Nama Kelompok 2 :
5B KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungan
untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan,
perkembangan yang optimal, dengan menggunakan kemampuan mental (kognisi,
afeksi, relasi), memiliki prestasi individu serta kelompok, konsisten dengan hukum
yang berlaku. Berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Yosep,
2013). Gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara, tidak hanya di Indonesia. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya
gangguan jiwa spikotik atau skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi dan penggunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) juga menjadi masalah kesehatan
jiwa (Depkes RI, 2012).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah.Hal tersebut tentunya membutuhkan upaya untuk menangani
fenomena gangguan jiwa. Kebijakan Pemerintah dalam menangani penderita
gangguan jiwa tercantum dalamUndang – Undang No 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa disebutkan dalam Pasal 1 ayat (4) menyatakan bahwa Pemerintah dan
masyarakat menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan untuk mewujudkan derajad kesehatan jiwa yang optimal bagi
setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Salah satunya melalui pendekatan kuratif. Pendekatan kuratif
adalah upaya yang merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap
penderita gangguan jiwa (Pasal 17 UU No 18 Tahun 2014). Kegiatan tersebut
disebutkan di dalam Pasal 18 yaitu upaya kuratif kesehatan jiwa ditujukan untuk
penyembuhan atau pemulihan, pengurangan penderitaan, pengendalian disabilitas dan
pengendalian gejala penyakit pada penderita gangguan jiwa.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat. Salah satugejala yang
paling sering muncul pada skizofrenia adalah munculnya halusinasi. Halusinasi
merupakan impresi atau pengalaman yang salah. Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu hal yang tidak terjadi. Halusinasi
menjadi sangat nyata bagi orang yang mengalami halusinasi. Seseorang yang
berhalusinasi mungkin tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah persepsi ini
adalah nyata, dan biasanya pasien tidak 4 mengecek ulang pengalamannya.
Ketidakmampuan untuk memandang realitas secara akurat membuat hidup menjadi
sulit. Oleh karena itu halusinasi dapat dianggap sebagai masalah yang membutuhkan
solusi (Stuart, 2016).
Respons yang ditimbulkan dari adanyahalusinasi adalah kehilangan kontrol
diri,yang mana dalam situasi ini pasien dapatmelakukan bunuh diri, membunuh orang
lain,bahkan merusak lingkungan (Handayani, Sriati & Widianti, 2014). Pasien dengan
diagnosis medis skizofrenia diperkirakan 90 % mengalami halusinasi. Sebanyak 70%
halusinasi yang dialami pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
mengalami halusinasi penglihatan dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan
dan perabaan (Wahyu & Ina, 2010). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis
halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah
halusinasi pendengaran.Penanganan skizofrenia dengan halusinasi pendengaran di
rumah sakit memerlukan kerjasama yang baik dari perawat, dokter dan psikiater.
Perawat dalam menangani pasien dengan halusinasi pendengaran dapat melakukan
asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dengan pendekatan proses
keperawatan meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi tindakan, dan dokumentasi
keperawatan (Yosep, 2010).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi
aktivitas kelompok sosialisasi dan terapi aktivitas kelompok orientasi realitas (Yosep,
2013). Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang sering bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adiktif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi non farmakologi yang
diberikan oleh perawat terlatih terhadap pasien dengan masalah keperawatan yang
sama. Terapi diberikan secara berkelompok dan berkesinambungan dalam hal ini
khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi perilaku kekerasan
(Keliat & Akemat, 2012). Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi
tambahan. Lancester mengemukakan beberapa aktivitas digunakan pada terapi
aktivitas kelompok, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan dan kegiatan sehari-sehari lainnya. Birckhead (1989)
menyatakan bahwa beberapa keuntungan yang diperoleh individu untuk klien melalui
terapi yang dapat diperoleh individu oleh klien melalui terapi aktivitas kelompok
meliputi dukungan (support), pendidikan meningkat pemecahan masalah,
meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality
testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Direja, 2011).
Menurut Wibowo (2013) dalam penelitian yang telah dilakukannya
menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi
persepsi dalam mengontrol perilaku kekerasan pasien. Pelaksanaan TAK stimulasi
persepsi tidak akan bisa berjalan dengan baik, jika tanpa peran perawat yang
mendasarinya. Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seorang perawat menjadi
titik keberhasilan dalam pelaksanaan TAK stimulasi persepsi terutama pada pasien
perilaku kekerasan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan penerapan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
pada asuhan keperawatan pasien gangguan sensori persepsi halusinasi
pendengaran, Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
C. KERANGKA TEORI
Terapi Aktivitas Kelompok
1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi
persepsi, sensori, orientasi realita, sosialisasi dan penyaluran energi (Keliat &
Akemat, 2016).
2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan
pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Tujuan dari
terapi ini untuk membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif (Sutejo, 2017). Hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
D. RENCANA KEGIATAN
1. Pengorganisasian
Berikut peran perawat dan uraian tugas dalam terapi aktivitas kelompok menurut
Sutejo (2017) adalah sebagai berikut :
1) Leader
Tugas:
a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.Memimpin jalannya terapi
aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.Merencanakan,
mengontrol, dan mengatur jalannya terapi
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.Menyampaikan materi sesuai
tujuan TAK.
d. Memimpin diskusi kelompok memimpin diskusi
2) Co-leader
Tugas:
a. Membuka acaraMembuka acara
b. Mendampingi LeaderMendampingi Leader
c. Mengambil alih posisi Leader jika Leader blokingMengambil alih posisi
Leader jika Leader bloking
d. Menyerahkan kembali posisi kepada leaderMenyerahkan kembali posisi
kepada leader
e. Menutup acara diskusi.Menutup acara diskus
3) Fasilitator
Tugas:
a. kut serta dalam kegiatan kelompok
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktifMemberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktifmengikuti jalannya terapimengikuti jalannya terapi
4) Observer
Tugas:
a.
Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format
yangMencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format
yangtersedia)
b. Mengawasi jalannya jalannya anktivitas anktivitas kelompok kelompok
dari dari mulai mulai persiapan,proses, persiapan,proses,hingga
penutupan
2. Metode
1) Diskusi
2) Bermain peran
3. Persiapan Klien :
b. Proses Seleksi
4. Persiapan Alat
1) Balon
2) sound musik
4) Bolpoin
5. Setting Tempat
6. Waktu pelaksanaan
Durasi : 45 menit
7. Langkah-langkah
tinggal)".
"Nah ibu-ibu sebelum kita melakukan kegiatan hari ini saya akan
dibuat agar kegiatan permainan ini dapat berjalan dengan baik dan
bergiliran dan cepat, apabila musik berhenti disalah satu dari ibu-ibu
C. Kerja
NB:
- bagi klien yang mendapatkan balon saat musik berhenti diharapkan
Klien untuk berdiri.
Halusinasi.
D.Terminasi
a. Evaluasi
waktunya untuk hari ini, untuk pertemuan yang akan datang akan
8. Sp. Halusinasi
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatkan keadaannya baik-baik saja
- Klien mengatakan waktu dirumah melihat seseorang perempuan seram berambut
panjang baju putih dan ingin menggigit kakinya.
- Klien mengatakan mendengar suara seorang laki-laki yang ingin mengajaknya pergi jauh.
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
- Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
3. Tujuan Keperawatan
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi waktu dan frekuensi halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
- Klien dapat menghardik halusinasi
- Klien dapat memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
Assalamualaikum, selamat pagi bapak ? Perkenalkan nama saya Fahrul Razi, bisa dipanggil
Fahrul. Saya mahasiswa dari universitas muhammadiyah tangerang. Saya sedang praktik
disini selama 1 minggu. Kalau saya boleh tahu nama bapak siapa dan senangnya dipanggil
siapa ?
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam ? ada keluhan tidak ?
c. Kontrak
- Topik
Apakah bapak tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? Menurut bapak sebaiknya
kita mengobrol apa ya ? Bagaimana kalau kita mengobrol tentang suara / penglihatan
sesuatu yang bapak lihat dan dengar selama ini ?
- Tujuan
Setelah bapak cerita, nanti saya bantu bapak mengidentifikasi halusinasi bapak dan cara
menghardiknya.
- Waktu
Berapa lama kira-kira kita bisa mengobrol ? bapak mau berapa menit ? bagaimana 15 menit,
bisa !
- Tempat
Dimana kita duduk ? diluar ? di kursi itu atau dimana ?
2. Fase Kerja
Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujdunya ? Apa yang dikatakan suara itu ?
Apakah bapak melihat sesuatu, bayangan, makhluk ? seperti apa kelihatannya ? apakah
terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja ? berapa sehari bapak
melihatnya ? pada keadaan apa, apakah pada waktu sendirian ?
Apa yang bapak rasakan saat mengalami hal itu ? apa yang bapak lakukan ?
Bagaiman kalau kita belajar cara mencegah suara-suara dan bayangan itu agar tidak muncul.
Pertama dengan cara menghardik suara tersebut, kedua dengan cara bercakap-cakap, ketiga
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan ke empat minum obat secara teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu dulu yaitu dengan menghardik.
Caranya : saat suara itu muncul langsung bapak tutup telinga dan katakan “pergi saya tidak
mau dengar, kamu suara palsu!” dan apabila bapak melihat sesuatu seperti bayangan/
makhluk bapak tutup mata dan katakan “pergi-pergi, saya tidak mau melihat, kamu tidak
nyata”! begitu diulang-ulang sampai suara dan bayangan itu hilang.
Ayo..!! silahkan bapak coba. Iya..bagus itu bapak sudah bapak bisa. Sebaiknya latihan ini
bapak lakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-waktu halusinasi itu muncul bapak sudah
terbiasa.
3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak dengan obrolan kita tadi ? bapak merasa senang tidak dengan
latihan tadi ?
- Evaluasi Objektif
Dapatkah bapak mempragakan cara menghardik yang tadi kita lakukan ?
- Rencana tindak lanjut
Kalau suara-suara atau bayangan itu muncul lagi, silahkan bapak coba cara tersebut!
bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya ? nanti dilakukan ya pak.
- Kontrak yang akan datang
1. Topik
Bagaimanan kalau besok kita ngobrol-ngobrol lagi tentang cara lain, yaitu berbicara
dengan orang lain saat suara / bayangan itu muncul lagi.
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 09.00 Wib, bisa !
3. Tempat
Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya ? apa masih di sini atau
cari tempat yang lain ?