 8. Kewenangan untuk memberikan resep Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang-undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakalogis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa

156

II.

Terapi Kognisi

1. Konsep Gangguan kognisi Secara garis besar gejala gangguan jiwa dikelompokan menjadi empat kelompok besar yaitu: gangguan kognisi, gangguan kemauan (volition), gangguan emosi dan afek (emotion and affect), gangguan pskimotor (psychomotor). Masing-masing kelompok gangguan dibagi lagi menjadi beberapa kelompok yang sangat rumit dan kompleks. Gangguan kognisi adalah masalah dalam proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal). Bagian-bagian dari proses kognisi bukan merupakan kekuatan yang terpisah-pisah tetapi sebenarnya ia merupakan cara dari seorang individu untuk berfungsi dalam hubungannya dengan lingkungannya. Proses kognisi meliputi: - Sensasi dan persepsi - Perhatian - Ingatan - Asosiasi - Pertimbangan - Pikiran - Kesadaran 1. Pengertian cognitive behavioral therapy cognitive behavioral therapy adalah aplikasi dari berbagai variasi teori belajar dalam kehidupan. Tujuannya adalah untuk menolong seseorang keluar dari kesulitannya dalam berbagai bidang kehidupan dan pengalaman. Seringkali masalah tersebut terjadi dalam konteks masalah medis atau gangguan psikiatrik. 2. Bentuk distorsi kognisi pada klien No 1 Kelainan Kognisi Pengertian Overgeneralization Menggambarkan kesimpulan secara menyeluruh segala sesuatu berdasarkan kejadian tunggal. Contoh Seorang mahasiswa yang gagal dalam satu ujian mengatakan: kayaknya saya enggak akan lulus dalam setiap ujian. Atasan saya

Personalization

Menghubungkan 157

kejadian terhadap meskipun tersebuttidak beralasan.

Dichotomus thinking

Catastrophizing

Selective abstraction

Arbitary inference

Mind reading

Magnification

diluar mengatakan dirinya produktivitas hal perusahaan sedang menurun tahun ini, saya yakin kalau pernyataan ini ditujukan pada diri saya. Berpikir ekstrim, Bila suami saya menganggap segala meninggalkan saya, sesuatunya selalu saya pikir saya lebih sangat bagus atau baik mati. buruk Berpikir sangat buruk Saya lebih baik tentang orang dan tidak mengisi kejadian formulir promosi jabatan itu, sebab saya tidak menginginkan dan tidak akan nyaman dengan jabatan itu. Berfokus pada detail, Seorang istri tidak tetapi tidak relevan percaya bahwa dengan informasi yang suaminya tidak lain. mencintainya sebab ia datang terlambat dari pekerjaan, tetapi ia mengabaikan perasaanya, hadiah dari suaminya tetap diterima dan libur bersama tetap direncanakan. Menggambarkan Teman saya tidak kesimpulan yang salah pernah lama tanpa didukung data. menyukai saya sebabia tidak mau diajak pergi. Percaya bahwa Mereka berpikir seseorang mengetahui bahwa dirinya selalu pemikiran orang lain kurus atau terlalu tanpa mengecek gemuk. kebenarannya. Membesar-besarkan Saya telah 158

suatu kejadian yang meninggalkan makan dianggap penting malam saya, hal ini menunjukan betapa tidak kompetennya saya Externalization of Menentukan tata nilai Saya sudah berusaha self worth sendiri untuk untuk kelihatan baik diterapkan pada orang setiap waktu tetapi lain. teman-teman saya yang tidak menginginkan saya berada disampingnya.

2. Peran Perawat Jiwa dalam Kognitif terapi Perawat jiwa memiliki peran penting dalam berbagai tehnik kognitif terapi dirumah sakit jiwa. Peran tersebut terutama adalah bertindak sebagai leader, fasilitator, evaluator, dan motivator. Tehnik kognitif terapi dirumah sakit jiwa dapat bermanfaat secara efektif terhadap berbagai masalah klinik untuk semua rentan usia. Masalah-masalah tersebut meliputi: kecemasan, gangguan afek (afektive), masalah makan (eating), schizophrenia, ketergantungan zat (substance abuse), gangguan kepribadian (personality disorder). Hal inipun bisa diterapkan pada anak, dewasa, keluarga baik secara kelompok atau individu. Secara umum kognitif terapi meliputi beberapa tehnik dengan tujuan sebagai berikut: - Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity) - Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (reducing unwanted behavior) - Meningkatkan rekreasi (increasing pleasure) - Meningkatkan dan memberi kesempatan dalam kemampuan social (enchancing social skill) Ada beberapa tehnik terapi yang harus diketahui oleh perawat jiwa. Pengetahuan tentang tehnik ini merupakan syarat agar peran perawat jiwa bisa berfungsi secara optimal. Dalam pelaksanaan tehnik-tehnik ini harus dipadukan kemampuan lain seperti tehnik komter, milieu therapy dan counseling. Beberapa tehnik tersebut antara lain: 1. Tehnik Restrukturisasi kognisi (Rectructuring cognitive) Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan klien terhadap pemikiran dan perasaan yang muncul. 159

Tehnik restrukturisasi dimulai dengan cara memperluas kesadaran diri dan mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul. Biasanya dengan menggunakan pendekatan lima kolom. Masingmasing kolom terdiri atas perasan dan pikiran yang muncul saat menghadapi masalah terutam yang dianggap menimbulkan kecemasan saat itu sebagi contoh kecemasan yang muncul saat suaminya datang terlambat. Tanggal Situasi emosi Pikiran Otamatis Respon rasional Hasil Tanggal - Kejadian - Pikiran otomatis - Tulis respon - Tulis saat nyata yang yang muncul rasional terhadap kembali masalah menyebabkan khususnya pemikiran tingkat dirasak ketidaknyama cemas, sedih, otomatis yang kepercayaa an nan emosi marah muncul. n terhadap - Pokok pikiran - Sekala emosi - Tuliskan persentase khayalan dalam rentang persentase pikiran yang 0%-100% kepercayaannya otomatis 1menyebabkan dalam rentang 0 100% ketidaknyama 100% - Persentase nan emosi emosi secara khusus saat sekarang dalam rentang 1100% 5 April - Suami belum - Pikiran otomatis - Mungkin - Cemas 10 2007 datang yang muncul mobilnya mogok % jam 10 biasanya jam cemas, marah, dijalan. - Marah 20 malam 4 sore sudah cemburu. - Mungkin ada % dating - Cemas 20 %. pekerjaan yang - Cemburu sekarang - Marah 50 % harus segera 5% sudah jam 12 - Cemburu 30 % diselesaikan malam. Tidak menyangkut ada telepon rencana seminar dan tidak nasional member - Mungkin tidak kabar punya pulsa dan - Jangantidak sempat jangan telpon. selingkuh - Ada tugas atau ketemu mengajar bekas mendadak keluar pacarnya, kota. 160

atau membawa wanita lain dalam mobilnya

- Tidak mungkin membawa wanita lain sebab belum pernah terjadi sebelumnya. - Tidak pernah ada data berhubungan dengan bekas pacarnya. - Suami sangat sayang pada saya dan bisa dipercaya. - Suami penganut agama yang taat.

Perawat jiwa dapat memberikan belangko restructuring cognitive, untuk kemudian diisi oleh klien. Setelah mendapat penjelsan seperlunya maka hasil analisa klien dan blangko yang sudah terisi dibahas secara bersama. 2. Tehnik Penemuan Fakta-fakta (Questioning the evidence) Perawat jiwa mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan menuangkan pikiran-pikiran abstraknya secara konkrit dalam bentuk tulisan untuk memudahkan menganalisanya. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan perawat saat memfasilitasi kognitif terapi adalah mencari fakta untuk mendukung keyakinan dan kepercayaannya. Tehnik penemuan fakta juga mencakup pencarian sumber-sumber data yang berkaitan. Klien yang mengalami distorsi dalam pemikirannya sering kali memberikan bobot yang sama terhadap semua sumber data atau data-data yang tidak disadarinya, seringkali klien menganggap data-data itu mendukung pemikirannya buruk. Data bisa diperoleh dari staf keluarga atau anggota lain dalam masyarakat sebagai support dalam lingkungan sosialnya. Lingkungan tersebut dapat memberikan masukan yang lebih realistic kepada klien disbanding dengan pikiranpikiran buruknya. Dalam hal ini penemuan fakta dapat berfungsi sebagai penyeimbang pendapat klien tentang pikiran buruknya. Bedasarkan data-data yang bisa dipercaya klien bias mengambil kesimpulan yang tepat tentang perasaannya saat ini. Misalnya saat klien 161

di PHK, muncul perasaan bahwa dirinya tidak berprestasi, kurang pendidikan, atasannya marah dan tidak disukai. Perawat memfasilitasi klien untuk memilah mana fakta mana perasaan negative. Faktannya adalah PHK dilakukan karena perusahaan sedang melakukan restrukturisasi, penghematan, dan efisiensi tanpa dilandasi suka atau tidak suka atau bukan karena marah. Pendidikan mungkin menjadi salah satu pertimbangan. Prestasi kerja juga menjadi pertimbangan, tetapi karyawan lain yang memiliki pendidkan lebih tinggi faktany turut di PHK. Jumlah PHK yang banyak, menunjukan bahwa masalah ini tidak ada hanya ditujukan kepada klien sendiri. Disini klien disuruh memilah mana perasaan negative dan mana fakta hasil wawancara dengan sumber yang bisa dipercaya. 3. Tehnik Penemuan Alternatif (Exame Alternatives) Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alternative pemecahan lagi. Khususnya fakta ini berlaku pada klien depresi atau klien dengan percobaan bunuh diri. Latihan menemukan dan mencari alternative-alternatif pemecahan masalah klien bisa lakukan antara klien dengan bantuan perawat. Klien dianjurkan untuk menulis masalahnya. Mengurutkan masalah paling ringan dulu. Kemudian mencari dan menemukan alternatifnya. Klien depresi atau gangguan jiwa lainnya mengaggap masalah rumit karena akumulasi berbagai masalah seperti: listrik belum dibayar, suami selingkuh, anak sakit, genteng bocor, kontrakan habis, sakit maag, bertengkar dengan tetangga. Bila diurutkan dari yang ringan biasanya klien bisa menemukan alternative-alternatif yang bisa dilakukan. Sebagai contoh alternative listrik belum dibayar klien boleh memikirkan tentang mungkin perlu surat keterangan tidak mampu, menerima pemutusan sementara, mengganti dengan alat penerangan lain gabung dengan tetangga, membeli alat penerangan yang bisa di charge siang hari yang lebih hemat, bermusyawarah dengan keluarga lain yang lebih mampu, pindah kedaerah yang lebih terang dari fasilitas umum dan sebagainya. Disini penting sekali bagi perawat jiwa untuk merangsang klien agar berhenti berpikir lain dari yang biasanya atau berani berpikir beda. 4. Dekatastropik (decatastrophizing) Tehnik dekatastropik dikenal juga dengan tehnik bila dan apa (the what-if then). Hal ini meliputi upaya menolong klien untuk melakukan 162

evaluasi terhadap situasi dimana klien mencoba memandang masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatih beradaptasi dengan hal terburuk dengan apa-apa yang mungkin terjadi. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan perawat adalah: Apa hal terburuk yang akan terjadi bila . Apakah akan gawat sekali bila hal tersebut memang betul-betul terjadi ? Tindakan pemecahan masalah apa bila hal tersebut benar-benar terjadi.? Tujuannya adalah untuk menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan. Dimana tidak selamnya sesuatu itu terjadi atau tidak terjadi. Sebagai contoh klien yang tinggal dipantai harus berani untuk berpikit: Apa yang akan saya lakukan bila tsunami tiba-tiba datang ?;gempa tiba-tiba melanda?; suami tiba-tiba tenggelam ?; suami tidak mendapat tangkapan ikan ? 5. Reframing Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau aspek lain dari masalah atau mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang yang lain klien sering kali melihat masalah dari satu sudut pandang saja. Perawat jiwa penting untuk memperluas keasadaran tentang keuntungan-keuntungan dan kerugiankerugian dari masalah. Hal ini dapat menolong klien melihat masalah secara seimbang dan melihat dalam persepektif yang baru. Dalam memahami aspek positif dan negative dari masalah yang dihadapi klien dapat memperluas kesadaran dirinya. Strategi ini juga memicu kesempatan kepada klien untuk merubah dan menemukan makna baru, sebab begitu makna berubah maka akan merubah perilaku klien sebagai contoh, PHK dapat dipandang sebagai stressor tetapi setelah klien merubah makna PHK, ia dapat berpikir bahwa PHK merupakan kesempatan untuk belajar bisnis, menemukan pengalaman baru, banyaknya waktu bersamanya keluarga, saatnya belajar home industry dan meraih peluang kerja yang lainnya. 6. Thought Stopping Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola salju kepada klien. Awalnya masalah tersebut kecil tetapi lama-kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Tehnik berhenti memikirkannya (Thought 163

Stopping) sangat baik digunakan saat klien mulai memikirkan sesuatu sebagai masalah. Klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya sudah selesai. Menghayalkan bahwa bel berhenti berbunyi. Menghayalkan sebuah bata didinding yang digunakan untuk menghentikan berpikir dysfunctional untuk memulainya klien diminta untuk menceritakan masalahnya dan mengatakan rangkuman masalahnya dalam khayalan. Perawat menyela khayalan klien dengan cara mengatakan keras-keras berhenti. Setelah itu klien mencoba sendiri untuk melakukan sendiri tanpa selaan dari perawat. Selanjutnya klien mencoba menerapkan dalam situasi keseharian. 7. Learning New Behavior With Modeling Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima. Sarana perilakunya adalah memecahkan masalah-masalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya kemudian klien melakukan observasi pada seseorang ang berhasil memecahkan masalah yang serupa dengan klien dengan cara modifikasi dan mengontrol lingkungannya setelah itu klien meniru perilaku klien yang dijadikan model. Awalnya klien melakukan pemecahan secara bersama dengan fasilitator. Selanjutnya klien mencoba memecahkan sendiri sesuai dengan pengalaman yang diperolehnya berasam fasilitator. Sebagai contoh pada kien yang memiliki stressor kesulitan ekonomi, klien bisa ikut magang dulu sambil belajar bisnis atau berdagang dengan orang lain, setelah mendaptkan pengalaman klien bisa melakukan sendiri. 8. Membentuk Pola (Shaping) Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan reinforcement. Setiap perilaku yang diperkirakan sukses dari apa-apa yang diniatkan klien untuk melakukannya akan diberikan pujian atau reinforcement. Misalnya anak yang bandel dan tidak akur dengan orang lain berniat untuk damai dan hangat dengan orang lain, maka pada saat niatnya itu menjadi kenyataan, klien diberi pujian. 9. Token Economy Token Economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada kelompok anak-anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik. Hal ini dilakukan secara konsisten pada saat klien 164

mampu menghindari perilaku buruk atau melakukan hal yang baik. Misalnya setiap berhasil bangun pagi klien mendapatkan permen, setiap bangun kesiangan mendapatkan tanda silang atau gambar bunga berwarna hitam. Kegiatan berlangsung terus menerus sampai suatu saat jumlahnya diakumalasikan. 10. Role play Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku salahnya melalui kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain. Klien dapat menilai dan belajar mengambil keputusan berdasarkan konsekuensikonsekuensi yang ada dalam cerita. Klien bisa melihat akibat-akibat yang terjadi melalui cerita yang disuguhkan. Misalnya klien melihat role play tentang seorang pasien yang tidak mau memakan obat, tidak mau mandi, dan sering merokok.

11. Social Skill Training Tehnik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa ketrampilan apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh ketrampilan baru bagi klien adalah: Bimbingan Demonstrasi Praktik Feedback Sebagai contoh bagi klien pemalas (abulia), dapat diajarkan ketrampilan membersihkan lantai, perawat mendemonstrasikan cara membersihkan lantai yang baik, selanjutnya perawat mengupayakan agar klien mempraktikan sendiri. Perawat melakukan feedback dengan cara menilai dan memperbaiki kegiatan yang masih belaum sesuai harapan. 12. Aversion Therapy Aversion therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk klien dengan cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai. Misalnya kebiasaan menggigit penghapus saat boring dengan cara membayangkan bahwa penghapus itu dianggap sebagai cacing atau ulat yang menjijikan . setiap klien mengemukakan melakukan kebiasaan ngemil maka ia dianjurkan untuk membayangkan kotoran kambing yang dimakan terus. 165

13. Contingency Contracting Contingency Contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal ini perawat jiwa dengan klien. Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward misalnya bila klien berhasil mandi tepat waktu atau meninggalkan kebiasaan merokok maka pada saat ketemu dengan perawat hal tersebut akan diberikan reward. Konsekuensi yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan.

III.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Pendahuluan Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistic pada saat melakukan asuhan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan yang dikembangkan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling tergantung, saling, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive. 2. Pegertian a. Kelompok Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. b. Terapi aktivitas kelompok Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota. 3. Tujuan Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan 166

fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social. Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan ekspresi diri, social, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah. 4. Karakteristik Pasien Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi social : menarik diri, dan perubahan persepsi sensori. 5. Landasan Teori a. Model Terapi Aktivitas Kelompok - Focal conflic model Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggota dan leader mengarahkan alternatif penyelesaian masalah. Model komunikasi Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain. Model interpersonal Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari. 167

Model psikodrama Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.

b. Metoda - Kelompok didaktik - Kelompok social terapeutik - Kelompok insipirasi represif - Psikodrama - Kelompok interaksi bebas c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok - Orientasi realitas Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat. Sosialisasi Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina trust, mau berinteraksi dan sehat fisik. 168

Stimulasi persepsi Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan. Stimulasi sensori Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan. Penyaluran energi Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.

d. Tahap tahap dalam terapi aktivitas kelompok. Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut : 1. Pre kelompok Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan. 2. Fase awal Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan. - Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. - Konflik

169

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. Kebersamaan Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.

3. Fase kerja Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif. 4. Fase terminasi Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok. 1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok. 2. Sebagai leader dan co leader 3. Sebagai fasilitator 4. Sebagai observer 5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

170

Bab XIV Terapi Elektrokonvulsi (ECT)


Keperawatan
Terapi elektrokonvulsi (electrconvulsive therapy, ECT) menginduksikan kejang grand mal secara buatan dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau kedua pelipis. Jumlah terapi yang diberikan dalam satu rangkaian bervariasi sesuai dengan masalah awal pasien dan respons terapeutik yang dikaji selama terapi. Untuk pasien skizofrenia jumlah terapinya lebih banyak lagi. ECT biasanya diberikan dua sampai tiga kali dalam seminggu dengan hari yang bergantian walapun terapi ini dapat diberikan lebih sering atau lebih jarang Indikasi ECT adalah 1. Pasien dengan peyakit depresif mayor yang tidak berespons terhadap antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat 2. Pasien dengan gangguan bipolar yang tidak berespons terhadap obat. 3. Pasien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik. 4. Ketika efek samping ECT yang diantisipasi kurang dari efek samping yang berhubungan dengan terapi obat,seperti pada pasien lansia,pasien dengan blok jantung,dan selama kehamilan. Cara kerja Kerja ECT Alat ECT mengeluarkan aliran listrik sinusoid dan ada yang meniadakan satu fase dari aliran sinusoid itu sehingga klien menerima aliran listrik yang terputus-putus. Pada konvulsator terdapat pengatur tekanan listrik (voltase) dan juga pengatur waktu waktu yang secara otomatis memutuskan aliran listrik yang keluar sesudah waktu yang ditetapkan. Pada permulaan (untuk konvulsi yang pertama kali bagi seseorang pederita) biasanya dipakai 100 150 V dan 0,2 0,3 detik dengan konvulsator yang pertama dan 4 J dengan 2 3 detik dengan konvulsator yang kedua. Bila tidak terjadi konvulsi, langsung diulangi dengan voltase yang sama, atau bila sudah terputus beberapa detik lamanya, dengan voltase yang lebih tinggi. Kita dapat mengulanginya hingga 3 kali, bila tidak juga terjadi konvulsi, sebaiknya terapi ditunda sampai esok harinya. Hanya konvulsi umum yang dapat menimbulkan hasil pengobatan yang diinginkan. Nilai ambang konvulsi berlainan pada berbagai penderita, lebih tinggi pada wanita 171

dan pada usia lebih lanjut. Nilai ambang konvulsi juga menjadi lebih tinggi sesudah konvulsi pertama. Klien menjadi tidak sadar seketika, pada waktu aliran listrik masuk kedalam kepalanya. Biarpun tidak terjadi konvulsi ia tidak dapat mengingat kembali kejadian itu. Reaksi Klien Konvulsi yang timbul mirip serangan epilepsi jenis grand mal dengan fase tonik kirakira 10 detik diikuti oleh fase klonik yang lebih lama (30-40 detik). Sesudah fase klonik timbul fase relaxasi otot dengan pernafasan yang dalam dan keras. Kepala klien dimiringkan agar ia tidak keselak saliva. Klien tidak sadar selama kira-kira 5 menit., lalu pelan-pelan dalam waktu 5 10 menit kesadaran timbul kembali. Banyak klien tidur sesudah konvulsi, jika tidak diganggu mungkin sampai 1 jam lebih. Beberapa klien menjadi sangat bingung sesudahnya (kebingungan konvulsi). Mereka harus dijaga baik-baik agar jangan sampai mereka jatuh dan melukai diri sendiri. Kontraindikasi Hampir semua kontraindikasi tidaklah terhadap aliran listrik itu sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi berbahaya terhadap system cardiovascular dan muskuloskletal. Kontraindikasi mutlak pada tumor otak.

Berikut ini adalah prosedur ECT : 1. 2. 3. 4. Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur Dapat persetujuan tindakan. Pastikan status puasa pasien setelah tengah malam. Minta pasien untuk melepaskan perhiasan, jepit rambut, kacamata, dan alat bantu pendengaran.semua gigi palsu dilepaskan; tambalan gigi parsial dipertahaankan. Pakaikan baju yang longgar dan nyaman. Kosongkan kandungan kemih pasien. Berikan obat praterapi. Pastikan obat dan peralatan yang diperlukan tersedia dan siap pakai antara lain: - Perlengkapan dan peralatan terapi, termasuk pasta dan gel electrode, bantalan kasa, alcohol, salin, electrode elektroensefolgram (EEG), dan kertas grafik . 172

5. 6. 7. 8.

Peralatan untuk memantau, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan electrode EKG. - Manset tekanan darah (2), stimulator saraf perifer, dan oksimeter denyut nadi - Stetoskop - Palu reflek - Peralatan intra vena dan pungsi vena - Penahan gigitan dengan wadah individu - Pelbet dengan kasur yang keras dan bersisi pengaman serta dapat meninggikan bagian kepala dan kaki. - Peralatan pengisap lender - Peralatan ventilasi, termasuk slang, masker, ambu bag, peralatan alan nafas oral, dan peralatan intubasi dengan system pemberian oksigen yang dapat memberikan tekanan oksigen positif. - Obat untuk keadaan darurat dan obat lain sesuai rekomendasi staf anestesi - Berbagai obat yang tidak boleh diberikan oleh staf anestesi untuk penatalaksanaan medis selama ECT, seperti labetalol, esmolol, glikopirolat, kafein, kurare, midazolam, diazepam, natrium thiopental (penthotal sodium), natrium methoheksital (Brevital sodium), dan suksinilkolin. 9. Bantu pelaksanaan ECT - Tenangkan pasien - Dokter atau ahli anestesi memberikan oksigen untuk menyiapkan pasien bila terjadi apnea karena relaksasi otot. - Berikan obat. - Pasang spatel lidah yang diberi bantalan untuk melindungi gigi pasien. - Pasang elektroda. Kemudian berikan syok. 10. Pantau pasien selama masa pemulihan - Bantu pemberian oksigen dan pengisapan lender sesuai kebutuhan. - Pantau tanda-tanda vital. - Setelah pernafasan pulih kembali,atur posisi miring pada pasien sampai sadar pertahankan jalan nafas paten. - Jika pasien barespons,orientasaikan pasien. - Ambulasikan pasien dengan bantuan, setelah memeriksa adanya hipotensi postural. - Izinkan pasien tidur sebentar jika diinginkannya. - Berikan makanan ringan.

173

Libatkan dalam aktivasi sehari-hari seperti biasa,orientasikan pasien sesuai kebutuhan. Tawarkan analgesik untuk sakit kepala jika diperlukan.

Intervensi keperawatan pasien pada ECT Prinsip Mendapatkan persetuju an partisipasi dalam prosedur. Rasional Pasien yang mengerti rencana terapi akan kebih kooperatif dan kurang mengalami stress daripada pasien yang tidak mengerti.persetujuan keluarga dapat memberikan dukungan emosional kepada pasien. Intervensi keperawatan Ajarkan tentang ECT,termasuk prosedur dan efek yang diharapkan.Ajarkan keluarga tentang terapi.dorong ekspresi perasaan pasien dan keluarga.berikan penyuluhan setelah setip kali terapi. Periksa peralatan kedaruratan sebelum prosedur dilakukan.pertahankan pasien puasa beberapa jam sebelum terapi.lepaskan benda benda yang mungkin membahayakan (mis,parhiasan,gigi palsu).periksa tanda tanda vital.pertahankan kepatenan jalan napas.atur posisi miring pada pasien sampai ada reaksi.bantu pasien untuk ambulasi.tawarkan analgesic atau antiemetik sesuai kebutuhan.

Anestesi umum dan Mempertahankan pembangkitan kejang dan listrik integ merupakan stressor fisiologis ritas biologis dan memerlukan asuhan Mendapatkan keperawatan suportif. persetuju an partisipasi dalam prosedur.

Pasien biasanya merasa takut Mempertahankan sebelum penberian martabat dan harga terapi.amnesia dan kebingungan diri pasien dapat menimbulkan rasa takut 174

Tetap bersama pasien dan berikan dukungan sebelum dan selama terapi.pertahankan privasi

menjadi gila.pasien akan memerlukan bantuan untuk melakukan fungsi secara tepat dalam lingkungan..

pasien selama dan setelah terapi.Reorientasikan pasien. bantu anggota keluarga dan pasien lain untuk memahami perilaku yang berhubungan dengan amnesia dan kebingunggan.

175

Bab XV Asuhan keperawatan jiwa secara umum


Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa

Keperawatan

Sebelum kita melakukan pengkajian, perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama/panggilan perawat dan termasuk nama/panggilan klien, tujuan, waktu, tempat dan topic pembicaraan pada pertemuan/kontrak tersebut. Tuliskan Nama Ruang Perawatan pada saat ini dan tanggal klien dirawat/MRS. Setiap melakukan pengkajian, data seluruh pengkajian dituliskan secara singkat/jelas memerlukan uraian dan berikan tanda pada kotak ( ) bila disediakan pilihan sesuai keadaan klin. Data didapatkan melalui wawancara (auto/allo-anamnesa), pemeriksaan fisik (observasi, auskultasi, palpasi dan perkusi) dan hasil pengukuran. Data berasal dai klien, keluarga, kesehatan, catatan lain dan data sekunder lainnya, data bisa obyektif maupun sebyektif. Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ tubuh. I. Identitas klien Identitas diulis lengkap seperti Nama, Usia dalam tahun,jenis kelamin (L untuk laki-laki dan P untuk perempuan dengan mencoret salah satu), Nomor rekam medik (cm) dan diagnosa medisnya. Hal ini dapat dilihat pada rekam medik (cm) atau wawancara langsung dengan klien bila memungkinkan. II. Alasan masuk Tanyakan pada klien/keluarga/pihak yang berkaitan dan tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien dating kerumah sakit ? apa yang sudah dilakukan oleh klien/keluarga sebelumnya atau dirumah mengatasi masalah ini dan bagaiman hasilnya ?

III. FAKTOR PRESIPITASI/RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 1. 2. 3. 4. Tanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini tanyakan penyebab munculnya gejala tersebut apa saja yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini bagaimana hasilnya ? 176

IV. FAKTOR PREDISPOSISI Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi strees (factor pencetus/penyebb utama timbulnya gangguan jiwa). Sedangkan stressor precipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energi ekstra untuk mengatasinya (factor yang memperberat / memperparah terjadinya gangguan jiwa). Faktor predisposisi yang harus dikaji meliputi terjadinya gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan/perawatan yang telah dilaksanakan,adanya trauma masa lalu yan tidak menyenangkan.

1. apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu atau sebelumnya ? bila ya jelaskan kapan itu terjadi dan bagaimana gejalanya. 2. bila ya (pernah), bagaimana hasil pengobatan sebelumnya (berhasil bilaman klien bisa beradaptasi tapi masih ada gejala gejala sisa dan tidak berhasil bilamana klien ada kemajuan/gejala menetap/bahkan gejala semakin bertambah parah) 3. apakah klien pernah melakukan (pelaku), mengalami (korban) atau menyaksikan (sanksi) suatu trauma berbentuk aniaya fisik, aniaya seksual,penolakan,kekerasaan dalam keluarga, tindakan criminal atau lainnya,bila ya berikan tanda didepannya dan tuliskan usia klien (tahun) saat terjadinya hal itu. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakterisik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. 4. apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (seperti kegagalan, perpisahan, kematian, trauma)selama tumbuh kembang yang pernah dialami klien sepanjang hidupnya. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan , tuliskan diagnosa keperawatan tersebut 5. apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa ? bila ada, bagaimana hubungan keluarga dengan klien,bagaiman gejala yang terjadi dan riwayat pengobatan atau perawatannya. Bila dari pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

177

V. Status mental pengkajian pada aspek status mental dapat dilakukan pada penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi, yang akan diuraikan secara singkat dibawah ini.

1. Penampilan Area observasi dalam penampilan umum klien yang merupakan karakteristik fisik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata, dilatasi/konstriksi pupil, status gigi / kesehatan umum. Pengkajian penampilan sbb : a. bagaimana kerapihan dalam penampilan dari ujung rambut sampai ujung kaki, seperti rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti beberapa hari. Penggunaan pakaian yang tidak sesuai, seperti pakaian dalam dipakai diluar baju, cara berpakaian tidak seperti biasanya terutama penggunaan pakaian yang tidak tepat sesuai waktu, tempat, identitas atau situasi kondisinya tidak sesuai. Bagaimana penampilan klien dalam hal makan, mandi, toileting dan pakaian sarana / prasarana (instrumentasi) yang berkaitan dengan penampilan dirinya. b. Jelaskan hal-hal lain yang ditampilkan dan kondisi lain yang berkaian sebagai kesan umum (keadaan umum atau KU) saaat pertama kali kontak/bertemu dengan klien yaitu keadaan klien (apakah ia berbaring, lemah, diinfus, rapi, kotor, diam, ngamuk, kooperatif), roman muka (saat itu apakah ia marah, curiga, benci, pandangan kosong, cemas, gembira), sikapnya (apakah sopan, seenaknya, tak mengacuhkan) dan tingkah lakunya (apakah mondar-mandir, bergerak terus, berjoget, dll). Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu daignosa keperawaan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

2. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran adalah kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan dan dirinya (melalui panca indra),mengadakan pembatasan terhadap lingkungan/dirinya (melalui perhatian), kesadaran yang baik biasanya dimanifestasikan dengan orientasi yang baik dalam hal waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya. 178

Jelaskan apakah klien mengalami gangguan kesadaran ecara kuantitas (kesadaran meninggi aau menurun) atau secara kualitas (kesadaran berubah). Kesadaran secara fisiologis yang biasanya menurun dari kesadaran penuh / compos mentis, apatis, bingung, sedasi,stupor atau sampai koma.bagaimana kesadaran menurut ilmu jiwa dan bagaimana orientasi klien terhadap waktu, orang dan tempat / lingkungan sekitarnya. Bila dari hasil pengkajian terhadap tand mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

Adapun gangguan kesadaran (kualitas) menurut ilmu jiwa dapat diuraikan sbb : a. Kesadaran meninggi ; yaitukeadaan dengan respon yang meninggi/meningkat terhadap suatu rangsangan,seperti mendengar suara lebih nyaring dari sebenarnya, warna-warni lebih terang, contoh dalam kehidupan yang nyata seperti pelajar yang menghadapi ujian. b. Kesadaran menurun yaitu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang sebagian atau seluruhnya. Kesadaran menurun ini dapat digambarkan sbb: 1) Apati (tidak mengacuhkan terhadap rangsangan / lingkungan sekitarnya, mulai mengantuk) 2) Somnolensia (mengantuk dan tidak ada perhatian sama sekali). 3) Bingunng, delirium, sedasi (kacau, merasa melayang antara sadar dan tidak sadar). 4) Spoor (ingatan, orientasi, pertimbangan hilang hanya berespon terhadap rangsangan yang keras atau cubitan). 5) Stupor, subkoma, soporoskomatus (tidak ada lagi reaksi terhadap rangsangan yang keras, terjadi gangguan motorik seperti kakakuan, gerakan-gerakan yng berulang dan tidak mengerti semua apa yang terjadi dilingkungannya) 6) Koma (tidur yang sangat dalam, beberapa reflek hilang seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat timbul reflek yang patologis). c. Kesadaran berubah yaitu kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak normal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untu mengadakan hubungan (relasi) dan pembatasan (limitasi) tehadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan secara kualitas berada pada taraf yang tidak sesuai dengan kenyataan. d. Hipnosa yaitu kesadaran, menurun dan menyempit yang sengaja dibuat oleh dirinya atau orang lain melalui sugesti, mirip tidur dan terjadi amnesia (lupa) selama dihipnosa dan hanya menerima rangsangan dari sumber tertentu yang menghipnotisnya. 179

e. Disosiasi yaitu kesadaran yang berkabut atau menyempit, dimana sebagaian perilaku atau kejadian memisahkan dirinya secara psikologis dari kesadaran dan terjadi amnesian sesudahnya.gangguandisosiasi tdd : a Trans / trance yaitu keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap lingkungan dimulai secara mendadak, terjadi immoblitas dan roman mukanya bingung / melamun yang dapat ditimbulkan/disebabkan oleh hipnosa dari upacara ritual/kepercayaan tertentu. b Senjakala histerik/histerical wilight state yaitu hilangnya ingatan secara psikologis pada sewaktu-waktu tertentu dan biasanya secara selektif. c Fugue yaitu penurunan kesadaran dengan pelarian secara fisik dari suatu keadaan yang banyak menimbulkan strees dengan mempertahankan kebiasaan/ketrampilan tertentu. d Serangan histeri yaitu suatu penampilan emosional yang jelas untuk menarik perhatian da tidak ada kontak dengan lingkungan sekitarnya. f. Tidur yaitu menurunnya kesadaran secara reversible, biasanya disertai posisi berbaring dan sedikit bergerak. Gangguan kesadaran yang berkaitan dengan tidur sbb : 1) Insomnia yaitu sukar tidur, biasanya karena factor psikologis. 2) Somnabulisme yaitu berjalan sambil tidur atau berjalan sewaktu tidur. 3) Mimpi buruk. nightmare, povor noctmus biasanya terjadi pada anakanak. 4) Narkolepsi yaitu serangan tidur bersamaan dengan katapleksi, kelumpuhan tidur, halusinasi hipnogogik. Bila berhasil dengan pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut

3. Disorientasi yaitu gangguan oreintasi akibat gangguan kesadaran dan dapat menyangkut Waktu (tidak tahu tentang jam, hari, pecan, bulan, musim, tahun) temapt (tida tahu dimana ia berada), orang (tidak tahu tentang dirinya, orang lain, identitasnya, salah menafsirkan identitas orang lain) dan lingkungan / keadaan sekitarnya dimana ia berada saat ini. bila dari pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. 4. Pembicaraan 180

Cara berbicara digambarkan dalam frekwensi (kecepatan, cepat/ lambat), volume (keras, lembut), jumlah (sedikit, membisu, ditekan) dan karakternya (gugup, katakata bersambung, aksen tidak wajar) pembicaraan dapat dikaji sbb: Bagaimana pembicaraan yan didapatkan pada klien,apakah cepat, keras, gagap, inkoherensi, apatis, lambat, membisu, tidak mampu memulai pembicaraan, pembicaraan perpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lainnya yang tidak berkaitan dan jelaskan hal-hal lain yang berkaitan (lebih terinci lihat pada gangguan proses pikir khususnya gangguan arus pikir) Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

5. Aktivitas Motorik (Psikomotorik) Aktivitas motorik berkanaan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi), jenis ( tik, seringai, tremor) dan isyarat tubuh/mannerisme yang tidak wajar. Jelaskan psikomotor / aktivitas motorik yaitu gerakan badan /anggota badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwanya. Efek bersama yang mengenai badan dan jiwa (biasanya disebut konasi atau perilaku motorik) yang ditampilkan klien seperti lesu, tegang, gelisah, agitasi, tik, grimace, tremor, kompulsif, atau lainnya. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. Gangguan psikomotor dapat berupa kelambanan atau peningkatan aktivitas atau gangguan lainnya sebagaimana tersebut dibawah ini. a. Kelambatan aktivitas terjadi dimana secara umum gerakan dan reaksi motorik terhadap rangsangan menajdi lambat, kelambatan aktivitas antara lain. 1) Hipokinetic/hipoaktivitas yaitu gerakan atau aktivitas yang berkurang/menurun 2) Sub/stupor kototonik yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat kurang, gerakan dan aktivitas sangat lambat. 3) Katalepsi yaitu mempertahankan posisi badan secara kaku dan posisi tertentu 4) Fleksibilitas serea yaitu mempertahankan posisi badan yang dibuat orang lain atau menirukan posisi orang lain.

181

b. Peningkatan aktivitas terjadi dimana secara umum gerakan dan reaksi motorik terhadap rangsangan menjadi lebih cepat/meningkat, peningkatan aktivitas antara lain 1) Hiperkinesia / hiperaktivitas yaitu gerakan atau aktivitas yang berlebihan 2) Gaduh gelisah katatonik yaitu gerakan motorik yang meningkat, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar menunjukan kegelisahan 3) Tik/tic yaitu gerakn kecil involunter/tidak terkontrol, sekejap dan berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang rekatif kecl 4) Grimace yaitu gerakan otot muka / mimic yang aneh berubah-ubah, tidak dapat dikontrol klien sendiri dan berulang-ulang 5) Tremor yaiu jari-jari gemetar ketika klien menjulurkan / merentangkan jari-jari tangannya. 6) Stereotipi yaitu gerakan salah satu anggota badan yang berulang-ulang dan tidak tidak bertujuan. 7) Mannerisme / pelagakan yaitu gerakan atau lagak yang stereotopi, teatrikal yang dibuat-buat seperti pada suatu pertunjukan. 8) Ekhopraxia yaitu meniru gerakan orang lain pada saat dilihatnya secara langsung. 9) Echolalia yaitu mengulangi/ meniru gerakan dari apa yang diucapkan oleh orang lain secara langsung 10) Otomatisme yaitu berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan atau ekspresi simbolik daripada aktivitas yang tidak disadari. 11) Otomatisme perintah (commond automatism) yaitu menuruti sebuah perintah secara otomatisme tanpa memikirkan terlebih dahulu. 12) Negativisme yaitu menentang naseha atau permintaan orang lain untuk beraktivitas atau melakukan aktivitas yang bertawaran. 13) Katapleksi yaitu tonus otot menghilang mendadak untuk beraktivitas dan sejenak, dan diikuti atau tidak diikuti oleh penurunan kesadaran yang disebabkan oleh keadaan emosi. 14) Verbigerasi yaitu berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama. 15) Gagap yaitu berbicara berhenti-henti/tersendat-sendat karena adanya spasme otot-otot untuk berbicara seperti terlihat sangat ragu-ragu samapi explosive (terucap). 16) Bersikap aneh yaitu sengaja mengambil sikap/posisi badan yang aneh, tidak wajar atau cenderung bizar (berlebihan). 17) Berjalan kaku/rigid yaitu gerakan-gerakan lambat, kaku, tidak tegap dan terputus-putus. 18) Kompulsif yaitu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang (preokupasi) seperti berulangkali mencuci tangan, muka dan mandi, karena adanya dorongan yang mendesakannya agar berbuat sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sehari-hari. Kebiasaan atau norma-norma yang berlaku. macam-macam kompulsif sbb : 182

1) Dispomonia yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk meminum air 2) Egomonio yaitu kegiatan berulang kaena ada dorongan pada dirinya. 3) Erotomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan dengan halhal sexsual 4) Kleptomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk mencuri 5) Megalomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untk mencuri kekuasaan 6) Monomania yaitu kegiatan berulang/preokupasi karena ada dorongan dengan satu subjek 7) Himfomonio yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk bersanggama dengan wanita 8) Stiriosi yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk bersanggama dengan pria 9) Trikhotilomania yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untk mencabut rambutnya. 10) Ritualistic yaitu kegiatan berulang karena ada dorongan untuk bertingkah laku/melakukan upacara-upacara ritual c. Gangguan somato motorik pada reaksi konversi yaitu menggambarkan / memperlihatkan / melakukan perilaku sebagai symbol adanya konflik emosioal dapat berupa sbb : - kelumpuhan - pergerakan abnormal seperti tremor, tik, kejang, ataxia - astasia-abasia yaitu tidak dapat duduk, berdiri atau berjalan. - bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suau diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut 6. Afek dan emosi Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relative lama dan dengan sedikit komponen fisologis/fisik, seperti kebanggaan, kekecewaan. Sedangkan alam perasaan (emosi) adalah manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan keluar, disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung (waktunya) relative lebih singkat/spontan seperti sedih , ketakutan, putus asa, kuatir, gembira berlebihan. Jelaskan afek yang terjadi pada klien seperti datar, tumpul, labil atau tidak sesuai. dan jelaskan alam perasaan (emosi) yang terjadi pada klien seperti sedih,

183

ketakutan, putus asa, kuatir, atau gembira berlebihan. Biasanya istilah afek dan emosi dipakai secara bersama-sama atau bergantian. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor/ batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status emosionalnya dan cermin situasi kehidupan klien. perilaku depresi dan mania lebih lanjut dapat ditelusuri pada stuart dan sundeen (1998,hal.258-259). Rentang respon emosional dapat digambarkan sbb:

Respon adaptif maladaptif Kepekaan social depresi/mania reaksi berduka tak supresi emosi

respon

penundaan

Terkomplikasi

reaksi berduka

Respon emosional / kepekaan social dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dania internal dan eksternal seseorang.orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya, reaksi berduka tak terkomplikasi, respon terhadap kehilangan dari tersirat bahwa ia menghadapi kehilangan yang nyata dalam proses berduka. supresi emosi, sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaanya sendiri.

Penundaan reaksi berduka,ketidakadaan yang persisten respon emosional terhadap kehilangan, biasanya pada awal proses berkabung dan menjadi nyata, penundaan / penolakan proses berduka ini kadang terjadi bertahun-tahun. Depresi / melankolia, kesedihan / duka berkepanjangan sebagai petunjuk fenomena suatu gejala / sindrom keadaan emosional, reaksi atau penyakit / gangguan mania, ekspresi perasaan, berkepanjangan dan mudah tersinggung.

184

Sedangkan ansietas/kecemasan berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya dan tidak memiliki objek yang nyata/spesifik. rentang respon ansietas di gambarkan sbb :

Respon adaptif Atisipasi ansietas ringan ansietas sedang

Respon maladaptif ansietas berat panik

Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang waspada, menambah lahan persepsinya, memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan/ kreativitas Ansietas sedang, memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting, mengesampingkan yang lain, perhatian selektif dalam melakukan hal-hal yang lebih terarah. Ansietas berat, lahan persepsi berkurang cenderung memusatkan perhatian pada sesuatu sangat rinci / detil / spesifik, dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Panik, berhubungan dengan terparangah, ketakutan, terror, hilang kendali, tidak mampu melakukan sesuatu,terjadi disorganisasi kepribadian,peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang dan hilang pemikiran yang rasional.

Adapun jenis afek dan emosi sbb : a. Depresi yaitu keadaan psikologis (dengan manifestasi rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, rasa berdosa, putus asa, penyesalan tak ada harapan) yang patologis dan diwujudkan dengan komponen fisiologisnya / somatic seperti anoreksia, konstipasi, kulit lembab/dingin, tensi dan nadi menurun. selain itu juga ada penurunan semangat bekerja, bergaul dan nafsu seksualnya. b. Ketakutan / takut yaitu afek emosi terhadap objek yang ditakuti sudah jelas. 185

c. Khawatir, cemas, anxietas yaitu ketakutan pada sesuatu objek yang belum jelas atau keadaan tidak enak/tidak nyaman yang tidak jelas penyebabnya, disertai komponen psikologis seperti gugup, tegang, rasa tertekan,lekas terkejut dan komponen fisiologisnya dengan palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan, tensi meninggi, peristaltic usus bertambah.cemas menganggu homeostasis dan fungsi tubuh/individu Cemas jenisnya al : 1) kekecewaan mengambang / free flouting anxietas yaitu kecemasan yang menyerap dan tidak berhubungan dengan pemikiran 2) Agitasi yaitu kecemasan yang disertai kegelisahan motorik hebat 3) Panic yaitu kecemasan hebat dengan kegelisahan, kebingungan dan hiperaktivias yang tidak berorganisasi. d. e. Anhedoneia yaitu tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan bagi dirinya. Euforia yaitu rasa senang, riang, gembira, bahagia,yang berlebihan yang tidak sesuai dengan keadaan. Elasa adalah bentuk euforia yang lebih hebat da extalsasi atau extaci adalah suatu bentuk euphoria yang sangat hebat. Kesepian adalah merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau oleh yang lain. Kadangkakalan /tumpul/ datar adalah kemiskinan afek / emosi secara umum atau kuantitas, tidak ada perubahan dalam roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedikan, hanya beraksi bila ada stimulus yang lebih kuat.hanya sedkit/tidak ada rasa gembira/sedih tentang suatu hal yang benar-benar menyedihkan/mengembirakan. Labil adalah emosi yang secara cepat berubah-ubah, tanpa suatu pengendalian yang baik. Tak wajar / tidak sesuai adalah emosi yan tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada, keadaan etrtentu secara kuantitatif atau dengan isi pembicaraan/pikirannya. Bilamana hal ini berlanjut menjadi inadekwat. Ambivalensi adalah afek / emosi yang berlawanan dan timbul secara bersama-sama terhadap seseorang, objek atau kondisi tertentu. Apati adalah berkurangnya afek/emosi terhadap sesuatu/semua hal yang disertai rasa terpencil dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Amarah / Kemurkaan adalah permusuhan yang bersifat agresif, tidak realistic, menghancurkan dirinya, orang lain, lingkungan yang sifatnya bukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya

f. g.

h. i.

j. k. l.

7. Persepsi-Sensorik Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan perbedaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikannya setelah 186

panca indera mendapatkan rangsangan. Ada dua hal dalam masalah perceptual yaitu halusinasi dan ilusi. Jelaskan sensorik dan persepsi yang ditampilkan / dinyatakan oleh klien seperti adanya halusinasi serta ilusi. Jelaskan jenisnya dan isinya, seperti halusinasi pendengaran, penglihatan, perasaan, pengucapan atau penghidu, frekuensi terjadinya dalam satu hari dan tanda/ gejala yang ditampilkan/nampak oleh adanya pengaruh halusinasi / ilusi. bila dari hasli pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

Adapun gangguan sensorik dan persepsi sbb : a. Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya suatu rangsangan (obyek) yang jelas dari luar diri klien terhadap panca indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun (kesan / pengalaman sensorik yang salah). Jenis halusinasi al : 1) H. visual/optic/penglihatan bisa berbentuk seperti, orang, binatang atau tidak berbentuk seperti sinar, kilat, bias berwarna atau tidak berwarna. 2) H. suara/auditif/akustic/pendengaran bisa berupa suara manusia, hewan, mesin, musik atau kejadian alam lainnya 3) H. Penciuman/olfaktarik bisa mencium sesuatu bau tertentu dimana orang lain tidak 4) H. Pengecapan/gustatorik bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak 5) H. perabaan/taktil bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan, tiupan, disinari, dipanasi 6) H. Kinestik/phantom limb yaitu anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan, atau anggota badannya bias merasakan sesuatu gerakan seperti pada klien amputasi. 7) H. Visceral, seperti ada rasa tertentu yang terjadi didalam/organ tubuhnya 8) H. histerik yaitu timbul pada neurosa histerik karena ada konflik emosional 9) H. hipnogogik yaitu sensorik-persepsi yang bekerja salah tepat sebelum tidur 10) H. hipnopompik yaitu sensorik-persepsi yang bekerja salah tepat setelah bangun tidur.

187

b.

c. d.

e. f.

11) H. perintah isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu, seperti membunuh dirinya, mencabut tanaman dll ILusi adalah pencerapan yang sungguh-sungguh terjadi dengan adanya suatu rangsangan (obyek) yang jelas/nyata dari luar diri klien pada panca indera saat klien dalam keadaan sadar atau bangun, karena adanya gangguan pada panca indera maka interpretasi/penilaiannya yang salah terhadap rangsangan/obyek tersebut. Contoh ilusi seperti bunyi angin didengarnya memanggil dirinya, daun pisang jatuh dilihatnya sebagai seorang penjahat yang menyelinap. Derealisasi yaitu perasaan yang aneh pada lingkungan, tidak sesuai dengan kenyataan dan semuanya sebagai suatu mimpi. Depersonalisasi yaitu perasaan yang aneh/terasing terhadap dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan, dirinya sudah tidak seperti biasanya, bagian tubuhnya sudah bukan miliknya lagi atau sudah diluar dirinya (out of body experience) Agnosia yaitu ketidakmampuan mengenal atau mengartikan penerapan akibat kerusakan otak. Gangguan sotmatosensorikpada reaksi konversi yang dimanifestasikan secara simbolis dan menggambarkan konflikemosional, gangguan ini dapat berupa - Anesthesia yaitu hilangnya indera peraba pada kulit yang tidak sesuai dengan anatomi syaraf. - Parathesia berubahnya indera peraba yang tidak sesuia dengan kenyataan - Gangguan penglihatan atau pendengaran - Perasaan nyeri - Makropasia yaitu obyek terlihat lebih besar dari obyek sebenarnya - Mikropasia yaitu obyek terlihat lebih kecil dari sebenarnya

8. Proses pikir Proses pikir adalah meliputi proses pertimbangan (judgement). pemahaman (comprehension), ingatan dan penalaran (reasoning). proses berpikit normal mengandung arus idea, symbol-simbol, asosiasi terarah, bertujuan yang dibangkitkan oleh masalah, tugas serta mengantarkan penyelesaian masalah yang berorientasi kenyataan. proses pikir meruju pada bagaimana ekspresi diri klien, sedangka isi pikir mengacu anti spesifik yang diekspresikan dalam komunikasi klien, menuju pada apa yang dipikirkan klien. Jelaskan terjadinya gangguan arus pikir seperti sirkumtansial, tangensial, blocking, kehilangan asosiasi ,fight of idea. Pengulangan pembicaraan /perseverasi atau lainnya. 188

bila dari hasil pengkajin terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut jelaskan terjadinya gangguan bentuk pikir seperti non realistic, dereestik, autistic bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. Wujud gangguan pikir (arus dan bentuk pikir) dapat dijelaskan sbb : a. Sirkumtansial (pikiran berputar-putar) yaitu pembicaraan yang berbelitbelit sehingga lama sampai pada tujuan/maksud yang dibicarakan, untuk menuju ide pokok tidak langsung pada sasaran yang dimaksud namun banyak menambahkan bumbu-bumbu pembicaraan yang tidak relevan menjemukan Tangensial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit dan tidak sampai pada tujuan. Maksud yang dibicarakan/ide intinya. Asosiasi longgar (asosiasi bebas/kehilangan asosiasi) yaitu pembicaraan / hal-hal yang dikatakannya tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya (bila ekstrem menjadi inkoherensi). Kurangnya hubungan yang logis antara pikiran dan ide sehingga tak jelas maknanya,mengambanng dan tidak terfokus. Flight of idea (pikiran melayang) yaitu pembicaraan pada beberapa ide-ide yang melompat-lompat, ada perubahan mendadak dari suatu topic lainnya, tidak ada hubungan yang runtut/logis dan tidak sampai pada tujuan secara jelas (perubahan ide secara cepat) Blocking (benturan) yaitu pembicaraan yan terhenti secara tiba-tiba tanpa adanya gangguan secara eksternal,kemudian beberapa saat dilanjutkan kembali pada pembicaraansemula atau pembicaraan selanjutnya Perseverasi yaitu pembicaraan yang berulang-ulang pada suatu ide,pikiran dan tema secara berlebihan Inkoherensi (irrelevansia yaitu pembicaraan dimana satu kalimat sulit dipahami maksudnya,isi pembicaraan tidak ada hubungannya dengan stimulus/pertanyaan atau hal-hal yang sedang dibicarakan (assosiasilonggar ekstrim) Logorhoe yaitu banyak bicara yang bertubi-tubi tanpa adanya control yang jelas bias koheren atau inkoheren Clang association(asosinsi bunyi) yaitu mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi Neologisme yaitu membentuk kata-kata/symbol/tanda/kode baru yang tidak dimengerti secara umum,kadang-kadang dirinya juga tidak mengerti apa yang dimaksud Main-main dengan kata-katayaitu membuat sajak/puisi/pantun cerita yang tidak wajar 189 -

b. c.

d.

e.

f. g.

h. i. j.

k.

l.

Afasia yaitu ia tidak bias / sukar dimengerti pembicaraan orang lain (secara sensorik) dan ia tidak dapat /sukat berbicara dengan orang lain (secara motorik) m. Dereistik yaitu bentuk pemikiran tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak mengikuti logika secara umum (tak ada sangkut pautnya antara proses mental individu dan pengalaman yang sedang terjadi) n. Otistik (autisme) yaitu bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau lamunan untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainay.hidup dalam pikirannya sendiri,hanya memuaskan keinginannyatanpa peduli sekitarnya,menandakan ada distorsi arus asosiasi dalam diri klien yang dimanifestasikan dengan lamunan, fantasi, waham dan halusinasi yang cenderung menyenangkan dirinya. o. Nonrealistic yaitu bentuk pemikiran yang sama sekali tidak logis / tidak masuk akal, sama sekali tidak berdasarkan kenyataan p. Word salad yaitu mengucapkan rangkaian kata-kata yang tidak lengkap dan tidak berhubungan. Adapun gangguan isi pikir sbb : a. Ekstasi yaitu isi pikiran yang tidak dapat diceritakan yang dimanifestasikan dengan kegembiraan yang luar biasa dan timbulnya secara mengambang b. Fantasi yaitu isi pikiran tentang keadaan/kejadian yang diharapkan/diinginkan sebagai hal-hal yang tidak nyata sebagai pelarian terhadap keinginan yang tidak dapat dipenuhinya. Sedangkan pseudologia fantastika merupakan bentuk kepercayaan akan kebenaran fantasinya secara intermmiten dalam jangka waktu yang cukup lama dan dapat bertindaksesuai denga fantasinya c. Obsesi yaitu isi pikiran yang telah muncul/kokoh/peristen, walaupun klien berusaha menghilangkannya, tidak dikehendaki, tidak diketahui dan tidak wajar d. Hipokondria yaitu isi pkiran yan menyakinkan adanya suatu gangguan pada organ didalam tubuh yang dimanifestasikan dengan keluhan atau sakit secara fisik yang sebenarnya keadaan tersebut tidak pernah terjadi, seperti jantungnya copot, ususnya meledak dll e. Depersonalisasi yaitu isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan sekitarnya f. Idea of reference (ide yang terkait, pikiran hubungan) yaitu isi pikiran yang dimanifestasikan dengan keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan sekitarnya, pembicaraan orang lain, benda-benda atau sesuatu kejadian yang dihubung-hubungkan/terkait dengan dirinya dan hal tersebut bermakna bagi klien g. Magic thinking (pikiran magic) yaitu isi pikiran yang berwujud dengan keyakinan klien tentang dirinya yang mampu melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan secara umum atau diluar kemampuannya,seperti saya bias terbang kelangit ketujuh, bisa mengangkat beras 3 ton 190

h. Social Isolation (pikiran isosasi social) yaitu isi pkiran yang berupa rasa terisolasi, tersekat, terkucil, terpencil dari lingkungan sekitarnya/masyarakat, merasa ditolak, tidak disukai orang lain, dan tidak enak berkumpul dengan orang lain sehingga sering menyendiri i. Pikiran tak memahami (inadekuat) yaitu isin pikiran eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal terutama dalam hal pergaulan dan pekerjaan j. Preokupasi yaitu isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide saja, biasanya behubungan dengan atau bernada emosional dan sangat kuat k. Suicidal thought / ideation / pikiran bunuh diri yaitu isi pikiran yang dimulai dengan memikirkan usaha bunuh diri sampai terus-menerus berusaha untuk dapat bunuh diri l. Alienasi / rasa terasing yaitu pikiran /rasa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing dan aneh m. Pikiran rendah diri yaitu pikiran yang merendahkan, menyalahkan, menghinakan dirinya terhadap hal-hal yang pernah dilakukan ataupun ynag belum pernah dilakukannya n. Merasa dirugika, yaitu pikiran yang selalu menyangka / mengira bahwa orang lain telah merugikan, mencelakai dirinya dan mengambil keuntungan dari dirinya o. Hiposeksual yaitu pikiran yang merasa dingin dalam hal seksual, acuh, tidak memperhatikan, tidak bangkit gairahnya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seksual p. Rasa bersalah yaitu pikiran yang merasa / mengatakan dirinya selalu / telah bersalah q. Pesimisme yaitu berpandanngan bahwa masa depan dirinya yang suram tentang banyak hal didalam kehidupannya r. Perasaan curiga yaitu pikiran yang berupa tidak percaya / curiga pada orang lain s. Phobia/fobia yaitu rasa takut / ketakutan yang patologis / tidak rasional terhadap suatu obyek situasi/benda tertentuyang tidak dapat dihilangkan dan tidak diketahui oleh dirinya. Adapun jenis phobia sbb : aqrofobi yaitu takut terhadap ruang yang luas Ailurofobi yaitu takut terhadap kucing Akrofobi yaitu takut terhadap tempat yang tinggi Algofobi yaitu takut terhadap perasaan nyeri/ sakit Astrofobi yaitu takut terhadap badai/guntur/kilat Bakteriofobi yaitu takut terhadap kuman / bakteri Eritrofobi yaitu takut terhadap muka / wajahnya menjadi merah Hematofobi yaitu takut terhadap darah Kankerofobi yaitu takut terhadap sakit / penyakit kanker Kloustrofobi yaitu takut terhadap ruang yang tertutup Misofobi yaitu takut terhadap kotoran / kuman Monofobi yaitu takut terhadap keadaan sendiri / bila sebdirian 191

Nightofobi yaitu takut terhadap keadaan gelap / suasana gelapnya malam Okholofobi yaitu takut terhadap keadaan yang ramai / banyak orang Partofobi yaitu takut terhadap segaka sesuatu Patofobi yaitu takut terhadap suatu penyakit Pirofobi yaitu takut terhadap api Xitilofobi yaiu takut terhadap penyakit sifilis Xenofobi yaitu takut terhadap oranng asing / orang yang belum dikenalnya Zoofobi yaitu takut terhadap binatang

t. Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh / kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan secara berulang ulang dan berlebihan, biarpun telah dibuktikan kemustahilannya / kesalahannya atau tidak benar secara umum. Jenis waham sbb : W. agama yaitu keyakinan klien yang bertema dengan agama / kepercayaan yang berlebihan W. somatic / hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya ada sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk, otaknya mencair, perutnya ada kuda W. kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaan atau kekuasaan luar biasa, seperti saya ini ratu adil, nabi, supermen dll W. curiga / kejaran yaitu keyakinan klien terhadap seseorang / kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai, menganggu, mengancam, memat-matai dan membicarakan kejelekan dirinya W. nihilistic yaitu keyakinan klien terhadap dirinya / orang lain sudah meninggal / dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apanya lagi W. dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah / selalu salah / berbuat dosa / perbuatannya tidak dapat diampuni lagi W. yang bizar, terdiri dari : sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan kedalam pikiran dirinya siar pikir / broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dpakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak secara nyata mengatakan pada orang tersebut Control pikir / waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,emosi dan perbuatannya selalu dikontrol / dipengaruhi oleh kekuatan diluar dirinya yang aneh 192

u. Gangguan pertimbangan yaitu gangguan yang berhubungan dengan keadaan mental yan menghindari kenyataan yang menyakitkan, kurangnya kemampuan untuk mengevaluasi keadaan / langkah-langkah yang diambil dan mengambil suatu kesimpulan/keputusan, hal ini dapat berupa hal-hal berikut : o hubungan keluarga (tidan insaf bahwa tingkah lakunya dapat menganggu keluarga) o hubungan social (merasa dirinya dirugikan, dihalangi terus-menerus secara social) o dalam pekerjaan (berharap sesuatu tidak realistic dalam pekerjaan) o dalam merencanakan hari depan (tidak mempunyai rencana / rancangan apapun tentang kehidupan yang akan datang) 9. Interaksi selama wawancara Jelaskan keadaan yang ditampilkan klien saat wawamcara seperti bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara), defensive (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukan sikap / perasaan tidak percaya pada orang lain) bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

10. Memori (daya ingat) Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada gangguan pada daya ingatnya. Gangguan ini dapat terjadi pada salah satu diantara komponen daya ingat yaitu pencatatan/regisrasi, penahanan/retensi atau memanggil kembali/recall sesuatu yang terjadi sebelumnya bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan,tuliskan diagnosa keperawatan tersebut area daya ingat / gangguan daya ingat yang harus dikaji sbb : a. daya ingat jangka panjang (memori masa lalu, mengingat kejadian, informasi dan orang dari masa lalu yang sangat lama/lebih dari 1 (satu) bulan, seperti waktu kecil, tempat dilahirkan/sekolah/tanggal lulus sekolah dll 193

b. daya ingat jangka menengah (memori yang baru dari waktu dapat mengingant kejadian yang terjadi dalam 1 (satu) minggu terakhir sampai 24 jam terakhir ) c. daya ingat jangka pendek (memori yang sangat baru, tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi, seperti menghitung mundur sederhana) d. lupa (gangguan daya ingat secara fisiologis, segera kembali daya ingatnya) Amnesia yaitu ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang telah terjadi baik sebagian atau seluruh/total kejadian. Hal ini dapat terjadi akibat adanya trauma kepala, gangguan emosi/amnesia histerik, sesudah hipnosa dan trans. Amnesia Retrograd yaitu hilangnya daya ingat terhadap pengalaman sebelumkejadian sampai kejadian. Amnesia anterograd yaitu hilangnya daya ingat terhadap pengalaman setelah terjadinya suatu peristiwa. e. Hipermnesia yaitu adanya penahanan/retensi dalam ingatan dan pemanggilan kembali/recall terhadap sesuatu yang berlebihan f. Paramnesia yaitu ingatan yang keliru karena distorsi/gangguan pada proses pemanggilan kembali/recall, seperti pada dejavu, jamais vufouse reconnaissance, konfabulasi - Dj vu yaitu merasa ingat bahwa ia sudah / pernah melihat sesuatu namun kenyataannya belum pernah sama sekali - Jamais vu yaitu merasa ingat bahwa ia tidak/belum pernah melihat sesuatu, namun kenyataannya pernah melihatnya - Fouse reconnaissacence yaitu merasa pasti benar tentang pengenalanya, namun kenyataannya tidak benar sama sekali - Konfabulasi yaitu ingatan yang keliru dan dimanifestasikan dengan pembicaraan yang tidak sesuai kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya

11. Tingkat Konsentrasi dan berhitung Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama wawancara / kontrak dan kalkulasi adalah kemampuan klien untuk mengerjakan hitungan baik sederhana maupun yang komplek. Bagaiman klien berkonsentrasi dan kemampuan dalam berhitung, apakah normal atau ada gangguan seperti mudah beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu berhitung sederhana atau lainnya. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut Gangguan konsentrasi berhitung sbb : a. mudah beralih / mudah dialihkan, mudah berganti perhatian / konsentarsi dari suatu obyek ke obyek lain 194

b. tidak mampu berkonsentrasi, klien selalu meminta agar pertanyaan sebelumnya diulang, tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja dibicarakan oleh dirinya atau orang lain c. tidak mampu berhiung yaitu tidak dapat melakukan penambahan/pengurangan angka-angka atau benda-benda yang nyata, sederhana, banyak, rumit dan komplek 12. Kemampuan penilaian / mengambil keputusan Penilaian melibatkan pembuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif, kemampuan mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari hubungan. Hal ini dapat dikaji dengan menggali keterlibatan klien dalam aktivitas, berhubungan dengan pilihan pekerjaan, contohnya bagaimana ia dapat menemukan jalan keluar dan bagaimana ia dapat bertindak. Bagaimana kemampuan klien dalam menilai sesuau hal dan bagaimana ia mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu hal, masalah atau peristiwa dilingkungan sekitarnya. Apakah normal atau ada gangguan bermakna. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut Gangguan kemampuan penilaian / pengambilan keputusan sbb : a. Gangguan ringan yaitu bilamana gangguan ini terjadi tetap dapat mengambil keputusan secara sederhana dengan bantuan orang lain, seperti ia dapat memilih akan mandi dulu sebelum makanatau sebaliknya. b. Gangguan bermakna bilamana gangguan ini terjadi ia tidak dapat / tidak mampu mengambil suatu keputusan meskipun secara seerhana dan mendapatkan bantuan orang lain. 13. Daya tilik diri Daya tilik diri / penghayatan,merujuk pada pemahaman klien tentang sifat suatu penyakit/gangguan. Penghayatan ini biasanya mengalami gangguan pada kelainan mental organic, psikosis dan retardasi mental. Bagaimana klien menilai / memandang dirinya secara keseluruhan terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Apakah normal atau ada gangguan seperti mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar dirinya. Hal ini dapat dilihat dan disesuaikan dengan konsep dirinya dan tingkat kesadaran yang terjadi saat ini.

195

Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakeristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut Gangguan daya tilik diri sbb : a. mengingkari penyakit yang diderita, dimana ia tidak menyadari gejala gangguan jiwa / penyakinya, perubahan fisik, emosi dirinya dan dirinya merasa tidak perlu suatu pertolongan dari siapapun. b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya bilamana ia cenderung menyalahkan orang lain /lingkungan dan ia merasa orang lain/lngkungan diluar dirinya yang menyebabkan ia seperti ini/kondisinya saat ini. VI. PEMERIKSAAN / KEADAAN FISIK Pengkajian / pemeriksaan fisik difokuskan pada system dan fungsi organ tubuh (dengan cara observasi,auskultasi, palpasi, perkusi dan hasil pengukuran) dapat digambarkan sbb : 1. lakukan pengukuran dan tuliskan hasilnya tentang : - tanda vital (tekanan darah dalam mmHg) - nadi berapa kali dalam 1 (satu) menit - pernafasan berapa kali dalam 1 (satu) menit - suhu badan dalam derajat celcius - berat badan dalam kg dan - tinggi badan dalam cm.

d. apakah ada keluhan-keluhan fisik yang dirasakan klien,bila ada (ya) kaji lebih lanjut tentang system dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang dirasakan klien Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut

196

VII. PSIKOSOSIAL Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram, konsep diri, hubungan social dan aspek spiritual yang akan diuraikan secara singkat dibawah ini. 1. Genogram Penelusuran genetic yang menyebabkan / menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan hingga saat ini. Informasi terakhir tentang hal ini berdasarkan atas penyelidikan sifat keturunan melalui 3 jenis kajian yaitu : 1) kajian adapsi yang membandingkan sifat antara anggota keluarga biologis / satu keturunan dengan keluarga adapsi 2) kajian kembar yang membandingkan sifat antara anggota keluarga yang kembar identik secara genetic dengan saudara kadang yang tidak kembar 3) kajian keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat banyak kesamaan antara kelurga tingkat pertama (seperti orang tua, saudara kandung) dengan keluarga yang lain. Oleh karena itu perlunya gambaran genogram keluarga (contoh genogram dibawah ini ) dan bagaimana maknanya terhadap terjadinya gangguan jiwa pada klien dapat dilakukan sbb : a. gambarkan genogram keluarga klien dengan 3 (tiga) generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dengan anggota keluarga. Adakah keluhan fisik, sakit fisik dan gangguan jiwa yang dialami anggota keluarganya, pernahkah dirawat b. jelaskan klien tinggal denga siapa dan apa hubungannya. Jelaskan masalah terkait dengan komunikasi,pengambilan keputusan dan pola asuh keluarga terhadap klien dan anggota keluarga lainnya. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tesebut

2. Konsep diri Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. konsep diri ada melalui pembelajaran (dipelajari) setelah lahir sebagai hasil pengalaman unik dalam dirinya, bersama orang terdekat dan dengan dunia nyata (realitas).konsep terdiri atas : 197

citra tubuh yaitu kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi masa lalu / sekarang, perasaan tentang ukuran , fungsi, penampilan dan potensi dirinya. b Identitas diri yaitu pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,konsistensi, dan keunikan individu. c peran yaitu serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok social d Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu e harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya.harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat,meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga individu dengan kpribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang positif / sesuai, ideal diri yang realistic, konsep diri positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan dan identitas yang jelas. Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri (paling adaptif) sampai pada keracunan identitas /depersonalisasi (maladaptif) yang digambarkan sbb:

respon adaptif aktualisasi diri positif konsep diri rendah harga diri identitas keracunan

respon maladaptif depersonalisasi

keracunan identitas adalah merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintergrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian

198

psikososial dewasa yang harmonissedangkan depersonalisasi adalah suatu yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan. Dalam mengkaji konsep diri klien dapat dilakukan langkah sbb : a. citra tubuh (gambaran diri, body image), bagaimana pesepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya yang paling/tidak disukai b. Identitas diri (self identity), bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut (sekolah, pekerjaan, kelompok, keluarga, lingkungan masyarakat sekitarnya), kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan (gender) c. Peran (self role), bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok. Masyarakat dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran tersebut d. Ideal diri (self ideal), bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, lingkungan masyarakat) e. Harga diri (self esteem), bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi tersebut diatas (nomor 2a,b,c dan d) dan bagaiman penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut

e. Hubungan social Dalam setiap interaksi dengan klien,perawat harus menyadari luasnya dunia kehidupan klien memahami pentingnya kekuatan social dan budaya bagi klien, mengenal keunikan aspek ini dan menghargai perbedaan klien. Berbagai factor social budaya klien melliputi usia, suku, bangsa, gender, pendidikan, penghasilan dan sistem keyakinan. Hubungan social dapat dikaji sbb : a. siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat mengadu, bicara, minta bantuan atau dukungan baik secara material maupun non-material b. peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, kelompok apa saja yang diikuti dilingkungan dan sejauh mana ia terlibat. Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang lain/kelompok tersebut bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut

199

Stressor social budaya (stuart dan sundeen,1998) dapat dijelaskan seperti berikut ini: Stessor 1. keadaan yang merugikan 2. stereotype 3. intoleransi 4. stigma 5. prasangka 6. diskriminasi 7. rasisme definisi 1. kekurangan sumber ekonomi yang merupakan dasar untuk beradaptasi biopsikososial 2. konsepsi depersonalisasi dari individu oleh suatu obyek 3. ketidaksediaan untuk menerima perbedaan pendapat /keyakinan orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda 4. suatu atribut / sifat yang melekat pada lingkungan social individu sebagai sesuatu yang berbeda dan rendah 5. keyakinan yang tidak menyenangkan tentang individu / kelompok dengan tidak memperhatikan pengetahuan ,pikiran atau alas an 6. perlakuan yang berbeda dari individu / kelompok yang tidak berdasarkan atas kebaikan yang sebenarnya 7. keyakinan tentang perbedaan yang terdapat pada antara ras yang menentukan / yang satu lebih dominant/lebih tinggi dari yang lain adapun pengkajian / pertanyaan yang berhubungan dengan factor resiko social budaya secara lengkap dapat dibaca pada stuart dan sundeen (1998, hal.110-112) guna mencapai kepuasan dalam kehidupan individu harus membina hubungan interpersonal (hubungan social)yang positif. Hubungan social yang sehat terjadi jika individu saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi masih tetap dipertahankan.kapasitas hubungan social berkembang sepanjang siklus kehidupan yang dapat digambarkan dalam rentang hubungan social sbb:

respon adaptif solitu 200

otonomi kebersamaan saling ketergantungan kesepian menarik diri ketergantungan

respon maladaptive manipulasi impulsive narsisme

Manipulasi adalah orang lain diberlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, individu berorientasi pada diri-sendiri/tujuan bukan pada orang lain. Impulsive adalah tidak mampu merencanakan / belajar dari pengalaman ,penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan Narsisme adalah harga diri rapuh, terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan / pujian, bersikap egosentris, pencemburuan dan marah bila orang lain tidak mendukungnya

4. Spiritual Kesejahteraan spiritual adalah keberadaan individu yang mengalami penguatan kehdupan dalam hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai nilai individu, komunitas dan lingkungan yang terpelihara (corpenito,1998,hal.382) yang ditandai dengan karakteristik: rasa kesadaran, sumber-sumber yang sacral, kedamaian dalam diri individu, komitmen pada nilai-nilai tertinggi terhadap cinta, makna, harapan dan kebenaran (Carson,1998) Distress spiritual adalah keadaan dimana individu / kelompok mengalami / beresiko mengalami gangguan system keyakinan / nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan anti kehidupan seseorang (Carpenito ,1998.hal.384) dengan karakteristik adanya gangguan dalam suatu keyakinan, mempertahankan makna kehidupan, kematian, penderitaan, keputusan, tak melakukan ritual keagamaan, ragu tentang keyakinan dan kekosongan spiritual 201

Adapun aspek spiritual dapat dikaji sbb : Apa agama dan keyakinan klien/keluarganya bagaimana nilai norma, pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat tentanng gangguan jiwa sesuia dengan norma budaya dan agama yang dianutnya. a. Kegiatan keagamaan, ibadah dan keyakinan apa saja yang dikerjakan klien dirumah / lingkungan sekitarnya baik secara individu maupun kelompok, pendapat klien / keluarga tentang ibadah tersebut. b. Keyakinan klien dan keluarga terhadap penyakitnya dipandang dari tinjauan agama atau keyakinan yang dianut oleh klien dan keluarga. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasab karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut.

VIII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG Khusus data-data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin akan terjadi /akan dihadapi klien, keluarganya atau masyarakat sekitarnya pada saat klien pulang atau setelah klien pulang dari rumah sakit dank lien berada dirumahnya,cditengah keluarga / masyarakat.Data ini bermanfaat agar dapat sesegera miungkin dapat dibuatkan suatu rencana keperawatan / implementasi keperawatan saat ini atau pada saat klien menjelang pulang. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, data dari : keluarga atau sumber-sumber lainnya yang mendukung, tulisan data dan jelas atau berikan tanda pada kotak sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi.

1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan Apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi/menyediakan kebutuhan pakaian (memilih, memakai, mencuci atau menyimpannya), makanan, kemauan, perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal. Keuangan dan kebutuhan lainnya serta ketidakmampuan klien yang terjadi. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. 202

2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) a. Perawatan diri apakah klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari seperti mandi, kebersihan, makan, buang air kecil (BAK), buang air besar (BAB) dan ganti pakaian secara mandiri, perlu bantua minimal atau bantuan total Klien disebut mandiri bilamana ia tahu kapan/waktunya, menyiapkan peralatan, mampu melaksanakan dan merapihkan kembali apa yang ia telah kerjakan - klien disebut perlu bantuan minimal bila ia mampu mengerjakan setelah diberikan penjelasan atau dorongan untuk melaksanakannya - klien disebut perlu bantuan total bila iatidak mampu mengerjakan setelah ia diberikan penjelasan atau dorongan untuk melaksanakannya bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut -

b. Nutrisi Bagaimana kepuasan klien dengan pola makannya, bila tidak puas jelaskan apa yang menyebabkan. Apakah klien pada saat makan memisahkan diri, bila memisahkan diri jelaskan mengapa terjadi hal itu. Berapa frekwensi makan dan frekwensi kehidupan dalam sehari. Bagaimana nafsu makannya, apakah meningkat, menurun, berlebihan, sedikit-sedikit dan apa penyebabnya. Bagaimana berat badannya, apakah meningkat atau menurun dan apa penyebabnya. Ukur dan catat berat badan (BB) saat ini, BB terendah saat dirawat dan BB teringgi. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. Pengendalian makanan yang sesuai menunjang kesehatan dan kesejahteraan. Respon makan adaptif mempunyai karakter keseimbangan pola makan, asupan kalori yang tepat dan berat badannya sesuai dengan postur tubuh. Respon maladaptive termasuk anoreksia nervosa, bulimia neurosa dan gangguan makan/minum. Pemeriksaan fisik lengkap perlu perhatian khusus pada berat badan, tinggi badan, kulit, penyalahgunaan obat 203

pencahar/diuretic dan munah disengaja, termasuk pemeriksaan rongga gigi dan mulut yang berkaitan dengan system pencernaan. Rentang respon gangguan makan dapat digambarkan sbb :

Respon adaptif - pola makan Imbang Asupan kalori Cukup -berat badan seimbang kadang makan berlebihan atau tidak makan makan berlebihan makan cepat sering puasa diet (sangat menbatasi)

Respon maladaptif Anoreksia Bulimia makan berlebihan

Anoreksian nervosa merupaka gangguan makanan dengan karakteristik sering berusaha memuntahkan makanan, penyalahgunaan pencahar/diuretic, kehilangan berat badan berlebihan, pengingkaran rasa lapar, sebagai upaya menuju perilaku bunuh diri melaparkan dirinya. Bulimia nervosa merupakan gangguan makan dengan karakteristik sering memuntahkan makanan, penyalahgunaan pencahar/diuretic, kehilangan berat badan sedikit, merasa lapar, perilaku makan dianggap aneh (sumber strees yang disertai gambaran obsesional) Makan sangat berlebihan (binge), mengghabiskan makanan dengan jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, hilang kendali dalam hal makan dan masukan kalori berlebihan. Berpuasa/berpantangan, makan dalam sehari sekitar 200 kalori, merasa sudah cukup, tidak makan selama seharian atau berpantangan makan. Pengurasan/purging, perilaku menghabiskan/menguras energi dengan berbagai kegiatan seperti berolah raga/bekerja berlebihan, makan obat diuretic, pil diet dan pancahar steroid.

204

c. Tidur Apakah klien mempunyai masalah/gangguan tidur seperti sulit untuk tidur, bangun terlalu pagi, somnabulisme, terbangun saat tidur, gelisah saat tidur dan berbicara saat tidur, bila ada jelaskan. Apakah ia merasa segar setelah bangun tidur, bila tidak segar jelaskan apa yang terjadi. apakah klien bisa tidur siang, berapa lamanya. Apakah ada yang menolong klien mempermudah untuk tidur, keadaan seperti apa? Tidur malam rata-rata berapa jam, mulai tidur jam berapa dan bangun pagi jam berapa.

Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor/batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan,tuliskan diagnosa keperawatan tersebut Ganggun tidur diklasifikasikan dalam 4 kelompok besar yaitu : Gangguan untuk jatah tidur (insomnia), biasanya sering ditemui pada ansietas/depresi dan gejala ini paling sering terjadi. Kelainan somnolen yang berlebihan (hipersomnia), kategori ini termasuk narkolepsi, apnea tidur dan kelainan gerakan pada malam hari yang kakinya selalu bergerak/gelisah Kelainan jadwal bangun tidur, dimana tidurnya normal, tidak tepat waktunya yang merupakan perubahan waktu dari satu tempat ketempat lainnya dan perubahan waktu kerja (shif) Kelainan yang berhubunga dengan tahapan tidur (parasomnia), kategori ini termasuk somnabulisme, terror malam hari, mimpi buruk dan ngompol (enuresis).

3. Kemampuan klien lain-lain Apakah klien dapat/mampu mengantisipasi kebutuhan hidupnya, membuat keputusan berdasarkan keinginannya, mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri. Bila tidak bagaimana yang terjadi dan apa penyebabnya. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteistik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut 4. Klien memiliki system pendukung

205

Apakah klien mempunyai system pendukung seperti keluarga, teman sejawat, terapis atau kelompok social, bila sistem pendukung tersebut mempunyai sampai sejauh mana bantuan/perannya dalam membantu secara material maupun spiritual dan bilamana tidak mempunyai system pendukung bagaimana hal ini terjadi dan apa penyebabnya. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan,tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. 5. Klien menikmati saat bekerja / kegiatan produktif/hobi Apakah klien mampu menikmati pekerjaannya, kegiatan yang produktif atau hanya sekedar kesenangan saja atau hobi. Bila mampu menikmati sejauhmana hal ini terjadi dan bila tidak mampu menikmati mengapa hal ini terjadi dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan. bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut

I.

MEKANISME KOPING Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, lainnya ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptive seperti minum alcohol, reaksi lambat/berlebihan, bekerja berlebihan, menghindar, menciderai diri atau lainnya Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor/batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut Mekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam dirinya (pertahanan diri / maladaptive) atau untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (mekanisme koping/adaptif). Adanya masalah-masalah yang mengancam pribadi dan kehidupan akan memunculkan reaksi adaptif atau maladaptive, dimana masalah tersebut akan memunculkan kecemasan pada individu. Pada kecemasan ringan, maka mekanisme koping yang dipergunakan masih dalam taraf normal atau adaptif/positif. Ketika kecemasan menjadi kecemasan sedang atau berat/hebat, maka kecemasan tersebut sering kali dihadapi dengan 2 (dua) tipe mekanisme koping yaitu reaksi atas orientasi tugas (menyelesaikan masalah) dan mekanisme pertahanan ego (tanpa kesadaran dan pemikiran yang tidak rasional, maladaptive/negative) Reaksi atas orientasi tugas 206

adalah kesadaran, berorientasi atau bereaksi untuk mencoba mempertemukan keinginan yang realistic dan situasi stress yang terjadi pada dirinya. Mekanisme pertahanan ego adalah salah satu penyelesaian diri terhadap stress pada tingkat ketidaksadaran tertentu dan melibatkan tingkat-tingkat penipuan diri sendiri dan atau penyimpangan atas realitas yang ada

Jenis reaksi atas orientasi tugas adalah : b. Menyerang / agresif yaitu berusaha untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan dengan cara aktif, partisipatif atau mengahadapi masalah secara bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan/untuk emosinya secara masuk akal dalam menghadapi masalah c. Kompromi yaitu merubah perjalanan suatu cara atau tujuan dengan posisi tawar-menawar (bargaining) untuk memuaskan keinginan/ emosinya dan bagaimana caranya mencapi suatu tujuan yang sama-sama menguntungkan d. Menarik diri yaitu berupaya untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman secara fisik atau memuaskan keinginan / emosinya tanpa melibatkan diri dalam mengatasi masalah tersebut. Cara ini termasuk maladaptive

Jenis mekanisme pertahanan ego adalah : a. Kompensasi adalah mengalihkan kecemasan dirinya dengan menonjolkan / mengunggulkan / mengantikan keberhasilan-keberhasilan aspek lainya yang dianggap sebagai aset dirinya. b. Peingkaran / denial adalah menghindarkan diri dan mengabaikan realitas yang tidak menyenangkan terhadap dirinya, menolak untuk mengenalinya atau tidak setuju. c. Displecement adalah pengalihan emosi pada obyek lain atau orang lain yang lebih ringan resikonya/bahayanya atau yang lebih netral d. Idetifikasi adalah berpaya menjadi orang yang dikaguminya dengan mengambil ide-ide dan atau pemikiran/pendapat orang lain yang disukainya tersebut (contohnya mencoba menjadi seperti idolanya) e. Rasionalisasi adalah memberikan alasan yang kuat/masuk akal agar diterima oleh orang lain sebagai pengganti untuk menutupi peranan perilaku dan motivasi yang tidak dapat terima orang lain untuk menyesuaikan diri terhadap implus, perasaan dan perilaku orang lain f. Introjeksi yang mengidentifikasi perilaku yan kuat atau bersemangat mengambil nilai/norma orang lain untuk diterapkan pada dirinya atau kedalam struktur egonya sendiri (tipe identifikasi yang hebat) 207

g. Isolasi adalah memisahkan diri secara emosional dari suatu pemikiran atau permasalah yang sedang terjadi saat ini bisa terjadi sementara /temporer atau menetap dalam jangka panjang/lama h. Proveksi adalah memindahkan pemikiran, dorongan, rangsangan emosional atau motivasi kepada orang lain atau obyek lain, biasanya dengan menyalahkan orang lain atas ketidakberhasilan dirinya dalam suatu hal i. Over kompensasi adalah pola perkembangan sikap dan perilaku yang berlainan dengan dorongan yang ada pada dirinya dan biasanya tidak sesuai dengan realitas sebagai upaya kompensasi namun berlebihan, seperti bekerja/belajar secara berlebihan j. Regresi adalah menghindari keterangan dengan kemunduran karakter perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya k. Represi adalah menekan dorongan yang tidak dapat diterima secara sadar/ tidak disadarinya menekan pikiran, perasaan, kemauan, kemampuan, dan dorongan pada dirinya akibat dari adanya hal-hal yang menyakitkan/konflik sebagai pertahanan ego secara primer. l. Pemisahan/Spliting adalah memandang/membagi orang lain/situasi dalam dua penggolongan yaitu kelompok positif/negative dalam dirinya m. Penghalus/Sublimasi adalah mengganti suatu tujuan untuk suatu tujuan tertentu yang tidak dapat diterima oleh orang lain/social dengan tujuan tertentu yang bias diterima secara social dengan perilaku yang biasanya bersifat menekan perasaannya sendiri. n. Disosiasi adalah pemisahan diri sekelompok mental/proses perilaku dari keseluruhan kesadara/identitas o. Intelektualisasi adalah alasan atau logika yang berlebihan yang digunakan untuk menghindari perasaan yang menganggu dirinya. p. Supresi yaitu analog dengan represi dengan cara menekan perasaan dengan suatu kesadaran dan bertujuan untuk menunda suatu tindakan sampai ada suatu kesempatan untuk mengekspresikan. q. Undoing yaitu bertindak/berkomunikasi secara sebagian-sebagian/meniadakan tindakan/informasi yang sebelumnya ada, hal ini sebagai pertahanan diri yang primitif

II.

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan psikososial dan lingkungan sekitar, bila mempunyai sebutkan / jelaskan secara spesifik dan singkat, seperti masalah dengan dukungan kelompok berhubungan dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, pelayanan kesehatan atau masalah spesifik lainnya. Dan bagaimana pengarunya terhadap kehidupan klien. 208

Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor/ batasan karakterisik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut masalah yang berkaitan dengan psikososial dan lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Masalah berhubungan dengan dukungan social, seperti kematian anggota keluarga, kesehatan anggota keluarga, gangguan dalam keluarga (perpisahan, perceraian, pengasingan, pindah rumah, orang tua menikah lagi, penganiyayaan fisik/seksual, menelantarkan anak, disiplin tidak adekuat, perselisihan saudara, kelahiran saudara) 2. Masalah berhubungan dengan lingkungan social seperti kematian/kehilangan sahabat, dukungan social tidak adekuat, hidup sendiri, kesukaran berbaur / beradaptasi / berakulturasi, penyesuaian terhadap siklus hidup (pension) 3. Masalah berhubungan dengan pendidikan seperti buta aksara. Masalah akademik, perselisihan dengan guru/teman, lingkungan sekolah tidak adekuat 4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan seperti menganggur, ancaman kehilangan pekrejaan/PHK, jadwal kerja tidak sesuai, kesulitan kondisi pekerjaan, tidak puas bekerja, perubahan pekerjaan, perselisihan dengan atasan/teman kerja. 5. Masalah berhubungan dengan perumahan seperti gelandangan, rumah tidak adekuat, lingkungan tidak aman, perselisihan dengan tetangga/pemilik rumah. 6. Masalah berhubungan dengan ekonomi seperti sangat miskin, finansial tidak adekuat, dukungan kesejahteraan tidak adekuat. 7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti pelayanan kesehatan tidak adekuat, transportasinya jauh, tidak mempunyai jaminan/asuransi kesehatan. 8. Masalah berhubungan dengan hukum/criminal seperti dipenjara, ditahan, proses pengadilan, korban kekerasan/criminal III. ASPEK PENGETAHUAN Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa. Sistem pendukung, factor yang memperberat masalah (presipitasi), mekanisme koping, penyakit fisik, obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb. Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor/ batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan diagnosa keperawatan tersebut. IV. ASPEK MEDIS Jelaskan aspek medis klien (dapat dilihat dari rekam medik) tentang diagnose, medik dan terapi mediknya salama dirawat terutama saat ini.

209

Bila dari hasil pengkajian terdapat tanda mayor / batasan karakteristik dari suatu diagnosa keperawatan, tuliskan daignosa keperawatan tersebut V. ANALISA DATA Buatlah pengelompokan data sesuai dengan apa yang telah dikaji dalam pengkajian DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan dari pengkajian (Carpenito,1983). Penilaian klinis tentang respon aktualatau potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Menurut NANDA (North American Nursing Diagnosisi Association) melalui konferensi ke-10 diagnose keperawatan ada 3 tipe yaitu 1. Aktul - Dengan label ; perubahan, intoleransi, gangguan, kerusakan - Tanpa label : Ketidakpatuhan, Ansietas 2. Resiko 3. Sejahtera Menurut NANDA I (North American Nursing Associaton) 2007-2008 langkahlangkah dalam merumuskan diagnosa keperawatan dengan menggunakan multi axis (7axis) : Axis 1 : Konsep diagnosa - komunikasi verbal - isolasi social - interaksi social - sensori persepsi - distress spiritual - harga diri - perawatan diri - knsep diri - dll Axis 2 : subjek diagnosa Individu Keluarga Kelompok 210

VI.

- Masyarakat Axis 3 : Deskriptor - defisit - gangguan - kerusakan - ketidakmampuan - dll. Axis 4 : Topologi - pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, penghidu - perkemihan, pencernaan, mukosa, interacranial, dll Axis 5 : Usia - fetus - neonatus - infant - toodler - pre scool - dll. Axis 6 : Waktu - akut - kronis - intermiten - kontinyu Axis 7 : Status kesehatan sejahtera resiko actual

VII.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN Yang dimaksud dengan diagnosa-diagnosa keperawatan atau masalah masalah kolaboratif yang apabila tidak dilakukan intervensi atau ditangani akan menghambat kemajuan unuk mencapai hasil,atau akan berpengaruh negative pada status funsional klien. Diagnosa penting adalah diagnosa-diagnosa keperawatan atau masalah-masalah kolaboratif dimana pengobatan dapat ditangguhkan pada waktu lain tanpa menurunkan status fungsional yang ada. 211

Cara penentuan prioritas diagnosa keperawatan : 1. 2. 3. 4. Alasan MPR (penderita baru) Mengancam nyawa Aktual Dominan

212

Daftar Pustaka
Carpenito, L, J, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC Fitria N, 2009, Prinsip dasar dan aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan & strategi Pelaksanaan, Tindakan Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika Keliat, B, A, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC Maramis, W., F., 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 7, Surabaya, Airlangga University Press Stuart, G, W, & Sundeen, S,J, 1998, Priciples and Practice of Psychiatric Nursing, edisi 6, St., Louis Mosby Stuart, G, W, & Sundeen, S.J, 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Jakarta,EGC Tim Keperawatan Jiwa FIK UI, 1997, Materi Keperawatan Jiwa, Jakarta. FIK, UI Tim Keperawatan jiwa RSJ Lawang, modul asuhan keperawatan Jiwa pendekatan strategis pelaksanaan tindakan keperawatan. Towsend, M, C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Jakarta, EGC Videbeck S.L, 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta, EGC Yosep I, 2009, Keperawatan Jiwa, Jakarta PT Rafika Aditama

213

214

215

Anda mungkin juga menyukai