Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Penguji:
dr. Rh Budhi Mulijanto, Sp. KJ

Disusun Oleh :
Ferdy Arif Fadhilah
J510165008

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1

BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.


Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis
baik dari luar individu maupun dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi
penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa ini.
Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa prevalensi masalah
kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah
kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat. Potensi seseorang
mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh
dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku. Maka dari itu gangguan
jiwa dikaji dalam cabang ilmu psikiatrik.1
Psikiatri merupakan cabang dari ilmu kedokteran di mana cara pemeriksaan yang
digunakan untuk menegakkan diagnosa berbeda dengan cara pemeriksaan pada ilmu
kedokteran fisik pada umumnya karena adanya penekanan pada fungsi mental atau
kepribadian tanpa mengacuhkan keadaan kesehatan fisik dalam diri pribadi tersebut, sehingga
diagnosa pada pasien psikiatri berbeda dalam beberapa hal dengan diagnosa dari pasien-
pasien dengan masalah kesehatan fisik. Tidak adanya patokan-patokan eksternal yang sah
dalam diagnosa psikiatri, sedangkan pada kedokteran fisik diagnosa didasarkan pada patokan-
patokan yang sah dan telah disepakati bersama oleh komunitas kedokteran di dunia.2
Tujuan dari pemeriksaan psikiatri adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan oleh pemeriksa untuk menegakkan diagnosis pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan melakukan wawancara terhadap pasien (autoanamnesis) maupun dengan orang lain
yang dekat dengan pasien (alloanamnesia) ataupun dengan observasi terhadap keadaan,
perilaku maupun tingkah lakunya di mana semuanya memberikan makna yang penting dalam
hal penegakan suatu diagnosis. Dengan ditegakkannya suatu diagnosis maka seorang dokter
dapat membuat suatu perkiraan mengenai prognosis suatu penyakit dan tentu saja menentukan
respon dokter tersebut terhadap jenis dan macam pengobatan yang akan diberikan terhadap
suatu pasien.2
Untuk mengobati seorang pasien psikiatri secara efektif maka seorang psikiatri harus
membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan untuk menyusun sebuah diagnosis
yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar mengenai pengaruh-pengaruh genetika,
temperamental, biologi, perkembangan social dan psikologis. Seorang psikiatri juga haruslah
mampu untuk menyampaikan keprihatinan, empati, rasa hormat, dan kemampuan kepada
pasien untuk menciptakan suatu hubungan (raport), kepercayaan yang memungkinkan pasien
untuk berbicara jujur dan akrab. Dengan persiapan diatas maka seorang psikiatri dapat
membuat sebuah wawancara yang baik yang dapat digunakan untuk membuat suatu diagnosis
secara tepat.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pemeriksaan psikiatri merupakan suatu pemeriksaan yang mengkaji gejala-gejala
psikiatri dan riwayat psikiatri yang bertujuan untuk mempermudah dalam penegakan
diagnosis gangguan jiwa serta pemberian terapi yang tepat.
Pemeriksaan psikiatrik terdiri dari 2 bagian :
1. Riwayat (riwayat psikiatrik, medis dan keluarga)
2. Pemeriksaan status mental3
2

B. Riwayat Psikiatrik
Riwayat psikiatik adalah catatan mengenai kehidupan pasien. Riwayat tersebut
merupakan kisah hidup pasien yang diceritakan kepada psikiater dalam bahasa pasien
dari sudut pandangnya sendiri. Riwayat psikiatrik memberikan pemahaman mengenai
sifat hubungan dengan orang terdekat pasien dan mencakup semua orang yang penting
dalam hidupnya. Beberapa format riwayat psikiatrik yang standar dan dapat diterima
telah tersedia :
Tabel 1 Garis besar riwayat psikiatrik
I. Data Identitas
Rangkuman demografik mengenai pasien berdasarkan nama, usia, status
perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, bahasa, etnis, agama. 3
II. Keluhan Utama
Pernyataan pasien mengenai mengapa ia datang atau dibawa untuk
memperoleh bantuan. Penjelasan pasien, tak peduli betapa anehnya atau tidak
relevan harus dicatat menggunakan kata-kata pasien pada bagian keluhan utama. 3
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Gambaran komperhensif dan kronlogis mengenai kejadian yang
mengarahkan ke peristiwa terkini dalam kehidupan pasien. Bagian riwayat ini
mungkin adalah yang paling membantu dalam menegakan diagnosis. 3 Meliputi:
A. Awitan
B. Faktor Pencetus
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Merupakan peralihan antara riwayat penyakit sekarang dengan riwayat
pribadi pasien (anamnesis). Episode penyakit terdahulu baik medis maupun
psikiatrik dijelaskan disini. Pencatatan riwayat medis meliputi episode trauma
kranioserebral, penyakit neurologis, tumor, gangguan epilepsi, mengidap
HIV/AIDS, riwayat kejang, episode kehilangan kesadaran, perubahan pola nyeri
kepala, perubahan penglihatan, episode kebingungan dan disorientasi, riwatan
pengguanaan obat narkotika dan alkohol. 3
A. Awitan
B. Faktor Pencetus
V. Riwayat Keluarga
Pernyataan singkat mengenai adanya penyakit, rawat inap dan tatalaksana
psikiatrik pada anggota keluarga dekat pasien harus di tuliskan pada bagian ini.
Adakah riwayat alkohol atau zat lain atau prilaku antisosial dalam keluarga?
Apakah pasien merasa anggota keluarganya bersifat suportif, acuh atau destruktif?
Apakah makna penyakit pasien bagi keluarga? Bagaimana sikap pasien terhadap
keluarga? 3
VI. Riwayat Pribadi (anamnesis)
Emosi dominan yang berkaitan dengan berbagai periode kehidupan
(contohnya yang menyakitkan, menyebabkan stress, atau menimbulkan konflik)
harus dicatat. 3
A. Pranatal dan perinatal
Meliputi situasi rumah, apakah pasien termasuk anak yang diinginkan,
adakah masalah selama kehamilan/kelahiran, emosi dan fisik ibu saat
melahirkan, masalah kesehatan ibu hamil, penggunaan obat dan alkohol saat
hamil. 3
B. Masa kanak-kanak awal (3 tahun)
Meliputi kebiasaan makan, diberi asi atau susu formula. Perkembangan
awal, berjalan, bicara, tumbuh gigi, bahasa, motorik, pola tidur, ansietas
perpisahan, pengasuh lain. Toilet training, usia, sikap orang tua, perasaan
mengenai hal itu. Gejala masalah prilaku, menghisap jempol, temper tantrum,
3

tik, membenturkan kepala, menggoyangkan badan, teror malam, ketakutan,


mengompol atau BAB, menggigit kuku. Kepribadian anak, pemalu, gelisah,
overaktif, menarik diri, suka belajar, terbuka, minder, atletik atau bersahabat.
Apakah permainan favorit, bermain sendiri atau bersama teman, mimpi atau
fantasi. 3
C. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Meliputi identifikasi gender, hukuman yang diberikan dirumah, dan
orang yang menerapkan disiplin dan mempengaruhi awal hati nurani.
Pengalaman sekolah, hubungan persahabatan, jumlah teman, apakah bisa
bekerjasama, adil, memahami peraturan. Pola prilaku asertif, impulsif, agresif,
pasif, ansietas atau asosial muncul dini dalam hubungan di sekolah.
Kemampuan intelektual dan motorik. 3
D. Masa kanak-kanak akhir (pubertas-remaja)
Meliputi hubungan sosial, sikap terhadap saudara, teman main, jumlah
teman dekat, pemimpin/pengikut, popularitas sosial, aktivitas kelompok, figur
idola, pola agresi, sikap pasif, ansietas, antisosial. Riwayat sekolah,
penyesuaian dengan sekolah, hubungan guru-murid, minat pelajaran, kegiatan
ekstrakulikuler, olahraga, hobi. Motorik dan kognitif, belajar membaca,
intelektual, motorik, disfungsi otak minimal, gangguan belajar. Masalah emosi
dan fisik, mimpi buruk, phobia, masturbasi, mengompol, melarikan diri,
kenakalan remaja, merokok, penggunaan alkohol, atau penggunaan zat lain. 3
E. Masa dewasa
1. Riwayat pekerjaan
Pilihan pekerjaan pasien, adakah konflik dengan pekerjaan, ambisi,
tujuan, perasaan mengenai pekerjaan saat ini, hubungan di tempat kerja,
jumlah pekerjaan, alasan pindah kerja. 3
2. Riwayat hubungan perkawinan
Apakah pasien sudah menikah, berapa kali mengalami pernikahan,
hubungan saat dalam pernikahan. 3
3. Riwayat militer
Apakah pasien pernah menyaksikan pertempuran atau menderita
cedera, alasan pemberhentian, hukuman interdisipliner. 3
4. Riwayat pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelegensi, motivasi, budaya pasien.
Tingkat pendidikan terakhir, kenapa berhenti, nilai saat lulus, mata
pelajaran yang disukai. 3
5. Agama
Apakah sikap keluarga terhadap agama ketat, konflik kedua orang
tua mengenai pendidikan agama anak, kepercayaan yang dianut pasien,
memiliki persekutuan agama yang kuat. 3
6. Aktivitas sosial
Sifat persahabatan, kualitas persahabatan, apa kesamaan sosial,
intelektual, dan fisik yang dimiliki pasien dan teman-temannya? Hubungan
apa yang pasien miliki dengan orang-orang dari jenis kelamin yang sama
dan berbeda? Apakah pasien terasingkan atau asosial, yang mengunjungi
pasien tiap hari, seberapa sering? 3
7. Situasi kehidupan terkini
Deskripsi tempat tinggal, mencakup lingkungan dan rumah. Jumlah
kamar, jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah. Sumber pendapatan
keluarga dan adanya masalah finansial. Jika pasien dirawat siapa yang
merawat anak dirumah. 3
8. Riwayat pelanggaran hukum
4

Apakah pernah ditahan, tuduhan apa, berapa kali pernah ditahan,


berapa lama ditahan, apakah sedang masa hukuman. 3
VII. Riwayat Seksual
Bagaimana pasien belajar tentang seks, apakah pernah mengalami
kekerasan seksual, sikap pasien terhadap seks (pemalu, minder, agresif), kelainan
seksual, apakah memiliki penyakit seksual herpes, AIDS. Apakah khawatir terkena
HIV. 3
VIII. Mimpi dan Fantasi
Bila pasien mengalami mimpi buruk, apakah berulang? Tema sama?
Deskripsi mimpi? Apa fantasi pasien tentang masa depan? Jika pasien bisa
mengalami perubahan dalam hidup, akan jadi seperti apa? Apakah fantasi bisa
dibedakan dari kenyataan? 3
IX. Nilai-nilai
Mencakup nilai moral dan sosial, pekerjaan, uang, permainan, anak-anak,
orang tua, teman, seks, masyarakat, isu budaya.3

C. Status Mental
Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang
mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang
didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara.4
Tabel 2 Status Mental
I. Deskripsi umum
A. Penampilan
Gambaran tentang penampilan pasien dan kesan fisik secara keseluruhan
yang dicerminkan oleh sikap, postur perawakan, pakaian, perawatan diri dan
dandanan. Hal lain yang perlu dinilai adalah apakah tampak sesuai usia, tampak
sehat atau sakit, tenang, bingung, tidak ramah, kekanak-kanakan. 4
B. Perilaku dan aktivitas psikomotor
tingkah laku saat wawancara (terdapatnya tik, stereotipi, mannerisme,
agitasi, melawan, hiper/hipoaktivitas, stupor, ekopraksi, rigiditas). 4
C. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif, bersahabat, penuh perhaatian, tertarik, blak-blakan, seduktif,
defensif, merendahkka, kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu,
menyenangkan, suka mengelak, berhati-hati. 4
II. Gaya Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa.
Bagian ini adalah bagian dari laporan psikiatri yang menggambarkan karakteristik saat
pasien berbicara. Yang dinilai dalam hal bicara ini adalah baik dalam kuantitas maupun
kualitatifnya. Secara kuantitas yang dimaksud adalah dari jumlah pembicaraannya
apakah pasien banyak atau sedikit pembicaraan yang terjadi khususnya pasien,
sedangkan secara kualitas adalah dapat dilihat dari isi bicaranya, apakah memberikan
informasi yang banyak atau sedikit. Disamping itu juga perlu diperhatikan adanya
gangguan dalam berbicara misalnya : disartria, dypsoprody, gagap, gangguan pada
afasia ,dsb. 4
III. Mood dan Afek
A. Mood
Merupakan emosi yang menetap dan telah meresap yang mewarnai persepsi
orang tersebut mengenai dunia. Meliputi depersif, putus asa, mudah tersinggung,
cemas, marah, meluap-luap, euforik, hampa, bersalah, terpesona, sia-sia, rendah
diri, takut, bingung, labil. 4
B. Afek
Merupakan respon emosi pasien yang tersirat dari ekspresi wajah pasien,
5

termasuk jumlah dan kisaran perilaku depresif. Meliputi normal, menyempit,


tumpul, datar. 4
C. Keserasian Afek
Kesesuaian respon emosi pasien mengenai subjek yang sedang pasien
bicarakan. Meliputi serasi atau tidak. 4
IV. Pikiran
Pikiran adalah suatu aliran gagasan, asosiasi dan symbol yang mengarah pada
tujuan, dimulai dari adanya masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang
berorientasi kenyataan serta terjadi dalam urutan yang logis. 4
A. Bentuk
Adanya gangguan dalam hal produktivitas, kontinuitas pikiran dan hendaya
berbahasa. Meliputi Flight of idea, asosiasi longgar, blocking, sirkumtansialitas,
tangensialitas, word salad, neologisme. 4
B. Isi
Terdapatnya preokupasi, waham (kejar, cemburu, somatik, paranoid,
kebesaran, bersalah, nihilistik atau erotik), obsesi, kompulsi, fobia, rencana, niat,
ide (ide rujukan, ide pengaruh), gejala hipokonfriakal dan kecenderungan
antisossial tertentu. 4
V. Persepsi
Daya mengenal kualitas, hubungan serta perbedaan suatu benda, melalui proses
mengamati, mengetahui dan mengartikan. Meliputi halusinasi (auditotik, visual,
olfaktorik, taktil), ilusi (objek berubah bentuk lain), depersonalisasi perasaan terlepas
yang ekstrim dari dirinya), derealisasi (perasaan terlepas yang ekstrim dari
lingkungannya). 4
VI. Sensorium dan Kognisi
A. Kesadaran
Kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif (subjektif) merupakan kesadaran akan
pengalaman dirinya menyangkut gangguan ketidakselarasan dimana pengalaman
menunjukan bahwa dirinya dan lingkungan benar-benar ada atau nyata dan menjadi
terganggu. Misal derealisasi, depersonalisasi, de javu, amnesia, kepribadian ganda,
gangguan proses pikir, gangguan impuls. Kuantitatif merupakan kesadaran yang
diperiksa, diamati dan diawasi (GCS).5
B. Orientasi
Orientasi adalah kemampuan pasien untuk mengenali dirinya dan keadaan
sekitarnya. Meliputi orientasi waktu(yaitu kemampuan pasien untuk mengenal
waktu sekarang ini), orientasi terhadap oran z(yaitu kemampuan pasien untuk
mengenali orang-orang yang ada disekitarnya), orientasi tempat (Yaitu kemampuan
pasien untuk mengenali tempat keberadaan pasien). 4
C. Konsentrasi
Pengurangan kelipatan 7 dari angka 100 secara serial adalah tugas sederhana
yang memerlukan konsentrasi penuh dan kognisi. Jika tidak mampu pengurangan
kelipatan 3. Perhatian diperiksa dengan cara berhitung atau meminta pasien untuk
mengeja kata dunia (kata lain) secara terbalik. Pasien juga dapat diminta
menyebutkan 5 benda yang dimulai dengan huruf tertentu. 4
D. Ingatan
Meliputi Daya ingat segera (meminta pasien untuk mengulangi enam angka
maju dan selanjutnya mundur), daya ingat jangka pendek (bertanya pada pasien
tentang bagaimana nafsu makan, bertanya pada pasien apa yang mereka makan
sabagai sarapan atau makan malam pada kemarin malam), Daya ingat jangka
menengah (mengingat berita penting beberapa bulan terakhir). Daya ingat jangka
jauh (bertanya tentang informasi masa kanak-kanak pasien). 4
E. Dasar pengetahuan (Intelegensi)
6

Disini dinilai antara lain daya ingat pasien, pengetahuan pasien, gambaran
dia berpikir abstrak serta bagaimana kemampuan dia dalam menolong dirinya
sendiri. Disini seorang psikiatri dapat melakukan tes dengan cara memberikan
pertanyaan yang sederhana dan biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
pasien. Dapat juga dilakukan tes IQ dengan bantuan psikiatri bila kita curigai
adanya gangguan pada perkembangan mental pada pasien tersebut. 4
F. Penalaran abstrak
Kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Dapatkah pasien
menjelaskan persamaan apel dengan pir? (bisa persamaan lain), dapatkah
memahami suatu peribahasa. 4
VII. Impulsivitas
Apakah pasien mampu mengendalikan impuls seks, agresi dan impuls lainnya?
Ini penting untuk memastikan kesadaran pasien akan perilaku sosial yang pantas dan
merupakan ukuran potensi bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain. 4
VIII. Tilikan
Derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit.
- tilikan derajat 1 menyangkal bahwa dirinya sakit
- tilikan derajat 2 Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat yang
bersamaan.
- tilikan derajat 3 menyalahkan orang lain/faktor eksternal sebagai penyebab
sakitnya
- tilikan derajat 4 sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
dalam dirinya
- tilikan derajat 5 sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan dalam
mengatasinya (tilikan intelektual)
- tilikan derajat 6 sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya sampai
kesembuhannya (tilikan emosional sejati) 4
IX. Daya Nilai
Selama berlangsungnya pencatatan riwayat, psikiater harus mampu mengkaji
aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial. Apakah pasien memahami
kemungkinan akibat perilakunya? Apa yang dilakukan ketika ia mencium asap dalam
suatu gedung bioskop? 4
X. Reabilitas
Bagian ini merupakan penilaian dokter terhadap pada kebenaran dan kejujuran
pasien (dapat dipercaya/tidak dapat dipercaya). 4

BAB III
PENUTUP

Pemeriksaan psikiatri merupakan suatu pemeriksaan yang mengkaji gejala-gejala


psikiatri dan riwayat psikiatri yang bertujuan untuk mempermudah dalam penegakan
diagnosis gangguan jiwa serta pemberian terapi yang tepat. Dapat dilakukan dengan cara
anamnesi langsung kepada pasien (autoanamnesis) maupun dengan orang lain yang dekat
dengan pasien (alloanamnesia) ataupun dengan observasi terhadap keadaan, perilaku maupun
tingkah lakunya. Hal tersebut beguna untuk menegakan diagnosis, perkiraan mengenai
prognosis suatu penyakit dan jenis pengobatan apa yang akan diputuskan seorang dokter
terhadap penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi AM., Wulan AJ. 2016. Skizofrenia Paranoid Remisi Parsial Pada Laki-Laki Usia
51Tahun. J Medula UNILA. 5(1):1-5
2. Snyderman D., Rovner BW. 2009. Mental Status Examination in Primary Care: A
review. American Family Physician. 80 (8):809-14
3. Sadock B., Sadock V. 2014. Kaplan &Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta: EGC
4. Kaplan H., Sadock B., Grebb J. 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara
5. Nuhriawangsa I. 2004. Symptomatologi Psikiatri. Surakarta: Badan Penerbit Buku FK
UNS

Anda mungkin juga menyukai