Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM DI

RUANG BETET RSJ DR. RADJIMAN WEDIODINIGRAT LAWANG

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktik Stase Keperawatan


jiwa Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja Sumenep

Nama Kelompok :
Bobi Wahyudi, S.Kep. 721630
Nur Aini Fahmiah, S.Kep. 721630788
Isnawati, S.Kep. 721630787
Moh. Arizal, S.Kep. 721630

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022

1
A. Latar Belakang
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis
oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan control.
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis
yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan
yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang
intelektual dan budaya (Rawlins, 1993)
Prevalensi gangguan jiwa menurut WHO tahun 2013 mencapai 450
juta jiwa diseluruh dunia, dalam satu tahun sesuai jenis kelamin sebanyak
1,1 wanita, pada pria sebanyak 0,9 sementara jumlah yang mengalami
gangguan jiwa seumur hidup sebanyak 1,7 wanita dan 1,2 pria. Menurut
National Institute of Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus
penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2% penduduk
yang berusia 18 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa NIMH, (2011)
dalam Trigoboff, (2013).Prevalensi gangguan jiwa cukup tinggi dan terjadi
pada usia produktif. 2 Data Riskesdas tahun 2007 menunjukan Prevalensi
Nasional Gangguan Jiwa Berat yaitu Skizofrenia sebesar 0,46%, atau
sekitar 1,1 juta orang atau 5,2% dari jumlah penderita Skizofrenia di
seluruh dunia sedangkan data RiskesdasTahun 2013 Prevalensi gangguan
jiwa berat (psikosis/ skizofrenia) pada penduduk Indonesia 1,7 per mil
atau 1-2 orang dari 1.000 warga di indonesia yang mengalami gangguan
jiwa berat yang berjumlah 1.728 orang
Gangguan proses pikir waham biasanya diawali dengan
terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.
Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangatterbatas. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonomi terpenuhi tetapikesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi. Waham terjadi karna sangat pentingnya pengakuan bahwa ia
eksis didunia ini. Dapat dipengaruhi juga olehrendahnya penghargaan

2
saaat tumbuh kembang (life span story). Selain itu, juga dapat dipengaruhi
oleh tidak ada pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuan yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihilingkungan tersebut. Padahal self realty-nya sangat jauh dari
aspek 3 pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh support system
semuanya sangat rendah (Yosep, 2007).
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu
itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung
menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa
lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri
yang berlebihan, angkuh dan keras kepala. Kecintaan pada diri sendiri,
angkuh, dan keras kepala, adanya rasa tidak aman, membuat seseorang
berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang
menjadi waham besar (Darmayanti dan Iskandar, 2012).
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmko terapi, ECT
dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi
somatic, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan
terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien
dengan waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir
adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan
pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini perlu adanya
pemberian asuhan keperawatan jiwa dengan masalah keperawatan waham
curiga melalui proses terapeutik yang membutuhkan kerjasama antara
perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Selain itu tim medis atau perawat dituntut mampu
menjalankan peran dan fungsinya secara optimal dalam mengatasi masalah
ini.

3
Tujuan terapeutik meliputi :
1. Identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Identifikasi cara memenuhi kebutuhan
3. Praktek pemenuhan kebutuhan
4. Identifikasi kemampuan positif
5. Praktek aspek positif 1 dst
6. Patuh obat
Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi :
1. Meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri
2. Meningkatkan kemampuan empati
3. Meningkatkan keterampilan sosial
4. Meningkatkan pola penyelesaian masalah

Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan


klien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah :
 Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada
keluhan.
 Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan sebagian dari


terapi aktifitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek keperawatan
jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan hubungan
interpersonal yang adekuat dan mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi
eksternal.

4
B. MASALAH KEPERAWATAN
Terapi aktivitas kelompok orientasi realita ditujukan pada klien dengan
masalah keperawatan Gangguan Pola Pikir : WAHAM

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terapi aktivitas kelompok orientasi realita ditujukan pada klien dengan
masalah keperawatan Gangguan Pola Pikir : WAHAM
2. Tujuan Khusus
a. 1 : pengenalan orang
 Klien mampu mengenal nama – nama perawat
 Klien mampu mengenal nama nama klien lain
b. 2 : pengenalan tempat
 klien mampu mengenal nama rumah sakit
 klien mampu mengenal nama ruangan di tempat ia dirawat
 klien mampu mengenal kamar tidur
 klien megenal tempat tidur
 klien menganal ruang perawat,ruang istirahat,ruang makan ,kamar
mandi ,dan WC.
3 : pengenalan waktu
 Klien dapat mengenal waktu dengan tepat
 Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat
 Klien dapat mengenal hari dengan tepat
 Klien dapat mengenal tahun dengan tepat

D. PERSIAPAN
1. Analisa situasi
Meliputi : waktu pelaksanaan, jumlah perawat, pembagian tugas perawat,
alat bantu yang dipakai dan persiapan ruangan

