Anda di halaman 1dari 70

Sekilas Tentang Psikiatri

Definisi sehat menurut WHO:


Sehat : mencakup kesehatan Jasmani, Kejiwaan dan Sosial, dan yang menjadi
tujuan pengobatan bukan sekedar penyembuhan atau mengurangi gejala/penyakit,
namun meningkatkan kualitas hidup seoptimal mungkin.

Definisi Kesehatan Jiwa:


Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang merasa sehat dan bahagia, mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Definisi Psikiatri
Psikiatri: cabang spesialistik ilmu kedokteran yang mengkhususkan pedalaman
aspek patogenesis, diagnosis, terapi, rehabilitasi, pencegahan gangguan jiwa, dan
peningkatan kesehatan jiwa.

Manfaat:
Manfaat mempelajari psikiatri:
Dokter dapat memahami dan menguasai bidang kompetensinya serta dapat
menguasai berbagai dasar prinsip psikiatri klinis, sehingga dapat memanfaatkan
pengetahuan psikiatri/ kejiwaan dalam pengalaman ilmu kedokteran secara utuh.
Bukan sekedar mengobati penyakit, namun juga memperhitungkan dampak dalam
segala aspek manusianya dalam mengusahakan kualitas hidup pasien yang lebih
baik.

Gangguan Jiwa
Konsep gangguan jiwa:
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
Sindrom atau pola perilaku
Sindrom atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), antara lain
berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ
tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability) dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, dll).

Riwayat
Pemeriksaan psikiatri
(Riwayat psikiatri, medis dan keluarga)

Pemeriksaan

(Pemeriksaan psikiatri dan status mental)


RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri: catatan mengenai kehidupan pasien. Catatan ini berisi riwayat
penyakit, riwayat gangguan jiwa, riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk
memahami siapa pasien sebenarnya, dari mana ia berasal, dan akan ke arah mana
pasien di masa depan.
Riwayat psikiatri dapat diperoleh dari pasien sendiri maupun dari sumber lain
(orang tua, pasangan).

Garis Besar Riwayat Psikiatri


1. Data pribadi / Identitas
2. Keluhan Utama
Marah-marah tanpa sebab Sulit tidur
Ketakutan Bicara sendiri
Melihat sesuatu yang tidak Merusak barang
dapat dilihat Gelisah
Mendengar suara-suara Percobaan bunuh diri
3. Riwayat gangguan sekarang
a. Anamnesis
Kronologi hingga dibawa ke RS
Awitan dan pencetus
Gejala awal
Riwayat pengobatan dan keteraturan minum obat
Riwayat perawatan di bangsal jiwa
Pencetus saat ini apakah sama dengan sebelumnya
Gejala saat ini apakah sama dengan sebelumnya
b. Heteroanamnesis
4. Riwayat penyakit terdahulu
a. Psikiatrik (onset berapa lama, kapan pertama kali masuk, berapa lama
dirawat)
b. Medis
c. Riwayat penggunaan alkohol atau zat lain.
5. Riwayat keluarga (family tree)
6. Riwayat pribadi
a. Pranatal dan perinatal
Apakah anak yang diinginkan
Riwayat persalinan (riwayat asfiksia, siapa yang menolong
persalinan)
b. Masa kanak-kanak awal ( sampai usia 3 tahun)
Pola asuh
Riwayat ASI
Adanya delayed perkembangan
c. Masa kana-kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)
Saat di sekolah seperti apa
Nilai akademik
d. Masa kanak-kanak akhir ( pubertas hingga remaja)
e. Masa dewasa.
1. Riwayat pekerjaan
2. Riwayat hubungan dan perkawinan
3. Riwayat militer
4. Riwayat pendidikan
5. Agama
6. Aktivitas sosial
7. Situasi kehidupan terkini
8. Riwayat pelanggaran hukum
f. Riwayat seksual
g. Mimpi dan fantasi
h. Nilai-nilai

Anamnesa Psikiatri
Autoanamnesis : Wawancara terhadap pasien sendiri
Heteroanamnesis : Wawancara terhadap keluarga dekat pasien

Data Pribadi
Mencakup nama, alamat, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, bahasa, suku bangsa, agama dan data lainnya. Informasi tempat dan
situasi saat wawancara dilakukan.

Keluhan Utama
Tanyakan mengapa pasien datang ke dokter (biarkan pasien bercerita dalam bahasa
pasien sendiri), bila informasi berasal dari orang lain, catat siapa yang
memberikannya.

Riwayat Gangguan Sekarang


Mencakup latar belakang kronologi dan perkembangan gejala atau perubahan
perilaku yang memuncak saat pasien mencari bantuan; situasi kehidupan pasien
saat awitan; kepribadian dalam keadaan normal; bagaimana penyakit
mempengaruhi aktivitas hidup dan hubungan pribadi, dll.
Penting ditanyakan mengenai awitan dan faktor apa saja yang mencetuskan
timbulnya penyakit.

Riwayat Keluarga
Penting dicatat: riwayat penyakit, rawat inap, tata laksana psikiatri pada anggota
keluarga dekat pasien; deskripsi kepribadian anggota keluarga yang tinggal
serumah; peran tiap anggota keluarga dalam pembentukan karakter pasien serta
hubungan orang tersebut dengan pasien saat ini; dll.

Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal: Lama kehamilan, proses kelahiran, trauma lahir, cacat
lahir, apakah kehamilan / kelahiran diingankan oleh orang tua.
b. Masa kanak awal: kebiasaan pemberian makan, perkembangan awal, toilet
training, masalah perilaku, kepribadian dan tempramen anak, mimpi atau fantasi.
c. Masa kanak pertengahan: riwayat awal bersekolah, penyesuaian diri, identifikasi
gender, perkembangan hati nurani, hukuman, hubungan sosial, sikap terhadap
saudara dan teman bermain.
d. Masa kanak akhir: hubungan sebaya, riwayat sekolah, perkembangan motorik
dan kognitif, masalah fisik dan emosional remaja, riwayat psikoseksual
(pengetahuan seks, sex abuse, pubertas, sikap terhadap sesama dan lawan jenis).
e. Masa dewasa:
Riwayat pekerjaan: jenis pekerjaan, konflik, ambisi, sikap terhadap rekan
kerja dan atasan, riwayat pekerjaan.
Riwayat perkawinan: lamanya, konflik, percekcokan, harapan terhadap
pasangan, aspek positif dan negatif dari perkawinan, dll.
Riwayat militer: kemampuan adaptasi, disiplin, cedera (jika ada)
Riwayat pendidikan: tingkat pendidikan, dll.
Agama: latar belakang agama, pendidikan, sikap terhadap agama dan agama
lain, pandangan agamanya terhadap gangguan jiwa, bunuh diri, moral
keagamaan.
Aktivitas sosial: hubungan sosial, dll.
Situasi kehidupan sekarang: rumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal
serumah, sumber keuangan, siapa yang menjaga anak, dll.
Riwayat hukum: ada riwayat tindak kejahatan / kekerasan, dll.
Riwayat seksual: awal pengetahuan tentang seks, sikap orang tua, riwayat
pelecehan seksual seks, awitan pubertas, masturbasi, sikap terhadap seks,
orientasi seksual, hubungan seks diluar nikah.
Mimpi, fantasi, dan nilai-nilai: tanyakan kepada pasien tentang mimpi buruk
berulang, fantasi, khayalan tentang masa depan, nilai pribadi terhadap moral

Ingat!!!
Anamnesis tidak pernah dapat dianggap selesai dan selalu harus dibiarkan terbuka
untuk menampung data-data tambahan yang sewaktu-sewaktu akan terungkap.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang
mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan
yang didapatkan dari pasien saat dilakukan wawancara.
Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampilan pasien, cara bicara,
tindakan, dan pikiran selama wawancara. Bahkan bila pasien membisu, inkoheren,
atau menolak menjawab pertanyaan, dokter dapat memperoleh segudang informasi
berdasarkan pengamatan yang cermat.
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
c. Sikap terhadap pemeriksa
2. Mood dan Afek
a. Mood
b. Afek
c. keserasian
3. Pembicaraan
4. Persepsi
5. Pikiran
a. Proses dan bentuk pikir
b. Isi pikir
6. Sensorium dan kognisi
a. Kesadaran
b. Orientasi dan daya ingat
c. Konsentrasi dan perhatian
d. Kemampuan membaca dan menulis
e. Kemampuan visuopasial
f. Pikiran abstrak
g. Intelegensi dan kemampuan informasi
h. Bakat kreatif
i. Kemampuan menolong diri sendiri
7. Pengedalian impuls
8. Daya nilai dan tilikan
9. Taraf dapat dipercaya

Deskripsi umum
Penampilan : kesan keseluruhan terhadap pasien yang direfleksi dari postur,
sikap, cara berpakaian, dan berdandan. Biasanya digambarkan dengan: tampak
sehat, tampak sakit, tampak tenang, tampak lebih tua/muda dari umurnya, tidak
rapi, dll.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : mengamati aktivitas pasien seperti adanya
tics, kejang, gerak-gerik, gelisah, rigiditas, dll.
Sikap terhadap pemeriksaan : koperatif, bersahabat, defensif, seduktif,
bercanda, menyenangkan, mengelak, berhati-hati.
Mood & Afek
Mood : suasana alam perasaan pasien yang bersifat pervasif dan menetap dalam
jangka waktu yang lama dan subjektif.
Afek : responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari ekspresi wajah
pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat
dideskripsikan sebagai normal, menyempit, tumpul, atau datar.
Keserasian afek : keserasian respon emosi pasien mengenai subjek yang sedang
pasien bicarakan.

Pembicaraan
Karakteristik fisik gaya bicara: kuantitas, laju produksi, dan kualitasnya.
Pasien digambarkan sebagai banyak bicara, cerewet, fasih, pendiam, spontan /
tidak santun, atau berespon normal terhadap petunjuk pewawancara. Gaya
bicara dapat cepat, lambat, tertekan, tertahan, emosional, dramatis, menoton,
keras, terputus-putus, atau bergumam

Persepsi
Apakag ada gangguan persepsi berupa halusinasi / ilusi?
Jenis halusinasi yang dialami pasien: visual, olfaktorik, auditorik, atau taktil.
Beberapa contoh petanyaan wawancara: apakah anda mendengar suara yang
tidak dapat dilihat oleh orang lain? Apakah anda dapat melihat pemandangan
yang tidak dapat dilihat oleh orang lain?
Tanyakan isi ilusi/halusinasi.

Pikiran
Apakah terdapat gangguan proses pikir dan gangguan isi pikir?
Gangguan proses pikir: ide sangat banyak/ miskin ide; flight of ideas; asosiasi
longgar; neologisme; dll.
Apakah terdapat gangguan isi pikir berupa preokupasi, waham, obsesi
kompulsi.
Obsesi: apakah anda memiliki ide yang mengganggu dan berulang?
Kompulsi: adakah hal tertentu yang anda kerjakan berulang-ulang? adakah
hal yang anda kerjakan sesuai urutan tertentu?
Waham kejar: apakah anda merasa diikuti, atau merasa ada orang yang akan
mencelakakan anda?
Waham Kebesaran: apakah anda memiliki kekuatan atau kemampuan
khusus?

Sensorium dan Kognisi


Kesadaran: ada gangguan kesadaran? (kesadaran berkabut, delirium, letargi,
apati, somnolen, stupor, sopor, koma, dll)
Orientasi dan memori: apakah terdapat gangguan orientasi (waktu/ tempat/
orang) atau gangguan memori (memori jangka panjang, menengah, atau
singkat).
Cara menilai gangguan orientasi: tanyakan kepada pasien dimanakah ia berada,
minta ia menyebutkan tanggal, waktu dan hari. Tanyakan juga nama-nama
orang disekitarnya dan apa relasinya dengan orang tersebut.
Cara menilai daya ingat: tanyakan apa yang dimakan saat sarapan/ makan
malam kemarin (menilai daya ingat jangka pendek); recall memori dengan
meminta pasien menghitung urutan 6 angka berturut-turut kedepan dan
sebaliknya (menilai daya ingat segera); menanyakan informasi tentang masa
kecil pasien (menilai daya ingat jangka panjang)
Konsentrasi dan perhatian: apakah konsentrasi pasien terganggu? (dinilai
dengan cara meminta pasien melakukn pengurangan kelipatan 7 dari angka 100
secara serial); apakah perhatian pasien terganggu? (dinilai dengan cara
meminta pasien mengeja kata DUNIA secara terbalik atau diminta
menyebutkan lima nama benda yang dimulai dari huruf tertentu).
Kemampuan membaca dan menulis: pasien diminta membaca suatu kalimat
dan melakukan yang diperintahkan dalam tulisan tersebut serta pasien diminta
menulis suatu kalimat sederhana.
Contoh : pasien diminta menulis kalimat Pejamkan mata anda dan
melaksanakan perintah yang dibaca.
Kemampan visuospasial: pasien diminta menyalin suatu gambar misalnya
segilima bertumpuk

Pikiran abstrak: menilai kemampuan untuk menangani konsep-konsep,


misalnya meminta pasien menyebutkan kesamaan bola dan apel.
Informasi dan intelegensi: intelegensi berhubungan dengan kosakata dan
pengetahuan umum yang dimilikinya.
Bakat kreatif
Kemampuan menolong diri sendiri

Pengendalian Impuls
Dinilai kemampuan pasien mengontrol impuls seksual, agresi, dan impuls lainnya.
Penilaian ini bertujuan untuk menilai apakah pasien berpotensi membahayakan diri
sendiri dan orang lain.
Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi mengenai riwayat pasien
dan perilaku yang diamati selama wawancara.
Daya nilai dan tilikan
Daya nilai: apakah pasien memahami akibat dari perbuatan yang
dilakukannya dan nilai apakah pasien dapat meramalkan apa yang akan
dilakukannya dalam suatu situasi imajiner, misalnya apa yang akan pasien
lakukan ketika ia mencium asap dalam bioskop yang penuh sesak.
Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya

Taraf dapat dipercaya


Menilai sejuah mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan pasien untuk
melaporkan keadaannya secara akurat/ jujur.

PROSES DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA


Anamnesis : Data pribadi, keluhan utama, riwayat gangguan sekarang (Awitan &
faktor presipitasi), riwayat penyakit sebelumnya (Psikiatrik, medik dan penggunaan
zat) dan riwayat hidup.
Pemeriksaan : Fisik-diagnostik, status mental, laboratorium dan radiologi,
evaluasi psikologi dan lain-lain.
Diagnosis Menggunakan evaluasi multi axial :
I. AXIS I : Gangguan Klinis (Diagnosis Psikiatrik)
II. AXIS II : Gangguan kepribadian/retardasi mental
III. AXIS III : Kondisi medik umum
IV. AXIS IV : Masalah psikososial dan/atau lingkungan
V. AXIS V : Global Assesment Function (GAF)
Terapi : Farmakoterapi, psikoterapi, terapi sosial, terapi okupasional, dan lain-lain.
Tindak Lanjut : Evaluasi terapi, evaluasi diagnosis dan lain-lain

TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRI


Tanda : Pengamatan dan temuan objektif yang diperoleh dokter. Misalnya afek
menyempit atau retardasi psikomotor pada pasien.
Gejala : Pengalaman subjektif yang dideskripsikan oleh pasien, seringkai
diungkapkan sebagai keluhan utama, contoh : Mood depresif.
I. KESADARAN DAN KOGNISI
a) Kesadaran
I. Compos Mentis : Suatu derajat optimal dari kesigapan mental
individu dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam
dirinya. Individu mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan
lingkungannya serta bereaksi secara memadai.
II. Apatis : Individu berespin lambat terhadap stimulus dari luar. Orang
dengan kesadaran apatis tampak tak acuh terhadap situasi di
sekitarnya.
III. Somnolen : Suatu keadaan kesadaran yang menurun yang
cenderung tidur. Orang dengan kesadaran somnolen tampak selalu
mengantuk dan bereaksi lambat terhadap stimulus luar.
IV. Sopor : Derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan
kesadaran sopor nyaris tidak berespon terhadap stimulus dari luar,
atau hanya memberikan respon yang minimal terhadap
perangsangan kuat.
V. Koma : Suatu derajat penurunan kesadaran paling berat. Individu
dalam keadaan koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsang dari
luar, meskipun sekuat apapun perangsangan yang diberikan
kepadanya.
VI. Kesadaran Berkabut : Suatu perubahan kualitas kesadaran yakni
individu tidak mampu berpikir jernih dan berespon secara memadai
terhadap situasi di sekitarnya. Seringkali individu tampak bingung,
sulit memusatkan perhatian dan mengalami disorientasi.
VII. Delirium : Suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai
gangguan fungsi kognitif yang luas. Perilaku individu dalam
keadaan delirium dapat sangat berfluktuasi, yaitu suatu saat terlihat
gaduh gelisah, lain waktu nampak apatis. Keadaan delirium sering
disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi. Biasanya
orang dengan delirium akan sulit untuk mengarahkan, memusatkan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
b) Kognisi: Kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai
benda/keadaan/situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran
dan kapasitas intelejensi seseorang. Yang termaksud dalam fungsi kognisi
adalah : Memori/Daya ingat, konsentrasi/perhatian, orintasi, kemampuan
berbahasa, berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf
kecerdasan.
I. Memori/daya ingat: Proses pengelolaan informasi meliputi
perekaman penyimpanan dan pemanggilan kembali. Beberapa
contoh gangguan memori adalah:
i. Amnesia Retrograd: Hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian.
ii. Amnesia Anterograd: Hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian
iii. Paramnesia (Ingatan palsu) yang terbagi menjadi:
Konfabulasi (Ingatan palsu untuk mengisi kekosongan
memori, deja vu (Ingatan palsu terhadap pengalam baru),
jamais vu (Merasa asing terhadap situasi yang justru sudah
pernah dialaminya), hiperamnesia dan screen memory
(Dengan sadar menutupi ingatan traumatis dengan ingatan
lain yang lebih mudah ditolerir).
II. Konsentrasi/perhatian: Usaha untuk mengarahkan aktivitas
mental pada pengalaman tertentu. Beberapa contoh gangguan
perhatian/konsentrasi adalah:
i. Distraktibilitas: Ketidakmampuan individu untuk
memusatkan dan mempertahankan perhatian.
ii. Inatensi selektif: Ketidakmampuan memusatkan perhatian
pada obyek atau situasi tertentu, biasanya situasi yang
membangkitkan kecemasan.
iii. Hypervigilance (Kewaspadaan berlebih): Pemusatan
perhatian yang berlebihan terhadap stiumulus eksternal dan
internal sehingga penderita tampak tegang.
III. Orientasi: Kemampuan individu untuk mengenali obye atau situasi
sebagaimana mestinya. Beberapa contoh orientasi adalah orientasi
personal, orientasi ruang/spatial, orientasi waktu. Emosi : Suasana
alam perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks,
melibatkan pikiran, persepsi dan perilaku individu. Emosi
dibedakan menjadi mood dan afek.
II. EMOSI
Emosi : Suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks,
melibatkan pikiran, persepsi dan perolaku individu. Emosi dibedakan menjadi
mood dan afek.
a) Mood : Suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya (Bersifat subjektif).
Beberapa contoh mood adalah:
I. Mood eutimia : Suasana perasaan dalam rentang normal, yakni
individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi
dengan irama hidupnya.
II. Mood hipertimia : Suasana perasaan yang secara pervasif
memperlihatkan semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap
berbagai aktivitas kehidupan.
III. Mood euforia : Suasana perasaan yang gembira berlebihan.
IV. Mood hipotimia : Suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai
dengan kesedihan dan kemurungan.
V. Mood disforia : Suasana perasaan yang tidak menyenangkan,
seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel atau bosan.
VI. Mood ekstasia : Suasana perasaan yang diwarnai dengan
kegairahan yang meluap-luap, sering terjadi pada pengguna zat
psikostimulansia.
VII. Aleksitimia : Kondisi ketidakmampuan individu untuk menghayati
suasana perasaannya.
VIII. Anhedonia : Suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan
minat dan kesenangan terhadap berbagai aktifivitas kehidupan.
IX. Mood kosong : Emosi yang sangat dangkal, tidak atau sangat sedikit
memiliki penghayatan suasana perasaan.
X. Mood labil : Suasana perasaan yang berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Penggantian perasaan dari sedih, cemas, marah dan eforia,
muncul bergantian dan tidak terduga.
XI. Mood irritable : Suasana perasaan yang sensitif, mudah
tersinggung, mudah mara, dan seringkali bereaksi
berlebihanterhadap situasi yang tidak disenanginya.
XII. Mania : Keadaan mood yang ditandai dengan elasi (Perasaan
gembira, euforia, kemenangan, kepuasan diri, optimisme, agitasi,
hiperaktivitas, hiperseksualitas, serta percepatan berpikir dan
berbicara).
XIII. Hipomania : Abnormalitas mood yang ditandai dengan ciri
kualitatif mania namun kurang intens.
b) Afek : Respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah, pembicaraan, sikap dan gerak-gerik tubuh pasien.
I. Afek luas : Afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang
luas dengan sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah,
irama suara, maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang
dihayatinya.
II. Afek menyepit : Suasana ekspresi emosi yang terbatas. Intensitas
dan keluasan dari ekspresi emosinya yang berkurang, yang dapat
dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.
III. Afek menumpul : Gangguan afek yang bermanifestasi sebagai
penurunan tonus perasaan yang diungkapkan.
IV. Afek mendatar : Suatu hendaya afektif berat yang lebih para
daripada afek tumpul. Pada keadaan ini, individu kehilangan
kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata
kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan-gerakan sangat minimal
dan irama suara datar seperti robot.
V. Afek serasi : Kondisi ketika nada emosi selaras dengan ide, pikiran,
atau gaya bicara yang menyertai.
VI. Afek tidak serasi : Ketidaksesuaian antara nada persaan emosional
dengan ide pikiran atau gaya bicara yang menyertai, contoh :
Seseorang yang menceritakan suasana dukacita dengan wajah riang
gembira.
VII. Afek labil : Perubahan irama perasaan yang cepat dan mendadak,
yang tidak disebabkan oleh stimulus eksternal.
III. Perilaku motorik
Perilaku Motorik: Ekspresi perilaku individu yang terwujud dalam ragam
aktivitas motorik. Berbagai gangguan perilaku motorik yang lazim dijumpai dalam
praktik psikiatri:
a) Ekopraksia : Peniruan gerakan seseorang oleh orang lain secara patologis.
b) Stereotipi : Pola tindakan fisik/berbicara yang tetap dan berulang.
c) Otomatisme : Tindakan yang dilakukan secara otomatis yang biasanya
melambangkan aktivitas simbolik dibawah sadar.
d) Katatonia dan abnormalitas postur : Biasanya ditemukan pada
schizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit otak misalnyan
encephalitis.
I. Katalepsi : Posisi tidak bergerak yang dipertahankan secara
konstan.
II. Eksitasi katatonik : Aktivitas motorik yang tidak bertujuan dan
teragitasi, tidak dipengaruhi stimulus eksternal.
III. Stupor katatonik : Aktivitas motorik yang melambat secara nyata,
seringkali hingga mencapai suatu titik imobilitas dan tampak tak
sadar akan sekitar.
IV. Postur katatonik : Mempertahankan suatu postur aneh dan tidak
pada tempatnya secara volunter, biasanya dipertahankan dalam
waktu lama.
V. Fleksibilitas serea : Keadaan seseorang yang dapat dibentuk
menjadi posisi tertentu, kemudian dipertahankan.
VI. Akinesia : Tidak ada pergerakan fisik.
IV. PROSES PIKIR
a) Asosiasi longgar : Gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari
satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan sama sekali, dalam
bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia.
b) Inkoherensia : Pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran
atau kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa
tertentu hasil disorganisasi pikir.
c) Flight of ideas/lompat gagasan : Pikiran yang sangat cepat, verbalisasi
berlanjut atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang
konstan dari satu ide ke ide lainnya. Ide biasanya berhubungan dan dalam
bentuk yang tidak parah, pendengar dapat mengikuti jalan pikirnya.
d) Sirkumstansial: Pembicaraan yang berputar-putar namun seringkali
mencapai poin yang ingin disampaikan (Meskipun lambat).
e) Tangensial: Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung
(Biasanya tidak mencapai poin yang diharapkan)
V. ISI PIKIR
Pada gangguan isi pikir, yang terganggu adalah buah pikiran atau keyakinan
seseorang, dan bukan cara penyampaiannya. Dapat berupa miskin isi pikir, waham,
obses, fobia, dan lain-lain.
Miskin isi pikir : Pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi dikarenakan
ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
Waham/ Delusi
Suatu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru, tidak konsisten dengan intelegensia dan latar belakang
budayapasien, dan tidak bias diubah lewat penalaran atau dengan jalan penyajian
fakta
Beberapa jenis waham:
1. Waham Bizzare
Keyakinan yang keliru, mustahil, dan aneh. Contoh: makhluk luar
angkasa menanamkan elektroda di otak manusia.
2. Waham Sistematik
Keyakinan yang keliru atau keyakinan yang tergabung dalam satu
tema atau kejadian.
3. Waham Nihilistik
Perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak
ada atau menuju kiamat.
4. Waham Paranoid
Terdiri atas:
a. Waham Kebesaran
Keyakinan atau kepercayaan biasanya bersifat prikotik
bahwa dirinya adalah orang yang sangat kuat dan berkuasa. Contoh:
pasien merasa bahwa dirinya adalah jelmaan nabi.
b. Waham Kejar (Persekutorik)
Keyakinan bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk
melukainya atau mendorong agar dia gagal dalam tindakannya.
Contoh: pasien menyakini bahwa anaknya berusaha untuk
membunuh dirinya untuk merebut harta warisan.
c. Waham Rujukan (Delusion of reference)
Suatu kepercayaan yang keliru yang meyakini bahwa
tingkah laku orang lain itu pasti akan memfitnah, membahayakan,
atau menjahati dirinya.
d. Waham Dikendalikan
Keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau
perasaannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, termasuk
didalamnya:
Thought Withdrawal
Wahan bahwa ikirannya ditarik oleh orang lain atau
kekuatan lain
Thought Insertion
Waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau
kekuatan lain
Thought Broadcasting
Waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain/
tersiar di udara.
Thought Control
Waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh orang lain atau
kekuatan lain.
5. Waham Cemburu
Keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis tentang
pasangan yang tidak setia.

