Di Susun Oleh :
Desie 2020.01.14401.008
Diana Safitri 2020.01.14401.009
Dila 2020.01.14401.010
Khofifah Diah Ayu 2020.01.14401.015
Pramesti
Laura Lusiantia 2020.01.14401.017
Listra 2020.01.14401.018
Natasya Kristiya 2020.01.14401.020
Nina Pebriana 2020.01.14401.022
Pepelia 2020.01.14401.023
Ririn 2020.01.14401.024
Sintia Praditha 2020.01.14401.025
Virainita 2020.01.14401.026
Yetri Dea Puspitasari 2020.01.14401.027
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Proposal TAK ini dengan baik.
Proposal TAK yang berjudul ”Stimulasi Sensori ( Halusinasi )” disusun untuk
memenuhi tugas target PBL Mata Kuliah Keperawatan Jiwa di RSJ Menur
Surabaya.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang telah memberikan kami
ijin dalam melakukan praktik keperawatan jiwa.
2. Dosen mata kuliah keperawatan jiwa yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyelesaian proposal TAK ini.
3. Orang Tua Kami tercinta yang selalu memberikan do’a restu dan dukungan
baik moral maupun spiritual dalam proses pembelajaran kami dijurusan
keperawatan.
4. Kepala Ruangan di RSJ Menur Surabaya.
5. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian dan
penyusunan proposal TAK ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan proposal TAK ini kedepannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
A. TOPIK.............................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................5
C. LANDASAN TEORI......................................................................................6
D. KLIEN.............................................................................................................7
E. PENGORGANISASIAN.................................................................................9
F. PROSES PELAKSANAAN...........................................................................12
G. PROSES PELAKSANAAN..........................................................................13
H. DOKUMENTASI..........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu
diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi yang dapat berujung
pada perilaku kekerasan. Terjadinya perilaku kekerasan dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan orang sekitar.
Perilaku kekerasan sering kali memberikan ancaman bagi orang lain, dengan
car menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara
sosial.
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan
keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek
psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi
modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi
yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis. Pengertian TAK
stimulasi persepsi menurut adalah terapi yang bertujuan untuk membantu
klien yang mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam
upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaftif. Pengertian yang lain menurut Budi Anna Keliat dan Akemat
(2005) TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori klien dengan Persepsi Halusinasi?
2. Apa pengertian dari Terapi Aktivitas Kelompok?
3. Apa saja macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok?
4. Apa tujuan Terapi Aktivitas Kelompok?
5. Apa manfaat Terapi Aktivitas Kelompok?
6. Bagaimana tahap-tahap dalam Terapi Aktivitas Kelompok?
7. Bagaimana peran perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok?
8. Bagaimana kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori pasien dengan Persepsi Halusinasi
2. Untuk mengetahui pengertian dari Terapi Aktivitas Kelompok
3. Untuk mengetahuimacam-macam Terapi Aktivitas Kelompok
4. Untuk mengetahui tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
5. Untuk mengetahui manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
6. Untuk mengetahuitahap-tahap dalam Terapi Aktivitas Kelompok
7. Untuk mengetahui peran perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok
8. Untuk mengetahui kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Faktor Presipitasi
Prabowo (2014) menjelaskan faktor-faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi yaitu:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi
stress.
d. Perilaku
Respons pasien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan nyata dan tidak. Damaiyanti, Mukhripah dan
Iskandar (2012) menjelaskan:
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Pasien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut pasien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menjelaskan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian pasien dan tidak jarang akan mengotrol semua
perilaku pasien.
4) Dimensi social
Pasien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, pasien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di
alam nyata sangat membahayakan. Pasien asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman bagi dirinya atau orang lain individu, tindakan
keperawatan pasien dengan mengupayakan suatu proses interkasi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusahakan pasien tidak menyendiri sehingga pasien
selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual pasien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama
sirkardiannya terganggu.
C. Pohon Masalah
D. Rentang Respon
Tujuan :
1) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi
alam sekitar)
2) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
3) Pembicaraan penderita sesuai realita
4) Penderita mampu mengenali diri sendiri
5) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
1) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi,
waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain
2) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain
3) Penderita kooperatif
4) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
5) Kondisi fisik dalam keadaan sehat
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan
social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
1) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
2) Memberi tanggapan terhadap orang lain
3) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
1) Penderita mampu menyebutkan identitasnya
2) Menyebutkan identitas penderita lain
3) Berespon terhadap penderita lain
4) Mengikuti aturan main
5) Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
1) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
2) Penderita sering berada ditempat tidur
3) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
4) Penderita dengan harga diri rendah
5) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
6) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
7) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
e. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
Tujuan :
1) Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
2) Mengekspresikan perasaan
3) Meningkatkan hubungan interpersonal
A. Topik:
1. Mengenal Halusinasi
2. Mengontrol halusinasi dengan menghardik
3. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
4. Mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
B. Tujuan:
1. Klien dapat mengenal halusinasi, klien mengenal waktu terjadi halusinasi,
Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi, klien mengenal situasi
terjadinya halusinasi.
2. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi, klien dapat memahami cara menghardik halusinasi, klien dapat
memperagakan cara menghardik halusinasi.
3. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi, klien dapat bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah halusinasi.
4. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi, klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk
mencegah terjadinya halusinasi
C. Kriteria Klien:
1. Klien halusinasi yang sudah mampu mengontrol rasa marahnya
2. Klien halusinasi yang sudah tenang dan kooperatif
3. Klien halusinasi yang bersedia mengikuti kegiatan terapi aktivitas
D. Uraian Struktur Kelompok :
1. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang
2. Waktu Pelaksanaan
Tempat : Ruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya
Hari/Tanggal : Senin, 07 Januari 2023
Waktu : 09.00 – 09.45 WIB
Alokasi Waktu : 45 menit
a. Pembukaan : 5 menit
b. Pelaksanaan : 35 menit
c. Penutup : 5 menit
3. Pengorganisasian
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati. Sebagai berikut:
a. Leader : Listra
b. Co. Leader : Diana Safitri
c. Fasilitator : 1. Sintia Praditha
2. Yetri Dea Puspitasari
3. Virainita
4. Dila
5. Laura Lusiantia
6. Natasya Kristiya
7. Nina Pebriana
8. Ririn
9. Khofifah Diah Ayu Pramesti
d. Observer : Desie
e. Operator : Pepelia
1) Leader :
Tugas leader:
a) Mengarahkan dan memimpin jalannya TAK.
b) Membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
c) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
d) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
e) Memimpin diskusi kelompok.
2) Fasilitator :
Tugas fasilitator :
a) Ikut serta dalam kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
b) Menyiapkan tempat dan alat.
c) Menjadi motivator
3) Observer :
Tugas observer :
a) Mencatat serta mengamati respon klien.(dicatat pada format yang
tersedia)
b) Mengamati jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.
c) Mengamati peserta drop out.
4) Peserta :
a) Nama :
Riwayat Halusinasi:
Kondisi Saat ini :
Jenis Halusinasi :
b) Nama :
Riwayat Halusinasi:
Kondisi Saat ini :
Jenis Halusinasi :
c) Nama :
Riwayat Halusinasi:
Kondisi Saat ini :
Jenis Halusinasi :
d) Nama :
Riwayat Halusinasi:
Kondisi Saat ini :
Jenis Halusinasi :
e) Nama :
Riwayat Halusinasi :
Kondisi Saat ini :
Jenis Halusinasi :
f) Nama :
Riwayat Halusinasi :
Kondisi Saat Ini :
Jenis Halusinasi :
4. Tata tertib TAK:
a) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
b) Berpakaian rapih dan bersih
c) Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama
kegiatan TAK
d) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta
tersebut diganti peserta cadangan.
e) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
f) Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
g) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih
dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
h) TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 09.00 sampai 09.45
5. Setting tempat
E. Metode:
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Sharing persepsi
F. Antisipasi Masalah:
Program antisipasi masalah merupakan suatu intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul saat
kegiatan dilakukan. Masalah yang mungkin muncul saat kegiatan dilakukan
adalah :
1. Klien tidak mau memulai kegiatan
Intervensi :
a. Mendekati klien
b. Menanyakan mengapa klien tidak mau memulai kegiatan
c. Jelaskan pada klien pentingnya mengikuti kegiatan
d. Mengarahkan untuk mengikuti kegiatan seperti klien yang lain.
2. Klien meninggalkan kegiatan
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
c. Berikan penjelasan pada klien
d. Ajak kembali klien mengikuti kegiatan.
3. Klien lain ingin mengikuti kegiaan
a. Mendekati klien
b. Menanyakan kepada klien mau mengikuti kegiatan
c. Jelaskan pada klien pentingnya mengikuti kegiatan
d. Mengarahkan untuk mengikuti kegiatan seperti klien yang lain.
G. Kriteria Evaluasi:
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, fasilitator, dan observer berperan sebagaimana mestinya
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
d. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
e. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
f. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukandariawalsampaiakhir.
3. Evaluasi Hasil
a. 80 % Klien mampu mengenal penyebab kesal/marah, klien mengenal
tanda-tanda kesal/marah.
b. 80 % Klien mampu menjelaskan cara yang selama ini dilakukan saat
kesal/marah, klien dapat memahami cara mengontrol marah, klien dapat
memperagakan cara mengontrol marah
c. 80 % Klien mampu memahami pentingnya melakukan kegiatan
mengontrol marah secara positif, klien dapat menyusun jadwal kegiatan
untuk mengontrol kesal/marahnya.
d. 80 % Klien mampu memahami pentingnya mengontrol marah dengan
cara fisik (Nafas dalam dan pukul bantal) dan mengontrol marah dengan
cara verbal.
H. Media/Alat:
1. Musik box
2. Papan nama
3. Kertas
I. Langkah-langkah Kegiatan:
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
3 Menyebutkan frekuensi
Halusinasi
2. Menyebutkan efektifitas
Cara
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi dengan
menghardik
4. Memperagakan menghardik
halusinasi
DAFTAR PUSTAKA