Anda di halaman 1dari 25

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI

(untuk memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa 2)

Oleh Kelompok 2:

1) GABRIELA KURNIA MANAFE (181111051)


2) JUVENCIA DA COSTA (181111057)
3) GREGORIUS GELU (181111052)
4) ESMENIA DIAZ (181111050)
5) INTAMI TAMESES (181111053)
6) INTAN BAIDENGGAN (181111054)
7) JULIANUS A. BATBUAL (181111056)

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK: HALUSINASI”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan yang kami alami
dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluruskan penulisan
makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan kontribusi positif dalam proses pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan
kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini untuk ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses belajar mengajar dan menambah pengetahuan
kita bersama. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Kupang, November 2020

Penulis
A. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan
(Fortinash & Worret, 2004).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penciuman. Pada gangguan halusinasi penglihatan, misalnya melihat suatu bayangan
menakutkan, padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah satu manisfestasi yang timbul
adalah halusinasi membuat klien tidak dapat memenuhu kehidupannya sehari-hari.
Halusinasi merupakan salah satu dari sekian bentuk psikopatologi yang paling parah dan
membingungkan. Secara fenomenologis, halusinasi adalah gangguan paling umum dan
paling penting. Selain itu, halusinasi di anggap sebagai karakteristik psikosis.
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok
terjadi dinamika interaksi saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk perbaiki perilakunlama yang maladaptif.

B. Landasan Teori
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu sama dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart, 2016). Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
dengan keadaannta, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yalom dalam Stuart,2016).
Semua kondisi ini akan berpengaruh dinamika kelompok,ketika kodisi akan memberikan
umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi umum adalah terapi yang
menggunakan aktifitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien di latih untuk
mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata. Untuk terapi ini pasien sebagai
gangguan persepsi sensori halusinasi.
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang datang (diprakarsai dari internal dan eksternal)
disertai dengan respon menurun atau dilebih-lebihkan atau kerusakan respons pada
rangsangan ini (Townsed, 2005).
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok, stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
1. Sesi 1 : klien mengenal halusinasi
Sesi I : Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik
2. Sesi II : Mengontrol Halusinasi Dengan cara Patuh Minum Obat
3. Sesi III :Mengontrol Halusinasi Dengan cara Bercakap-Cakap dengan orang lain
4. Sesi IV: mengontrol haalusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum terapi aktivitas kelompok halusinasi adalah klien dapat meningkatkan
kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam kelompok secara bertahap. .
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas terjadwal.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
D. Sesi Yang Digunakan
1. Sesi 1 : klien mengenal halusinasi
2. Sesi I : Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik
3. Sesi II : Mengontrol Halusinasi Dengan cara Patuh Minum Obat
4. Sesi III :Mengontrol Halusinasi Dengan cara Bercakap-Cakap dengan orang lain
E. Klien
1. Kriteria Klien
a. Klien mengenal orientasi realita yang mulai terkontrol
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok.

3. Data klien

No Klien Kondisi
1.
2.
3.
4.
5.

F. Kriteria hasil
1) Evaluasi struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Laeder, co-leader,fasilitator, observer berperan sebagai mana mestinya.
2) Evaluasi proses
a. Leader dapat mengkoordinasi swluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leaser mampu memimpin dengan baik.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi peserta dalam kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotifasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observasi sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
3) Evaluasi Hasil
a. Diharapkan 75% dari kelompok mampu menjelaskan apa yang sudah
digambarkan dan apa yang dilihat.
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas.

A. Tata tertib dan antisipasi masalah


a. Tata Tertib
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2. Berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama mengikuti kegiatan
TAK
4. Peserta tidak boleh meninggalkan TAK sampai dengan TAK selesai.
5. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk
oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.
6. Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7. Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersilahkan
B. Antisipasi Masalah
1. Usahakan dalam keadaan terapeutik
2. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan
diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang
telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
4. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
5. Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai persetujuan dari
peserta TAK yang lain.
6. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan,
leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari
kelompok.
7. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

G. Penatalaksanaan
1. Tujuan
Setelah melakukan TAK sesi I diharapkan klien dapat mengenal halusinasinya
2. Tujuan khusus
 Klien dapat mengenal isi halusinasi.
 Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
 Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi.
 Klien mengenal perasaanya pada saat terjadi halusinasi.

Sesi 1 : TAK Stimulasi persepsi : halusinasi

Kemampuan mengenal halusinasi

No Nama klien Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut


halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan
halusinasi halusinasi saat
halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah dan Nama Klien
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 7 orang. Adapun nama-nama klien yang mengikuti
TAK yaitu :
Klien peserta TAK :
a. Tn Tn A
b. Tn. AM
c. Tn. E
d. Tn. H
e. Tn. HY
f. Tn. MN
g. Tn. S
Leader dan Uraian Tugas
       Leader : D
Tugas :
a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d. Memimpin diskusi kelompok.
3.      Co Leader dan Uraian Tugas
Co Leader : M

Tugas :

a. Mendampingi leader jika terjadi blocking


b. Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

4.      Fasilitator dan Uraian Tugas


 Fasilitator Sesi I     : H
Tugas :
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti  jalannya
therapy.
5.      Observasi dan Uraian Tugas
Observer   Sesi I    : M
Tugas :
a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
b. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
6.      Langkah-Langkah
a.    Persiapan
 Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perilaku kekerasan.
 Membuat kontrak dengan klien.
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b.    Orientasi
 Salam terapeutik.
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis (beri papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (berpapan nama)
 Evaluasi Validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
 Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu : mengetahui penyebab
kemarahan dan cara melaksanakan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien.
Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 15 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
1. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu,mengenal suara-suara
yang didengar atau bayangan yang dilihat (halusinasi )tentang isinya,waktu
terjadinya,situasi terjadinya dan perasaan klien pada saat tejadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi,kapan terjadinya,situasi yang
membuat terjadi,dan perasaaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang
ada di sebelah kanan terapis secara berurutan berlawanan jarum jam sampai
semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di whiteboard.
c. Beri pujian kepada kllien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan isi,waktu terjadi,situasi terjadi dan perasaan klien dari suara yang biasa
di dengar.
2. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi,waktu,situasi dan perasaanya jika
tejadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan dating
1. Menyepakati TAK yang akan dating,yaitu cara mengontrol halusinasi.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 1,kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi,waktu
terjadinya halusinasi,situasi terjadinya halusinasi dan perasaan saat terjadi halusinasi.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik

Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Spidol dan papan tulis / whiteboard/ flipchart


2. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Diskusi dan tanya jawab


2. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
 Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
 Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi :
isi,waktu,situasi,dan perasaan.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan satu cara mengontrol halusinasi
: mengahardik
 Menjelaskan aturan main, yaitu :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta klien meceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua klien mendapat giliran
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
saat halusinasi muncul
d. Terapis memperagakan cara mengahrdik halusinasi
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari klien disebelah kanan terapis
berurutan berlawanan arah jarum jam sampai semua peserta
mendapat giliran
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik
halusinasi.

Cara menghardik halusinasi:

1. Untuk halusinasi pendengaran : tutup telingga sambil


mengatakan : “kamu suara palsu, aku tidak mau dengar”.
Lakukan berulang-ulang sampai suara tak terdengar lagi

2. Untuk halusinasi penglihatan : tutup mata sambil


mengatakan: “kamu bayangan palsu, aku tidak mau lihat”.
Lakukan berulang-ulang sampai bayangan tak terlihat lagi

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
 Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusinasi muncul
 Memasukan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

Evaluasi Dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Gambar Setting Tempat


A. Role Play Perilaku Kekerasan
Pasien : Intami Tameses.

Perawat : Esmenia Diaz, Gabriela Manafe,Gregorius Gelu,Intan Baidengan,Julianus


Batbual, Juvencia Da Costa.

Roleplay Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 Halusinasi
 Tahap Pra-Interaksi
Perawat INTAN & EVY         : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)

 Tahap Orientasi
INTAN : “Selamat pagi ibu. Perkenalkan nama saya perawat intan, biasa dipanggil Intan.
Saya perawat yang akan merawat ibu. Nama ibu siapa ? ibu senangnya dipanggil apa?”
Pasien : “Nama saya intami sus. Panggil saja intami”
INTAN : “Baiklah ibu intami, bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada keluhan yang
ibu rasakan hari ini?”
Pasien : “Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus, dan ingin membunuh saya sus.
Saya takut Sus, saya juga sering mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya” (wajah
tegang dan tampak ketakutan)
EVY : “Baiklah ibu intami, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu ibu, dan perihal perasaan jika ada yang mengejar dan ingin membunuh ibu
intami. Nanti kita juga akan mempelajari cara mengontrol hal tersebut. Apakah  ibu bersedia?”
Pasien : “Ya Sus”
EVY : “Berapa lama Mbak ingin berbincang ? dan dimana Mbak ingin berbincang?”
Pasien : “Terserah Sus. Disini saja Sus”
EVY : “Bagaimana jika 20 menit Mbak?”
Pasien : “Ya, boleh Sus”

 Tahap Kerja
EVY : “Apakah Ibu merasakan ada yang mengejar-ngejar serta ingin membunuh ibu
dan mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
Pasien : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya semakin mendekat
sehingga saya merasa ada yang mengejar dan ingin membunuh saya”
EVY : “Apa yang dikatakan suara tersebut ibu?”
Pasien : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya akan di bunuh.
Saya takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan khawatir)
EVY : “Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi belum tentu orang lain
termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang ibu dengarkan. Apakah ibu mendengar
suara itu terus menerus atau hanya sewaktu-waktu saja?”
Pasien : “Sewaktu-waktu Sus”
EVY : “Kapan waktu yang paling sering ibu mendengar suara itu dan berapa kali dalam
sehari ibu mendengarnya?”
Pasien : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba. Kadang sekali,
tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus”
EVY : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu ibu sedang sendiri?”
Pasien : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan ekonomi saya
yang susah dan ditambah sekarang saya pengangguran karena di PHK. Saya suka stress kalau
mikirin itu mbak, terus tiba-tiba suara itu muncul”
EVY : “Apa yang ibu rasakan atau bagaimana perasaan ibu ketika mendengar suara
itu?”
Pasien : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam” (wajah tegang dan
keringat dingin)
EVY : “Kemudian apa yang Mbak lakukan?”
Pasien             : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari mbak. Saya
takut akan dibunuh” (ketakutan)
EVY : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
Pasien            : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu mengikuti saya
mbak. Saya benar-benar takut”
EVY : “Apa yang Mbak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana kalau sekarang kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa Mbak bersedia?”
Pasien            : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”
INTAN :“Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas. Bagaimana kalau kita latih cara
yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah Mbak bersedia?”
Pasien                : “Iya Sus”
INTAN : “Baik, kita mulai sekarang ya Mbak. Saya akan mempraktekan terlebih dahulu,
kemudian baru Mbak mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini... jika suara
itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil
menutup kedua telinga Mbak. Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu,
coba sekarang  Mbak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi?”
Pasien : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”(sambil
menutup telinga)
INTAN : “Bagus sekali Mbak, coba lakukan sekali lagi”
Pasien : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” (sambil
menutup telinga)
INTAN : “Wah... bagus sekali Mbak. Mbak sudah bisa melakukannya”
Pasien : (tersenyum)
INTAN : “Bagaimana perasaan Mbak setelah kita kita bercakap-cakap?”
Pasien : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)
INTAN : “Syukurlah Mbak. Apakah Mbak masih ingat pembicaraan kita mengenai
permasalahan Mbak dan cara mengatasinya?”
Pasien : “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya lagi sendirian.
Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan menghardik seperti yang mbak ajarkan”
INTAN : “Mbak masih ingat caranya?”
Pasien : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan mengatakan
“pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sampai suaranya hilang”
INTAN : “Bagus sekali karena Mbak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu muncul lagi,
tolong Mbak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian
Mbak. Mbak bisa melakukannya 2 hingga 3 kali sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam
20:00 ?”
Pasien : “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)
EVY : “Baiklah Mbak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah Mbak
bersedia?”
Pasien : “Ya. Saya bersedia Sus”
EVY : “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja dan waktunya
pukul 09.00?”
Pasien : “Iya nggap apa-apa Sus”
INTAN : “Kalau begitu saya pamit dulu Mbak, sampai bertemu besok. Selamat pagi”
(berdiri dan meninggalkan ruangan)
Pasien : “Pagi” (Tersenyum)

 Tahap Dokumentasi
Perawat : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)

Roleplay Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 2 Halusinasi
 Tahap Pra-Interaksi
BELLA & GERY : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)

 Tahap Orientasi
BELLA : Selamat siang, Mbak M. Bagaimana Kabarnya hari ini? Apa suara-suaranya
masih suka muncul?
Pasien :(mengangguk)
BELLA : Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih waktu itu?
Pasien : (mengangguk)
BELLA : Baik. Kalau begitu apakah pagi ini sudah minum obat Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang Mbak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya Mbak.
Pasien              : (mengangguk)

 Tahap Kerjas
BELLA : Apakah Mbak M merasakan pebedaan setelah minum obat? Apakah suara-
suaranya menghilang atau berkurang setelah minum obat?
Pasien : Sedikit.
BELLA         : Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Mbak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Mbak minum?
Pasien              : Tiga. (menyimbolkan dengan 3 jari)
BELLA           : Baik ibu, Bagus. (menyiapkan obat klien) Jadi, Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara.
Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
yang merah jambu (HP)  3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, Mbak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula.
Kalau obat habis Mbak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
58
Mbak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Mbak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Mbak. Jangan keliru dengan obat
milik orang lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.  Mbak juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari.

 Tahap Terminasi
GERY            : Bagaimana Mbak, apakah Mbak sudah paham dengan yang saya sampaikan?
Pasien : Iya, Sus.
GERY : Jadi, dengan minum obat ini, sudah berapa cara yang kita latih untuk mengatasi
suara-suara yang muncul itu Mbak?
Pasien : Dua
GERY : Coba sebutkan Mbak, apa saja du acara itu?
Pasien : Menghardik dan minum obat teratur.
GERY : Wah, Bagus sekali, Mbak. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat
atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 2 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Pasien : (Berpikir namun tidak berpendapat)
GERY : Bagaimana kalau jam 10.00?
Pasien : (mengangguk)
GERY : Biak kalau begitu.Sampai jumpa besok ya Mbak. Selamat makan. Selamat siang.
(perawat meninggalkan pasien)

 Tahap Dokumentasi
Perawat           : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)

Roleplay Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 4 Halusinasi

 Tahap Pra-Interaksi
PERAWAT JUVE & ANDRI : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku
catatan dan pena)

 Tahap Orientasi
ANDRI :“Selamat pagi mbak. Bagaimana perasaan mbak hari ini? Masih ingat dengan
Saya Mbak?”
Pasien :”Masih, Sus. Perasaan saya biasa saja.”
ANDRI :”Apakah mbak masih mendengar suara yang memanggil nama mbak?”
Pasien :”Masih sus. Tapi kadang-kadang sus.”
ANDRI :”Wah, bagus sekali. Lalu, sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang
keempat untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita
bicara, mbak?
Pasien :”Di sini saja sus.”
ANDRI :”Baik. Berapa lama kita bicara? ”
Pasien :”Ehm. Berapa ya sus?”
ANDRI :”Bagaimana kalau 30 menit?
Pasien :”Boleh sus”
ANDRI           :”Baiklah.”

 Tahap Kerja
JUVE :”Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah saya ajarkan kemarin yaitu dengan
menghardik, minum obat teratur dan bercakap-cakap dengan teman-teman mbak?
Pasien :”Sudah sus.”
JUVE :”Bagaimana hasilnya?
Pasien :”Saat saya mempratikkannya saya tidak mendengarnya lagi sus. Tapi kadang
masih suka muncul juga Sus”
JUVE :”Bagus! Kemudian kegiatan apa saja yang biasa mbak lakukan saat di Rumah
Sakit ini?”
Pasien :”Paling pagi dimulai dengan ibadah Sus. Kemudian mandi lalu sarapan.”
JUVE :”Lalu setelah itu Mbak melakukan apa?”
Pasien :”Saat pagi saya kadang ikut TAK dengan teman-teman yang lain. Kadang juga
malas buat ikut.”
JUVE :”Wah, sudah bagus sekali itu Mbak kegiatan paginya. Bagaimana kalau kegiatan
itu kita jadikan jadwal kegiatan Mbak di pagi hari?”
Pasien :”Jadi jadwal kegiatan pagi hari?”
JUVE :”Iya, jadi nanti Mbak melakukannya setiap hari sesuai jadwal itu. Mbak ibadah,
mandi, sarapan, kemudian melakukan TAK. Saya yakin, pasti sangat efektif untuk
menghilangkan suara yang kadang masi muncul itu Mbak.”
Pasien :”Bisa Sus. Saya mau melakukan itu.”
JUVE :”Baik kalau begitu, kita masukan ke jadwal kegiatan ya? (menulis jadwal
kegiatan), Oiya, kita masukkan juga jadwal minum obat pagi ya Mbak. Setelah sarapan, jam 7
pagi.Kemarin juga Mbak sudah setuju untuk berlatih bercakap-cakap pukul 10.00 WIB pagi ya
Mbak. Kemudian, mmenjelang siang kegiatan yang Mbak lakukan apa?”
Pasien :”Iya sus. Kadang saya cuman berdiam di kamar Sus, tidak ada kegiatan. Setelah
makan siang balik laggi ke kamar untuk minum obat. Kemudian sudah tidak ada kegiatan.”
JUVE :”Kalau begitu kita jadwalkan kegiatan untuk siang hari saja ya Mbak? Kira-kira
mbak ingin melakukan apa?”
Pasien :”Saya ingin masak Mbak. Saya ini pintar masak. Saya juga pintar bersih-bersih.
Saya juga suka baca buku, Sus.”
JUVE :”Wah, pas sekali Mbak. Berarti kita bisa menjadwalkan kegiatan untuk Mbak di
siang hari untuk membantu di dapur rumah sakit. Memasak untuk makan siang. Bagaimana?”
Pasien :”Iya, Sus. Saya setuju.”
JUVE :”Baik, saya masukkan ke jadwal ya (menuliskan ke jadwal kegiatan pasien)
setelah itu bagaimana kalau Mbak juga ikut membantu membersihkan dan membereskan tempat
makan? Mbak pintar bersih-bersih kan?  Bisa juga sebagai contoh teman-teman di sini.”
Pasien              :”Saya senang Mbak kalau jadi contoh yang baik seperti itu. Saya mau. Masukkan
saja ke jadwal saya.”
JUVE :“Baik. Setelah itu minum obat jam 1 ya mbak, kemudian mungkin jadwalnya kita
bisa isi dengan bersantai di siang menjelang sore dengan belajar dan membaca buku ya Mbak?
Bagaimana?”
Pasien :”Iya, Sus.”
JUVE :”Setelah itu. Apa yang ingin Mbak lakukan untuk menghabiskan waktu sore
menuju makan malam?”
Pasien :”Bagaimana kalau ikut kajian, Sus?”
JUVE :”Itu ide yang bagus Mbak. Mbak bisa ikut kajian hingga waktu ibadah Maghrib
datang. Kemudian dilanjutkan dengan sholat Isya’ dan makan malam kemudian minum obat?
bagaimana?”
Pasien :”Setuju Sus.”setelah sholat Isya’ saya bisa tidur ya Sus?”
JUVE :”Iya bisa Mbak. Saya catatkan ya.. (mencatat dijadawal) Wah, jadwal
kegiatannya udah jadi Mbak. Ini untuk Mbak dan ini untuk saya ya (membagi jadwal kegiatan)
kalau kegiatannya sudah dikerjakan nanti bisa dicentang ya Mbak. Kalau ada kegiatan lain nanti
bisa dituliskan dibawahnya. Bagiamana mengerti kan?”
Pasien :”Iya, saya paham Sus.”
JUVE :”Bagus kalau begitu.”

 Tahap Terminasi:
ANDRI :“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara ketiga
untuk mencegah suara-suara itu muncul?
Pasien :”Senang sus.”
ANDRI :”Bagus sekali! Coba sebutkan 4 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-
suara.”
Pasien :”Pertama dengan mengatakan Pergi.....pergi.. saya tidak mau
mendengar…….saya tidak mau dengar…..kamu suara palsu. Kedua minum obat teratur. Ketiga
dengan cara bercakap-cakap dengan teman-teman. Dan keempat melakukan jadwal kegiatan.”
ANDRI :”Bagus sekali mbak. Mbak masih ingat apa yang sudah saya ajarkan ya. Kita
masukkan kegiatan yang biasa mbak lakukan tadi dalam jadwal kegiatan harian mbak ya. Dan
coba lakukan sesuai jadwal ya mbak.”
Pasien :”Baik sus.”
ANDRI :”Besok kita ketemu lagi di sini jam 10.00 ya mbak untuk melihat manfaat dari
cara mencegah suara yang telah kita ajarkan.”
Pasien :”Iya sus.”
ANDRI           :”Sampai jumpa.”

 Tahap Dokumentasi
Perawat           : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)
DAFTAR PUSTAKA

Emulyani, & Herlambang. (2020). PENGARUH TERAPI ZIKIR TERHADAP PENURUNAN


TANDA DAN GEJALA HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI. Program Studi S1
Keperawatan, STIKes Payung Negeri Pekanbaru, 25(1), 1–25.
Stuart Wiscard Gail. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Buku
Saku 1. Elsevier
Ns. Sutejo. M.Kep., Sp.Kp.J. Keperawatan Jiwa (Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial). Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Press

Yosep H. Iyus S.Kp.,M.Si.,M.Sc.,Sutini Titin, S.Kep.,Ners.,M.Kep. (2016). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Prof. Keliat Anna Budi, S.Kp, M.App.Sc. (2013). KEPERAWATAN JIWA: TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK, ED 2. Jakarta: Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai