Disusun Oleh :
TA 2020/2021
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
(TAK)
Kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai hubungan satu sama lain,
saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari
cyber Nurse, 2009). Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa Di Indonesia Dalam Yosep,
2007).
Manfaat dari terapi aktivitas kelompok secara umum adalah untuk mengembangkan
motivasi klien, melakukan sosialisasi, dan meningkatkan kemampuan realitas melalui
komunikasi dan umpan balik terhadap orang lain (Susana & Sri, 2011). Berikut adalah
beberapa keuntungan melalui terapi aktifitas kelompok ini :
a. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
b. Meningkatkan kemampuan dalam menguji kenyataan
c. Meningkatkan keterampilan mengekspresikan diri
d. Meningkatkan keterampilan sosial untuk diterapkan sehari-hari
e. Meningkatkan empati
f. Meningkatkan pembentukan sosialisasi
g. Meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
h. Membangkitkan motivasi dari segi kognitif dan afektif.
i. Meningkatkan identitas diri.
j. Meningkatkan stimulasi kognitif
k. Meningkatkan stimulasi sensori
l. Meningkatkan realitas
m. Meningkatkan proses menerima umpan balik
n. Mengupayakan seseorang saling bertukar pengalaman
o. Memberikan pengalaman pada anggota lain.
Terapi aktivitas kelompok dilakukan oleh 7-10 orang. Sebelum melakukan terapi
aktivitas kelompok, terdapat beberapa hal yang perludiperhatikan antara lain lingkungan
yang kondusif, rasa aman dan nyaman klien dengan menjaga privasinya, serta dilakukan
pada waktu yang tepat (Direja, 2011). Selanjutnya, terdapat 4 macam terapi aktivitas
kelompok yaitu; TAK stimulasi kognitif atau persepsi, TAKstimulasi sensori, TAK
orientasi realita, dan TAK sosialisasi. Pada LTM ini akan diuraikan mengenai TAK
stimulasi kognitif atau persepsi dan TAK stimulasi sensori. TAK stimulasi kognitif atau
persepsi merupakan terapi yang terfokus kepada pengalaman klien.
Tujuan dari TAK stimulasi kognitif atau persepsi adalah agar pasien mampu untuk
menyelesaikan masalah akibat stimulus yang diberikan kepadanya (Keliat, 2005).
Stimulus tersebut dapat berupa marah, benci, atau pandangan negatif kepada orang lain.
Menurut Keliat & Akemat (2009), stimulasi kognitif diterapkan pada klien dengan
kondisi:
1. Klien dengan Harga Diri Rendah (HDR) menerapkan TAK stimulasi persepi
dengan 2 sesi yaitu mengidentifikasi hal positif pada diri dan melatih hal positif
pada diri.
2. Klien dengan halusinasi terdapat 5 sesi TAK yaitu mengenal halusinasi,
mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan, mencegah halusinasi melalui berbincang dengan orang lain,
dan mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
3. Klien dengan risiko perilaku kekerasan terdapat 5 sesi TAK yaitu mengenal
perilaku kekerasan yang dilakukan, mencegah perilaku kekerasan fisik, mencegah
perilaku kekerasan fisik, mencegah perilaku kekrasan sosial, mencegah perilaku
kekerasan spiritual, dan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumi
obat.
4. Klien dengan defisit perawatan diri mempunyai 5 sesi yaitu mengetahui manfaat
perawatan diri, menjaga kebersihan diri, tata cara makan dan minum, tata cara
eliminasi, dan tata cara berhias.
Klien TAK persepsi / kognitif dilatih kognitif dan persepsinya melalui pelatihan
seperti menonton tv, membaca buku, dan melihat gambar untuk divisualisasikan.
Namun, jika pada tahap memvisualisasikan gambar klien tidak mampu untuk
memberikan tanggapan, maka ajukan klien ke TAK stimulasi sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori terfokus kepada klien dengan gangguan
sensori. Stimulasi sensori bertujuan untuk menstimulasi sensori dan diobservasi
dengan melihat ekspresi perasaan klien nonverbal seperti ekspresi wajah dan gerakan
tubuh (Keliat, 2005). Menurut Keliat& Akemat (2011), terdapat beberapa kondisi
klien yang menggunakan terapi aktivitas kelompok ini antara lain klien isolasi sosial,
menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal.
Bentuk aktivitas pada stimulasi sensori seperti mendengarkan musik, menggambar,
menonton, dan menyesuaikan hobi klien. Macam-macam tahap pada stimulasi sensori
mempunyai evaluasi yang berbeda.
Intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa dapat melalui terapi
aktivitas kelompok. Tujuannya adalah agar klien mampu bersosialisasi, meningkatkan
motivasi, dan mencoba berkomunikasi dengan anggota kelompoknya dengan
memberikan umpan balik. Intervensi melalui metode ini merupakan tanggung jawab
penuh perawat. Sehingga, agar dapat melaksanakan terapi aktivitas kelompok dengan
baik, penting bagi perawat maupun calon perawat untuk mengetahui macam-macam
terapi aktivitas kelompok dan indikasinya.