Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI


SESI 1 : MENGENAL HALUSINASI

Disusun oleh:
Kelompok Dewi Amba
1. Della Febry Ardhita (20017)
2. Galih Akbar (20070)
3. Hanifa Azzahra (20038)
4. Khairunnisa (20045)
5. Maulani (20049)
6. Ramallah Tabah A. (20070)
7. Shinta Aprillia Dita P. (20087)
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI
JAKARTA
2022
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
HALUSINASI
Topik : Terapi Aktivitas Kelompok Stimululasi Persepsi: Halusinasi
Sesi 1 Mengenal Halusinasi
Terapis : 7 orang mahasiswa/i
Sasaran : 6 orang dengan halusinasi
Tempat : Ruang Antareja Rs. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor 
Hari/tanggal : Selasa, 20 September 2022
Waktu : Pukul 08.30 s/d 09.30 (60 menit)

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah adalah kondisi seseorang dalam keadaan sehat secara
konitif, afektif, fisiologi, perilaku, dan sosial sehingga mampu memenuhi
tanggung jawab, berfungsi secara efektif di lingkungannya dan senang dengan
perannya sebagai individu maupun dalam berhubungan secara interpersonal
(Videbeck, 2010; Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016). WHO mengidentifikasikan
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang
lengkap dan tidak hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan. Atau dapat
dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik,
mental dan sosial yang terbatas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi
tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga
memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan
sosial yang memasukan (Nurhalimah, 2016).

Stuart dan Laraia (2009) mengidentifikasikan halusinasi sebagai suatu tanggapan


dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan
perabaan (Nurhalimah, 2016).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) yang biasa dilakukan adalah stimulasi persepsi
untuk halusinasi. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Kondisi yang terjadi dalam kelompok adalah munculnya
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif.

Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya


diikuti oleh beberapa orang klien pada saat yang sama serta dipandu oleh satu atau
lebih terapis. Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Terapi ini dilakukan dalam 5 sesi,
dimana pada sesi pertama pasien akan diajarkan untuk mengenal halusinasi, sesi 2
mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi 3 mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal, sesi 4 mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain dan sesi ke 5 dengan patuh minum obat. (Keliat &
Pawirowiyono, 2016)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan
sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan dan
diinterpretasikan dengan benar
b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami
c. Mengingatkan identitas diri klien
d. Menyalurkan emosi klien secara konstruktif
e. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial yang akan membantu klien
didalam kehidupan sehari-hari
3. Tujuan rehabilitative
Meningkatkan kemampuan ekspresi diri, mengontrol emosi, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan pemecahannya.
C. Landasan Teori Terapi Aktivitas Kelompok
1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi kelompok adalah meningkatkan kesadaran diri (self-awareness),
meningkatkan hubungan interpersonal, membuat perubahan. Terapi Aktivitas
Kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya diikuti
olehbeberapa orang klien pada saat yang sama serta dipandu oleh satu atau
lebih terapis. (Keliat & Pawirowiyono, 2016)

Menurut Keliat dan Pawirowiyono (2016), Terapi Aktivitas kelompok


merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai taget asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi saling bergantung, saling
membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

2. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi


a. Pengertian TAK
Terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah. (Keliat & Pawirowiyono, 2016).
b. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
TAK Stimulasi Persepsi dilaksanakan dengan melatih klien
mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidjupan menjadi adaptif. Aktivitas yang dilaksanakan
berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan antara lain: mem
baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (merupakan stimulus
yang disediakan); stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan
proses persepsi klien yang maladaptif atau destruktif, misalnya kemarahan,
kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan
halusinasi, kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

3. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi: Stimulasi Persepsi


a. Tujuan umum:
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya.
b. Tujuan khusus:
1) Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya
secara tepat
2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami.

4. Aktivitas dan Indikasi


Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata
sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan,
stimulus tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta
stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah. Klien yang terindikasi
memerlukan TAK ini adalah klien yang mengalami gangguan sensori
persepsi: halusinasi.

5. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respons yang dialami


dalam kehidupan
Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan yaitu:
a. Sesi 1: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengenal halusinasi
1) Tujuan
a) Klien dapat mengenal isi halusinasi
b) Klien mengeenal waktu terjadinnya halusinasi
c) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

b. Sesi 2: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi:


mengusir/menghardik halusinasi
1) Tujuan:
a) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
b) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

c. Sesi 3: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengontrol


halusinasi dengan melakukan kegiatan
1) Tujuan:
a) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk
mencegah munculnya halusinasi
b) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi

d. Sesi 4: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengontrol


halusinasi dengan bercakap-cakap
1) Tujuan:
a) Klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah munculnya halusinasi
b) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
halusinasi

e. Sesi 5: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengontrol halusiasi


dengan patuh minum obat
1) Tujuan:
a) Klien dapat memahami pentingnya patuh minum obat
b) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara benar minum obat
D. Proses Kegiatan TAK Halusinasi: Stimulasi Persepsi sesi 1
Sesi 1: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Mengenal Halusinasi
1. Tujuan
a) Klien dapat mengenal isi halusinasi
b) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
c) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

2. Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Tempat tenang dan nyaman

Keterangan :

: Leader

: Fasilitator

: Klien

: Co.leader
3. Media dan alat
a) Spidol
b) Sound sytem/speaker
c) Musik pengiring untuk giliran
d) Jadwal kegiatan harian klien
e) Gelas plastic

4. Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan Tanya jawab
c) Bermain peran/simulasi

5. Pengorganisasian
a. Pelaksanaan
Tempat : Ruang Antareja Rs. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor 
Hari/tanggal : Selasa, 20 September 2022
Waktu : pukul 08.30 s/d 09.30 (60 menit)
Metode : Dinamika Kelompok
b. Kriteria pasien
1) Pasien bersedia mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok
2) Pasien halusinasi atau yang mengalami gangguan persepsi yang sedang
atau sudah mendapat terapi individu secara bertahap dan sudah stabil
3) Pasien yang sudah bisa berkenalan dapat bersosialisasi dengan
kelompok
4) Pasien yang sudah bisa mencatat ke dalam JKH
c. Pembagian Tugas
1) Pemimpin (leader) : Shinta Aprillia Dita Putri
a) Menyusun rencana TAK (Proposal).
b) Mengarahkan kelompok dan mencapai tujuan.
c) Memfasilitasi seluruh anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat, dan memberikan umpan balik.
d) Sebagai ”role model” dan memotivasi anggota untuk
mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik.
2) Asisten Pemimpin (Co Leader) : Ramallah Tabah Anugrah
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota kelompok.
3) Fasilitator : Della Febry, Galih Akbar
Membantu leader memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan
aktif dan memotivasi anggota.
4) Observer : Maulani, Khairunnisa, Hanifah Azzahra
a) Mengobservasi setiap respon klien
b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
klien
c) Memberikan umpan balik kepada kelompok.
5) Pasien/klien
Mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
a) Ny. Lina
b) Ny. Rahayuk
c) Ny. Susi
d) Ny. Nur Fitria
e) Ny. Nurul
f) Ny. Santi
E. Langkah kegiatan TAK SP: Halusinasi
1. Tahapan Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien yang mengalami
perubahan sensori persepsi: halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahapan Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan mengenai halusinasi
yang dia alami, dan mengevaluasi cara mengontrol halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
b) Perawat menyiapkan sarana untuk BAK
c) Lama kegiatan 45 menit .
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara/bayangan yang didengar/dilihat. Jika klien
sudah terbiasa menggunakan istilah halusinasi, gunakan kata
"halusinasi".
d. Tujuan
Tujuannya supaya klien dapat melakukan aktivitas kelompok yang
disenangi sehingga klien dapat mengetahui bahwa dia tidak sendirian
yang mengalami halusinasi.