2. Uraian tugas perawat (therapist)


a. Leader

5
 Menyusun rencana pembuatan proposal
 Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
 Merencanakn dan mengontrol terapi aktivitas kelompok
 Membuka aktivitas kelompok
 Memimpin diskusi dan terapi aktivitas kelompok
 Membacakan tata tertib
b. Co Leader
 Membantu leader mengorganisasi anggota
 Apabila trapi aktivitas pasif di ambil alih oleh co leader
 Menggerakkan anggota kelompok
 Membacakan aturan main
c. Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok
lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok
d. Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya
aktivitas therapi, peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta
yang drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai)

3. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi prilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh
perawat
b. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari
serta kemungkinan dilakukan therapi kelompok pada klien tersebut
dengan perawat ruangan
c. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan
dilakukan

4. Program antisipasi masalah


Program antisipasi pada waktu TAK berlangsung pada klien :
 Meninggalkan tempat aktivitas tanpa seizin terapis
 Berparilaku kasar
 Membuat kegaduhan

6
 Tidak kooperatif
Maka kami akan menghentika sementara aktivitas TAK,lalu memanggil
nama klien untuk memberi peringatan dan kemudian arahan kepada klien
agar tetap mngikuti kegiatan TAK sampai akhir kontrak di iming-imingi
hadiah .

E. KEGIATAN
1. Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing
dipimpin oleh leader. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam
kelompok.
2. Kegiatan
Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan
dengan pasangan, melakukan perkenalan di depan kelompok, melakukan
perintah permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari
kelompok.
3. Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk
mengemukakan perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan
4. Terminasi / Penutup
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien
menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.

F. KRITERIA EVALUASI
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan :
1. 50% dari jumlah yang diharapkan klien mampu memberika hasil atau
dampak positif setelah dilakukan therapis
2. 20% dari jumlah klien mampu mengikutin aturan main yang di berikan
oleh therapis dan strukturnya sesuai
3. 30% dari jumlah klien diharapkan mampu mengikuti segala proses
teraphis dan kegiatan berjalan dengan lancar tanpa ada masalah

7
G. RENCANA PELAKSANAAN
1. Kriteria :
Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK di ruang Jiwa G Rumah
Sakit Jiwa Menur Surabaya.
a. Klien menarik diri yang sudah mulai berinteraksi dengan beberapa
klien lain
b. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
2. Peserta :
a. Ny.S
b. Ny.S

3. Masalah Keperawatan
Gangguan pola pikir Waham

4. Persiapan
SESI 1 : pengenalan orang
a. Analisa Situasi
1). Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 30 maret 2022
Waktu : Jam.09.00 – 09.45 WIB
Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Permainan (10 menit)
Ekpress feeling (25 menit)
Penutup (5 menit)
2). Jumlah Perawat
Mahasiswa : 4 Orang
Perawat Ruangan : 1 orang
3). Pembagian Tugas
Leader : Bobi Wahyudi
Co-Leader : Nur Aini Fahmiah
Fasilitator : Isnawati

8
Observer : Moh. Arizal
4). Seting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
5). Alat Bantu :
 Papan nama sejumlah klien yang ikut TAK
 Spidol
 Bola tenis
 Tape recorder
 Kaset (dangdut)
b. Proses Pelaksanaan
1). Persiapan :
 Memilih klien sesuai dengan indikasi
 Membuat kontrak dengan klien
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2). Orientasi :
a) Salam terapiutik.
 Salam dari terapis kepada klien
b) Evaluasi/validasi.
 Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak.
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu mengenal orang
 Terapis menjelaskan aturan main berikut :
A. jika ada klien ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada terapis
B. lama kegiatan 45 menit
C. setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3). Tahap Kerja :
a. Terapis membagikan papan nama untuk masing – masing klien.
b. Terapis meminta masing – masing klien menyenbutkan nama
lengkap, nama panggilan, dan asal

9
c. Terapis meminta masing – masing klien menuliskan nama
panggilan di papan nama yang di bagikan.
d. Terapis meminta masing – masing klien memperkenalkan diri
secara berurutan searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
e. Terapis menjelaskan langkah berikunya tape recorder akan di
nyalakan, saat music terdengar bola tenis di pindahkan dari satu
klien ke klien lain. Saat music berhenti, klien yang sedang
memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal.
f. Terapis memutar tape recorder dan menghentikan .saat musik
berhenti, klien klien yang sedang memegang bola tennis
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi klien
yang lain.
g. Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran.
h. Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
mengajak klien lain bertepuk tangan.

4).Tahap Terminasi :
a) Evaluasi : terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK, terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut : terapis menganjurkan klien menyapa orang lain
sesuai dengan nama panggilan
c) Kontrak yang akan datang : menyepakati kegiatan TAK yang
akan datang, menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,


khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
orientasi realitas orang, kemampuan klien yang diharapkan
adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi
klien lain.

10
N Komunikasi Verbal Nama Klien
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Klien mampu
menyebutkan nama nya
2 Klien mampu
memyebutkan nama
Perawat yang merawatnya
3 Klien mampu mengenal
nama orang yang ada di
sekitar mereka

1. Klien dapat merespon dengan baik dengan mengangkat tangan


ketika berbicara
2. Klien mampu menunjuk orang ketika nama nya disebut

5. Antisipasi Masalah
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok :
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut :
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih

11
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut

12
DAFTAR PUSTAKA

Herawaty, Netty (1999), Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Jakarta.

Keliat, Budi Ana (2005), Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai