Anda di halaman 1dari 9

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

ORIENTASI REALITA: WAHAM

I. TOPIK KEGIATAN
Mengendalikan waham

II. TUJUAN

2.1 Tujuan Umum


Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok, diharapkan klien dapat mengatasi
waham yang dirasakannya

2.2 Tujuan Umum


2.2.1 Mengenal waham
2.2.2 Mengontrol waham dengan cara orientasi realita orang
2.2.3 Mengontrol wahan dengan cara orientasi realita tempat
2.2.4 Mengontrol waham dengan cara orientasi waktu

2.3 Tujuan Hari Ini


Klien dapat mengontrol waham dengan orientasi kepada tempat

III. LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Waham


Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bbakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam Fudamental of
Psychiatric Mental Health Nursing (2006: 397): Grandeur: Thinks he or she has
power and talent that are not possessed or is someone powerfull or famous.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuatr dan Sundeen, 1998)
Waham adalah keyakinan kliwn yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klian dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).

3.2 Tanda dan Gejala Waham


a. Waham Kekerasan
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusu, diucapkan
berolangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya
rumah di berbagai Negara dan bias menyembuhkan berbagai macam penyakit”
b. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/
mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin mengahancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”
c. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyatan.
Contoh : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masu surge”
d. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “sumsum tulang sata kosong, saya pasti terkena kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang”
e. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
beru;angkkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada di sini adalah
roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.
3.3 Terap Aktivitas Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart &Laria, 2001).
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain.
Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota dan pemimpin dalam
mencapai tujuannya. Disamping itu juga kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi
pengalaman dan saling membantu satu sama lain, yang tak lain bertujuan untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat
mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan
perilaku yang adaptif.
Terapi kelompok merupakan satu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih (Iyus,
2009). Focus dari terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self awerness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya (Keliat &
Budi Anna, 2005).
Sharing experience yang terjadi dalam terapi aktivitas kelompok diharapkan
dapat membantu klien dengan waham mampu menghargai pendapat orang lain dan
setelah mengikuti terapai aktivitas kelompok, klien dapat mengopntrol waham.
Terapi aktivitas kelompok ini menggunakan model komunikasi dimana model
ini memusatkan pada kelompok yang terbatas, melalui penyampaian secara verbal.
Metode yang digunakan adalah metode kelompok social therapeutic yang bermanfaat
untuk mengahasilakan identifikasi, dorongan, penerimaan, pemahaman, dan
penentraman untuk orang-orang yang menderita penyakit fisik dam emosional.

IV. KRITERIA KLIEN


Klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok memiliki criteria sebagai
berikut:
 Klien dengan halusinasi
 Klien dapat berkomunikasi dengan baik
 Klien tidak menderita cacat
 Klien bersedia mengikuti kegiatan
V. PROSES SELEKSI
Terapis melakukan observasi terhadap klien yang berada di ruamh sakit
selama tiga hari untuk menetapkan klien yang akan mengikuti kegiatan terapi
aktivitas kelompok. Penetapan klien didasarkan pada criteria yang telah ditentukan
oleh tim. Dari hasil observasi, didapatkan tiga klien yang memenuhi kroteria tersebut.
Klien kemudian diberikan penjelasan tentang rencana kegiatan terapi aktivitas
kelompok dan diminta persetujuannya, bersedia atau tidak untuk ikut serta dalam
terapi.

VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK

6.1 Tempat
Ruang Rawat Perkutut RSJ Provinsi Jawa Barat.

6.2 Hari/Tanggal
Kamis, 20 Mei 2010

6.3 Waktu
Waktu TAK 45 menit, pukul 09.00-09.45

6.4 Media
- Tape recorder.
- Kaset lagu dangdut.
- Bola tenis

6.5 Pengorganisasian
6.5.1 Nama klien pesrta TAK
 Pasien 1 : Nn Fifi
 Pasien 2 : Nn Icha
 Pasien 3 : Nn Shehika
6.5.2 Leader : Perawat Muhadi
Tugas :
 Memimpin TAK: merencanakan, mengontrol, dan mengendalikan jalannya
TAK.
 Membuka acara TAK.
 Memimpin perkenalan.
 Menjelaskan tujuan TAK.
 Menjelaskan proses kegiatan.
 Menutup kegiatan TAK

6.5.3 Co Leader : Perawat Esa


Tugas :
 Membacakan tata tertib dan program antisipasi.
 Mengambil alih tugas leader apabila jalannya TAK pasif, dan
menyerahkannya kembali kepada leader apabila jalannnya TAK sudah normal
kembali.
 Menuliskan apa yang diucapkan klien di papan tulis.

6.5.4 Fasilitator : Perawat Neri, Perawat Sartika, Perawat Rismaya.


Tugas :
 Mempertahankan kehadiran peserta.
 Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta.
 Mencegah gangguan atau hambatan terhadap hambatan kelompok baik daro
luar maupun dari dalam kelompok.

6.5.5 Observer : Perawat Siti, Perawat Sevti, Perawat Dini.


Tugas :
 Mengobservasi jalannya kegiatan TAK dari awal sampai akhir.
 Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota terapis.
 Mengobservasi jalannya TAK dari awal sampai akhir.
 Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan dating.
 Memprediksi respon snggota kelompok pada sesi berikutnya.
6.6 Langkah-Langkah
1. Persiapan
a. Memilih klien waham.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Memberikan salam kepada klien
2. Memperkenalkan nama dan panggilan terapis,
3. Menanyakan nama dan panggilan klien.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan.
2. Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Lama kegiatan 45 menit,
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis menamyakan kepada peserta nama rumah sakit, nama ruangan, nomor
tempat tidur, peserta diberi keempatan menjawab siapa saja yang mampu
menjawab dengan tepat.
b. Terapis menjelaskan akan menyalakan tape recorder lagu dangdut, sementara
bola tenis diedarkan dari satu peserta ke peserta lain searah jarum jam. Lagu
akan diberhentikan dan saat lagu berhenti, pesrta yang sedang memegang bola
tenis akan diminta menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat.
c. Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta peserta
yang kebetulan memegang bola tenis untuk menyebutkan nama ruangan dan
nama rumah sakit, kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapatkan
giliran.
d. Terapis memberikan pujian saat peserta telah menyebutkan dengan benar.
e. Terapis mengajak peserta berkeliling ke ruangan-ruangan yang ada: nurse
stasion, kamar mandi dan wc, ruang istirahat, ruuang TAK dan ruangan-
ruangan lainnya.
4. Terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Terapis member pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
- Menganjurkan pesrta untuk menghapalkan nama-nama tempat.
c. Kontrak yang akan dating
- Menyepakati kegiatan berikut yaitu bercakap-cakap dengan orang lain
dalam kelompok.
- Menyepakati tempat dan waktu.

6.7 Evaluasi dan Dokumentasi


No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkan nama rummah


sakit
2 Menyebutkan nama ruangan
3 Menyebutkan letak nurse
stasion
4 Menyebutkan letak kamar
mandi dan wc
5 Menyebutkan letak tempat
tidur
Keterangan : dilakukan=1 tidak dilakukan=0

VII. ATURAN MAIN


7.1 Peserta TAK harus hadir paling lambat 5 menit sebelum acara dimulai.
7.2 Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperbolehkan
meninggalkan ruangan.
7.3 Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak mengganggu
anggota lainnya,
7.4 Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak diperkenankan
makan, minum dan merokok.
7.5 Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengacungkan tangan, dan
berbicara apabila dipersilahkan oleh leader.
7.6 Bagi pesrta yang akan ke toilet, dipersilahkan sebelum acara dimulai.
7.7 Peserta tidak diperbolehkan membicarakan hal-hal lain diluar topic TAK.
7.8 Pesrta yang melanggar aturan diperingatkan dan tidak diperkenankan mengikuti
permainan selanjutnya,

VIII. PROGRAM ANTISIPASI


Beberapa langkah yang diambil untu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi pada pelaksanaan TAK adalah sebagai berikut :
 Sebelumnya telah dipersiapkan adanya klien cadangan yang telah diseleksi
sesuai dengan criteria dan diterima oleh anggota kelompok lainnya dengan
cara ditawarkan terlebih dahulu.
 Apabila dalam kegiatan tersebut ada anggota yang tidak mentaati tata tertib
yang telah ditentukan sebelumnya maka klien diperingati atau jika tidak mau
maka akan ditawarkan pada klien untuk melanjutkan atau keluar dari rencana
TAK.
 Bila ada anggota yang ingin keluar harus dibicarakan dengan semua anggota
kelompok untuk mencari solusinya, tapi keputusan tetap pada masing-masing
klien.
 Bila ada anggota kelompok yang menghindari kelompok maka leader
berusaha memotivasi agar klien mengikuti TAK.

IX. METODE
1. Diskusi kelompok.
2. Orientasi lapamgan

X. SETTING TEMPAT
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2 Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan:

Perawat (Fasilitator)

Pasien

Perawat (observer)

Perawat (Leader)

Perawat (Co Leader)

Papan Tulis

Anda mungkin juga menyukai