3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
suara-suara yang didengar atau bayangan yang dilihat (halusinasi)
tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien
pada saat terjadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan frekuensi halusinasi, isi
halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan
perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang ada di
sebelah kanan terapis secara berurutan berlawanan jarum jam sampai
semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di kertas.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
suara yang biasa didengar.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Terapi Aktivitas
Kelompok Simulasi Persepsi : Halusinasi
2) Evaluasi Objektif
Klien mampu menjelaskan cara membedakan halusinasi meliputi :
isi, waktu, perasaan dan hal yang dilakukan saat halusinasi datang
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan cara mengontrol
hasulinasi dengan menghardik.
2) Memasukan kegiatan latihan cara mengkontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikutnya yaitu cara mengontrol halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk mengadakan TAK kembali
kepada klien cara menghardik.

5. Tahap evaluasi dan dokumentasi


a. Evaluasi
1) Evaluasi proses
a) Persiapan yang dilakukan belum sesuai dengan prosedur,
dengan memilih peserta yang kooperatif dan ada pasien yang
kurang kooperatif, melakukan kontrak dengan peserta dan
mempersiapkan alat dan tempat yang akan dilakukan
b) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai
akhir
c) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
d) Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
e) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
f) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dan peserta
mampu mengidentifikasi penyebab halusinasi, menyebutkan isi,
frekuensi dan cara mengontrol halusinasi yang dialami.
g) Alat-alat dan media yang digunakan kurang lengkap karena
tidak menggunakan papan tulis dan pengeras suara saat
berbicara jadi suara kurang terdengar. Membuat suasana
menjadi lebih menarik dengan adanya permainan menggunakan
musik.
h) Saat berjalannya kegiatan kondisi lingkungan sangat kondusif,
ada beberapa pasien yang kurang kooperatif dan beberapa
peserta ada yang berkonsentrasi terhadap kegiatan.

2) Evaluasi hasil kemampuan pasien


Evaluasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK sesuai dengan
tujuan TAK stimulasi persepsi pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Untuk TAK stimulasi persepsi sesi 1, dievaluasi
kemampuan klien mengenal suara-suara/bayangan yang
didengar/dilihat dengan menggunakan lembar jadwal kegiatan
harian

6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang
sendiri), perasaan (gelisah).
Formulir evaluasi sebagai berikut:

SESI 1 : TAK
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

NO Nama Menyebut Menyebut Menyebut Menyebu Hal yang


Klien isi waktu situasi t dilakukan
halusinasi terjadi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi saat halusinasi
halusinasi datang
1. Mendengar Saat Menghardik
Ny. Santi suara - sedang - tutup telinga
sendiri
2. Mendengar Menghardik
Saat akan
Ny. Nurul suara 15 menit Sedih
tidur
keluarga
3. Ny. Nur Melihat Saat -
2 menit Sedih
Fitria bayangan sendiri
4. Ny. Susi Mendengar Tutup
suara dan Saat akan telinga dan
1 menit Takut
melihat tidur mata
hantu
5. Ny. Melihat Saat Tutup mata
Rahayuk kepulan - malam Takut
asap putih hari
6. Ny. Lina Melihat Saat Tutup mata
hantu 5 menit malam Takut
hari
Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu,
situasi, dan perasaan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan : 1 Nama Klien : 6 orang

Hari/ tanggal : Selasa, 20 September 2022 Ruangan : Antareja

A. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Kondisi klien
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan masih mendengar suara dan melihat bayangan
2) Klien mengatakan suara dan bayangan tersebut munculnya tidak tentu terutama
bila klien sedang sendirian
3) Klien mengatakan merasa sedih dan takut bila suara dan bayangan tersebut
muncul
b. Data objektif
1) Klien terlihat masih menunduk, kotak mata ada tetapi tidak bertahan lama
2) Suara klien terdengar pelan dan lambat
3) Klien tampak kooperatif
4) Klien tampak mengobrol dengan temannya

2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi: pendengaran dan penglihatan

3. Tujuan
a. Tujuan umum : Klien mampu mengontrol halusinasi dalam kelompok
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya secara tepat
2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
3) Klien mampu mengenal halusinasi meliputi isi halusinasi, waktu terjadinya
halusinasi, situasi yang terjadi saat halusinasi datang, perasaan yang dirasakan
klien saat halusinasi, dan hal yang dilakukan saat halusinasi datang
4) Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat TAK yang telah
dilakukan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu-ibu dan bapak, perkenalkan nama saya Shinta Aprillia, ibu dan
bapak bisa panggil saya suster Shinta, saya perawat yang berdinas di ruangan ini
selama 2 minggu ke depan, Disini suster tidak sendiri, suster juga ditemani oleh
teman-teman suster yang lain, baiklah silahkan suster-suster memperkenalkan diri
(perawat lain memperkenalkan diri). Suster boleh tahu nama ibu-ibu dan bapak
yang ada disini siapa ya? Dan senangnya dipanggil apa? Kita mulai berkenalan ya,
coba sebutkan nama ibu dan bapak serta senangnya dipangil apa ya, mulai dari
sebelah kanan.”

b. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu dan bapak pagi ini? Suster perhatikan ibu/bapak sudah
bisa melakukan cara menghardik ya? Suster senang deh, tepuk tangan untuk ibu
dan bapak semua.”

c. Kontrak
“Baiklah hari ini kita akan melakukan terapi aktivitas kelompok tentang mengenal
halusinasi yang biasa ibu-ibu dan bapak alami, tujuannya agar bapak dapat
mengenal halusinasi meliputi isi, waktu, perasaan dan hal apa yang dilakukan saat
halusinasi datang, mau ya pak/bu?”. “waktunya sekitar 60 menit ya pak/bu? “Kita
kumpul disini saja ya di ruangan ini”

d. Tujuan
“Agar bapak/ibu disini mendapakan dukungan dari kelompok dengan mengenal
dan dapat menceritakan halusinasi yang dirasakan, dan dapat mengontrol suara
palsu yang didengar atau bayangan palsu yang dilihat”
2. Fase kerja
“ Baiklah untuk mengefektifkan waktu kita mulai ya kegiatan kita sekarang. Pada TAK
kali ini suster mempunyai tata tertib, antara lain: setiap peserta harus mengikuti
kegiatan Tak ini dari awal sampai akhir, peserta harus mendengarkan aba-aba dari
perawat, jika ada peserta yang ingin ke kamar mandi harus meminta izin kepada
perawat, dan selama kegiatan berlangsung jika peserta ingin bertanya silahkan
mengancungkan tangan.”

"Sebelumnya disini ada suster Della, suster Shinta, suster bruder Galih dan bruder
Ramallah akan mencontohkan terlebih dahulu cara permainannya seperti apa, disini
suster Della sedang memegang bola. Bola ini akan Suter Della kasih ke suster Shinta
dan suster Shinta memberikan kepada bruder Galih, bruder Galih akan memberikan
kepada bruder Ramallah. Selama permainan dimulai akan diiringi lagu, apabila lagunya
berhenti di bruder Ramallah. Bruder Ramallah akan maju ke depan lalu menceritakan
pengalaman halusinasi yang bruder Ramallah alami seperti kapan timbulnya?, saat
sedang apa? dan apa perasaan bapak/ibu setelah mengalami halusinasi tersebut dan apa
yang bapak/ibu lakukan saat halusinasi itu muncul. Seperti itu yaa bapak/ibu apakah
sudah paham ?"

“sekarang kita mulai yaa permainannya nah sekarang Suster kasih bolanya ke ibu Santi
ya, nah lagunya sudah mulai ayo ibu Santi dioper bolah ke teman ibu lagunya berhenti
ya, bolanya berhenti di ibu Nur Fitria. Kalau begitu ibu, Sebelumnya suster mau tanya
apa isi dari suara atau bayangan palsu yang ibu dengar atau lihat? ibu bisa menulisya di
kertas? Baik, dibantu ya oleh suster Della. Biasanya kapan bu suara atau bayangan
palsu itu muncul? Tidak menentu ya bu waktunya? Baik lanjut ya ditulis kembali bu di
kertas. Lalu, situasi seperti apa bu saat suara atau bayangan palsu itu muncul? lebih
sering saat sendirian ya bu? Samakah dengan yang sekarang ibu-ibu yang lain rasakan?
Nah bagaimana perasaan ibu saat suara dan bayangan palsu muncul? Betul, merasa
sedih ya bu karena rindu dan terkadang takut ya bu? Ditulis bu di kertas. Setelah itu apa
yang ibu Santi lakukan untuk mengatasi suara dan bayangan palsu yang muncul? Oh
jadi ketika suara dan bayangan palsu itu muncul bapak akan berteriak dengan keras dan
bersembunyi, apakah ketika melakukan hal tersebut suara dan bayangan palsunya
menjadi hilang bu? Iya, tidak hilang ya. Apakah dengan cara ini masalah ibu dapat
selesai? Iya, tentu tidak bu. Alangkah baiknya jika suara atau suara palsu itu muncul
nanti ibu bisa memanggil suster yang ada bu atau ibu bisa mempraktikkan cara yang
sudah diajarkan oleh suster untuk menghilangkan suara dan bayangan palsu yang ibu
alami ya. Wahhh hebat sekali nih, ibu Santi bisa menceritakan dan menjelaskan hal
yang dialaminya saat suara dan bayangan palsu nya muncul. Mari kita beri tepuk
tangan untuk ibu Santi (semua terapis dan peserta bertepuk tangan).”

“Baiklah mari kita mulai kembali ya, dimulai dari ibu Santi karena tadi bolanya
berhenti di ibu. Ayo bu dioper bola nya kesamping (klien mengoper bola sambil
bernyanyi). (Kegiatan ini dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran). Wah
hebat sekali ya ibu dan bapak, ibu-ibu dan bapak semua sudah bisa melakukannya
dengan baik. Ingat jangan lupa ya ibu-ibu bapak untuk memasukkan kegiatan hari ini
ke dalam jadwal kegiatan harian.”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu dan bapak setelah kita berdiskusi tentang mengenal isi
halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan
perasaan saat terjadinya halusinasi dan apa yang dilakukan saat halusinasi
datang.?”

2) Evaluasi objektif
“Jadi tadi apa saja yang sudah kita lakukan. Mari kita berbagi sedikit cerita
tentang kegiatan tadi dan review kembali ya. Coba ibu Santi bisa jelaskan apa isi
dari suara atau bayangan palsu yang ibu dengar atau lihat? Baik, selanjutnya ibu
Nurul jelaskan waktu dan situasi saat munculnya suara dan bayangan palsu yang
dialami. Sekarang coba ibu Lina ceritakan bagaimana perasaan ibu saat suara
dan bayangan palsu nya muncul? Lalu ibu Rahayuk coba jelaskan cara
mengatasi halusinasi ibu atau hal yang ibu lakukan saat suara dan bayangan
palsunya muncul”
b. Rencana tindak lanjut
“ Setelah ibu dan bapak sekalian mengikuti kegiatan ini, suster harap bila ada suara
dan bayangan palsu yang muncul bapak dan ibu bisa memanggil teman suster yang
ada ya atau bapak dan ibu bisa menerapkan cara yang sudah diajarkan oleh suster
untuk menghilangkan suara atau bayangan palsu yang dialami dengan cara
menghardik

c. Kontrak yang akan datang


“Baiklah ibu-ibu dan bapak, kita sudah 60 menit melakukan kegiatan TAK.
Bagaimana di lain hari kita lakukan kegiatan TAK lagi dengan topik yang berbeda.
Suster akan ajarkan bapak dan ibu cara untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan
cara menghardik. Apakah ibu-ibu dan bapak bersedia? Kita akan melakukan
kegiatan yang lebih menyenangkan lagi ibu bapak, sehingga ibu bapak dapat
mengontrol halusinasi secara mandiri. Mau ya ibu bapak. Mau berapa lama?
tempatnya mau dimana dan jam berapa?. baiklah bapak dan ibu, di hari Senin
tanggal 25 Juli 2022. Kita mulai ya kegiatan nya pukul 08.00 pagi sampai 09.00
pagi. Sekarang kita tutup kegiatan ini dengan berdoa bersama dan ibu/bapak bisa
melakukan kegiatan yang lain, selamat pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A., Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta : EGC.

Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S. Dkk. (2020) Asuhan Keperawatan Jiwa.


Jakarta : EGC.

Keliat,. B. A. & Pawirowiyono,. A. (2016). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas


Kelompok Edisi 2. Jakarta : EGC..

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai