Disusun Oleh:
Mengetahui
MENGETAHUI Pengelola
Penyelenggaraan Diklat Rumah
Sakit Jiwa Aceh
A. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang
merupakan upaya untuk memfasilitasi perawat atau psikoterapis terhadap
sejumlah pasien pada waktu yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami (Keliat, 2015). Tujuan dari terapi
aktivitas adalah untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
antar anggota (Purwanto, 2015). Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat,2015). Terapi
aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa, bahkan saat
ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan
terapeutik dalam keperawatan (Keliat B.A, 2005).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu bentuk perilaku agresi atau kekerasan
yang ditunjukkan secara verbal, fisik,atau keduanya kepada suatu subyek,
orang atau diri sendiri yang mengarah pada potensial untuk destruktif atau
secara aktif menyebabkan kesakitan, bahaya, dan penderitaan (Bernstein
&Saladino, 2007 dalam Sujarwo & Livana, 2019). Faktor psikologis yang
menyebabkan pasien mengalami risiko perilaku kekerasan antara lain yaitu:
kepribadian yang tertutup, kehilangan, aniaya seksual, kekerasan dalam
keluarga. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan
pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik
tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain
(Kandar & Iswanti, 2019)
Terapi modalitas yang tepat untuk mengatasi pasien perilaku kekerasan
yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran
jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Pawirowiyono., 2016). Dengan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini, maka akan memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, meningkatkan pengobatan, dan pemulihan
kesehatan (Pardede & Laia, 2020)
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Aceh
khususnya di ruang Balee Selanga, sebagian pasien menderita Risiko Perilaku
Kekerasan. Maka, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok tentang
mengontrol perilaku kekerasan dengan stimulasi persepsi di ruangan tersebut.
Rumah Sakit Jiwa Aceh adalah salah satu rumah sakit jiwa yang berdiri
dibawah Kementerian Kesehatan RI. Pasien yang dirawat di RSJ Aceh
mengalami masalah kejiwaan yang bermacam- macam. Salah saturuang rawat
di rumah sakit ini adalah Ruang Balee Selanga yang merupakan ruang
intermediete pada pasien laki-laki. Saat ini jumlah pasiennya adalah 38 orang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu diberikan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Maka rumusan masalah yang dapat diambil adakah
pengaruh terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi terhadap
kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Aceh?
C. Tujuan Khusus
Tujuan khusus proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Pasien mampu memperkenalkan diri dengan baik
2. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda-tanda, apa yang dilakukan
dan akibat dari perilaku kekerasan
3. Pasien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
4. Pasien dapat mengetahui cara mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan
dengan SP
5. Pasien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak ekspresi wajah, mempraktikkan SP Risiko Perilaku
Kekerasan
6. Pasien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan
melatih kekompakan dalam kelompok.
7. Pasien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
8. Pasien mampu memperagakan teknik latihan fisik untuk mengontrol
marah dengan benar
D. Topik Bahasan
Sesi 1: Menyebutkan penyebab, tanda-tanda, apa yang dilakukan dan
akibat dari perilaku kekerasan
Sesi 2: Memperagakan cara mengontrol marah dengan latihan fisik
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Deskriptif
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
kemampuan untuk mengontrol perilaku kekerasan setelah dilakukan. (Yosep,
2014).
Menurut Keliat, 2015 TAK stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan
adanya ketertarikan responden terhadap TAK yang dilaksanakan sehingga
setelah dilaksanakan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku
kekerasan mengalami peningkatan (Pardede dan Laia, 2020). TAK dibagi
empat bagian, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita,
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2015). Fokus terapi aktivitas kelompok
dengan stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan gangguan persepsi;
halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif,
sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2014).
2. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan suatu
tindakan yang berbahaya secara fisik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Yusuf, Fitryasari & Nihayati,
2015). Pasien dengan skizofrenia sering dikaitkan dengan perilaku
kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan juga
beresiko dengan lingkungan sekitar baik secara fisik, emosional, seksual dan
verbal. Tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai ataupun membunuh
orang lain disebut perilaku kekerasan terhadap orang lain.
Perilaku kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah atau
bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Suaita, et.al., 2020).
Faktor psikologis yang dapat menyebabkan pasien mengalami resiko
perilaku kekerasan yaitu kepribadian yang tertutup, kehilangan, aniaya
seksual, dan kekerasan dalam keluarga. Pada aspek fisik terlihat tekanan
darah, denyut nadi, dan pernafasan meningkat, mudah tersinggung, marah,
amuk dan dapat mencederai diri sendiri ataupun orang lain. Adapun dampak
yang akan ditimbulkan pada pasien yang mengalami perilaku kekerasan
yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimanan pasien akan dikuasai rasa
amarahnya sehingga pasien melukai diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungannya, jika tidak ditangani dengan baik, maka perilaku kekerasan
dapat mengakibatkan kehilangan kontrol (Sepalanita & Khairani, 2019).
Resiko perilaku kekerasan adalah gejala pada pasien skizoprenia dapat
dikontrol melalui terapi aktivitas kelompok. Tanda dan gejala yang dapat
muncul pada perilaku kekerasan secara fisik yaitu mata melotot dan
pandangan tajam, secara verbal yaitu mengancam dan mengumpat, secara
perilaku dapat menyerang orang lain dan melukai diri sendiri, secara emosi
yaitu tidak aman dan nyaman secara intelektual yaitu mendominasi dan
kasar, secara spiritual yaitu merasa berkuasa dan benar, sedangkan secara
sosial yaitu menarik diri dan penolakan (Damayanti, 2012).
BAB III PELAKSANAAN
A. Pasien
1. Karakteristik/ Kriteria Peserta
a. Pasien yang mengikuti kegiatan TAK merupakan pasien dengan
diagnosa keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pasien sehat secara fisik
c. Pasien kooperatif
d. Pasien tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
e. Pasien bersedia mengikuti kegiatan TAK
2. Inisial Peserta
Peserta TAK ini berjumlah 8 orang dengan inisial berikut;
a. Tn. R
b. Tn. F
c. Tn. H
d. Tn. D
e. Tn. M
f. Tn. N
g. Tn. A
h. Tn. W
3. Kriteria Kelompok
2. Pengorganisasian
Jenis Sesi Leader Co Fasilitator Observer
Tak Leader
Stimulasi 1&2 Surya Anisa Fitri Vonna Sarita Raisa Amini
Noerva
Persepsi
Diesma
3. Persiapan Lingkungan
a. Ventilasi Baik
b. Penerangan Cukup
c. Suasana Tidak Bising
d. Pengaturan Posisi Duduk
4. Peran Dan Fungsi
a. Leader: Surya Noerva Diesma, S.Kep
1) Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi
dalam kelompok
2) Membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya
kelompok
3) Menjadi motivator
4) Membantu kelompok menetapkan tujuan
5) Membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi
aktivitas kelompok
b. Co-Leader : Anisa Fitri, S.Kep
1) Mendampingi leader
2) Membantu leader dalam dinamika kelompok
3) Menjadi motivator
4) Mengambil alih posisi jika leader blocking
c. Fasilitator: Vonna Sarita, S.Kep Sebagai fasilitator, perawat ikut serta
dalam kegiatan sebagai anggota kelompok. Tugas seorang fasilitator yaitu
memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan membantu leader dalam dinamika kelompok.
d. Observer: Raisa Amini, S.Kep
1) Mencatat serta mengamati respon pasien
2) Mengamati proses berjalannya terapi aktivitas kelompok
3) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok
5. Setting: Peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran
6. Alat
a. Spidol
b. Double tip
c. Papan Nama
d. Speaker
e. Karton
f. Kertas Flipchart
g. Bola
7. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Memperhatikan dan memperagakan proses perkenalan diri
c. Menceritakan isi perasaan yang menyebabkan perasaan marah
d. Menjelaskan pengalaman mengendalikan perasaan marah
e. Memperagakan mengendalikan marah dengan latihan fisik
f. Berdiskusi dan tanya jawab
8. Proses pelaksanaan
a. Persiapan
1) Mengumpulkan pasien dengan resiko perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
2) Membuat kontrak waktu dan tempat dengan pasien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik dari terapis kepada pasien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan perasaan pasien hari ini
4) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien
5) Menjelaskan tujuan kegiatan, kontrak waktu dan tempat
6) Menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a) Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
b) Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada fasilitator
c. Tahap kerja
1) Seluruh klien duduk dengan berbentuk lingkaran
2) Hidupkan musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam
3) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola,
mendapat giliran untuk menyebutkan penyebab, tanda-tanda, apa yang
dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan
4) Seluruh peserta menghitung dimulai dari 1, setiap kelipatan 4, pasien
harus mengatakan wow. Pasien yang salah menyebutkan, akan
mempraktikkan mengontrol marah dengan latihan fisik 1 dan latihan
fisik 2
d. Tahap terminasi
1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku pasien yang
positif
3) Menganjurkan pasien menilai dan mengevaluasi jika terjadi resiko
perilaku kekerasan
4) Menganjurkan pasien mengingat dan mengulang strategi
pelaksanaanan, cara mengontrol perilaku kekerasan sesuai jadwal
kegiatan yang sudah ditentukan
EVALUASI TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PADA KLIEN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG BALEE JEUMPA
RUMAH SAKIT JIWA ACEH
NO NAMA KLIEN MEMPRAKTIKKAN CARA FISIK YANG MEMPRAKTIKKAN CARA FISIK YANG KEDUA
PERTAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berilah tanda (√) jika klien mampu melalukan dan berilah tanda (x) jika klien tidak mampu melakukan
DAFTAR PUSTAKA