4. Prinsip dan Rasional tindakan - Penelitian yang telah dilakukan oleh Febriyanti,
(EBP) 2017 menunjukkan bahwa rata-rata saturasi
oksigen sebelum dan sesudah diberikan
oksigenasi nasal prong selama 10 menit pertama
dan 10 menit kedua didapatkan nila Pvalue yang
sama yaitu 0.000 dimana Pvalue < α(0.05) yang
artinya ada pengaruh terapi oksigenasi nasal
prong / nasal kanul terhadap perubahan saturasi
oksigen.
- Apabila oksigen diberikan pada gangguan
jantung, maka oksigen mudah masuk berdifusi
kedalam paru-paru. Pada ACS masalah
utamanya adalah hambatan transport (gannguan
cardiac output atau denyut jantung) maka
pemberian oksigen akan meningkatkan saturasi
oksigen maka hemoglobin mampu membawa
oksigen lebih banyak dibandingkan jika
seseorang tidak diberikan oksigen (Suparmi &
Ignavicius, 2009).
- Penelitian yang dilakukan oleh Thygesen &
Verdy, 2012 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
yang menunjukkan bahwa dengan pemberian
terapi oksigen nasal kanul dapat mengembalikan
saturasi oksigen dari kondisi hipoksia ringan ke
kondisi normal secara bermakna. Penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Budi & Yamin, 2014 bahwa dari 38 responden
yang mendapatkan terapi oksigen binasal kanul
didapatkan sebanyak 32 (84.2%) responden yang
mengalami peningkatan saturasi oksigen dari
hipoksia ringan menjadi normal dan sebanyak 6
(15.8%) responden tetap pada hipoksia ringan.
5. Bahaya dan pencegahannya Penggunaan kanula hidung sebagai alat untuk terapi
oksigen merupakan tindakan yang cukup aman.
mungkinan risiko komplikasi setelah pasien melakukan
terapi oksigen nasal kanul, seperti:
Iritasi kulit.
Komplikasi pada mukosa hidung.
Mengalami hiperoksia, yaitu kadar oksigen di
dalam tubuh terlalu tinggi.
Mengalami hiperkapnia, yaitu ketidaknormalan
tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) di
dalam darah.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu selalu
monitor keadaan klien saat terpasang nasal kanul.