Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS

SENSORI PADA PASIEN HAUSINASI DI BALEE JEUMPA


RUMAH SAKIT JIWA ACEH

Disusun Oleh:

Eli Mirdawati, S.Kep 2212501010157

Eriga Mulyani, SKep 2212501010083

Lisa Margina, S.Kep 2212501010088

Tazkia Aulia, S.Kep 2212501010163

Aguatina Luis Clarita Omba, S.Kep 2212501010090

Pembimbing:

Ns. Martina, M.Kep., Sp,


Kep.J

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI
NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH
KUALA 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan TAK ini telah dibaca, dikoreksi, dan disetujui oleh Pembimbing
Klinik (CI) Rumah Sakit Jiwa Aceh

Seluruh Anggota Kelompok

Eli Mirdawati, S.Kep 2212501010157 ................................

Eriga Mulyani, SKep 2212501010083 ................................

Lisa Margina, S.Kep 2212501010088 ................................

Tazkiya Aulia, S.Kep 2212501010163 ................................

Agustina Luis C O, S.Kep 2212501010090 ................................

Pembimbing Klnik (CI) Pembimbing Akademik

Ns. Nurlaili, M.Kep Ns. Martina, S.Kep., Sp, Kep. J


197301201993022001 198309182009012101

MENGETAHUI
Pengelola Penyelenggaraan
Diklat Rumah Sakit Jiwa Aceh

SYAHRUL FITRI, SKM


NIP. 19751005 200012 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan
bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis,
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain ( Febriani,
2015). Menurut undang–undang (UU) No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan
Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliatet al, 2012). Ciri khas dari
penderita skizophrenian adalah menarik diri dari lingkungan social dan
hubungan personal serta hidup dalam dunianya sendiri, lalu diikuti dengan
delusi dan halusinasi yang berlebihan. Pada penderita skizophrenia 70%
diantaranya mengalami halusinasi (Wahyuni, Nasution & Daulay, 2011).
Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi bisa kendalikan dengan
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Terapi ini
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Handayani &
Widianti, 2013). Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan
jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan
atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal
halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku
maladaptif (Ningsih, P. et.al , 2013).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit
Jiwa di Indonesia dalam Yosep, (2013). Terapi kelompok adalah terapi
psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi
pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2013).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi kemampuan mengontrol
halusinasi adalah TAK yangdiberikan dengan memberikan stimulus pada
pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya
(Purwaningsih dan Karlina, 2010).
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas berupa stimulus dan
persepsi, stimulus yang disediakan: baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan); stimulus dari
tiga puluh duapengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien
yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian
dilatih persepsi klien terhadap stimulus. Menurut Keliat (2014) TAK :
Stimulasi Persepsi ada 5 sesi yakni sesi 1: mengenal halusinasi, sesi 2 :
mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi 3 : mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan, sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan cara
bercakap-cakap, sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa,
bahkan saat ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari
keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Keliat B.A, 2005). Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa gangguan persepsi
sensori atau dikenal dengan halusinasi merupakan perubahan persepsi
terhadap stimulasi baik internal maupun eksternal yang disertai dengan
respon yang berkurang, berlebih, atau terdistorsi (PPNI, 2016 dalam Rustika,
2020). Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar) (Rustika, 2020).
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Aceh
khususnya di ruang Balee Seulanga sebagian pasien menderita halusinasi.
Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok tentang
halusinasi. Rumah Sakit Jiwa Aceh adalah salah satu rumah sakit jiwa yang
berdiri dibawah Kementerian Kesehatan RI. Pasien yang dirawat di RSJ
Aceh mengalami masalah kejiwaan yang bermacam-macam. Salah satu
ruang rawat di rumah sakit ini adalah Ruang Balee Jeumpa yang merupakan
ruang intermediate pada pasien laki-laki. Pada saat ini terdapat 58 pasien laki-
laki. Beberapa pasien dalam Ruang Balee Jeumpa tampak memiliki masalah
dalam persepsi sensori. Oleh karena itu, kami melakukan tindakan TAK
halusinasi sesi 1 sampai dengan 2 untuk membantu pasien dalam mengenali
halusinasi dan cara mengontrolnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut perlu diberikan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi. Maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah adakah
pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi terhadap
kemampuan pasien mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Aceh?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi sensori adalah pasien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh stimulus persepsi sensori: halusinasi

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus proposal ini adalah sebagai berikut:
a) Pasien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan salam,
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
b) Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c) Pasien mampu mengenal halusinasinya
d) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi
e) Pasien mampu menyampaikan topik pembicaraan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Deskriptif

1. Terapi aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang


dilakukan olehh seorang perawat pada sekelompok pasien dengan masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang pernah dialami (Keliat, 2014). Adapun tujuan dari
terapi aktivitas adalah untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota (Purwanto, 2015). Hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah
(Keliat, 2014).

Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik


kesehatan jiwa,bahkan saat ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal
yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Keliat,
2005). Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi bisa kendalikan
dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Terapi ini
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Handayani &
Widianti, 2013). Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan
jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses
berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta
mengurangi perilaku maladaptif (Ningsih, 2013).

2. Halusinasi

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana


pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi
(Prabowo, 2014). Halusinasi merupakan keadaan seseorang yang
mengalami perubahan pola dan jumlah rangsangan yang dimulai secara
internal atau eksternal di sekitarnya dengan pengurangan, pembesaran,
distorsi, atau ketidaknormalan respon terhadap setiap rangsangan
(Pardede, 2020).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien


mengalami perubahan sensori persepsi dan juga merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan yang
sebenarnya tidak ada (Damaiyanti, 2014). Faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia dengan halusinasi
meliputi ekspresi emosi keluarga yang tinggi, pengetahuan keluarga
yang kurang, ketersediaan pelayanan kesehatan, penghasilan keluarga dan
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia (Pardede, 2020).

Adapun menurut Stuart dan Laraia (2001) fase halusinasi dibagi


dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietasnya yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya, yaitu: fase 1: comforting
(ansietas sedang): halusinasi masih menyenangkan, fase 2: condemning
(ansietas berat): halusinasi menjadi menjijikkan, fase 3: controlling
(ansietas berat) : pengalaman sensori menjadi berkuasa dan fase 4:
conquering (panik): umumnya menjadi melebur dalam halusinasi.
Beberapa Beberapa aspek dari pasien yang harus diperhatikan dalam
penjaringan pasien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah sebagai
berikut:

1. Aspek emosi

Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak


dihargai, tidak diperhatikan, merasa disisihkan, merasa terpencil,
pasien merasakan takut dan cemas, menyendiri, menghindar dari
orang lain.
2. Aspek intelektual
Pasien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya
pasien menjawab seperlunya, jawaban pasien sesuai dengan
pertanyaan perawat

3. Aspek sosial

Pasien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat, pasien mengatakan bersedia mengikuti terapi aktivitas,
pasien mau berinteraksi minimal dengan satu perawat lain ke satu
pasien lain. Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi dibagi dalam 5, yaitu:

a. Sesi I: Pasien mengenal halusinasi


b. Sesi II: Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c. Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
d. Sesi IV: Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
e. Sesi V: Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal

B. Pasien

1. Kriteria pasien

a. Pasien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.

b. Pasien yang mengalami perubahan persepsi.

2. Insial Peserta TAK


Pada pelaksanaan TAK di Balee Jeumpa peserta berjumlah 8 orang dengan inisial

sebagai berikut: Tn. F, Tn. MS, Tn. R, Tn. J, Tn. S, Tn R, Tn I, Tn. FS

3. Kriteria kelompok

a. Kecil : Terdiri dari 4 orang pasien

b. Sedang : Terdiri dari 7-8 orang


c. Besar : Terdiri dari minimal 10 orang pasien

4. Proses seleksi Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.

a. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.

b. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.

c. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:


menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.

C. Kriteria Hasil

1. Evaluasi Struktur

a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan


memungkinkan pasien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.

b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar.

c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.

d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.

e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana


mestinya.

2. Evaluasi Proses

a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Mampu memimpin acara.

c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.

d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.

e. Membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab


dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.

g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.

4. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:

a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat.

b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas.

D. Antisipasi Masalah

1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas

a. Memanggil pasien

b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau


pasien lain

2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin

a. Panggil nama pasien

b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan

3. Bila pasien lain ingin ikut

a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang


telah dipilih

b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh pasien tersebut

c. Jika pasien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak


memberi pesan pada kegiatan ini
E. Pengorganisasian

1. Pelaksanaan

JENIS
SESI HARI TANGGAL WAKTU TEMPAT
TAK

Stimulasi
14 April Balee
Persepsi 11.00
1 2023
Jumat Jeumpa

14 April Balee
11.00
2 2023
Jumat Jeumpa

Jenis Tak Sesi Leader Co Leader Fasilitator Observer


Stimulasi 1 Tazkia Aulia, Lisa Margina, Eli
Eriga Mulyani,
S.Kep Mirdawati,
Persepsi S.Kep S.Kep S.Kep
Agustina Luis
Clarita Omba,
S.Kep

2
2. Persiapan Lingkungan

a. Ventilasi Baik

b. Penerangan Cukup

c. Suasana Tidak Bising

d. Pengaturan Posisi Duduk

3. Peran Dan Fungsi

e. Leader

Tugas:

1). Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok

2). Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya

terapi3). Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK

4). Memimpin diskusi kelompok

f. Co-leader

1) Membuka acara

2) Mendampingi leader

3) Mengambil alih posisi leader jika leader blocking

4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader

5) Menutup acara diskusi

g. Fasilitator

1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok

2) Memberikan stimulus dan motivasi pada anggota kelompok untuk


berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

h. Observer
1) Mengamati dan mencatat respon pasien (dicatat pada formatpenilaian
yang tersedia)

2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok

4. Setting: Peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran

F S
R
J

FS I M

Keterangan
Leader

Co Leader

Observer

Fasilitator

Clinical Instructur

Peserta
BAB III
PELAKSANAAN

Sesi 1
Mengenal Halusinasi
A. Tujuan

1. Pasien dapat memperkenalkan diri (nama, panggilan, alamat, hobi)


2. Pasien dapat mengetahui dan mengenal halusinasi
3. Pasien dapat mengetahui dan mengenal perasaannya saat mengalami
halusinasi
B. Setting
1. Pemberi asuhan keperawatan dan pasien duduk bersama dalam
lingkaran yang sesuai dengan aturan pelaksanaan proses tindakan
2. Tempat pelaksanaan terapi aktivitas kelompok aman dan nyaman
digunakan
C. Alat
1. Booklet
2. Leaflet
D. Metode
1. Diskusi dan tanggung jawab
2. Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan
perubahan sensori persepsi: halusinasi
b. Menjelaskan tujuan pelaksaan kegiatan
c. Membuat kontrak waktu bersama pasien
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan pelaksanaan kegiatan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan nama lengkap beserta nama panggilan
3) Menanyakan nama lengkap pasien beserta nama panggilan
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan pasien saat ini
c. Kontrak
1) Pemberi asuhan menjelaskan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang
didengar
2) Pemberi asuhan menjelaskan aturan bermain, diantaranya
sebagai berikut:
a. Pasien tidak boleh meninggalkan ruangan pada saat
acara telah dimulai
b. Jika ada pasien yang ingin ke kamar mandi,
dipersilahkan sekarang
c. Kegiatan ini akan berlangsung selama 30 menit
d. Pasien harus mengikuti kegiatan dari tahap awal
sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Pemberi asuhan keperawatan menjelaskan tujuan kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu untuk mengenal suara-suara yang di dengar
(halusinasi) mengenai isinya, waktu terjadi, situasi yang
mendukung, dan perasaan pasien saat mengalami halusinasi
b. Pemberi asuhan keperawatan meminta pasien untuk menceritakan
isi halusinasinya, kapan terjadi, situasi yang mendukung, dan
perasaan klien saat terjadi halusinasinya
c. Memberikan pujian kepada pasien yang dapat melakukan dengan
baik
d. Menyimpulkan isi, waktu terjadi, situasi yang mendukung, dan
perasaan pasien saat mengalami halusinasi
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Pemberi asuhan keperawatan menanyakan perasaan pasien
setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok
2) Pemberi asuhan keperawatan memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Pemberi asuhan keperawatan meminta pasien untuk
melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan saat mengalami
halusinasi
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Sesi 1: TAK Stimulasi Persepsi:
Halusinasi Kemampuan Mengenal
Halusinasi
No Nama Menyebut Menyebut Menyebutkan Menyebutkan
Pasien Isi Waktu Situasi yang yang di
Halusinasi Terjadinya Mendukung Rasakan Saat
Terjadi

1 Tn. F

2 Tn. S

3 Tn. R

4 Tn. J 🗸

5 Tn. M 🗸 🗸

6 Tn. R 🗸 🗸 🗸

7 Tn. FS 🗸

8 Tn. I 🗸 🗸

Petunjuk
1. Evaluasi dilaksanakan saat TAK berlangsung, terkhususnya tahap kerja
2. Tulis nama panggilan pasien yang mengikuti TAK pada kolom
nama pasien
Beri tanda ceklis (√) bila pasien mampu dan beri tanda silang (√)
bila pasien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan pasien dalam catatan Asuhan Keperawatan

Sesi 2
Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

A. Tujuan
1. Pasien dapat memahami dan menjelaskan cara yang selama ini
dilakukan untuk mengontrol atau mengatasi halusinasi
2. Pasien dapat memahami dan mengetahui acara menghardik halusinasi
3. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
B. Setting
1. Pemberi asuhan keperawatan dan pasien duduk bersama dalam
lingkaran yang sesuai dengan aturan pelaksanaan proses acara
2. Tempat pelaksanaan terapi aktivitas kelompok aman dan nyaman
digunakan
C. Alat
1. Musik
2. Spidol
D. Metode
1. Diskusi dan tanggung jawab
2. Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan
perubahan sensori persepsi: halusinasi
b. Menjelaskan tujuan pelaksaan kegiatan
c. Membuat kontrak waktu bersama pasien
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan pelaksanaan kegiatan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan nama lengkap beserta nama panggilan
3) Menanyakan nama lengkap pasien beserta nama panggilan
d. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan pasien saat ini
e. Kontrak
1) Pemberi asuhan menjelaskan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang
didengar
2) Pemberi asuhan menjelaskan aturan bermain,
diantaranya sebagai berikut:
a) Pasien tidak boleh meninggalkan ruangan pada saat
acara telah dimulai
b) Jika ada pasien yang ingin ke kamar mandi,
dipersilahkan sekarang
c) Kegiatan ini akan berlansung selama 30 menit
d) Pasien harus mengikuti kegiatan dari tahap awal sampai
akhir
3. Tahap kerja
a. Pemberi asuhan keperawatan menjelaskan proses pelaksanaan
kegiatan dengan dihidupkan musik serta menarik undian dan
yang namanya terpilih mempraktekkan cara menghardik
halusinasi. Pemberi asuhan keperawatan menghidupkan musik
dan mengedarkan spidol berlawanan arah jarum jam
b. Pemberi asuhan keperawatan menjelaskan cara mengatasi
halusinasi dengan menghardik halusinasi dan memperagakan
cara menghardik halusinasi
c. Mengulangi 2, 3 dan sampai 4 kali, sampai semua pasien
mendapatkan giliran
d. Memberikan pujian untuk setiap keberhasilan pasien dengan
memberikan tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Pemberi asuhan keperawatan menanyakan perasaan pasien
setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok
2) Pemberi asuhan keperawatan memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Pemberi asuhan keperawatan menganjurkan pasien untuk
menerapkan cara yang telah dipelajari ketika halusinasi muncul
kembali
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian pasien
c. Kontrak yang akan datang
1) Pemberi asuhan membuat kesepakatan bersama pasien untuk
pelaksaan TAK berikutnya yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan
2) Pemberi asuhan keperawatan membuat kesepakatan waktu dan
tempat pelaksanaan TAK berikutnya

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Sesi 1: TAK Stimulasi Persepsi:
Halusinasi Kemampuan Mengenal
Halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama Pasien
Tn. Tn. Tn. Tn.
Tn. R Tn. J Tn.M Tn. I
F S R FS
1 Menyebutkan cara
yang selama ini
dilakukan
untuk
mengontrol dan
mencegah
halusinasi
Menyebutkan
efektivitas cara
2
mengontrol
halusinasi
Menyebutkan cara
mencegah
3 halusinasi dengan
menghardik

Mempraktekkan cara
4 menghardik halusinasi

Petunjuk
3. Evaluasi dilaksanakan saat TAK berlangsung, terkhususnya tahap kerja
4. Tulis nama panggilan pasien yang mengikuti TAK pada kolom
nama pasien
5. Beri tanda ceklis () bila pasien mampu dan beri tanda silang () bila
pasien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan pasien dalam catatan Asuhan Keperawatan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sangat berpengaruh bagi pasien dengan
gangguan jiwa dengan masalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi. Upaya yang
dilakukan untuk memberikan stimulus tertentu kepada pasien sehingga terjadi
perubahan perilaku pada pasien. TAK yang halusinasi sesi 1 dan 2 adalah terapi
yang dilakukan untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan
perubahan persepsi dalam pemikirannya. Sesi 1 dengan mengenal halusinasi
seperti isi, waktu, situasi dan yang dirasakan saat terjadinya halusinasi. Sesi 2
dengan cara mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik. TAK ini juga
diharapkan pasien dapat memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi.

B. Saran
Diharapkan bagi instansi pelayanan memberikan terapi aktivitas kelompok secara
rutin dengan metode-metode yang telah dikembangkan yang praktis, efisien dan
efektif.
C. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, D., Sriati, A., & Widianti, E. (2013). Tingkat Kemandirian Pasien
Mengontrol Halusinasi setelah Terapi Aktivitas Kelompok. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 1(1), 56–62. http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/52

Keliat B.A. (2005). Proses Keperawatan Jiwa. EGC.


Keliat Budi Anna. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. EGC. Ningsih,
P., Murtiani, M., & Ilyas, M. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di
Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 2(4), 28–34.

Purwanto, T. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar.

Rustika, M. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Aktivitas


Kelompok (Tak) Orientasi Realitas Sesi I: Pengenalan Orang Pasien Halusinasi Pada
Skizofrenia Tahun 2020 [Poltekes Denpasar]. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/4995/

Anda mungkin juga menyukai