HALUSINASI
Ns.Winarianti, S.Kep
DISUSUN OLEH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I1032141001
I1032141013
I1032141014
I1032141016
I1032141021
I1032141028
I1032141033
I1032141034
I1032141043
Topik Pembahasan
: Halusinasi
Sasaran
Tempat
Waktu
I
II
: Ruang Melati
: Jumat, 21 oktober 2016
Tujuan Instruksional Umum
Setelah menerima terapi aktivitas kelompok selama 1x35 menit diharapkan pasien
mampu tentang cara mengenal halusinasi.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menerima terapi aktivitas kelompok tentang halusinasi selama 1 kali x 35
menit, diharapkan pasien mampu :
A Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok pasien dapat mengenal Halusinasi
B Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok pasien dapat mengontrol Halusinasi
dengan Menghardik
C Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok pasien dapat mengontrol Halusinasi
dengan Kegiatan
D Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok pasien dapat mencegah Halusinasi
dengan Bercakap-cakap
E Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok pasien dapat mengontrol Halusinasi
III
IV
VI
VII
Setting Tempat
Kegiatan
Keterangan
: Leader
: Co Leader
:Observer
:Klien
:Fasilitator
NO
VIII1
TAHAP
KEGIATAN
Persiapan
WAKTU
Menyiapkan Pasien
2 menit
Halusinasi
2
alu
asi
Media
3
Perawat mempersiapkan
Orientasi
1
2
3
diri
Perkenalan
Menjelaskan tujuan
Kontrak waktu
3.
Kerja
1
2
SP 1 ( Mengenal Halusinasi)
SP 2 ( Mengontrol Halusinasi
dengan Menghardik)
SP 3 ( Mengontrol Halusinasi
3 menit
25 menit
dengan Kegiatan)
4 SP 4 ( Mencegah Halusinasi
5
dengan Bercakap-cakap)
SP 5 ( Mengontrol Halusinasi
dengan Minum Obat)
4.
Terminasi
pendidikan kesehatan)
2 Penyaji melakukan evaluasi secara
objektif(
3
perasaan
pasien
setelah
kesehatan
mengaplikasikan
sehari-hari
kegiatan
1 Standart Persiapan
Ev
dalam
untuk
kehidupan
menit
2
3
IX
BAB I
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Stimulasi Persepsi Kognitif Halusinasi
1.1 Definisi
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,2001)
dikutip dari Cyber Nurse, 2009).Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa
yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di
Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang
dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan interpersonal (Yosep, 2008).
1.2 Manfaat TAK
lebih
yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul
dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007).
Langkah kegiatan:
1
Persiapan
A Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan perubahan sensori
persepsi: halusinasi.
B Membuat kontrak dengan pasien
C Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi
A Salam terapeutik
B Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan pasien saat ini.
C Kontrak
Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
Tahap kerja :
A Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suarasuara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan
perasaan pasien pada saat terjadi.
B Terapis meminta pasien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari pasien
yang sebelah kanan , secara berurutan sampai semua pasien mendapat giliran.
Hasilnya ditulis di whiteboard.
C Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
D Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasien dari suara yang
biasa didengar.
Tahap terminasi :
A Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
B Tindak lanjut
Terapis meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaanya jika
terjadi halusinasi.
C Kontrak yang akan datang
Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
Langkah kegiatan:
1
Persiapan
Orientasi
A Salam terapeutik
Evaluasi/validasi
Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi, dan
perasaan.
Tahap kerja
A Terapis meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien mendapat
giliran.
B Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita.
C Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul.
D Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu Pergi jangan ganggu
saya, saya mau bercakap-cakap dengan
E Terapis meminta masing-masing pasien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari pasien sebelah kiri terapis, berurutan searah jarum jam
sampai semua peserta mendapat giliran.
F Terapis memberikan pujian dan mengajak semua pasien bertepuk tangan saat
setiap pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
Tahap terminasi
A. Evaluasi
B Tindak lanjut
Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
halusinasi muncul.
Langkah kegiatan
1
Persiapan
A Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti Sesi 2.
B Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
A Salam terapeutik
B Evaluasi/validasi
C Kontrak
Tahap kerja
A Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari. Memberi
penjelasan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi.
B Terapis meminta tiap pasien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan setiap
sehari-hari, daan tulis di whiteboard.
C Terapis membagikan fomulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir
yang sama di whiteboard.
D Terapis membimbing satu persatu pasien untuk membuat jadwal kegiatan harian,
dari bangun pagi sampai tidur malam. Pasien menggunakan formulir,terapis
menggunakan whiteboard.
E Terapis melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
F Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada pasien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
Tahap terminasi
A Evaluasi
B Tindak lanjut
Langkah kegiatan:
1
Persiapan
A Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 3.
B Terapis membuat kontrak dengan pasien.
C Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
A Salam terapeutik
B Evaluasi/validasi
C Kontrak
Terapis
menjelaskan
tujuan,
yaitu
mengontrol
halusinasi
dengan
bercakapcakap.
Tahap kerja
A Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
B Terapis
meminta
tiap
pasien
menyebutkan
orang
yang
biasa
diajak
bercakapcakap.
C Terapis meminta tiap pasien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan
bisa dilakukan.
D Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul Suster,ada
suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster atau Suster,tentang kapan
saya boleh pulang.
E Terapis meminta pasien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
F Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
G Ulangi e s/d f sampai semua pasien mendapat giliran.
4
Tahap terminasi
A Evaluasi
B Tindak lanjut
Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap.
C Kontrak yang akan dating
Langkah kegiatan
1
Persiapan
Orientasi
A Salam terapeutik
B Evaluasi/validasi
C Kontrak
Tahap kerja
A Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh
karena obat memberi perasaan tenang, memperlambat kambuh.
B Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
C Terapis meminta pasien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
D Menjelaskan lima benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat,benar cara minum obat, benar dosis obat.
E Minta pasien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
F Berikan pujian pada pasien yang benar.
G Mendiskusikan perasaan pasien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
H Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat (catat diwhiteboard).
I
Tahap terminasi
A Evaluasi
B Tindak lanjut
Menganjurkan pasien untuk menggunakan empat cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum
obat.
C Kontrak yang akan datang
Buat kesepakatan baru untuk TAK yg lain sesuai dengan indikasi pasien.
(Keliat, 2004)
BAB II
Penyakit Gangguan Jiwa
Halusinasi
2.1.
Definisi
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima panca indra yaiyu
pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap, penciuman (Stuart & Laria, 2005).
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada realitas klien tidak
dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal , tidak dapat membedakan lamunan
dan kenyataan, klien tidak mampu memberi respon secara akurat sehingga tampak
berlaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Keliat, 2006).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkannya atau tidak ada objek (Sunardi,2005).
Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu
persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa dari objek yang nyata. Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan suatu objek yang
sebenarnya tidak ada.
Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi :
1 Faktor prediposisi
A. Biologis
Abnormal perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
2.2.
Faktor presipitasi
A. Biologis
Stress biologis ynag berhubungan dengan respon neuro biologis mal adatif
meliputi gangguan dalam komunikasi putaran balik otak
B. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya perilaku
C. Pemicu gejala
Pemicu merupakan stimulasi yang sering menimbulkan episode baru suatu
penyakit, pemicu biasanya terdapat pada respon neurologis maladatif yang
2.3.
Perilaku panic
Sulit untuk berhubungan dengan orang lain
Berkeringat
Tremor
Tidak mampu mememnuhi perintah dari orang lain dan dalam kondisi sangat
menegangkan
F Perhatian dengan lingkungan kurang
Tahap 4
Menguasai tingkat kecederdasan, panic, secara umum diatur dan dipenuhi oleh
halusinasinya :
Karakteristik :
A Pengalaman sensori jadi mengancam
B Halusinasi dapat terjadi beberapa jam atau beberapa hari
Perilaku klien:
A
B
C
D
Perilaku panic
Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
Tindakan kekerasan agitasi, menarik atau katasonik
Tidak mampu merespon lingkungan.
2.5.
Klasifikasi
Menurut Stuart dan Laraia (2005), adalah :
1 Halusinasi Pendengar atau auditori
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang yang berbicara mengenai
klien. Klien mendengar orang sedang membicarakan untuk melakukan sesuatu dan
2
orang lain
Fase-fase Halusinasi
Menurut Stuart & Laraia (2005) :
1 Fase I
Pada fase ini individu mengalami rasa cemas (ansietas, stress, perasaan terpisah dan
2.6.
perasaan kesepian). Klien mungkin melamun dan memfokuskan pada hal-hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress, cara ini menolong untuk
sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadaran nya dan mengenal pemikiran ini
2
bisikan yang tidak jelas, akan tetapi klien merasa takut apabila ada orang lain yang
mendengar atau memperhatikannya. Perasaan klien tidak efektif untuk mengontrol
pemikiran tersebut. Klien berusaha untuk membuat jarak antara dirinya dan
halusinasinya dengan memproyeksinya pengalamannya sehingga seolah-olah
3
2.7.
1
A. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam
fungsi kehidupan sehari-hari.
B. Obat anti psikosis
Dalam memblokade dopamin pada reseptor paska sinaptik neuron di otak
khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramida.
C. Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolenergig/
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan devekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
D. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit ,epilepsi, kelaianan jantung, febris , tergantungan obat,
3
2.8.
1
2
3
4
5
6
7
megajak berbicara
Diskusikan keluargapada saat keluarga berkunjung
Diskusikan dengan keluarga pada saat keluarga berkunjung pada kunjungan rumah
Ajarkan klien program pengobatan secara optimal
Menyamakan presepsi jika klien bertanya , nyatakan secara sederhana pada perawat
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Keliat, Budu Anna. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. EGC, Jakarta.
Keliat Budi Anna (2006), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta : EGC
Purwaningsih, W, Karlina I. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika Press,
Jogjakarta.
Rasmun . 2001. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga.
Jakarta : Fajar Interpratama
Riskesdes, (2013). Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta
Stuart, G. W. and Laraia, M.T. 2001. Prinsip dan Praktik Keperawatan Psikiatrik.
Jakarta: EGC
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: CV.Trans Info
Media.
Yosep, Iyus, (2008). Keperawatan Jiwa, edisi revisi., Bandung: PT. Refika Aditama.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Reflika Aditama.