Obsesi
Suatu ide yang menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasaya
dibarengi suatu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat
dihilangkan dengan usaha yang logis, berhubungan dengan kecemasan.

Kompulsi
Kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika
diahan akan menimbulkan kecemasan, perilku berulang sebagai respon dari obsesi
atau timbul untuk memenuhi aturan tertentu.

Fobia
Ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakhibatkan keinginan
yang memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Contoh: agoraphobia (takut di
tempat terbuka), klautrofobia (takut berada di tempat sempit), fobia social
(ketakutan dipermalukan di depan public seperti rasa takut untuk berbicara, tampil,
atau makan di tempat umum), dll.

PERSEPSI
Adalah sebuah proses mental yang merupakan pegiriman stimulasi fisik
menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara
sadar. Beberapa contoh gangguan persepsi:
1. Depersonalisasi
Suatu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri
sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata.
2. Derealisasi
Perasaan subyekif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak nyata.
3. Ilusi
Suatu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulasi eksternal
yang nyata.
4. Halusinasi
Persepsi atau tanggapa palsu, tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata, menghayati gejala- gejala yang dikhayalkan sebagai
hal yang nyata. Beberapa jenis halusinasi yang biasa dijumpai:
Halusinasi Hipnagogik: Persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena
patologis.

Halusinasi Hipnapompik: Persepsi sensorik keliru yang terjadi


ketika seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong
fenomena patologis.
Halusinasi Auditorik: Persepsi suara yang keliru, biasanya berupa
suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik.
Halusinasi Visual: Persepsi pengelihatan yang keliru yang dapat
berupa bentuk yang jelas (orang), bentuk tidak jelas (kilatan cahaya).
Halusinasi Penciuman: Persepsi penghidu yang keliru.
Halusinasi Pengecapan: Persepsi pengecapan yang keliru.
Halusinasi Taktil: Persepsi perabaan keliru seperti phantom libs
(sensasi anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi
merayap di bawah kulit).
Halusinasi Somatik: Sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam
tubuh, lebih sering manyangkut organ dalam.

Reality Testing Ability (RTA)


Kemampuan ini akan menentukan persepsi, respon emosi, dan perilaku
dalam berelasi dengan realitas kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan
halusinasi adalah salah satu contoh penggambaran gangguan berat dalam
kemampuan menilai realitas.

Daya Nilai
Merupakan kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak
yang sesuai dengan situasi tersebut.
Daya nilai sosial: Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak
yang sesuai dalam situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang
berlaku dalam kehidupan sosial berbudaya.
Uji daya nilai: Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.

Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari
suatu situasi. Tilikan terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk memahami
kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi dirinya.
Jenis- jenis tilikan :
Tilikan I : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
Tilikan II : Ambivalen terhadap penyakitnya.
Tilikan III : Menyalahkan factor lain sebagai penyebab dari
penyakitnya.
Tilikan IV : Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
Tilikan V :Menyadari penyakitnya dan factor yang berhubungan
dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
Tilikan VI : Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.

Diagnosis Multiaksial
Evaluasi multiaksial bermanfaat untuk memahami pasien secara
menyeluruh baik dari segi:
1. Ada tidaknya gangguan jiwa
2. Gangguan kepribadian
3. Kondisi medik/ fisik
4. Masalah psikososial dan lingkungan
5. Fungsinya sebagai makhluk psikososial secara menyeluruh
AKSIS I
F00-F09 Gangguan Mental Organik (+ simptomatik)
F10-F19 Gangguan Mental dan Perilaku Zat Psikoaktif
F20-F29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal & Gangguan Waham
F30-F39 Gangguan Suasana Perasaan (Afektif/ Mood)
F40-F48 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform
F50-F59 Sindrom perilaku gangguan fisiologi/ fisik
F62-F68 Perubahan kepribadian non organik; Gangguan impuls, Gangguan
seks
F80-F89 Gangguan perkembangan psikologi
F90-F98 Gangguan perilaku & emosional onset kanak- kanak
F99 Gangguan jiwa YTT
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis I
R 69 Diagnosis aksis I tertunda

AKSIS II
F60 Gangguan Kepribadian Khas
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian schizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 Gangguan kepribadian histrionic
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan Kepribadian Campuran danLlainnya
F61.0 Gangguan kepribadian campuran
F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah
Gambaran Kepribadian Maladatif
Mekanisme Defensif Maladatif
F70-F79 Retardasi Mental
Z 03.2 Tidak ada diagnosis Aksis II
R 46.8 Diagnosis aksis II tertunta

AKSIS III
Bab I Penyaki ineksi dan parasite tertentu
Bab II Neoplasma
Bab IV Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolism
Bab VI Penyakit susunan saraf
Bab VII Penyakit mata dan adneksa
Bab VIII Penyakit telinga & proses mastoid
Bab IX Penyakit sistem sirkulasi
Bab X Penyakit sistem pernapasan
Bab XI Penyakit sistem pencernaan
Bab XII Penyakit sistem kulit dan jaringan subkutan
Bab XIII Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
Bab XIV Penyakit sistem genitourinaria
Bab XV Kehamilan, kelahiran anak, dan masa nifas
Bab XVII Malformasi kongenital, deformitas, kelaian kromosom
Bab XVIII Gejala, tanda, dan temuan klinis- lab. Abnormal
Bab XIX Cedera, keracunan, dan akibat kuasa eksternal
Bab X Kausa eksternal dari morbiditas dan mortilitas
BabXXI Faktor -> status kesehatan dan pelayanan kesehatan

AKSIS IV
Masalah dengan primary support group (keluarga)
Masalah berkaita dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah oekerjaan
Masalah Perumahan
Masalah Ekonomi
Masalah akses ke layanan kesehatan
Masalah berkaitan interaksi dengan hukum atau criminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain

AKSIS V GLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONAL (GAF) SCALE


100-91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
tertanggulangi.
90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian biasa.
80-71 Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, ekolah, dll.
70-61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
50-41 Gejala berat (serious), disabilitas berat
40-31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
30-21 Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidk mampu
berfungsi hamper semua bidang
20-11 Bahaya mencederai diri/ orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri.
10-01 Seperti diatas > persiten dan lebih serius
0 Informasi tidak adekuat

GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/ gangguan
sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk, gangguan mental
simptomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari
penyakit/ gangguan sistemik di luar otak (extracerebral).
Gambaran utama:
Gangguan fungsi kognitif (mis: daya ingat, daya piker, kemampuan belajar)
Gangguan sensorium (gangguan kesadaran dan perhatian)
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang: persepsi
(halusinasi); isi pikir (waham); suasana perasaan dan emosi.
Beberapa jenis gangguan mental organik:
1. Demensia
Merupakan sindrom akibat penyakit/ gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik- progresif dimana terdapat gangguan fungsi kortikal luhur
yang multipel, termasuk: daya ingat, daya pikir, daya tangkap, berhitung,
kamampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. Umunya disertai da nada
kalanya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, dan motivasi hidup.
Kriteria diagnostik:
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang seperti mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran
Gejala dan disabilitas seudah nyata selama minimal 6 bulan.
Tipe demensia:
Demensia pada penyakit Alzheimer
Demensia vascular
Demensia pada penyakit lain
Demensia YTT
Terapi demensia:
Terapi psikososial: psikoterapi suportif dan edukasional
Farmakoterapi: insomnia & ansietas benzodiazepam; depresi
antidepresan; halusinasi/ waham antipsikotik

2. Sindrom Amnesik
Terdapat hendaya daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat
jangka pendek; amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya
kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman
yang telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak
(terutama bila mengenai struktur diensefalon dan temporal medial
secara bilateral).
Tidak berkurangnya daya ingat segera, misalnya diuji untuk
mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian dan kesadaran
dan tidak adanya hendaya intelektual secara umum.

3. Delirium
Gejala klinis delirium terdiri dari gangguan kesadaran dan
gangguan kognisi. Delirium bukan penyakit tetapi merupakan gejala
sehingga menentukan delirium harus didasarkan penyebabnya.
Klasifikasi:
Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum.
Delirium yang diindikasi oleh zat (intoksikas zat & putus zat)
Delirium akibat etiologi multipel
Delirium yang tidak tergolongkan
Kriteria diagnostik delirium yang tidak disebabkan alcohol & zat psikoaktif:
1. Gangguan kesadaran (kesadaran berkabut sampai dengan koma) &
gangguan perhatian (menurunnya kemampuan mengarahkan,
memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian).
2. Gangguan kognitif secara umum:
Distorsi persepsi, ilusi, dan halusinasi (seringkali visual).
Hendaya daya pikir & pengertian abstrak, dengan atau tanpa
waham yang bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat
inkoherensi ringan.
Hendaya daya ingat segera & jangka pendek, namun daya ingat
jangka panjang relatif masih utuh.
Disorientasi waktu, pada kasus berat terdapat disorientasi
tempat dan orang.
3. Gangguan psikomotor:
Hipo atau hiperaktivitas & pengalihan aktivitas yang tidak
terduga dari satu ke yang lain.
Waktu bereaksi yang lebih panjang.
Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang.
Reaksi terperenjat meningkat.
4. Gangguan siklus tidur bangun:
Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama
sekali atau terbaliknya siklus tidur-bangun; mengantuk di siang
hari.
Gejala yangmemburuk pada malam hari.
Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
5. Gangguan emosional: depresi, anxietas atau takut, lekas marah,
auforia, apais, atau rasa kehilangan akal.

Diagnosis Banding Delirium


Demensia.
Delirium: awitan tiba-tiba
Demensia: awitan perlahan
Delirium : gangguan kognitif berfluktuasi
Demensia: gangguan kognitif lebih stabil
Skizofrenia
Halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan dan lebih
terorganisasi dibandingkan dengan pasien delirium.

Terapi Delirium
Terapi Delirium adalah mengobati penyebab yang mendasari.
Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan adalah
psikosis & insomnia.
Psikosisdiberikan haloperidol
Insomnia diberikan golongan benzodiazepine yang memiliki yaktu
paruh pendek.

GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA

NAPZA : narkoba, psikotropik, dan zat addiktif lain.

Intoksikasi akut : suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan NAPZA, sehingga
terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respon psikologis lainnya.

Penggunaan yang merugikan : penggunaan zat yang merusak kesehatan baik fisik maupun
mental.

Sindrom ketergantungan : diagnosis ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala berikut
yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
1. ada keinginan dan dorongan kuat untuk menggunakan zat psikoaktif
2. sulit mengendalikan perilaku penggunaan zat
3. terdapat gejala putus zat ketika dihentikan, dan orng tersebut akan
menggunakan kembali untuk menghilangkan gejala putus zat
4. terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis untuk memperoleh efek
yang sama (yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah)
5. secara progressif mengabaikan kesenangan atau minat lain disebabkan
meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mengunakan zat psikoaktif
tersebut atau untuk pulih dari akibatnya
6. tetap menggunakan zat tersebut meskipun ia menyadari akibat merugikan bagi
kesehatannya

Keadaan putus zat : merupakan salah satu indikator sindrom ketergantungan , gejala
fisiknya bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gejala akan mereda jika
penggunaan zat diteruskan.

Mekanisme kerja zat psikoaktif

Depressan Stimulansia Halusinogen


Menekan aktivitas otak Merangsan aktifitas otak Menyebabkan halusinasi

Alkohol Amfetamin LSD, DMT


Benzodiazepin Metamfetamin Meskalin
Opioid Kokain PCP
Solven Nikotin Ketamin
Barbiturat Kafein Kanabis (dosis tinggi)
Kanabis (dosis rendah) Khat Magic Mushroom
MDMA MDMA

JENIS NAPZA DAN EFEKNYA


sediaan : cairan / minuman

keadaan putus zat :


halusinasi, ilusi, delirium jenis : minuman
tremens, gemetar, gejala ALKOHOL tradisional, lokal,
GIT, flushing, mata merah, import
hipertensi.

gejala intoksikasi : euforia, cadel,


nistagmus, bradikardi, hipotensi, kejang,
koma. pada intoksikasi berat refleks
menjadi negatif.
DESKRIPSI : biasanya disebut putauw, petewe, pete,
hero, berbentuk kristal putih larut air

GOLONGAN : Morfin, PENGGUNAAN : cara


petidin, heroin, dragon (dipanaskan
metadon, kodein. yang melalui alumunium
paling sering OPIOID foil dan dihirup
disalahgunakan adalah uapnya), via injeksi,
heroin.
dan rokok

AKIBAT : infeksi menular karena cara


penggunaan, trauma akibat injeksi, gejala
withdrawal (perilaku agressif), depressi hingga
skizofrenia, kematian akibat overdosis

GANJA
SEDIAAN : serpihan daun, dikonsumsi dengan cara
dihisap.

GAMBARAN KLINIS : kombinasi efek CNS


depressan, stimulan, dan halusinogen.

AKIBAT : gangguan sistem reproduksi (infertil,


impoten, hilang libido, gangguan menstruasi),
kanker, gangguan syaraf, gangguan psikiatri
(anxietas, panik, depressi, antisosial).
KOKAIN
SEDIAAN : bubuk putih

CARA PENGGUNAAN : inhalasi bubuk melalui


hidung (snorting), inhalasi uap melalui mulut,
injeksi intravena.

AKIBAT : akibat penggunaan secara snorting : pilek


terus menerus, iritasi rongga hidung, sinusitis.
Akibat penggunaan inhalasi dengan rokok :
bronkitis, bronkopneumonia.
Akibat penggunaan injeksi : infeksi menular seperti
HIV dan Hepatitis.

GEJALA PUTUS ZAT : agitasi, depressi, fatigue,


gangguan tidur, anxietas, iritabel, mual, letargis.

BENZODIAZEPIN
SEDIAAN : tablet (nitrazepam, diazepam,
flurazepam, bromazepam) dan injeksi diazepam.

AKIBAT : perilaku agressif (terutama saat


intoksikasi), anxietas, panik, confusional state,
withdrawal state, violence.
GEJALA PUTUS ZAT : hiperaktivitas otonom, tremor,
insomnia, mual, muntah, ilusi, halusinasi, agitas
psikomotor, anxietas, hingga kejang.

Sasaran terapi jangka panjang pada pasien dengan adiksi NAPZA :

1. mengurangi penggunaan napza secara bertahap hingga abstinensia total


2. mengurangi frekuensi dan keparahan relaps
3. perbaikan dalam fungsi psikologi dan penyesuaian fungsi sosial dalam
masyarakat.

SKIZOFRENIA

Pendahuluan

Skizofrenia terdiri dari dua kata yaitu : Skizo = pecah dan frenia = kepribadian. Skizofrenia
merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian,
distorsi proses piker, waham yang aneh, gangguan presepsi, afek yang abnormal.
Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak
terganggu. Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan
waktu senggang).

Epidemiologi

Menyerang kurang lebih 1% populasi


Usia puncak awitan adalah 8-25 tahun untuk pria dan 25-25 tahun untuk wanita

Etiologi

Belum ada etiologi yang pasti, beberapa etilogi yang dilaporkan :

Biologi : disfungsi pada area otak tertentu


Biokimia : peningkatan aktivitas dopamine sentral, peningkatan serotonin di
susunan saraf pusat
Genetik : semakin dekat hubungan kekeluargaan, semakin tinggi risiko
Faktor lingkungan

Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ III

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
A. thought echo = isis piker dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
tought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
tought broadcasting = isi pikirnya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya
B. delution of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar, atau
delution of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar, atau
delution of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
delution of perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.
C. Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomenter secara terus menerus terhadap
perilaku pasien
Suara halusinasi yang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara)
Jenis suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa ( misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

A. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus
B. Arus pikir yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme
C. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,negativism, mutisme, dan stupor
D. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika

Adanya gejala-gejala khas tersebutdiatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari
beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri ( self
absorbed attitude),atau penarikan diri secara sosial.

Kepribadian prespikotik : dapat ditemui pada beberapa pasien skizofrenia yang ditandai
dengan penarikan diri dan terlalu kaku secara sosial, sangat pemalu dan sering
mengalami kesulitan disekolah meskipun IQ-nya normal. Beberapa pasien sebelum di
diagnosis skizofrenia mempunyai kepribadian skizoid, ambang, antisocial atau skizoapati.

Gambaran klinis

Deskripsi umum :

Penampilan pasien : dapat tampak sangat berantakan (tidak rapi, tidak mandi,
dll), menjerit-jerit, teragitasi hingga orang yang terobsesi tampil rapi, sangat
pendiam dan imobil.
Perilaku : dapat menjadi teragitasi atau kasar yang disebabkan karena respon
terhadap halusinasi. Pada stupor katatonik, perilaku pasien seperti tampak tidak
bernyawa dan mungkin memperlihatkan tanda membisu, negativism, dan
kepatuhan otomatis.

Mood, perasaan dan afek :

Gejala afektif yang umum pada skizofrenia adalah menurunya responsivitas


emosional yang terkadang cukup parah sehingga disebut sebagai anhedonia serta
emosi yang tidak tepat dan sangat aktif seperti kemarahan, kebahagiaan dan
ansietas yang ekstrim
Afek dapat datar dan tumpul disebabkan karena skizofrenia sendiri atau karena
efek samping obat
Afek tak serasi
Afek labil

Gangguan persepsi

Halusinasi : halusinasi yang paling umum adalah halusinasi auditorik ( mendengar


suara-suara yang mengancam, bersifat cabul, menuduh, menghina atau
mendengar dua atau lebih suara yang membicarakan pasien)
Halusinasi visual juga lazim dijumpai
Halusinasi olfaktori, taktil dan gustatory tidak biasa dijumpai. Jika terdapat
halusinasi tersebut maka dipertimbangkan terdapat masalah medis/ neurologis
yang mendasari
Ilusi : misintepretasi panca indera terhadap objek
Depersonalisasi : perasaan asing terhadap diri sendiri
Derealisasi : perasaan asing terhadap lingkungan sekitar

Gangguan pikiran

Gangguan proses pikir :

Asosiasi longgar : ide tidak nyambung, ide melompat dari satu topic ke topic lain
yang tidak berhubungan
Pemasukan yang berlebihan : pikiran dimasuki informasi yang tidak relevan
Neologisme : pembentukan kata-kata baru
Terhambat : pembicaraan tiba-tiba terhenti dan disambung beberapa saat
kemudian, biasanya dengan topik lain
Klang asosiasi : pemilihan kata-kata selanjutnya berdasarkan bunyi kata yang baru
saja diucapkan dan bukan isi pikirnya
Ekolalia,konkritisasi, alogia, dll

Sensorium dan kognisi


Orientasi: biasanya orientasi tempat, orang dan waktu baik. Jika ada gangguan orientasi,
selidiki kemungkinan adanya gangguan otak neurologis atau medis. Beberapa pasien
skizofrenia kemungkinan memberikan jawaban salah atau bizzare terhadap pertanyaan
tentang orientasi, misalnya: saya adalah nabi, ini adalah surga, dan sekarang tahun 35
masehi.

Memori: memori biasanya baik namun terkadang mustahil meminta pasien


mengerjakan uji memori dengan baik agar kemampuannya daoat dikaji secara adekuat.

Daya nilai dan Tilikan

Tilikan: tilikan pasien skizofrenia memiliki tilikan yang buruk terhadap sifat dan
keparahan gangguannya.

Tilikan kurang berpengaruh terhadap kepatuhan terhadap pengobatan

Gejala positif:

Gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), waham, halusinasi, gangguan perasaan (tidak


sesuai dengan situasi), perilaku aneh atau tidak terkendali (disorganized)

Gejala negatif:
Gangguan perasaan (afek tumpul, respon emosi minimal) gangguan proses pikir (lambat,
terhambat). Isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif. Petilaku yang sangat
terbatas dan cendrung menyendiri (Abulia).

Klasifikasi skizofrenia:

Skizofrenia paranoid

Paling stabil dan paling sering terjadi


Pasien mengalami epid]sode pertama penyakit pada usia yang lebih tua
dibandin skizofrenia hebefrenik dan katatonik
Waham dan halusisnasi menonjol. Contoh gejala yang sering dijumpai: waham
kejar, rujukan, kebesaran, dikendalikan, dipengaruhi, dan cemburu.
Halusisnasi auditorik berupa ancaman perintah atau menghina
Pasien skizofrenia paranoid biasanya tegang mudah curiga, berhati-hati, dan
terkadang bersikap bermusuhan atau agresif
Intelegensi dalam area yang tidak dipemgaruhi psikosisnya cendrung tetap utuh

Kriteria diagnosis F 20.0 skizofrenia paranoid

Memenuhi kriteria umum untuk skizofrenia


Halusinasi dan waham harus meninjol:
a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
halusisnasi auditorik tanpa bentuk verbal seperti bunyi pluit (whistling),
mendengung (hummning), atau tertawa (launghing)
b. Halusisnasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampi segala jenis, tetapi waham dikendalikan (
delusion of control), waham dipengaruhi ( delusion of influence),
delusion of passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

Skizofrenia tipe hebefrenik / disorganized

Ditandai dengan regresi nyata ke prilaku primitif dan kacau


Awitan biasanya dini
Gangguan proses pikir biasanya menonjol dan kontak dengan realitas buruk
Penampilan dan perilaku sosial berantakan, respon emosional tidak sesuai, tawa
sering meledak tanpa alasan yang jelas
Perilaku konyol/ tolol.
Menyeringai atau meringis yang tak pantas lazim ditemui.
Kriteria diagnosis F 20.1 skizofrenia hebefrenik

Memenuhi kriteria umum skizofrenia


Diagnosis skizofrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selma 2 atau 3 bulan lamanya untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:
a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab da tidak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecendrungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
b. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai cekikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied),
senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati ( loffy
manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli
secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan
kata yang berulang-ulang.
c. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi, dan waham mungkin ada tapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan yang tak bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan. Sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu tanpa
tujuan ( aimless) dan tanpa maksud ( empty of purpose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan
tema abstrak lainnya, makin mempersulit orang memahami jalan pikiran pasien.

Skizofrenia tipe Katatonik

Ditandai dengan gangguan nyata fungsi motorik mencakup:

Stupor katatonik: pasien tidak berespon terhadap orang/lingkungan.


Negativisme katatonik : pasien melawan semua perintah atau usaha untuk
menggerakkan fisiknya.
Rigiditas katatonik: pasien fisik pasien sangat kaku.
Postur katatonik: pasien mempertahankan posisi yang tidak biasa , aneh.
Kegembiraan katatonik: pasien sangat aktif dan gembira. Mungkindapat
mengancam jiwanya (misalnya karena kelelahan).
Kriteria diagnosis F 20.2 Skizofrenia Katatonik

Memenuhi kriteria umum skizofrenia


Satu atau lebuh dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambran klinisnya:
a. Stupor (amat amat berkurang dari reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara).
b. Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan yang
tidak dipengaruhi oleh stimulus eksterna)
c. Menempilkan posisi tubuh tertentu ( jelas secara sukarela mengambil
dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh).
d. Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya yang menggerakkan, atau pergerakan ke
arah yang berlawanan
e. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan
upaya untuk menggerakkan dirinya).
f. Fleksibilitas cerea / waxy flexibility ( mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar) dan
g. Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dan gangguan
katatonik, diagnosis katatonik mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti
yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan
baha gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnosis untuk skizofrenia. Gejala
katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau
alkohol, atau obat-obatan serta dapat juga terjadi gangguan afektif.

Skizofrenia tak terinci

Kriteria diagnosis F 20.3 skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia


Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik dan
katatonik
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.

Depresi pasca Skizofrenia

Kriteria diagnosis F 20.4 depresi pasca skizofrenia


Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
a. Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhui kriteria umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir.
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya), dan
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif (F.32,-) dan telah ada dalam
kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi
episode depresif (F.32,-) . bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-
F20.3)

Skizofrenia residual

Kriteria diagnosis F 20.5 skizofrenia residual

Untuk suatu diagnosis yang menyakinkan persyaratan berikut harus dipenuhi semua:

Gejala negatif dari skizofrenia menonjol, misalnya perlambatan psikomotor,


aktivitas menurun, afek yangmenumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dlam kuantitas dan isis pembicaraan, komunikasi non verbal yang
buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.
Sedikitnya adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham, dan halusinasi yang telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif.
Tidak tedapat demensia atau penyakit gangguan otak organik lainnya, depresi
kronis, atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.

Skizofrenia tak terinci

Skizofrenia simpleks

Kriteria diagnosis F 20.6 skizofrenia simpleks


Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual(F 20.5) tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain, dari episode psikotik dan
Disertai dengan perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secra sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibanding subtipe skizofrenia lainnya.

Tatalaksana skizofrenia

1. Farmakoterapi: antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi 2


2. Terapi psikososial: mencakup berbagai metode untuk meningkatkan
kemampuan sosial kecukupan diri, keterampilan praktis dan komunikasi
interpersonal pada pasien skizofrenia.
3. Terapi kejnag listrik: dapat juga bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat
beberapa psikosis akut. Beberapa pasien skizofrenia yang tidak berespon
dengan obat-obatan dapat membaik dengan terapi kejang listrik.

FARMAKOTERAPI

Obat antipsikosis golongan 1 (APG-1)

Disebut juga sebagai anti psikosis tipikal

Mekanisme kerja APG-1:

Sebagai dopamin receptor antagonist. APG-1 memblokade dopamin pada resepsor


pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif.

Efek lainnya: APG-1 potensi rendah (contoh: chlorplormazine) lebih bersifat sedasi
sehingga lebih efektif untuk pasien yang lebih agitatif.

Penggolongan obat APG-1

1. Golongan phenotiazine
Rantai aliphatic: chlorplormazine
Rantai piperazine: perphenazine, trifluopiperazine, fluophenazine
Rantai piperidine: thioridazine
2. Golongan butyrophenone: haloperidol
3. Golongan diphenylbutyl piperidine: pimozide
Beberapa obat APG-1 dan dosisnya:

1. Jenis Obat Merk Dagang Sediaan Dosis Anjuran


Chlorpromazine Chlorpromazine Tab 25 ; 100 mg 150-600mg/hari
Promactil Tab 100 mg
Meprosetil Tab 100 mg
Cepezet Amp. 50 mg/2cc 50 100 mg
(i.m) setiap 4-6
jam
Perphenazine Perphenazine Tab 4 mg 12-24 mg/hari
trilafon Tab 2;4;8 mg
Trifluopiperazine stelazine Tab 1;5 mg 10 15 mg/ hari
Thioridazine melleril Tab 50 ; 100 mg 150 - 300 mg/
hari
2. Haloperidol Haloperidol Tab 0,5 ; 1,5 ; 5 5 15 mg/ hari
Haldol mg
Lodomer Tab 2 ; 5 mg
Tab 2 ; 5 mg 5-10mg(i.m) tiap
Amp. 5 mg/cc 4-6 jam
Haldol decanoas
50mg /cc
3. pimozide Orap forte Tab 4 mg 2-4 mg / hari

Efek samping
- Dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom imobilitas yaitu tonus otot meningkat
dan postur otot menignkat yang disebut katalepsia. Antipsikosis tipikal dapat
menurunkan aktivitas motorik karena bekerja menginaktifkan neurodopamin
pada substansia nigra.

- Ektrapiramidal sindrom

- Tardive dyskinesia

- Neuroleptika maligna

EKSTRAPIRAMIDAL SINDROM
Parkinsonisme
Akibat adanya blockade dopamine di ganglia basallis
Gejala: rigiditas, bradikinesia, tremor , muka tpeng, berjalan dengan menyeret kaki, lenggang
lengan berkurang atau seperti robot.
Gejela sering terjadi antara 5-30 hari pertama pengobatan
Dystonia akut
Yaitu spasme otot yang menetap atau intermiten.
Awitan biasanya tiba-tiba
Penatalaksanaan
Jika terjadi efek samping sindrom ekstrapiramidal biasanya terlebih dahulu dilakukan
penurunan dosis obat. Dan bila tidak dapat ditanggulangi, diberikan antiikolinergik sperti
triheksifenidil, sulfas atropin, atau difenhidramin injeksi.
Preparat antikolinergik yang paling sering digunakan adalah:
triheksifenidil (artane) dengan dosis oral 2-4x 2 mg

Bila tetap tidak berhasil mengatasi efek samping Mengganti jenis antipsikotik dengan APG-2 yang
memiiki sedikit kemungkinan mengakibatkan efek samping ekstrapiiramidal.

TARDIVE DISKINESIA

Tardive dyskinesia sering terjadi setelah terapi jangka panjang dengan APG-1. Pasien dengan tardive
dyskinesia sering memerlihatkan gerakan involunter pada lidah, wajah, mulut,/rahang, dan anggota
gerak dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang.

Penatalaksanaan: bila terjadi tardive dyskinesia, maka perlu dilakukan penurunan dosis antipsikotik.
Bila gejala psikotik akibat penggunaan APG-1 tidak berkurang atau bahkan memburuk setelah
penurunan dosis, maka obat APG-1 diganti dengan obat APG-2
NEUROLEPTIK MALIGNA SINDROME

Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat antipsikosis
(khususnya pada long acting risiko menjadi lebih besar). Walaupun semua pasien yang diberikan
antipsikosis berisiko mengalami SNM, risiko ini akan lebih besar pada pasien dengan konsidi
dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi.

Butir-butir diagnostic SNM:

- Suhu badan> 380 C


- Terdapat sindrom ekstrapiramidal berat(rigiditas)
- Adanya gejala disfungsi otonomik(inkontinensia urin)
- Perubahan status mental
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gejala tersebut timbul da berkembang secara cepat.
Terapi
- Hentikan obat antipsikosis
- Perawatan suportif dan asimptomatik(antiparkinson untuk EPS, koreksi keseimbangan
elektrolit, menurunkan
Obat Antipsikosis demam).
golongan-1 (APG-1)
- Obat dopamine agonist (bromokriptin7,5-60 mg/hari diberikan dalam 3 dosis terbagi,
levodopa 2x100 mg/hari atau amantadine 20 mg/hari
Disebut juga
Catatan efekantipsikosis
samping ini atipikal
sering terjadi pada penggunaan obat anti psikosis topical potensi
tinggi,dosis tinggi, bila kenaikan dosis terlalu cepat.
Mekanisme kerja APG-2
Sebagai serotonine-dopamine receptor antagonist (SDA). Obat ini berafinitas
terhadap domapamine D2 receptors dan serotonine 5HT2 receptors, sehingga
bermanfaat untuk mengontrol gejala positif dan gejala negative. Obat ini memiliki
efekasii yang lebih baik dan efek samping minimal.
Penggolongan obat APG-2
1. Golongan benzamide: supiride

2. Golongan dibenzodiazepine: clozapine, olanzapine, quetiapine, zotepin

3. Golongan benzisoxazole: risperidon, arispiprazole

No Jenis Obat Merk Dagang Sediaan Dosis Anjuran


1 Sulpiride Dogmatil Amp. 100mg/2cc 3-6 ampul perhari
forte Tab 200 mg 300-600 mg
tab/hari
2 Clozapine Clozaril Tab 25:100 mg 25-100mg/hari
Sizoril
Olanzapine Zyprexa Tab 5:10 mg 10-20mg/hari
Quetiapine Seroquel Tab 25:100:200 mg 50-400mg/hari
zotepin lodopin Tab 25:50 mg 75-100mg/hari

3 Risperidon Risperidon Tab 1:2:3 mg 2-6 mg/hari


Risperdal Tab 1:2:3 mg
arispiprazole abilify Tab 10:15 mg 10-15 mg/hari

Catatan penting: standar emas penggunaan antipsikosis baru adalah APG-2


meskipun harganya mahal tetapi manfaatnya lebih besar

Prognosis Skizofrenia

Prognosis baik Prognosis buruk


Awitan lambat Awitan usia muda
Faktor presipitasi jelas Tidak ada faktor presipitasi
Awitan akut Awitan insidious
Riwayat social, seksual , pekerjaan Riwayat social, seksual , pekerjaan
premorbid baik premorbid buruk
Gejala gangguan mood (terutama Perilaku autistic/menarik diri
gangguan depresif)
Menikah Lajang, cerai ( duda/janda)
Riwayat keluarga dengan gangguan Riwayat keluarga dengan skizofrenia
mood
System pendukung baik System pendukung buruk
Gejala positif Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tanpa remisi dalam 3 tahun
Relaps berulang kali
Riwayat melakukan tindakan
penyerangan

Indikasi Rawat Inap Gangguan Skizofrenia

- Untuk kepentingan diagnostic

- Untuk kepentingan pengobatan

- Untuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri serta pembunuhan

- Untuk perilaku yang sangat kacau dan tidak pada tempatnya, termasuk
ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan, sandang , dan
papan.

Beberapa jenis gangguan lainnya:

F 21.0 Gangguan Skizotipal keadaan dimana terdapat pola defisit dalam hubungan
sosial dan interpersonal, yaitu merasa tidak nyaman dan kurang mampu membina
hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau persepsi dan perilaku yang
eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda, dan nyata dalam berbagai
konteks atau situasi kehidupan.

Gangguan ini tidak pernah ditemukan gejala psikotik tapi tetap dimasukann
dalam F21 karena termasuk dalam keluarga skizofrenia.

F 22.0 Gangguan Waham

- Waham merupakan gejala yang PALING MENONJOL dan minimal ada


selama 3 bulan. Waham bersifat khas pribadi dan bukan budaya setempat.
- Halusinasi auditorik tidak boleh ada atau kadang kadang tapi bersifat
sementara

- Tidak ada bukti gangguan otak

- Tidak ada riwaayat gejala skizofrenia

F 23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

- Onset akut ( dalam masa 2 minggu atau kurang= jangka waktu gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan menganggu beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaann sehari-hari

- Terdapat sindrom khas yang beraneka ragam dan berubah cepat


(Polimorfik) atau gejala skizofrenia yang khas (schizophrenia-like)

- Gejala psikotik itu sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 3 bulan.

F 25 Gangguan Waham Induksi

- Ciri khas: terdapat waham pada satu atau lebih orang akibat ia atau
mereka diinduksi oleh serag penderita gangguan waham yang
hubungannya akrab sekali dengan dirinya/mereka.

F 25 skizoafektif

- Gejala psikotik dan afektif (mood) sama sama menonjol pada saat yang
bersakaaj atau ada satu episode penyakit yang sama

- Terbagi menjadi:

tipe manik : gejala skizofrenia menonjol + afek mania menonjol

tipe depresif: gejala skizofrenia menonjol + afek depresif menonjol

tipe campuran
GANGGUAN MOOD/AFEK

DEPRESI

Gejala utama:
- Afek depresif
- kehilangan minat dan kegembiraan
- berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau membunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan terganggu

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa minimal 2
minggu untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan, jika
gejala berat dan berlangsung cepat.
Diagnosis ketiga derajat episode depresif ditegakkan jika keadaan tersebut merupakaan
episode tunggal (yang pertama) . Episode depresif berikeutnya diklasifikasikan sebagai salah
satu kategori episode depresif berulang.

Episode depresif ringan (episode berlangsung selama minimal 2 minggu)

Eps. Depresi Minimal ada Minimal 2 Tidak boleh Sedikit kesulitan


ringan 2 dari 3 gejala ada gejala dalam pekerjaan
gejala utama + lainnya + berat
diantaranya
+ dan aktv. sosial

Episode depresif sedang (episode berlangsung selama minimal 2 minggu)

Eps. Depresif Minimal ada 2 Minimal 3 Kesulitan nyata utuk


sedang dari 3 gejala (sebaiknya 4) meneruskan keg. Social
utama + gejala lainnya + dan urusan rumah
tangga
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (episode berlangsung selama minimal
2 minggu)

Eps. Depresif Minimal 4 geala Sangat tidak


berat tanpa gejala 3 gejala lainnya dan mungkin pasien
psikotik utama + beberpa + meneruskan
diantaranya aktivitas sosial
intensitasnya berta

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien
mungin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal
demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibernarkan.

Episode depresif berat dengan gejala psikotik

Eps. Depresif Disertai waham,


berat dengan Memenuhi kriteria
gejala psikotik episode depresi berat + halusinasi atau
stupor depresif

Tatalaksana depresi
Rawat inap, indikasi:
- Kebutuhan untuk prosedur diagnostic

- Resiko bunuh diri dan melaukan pembunuhan

- Berkurangnya kemmapuan pasien secara menyeluruh untuk asupan makanan dan


tempat perlindungan

- Riwayat gejala berulang

- Tidak adanya dukungan terhadap pasien

Farmakoterapi
- Golongan trisiklik: amitriptilin, tianeprin, imipramine, clomipramine

- Golongan tetrasiklik: maprotiline, mianserin, amoxapine

- Golongan MAOI-reversible: moclobemide

- Golongan SSRI: sertraline, fluoxetine, citalopram, duloxetine, paroxetine,


fluvoxamine

- Golongan atipikal: trazodone, mirtazapine, venlafaxine

HALAMAN 40-45 MINI NOTE


Beberapa obat anti-depresan dan dosisnya (di kutip dari buku panduan praktis
penggunaan klinis obat psikotropik edisi 2014)
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis
Anjuran
1. Amytriptyline Amitryptyline Drag 25 mg 75-300 mg/h
Trilin Tab 25 mg
2. Tianeptine Stablon Tab 12,5 mg 25-50 mg/h
3. Maproptiline Sandepril - 50 Tab 50 mg 100-225 mg/h
4. Sertralin Zoloft Tab 50 mg 50-150 mg/h
Fatral Tab 50 mg
Anexin Tab 50 mg
Fridep Tab 50 mg
Sernade Tab 50 mg
Deptral Tab 50 mg
Serlof Tab 50 mg
Zerlin Tab 50 mg
5. Fluoxetine Prozac Cap 20 mg 10-40 mg/h
Nopres Caplet 20 mg
Noxetine Tab 20 mg
Deprezac Cap 20 mg
Deproz Cap 20 mg
Foransi Cap 10-20 mg
Antiprestin Cap 10-20 mg
Elizac Cap 20 mg
Kalxetin Cap 20 mg
Zac Cap 20 mg
6. Citalopram Cipram Tab 20 mg 10-60 mg/h
7. Mirtazapine Remeron Tab 30 mg 15-45 mg/h
8. Duloxetine Cymbalta Caplet 60 mg 40-60 mg/h
9. Venlafaxine Efexor-XR Cap 75 mg 150-375 mg/h
10. Agomelatine Valdoxan Tab 25 mg 25-50 mg/h
ECT ( Electroconvulsive Theraphy)
ECT merupakan salah satu jenis terapi fisik yang merupakan pilihan untuk indikasi
terapi pada beberapa kasus gangguan psikiatri. Indikasi utama adalah depresi berat.
Metode :
ECT dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik pada otak melalui 2
elektroda yang ditempatkan pada bagian temporal kepala. Aliran listrik tersebut
akan menimbulkan kejang-kejang seperti kejang yang terjadi pada epilepsy
granmal.
MANIA
Gejala episode manik menurut DSM IV
Mood elasi, ekspansif, atau iritabel yang menetap, berlangsung minimal 1
minggu
Selama periode gangguan mood, tiga atau lebih gejala dibawah ini menetap
dengan derajat berat yang signifikan :
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur
3. Bicara lebih banyak dari biasanya, atau adanya desakan untuk terus
bicara
4. Loncat gagasan atau pengalaman subyektif akan adanya pikiran yang
berlomba
5. Distraktibilitas ( perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang
tidak relevan atau tidak penting)
6. Meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang berpotensi
merugikan ( misalnya investasi bisnis yang kurang perhitungan,
sembrono dijalan raya, atau terlalu boros )
Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
Gangguan mood sangat berat sehingga menimbulkan hendaya dalam
pekerjaan, aktivitas social dan memerlukan perawatan untuk menghindari
melukai diri atau orang lain.
Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat atau
kondisi medik umum.

Klasifikasi Episode Manik


F 30.0 Hipomania
Gangguan lebih ringan dari mania. Afek meninggi/berubah disertai peningkatan
aktivitas yang menetap minimal beberapa hari berturut-turut. Ada pengaruh nyata
atas kelancaran pekerjaan dan aktifitas social.
F 30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik
Perubahan afek harus disertai energy yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide
kebesaran dan terlalu optimistic. Episode berlangsung minimal 1 minggu dan cukup
berat sehingga mengacaukan pekerjaan dan aktivitas social.

F 30.2 Mania dengan Gejala Psikotik


Gambaran klinis lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik. Harga diri yang
membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran. Iritabilitas dan kecurigaan berkembang menjadi waham kejar.
Info tambahan :
Pasien dengan mania akut dapat mengalami agitasi, agresif dan melakukan tindakan
kekerasan. Perawatan dirumah sakit sering diperlukan untuk mengurang risiko
pasien melukai dirinya atau orang lain. Selain itu pasien sering tidak patuh terhadpa
pengobatan karena tilikannya yang terhadap penyakit.
Beberapa obat antimania dan dosisnya (di kutip dari buku panduan praktis
penggunaan klinis obat psikotropik edisi 2014)
No Nama Generik Nama dagang Sediaan Dosis anjuran
1. Lithium Carbonat Frimania Tab. 200-400 mg 250-500 mg/h
2. Haloperidol Haloperidol Tab. 0,5 - 1,5 - 5 mg 5-20 mg/h
Haldol Tab. 0,5 - 2 - 5 mg
Serenace Tab. 0,5 - 1,5 - 5 mg 5 mg ( im )
Liq. 2 mg/ml dapat diulangi
Amp. 5 mg/cc setiap1/2 jam
(maksimum 20
mg/h)
3. Carbamazepine Tegretol Tab. 200 mg 300-600 mg/h
Bamgetol Caplet. 200 mg 2 3 x perhari.
4. Valproic Acid Depakene Syr. 250mg/5 ml 2 x 250 mg/h
5. Divalproex Na. depakote Tab. 250 mg 3 x 250 mg/h
Tab. ER 500 mg 1-2 x 500 mg/h
Penggolongan
Mania Akut : Haloperidol, Carbamazepine, Valproic Acid, Divalproex
Profilaksis Mania : Lithium Carbonate
GANGGUAN BIPOLAR
Episode berulang (minimal 2 episode) dimana afek pasien terganggu, pada
satu waktu dapat berubah mania dan diwaktu lain berubah depresi
Biasanya ada penyembuhan diantara episode.

Mania Normal depresi


Episode Kini
Hipomanik
atau
Episoe Kini Manik
Depresi Normal Mania
Episode Kini
Tanpa Gejala Psikotik Depresi Ringan
atau Sedang

Episode Kini
Episode Kini Gangguan Afektif
depresi Berat Tanpa
Manik Dengan Bipolar
Gejala Psikotik
GEjala Psikotik

Episode Kini Depresi


Episode Kini Berat Dengan gejala
Campuran Psikotik

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


Defenisi
Merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistic
terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hamper
sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan.
Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatic seperti ketegangan otot, iritabilitias, kesulitan tidur
dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang
bermakna dalam fungsi social dan pekerjaan.
Gambaran Klinis
Kecemasan berlebihan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
pasien
Ketegangan motoric, misalnya gemetar, kelelahan, sakit kepala.
Hiperaktivitas otono, (napas pendek, berkeringat, palpitasi, gejala saluran
pencernaan).
Kewaspadaan secarakognitif dalam bentuk iritabilitas
Pasien dengan gangguan cemas menyeluruh biasanya datang ke dokter dengan
keluhan somatic atau gejala spesifik ( misalnya diare kronik).
Kriteria Diagnosis F 41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi tertentusaja
(sifatnya free floating atau mengambang).
GEjala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi)
b) Ketegangan Motorik ( Gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
c) Overaktivitas Otonomik ( kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering, dsb)
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan somatic berulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas
menyeluuruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif, (F32,-), gangguan anxietas fobik (F40,-), gangguan panik
(F41.), atau gangguan obsesif kompulsif (F42).
A. Farmakoterapi
Golongan Benzodiazepin merupakan pilihan obat pertama.
Pemberiannya dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan
sampai mencapai respons terapi. Seperti Diazepam, Alprazolam,
Lorazepam dan clobazam
Golongan Non-Benzodiazepin seperti Buspirone, Sulpiride, dan
Hydroxyzine
B. Psikoterapi : Terapi kognitif perilaku, terapi suportif, psikoterapi
berorientasi tilikan.
Beberapa contoh sediaan obat anti anxietas dan dosisnya. (di kutip dari buku
panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik edisi 2014).
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Diazepam Diazepam, Tab 2 5 mg Oral: 2-3x2-5 mg/h
valium stesoid Amp. 10 mg/2cc
2. Chlordiazepoxide Cetabrium, Tab: 5 10 mg 2-3 x 5-10 mg/h
Librium
3. Lorazepam Ativan, Tab: 0,5 1 2 mg 2-3 x 1 mg/h
Renaquil
4. Clobazam Clobazam, Tab: 10 mg 2-3 x 10 mg/h
Frisium
5. Alprazolam Alprazolam, Tab: 0,25 0,5 1 3 x 0,25 0,5 mg/h
Xanax mg
6. Sulpride Dogmatil Caps. 50 mg 2-3 x 50 100 mg/h
7. Buspirone Buspar, Tran-Q Tab. 10 mg 2-3 x 10 mg/h
8. Hydroxyzide Iterax Caplet 25 mg 3 x 25 mg/h

GANGGUAN PANIK
Defenisi
Merupakan gangguan yang terutama ditandai dengan serangan panik
berulang. Serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai
gejala otonomik terutama system kardiovaskular dan system pernapasan.
Gambaran Klinis
Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat
meningkat hingga sangat berat disertai dengan gejala-gejala yang mirip
gangguan jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin,
hingga merasa seperti tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi atau
serangkaian kejadian tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya.
Gejala mental yang dirasakan adalah rasa takut yang hebat dan ancaman
kematian atau bencana.
Kriteria Diagnosis F 41. 0 Gangguan Panik
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnose utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
Untuk diagnose panik pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dalam masa kira-kira 1 bulan :
a) Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektik tidak ada bahaya
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang didapat
diduga sebelumnya.
c) Dengan keadaan yang relatifbebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode diantara serangan-serangan panik ( meskipun demikian,
umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik, yaitu anxietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi )
Tatalaksana
Farmakoterapi
Anti panik golongan trisiklik : Imipramine, Clomipramine
Anti panik golongan benzodiazepine : Alprazolam
Anti panik golongan RIMA ( Reversible Inhibitor Of Monoamine
Oxydase-A) : Moclobemide
Anti panik golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
: Sertraline, Fluoxetine)

Psikoterapi
Terapi relaksasi : Prinsipnya melatih pernapasan, mengundurkan
seluruh oto tubuh, dan mengsugestikan kearah yang ingin di capai.
Terapi kognitif perilaku : Individu diajak untuk membentuk pola
perilaku dan pikiran yang rasional dan menggantinya dengan yang
lebih rasional.
Psikoterpai dianamik : Individu diajak untuk memahami diri dan
kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejala semata.
Beberapa contoh sediaan obat anti panik dan dosisnya. (di kutip dari
buku panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik edisi 2014).
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis anjuran
1. Imipramine Tofranil Tab 25 mg 75 150 mg/h
2. Clomipramine Anafranil Tab 25 mg 75 150 mg/h
3. Alprazolam Xanax Tab 0,25 0,5 1 mg 2 4 mg/h
4. Moclobemide Aurorix Tab 150 mg 300 600 mg/h
5. Sertraline Zoloft Tab 50 mg 50 100 mg/h
6. Fluoxetine Antiprestin Caps 10 20 mg 20 40 mg/h

Fobia
Defenisi : Merupakan suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap, dan
berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan, atau situasi.
Gambaran Klinis :
Fobia ditandai dengan timbulnya anxietas berat jika pasien terpapar dengan
situasi atau objek spesifik, atau jika mengantisipasi akan terpapar dengan situasi
atau objek.
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu
sendiri), yang sebenarnya kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya,
objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. Paparan
atau antisipasi terhadap stimulus fobik sering menimbulkan serangan panik pada
orang yang rentan terhadap serangan panic. Orang dengan fobia berusaha untuk
menghindari stimulus fobik.
Jenis Fobia :
1. Agrofobia : Ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak,
keramaian. Pasien lebih suka ditemani kawan atau anggota
keluarga di tempat tertentu seperti dijalan ramai, took yang
padat, ruang tertutup. Pasien menghendaki ditemani setiap
keluar rumah.
2. Fobia Spesifik : Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau
tanpa alasan, ditunjukkan dengan antisipasi terhadap situasi
spesifik, misalnya: ketinggian, hewan, injeksi, darah,dll.
3. Fobia Sosial : Ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil didepan
orang-orang yang belum dikenal atau situasi yang
memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat
perhatian, merasa takut bahwa ia akan berperilaku
memalukan atau menampakkan gejala anxietas, atau
bersikap yang dapat merendahkan dirinya.
Kriteria diagnosis selengkapnya dapat dibaca pada buku saku diagnosis gangguan
jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III
Tata Laksana :
Terapi Psikologi : - Terapi Perilaku : terapi pemaparan (exposure therapy)
yaitu desensitiasi pasien dengan pemaparan terhadap
stimulus fobik secara bertahap
- Psikoterapi berorentiasi tilikan
- terapi lain : hipnoterapi, psikoterapi suportif, terapi
keluarga

Farmakoterapi : - Golongan SSRI = pilihan utama untuk fobia sosial.


- Golongan Benzodiasepin, MAOI dapat diberikan 1 jam
sebelum terpapar stimulus (misalnya diberikan pada
penderita fobia sosial sebelum bicara depan publik)
- terapi pada agorafobik = antidepresan dan anti anxietas

Gangguan Obsesif Kompulsif


Definisi : Pikiran dan tindakan berulang yang menghabiskan waktu atau
menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna. Obsesi = aktivitas mental
seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang berulang dan intrusif. Kompulsi = pola
perilaku tertentu yang berulang dan disadari.
Gambaran Klinis : Gagasan/impuls masuk kedalam kesadaran pasien secara
menetap timbul perasaan takut dan cemas pasien mengambil tindakan
balasan/perilaku terhadap impuls awal. Gagasan tersebut dikenali pasien sebagai
sesuatu yang aneh atau irasional sehingga individu merasa adanya keinginan kuat
untuk melawan.
Pola Gejala :
1. Kontaminasi : kegiatan mencuci berulang kali disertai penghindaran kompulsif
objek yang diduga terkontaminasi (debu,feses,urine,kuman). contoh : mencuci
tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu meninggalkan rumah karena
takut kuman.
2. Keraguan patologis : Pasien ragu akan diri sendiri dan selalu merasa bersalah
karena lupa melakukan sesuatu. misalnya pasien ragu apakah sudah mengunci pintu
atau mematikan kompor, sehingga pasien akan cenderung memeriksa kompor dan
berulang kali.
3. Pikiran yang mengganggu : biasanya berupa tindakan seksual atau agresif bagi
pasien. Paien yang terobsesi ini biasanya dapat melaporkan dirinya sendiri ke polisi.
4. Simetri : kebutuhan akan simetri atau ketepatan yang dapat menyebabkan
kompulsi mengenai kelambatan. Pasien dapat memakan waktu berjam-jam untuk
makan atau mencukur wajah.
5. Pola Lain : menarik-narik rambut ( trikotilomania), menggigit kuku, dll.

Kriteria Diagnosis F42 Gangguan Obsesif Kompulsif (dikutip dari Buku Saku
Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III Hal.76)
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan
kom,pulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut
2. Hal tersebut marupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri sendiri
(b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud diatas)
(d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (Unpleasantly repetitive)
4. Ada kaitan erat dengan gejala obsesif. terutama pikiran obsesif dengan deprersi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif
dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-
pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal
tersebut, meningkat atau menurun gejala depresif umumnya dibarengi secara
paralel dengan perubahan gejala obsesif. bila terjadi episode akut dari gangguan
tersebut maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala
obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari kedua tidak ada yang menonjol, maka
lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan
menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala
yang lain menghilang.
5. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gagguan skizofrenia, sindrom tourette,
atau gangguan mental organik harus dianggap sebagai bagian dari kondidi tersebut.

Tata Laksana
1. Farmakoterapi :
Antidepresant Trisiklik : Clomipramine : 3x25mg
SSRI :Fluoxetin (2x20mg) atau Setraline (2x50mg)
2. Psikoterapi : Psikoterapi suportif, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku,
psikoterapi dinamik.

Prognosis :
prognosis buruk jika : kompulsi yang diikuti onset pada masa kanak-kanak,
kompulsi yang bizarre, perlu opname, ada komorbiditas dengan gangguan depresi,
adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian
(terutama gangguan skizotipal)

Reaksi Sres Gangguan Gangguan


Akut stress pasca Penyesuaian
trauma

Kriteria Diagnosa Menurut PPDGJ III


F 43.0 Reaksi Stress Akut
1. harus ada kaitan waktu yang jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar
biasa (fisik atau mental dengan onset daari gejala, biasaanya setelah beberapa
menit atau segera setelah kejadian. 2. Selain itu ditemukan gejala-gejala :
(a) Terdapat gejala campuran yang biasanya berubah-ubah selain gejala
permulaan berupa keadaan terpaku (daze), semua hal berikut dapat
terlihat: depresi, anxietas, kemarahan, kecewa, overaktif dan penarikan
diri.
(b) Pada kasus-kaus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya, gejala-
gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal
ini dimana stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan,
gejala biasanya baru mereda setelah 24-28 jam dan biasanya hampir
menghilang setelah 3 hari.
3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaann kambuhan mendadak dari
gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya.
4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan
dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stress akut.
F.43.2 Gangguan Penyesuaian
1. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara :
(a) bentuk, isi, dan beratnya gejala
(b) riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan
(c) Kejadian, situasi yang stressful, atau krisis kehidupan
Adanya faktor (c) diatas harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan
tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
2. Manifestasi klinis dari gangguan bervariasi, dan menckup afek depresif,
anxietas, campuran anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya
disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak satupun dari gejala tersebut
yang spesifik untuk mendukung diagnosis.
3. Onset terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang stresfull dan gejala
biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan kecuali dalam hal reaksi depresif
berkepanjangan.

Gangguan Sttes Pasca Trauma


Defenisi : Adalah suatu sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat
didalam, atau mendengar stresor traumatik yang ekstrim. seseorang bereaksi
terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, dan mencoba
menghindari mengingat hal itu. Beberapa jenis stressor pada stress pasca trauma:
kekerasan personal (seksual, penyerangan fisik, perampokan), penculikan,
penyanderaan serangan militer, serangan teroris, penyiksaan, bencana alam,
kecelakaan berat, penyakit berat yang mnengancam kehidupan.
Gambaran Klinis :
1. Adanya ingatan-ingatan kembali (flash back) akan peristiwa-peristiwa
traumatic yang pernah dialami.
2. Adanya mimpi-mimpi buruk berulang yang menimbulkan penderitaan bagi
pasien.
3. Pasien berperilaku atau berperasaan seolah-olah peristiwa traumatik yang
dialami terjadi kembali.
4. Pasien dengan sengaja menghindari situasi atau kondisi yang akan
mengingatkannya akan peristiwa traumatik tersebut.

Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ III. F. 43.1 Gangguan Stress Pasca Trauma
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dengan kurun
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat ( masa laten yang berkisar
antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui
6 bulan ). Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila
tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi 6
bulan, asal manifestasi klinisnya khas dan tidak didapat alternatif kategori
gangguan lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang
atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang
(flash back).
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya
dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setlah stress luar biasa,
misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan dalam
kategori F62.0 (Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah
mengalami katastrofa)

Tata Laksana :
1. Farmakoterapi :
(a) Anridepresan golongan SSRI
- Fluoxetin : 10-60 mg/hari
- Sertralin : 50-200 mg/hari
(b) Antidepresan golongan trisiklik
- Amitriptilin 50-300 mg/hari
- Imipramin : 50-300 mg/hari
2. Psikoterapi
3. Edukasi
4. Dukungan Psikososial : dari dokter, keluarga dan lingkungan
5. Teknik meredakan kecemasan: relaksasi, teknik mengatur pernapasan, dan
mengontrol pikiran.
6. Modifikasi pola hidup: diet sehat, mengatur konsumsi kafein, rokok, dan obat
lainnya, olahraga teratur.

Gangguan Somatoform :
Gangguan somatisasi :
- Pasien mengeluhkan banyak gejala somatik yang tidak dapat
dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium.
- Gangguan ini bersifat kronis, berkaitan dengan stressor
psikologis yang bermakna, maenimbulkan hendaya dibidang
sosial dan okupasi, serta adanya perilaku mencari pertolongan
medis yang berlebihan.
- Pasien dengan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan
riwayat medik yang panjang dan rumit

Kriteria Diagnosis F.45.0 Gangguan Somatisasi


Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
(a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah
berlangsung sedikitnya 2 tahun.
(b) Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya.
(c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga,
yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya.
Tata Laksana :
Psikoterapi : Penanganan sebaiknya dengan satu orang dokter (jika banyak dokter,
pasien memiliki banyak kesempatan mengemukakan keluhan somatiknya). Dokter
mendengarkan keluhan somatik pasien sebagai bukan keluhan medis tetapi
sebagai ekspresi emosi.

Hipokondriasis

Hipokondriasis adalah preokupasi seseorang mengenai rasa takut


menderita, atau yakin memiiliki penyakit berat.
Pasien yakin memiliki satu penyakit fisik yang serius yang melandasi
keluhannya padahal seluruh hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya
kelainan.
Preokupasi pasien menimbulkan penderitaan bagi dirinya dan mengganggu
kemampuannya untuk berfungsi secara baik di bidang sosial, interpersonal,
dan pekerjaan.
Kriteria Diagnosis F.45.2 Gangguan Hipokondrik
(dikutip dari buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa dan Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III)
1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurang-kurangnya satu penyakit
fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun
pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang
memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai
waham.
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan-keluhannya.
Tata laksana : Psikoterapi
Psikoterapi kelompok, psikoterapi individual berorientasi tilikan, terapi
perilaku, terapi kognitif, dan hipnosis.
Farmakoterapi diberikan pada pasien hipokondriasis yang berkomorbiditas
dengan gangguan lain seperti gangguan cemas dan gangguan depresi.
Catatan penting :
Hipokondriasis dibedakan dengan gangguan somatisasi yaitu pada
hipokondriasis pasien menekankan rasa takut memiliki satu penyakit
sedangkan pada gangguan somatisasi, pasien menekankan kekhawatiran
mengenai banyak gejala.
Keterangan :
Ilustrasi di atas menunjukkan kegiatan Doctor Shopping yang dilakukan
oleh pasien gangguan hipokondriasis dan somatisasi.
Pasien menolak penjelasan dari dokter bahwa tidak terdapat kelainan fisik
yang mendasari keluhan / penyakit yang dialami sehingga mereka
cenderung mengunjungi beberapa dokter untuk mendapatkan pendapatan
lain.
Gangguan Disosiatif (Konversi)
Gangguan disosiatif memiliki gejala utama kehilangan (sebagian atau seluruh) dari
integrasi normal (di bawah kendali kesadaran) antara :
Ingatan masa lalu
Kesadaran identitas dan penginderaan segera
Kontrol terhadap gerakan tubuh
Kemampuan kendali di bawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu
sampai ke taraf yang dapat berlangsung dari hari ke hari atau jam ke jam
Diagnosis pasti, maka hal-hal ini harus ada :
Gambaran klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang
tercantum pada F.44,
Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-
gejala tersebut.
Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu
yang jelas dengan problem dan kejadian yang stressful atau hubungan
interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh
penderita)
Beberapa jenis gangguan disosiatif :
Amnesia Disosiatif Hilangnya daya ingat biasanya mengenai kejadian stresful /
traumatik yang baru saja terjadi
Fugue Disosiatif Ciri amnesia disosiatif + melakukan perjalanan tertentu
melampaui hal yang umum dilakukan sehari-hari.
Stupor dissosiatif Stupor,sangat berkurang atau hilangnya gerakan-gerakan
volunter dan respon normal terhadap rangsangan luar misalnya cahaya, suara, dan
perabaan (sedangkan kesadaran tidak hilang)
Gangguan Trans & Kesurupan - kehilangan sementara aspek penghayatan akan
identitas diri & keasadaran terhadap lingkungannya; pada beberapa kejadian
individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib,
malaikat, atau kekuatan lain.
Gangguan Motorik Disosiatif Tidak mampu menggerakkan seluruh atau sebagian
anggota gerak
Konvulsi Disosiatif Mirip kejang epileptik, tapi sangat jarang disertai lidah
tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan mengompol. Tidak dijumpai
kehilangan kesadaran, atau hal tersebut diganti dengan keadaan seperti stupor atau
trans.
Anestesia & Kehilangan Sensorik Dissosiatif Biasanya berupa anestesi pada kulit,
gangguan penglihatan, tuli disosiatif, anosmia.
Gangguan Kepribadian

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya
satbil dan dapat diramalkan.
Gangguan Kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan subjektif.
Perbedaan antara ciri kepribadian dan gangguan kepribadian :
Ciri kepribadian masih bersifat fleksibel dan gambaran klinisnya tidak memenuhi
kriteria atau pedoman diagnostik, bersifat lebih ringan dari gangguan kepribadian.
Pedoman diagnostik gangguan kepribadian :
Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi
(afek,keasadaran,pengendalian impuls,persepsi dan cara berpikir,hubungan
dengan orang lain)
Pola perilaku itu berlangsung lama, berjangka panjang, tidak terbatas pada
episode gangguan jiwa
Bersifat pervasif (mendalam), maladaptif terhadap keadaan pribadi dan
hubungan sosial yang luas.
Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti
Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial
Gangguan Kepribadian Paranoid
Pedoman diagnostik : (minimal ada 3 kriteria)
Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada
Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya
Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri
Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya
Gangguan Kepribadian Skizoid :
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut)
Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan aktivitas kesenangan
Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli
Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain
Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang
lain(perhitungkan usia penderita)
Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan yang seperti
itu
Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Gangguan Kepribadian Dissosial:
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya
perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku :
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut)
Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus
serta tidak peduli terhadap norma peraturan dan kewajiban sosial
Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama meskipun
tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
Toleransi terhadap frustasi yang sangat rendah dan ambang yang rendah
untuk melampiaskan agresi, termasuk tindak kekerasan
Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman
khususnya hukuman
Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi
yang masuk akal untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat.

Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil :


Pedoman diagnostik :
Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional
Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan
pengendaalian diri.
Gangguan Kepribadian Histrionik :
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut) :
Ekspresi emosi yang dibuat-buat seperti bersandiwara, yang dibesarkan-
besarkan
Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan
Keadaan afektif yang dangkal; dan labil
Terus menerus mencari kegairahan (excitement) dan penghargaan dari
orang lain dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
Penampilan/perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai
Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Gangguan Kepribadian Anankastik :
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut) :
Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan
Preokupasi dengan hal-hal yang rinci peraturan,daftar,urutan,organisasi
atau jadwal
Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas
Ketelitian berlebihan terlalu hati-hati dan keterikatan yang tidak semestinya
pada produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan
interpersonal
Keterpaduan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial
Kaku dan keras kepala
Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan untuk
mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan
Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut) :
Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif
Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain
Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial
Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai
Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak

Gangguan Kepribadian Dependen


Membiarkan orang lain mengambil keputusan penting uuntuk dirinya
Kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung,
kepatuhan tidak semestinya
Keengganan mengajukan permintaan yang layak kepada orang ia bergantung
Perasaan tidak enak / tidak berdaya apabila sendiri
Preokupasi ketakutan akan ditinggalkan orang yang dekat dengannya
Terbatasnya kemampuan membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat
nasehat
Paling sedikit sudah 3 bulan
Tatalaksana Gangguan kepribadian secara umum :
1. Psikoterapi, prinsipnya : menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan
kepribadiannya menyebabkan disfungsi diri, hubungan interpersonal &
sosialnya, bukan dengan menyalahkan pasien. Jenis psikoterapi : terapi kognitif,
terapi keluarga, terapi kelompok.
2. Psikofarmako : diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu dengan
target terapi untuk menghilangkan gejala.
Gangguan Kebiasaan & Impuls
Gangguan ditandai tindakan berulang yang tidak mempunyai motivasi rasional yang
jelas, serta umumya merugikan kepentingan penderita sendiri & orang lain. Terdapat
periode prodromal berupa ketegangan dengan rasa lega pada saat terjadinya tindakan
tersebut.

F.30.1 Bakar Patologis


(piromania)
F.30.0 Judi Patologis F.30.2 Curi Patologis
(kleptomania)

F.63 Gangguan Kebiasaan


& Impuls
F 63.9 Gangguan
F.30.3 Trikotilomania Kebiasaan & impuls
YTT

F.63.8 Gangguan kebiasaan


& impuls

Gangguan makan
Anoreksia nervosa
Ciri khas gangguan ini mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu &
dipertahankan oleh penderita
Untuk diagnosis pasti dibutuhkan semua hal seperti dibawah ini:
a. Pasien tampak kurus, berat badan <15% dibawah berat badan ideal
b. Pasien mengurangi berat badan secara sengaja menghindari makanan
di sertai salah satuatau lebih cara berikut:
1. Merangsang muntah oleh diri sendiri
2. Menggunakan pencahar
3. Olahraga berlebihan
4. Memakai obat-obatan penekan nafsu dan / atau diuretika
c. Terdapat distorsi body image
d. Terdapat gangguan endokrin (wanita menjadi amenore, pria kehilangan
minat & potensi seksual)
e. Jika onset terjadi pra-pubertas, perkembangan pubertas tertunda, atau
dapat juga tertahan.
Bulimia nervosa
Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua berikut ini:
a. Pasien memiliki preokupasi berlebihan untuk makanan berlebihan
b. Ketakutan berlebihan akan kegemukan dan berusaha menghindari
kegemukan dengan cara:
1. Merangsang muntah
2. Menggunakan pencahar
3. Puasa berkala
4. Memakai obat-obatan
c. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif.
Ingin hidup & diterima Mengenakan pakaian dari
sebagai anggota kelompok lawan jenis untuk
lawan jenis & ingin menikmati pengalaman
mengubah tubuhnya sesuai menjadi lawan jenisnya.
dengan jenis kelamin yang Tidak ada hasrat untuk
diinginkan. (dengan operasi mengubahkelamin
atau terapi hormon) ataupun perangsangan
.T
Transseksualisme seksual yang menyertai
pemakaian pakaian lawan
jenis.
Transvestisme Ganda

Gangguan Identitas
Jenis Kelamin Gangguan Identitas
Gangguan Identitas Jenis Kelamin
Jenis Kelamin YTT Lainnya

Gangguan Identitas Jenis


Kelamin Masa Kanak

Manifestasi awal timbul usia pra sekolah. Gangguan ini


harus tampak sebelum pubertas. Keinginan anak yang
mendalam & menetap untukmenjadi jenis kelamin lawan
jenisnya disertas penolakan terhadap perilaku, atribut,
atau pakaian yang sesuai untuk jenis kelaminnya.

Gangguan Preferensi Seksual


Ekshibisionisme : Dorongan yang berulang & hasrat untuk memperlihatkan alat
kelaminnya pada orang asing (orang yang tidak dikenal).
Fetihisme : Mendapatkan kepuasan / rangsangan seksual dengan menggunakan benda
mati yang berhubungan erat dengan tubuh manusia.
Voyeurisme : Preokupasi berulang-ulang dengan fantasi atau tindakan mencari-cari atau
mengamati orang telanjang atau orang dalam aktivitas seksual.
Pedofilia : Adanya preferensi seksual terhadap anak-anak.
Sadisme : Dorongan seksual yang kuat & bangkitan fantasi seksual melibatkan tindakan
yang menimbulkan penderitaan psikologis atau ik pada korbannya.
Masokisme : Preokupasi berulang terhadap dorongan / fantasi seksual yang melibatkan
perilaku disiksa, dipukuli, diikat, atau dibuat menderita.
Frotteurisme : Tindakan menggosok-gosokkan kelamin ppria pada wanita berpakaian
untuk mencapai orgasme.
Nekrofilia : Obsesi untuk memperoleh kesenangan seksual dari mayat.

Psikiatri Anak
Autisme Masa Kanak ( autisme infantil / Gangguan austik)
Ditandai dengan adanya kelainan dan / atau hendaya perkembangan yang muncul
sebelum usia 3 tahun dengan ciri kelainan fungsi dalam 3 bidang : interaksi sosial,
komunikasi & perilaku yang terbatas & berulang.
Autisme Tak Khas
Ditandai oleh adanya kelainan dan / atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk
pertama kalinya pada usia setelah 3 tahun.
Tidak cukup menunjukkan kelainan dalam satu ataudua hari dari 3 bidang psikopatologi
untuk diagnostiS autisme (interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan
berulang).
Autisme tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental berat, yang
sangat rendah kemampuannya.
Sindrom Asperger
Diagnosis ditegakkan dari kombinasi antara :
Tidak adanya hambatan / keterlambatan umum dalam perkembangan bahasa /
perkembangan kognitif yang secara klinis jelas, seperti pada autisme.
Adanya defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksi sosial timbal balik
Adanya pola perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas, berulang dan streotipik.
Sindrom Rett
Pada sebagian besar kasus, onset terjadi sekitar 7 24 bulan.
Pada pekembangan awal tampak normal, lalu terjadi kemunduran berupa hilangnya
kemampuan berupa hilangnya kmempuan gerakan tangan yang bertujuan dan
ketrampilan motorik yang terlatih. Disertai kehilangan atau hambatan seluruh atau
sebagian kemampuan berbahasa, gerakan mencuci tangan yang streotipik, dengan fleksi
lengan ke depan dada atau dagu, membasahi tangan secara streotipik dengan saliva,
hambatan dalam fungsi mengunyah makanan.

Gangguan Disintegratif Masa Kanak Lainnya


Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal yang jelas sampai usia
minimal 2 tahun, diikuti dengan kehilangan yang nyata dari ketrampilan yang sudah
diperoleh sebelumnya. Juga disertai adanya gangguan yang khas dari fungsi sosial (
kehilangan secara menyeluruh perhatian/minat terhadap lingkungan), komunikasi, dan
perilaku ( mannerisme motorik yang streotipik dan berulang).
Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Derajat retardasi mental menurut PPDGJ-III :
Retardasi mental ringan : IQ 50-69
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan bicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai usia dewasa
Retardasi mental sedang : IQ 35-49
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percekapan sedehana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.
Retardasi mental berat : IQ 20-34
Kategori ini umumnya mirip dengan RM sedang dalam hal gambaran klinis,
terda[pat etiologi organik, kondisi yang menyertai, dan tingkat prestasi yang
rendah. Kebanyakan menderita gangguan motorik yang mencolok atau defisit
lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan
perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
Retardasi mental sangat berat : IQ dibawah 20
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, kemampuan tertinggi hanyalah
mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


Perilaku hiperaktif, impulsif, dan sulit memusatkan perhatian yang timbulnya
lebih sering, persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya.
Gejala umumnya telah timbul sebelum anak berusia 7 tahun. Namun, biasanya
anak baru dibawa berobat saat anak mulai bersekolah secara formal. Keluhan
yang sering disampaikan adalah anak yang nakal, tidak kenal takut, berjalan-
jalan dalam kelas, seringkali berbicara dengan kawannya saat pelajaran
berlangsung.
Anak dengan GPPH memiliki ambang toleransi frustasi yang rendah,
disorganisasi, dan perilaku yang agresif.
Kondisi tersebut menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam
menjaklankan fungsinya sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman sebaya,
keluarga, dan menggangu kesiapan anak belajar sehingga akan menyebabkan
penurunan prestasi anak.

Kedaruratan Psikiatri
5 hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien dengan kedaruratan
psikiatri :
1. Keamanan Pasien
Apakah aman bagi pasien untuk berada diUGD?
Jika intervensiverbal tidak cukup atau merupakan kontraindikasi, perlu
pertimbangkan pemberian obat atau pengikatan.
2. Medik atau psikiatrik
Nilai apakah kasusnya termasuk kasus medik, psikiatrik, maupun
kombinasi keduanya. Kondisi medik umum seperti trauma kepala, infeksi
berat dengan demam tinggi, kelainan metabolisme, AIDS, intoksikasi,
atau gejala putus zat seringkali menyebabkangangguan fungsi mental
yang menyebabkan gangguan fungsi mental yang menyerupai gangguan
psikiatrik pada umumnya.
3. Psikosis
Yang pentin bukanlah penegakkan diagnosisnya, tetapi seberapa
jauhketidakmampuan dalam menilai realita dan buruknya tilikan
mempengaruhi hidupnya.
4. Suicidal atau homicidal
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri sangat membahayakan
diri sendiri atau orang lain. Pasien ini harus diobservasi secara ketat.
5. Kemampuan merawat diri sendiri
Sebelum memulangkan pasien harus dipertimbangkan apakah pasien
mampu merawat diri sendiri dan mampu menjalankan saran yang
dianjurkan.

Tindakan Kekerasan ( Violence)


Tindakan kekerasan adalah agresi yang dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Tindakan kekerasan merupakan bagian. Tindakan kekerasan merupakan bagian dari
suatu kondisi gaduh gelisah.
Prinsip penangaaan awal :
Lindungi diri. Perkirakan mungkin terjadi suatu tindak kekerasan yang dilakukan
oleh pasien kepada pemeriksa.
Lakukan pengikatan oleh staf yang telah terlatih.
Biasanya setelah diikat, pasien diberikan farmakoterapi (benzodiazepin atau
antipsikotik) tergantung diagnosisnya untuk menenangkan pasien.
Lakukan evaluasi diagnostik : pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik & wawancara
psikiatrik.
Rawat pasien (bila ada indikasi) untuk mencegah pasien melakukan tindakan
kekerasan.
Bunuh Diri
Apakah kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri.
Prinsip penanganan:
Jangan tinggalkan pasien dengan kecenderungan bubuh diri berada sendirian di
ruangan. Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan diruangan
tersebut.
Lakukan penilaian apakah tindakan dilakukan pasien direncanakan atau
dilakukan secara impulsif.
Penatalaksanaan tergantung pada diagnosis yang ditegakkan.
Observasi pasien secara ketat, jika tidaak dapat dilakukan pengawasan ketat
maka diperlukan rawat inap terhadappasien dengan keinginan bunuh diri.
Sindrom Neuroleptik Maligna
Sindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang berhubungan dengan
penggunaan anti psikotik. Sindrom ini disebabkan oleh efek samping pemberian bat
antipsikotik. Sindrom ini disebabkan oleh efek samping pemberian obat antipsikotik
yang ditandai dengan demam tinggi ( 41,50C ), kekakuan otot yang nyata, instabitas
otonomik (takikardi, tekanan darah, labil, keringat, keringat berlebihan), dan gangguan
kesadaran. Sindrom neuroleptik maligna merupakan keadaan darurat dan perlu dirawat
di Unit Perawatan Intensif ( ICU ). Prinsip penanganan :
Hentikan perawatan antipsikotik
Monitor tanda vital pasien secara berkala
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup : darah lengkap dengan
hitung jenis, kimia darah ( fungsi hati, ureum, kreatinin )
Turunkan suhu dengan kompres ice bath / cooling blanket.
Hidrasi intravena
Farmakoterapi : Amantadine, Bromokiptin, Levodopa

Delirium
Ditandai dengan gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran) terhadap
lingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan, & mengalihkan perhatian
serta terdapat hambatan dalam fungsi kognitif. Delirium memiliki awitan tiba-tiba.
Prinsip penanganan :
Bersikap suportif, tegas, dan tidak mengancam. Bila perlu, pasien diikat terlebih
dahulu jika membahayakan.
Tenangkan pasien bahwa ia aman disini.
Menganalisa penyebab delirium dan terapi sesuai kausa ( penyakit SSP, penyakit
sitemik, penyalahgunaan obat ).
Indikasi rawat inap :
Bila pasien membahyakan diri sendiri atau orang lain.
Bila perawatan di rumah tidak memadai.
Perlu observasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai