Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

“TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PADA PASIEN STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Suniyyah Anggraini (2102165)

Dina Mulia Pertiwi (200202)

Mega ardianti kamal 2002027

Priti Lenzuwal Putri (2002033)

Fauzi andika putra (2002022)

Dosen Pembimbing :

Ns. Dwi Christina Rahayuningrum, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan terapi aktivitas
kelompok pada pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu syarat praktek dan
mata kuliah keperawatan jiwa dalam menyelesaikan Profesi Ners. Adapun
proposal yang telah disepakati dan telah disusun oleh penulis dengan judul
“Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien
Halusinasi Penulis menyadari bahwa isi proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran guna memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Padang, 20 September 2023

Kelompok I

2
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

A. Latar Belakang
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah keperawatan
yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata (Keliat dkk, 2007). Salah satu jenis halusinasi yang paling sering dijumpai
yaitu halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran dapat berupa bunyi
mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering
terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara itu bias
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman,
mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak
atau memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh dan merusak (Yosep,
2007). Pada fase tertentu ada beberapa pasien yang merasa terganggu dengan isi
halusinasinya, karena isi halusinasinya dapat berupa ancaman dan suara yang
menakutkan. Jika pasien tersebut tidak bisA mengontrol halusinasinya maka pasien
akan mencederai dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.Salah satu terapi untuk
halusinasi adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) khususnya Stimulasi Persepsi.
Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2007). Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi
Persepsi bertujuan agar pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan
kepadanya dengan tepat dan dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus
yang dialami dan dapat membantu pasien mengenali dan mengontrol gangguan
halusinasi yang dialaminya.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa
adalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi. Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan

3
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan
klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi
yang dialaminya.
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien,
kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau
perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan. TAK stimulasi
persepsi membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dalam
upaya memotivasi proses pikir serta mengurangi perilaku maladaptif.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas untuk mempersepsikan berbagai stimulasi yang
terkait dengan pengalaman kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah. Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi dibagi dalam 5 sesi yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal dan menghardik halusinasi
2. Sesi II : Klien Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSKD Jiwa Dadi
Kota Makassar khususnya Ruang Kenari sebagian besar pasien menderita
halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok
tentang halusinasi.

B. Tujuan
1. Tujuan umum

4
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a) Klien dapat mengenal dan mengontrol halusinasi dengan menghardik.
b) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
d) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.

C. Klien
1. Kriteria klien
Klien yang mengalami perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran
2. Proses seleksi
a) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.

D. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a) Kondisi lingkungan tenang dan dilakukan di dalam ruangan yang
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b) Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
c) Alat yang digunakan dalam kondisi baik
d) Leader, Co-leader, Fasilitator, observer dan operator berperan
sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses

5
a) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b) Leader mampu memimpin acara.
c) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d) Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari peserta mampu:
a) Mengenal halusinasi mencakup: isi, frekuensi, waktu, pencetus, dan
respon dari halusinasi
b) Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c) Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
d) Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
e) Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal

E. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a) Memanggil klien
b) Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin:
a) Panggil nama klien
b) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut:
a) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih
b) Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh
klien tersebut

6
c) Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.

F. Pengorganisasian

SESI I
 Sesi I : Mengenal Halusinasi dan mengontol halusinasi dengan
menghardik
1. Tujuan
a) Tujuan umum
Setelah dilakukan TAK sesi I diharapkan klien dapat mengenal halusinasi
dan mengontrol halusinasi dengan menghardik.
b) Tujuan khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi.
- Klien mengenal isi halusinasi
- Klien mengenal frekuensi terjadinya halusinasi
- Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
- Klien mengenal faktor yang menjadi pencetus munculnya
halusinasi
2) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
- Klien memperagakan cara menghardik
- Klien melaporkan perasaan setelah memperagakan cara
menghardik
2. Waktu Pelaksanaan
a) Hari/Tanggal : Kamis, 01 Juni 2017
b) Waktu : Pkl. 10.00 – 11.00 WITA (sesi I)
c) Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (45 menit)
Penutup (5 menit)
d) Tempat : Ruang Kenari
e) Jumlah klien : 8 orang

7
3. Tim Terapis
Leader Sesi I : Habib
Uraian tugas :
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
Co-leader Sesi I : St. Aulia Rahma Ohorella
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
Observer Sesi I :Nur Rifkha Assagaf
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga evaluasi kelompok
Fasilitator Sesi I :
1) Pujiyanti Baharddin
2) Hasmidar
3) Yoyanti Muko
4) Fitriani
5) Lisda Safitri
6) Sri Agustiningsih

Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan

8
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4. Metode dan Media
1) Metode
- Diskusi
- Bermain peran/stimulasi
2) Media
- Papan nama
- Karton manila
- Spidol
- Bola
- Type recorder / Handphone
- Speaker
5. Setting Tempat

Operator Observer

n
FltL
ie
s
a
P rC
d.
o

9
SESI II dan SESI III

 Sesi II : Mengontrol Halusinasi dengan Cara Patuh Minum Obat


 Sesi III : Mengontrol Halusinasi dengan Cara Bercakap-cakap dengan
orang lain
1. Tujuan
a) Tujuan umum
Setelah dilakukan TAK sesi II dan sesi III diharapkan klien dapat
mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat dan
bercakap-cakap dengan orang lain.
b) Tujuan khusus
1) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
- Klien memahami pentingnya minum obat
- Klien memahami akibat tidak minum obat
- Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat
2) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
- Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mencegah munculnya halusinasi
- Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
halusinasi
2. Waktu Pelaksanaan
a) Hari/Tanggal : Jumat, 20 september 2023
b) Waktu : Pkl. 13.30-15.10 WITA (sesi II & Sesi III)
c) Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (45 menit)
Penutup (5 menit)
d) Tempat : Ruang Kenari
e) Jumlah klien : 8 orang

10
3. Tim Terapi
Leader Sesi II : DINA
Uraian tugas :
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
Co-leader Sesi II : PRITI
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
Observer Sesi II : SUNIYYAH
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga evaluasi kelompok
Fasilitator Sesi II :
1. MEGA
2. FAUZI
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4. Metode dan Media
a) Metode

11
- Diskusi
- Bermain peran/stimulasi
b) Media
 Papan nama
 Karton manila
 Spidol
 Bola
 Type recorder / Handphone
 Speaker
5. Setting Tempat

Operator Observer

F
s
a
nrLd
.
C
lto
ie
P

G. Proses Pelaksanaan
Sesi I: Mengenal Halusinasi
1. Persiapan

12
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: Halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri
papan nama)
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada leader
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal
suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien pada saat
halusinasi muncul.
b) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya,
situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Hasilnya ditulis di whiteboard.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan
klien dari suara yang biasa didengar.
4. Tahap terminasi

13
a) Evaluasi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah menikuti TAK
- Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika
halusinasi muncul
c) Kontrak yang akan datang
- Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
- Menyepakati waktu dan tempat.
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Format Evaluasi:
Menyebut Menyebut
Menyebut Menyebutkan
Nama Situasi Perasaan
No Isi Waktu terjadi
Klien Halusinasi saat
Halusinasi Halusinasi
Muncul berhalusinasi

Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi,
waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika
klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

14
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

Sesi I : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik


1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: Halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri
papan nama)
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
2) Leader menjelaskan aturan main
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin
kepada leader
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.

15
b) Leader menjelaskan kepada klien cara menghardik dengan mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan
halusinasinya.
c) Leader memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
Seperti: ”Pergi, pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
d) Leader meminta masing-masing klien memperagakan ulang cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik.
e) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Leader menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
- Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
- Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
- Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian
klien
c) Kontrak yang akan datang
- Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap
dengan orang lain
- Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Format Evaluasi:

16
Kemampuan Menghardik Halusinasi
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan cara yang


selama ini digunakan
untuk mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan efektivitas
cara yang digunakan
3 Memperagakan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik

Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang
digunakan, dan memperagakan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika
klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi,
anjurkan klien menggunakannnya jika halusinasi muncul.

Sesi II: Mengontrol Halusinasi dengan cara patuh minum obat


1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: Halusinasi

17
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri
papan nama)
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
2) Leader menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a) Leader menjelaskan manfaat patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang
b) Leader menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.
c) Leader meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya.
d) Leader menjelaskan lima benar minum obat
e) Leader meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat
f) Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di whiteboard)
g) Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (whiteboard)
h) Berikan pujian bila benar.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

18
2) Leader menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
3) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian
klien
c) Kontrak yang akan datang
- Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
- Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Format evaluasi sebagai berikut:
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
Menyebutkan
Menyebutkan 5 Menyebutkan
Nama akibat tidak
No benar cara minum keuntungan
Klien patuh minum
obat minum obat
obat
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar
cara minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat beri tanda √ jika
klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

19
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi V. Klien mampu menyebutkan 5 benar minum
obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum obat. Anjurkan klien
minum obat dengan cara yang benar.

Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan


orang lain.
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: Halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur
(beri papan nama)
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
2) Leader menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja

20
a) Leader menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
b) Leader meminta tiap tiap klien untuk menyebutkan orang yang biasa dan
bisa diajak bercakap-cakap.
c) Leader meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan
d) Leader memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi itu muncul
”suster ada suara di telinga saya pengen ngobrol sama suster saja”
e) Leader meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya
f) Berikan pujian atas keberhasilan klien
g) Ulangi poin e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Leader menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
- Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
- Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
- Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian
klien
c) Kontrak yang akan datang
- Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
terjadwal.
- Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Format evaluasi sebagai berikut:
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi

21
No. Aspek yang dinilai Nama klien
1 Menyebutkan orang
yang diajak bicara
2 Memperagakan
percakapan
3 Menyebutkan dua
cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang
yang biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
kegiatan harian,dan menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi, beri
tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidsak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi III. Klien mampu memperagakan bercakap-cakap
dengan orang lain. Anjurkan klien untuk melakukan percakapan kepada
klien dan perawat untuk mencegah halusinasi.

22
LANDASAN TEORI

I. Konsep Dasar Halusinasi


II. Konsep Dasar TAK Stimulasi Sensori
A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterpertasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar (stuart,2007 dalam Azizah, 2016). halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ransangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata (Azizah, 2016).
Halusinasi merupakansalah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diintekkan dengan
skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami
halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala
halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delirium. Halusinasi
merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang
respon neurobiologi (Stuart dan Laria, 2001 dalam Azizah, 2016). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra, klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada (Azizah, 2016).

B. Jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

23
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada pencakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan
atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar
tanpa adanya rangsangan apapun (Maramis 2005 dalam Azizah 2016).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar
dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart 2007
dalam Azizah 2016).
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit, atau kompleks. Bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidung sering
akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
7. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

24
C. Proses Terjadinya Masalah
1. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) dalam Azizah (2016), faktor predisposisi
yang menyebabkan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentang terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.

25
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah pada sistem
reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikol
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (Cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (Post-
mortem).
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam khayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) dalam Azizah (2016), faktor preseipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi strimus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.

26
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
2. Rentang Respon

respon adaptif respon psikososial respon maladaptif

a. Pikiran logis a. Kadang-kadang a. Waham


b. Persepsi akurat proses pikir b. Halusinasi
c. Emosi terganggu c. Kerusakan proses
konsisten b. Ilusi emosi
dengan c. Emosi d. Perilaku tidak
pengalaman berlebihan terorganisasi
d. Perilaku cocok d. Perilaku yang e. Isolasi sosial
e. Hubungan tidak biasa
sosial Harmonis e. Menarik diri

Keterangan Gambar:
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah berikut.

27
1) Perilaku logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tngkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
b. Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (obyek nyata) karena
rangsangan panca indera
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c. Respon maladaptive
Respon maladapif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokok
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah
atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan suatu yang timbul
dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur

28
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

3. Fase-Fase Halusinasi

Fase Haalusinasi Karakteristik Perilaku Klien


Fase I: Klien mengalami o Tersenyum,
Comforting Ansietas ansietas, rasa tertawa yang tidak
sedang Halusinasi bersalah dan takut, sesuai
menyenangkan mencoba untuk o Menggerakan bibir
“menyenangkan” berfokus pada tanpa suara
pikiran yang o Pergerakan mata
menyenangkan yang cepat
untuk meredakan o Respon verbal
ansietas. yang lambat
Individu mengenali o Diam, dipenuhi
bahwa pikiran dan rasa yang
pengalaman sensori mengasyikan.
dalam kendali
kesadaran jika
ansietas dapat
ditangani (non
psikotik).
Fase II: Pengalaman o Meningkatkan
Condemning sensorik yang tanda-tanda sistem
Ansietas berat menjijikan dan saraf otonom
Halusiansi menjadi menakutkan klien akibat ansietas
menjijikan. lepas kendali dan (Nadi, RR,TD)
“ Menyalahkan” mungkin mencoba meningkat
untuk mengambil o Penyempitan

29
jarak dirinya kemampuan untuk
dengan sumber konsentrasi
yang dipersepsikan, o Asyik dengan
klien mungkin pengalaman
mengalami sensori dan
dipermalukan oleh kehilangan
pengalaman sensori kemampuan
dan menarik diri membeakan
dari orang lain. halusinasi dan
Psikotik ringan realita.
Fase III: Klien berhenti atau o Lebih cenderung
Controlling menghentikan mengikuti petunjuk
Ansietas berat perlawanan halusinasinya
Pengalaman sensori terhadap halusinasi o Kesulitan
menjadi berkuasa dan menyerah pada berhubungan
“mengendalikan” halusinasi tersebut. dengan orang lain
Isi halusinasi o Rentang perhatian
menjadi menarik, hanya dalam
klien mungkin beberapa menit atau
mengalami detik
pengalaman o Gejala fisik ansietas
kesepian jika berat, berkringat,
sensorik halusinasi tremor, tidak
berhenti. mampu mengikuti
Psikotik petunjuk.
Fase IV: Pengalaman o Perilaku teror akibat
Conquering panik sensorik menjadi panik
umumnya menajdi mengancam jika o Potensial suicide
melebur dalam klien mengikuti atau homocide
halusinasinya. perintah halusinasi. aktivitas fisik
Halusinasi berakhir

30
dari beberapa jam merefleksikan isi
atau hari jika tidak halusinasi seperti
ada intervensi kekerasan agitasi,
terapiutik. menarik diri,
Psikotik berat. katatonia
o Tidak mampu
merespon tehadap
perintah yang
kompleks
o Tidak mampu
merespon > 1
orang.

31
4. Pathway Halusinasi

Kerusakan Komunikasi
Resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan
Bicara , tersenyum, tertawa sendiri,
lingkungan
konsentrasi mudah berubah,kekacauan
arus pikir

Mendengar bisikan yang


Perubaha Proses Pikir arus, menyuruh untuk
bentuk, isi membunuh/dibunuh

Mempengaruhi Neurotransmitter
Perubahan Persepsi Sensori:
otak
Halusinasi

Stimulus SSO, internal meningkat,


eksternal menurun
Merangsang keluarnya
zat hallusinogen
Tidak peduli dengan Lingkungan
sekitar

Fokus pada diri sendiri

HDR

Koping Maladaptif

Stress Psikologis

32
5. Tanda & Gejala
Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar
dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
a) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
b) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
e) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f) Cepat berubah pikiran
g) Alur pikiran kacau
h) Respon yang tidak sesuai
i) Menarik diri
j) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa
sebab
k) Sering melamun

33
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul, Imam Zainuri & Amar Akbar. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Keliat, Dr. Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

34

Anda mungkin juga menyukai