Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SIMULASI

PERSEPSI UMUMDI RUANG BALEE DAHLIA RUMAH


SAKIT JIWA ACEH

Disusun Oleh:

Ghinaa Farhah, S. Kep 2112501010100


Tesha Az Zaura, S. Kep 2112501010057
Alfiatur Rahmi, S. Kep 2112501010073
Elfinda Nurzahri, S. Kep 2112501010052
Tatiya Mahdalena, S. Kep 2112501010097
Ullya Humaira, S. Kep 2112501010071
Nabila Yussam Vira, S. Kep 2112501010103
Syarifah Raihan, S. Kep 2112501010053
Satria Putra, S. Kep 2112501010036

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI
NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan proposal TAK ini telah dibaca, dikoreksi dan disetujui oleh
Pembimbing Klinik (CI) Rumah Sakit Jiwa Aceh

Seluruh Anggota Kelompok

Ghinaa Farhah, S. Kep 2112501010100


Tesha Az Zaura, S. Kep 2112501010057
Alfiatur Rahmi, S. Kep 2112501010073
Elfinda Nurzahri, S. Kep 2112501010052
Tatiya Mahdalena, S. Kep 2112501010097
Ullya Humaira, S. Kep 2112501010071
Nabila Yussam Vira, S. Kep 2112501010103
Syarifah Raihan, S. Kep 2112501010053
Satria Putra, S. Kep 2112501010036

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Ns. Nursa’dah, M. Si Ns. Sri Novitayani, MNS


NIP. 197309152002122003 NIP. 198011272015042002

MENGETAHUI
Pengelolaan Penyelenggaraan Diklat
Rumah Sakit Jiwa Aceh

SYAHRUL FITRI, SKM


NIP. 197510052000121003
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK BAHASAN
1. Sesi 1 : Mengidentifikasi isi pikiran pasien dengan metode menggambar
2. Sesi 2 : Mengidentifikasi potensi perilaku kekerasan yang akan muncul

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum TAK adalah pasien mempunyai kemapuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus proposal ini adalah sebagai berikut :
a) Sesi 1 : Mengidentifikasi isi pikiran pasien melalui metode menggambar
Pasien mampu menuangkan isi pikiran mereka ke dalam sebuah gambar
b) Sesi 2 : Mengidentifikasi potensi perilaku kekerasan yang mungkin akan
muncul pada pasien
Pasien mampu mengidentifikasi isi pikir yang berpotensi terhadap
munculnya perilaku kekerasan

C. LANDASAN TEORI
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan
diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan
yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah
kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan
kepentingan bersama. Kelompok adalah kumpulan dari individu yang
berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan
pekerjaan, untuk meningkatan hubungan antar individu, atau bisa saja
untuk keduanya. (Adit, A, 2021).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas
yang dapat membantu membangun hubungan dengan orang lain,
dengan terapi aktifitas kelompok, pasien dapat bersosialisasi, mengetahui
koteks realitas, menyalurkan energi, meningkatkan harga diri (Pardede &
Ramadia, 2021). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan
terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini
sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi,
melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku mal
adaptif (Sutinah, et al, 2020).
Menurut Pakdosen.co.id (2022), Berikut ini adalah macam-macam
terapi aktivitas kelompok yaitu:
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir
dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
3) Meningkatkan kemampuan intelektual
4) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
5) Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
1) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-
nilai
2) Menarik diri dari realitas
3) Inisiasi atau ide-ide negative
4) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
1) Meningkatkan kemampuan sensori
2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
3) Meningkatkan kesegaran jasmani
4) Mengekspresikan perasaan
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
1) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar)
2) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
3) Pembicaraan penderita sesuai realita
4) Penderita mampu mengenali diri sendiri
5) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
1) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
2) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
3) Penderita kooperatif
4) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
5) Kondisi fisik dalam keadaan sehat
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
1) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
2) Memberi tanggapan terhadap orang lain
3) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
1) Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.
2) Penderita mampu menyebutkan identitasnya
3) Menyebutkan identitas penderita lain
4) Berespon terhadap penderita lain
5) Mengikuti aturan main
6) Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
1) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
2) Penderita sering berada ditempat tidur
3) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
4) Penderita dengan harga diri rendah
5) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
6) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
7) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
2. Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan
jiwa.WHO (2015) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di
dunia mengalami masalah mental.WHO memperkirakan ada sekitar 450
juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Perilaku
kekerasan adalah respon kemarahan yang maladaptif dalam bentuk
perilaku menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya
secara verbal maupun nonverbal mulai dari tingkat rendah sampai tingkat
tinggi. Pasien dengan perilaku kekerasan, individu merupakan orang yang
ambigue, selalu dalam kecemasan, mempunyai penilaian yang negatif
terhadap diri dan orang lain, ketidakmampuan untuk menyelesaikan
masalah dengan baik sehingga perilaku kekerasan merupakan salah satu
cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah (Siauta, M., Tuasikal
H., Embuai, S., 2020).

Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Asertif : kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain


Frustasi : kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/terhambat
Pasif : respon lanjutan pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya
Agresif : perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : perilaku destruktif sudah tidak terkontrol
Menurut Yosep (2011) dalam Saputri, N, Khairi, Miftahul, A.
(2020), Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Emosi: tidak aman dan nyaman, marah, merasa terganggu dan takut,
dendam, jengkel, cemas, bermusuham, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
b. Fisik: nafas pendek, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku,
tekanan darah meningkat.
c. Intelektual: mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
d. Verbal: mengamcam, mengumpat dengan kata-kata kotor/kasar,
berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
e. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
f. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat.
g. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.

D. PASIEN
1. Karakteristik/ Kriteria
a. Pasien yang mengikutiTAK ini merupakan pasien dengan risiko
perilaku kekerasan.
b. Pasien dalam keadaan yang tenang
c. Pasien sudah dapat bekerjasama (cooperative)
d. Pasien tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
e. Pasien yang bersedia mengikuti TAK
2. Peserta TAK
a. Tn. H
b. Tn. S
c. Tn. J
d. Tn. E
e. Tn. K
f. Tn. A
g. Tn. N
h. Tn. S
i. Tn. J
j. Tn. N
k. Tn. I
l. Tn. Z
DAFTAR PUSTAKA

Adit, A (2021), Jenis-jenis Kelompok Sosial. KOMPAS.


https://edukasi.kompas.com/read/2021/ 08/10/ 123514671/ siswa-seperti-
ini- jenis-jenis-kelompok-sosial?page=all.https://pakdosen.co.id/terapi-
aktivitas-kelompok/
Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With Schizophrenic
Patients through Socialization Group Activity Therapy. International
Journal of Health Science and Medical Research, 1(1), 06-10.
http://ijhsmr.com/index.php/ijhsmr/article/view/6
Saputri, N, Khairi, Miftahul, A. (2020). Bimbingan Islami Untuk Menangani
Trauma Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Aliansi Peduli
Perempuan Sukowati Sragen. Academic Journal Of Psychology And
Counseling, 1(1) 46-59, Issn 2722-5461.
https://Ejournal.Iainsurakarta.Ac.Id/Index.Php/Ajpc/Article/View/2447
Date Accessed: 15 May 2022.
Doi:Https://Doi.Org/10.22515/Ajpc.V1i1.2447.
Siauta, M., Tuasikal H., Embuai, S., (2020). Upaya Mengontrol Perilaku
Agresif Pada Perilaku Kekerasan Dengan Pemberian Rational Emotive
Behavior Therapy. Jurnal Keperawatan Jiwa. 8(1) 27-32.
Doi: https://Doi.Org/10.26714/Jkj.8.1.2020.27-32
Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020).Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi Jurnal Pengabdian Masyarakat dalam
Kesehatan. 2(2), 29-31. Doi:10.20473/jpmk. v2i2.19972

Anda mungkin juga menyukai