Anda di halaman 1dari 17

SATUAN AJARAN PENYULUHAN HIV/AIDS

Ns. Faisal Kholid Fahdi, M.Kep


DISUSUN OLEH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Muthia Nanda Sari


Siska Putri Utami
Avelintina B.C
Aulia Safitri
Yossy Claudia Evan
Jansen Pangkawira
Makhyarotil Ashfiya
Nur Indah Wahyuni

I1032141001
I1032141007
I1032141008
I1032141010
I1032141011
I1032141013
I1032141015
I1032141016

9. Lily Seftiani
10. Syahroni
11. Deviliani
12. Iqbal Hambali
13. Rima Putri A

I1032141021
I1032141023
I1032141026
I1032141032
I1032141043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016

SATUAN ACARA PENGAJARAN

Topik

: HIV/AIDS

Sasaran

: Masyarakat Umum

Waktu

: 1 x 35 menit

Tanggal

: 18 November 2016

Tempat

: Kantor Desa Pontianak Barat

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat umum dapat mengetahui
tentang cara mengatasi HIV/AIDS.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 35 menit, diharapkan
masyarakat dapat :
1. Menjelaskan pengertian
2. Menyebutkan tentang penyebab dari HIV/AIDS
3. Menjelaskan patofisiologi HIV/AIDS
4. Menyebutkan manifestasi klinis HIV/AIDS
5.
6. Menjelaskan pencegahan HIV/AIDS
7. Menyebutkan jenis layanan kesehatan untuk HIV?AIDS
III. Materi
Terlampir
IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

V. Kegiatan

Kegiatan Penceramah
1.Mengucapkan

salam

Waktu
dan 1 menit

memperkenalkan diri
2 menit
2.Menjelaskan tujuan umum dan

Kegiatan Responden
Menjawab salam
Mendengarkan penjelasan

tujuan khusus penkes


1 menit
3.Melakukan kontrak waktu dan
memotivasi klien untuk aktif

2 menit

dalam diskusi
4.Apersepsi tentang HIV/AIDS

Mengungkapkan
pemahaman atau istilah lain

10 menit

kepada klien

Memperhatikan penjelasan

5.Memberikan penjelasan tentang

yang klien ketahui


Mendengarkan

dan

memprhatikan penjelasan

definisi HIV/AIDS, penyebab,


klasifikasi, tanda dan gejala
serta
HIV/AIDS
6.Memberikan

5 menit

penatalaksanaan 10 menit
2 menit
kesempatan

1 menit

kepada klien untuk bertanya


7.Berdiskusi dan tanya jawab
8.Menyimpulkan hasil penkes 1 menit
HIV/AIDS
9.Memberikan

Aktif dalam diskusi


Memahami kesimpulan
Mendengarkan penjelasan
Menjawab salam

reinforcement

positif dan memotivasi klien


untuk menjaga kesehatan
10. Menutup
kegiatan
dan
mengucapkan salam

VI. Media
1. Leaflet
2. Power Point
VII.

Bertanya

Evaluasi
1.

Metode evaluasi

: Diskusi tanya jawab

2.

Jenis pertanyaan

: lisan

3.

Jumlah soal

: 2 soal

HIV/AIDS
1. Definisi
Human Immunodefisiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan
kerusakan sistem imun dan mneghancurkannya. HIV menginfeksi tubuh
dengan periode inkubasi yang panjang sehingga menyebabkan timbulnya
tanda & gejala AIDS (Nursalam dan Ninuk, 2011).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu
penyakit retrovirus yang disebabkan HIV dan ditandai dengan imunosupresi
berat yang menembulkjan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan
manifestasi neurologis (Vinay Kumar, 2007).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefisiency
Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari
infeksi HIV (Setiati, 2015).
2. Epidemiologi
HIV merupakan singkatan dari 'Human Immunodeficiency Virus'. HIV
adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,

sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Maka dengan


hadirannya virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan)
sistem imun. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages
komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan
sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekebalan tubuh (Nursalam dan Ninuk, 2011).
Berdasarkan case report United Nations Programme on HIV/AIDS
(UNAIDS) tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV didunia sampai akhir
tahun 2010 terdapat 34 juta orang, dua pertiganya tinggal di Afrika kawasan
Selatan Sahara, di kawasan itu kasus infeksi baru mencapai 70 persen, di
Afrika Selatan 5,6 juta orang terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat
jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS sekitar 840 ribu, di Jerman secara
kumulasi ada 73 ribu orang, kawasan Asia Pasifik merupakan urutan kedua
terbesar di dunia setelah Afrika Selatan dimana terdapat 5 juta penderita
HIV/AIDS (WHO, Progress Report 2011).
Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015,
terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan
konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta
(38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa
Barat (17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus). Kasus HIV JuliSeptember 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi
adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen)
penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (3,4 persen), dan LSL
(Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen).Sementara, kasus AIDS sampai
September 2015 sejumlah 68.917 kasus. Berdasarkan kelompok umur,
persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan tertinggi pada usia 20-29

tahun(32,0 persen), 30-39 tahun (29,4 persen), 40-49 tahun (11,8 persen), 5059 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19 tahun (3 persen).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kalbar mengenai distribusi
kasus HIV dan AIDS di tingkat kabupaten dan kota se-Kalbar, dari Januari
2014 sampai Juni 2014 bahwa Kota Pontianak menduduki rating tertinggi
dengan jumlah sebaran kasusnya HIV sebanyak 2211 orang, AIDS sebanyak
1194 orang, dan yang meninggal sebanyak 215 orang.Sedangkan Rating
paling terendah ditempati Kabupaten Landak dengan jumlah kasus HIV 21,
AIDS 5 orang, dan yang meninggal 6 orang.
3. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang
disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali
diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis (1983) dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika
Serikat (1984) mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan
internasional (1986) nama virus dirubah menjadi HIV.Dalam bentuknya yang
asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai
sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD 4. Didalam
sel limposit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat
tetap hidup lama dalam sel dalam keadaan inaktif. Walaupun demikian, virus
dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat
aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV
termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter,
aseton, alkohol, dll, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar
utraviolet.Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah
mati diluar tubuh. HIV juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel
glia jaringan otak (Siregar, 2008).

4. Patofisiologi
Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T
helper yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat dan
sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi fungsi imunologik. Menurun atau menghilangnya sistem imunitas
seluler, terjadi karena virus HIV menginfeksi sel yang berperan membentuk
antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4. Setelah virus
HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan
melepaskan bungkusnya kemudian dengan enzim reverse transkriptase virus
tersebut merubah bentuk RNA (Ribonucleic Acid) agar dapat bergabung dengan
DNA (DeoxyribonucleicAcid) sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak
akan mengandungbahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi
irreversibel dan berlangsung seumur hidup.
Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada
kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan lambat laun
akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan
masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang
terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS.
Pada masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan
laboratorium kurang lebih 3 bulan sejaktertular virus HIV yang dikenal dengan
masa window period. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun akan
terlihat gejala klinis pada penderita sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.
Pada sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV
akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah
infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa
gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok

kecil penderita yang memliki perjalanan penyakit amat cepat hanya sekitar 2
tahun dan ada juga yang sangat lambat (non-progressor).
Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV
akan menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak
akan mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga
penderita

akan

menampakkan

gejala-gejala

akibat

infeksi

oportunistik.Perjalanan penyakit mulai dari infeksi HIV hingga menjadi AIDS


dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:
1) Stadium pertama : HIV
HIV Merupakan tahapan saat HIV masuk kedalam tubuh hingga
perubahan antibodi terhadap virus dari negatif menjadi positif. Rentang
waktu terjadinya hal tersebut dinamakan window period yang memiliki
variasi pada setiap penderita yaitu sekitar 1-6 bulan.
2) Stadium kedua : Asimptomatik (tanpa gejala)
Pada fase ini virus HIV sudah berada dalam tubuh dan dapat
menularkan kepada orang lain. Penderita akan tampak seperti orang sehat
karena tidak ada gejala yang dirasakan. Rentang waktu berlangsung sekitar
5-10 tahun.
3) Stadium ketiga : Persistent Generalized Lymphadenopathy
Terjadi pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak
hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4) Stadium keempat : AIDS
AIDS Pada tahap ini segala jenis infeksi oportunistik dan penyakit
keganasan akan mudah menyerang akibat imunode.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya
sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada
penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:

Rasa lelah dan lesu


Berat badan menurun secara drastis
Demam yang sering dan berkeringat waktu malam

Mencret dan kurang nafsu makan


Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
Pembengkakan leher dan lipatan paha
Radang paru
Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal:

1) Manifestasi tumor
Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini

sangat jarang menjadi sebab kematian primer.


Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta

dapat bertahan kurang lebih 1 tahun.


2) Manifestasi oportunistik
a. Manifestasi pada Paru
Pneumoni pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS
merupakan infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk

kering, sakit bernafas dalam dan demam


Cytomegalovirus (CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada
paru-paru

tetapi

dapat

menyebabkan

pneumocystis.

CMV

merupakan 30% penyebab kematian pada AIDS.


Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan

sulit disembuhkan.
Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan

cepat menyebar ke organ lain di luar paru.


b. Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan
>10% per bulan.
3) Manifestasi neurologis

Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang


biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum
adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.
6. Pencegahan
Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk
mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi
masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan
oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV. Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS
dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran
AIDS.
Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :
1) Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE,
memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola
penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah
pencegahannya.
Ada 3 pola penyebaran virus HIV :
1. Melalui hubungan seksual
2. Melaui darah
3. Melaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya
a. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang
terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina
dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksualpria ke
wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria. Setelah mengetahui
cara penyebaran HIV melalui hubungan seksual maka upaya
pencegahan adalah dengan cara :
Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat
efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebabseks merupakan

kebutuhan biologis.
Melakukan hubungan seksual hanya denganseorang mitra seksual
yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami)

Mengurangi jumlah mitra seksualsesedikit mungkin


Hindari hubungan seksualdengan kelompok rediko tinggi tertular

AIDS.
Tidak melakukan hubungan anogenital.
Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual

dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.


b. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan :
Transfusi darah yang mengandung HIV.
Jarum suntik ataualat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas

pakai orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.


Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang
mengidap virus HIV. Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya

penularan melalui darah adalah:


Darah yang digunakan untuk transfuse diusahakanbebas HIV
dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat
dilaksanakan

sebab

memerlukan

biaya

yang

tingi

serta

peralatancanggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih

rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.


Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak
menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi
donor menyalahikode etik, maka darah yang dicurigai harus

dibuang.
Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara

baku setiap kali habis dipakai.


Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS

harusdisterillisasikan secara baku.


Kelompok penyalah gunaan narkotik harus menghentikan
kebiasaan

penyuntikan

obat

kedalam

badannya

menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.


Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)

serta

Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.


c. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus
tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi
didalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di
lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya
dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hami
2) Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang
Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah
karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang
menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan
mengadakan hubungan seksual dengan orang asing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV ke
istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya adalah 8 %.
Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko penularan
suami ke istri atau istri ke suami dianggap sama. Kemungkinan penularan
tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual yang dilakukan suami
istri. Mengingat masalah seksual masih merupakan barang tabu di
Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih kuat,
sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran virus
AIDS. Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita
merupakan negara terbuka dan tahun 1991adalah tahun melewati
Indonesia. Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah
merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat
dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial
sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah :
a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia
dan tidak terinfeksi HIV (monoga my).
b. Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tunasusila.

c. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih


dari satu mitra seksual.
d. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.
e. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
f. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular
AIDS.
g. Tidak melakukan hubungan anogenital.
h. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.
i. Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama,
penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama,
melalui penataran P4dan lain-lain yang bertujuanuntuk mempertebal
iman serta norma-norma agama menuju perilaku seksual yang
bertanggung jawab. Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab
diharapkan mampu mencegah penyebaran penyakit AIDS di
Indonesia.
7. Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar
virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang
dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun
dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama
masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV.
Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus
HIV yang dikenal denganmasa window periode. Selama masa inkubasi
penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkanvirus HIV kepada orang
lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa
inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejalagejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase
inkubasi ini.
8. Cara penularan
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang

rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (portd entre). Virus
HIV sampai saat ini terbuktihanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak
sebagai organ sasarannya.Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar
tubuh.Sebagaivehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan
menularkan kepada orang lain adalah berbagaicairan tubuh. Cairan tubuh
yang terbukti menularkan diantaranyasemen, cairan vagina atau servik dan
darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadicara penularan virus HIV,
namun hinggakini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
1) Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering
terjadi.Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau
serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan
pasangan seks, jumlah pasangan seksdan jenis hubungan seks.
Padapenelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat
antiterhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan
pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual
dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko
tinggiterinfeksi virus HIV.
a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua
golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan
perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya
bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari
seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum
yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaranpada saat
berhubungan secara anogenital
b. Heteroseksual

Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui


hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak
adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang
mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
2) Transmisi Non Seksual
a. Transmisi Parenral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan
narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara
bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu.
Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%
Darah/Produk Darah Transmisi melalui transfusi atau produk
darahterjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah
tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang,
karenadarah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko
tertular infeksi/HIV lewat trasfusidarah adalah lebih dari 90%.
b. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak
mempunyai resikosebesar 50%. Penularandapat terjadi sewaktu hamil,
melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu
termasuk penularan dengan resiko rendah.
9. Jenis Layanan Kesehatan
Konseling dan testing secara sukarela adalah tes individu dengan
sukarela untuk mengetahui status HIV seseorang.

Tes ini merupakan

pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium secara sukarela yang harus


disertai konseling.
Prevention of Parent to Child Transmission (PPTCT) merupakan
pelayanan yang dikhususkan terhadap orangtua yang terinfeksi HIV. Setiap
orangtua, terutama ibu hamil, yang berstatus HIV positif, menjadi perhatian
dari pelayanan ini

Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) merupakan layanan


pemeriksaan darah untuk mengetahui status HIV seseorang berdasarkan pada
inisiatif atau rekomendasi dari petugas kesehatan dan pasien menerima saran
tersebut. Hal ini biasanya terjadi dalam setting medis.
Care Support and Treatment (CST) merupakan layanan terkait dengan
pemberian dukungan kepada orang yang telah berstatus HIV. Pelayanan ini
akan terjadi setelah seseorang melalui proses tes darah atau ketika seseorang
yang telah menerima status HIV.

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2006. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: Safitri, Amalai, ed. At a
Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 288-289.
Depkes

RI.

2006.

Situasi

HIV/AIDS

di

Indonesia

Tahun

1987-

2006.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/situasihiv-aids-2006.pdf.Diunduh pada tanggal 3 Juni 2006.


Nursalam., Kurniawati, Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Petofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
Rossella, M. 2013. (HIV) dan Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS).
http://eprints.undip.ac.id/44074/3/3_BAB_II_.pdf. Diunduh pada tanggal 3 Juni
2006.

Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta :
internaPubishing
Sunani. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan tentang
Terapi Anti Retroviral pada Pasien HIV/AIDS di poliklinik VCT dan Instalasi
Rawat Inap A RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

Anda mungkin juga menyukai