Disusun Oleh:
Pembimbing:
Laporan TAK ini telah dibaca, dikoreksi, dan disetujui oleh Pembimbing
Klinik (CI) Rumah Sakit Jiwa Aceh
MENGETAHUI
Pengelola Penyelenggaraan
Diklat Rumah Sakit Jiwa Aceh
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan
bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis,
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain ( Febriani,
2015). Menurut undang–undang (UU) No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan
Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliatet al, 2012). Ciri khas dari
penderita skizophrenian adalah menarik diri dari lingkungan social dan
hubungan personal serta hidup dalam dunianya sendiri, lalu diikuti dengan
delusi dan halusinasi yang berlebihan. Pada penderita skizophrenia 70%
diantaranya mengalami halusinasi (Wahyuni, Nasution & Daulay, 2011).
Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi bisa kendalikan dengan
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Terapi ini
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Handayani &
Widianti, 2013). Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan
jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan
atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal
halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku
maladaptif (Ningsih, P. et.al , 2013).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit
Jiwa di Indonesia dalam Yosep, (2013). Terapi kelompok adalah terapi
psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi
pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2013).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi kemampuan mengontrol
halusinasi adalah TAK yangdiberikan dengan memberikan stimulus pada
pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya
(Purwaningsih dan Karlina, 2010).
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas berupa stimulus dan
persepsi, stimulus yang disediakan: baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan); stimulus dari
tiga puluh duapengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien
yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian
dilatih persepsi klien terhadap stimulus. Menurut Keliat (2014) TAK :
Stimulasi Persepsi ada 5 sesi yakni sesi 1: mengenal halusinasi, sesi 2 :
mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi 3 : mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan, sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa,
bahkan saat ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari
keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Keliat B.A, 2005). Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa gangguan persepsi
sensori atau dikenal dengan halusinasi merupakan perubahan persepsi
terhadap stimulasi baik internal maupun eksternal yang disertai dengan
respon yang berkurang, berlebih, atau terdistorsi (PPNI, 2016 dalam Rustika,
2020). Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar) (Rustika, 2020).
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Aceh
khususnya di ruang Balee Seulanga sebagian pasien menderita halusinasi.
Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok tentang
halusinasi. Rumah Sakit Jiwa Aceh adalah salah satu rumah sakit jiwa yang
berdiri dibawah Kementerian Kesehatan RI. Pasien yang dirawat di RSJ
Aceh mengalami masalah kejiwaan yang bermacam-macam. Salah satu
ruang rawat di rumah sakit ini adalah Ruang Balee Jeumpa yang merupakan
ruang intermediate pada pasien laki-laki. Pada saat ini terdapat 58 pasien laki-
laki. Beberapa pasien dalam Ruang Balee Jeumpa tampak memiliki masalah
dalam persepsi sensori. Oleh karena itu, kami melakukan tindakan TAK
halusinasi sesi 1 sampai dengan 2 untuk membantu pasien dalam mengenali
halusinasi dan cara mengontrolnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut perlu diberikan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi. Maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah adakah
pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi terhadap
kemampuan pasien mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Aceh?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi sensori adalah pasien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh stimulus persepsi sensori: halusinasi
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus proposal ini adalah sebagai berikut:
a) Pasien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan salam,
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
b) Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c) Pasien mampu mengenal halusinasinya
d) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi
e) Pasien mampu menyampaikan topik pembicaraan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Deskriptif
2. Halusinasi
1. Aspek emosi
3. Aspek sosial
B. Pasien
1. Kriteria pasien
3. Kriteria kelompok
C. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
4. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
D. Antisipasi Masalah
a. Memanggil pasien
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh pasien tersebut
1. Pelaksanaan
JENIS
SESI HARI TANGGAL WAKTU TEMPAT
TAK
Stimulasi
14 April Balee
Persepsi 11.00
1 2023
Jumat Jeumpa
14 April Balee
11.00
2 2023
Jumat Jeumpa
2
2. Persiapan Lingkungan
a. Ventilasi Baik
b. Penerangan Cukup
e. Leader
Tugas:
f. Co-leader
1) Membuka acara
2) Mendampingi leader
g. Fasilitator
h. Observer
1) Mengamati dan mencatat respon pasien (dicatat pada formatpenilaian
yang tersedia)
F S
R
J
FS I M
Keterangan
Leader
Co Leader
Observer
Fasilitator
Clinical Instructur
Peserta
BAB III
PELAKSANAAN
Sesi 1
Mengenal Halusinasi
A. Tujuan
1 Tn. F
2 Tn. S
3 Tn. R
4 Tn. J 🗸
5 Tn. M 🗸 🗸
6 Tn. R 🗸 🗸 🗸
7 Tn. FS 🗸
8 Tn. I 🗸 🗸
Petunjuk
1. Evaluasi dilaksanakan saat TAK berlangsung, terkhususnya tahap kerja
2. Tulis nama panggilan pasien yang mengikuti TAK pada kolom
nama pasien
Beri tanda ceklis (√) bila pasien mampu dan beri tanda silang (√)
bila pasien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan pasien dalam catatan Asuhan Keperawatan
Sesi 2
Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
A. Tujuan
1. Pasien dapat memahami dan menjelaskan cara yang selama ini
dilakukan untuk mengontrol atau mengatasi halusinasi
2. Pasien dapat memahami dan mengetahui acara menghardik halusinasi
3. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
B. Setting
1. Pemberi asuhan keperawatan dan pasien duduk bersama dalam
lingkaran yang sesuai dengan aturan pelaksanaan proses acara
2. Tempat pelaksanaan terapi aktivitas kelompok aman dan nyaman
digunakan
C. Alat
1. Musik
2. Spidol
D. Metode
1. Diskusi dan tanggung jawab
2. Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan
perubahan sensori persepsi: halusinasi
b. Menjelaskan tujuan pelaksaan kegiatan
c. Membuat kontrak waktu bersama pasien
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan pelaksanaan kegiatan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan nama lengkap beserta nama panggilan
3) Menanyakan nama lengkap pasien beserta nama panggilan
d. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan pasien saat ini
e. Kontrak
1) Pemberi asuhan menjelaskan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang
didengar
2) Pemberi asuhan menjelaskan aturan bermain,
diantaranya sebagai berikut:
a) Pasien tidak boleh meninggalkan ruangan pada saat
acara telah dimulai
b) Jika ada pasien yang ingin ke kamar mandi,
dipersilahkan sekarang
c) Kegiatan ini akan berlansung selama 30 menit
d) Pasien harus mengikuti kegiatan dari tahap awal sampai
akhir
3. Tahap kerja
a. Pemberi asuhan keperawatan menjelaskan proses pelaksanaan
kegiatan dengan dihidupkan musik serta menarik undian dan
yang namanya terpilih mempraktekkan cara menghardik
halusinasi. Pemberi asuhan keperawatan menghidupkan musik
dan mengedarkan spidol berlawanan arah jarum jam
b. Pemberi asuhan keperawatan menjelaskan cara mengatasi
halusinasi dengan menghardik halusinasi dan memperagakan
cara menghardik halusinasi
c. Mengulangi 2, 3 dan sampai 4 kali, sampai semua pasien
mendapatkan giliran
d. Memberikan pujian untuk setiap keberhasilan pasien dengan
memberikan tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Pemberi asuhan keperawatan menanyakan perasaan pasien
setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok
2) Pemberi asuhan keperawatan memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Pemberi asuhan keperawatan menganjurkan pasien untuk
menerapkan cara yang telah dipelajari ketika halusinasi muncul
kembali
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian pasien
c. Kontrak yang akan datang
1) Pemberi asuhan membuat kesepakatan bersama pasien untuk
pelaksaan TAK berikutnya yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan
2) Pemberi asuhan keperawatan membuat kesepakatan waktu dan
tempat pelaksanaan TAK berikutnya
Mempraktekkan cara
4 menghardik halusinasi
Petunjuk
3. Evaluasi dilaksanakan saat TAK berlangsung, terkhususnya tahap kerja
4. Tulis nama panggilan pasien yang mengikuti TAK pada kolom
nama pasien
5. Beri tanda ceklis () bila pasien mampu dan beri tanda silang () bila
pasien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan pasien dalam catatan Asuhan Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sangat berpengaruh bagi pasien dengan
gangguan jiwa dengan masalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi. Upaya yang
dilakukan untuk memberikan stimulus tertentu kepada pasien sehingga terjadi
perubahan perilaku pada pasien. TAK yang halusinasi sesi 1 dan 2 adalah terapi
yang dilakukan untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan
perubahan persepsi dalam pemikirannya. Sesi 1 dengan mengenal halusinasi
seperti isi, waktu, situasi dan yang dirasakan saat terjadinya halusinasi. Sesi 2
dengan cara mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik. TAK ini juga
diharapkan pasien dapat memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi.
B. Saran
Diharapkan bagi instansi pelayanan memberikan terapi aktivitas kelompok secara
rutin dengan metode-metode yang telah dikembangkan yang praktis, efisien dan
efektif.
C. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, D., Sriati, A., & Widianti, E. (2013). Tingkat Kemandirian Pasien
Mengontrol Halusinasi setelah Terapi Aktivitas Kelompok. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 1(1), 56–62. http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/52