Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI (GANGGUAN SENSORI PERSEPSI:
HALUSINASI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Alda Prahtitis Apitya Sandra 2334911042

2. Alfi Putri Pramitasari 2334911058

3. Diah Mita Widiani 2334911025

4. Diana Putri Puspitasari 2334911007

5. Priska Arlinda Permata Putri 2334911015

6. Syafira Himairoh 2334911016

PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA


2023
LEMBAR PENGESAHAN
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi (Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi di Ruang Garuda RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat

Disusun Oleh:

Alda prahtitits apitya sandra 2334911042


Alfi putri pramitasari 2334911058
Diah mita widiani 2334911025
Diana putri puspitasari 2334911007
Priska arlinda permata putri 2334911015
Syafira himairoh 2334911016

Sebagai pemenuhan Tugas Profesi Ners IKBIS Surabaya tahun 2023


Telah disusun pada tanggal 25 September 2023
Mengetahui,

Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing Institusi

Sukardi, S.Kep.,Ns
Retno Ayu Y, S, Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
NIP. 19680106 199103 1 002
NIDN. 0705079004

Kepala Ruangan

Sutriadi, S.Kep. Ns

NIP. 19730605 199403 1001


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Jiwa ini dengan baik.
Adapun pembahasan yang kami ambil pada saat ini adalah mengenai.
Proposal Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi yang memuat
tentang kegiatan bermain/permainan.
Makalah ini memuat dan memberikan gambaran kepada mahasiswa atau
mahasiswi agar mampu memahami dan mengetahui cara yang dilakukan untuk
memberikan terapi pada pasien yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga dalam
pemberian asuhan keperawatan, perawat mempunyai pedoman dan kiat yang baik
kepada masyarakat.
Kiranya materi ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita sebagai perawat
dalam menjalani proses keperawatan, sehingga dalam memberikan terapi bagi
pasien, kita sudah bisa memahami konsep pemberian terapi yang baik pada pasien.
Kami menyadari bahwa proposal ini perlu dikaji dan disempurnakan
kembali, dengan kritik dan saran yang mendukung dan membangun dari berbagai
pihak, terlebih bila kita diskusikan bersama-sama untuk perbaikan yang akan
datang. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan proposal ini sehingga bermanfaat bagi kita
semua. Kami ucapkan terima kasih.

Lawang, 26 September 2023


Penyusun

Kelompok 02

IKBIS Surabaya
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULUS PERSEPSI : HALUSINASI

A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan
dalam persepsi atau ungkapan realitas. Salah satu gejala yang paling sering
muncul pada Skizofrenia adalah munculnya halusinasi yaitu sekitar 70%.
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa (Gasril, 2021).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah dengan
memberikan tindakan keperawatan yaitu terapi aktivitas kelompok. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan, di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive (Gasril,
2021).
Menurut Livana (2020) bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh
pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien
akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada
situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain
(homicide), bahkan merusak lingkungan, untuk memperkecil dampak yang
ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan penanganan yang tepat. Dengan banyaknya
angka kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat
untuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasinya.
Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien halusinasi
diantaranya bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menunjuk
ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium seperti
sedang membau-bauin sesuatu, menutup hidung. Halusinasi benar-benar nyata
dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien
mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata, sama
halnya seperti seseorang yang mendengarkan siaran ramalan cuaca dan tidak
lagi meragukan orang yang berbicara tentang cuaca tersebut.
Ketidakmampuan untuk mempersepsikan stimulus secara riil dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi menjadi prioritas untuk
segera diatasi (Putri, 2017).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah dengan
memberikan tindakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali
halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat
halusinasi muncul. Kemudian dengan melatih klien mengontrol halusinasi
dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu dengan cara menghardik
halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang
terjadwal dan menggunakan obat secara teratur. Terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori,
upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan
perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi
serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini
sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih
pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku maladaptif (Sutinah,
et al, 2020).
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif. Penggunaan kelompok dalam praktik kesehatan jiwa memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihan
kesehatan seseorang. Keuntungan yang dapat diperoleh klien melalui terapi
aktivitas kelompok meliputi dukungan, meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah, meningkatkan hubungan
interpersonal dan juga menggunakan uji realitas pada klien dengan gangguan
orientasi realitas (Keliat & Akemat, 2010).
Menurut Yosep (2007) jumlah minimum anggota terapi aktivitas
kelompok adalah 4 orang dan maksimum 10 orang. Kriteria anggota yang
memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah: sudah punya diagnosis yang
jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat.
2. Komponen TAK
Stuart (2016) menyebutkan delapan komponen yang harus dipenuhi
dalam pembentukan kelompok terapi, antara lain:
a. Struktur
Komponen ini adalah hal yang mendasari kelompok, termasuk
batasan kelompok, komunikasi, dan proses pengambilan keputusan,
hubungan otoritas; menawarkan stabilitas dan membantu mengatur perilaku
serta pola interaksi.
b. Ukuran
Ukuran yang disaranakan untuk sebuah kelompok yang berorientasi
interpersonal adalah 5-6 anggota. Komposisi jumlah anggota yang tepat
akan memberikan kesempatan pada anggota untuk menerima validasi
kesepakatan bersama dan mendengar sudut pandang yang berbeda.
c. Lamanya sesi
Lamanya sesi yang ideal adalah 20-30 menit untuk kelompok fungsi
rendah dan 40-60 menit untuk kelompok dengan fungsi yang tinggi.
d. Komunikasi
Tugas utama pemimpin kelompok adalah mengobservasi dan
menganalisis pola komunikasi dalam kelompok. Elemen komunikasi yang
dapat diamati secara verbal dan nonverbal meliputi:
1) Pengaturan tata ruang dan tempat duduk,
2) Tema umum yang diungkapkan dalam kelompok, seberapa seiring dan
kepada siapa anggota kelompok saling berkomunikasi,
3) Bagaimana anggota saling mendengarkan dalam kelompok,
4) Apa proses pemecahan masalah yang terjadi dalam kelompok, serta
5) Gerakan wajah dan tangan yang dapat menunjukkan konten
emosional.

1. Peran
Ditentukan oleh perilaku dan tanggung jawab yang ditanggung
anggota kelompok. Menurut Benne dan Sheats (dalam Stuart, 2016),
seseorang dapat memerankan tiga jenis peran dalam kelompok: peran
pemeliharaan, peran tugas, dan peran individu. Peran pemeliharaan
melibatkan proses dan fungsi kelompok. Jenis peran ini dipecah lagi menjadi
penyemangat, penyelaras, penyeimbang, penjaga gawang, pengiku, pembuat
araran, dan pemecah masalah dengan fungsi masing-masing. Sementara itu,
peran tugas lebih berbubungan dengan penyelesaian tugas kelompok. Peran
tugas dibagi menjadi pemimpin, penanya, fasilitator, pembuat kesimpulan,
penilai, dan penggagas. Berbeda dengan dua peran sebelumnya, peran
individu tidak terkait dengan tugas atau pemeliharaan kelompok: mereka
dapat berfokus pada diri sendiri dan mengganggu kelompok. Peran individu
ini terbagi menjadi beberapa, antara lain korban, menguasai, perayu, bisau,
berkeluh kesah, bolos atau terlambat, dan bermoral.

2. Kekuatan
Kemampuan anggota untuk mempengaruhi kelompok secara
keseluruhan dan anggota lainnya secara individu. Kekuatan dalam kelompok
dapat diasumsikan berdasarkan sejumlah faktor, termasuk jenis kelamin, usia,
pengalaman sebelumnya, lamanya waktu dalam kelompok, atau keinginan
berbicara dalam kelompok.

3. Norma
Norma adalah standar perilaku dalam kelompok yang mempengaruhi
komunikas perilaku, dikomunikasikan secara terbuka atau tersembunyi.
Norma kelompok dibuat untuk memfasilitasi pencapaian tujuan atau tugas
kelompok, mengontrol konflik interpersonal, menginterpretasi realitassosial,
serta mempererat ketergantungan dalam kelompok.
4. Kohesi
Kohesoi adalah kekuatan keinginan anggota kelompok untuk bekerja
bersama mencapai tujuan bersama. Faktor faktor yang berkontribusi terhadap
tingkat kohesi antara lain kesepakatan anggota pada tujuan kelompok, daya
tarik interpersonal antaranggota, sejauh mana kelompok memenuhi
kebutuhan individu, kesamaan antaranggota kelompok, serta kepuasan
anggota dengan gaya kepemim pinan dalam kelompok.
3. Tahapan perkembangan TAK
Menurut Stuart (2016), setiap kelompok berkembang sesuai dengan
rangkaiantiga tahapan antara pribadi, yaitu:
1. Keterlibatan: berada di dalam atau di luar kelompok,
2. Kontrol: menjadi anggota di level atas atau bawah, serta
3. Pengaruh: menjadi dekat atau jauh

Selain tahapan pribadi, perkembangan kelompok juga tidak bisa lepas dari
fase- fase perkembangan kelompok itu sendiri. Stuart (2016) merumuskanempat
fase perkembangan kelompok sebagai berikut.
1. Fase Prakelompok
Hal pertama dan utama dalam pembentukan kelompok adalah
menentukan tujuan kelompok, baik tujuan primer maupun tujuan sekunder.
Setelah menetapkan tujuan, kelompok harus menunjuk pemimpin dan keahlian
yangdimiliki. Pemimpin akan bertanggung jawab mengurus izin administrasian
menemukan ruang di mana kelompok dapat bertemu. Tanggung jawab lainnya
yang harus dilakukan pemimpin kelompok adalah memilih anggota. Pemimpin
harus memutuskan apakah keanggotaan kelompok akan tertutup atau terbuka
sebelum skrining anggota.
2. Fase Awal
Tahap awal mencakup pertemuan di mana anggota kelompok mulai
menetap bekerja. Fase ini ditandai dengan kecemasan yang diterima dalam
kelompok, pengaturan norma, dan melakukan berbagai peran.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim yang solid. Perasaan positif
dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih jauh
sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,dan penyelesaian masalah yang
kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi, yaitu penghentian kelompok secara keseluruhan
dan pemberhentian individu anggota kelompok.
4. Jenis TAK
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Tujuan dari terapi aktivas
kelompok jenis ini sebagai berikut.

2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori


Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori penderita yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi
fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan
stimulus baik dari internal maupun eksternal. Tujuan terapi ini antara lain:
a) Meningkatkan kemampuan sensori,
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian,
c) Meningkatkan kesegaran jasmani,
d) Mengekspresikan perasaan.

3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas


Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif,
interaksi bebas maupun secara didaktik. Tujuan terapi ini antara lain agar
penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal(fikiran, perasaan,
sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar),
penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan
penderita sesuai realita, penderitamampu
mengenali diri sendiri, serta penderita mampu mengenal orang lain, waktu
dan tempat. Karakteristik klien terapi jenis ini antara lain:
a) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR);
(halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi) yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain.
b) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempatyang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain.
c) Penderita kooperatif,
d) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik,
e) Kondisi fisik dalam keadaan sehat.

5. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi


Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk:
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi memiliki tujuan umum dan tujuan


khusus. Tujuan umum terapi ini adalah meningkatkan hubungan interpersonal
antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal. Sementara, tujuan khususnya antara lain penderita mampu
menyebutkan identitasnya, menyebutkan identitas penderita lain, memberi
respons terhadap penderita lain, mengikuti aturan main, serta penderita mampu
mengemukakan pendapat dan perasaannya. Penderita kurang berminat atautidak
ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan adalah salah satu karakteristik
klien pada terapi ini. Selain itu, karakteristik lainnya adalah penderita sering
berada di tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, penderita dengan
harga diri rendah, penderita gelisah, curiga, takut dan cemas. Klien juga tidak
memiliki inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya dengan
jawaban sesuai pertanyaan, sudah dapat menerima trust,
mau berinteraksi, dan sehatsecara fisik,
6. Manfaat TAK
Menurut Yosep (2007) secara umum terapi aktivitas kelompok bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.Selain itu, terapi ini
juga dapat membentuk sosialisasi, meningkatkankesadaran tentang hubungan
antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif (bertahan terhadap
stres) dan adaptasi, serta membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi
psikologis, seperti kognitif dan afektif.

Selain manfaat secara umum, terapi aktivitas kelompok juga memiliki


manfaat khusus, antara lain meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi
secara konstruktif, meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk
diterapkan sehari-hari, meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, serta meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.

b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal isi halusinasi.
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
D. Sesi yang Digunakan
1. Sesi I : Mengenal halusinasi;
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
E. TAK Stimulus Persepsi
1. Pengertian TAK Stimulus Persepsi
Terapi aktivitas kelompok merupakan upaya untuk memfasilitasi
perawat atau psikoterapis pada beberapa pasien pada waktu yang sama
(Maulana dkk, 2021). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan
terapi kelompok dalampraktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan
kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya
untuk memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien
mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku mal adaptif (Sutinah, et al,
2020).

2. Tujuan TAK Stimulus Persepsi


Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yaitu :
a. Meningkatkan kemampuan sensori
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian,
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Meningktakan mengekspresikan perasaan.
3. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu / 27 September 2023
Jam : 12.00 s/d selesai WIB
Tempat : Ruang Garuda RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi
5. Media dan Alat
a. Bolpoin
b. HP
c. Kertas HVS
6. Setting Tempat

CL L

O P

P P

F F

P P
P
OP

Keterangan gambar:
- L : Leader
- CL : Co leader
- F : Fasilitator
- O : Observer
- P : Pasien
- OP : Operator
7. Pembagian Tugas
Tahap persiapan berupa pembagian tugas dari kelompok terapisyang
terdiriatas leader, co-leader, fasilitator serta observer (Cahyati dkk., 2021).
1) Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku pasien
e. Meminta tanggapan dari pasien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada pasien
g. Menyimpulkan kegiatan
2) Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiatan
d. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3) Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah pasien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
d. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan pasien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4) Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi pasien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi pasien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok

8. Pasien
a. Kriteria Pasien
1) Pasien dengan gangguan stimulasi persepsi (halusinasi, waham,
ilusi)
2) Pasien kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi
3) Pasien dengan gangguan orientasi orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
4) Pasien yang sehat secara fisik
5) Pasien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya
b. Proses Seleksi
1) Identifikasi pasien yang memenuhi kriteria
2) Membuat kontrak dengan pasien
3) Menjelaskan tujuan keg;iatan
4) Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
5) Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas
kelompok
6) Menjelaskan akan bergabung dengan pasien lain dalam kelompok.
9. Susunan Pelaksanaan
1) Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader : Priska Arlinda. P
b. Co Leader : Diah Mita Widiani
c. Fasilitator : Alda Prahtitis Apitya. S
d.Observer 1 : Alfi Putri Pramitasari
e. Observer 2 : Syafira Himairoh
f. Operator : Diana Putri Puspitasari
2) Pasien peserta TAKS sebagai berikut

No. Nama Masalah Keperawatan

10. Antisipasi Masalah


1) Penanganan pada pasien yang tidak aktif ketika aktivitas kelompok
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau pasien yang lain
2) Penanganan jika pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Panggil nama pasien
b. Tanya alasan pasien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan
d. Berikan penjelasan pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan
keperluannya, setelah itu pasien boleh kembali lagi
11. Aktivitas dan Indikasi TAK Stimulus Persepsi
Menurut Keliat & Pawirowiyono (2016), Aktivitas yang dilakukan dalam
lima sesi yang bertujuan untuk melatih pasien untuk mengontrol
gangguan persepsi sensori. Pasien yang diindikasikan mendapatkan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah pasien yang mengalami
gangguan persepsi sensori. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsipada
pasien dengan gangguan persepsi sensori dibagi menjadi lima sesi, antara
lain:
1) Sesi satu : Mengenal gangguan persepsi sensori.
2) Sesi dua : Mengontrol gangguan persepsi sensori dengan menghardik.
3) Sesi tiga: Mengontrol gangguan persepsi sensori dengan melakukan
kegiatan.
4) Sesi empat : Mencegah gangguan persepsi sensori dengan bercakap-
cakap.
5) Sesi lima : Pasien dapat memanfaatkan obat dengan prinsip 12 benar.

12. Evaluasi
a. Evaluasi Sesi I
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulus persepsi, kemampuan pasien yang
diharapkan adalah dapat menceritakan isi halusinasi, waktu terjadunya,
frekuensi, dan responklien saat terjadi halusinasi.

Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori


(Halusinasi)KemampuanPersonal/Halusinasi
No Nama Menyebut Isi Menyebutkan Menyebut Menyebut
Klien Halusinasi Waktu Situasi Perasaan saat
terjadi Halusinasi berhalusinasi
Halusinasi Muncul
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu,
situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klienmampu dan berikan
tanda X jika klien tidak mampu.

3. Dokumentasi:
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Anjurkanklien mengidentifikasi halusinasi yang timbul
danmenyampaikan kepada perawat.
b. Evaluasi Sesi II
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Kemampuan Menghardik Halusinasi
No. Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan untuk
mengatasi
2. Menyebutkan
efektivitas cara yang
digunakan
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4. Memperagakan cara
menghardik
halusinasi
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan, cara
mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi.
Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sensori.
Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan klien
mengguanakannnya jika halusinasi muncul.
c. Evaluasi sesi III
Evaluasi di lakukan saat TAK berlangsung khusunya pada tahap kerja.aspek yang
dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Formulir evaluasi sebagai
berikut:
Sesi III : TAK Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
NO Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan orang
yang diajak bicara
2 Memperagakan
percakapan
3 Menyebutkan tiga
cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Petunjuk:
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2) Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang yang biasa
diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal kegiatan harian,dan
menyebutkan 2 cara mencegah halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika
klien tidsak mampu.
3) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan proses
keperawatan tiap klien.contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi
sesi III. Klien mampu memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan
klien untuk melakukan percakapan kepada klien dan perawat untuk mencegah
halusinasi.
d. Evaluasi sesi IV
1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAKstimulasi persepsi sensori (halusinasi) sesi 3, kemampuan yang
diharapkan adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulmya
haluasinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 TAK Stimulus Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

No Nama Klien
Aspek yang
Dinilasi

1 Menyebutkan
kegiatan yang
biasa
dilakuakan
2 Mempergakan
kegiatan yang
biasa
dilakukan
3 Menyusun
jadwal
kegiatan harian

4 Menyebutkan 2
cara
mengontrol
halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan
kegiatan harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah stau
kegiatan, menyusun jadwal kegiatan harian dan menyebutkan 2
cara mencegah halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda Xjika klien tidsak mampu.
- Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada
catatan proses keperawatan tiap klien.contoh klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi: halusinasi sesi III. Klien mampu memperagakan
kegitan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien untuk
melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi.
e. Evaluasi sesi V
Evaluasi di lakukan saat TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja.aspek yang dinilaiadalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi V: TAK Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah
halusinasi

Menyebutkan
Menyebutkan 5 Menyebutkan
akibat tidak
No Nama Klien benar cara keuntungan
patuhminum
minumobat minumobat
obat
1
2
3
4
5
6
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan
5 benar cara minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat
beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu.
- Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi: halusinasi sesi V. Klien mampu menyebutkan 5
benar minum obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum obat.
Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, P., R. Kustiawan, D. Hartono. 2021. Upaya Meningkatkan Kemampuan


diri Pasien Halusinasi Melalui Terapi Aktivitas Kelompok di Yayasan
Mentari Hati Kota Tasikmalaya. Abdimas Galuh. 3(2): 427-432.
Efendi, Y dan E. Kristian. 2020. Buku Saku Macam - Macam Terapi Keperawatan
Jiwa.Jakarta : Guepedia.

Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam
Kesehatan, 2(2), 29-31.
Putri, V. S. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia di ruang rawat inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174-183.
Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., Sujarwoo, S., Suerni, T., Kandar, K., Maya, A.,
& Nugroho, A. (2020). Peningkatan Kemampuan Pasien dalam
Mengontrol Halusinasi melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi. Jurnal Ners Widya Husada, 5(1), 35- 40.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Sesi 1 : Mengenal Halusinasi

1) Tujuan
a. Pasien mampu mengenal nama – nama mahasiswa keperawatan
b. Pasien mampu mengenal nama – nama pasien lain
2) Setting
a. Terapis dangan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
3) Alat
a. Sound System
b. Smartphone
c. Kertas HVS
4) Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi
5) Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Memilih pasien sesuai dengan indikasi
2) Membuat kontrak dengan pasien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan pasien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal orang.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok,harus minta ijin
kepada terapis
- Lama kegiatan 20-30 menit
- Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Tahap kerja
1) Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing pasien.
2) Terapis meminta masing-masing pasien menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, dan asal.
3) Terapis meminta masing-masing pasien menuliskan nama panggilan di
papan nama yang dibagikan.
4) Terapis meminta masing-masing pasien memperkenalkan diri secara
berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi menyebutkan:
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
5) Terapis menjelaskan langkah berikutnya:
Handpone akan dinyalakan saat musik terdengar, bola kertas dipindahkan
dari satu pasien ke pasien lain. Saat musik dihentikan, pasien yang sedang
memegang bolpoin menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya,
frekuensi, dan respon klien saat terjadi halusinasi.
6) Ulangi langkah 5 sampai semua pasien mendapat giliran.
7) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilanpasien dengan
mengajak pasien bertepuk tangan.
e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
- Terapis menyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
- Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
- Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasidan perasaan jika
halusinasi muncul
3) Kontrak yang akan datang
- Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang,
yaitu“Mengontrol Halusinasi”
- Menyepakati waktu dan tempat
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Sesi 2: Mengontrol Halusinasi

1) Tujuan
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
2) Setting
a. Terapis dan pasien duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan tempat perawatan pasien
3) Metode
a. Diskusi kelompok.
b. Bermain peran
4) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam terapeutik
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Orientasi
1) Leader menanyakan perasaan klien saat ini
2) Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi,waktu,situasi
dan perasaan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan : latihan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik.

2. Menjelaskan aturan main

a. Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus memintaizin kepada


leader lama kegiatan 40-60 menit.
b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
pasien mendapat giliran.
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi pada saat halusinasi muncul.
d. Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu : Tutup mata,
tutup telinga”Pergi, pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
e. Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi.
f. Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
setiap klien memperagakan menghardik halusinasi.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatanharian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu
cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan
orang lain.
2) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulus Persepsi

Sesi 3: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap

A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Spidol dan HVS
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran/stimulasi
E. Langkah Kegiatan
- Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi II
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
- Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis klien
- Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara
yang telah di pelajari{mengardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah}untuk mencegah halusinasi.
c. Kontrak
- Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
- Terapis menjelaskan aturan main berikut
1) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapis.
2) Lama kegiatan 30 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
- Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lainuntuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
b. Terapis meminta tiap tiap klien untuk menyebutkan orang yang biasa dan
bisa diajak bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi itu
muncul”suster ada suara di telinga saya pengen ngobrol sama suster
saja”.
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya.
f. Berikan pujian atas keberhasilan klien.
g. Ulangi e dan f sampai semua klien giliran.
- Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi denganpatuh minum obat
2) Terapis menyepakati waktu dan tempat
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulus Persepsi Sesi 4:
Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan Terjadwal

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran/ simulasi dan latihan
E. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Terapis menyakan keadaan klie saat ini
2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang telah di pelajari
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu terjadinya halusinasi
dengan melakukan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari- hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi
b. Terapis meminta tiap-tiapklien menyampaikan kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari dan tulis di whiteboard
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan.terapis menulis formulir
yang sama di whiteboard
d. Terapis membimbinng satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan,
dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir dan
terapis menggunakan whiteboard
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah di susun.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah
selesai membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrolhalusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulus Persepsi

Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

1. Tujuan
a. Klien memahami pentingnya minum obat
b. Klien memahami kerugian tidak patuh minum obat
c. Klien bisa patuh minum obat
d. Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat
2. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
a. Spidol dan whiteboard/papan tulis
b. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
c. Beberapa contoh obat
4. Metode
a. Diskusi tanya jawab
b. Melengkapi jadwal harian
5. Langkah kegiatan
- Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi IV
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
- Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah di pelajari (mengardik,menyibukkan
diri dengan kegiatan terarah dan bercakap-cakap)
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dan minum obat.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

1. Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin


kepada terapis
2. Lama kegiatan 45 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

- Tahap Kerja.
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang
b. Terapis menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.

c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan


waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard
d. Menjelaskan lima benar minum obat

e. Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat

f. Berikan pujian pada klien yang benar

g. Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di whiteboard)

h. Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (whiteboard)


i. Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian tidak minum obat,yaitu halusinasi kambuh

k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian minum


atau tidak minum obat.
l. Berikan pujian bila benar.

- Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu,
menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap dan minum
obat
3. Kontrak yang akan datang
a. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien.

Anda mungkin juga menyukai