Definisi Psikiatri
Psikiatri: cabang spesialistik ilmu kedokteran yang mengkhususkan pedalaman
aspek patogenesis, diagnosis, terapi, rehabilitasi, pencegahan gangguan jiwa, dan
peningkatan kesehatan jiwa.
Manfaat:
Manfaat mempelajari psikiatri:
Dokter dapat memahami dan menguasai bidang kompetensinya serta dapat
menguasai berbagai dasar prinsip psikiatri klinis, sehingga dapat memanfaatkan
pengetahuan psikiatri/ kejiwaan dalam pengalaman ilmu kedokteran secara utuh.
Bukan sekedar mengobati penyakit, namun juga memperhitungkan dampak dalam
segala aspek manusianya dalam mengusahakan kualitas hidup pasien yang lebih
baik.
Gangguan Jiwa
Konsep gangguan jiwa:
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
Sindrom atau pola perilaku
Sindrom atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), antara lain
berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ
tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability) dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, dll).
Riwayat
Pemeriksaan psikiatri
(Riwayat psikiatri, medis dan keluarga)
Pemeriksaan
Anamnesa Psikiatri
Autoanamnesis : Wawancara terhadap pasien sendiri
Heteroanamnesis : Wawancara terhadap keluarga dekat pasien
Data Pribadi
Mencakup nama, alamat, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, bahasa, suku bangsa, agama dan data lainnya. Informasi tempat dan
situasi saat wawancara dilakukan.
Keluhan Utama
Tanyakan mengapa pasien datang ke dokter (biarkan pasien bercerita dalam bahasa
pasien sendiri), bila informasi berasal dari orang lain, catat siapa yang
memberikannya.
Riwayat Keluarga
Penting dicatat: riwayat penyakit, rawat inap, tata laksana psikiatri pada anggota
keluarga dekat pasien; deskripsi kepribadian anggota keluarga yang tinggal
serumah; peran tiap anggota keluarga dalam pembentukan karakter pasien serta
hubungan orang tersebut dengan pasien saat ini; dll.
Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal: Lama kehamilan, proses kelahiran, trauma lahir, cacat
lahir, apakah kehamilan / kelahiran diingankan oleh orang tua.
b. Masa kanak awal: kebiasaan pemberian makan, perkembangan awal, toilet
training, masalah perilaku, kepribadian dan tempramen anak, mimpi atau fantasi.
c. Masa kanak pertengahan: riwayat awal bersekolah, penyesuaian diri, identifikasi
gender, perkembangan hati nurani, hukuman, hubungan sosial, sikap terhadap
saudara dan teman bermain.
d. Masa kanak akhir: hubungan sebaya, riwayat sekolah, perkembangan motorik
dan kognitif, masalah fisik dan emosional remaja, riwayat psikoseksual
(pengetahuan seks, sex abuse, pubertas, sikap terhadap sesama dan lawan jenis).
e. Masa dewasa:
Riwayat pekerjaan: jenis pekerjaan, konflik, ambisi, sikap terhadap rekan
kerja dan atasan, riwayat pekerjaan.
Riwayat perkawinan: lamanya, konflik, percekcokan, harapan terhadap
pasangan, aspek positif dan negatif dari perkawinan, dll.
Riwayat militer: kemampuan adaptasi, disiplin, cedera (jika ada)
Riwayat pendidikan: tingkat pendidikan, dll.
Agama: latar belakang agama, pendidikan, sikap terhadap agama dan agama
lain, pandangan agamanya terhadap gangguan jiwa, bunuh diri, moral
keagamaan.
Aktivitas sosial: hubungan sosial, dll.
Situasi kehidupan sekarang: rumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal
serumah, sumber keuangan, siapa yang menjaga anak, dll.
Riwayat hukum: ada riwayat tindak kejahatan / kekerasan, dll.
Riwayat seksual: awal pengetahuan tentang seks, sikap orang tua, riwayat
pelecehan seksual seks, awitan pubertas, masturbasi, sikap terhadap seks,
orientasi seksual, hubungan seks diluar nikah.
Mimpi, fantasi, dan nilai-nilai: tanyakan kepada pasien tentang mimpi buruk
berulang, fantasi, khayalan tentang masa depan, nilai pribadi terhadap moral
Ingat!!!
Anamnesis tidak pernah dapat dianggap selesai dan selalu harus dibiarkan terbuka
untuk menampung data-data tambahan yang sewaktu-sewaktu akan terungkap.
Deskripsi umum
Penampilan : kesan keseluruhan terhadap pasien yang direfleksi dari postur,
sikap, cara berpakaian, dan berdandan. Biasanya digambarkan dengan: tampak
sehat, tampak sakit, tampak tenang, tampak lebih tua/muda dari umurnya, tidak
rapi, dll.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : mengamati aktivitas pasien seperti adanya
tics, kejang, gerak-gerik, gelisah, rigiditas, dll.
Sikap terhadap pemeriksaan : koperatif, bersahabat, defensif, seduktif,
bercanda, menyenangkan, mengelak, berhati-hati.
Mood & Afek
Mood : suasana alam perasaan pasien yang bersifat pervasif dan menetap dalam
jangka waktu yang lama dan subjektif.
Afek : responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari ekspresi wajah
pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat
dideskripsikan sebagai normal, menyempit, tumpul, atau datar.
Keserasian afek : keserasian respon emosi pasien mengenai subjek yang sedang
pasien bicarakan.
Pembicaraan
Karakteristik fisik gaya bicara: kuantitas, laju produksi, dan kualitasnya.
Pasien digambarkan sebagai banyak bicara, cerewet, fasih, pendiam, spontan /
tidak santun, atau berespon normal terhadap petunjuk pewawancara. Gaya
bicara dapat cepat, lambat, tertekan, tertahan, emosional, dramatis, menoton,
keras, terputus-putus, atau bergumam
Persepsi
Apakag ada gangguan persepsi berupa halusinasi / ilusi?
Jenis halusinasi yang dialami pasien: visual, olfaktorik, auditorik, atau taktil.
Beberapa contoh petanyaan wawancara: apakah anda mendengar suara yang
tidak dapat dilihat oleh orang lain? Apakah anda dapat melihat pemandangan
yang tidak dapat dilihat oleh orang lain?
Tanyakan isi ilusi/halusinasi.
Pikiran
Apakah terdapat gangguan proses pikir dan gangguan isi pikir?
Gangguan proses pikir: ide sangat banyak/ miskin ide; flight of ideas; asosiasi
longgar; neologisme; dll.
Apakah terdapat gangguan isi pikir berupa preokupasi, waham, obsesi
kompulsi.
Obsesi: apakah anda memiliki ide yang mengganggu dan berulang?
Kompulsi: adakah hal tertentu yang anda kerjakan berulang-ulang? adakah
hal yang anda kerjakan sesuai urutan tertentu?
Waham kejar: apakah anda merasa diikuti, atau merasa ada orang yang akan
mencelakakan anda?
Waham Kebesaran: apakah anda memiliki kekuatan atau kemampuan
khusus?
Pengendalian Impuls
Dinilai kemampuan pasien mengontrol impuls seksual, agresi, dan impuls lainnya.
Penilaian ini bertujuan untuk menilai apakah pasien berpotensi membahayakan diri
sendiri dan orang lain.
Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi mengenai riwayat pasien
dan perilaku yang diamati selama wawancara.
Daya nilai dan tilikan
Daya nilai: apakah pasien memahami akibat dari perbuatan yang
dilakukannya dan nilai apakah pasien dapat meramalkan apa yang akan
dilakukannya dalam suatu situasi imajiner, misalnya apa yang akan pasien
lakukan ketika ia mencium asap dalam bioskop yang penuh sesak.
Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya
Obsesi
Suatu ide yang menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasaya
dibarengi suatu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat
dihilangkan dengan usaha yang logis, berhubungan dengan kecemasan.
Kompulsi
Kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika
diahan akan menimbulkan kecemasan, perilku berulang sebagai respon dari obsesi
atau timbul untuk memenuhi aturan tertentu.
Fobia
Ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakhibatkan keinginan
yang memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Contoh: agoraphobia (takut di
tempat terbuka), klautrofobia (takut berada di tempat sempit), fobia social
(ketakutan dipermalukan di depan public seperti rasa takut untuk berbicara, tampil,
atau makan di tempat umum), dll.
PERSEPSI
Adalah sebuah proses mental yang merupakan pegiriman stimulasi fisik
menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara
sadar. Beberapa contoh gangguan persepsi:
1. Depersonalisasi
Suatu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri
sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata.
2. Derealisasi
Perasaan subyekif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak nyata.
3. Ilusi
Suatu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulasi eksternal
yang nyata.
4. Halusinasi
Persepsi atau tanggapa palsu, tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata, menghayati gejala- gejala yang dikhayalkan sebagai
hal yang nyata. Beberapa jenis halusinasi yang biasa dijumpai:
Halusinasi Hipnagogik: Persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena
patologis.
Daya Nilai
Merupakan kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak
yang sesuai dengan situasi tersebut.
Daya nilai sosial: Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak
yang sesuai dalam situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang
berlaku dalam kehidupan sosial berbudaya.
Uji daya nilai: Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.
Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari
suatu situasi. Tilikan terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk memahami
kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi dirinya.
Jenis- jenis tilikan :
Tilikan I : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
Tilikan II : Ambivalen terhadap penyakitnya.
Tilikan III : Menyalahkan factor lain sebagai penyebab dari
penyakitnya.
Tilikan IV : Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
Tilikan V :Menyadari penyakitnya dan factor yang berhubungan
dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
Tilikan VI : Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.
Diagnosis Multiaksial
Evaluasi multiaksial bermanfaat untuk memahami pasien secara
menyeluruh baik dari segi:
1. Ada tidaknya gangguan jiwa
2. Gangguan kepribadian
3. Kondisi medik/ fisik
4. Masalah psikososial dan lingkungan
5. Fungsinya sebagai makhluk psikososial secara menyeluruh
AKSIS I
F00-F09 Gangguan Mental Organik (+ simptomatik)
F10-F19 Gangguan Mental dan Perilaku Zat Psikoaktif
F20-F29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal & Gangguan Waham
F30-F39 Gangguan Suasana Perasaan (Afektif/ Mood)
F40-F48 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform
F50-F59 Sindrom perilaku gangguan fisiologi/ fisik
F62-F68 Perubahan kepribadian non organik; Gangguan impuls, Gangguan
seks
F80-F89 Gangguan perkembangan psikologi
F90-F98 Gangguan perilaku & emosional onset kanak- kanak
F99 Gangguan jiwa YTT
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis I
R 69 Diagnosis aksis I tertunda
AKSIS II
F60 Gangguan Kepribadian Khas
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian schizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 Gangguan kepribadian histrionic
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan Kepribadian Campuran danLlainnya
F61.0 Gangguan kepribadian campuran
F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah
Gambaran Kepribadian Maladatif
Mekanisme Defensif Maladatif
F70-F79 Retardasi Mental
Z 03.2 Tidak ada diagnosis Aksis II
R 46.8 Diagnosis aksis II tertunta
AKSIS III
Bab I Penyaki ineksi dan parasite tertentu
Bab II Neoplasma
Bab IV Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolism
Bab VI Penyakit susunan saraf
Bab VII Penyakit mata dan adneksa
Bab VIII Penyakit telinga & proses mastoid
Bab IX Penyakit sistem sirkulasi
Bab X Penyakit sistem pernapasan
Bab XI Penyakit sistem pencernaan
Bab XII Penyakit sistem kulit dan jaringan subkutan
Bab XIII Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
Bab XIV Penyakit sistem genitourinaria
Bab XV Kehamilan, kelahiran anak, dan masa nifas
Bab XVII Malformasi kongenital, deformitas, kelaian kromosom
Bab XVIII Gejala, tanda, dan temuan klinis- lab. Abnormal
Bab XIX Cedera, keracunan, dan akibat kuasa eksternal
Bab X Kausa eksternal dari morbiditas dan mortilitas
BabXXI Faktor -> status kesehatan dan pelayanan kesehatan
AKSIS IV
Masalah dengan primary support group (keluarga)
Masalah berkaita dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah oekerjaan
Masalah Perumahan
Masalah Ekonomi
Masalah akses ke layanan kesehatan
Masalah berkaitan interaksi dengan hukum atau criminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain
2. Sindrom Amnesik
Terdapat hendaya daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat
jangka pendek; amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya
kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman
yang telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak
(terutama bila mengenai struktur diensefalon dan temporal medial
secara bilateral).
Tidak berkurangnya daya ingat segera, misalnya diuji untuk
mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian dan kesadaran
dan tidak adanya hendaya intelektual secara umum.
3. Delirium
Gejala klinis delirium terdiri dari gangguan kesadaran dan
gangguan kognisi. Delirium bukan penyakit tetapi merupakan gejala
sehingga menentukan delirium harus didasarkan penyebabnya.
Klasifikasi:
Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum.
Delirium yang diindikasi oleh zat (intoksikas zat & putus zat)
Delirium akibat etiologi multipel
Delirium yang tidak tergolongkan
Kriteria diagnostik delirium yang tidak disebabkan alcohol & zat psikoaktif:
1. Gangguan kesadaran (kesadaran berkabut sampai dengan koma) &
gangguan perhatian (menurunnya kemampuan mengarahkan,
memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian).
2. Gangguan kognitif secara umum:
Distorsi persepsi, ilusi, dan halusinasi (seringkali visual).
Hendaya daya pikir & pengertian abstrak, dengan atau tanpa
waham yang bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat
inkoherensi ringan.
Hendaya daya ingat segera & jangka pendek, namun daya ingat
jangka panjang relatif masih utuh.
Disorientasi waktu, pada kasus berat terdapat disorientasi
tempat dan orang.
3. Gangguan psikomotor:
Hipo atau hiperaktivitas & pengalihan aktivitas yang tidak
terduga dari satu ke yang lain.
Waktu bereaksi yang lebih panjang.
Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang.
Reaksi terperenjat meningkat.
4. Gangguan siklus tidur bangun:
Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama
sekali atau terbaliknya siklus tidur-bangun; mengantuk di siang
hari.
Gejala yangmemburuk pada malam hari.
Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
5. Gangguan emosional: depresi, anxietas atau takut, lekas marah,
auforia, apais, atau rasa kehilangan akal.
Terapi Delirium
Terapi Delirium adalah mengobati penyebab yang mendasari.
Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan adalah
psikosis & insomnia.
Psikosisdiberikan haloperidol
Insomnia diberikan golongan benzodiazepine yang memiliki yaktu
paruh pendek.
Intoksikasi akut : suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan NAPZA, sehingga
terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respon psikologis lainnya.
Penggunaan yang merugikan : penggunaan zat yang merusak kesehatan baik fisik maupun
mental.
Sindrom ketergantungan : diagnosis ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala berikut
yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
1. ada keinginan dan dorongan kuat untuk menggunakan zat psikoaktif
2. sulit mengendalikan perilaku penggunaan zat
3. terdapat gejala putus zat ketika dihentikan, dan orng tersebut akan
menggunakan kembali untuk menghilangkan gejala putus zat
4. terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis untuk memperoleh efek
yang sama (yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah)
5. secara progressif mengabaikan kesenangan atau minat lain disebabkan
meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mengunakan zat psikoaktif
tersebut atau untuk pulih dari akibatnya
6. tetap menggunakan zat tersebut meskipun ia menyadari akibat merugikan bagi
kesehatannya
Keadaan putus zat : merupakan salah satu indikator sindrom ketergantungan , gejala
fisiknya bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gejala akan mereda jika
penggunaan zat diteruskan.
GANJA
SEDIAAN : serpihan daun, dikonsumsi dengan cara
dihisap.
BENZODIAZEPIN
SEDIAAN : tablet (nitrazepam, diazepam,
flurazepam, bromazepam) dan injeksi diazepam.
SKIZOFRENIA
Pendahuluan
Skizofrenia terdiri dari dua kata yaitu : Skizo = pecah dan frenia = kepribadian. Skizofrenia
merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian,
distorsi proses piker, waham yang aneh, gangguan presepsi, afek yang abnormal.
Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak
terganggu. Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan
waktu senggang).
Epidemiologi
Etiologi
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
A. thought echo = isis piker dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
tought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
tought broadcasting = isi pikirnya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya
B. delution of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar, atau
delution of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar, atau
delution of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
delution of perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.
C. Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomenter secara terus menerus terhadap
perilaku pasien
Suara halusinasi yang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara)
Jenis suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa ( misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
A. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus
B. Arus pikir yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme
C. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,negativism, mutisme, dan stupor
D. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika
Adanya gejala-gejala khas tersebutdiatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari
beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri ( self
absorbed attitude),atau penarikan diri secara sosial.
Kepribadian prespikotik : dapat ditemui pada beberapa pasien skizofrenia yang ditandai
dengan penarikan diri dan terlalu kaku secara sosial, sangat pemalu dan sering
mengalami kesulitan disekolah meskipun IQ-nya normal. Beberapa pasien sebelum di
diagnosis skizofrenia mempunyai kepribadian skizoid, ambang, antisocial atau skizoapati.
Gambaran klinis
Deskripsi umum :
Penampilan pasien : dapat tampak sangat berantakan (tidak rapi, tidak mandi,
dll), menjerit-jerit, teragitasi hingga orang yang terobsesi tampil rapi, sangat
pendiam dan imobil.
Perilaku : dapat menjadi teragitasi atau kasar yang disebabkan karena respon
terhadap halusinasi. Pada stupor katatonik, perilaku pasien seperti tampak tidak
bernyawa dan mungkin memperlihatkan tanda membisu, negativism, dan
kepatuhan otomatis.
Gangguan persepsi
Gangguan pikiran
Asosiasi longgar : ide tidak nyambung, ide melompat dari satu topic ke topic lain
yang tidak berhubungan
Pemasukan yang berlebihan : pikiran dimasuki informasi yang tidak relevan
Neologisme : pembentukan kata-kata baru
Terhambat : pembicaraan tiba-tiba terhenti dan disambung beberapa saat
kemudian, biasanya dengan topik lain
Klang asosiasi : pemilihan kata-kata selanjutnya berdasarkan bunyi kata yang baru
saja diucapkan dan bukan isi pikirnya
Ekolalia,konkritisasi, alogia, dll
Tilikan: tilikan pasien skizofrenia memiliki tilikan yang buruk terhadap sifat dan
keparahan gangguannya.
Gejala positif:
Gejala negatif:
Gangguan perasaan (afek tumpul, respon emosi minimal) gangguan proses pikir (lambat,
terhambat). Isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif. Petilaku yang sangat
terbatas dan cendrung menyendiri (Abulia).
Klasifikasi skizofrenia:
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang menyakinkan persyaratan berikut harus dipenuhi semua:
Skizofrenia simpleks
Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual(F 20.5) tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain, dari episode psikotik dan
Disertai dengan perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secra sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibanding subtipe skizofrenia lainnya.
Tatalaksana skizofrenia
FARMAKOTERAPI
Efek lainnya: APG-1 potensi rendah (contoh: chlorplormazine) lebih bersifat sedasi
sehingga lebih efektif untuk pasien yang lebih agitatif.
1. Golongan phenotiazine
Rantai aliphatic: chlorplormazine
Rantai piperazine: perphenazine, trifluopiperazine, fluophenazine
Rantai piperidine: thioridazine
2. Golongan butyrophenone: haloperidol
3. Golongan diphenylbutyl piperidine: pimozide
Beberapa obat APG-1 dan dosisnya:
Efek samping
- Dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom imobilitas yaitu tonus otot meningkat
dan postur otot menignkat yang disebut katalepsia. Antipsikosis tipikal dapat
menurunkan aktivitas motorik karena bekerja menginaktifkan neurodopamin
pada substansia nigra.
- Ektrapiramidal sindrom
- Tardive dyskinesia
- Neuroleptika maligna
EKSTRAPIRAMIDAL SINDROM
Parkinsonisme
Akibat adanya blockade dopamine di ganglia basallis
Gejala: rigiditas, bradikinesia, tremor , muka tpeng, berjalan dengan menyeret kaki, lenggang
lengan berkurang atau seperti robot.
Gejela sering terjadi antara 5-30 hari pertama pengobatan
Dystonia akut
Yaitu spasme otot yang menetap atau intermiten.
Awitan biasanya tiba-tiba
Penatalaksanaan
Jika terjadi efek samping sindrom ekstrapiramidal biasanya terlebih dahulu dilakukan
penurunan dosis obat. Dan bila tidak dapat ditanggulangi, diberikan antiikolinergik sperti
triheksifenidil, sulfas atropin, atau difenhidramin injeksi.
Preparat antikolinergik yang paling sering digunakan adalah:
triheksifenidil (artane) dengan dosis oral 2-4x 2 mg
Bila tetap tidak berhasil mengatasi efek samping Mengganti jenis antipsikotik dengan APG-2 yang
memiiki sedikit kemungkinan mengakibatkan efek samping ekstrapiiramidal.
TARDIVE DISKINESIA
Tardive dyskinesia sering terjadi setelah terapi jangka panjang dengan APG-1. Pasien dengan tardive
dyskinesia sering memerlihatkan gerakan involunter pada lidah, wajah, mulut,/rahang, dan anggota
gerak dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang.
Penatalaksanaan: bila terjadi tardive dyskinesia, maka perlu dilakukan penurunan dosis antipsikotik.
Bila gejala psikotik akibat penggunaan APG-1 tidak berkurang atau bahkan memburuk setelah
penurunan dosis, maka obat APG-1 diganti dengan obat APG-2
NEUROLEPTIK MALIGNA SINDROME
Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat antipsikosis
(khususnya pada long acting risiko menjadi lebih besar). Walaupun semua pasien yang diberikan
antipsikosis berisiko mengalami SNM, risiko ini akan lebih besar pada pasien dengan konsidi
dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi.
Prognosis Skizofrenia
- Untuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri serta pembunuhan
- Untuk perilaku yang sangat kacau dan tidak pada tempatnya, termasuk
ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan, sandang , dan
papan.
F 21.0 Gangguan Skizotipal keadaan dimana terdapat pola defisit dalam hubungan
sosial dan interpersonal, yaitu merasa tidak nyaman dan kurang mampu membina
hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau persepsi dan perilaku yang
eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda, dan nyata dalam berbagai
konteks atau situasi kehidupan.
Gangguan ini tidak pernah ditemukan gejala psikotik tapi tetap dimasukann
dalam F21 karena termasuk dalam keluarga skizofrenia.
- Onset akut ( dalam masa 2 minggu atau kurang= jangka waktu gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan menganggu beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaann sehari-hari
- Gejala psikotik itu sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 3 bulan.
- Ciri khas: terdapat waham pada satu atau lebih orang akibat ia atau
mereka diinduksi oleh serag penderita gangguan waham yang
hubungannya akrab sekali dengan dirinya/mereka.
F 25 skizoafektif
- Gejala psikotik dan afektif (mood) sama sama menonjol pada saat yang
bersakaaj atau ada satu episode penyakit yang sama
- Terbagi menjadi:
tipe campuran
GANGGUAN MOOD/AFEK
DEPRESI
Gejala utama:
- Afek depresif
- kehilangan minat dan kegembiraan
- berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau membunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan terganggu
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa minimal 2
minggu untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan, jika
gejala berat dan berlangsung cepat.
Diagnosis ketiga derajat episode depresif ditegakkan jika keadaan tersebut merupakaan
episode tunggal (yang pertama) . Episode depresif berikeutnya diklasifikasikan sebagai salah
satu kategori episode depresif berulang.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien
mungin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal
demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibernarkan.
Tatalaksana depresi
Rawat inap, indikasi:
- Kebutuhan untuk prosedur diagnostic
Farmakoterapi
- Golongan trisiklik: amitriptilin, tianeprin, imipramine, clomipramine
Episode Kini
Episode Kini Gangguan Afektif
depresi Berat Tanpa
Manik Dengan Bipolar
Gejala Psikotik
GEjala Psikotik
GANGGUAN PANIK
Defenisi
Merupakan gangguan yang terutama ditandai dengan serangan panik
berulang. Serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai
gejala otonomik terutama system kardiovaskular dan system pernapasan.
Gambaran Klinis
Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat
meningkat hingga sangat berat disertai dengan gejala-gejala yang mirip
gangguan jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin,
hingga merasa seperti tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi atau
serangkaian kejadian tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya.
Gejala mental yang dirasakan adalah rasa takut yang hebat dan ancaman
kematian atau bencana.
Kriteria Diagnosis F 41. 0 Gangguan Panik
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnose utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
Untuk diagnose panik pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dalam masa kira-kira 1 bulan :
a) Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektik tidak ada bahaya
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang didapat
diduga sebelumnya.
c) Dengan keadaan yang relatifbebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode diantara serangan-serangan panik ( meskipun demikian,
umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik, yaitu anxietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi )
Tatalaksana
Farmakoterapi
Anti panik golongan trisiklik : Imipramine, Clomipramine
Anti panik golongan benzodiazepine : Alprazolam
Anti panik golongan RIMA ( Reversible Inhibitor Of Monoamine
Oxydase-A) : Moclobemide
Anti panik golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
: Sertraline, Fluoxetine)
Psikoterapi
Terapi relaksasi : Prinsipnya melatih pernapasan, mengundurkan
seluruh oto tubuh, dan mengsugestikan kearah yang ingin di capai.
Terapi kognitif perilaku : Individu diajak untuk membentuk pola
perilaku dan pikiran yang rasional dan menggantinya dengan yang
lebih rasional.
Psikoterpai dianamik : Individu diajak untuk memahami diri dan
kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejala semata.
Beberapa contoh sediaan obat anti panik dan dosisnya. (di kutip dari
buku panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik edisi 2014).
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis anjuran
1. Imipramine Tofranil Tab 25 mg 75 150 mg/h
2. Clomipramine Anafranil Tab 25 mg 75 150 mg/h
3. Alprazolam Xanax Tab 0,25 0,5 1 mg 2 4 mg/h
4. Moclobemide Aurorix Tab 150 mg 300 600 mg/h
5. Sertraline Zoloft Tab 50 mg 50 100 mg/h
6. Fluoxetine Antiprestin Caps 10 20 mg 20 40 mg/h
Fobia
Defenisi : Merupakan suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap, dan
berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan, atau situasi.
Gambaran Klinis :
Fobia ditandai dengan timbulnya anxietas berat jika pasien terpapar dengan
situasi atau objek spesifik, atau jika mengantisipasi akan terpapar dengan situasi
atau objek.
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu
sendiri), yang sebenarnya kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya,
objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. Paparan
atau antisipasi terhadap stimulus fobik sering menimbulkan serangan panik pada
orang yang rentan terhadap serangan panic. Orang dengan fobia berusaha untuk
menghindari stimulus fobik.
Jenis Fobia :
1. Agrofobia : Ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak,
keramaian. Pasien lebih suka ditemani kawan atau anggota
keluarga di tempat tertentu seperti dijalan ramai, took yang
padat, ruang tertutup. Pasien menghendaki ditemani setiap
keluar rumah.
2. Fobia Spesifik : Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau
tanpa alasan, ditunjukkan dengan antisipasi terhadap situasi
spesifik, misalnya: ketinggian, hewan, injeksi, darah,dll.
3. Fobia Sosial : Ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil didepan
orang-orang yang belum dikenal atau situasi yang
memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat
perhatian, merasa takut bahwa ia akan berperilaku
memalukan atau menampakkan gejala anxietas, atau
bersikap yang dapat merendahkan dirinya.
Kriteria diagnosis selengkapnya dapat dibaca pada buku saku diagnosis gangguan
jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III
Tata Laksana :
Terapi Psikologi : - Terapi Perilaku : terapi pemaparan (exposure therapy)
yaitu desensitiasi pasien dengan pemaparan terhadap
stimulus fobik secara bertahap
- Psikoterapi berorentiasi tilikan
- terapi lain : hipnoterapi, psikoterapi suportif, terapi
keluarga
Kriteria Diagnosis F42 Gangguan Obsesif Kompulsif (dikutip dari Buku Saku
Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III Hal.76)
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan
kom,pulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut
2. Hal tersebut marupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri sendiri
(b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud diatas)
(d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (Unpleasantly repetitive)
4. Ada kaitan erat dengan gejala obsesif. terutama pikiran obsesif dengan deprersi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif
dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-
pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal
tersebut, meningkat atau menurun gejala depresif umumnya dibarengi secara
paralel dengan perubahan gejala obsesif. bila terjadi episode akut dari gangguan
tersebut maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala
obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari kedua tidak ada yang menonjol, maka
lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan
menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala
yang lain menghilang.
5. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gagguan skizofrenia, sindrom tourette,
atau gangguan mental organik harus dianggap sebagai bagian dari kondidi tersebut.
Tata Laksana
1. Farmakoterapi :
Antidepresant Trisiklik : Clomipramine : 3x25mg
SSRI :Fluoxetin (2x20mg) atau Setraline (2x50mg)
2. Psikoterapi : Psikoterapi suportif, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku,
psikoterapi dinamik.
Prognosis :
prognosis buruk jika : kompulsi yang diikuti onset pada masa kanak-kanak,
kompulsi yang bizarre, perlu opname, ada komorbiditas dengan gangguan depresi,
adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian
(terutama gangguan skizotipal)
Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ III. F. 43.1 Gangguan Stress Pasca Trauma
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dengan kurun
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat ( masa laten yang berkisar
antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui
6 bulan ). Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila
tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi 6
bulan, asal manifestasi klinisnya khas dan tidak didapat alternatif kategori
gangguan lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang
atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang
(flash back).
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya
dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setlah stress luar biasa,
misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan dalam
kategori F62.0 (Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah
mengalami katastrofa)
Tata Laksana :
1. Farmakoterapi :
(a) Anridepresan golongan SSRI
- Fluoxetin : 10-60 mg/hari
- Sertralin : 50-200 mg/hari
(b) Antidepresan golongan trisiklik
- Amitriptilin 50-300 mg/hari
- Imipramin : 50-300 mg/hari
2. Psikoterapi
3. Edukasi
4. Dukungan Psikososial : dari dokter, keluarga dan lingkungan
5. Teknik meredakan kecemasan: relaksasi, teknik mengatur pernapasan, dan
mengontrol pikiran.
6. Modifikasi pola hidup: diet sehat, mengatur konsumsi kafein, rokok, dan obat
lainnya, olahraga teratur.
Gangguan Somatoform :
Gangguan somatisasi :
- Pasien mengeluhkan banyak gejala somatik yang tidak dapat
dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium.
- Gangguan ini bersifat kronis, berkaitan dengan stressor
psikologis yang bermakna, maenimbulkan hendaya dibidang
sosial dan okupasi, serta adanya perilaku mencari pertolongan
medis yang berlebihan.
- Pasien dengan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan
riwayat medik yang panjang dan rumit
Hipokondriasis
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya
satbil dan dapat diramalkan.
Gangguan Kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan subjektif.
Perbedaan antara ciri kepribadian dan gangguan kepribadian :
Ciri kepribadian masih bersifat fleksibel dan gambaran klinisnya tidak memenuhi
kriteria atau pedoman diagnostik, bersifat lebih ringan dari gangguan kepribadian.
Pedoman diagnostik gangguan kepribadian :
Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi
(afek,keasadaran,pengendalian impuls,persepsi dan cara berpikir,hubungan
dengan orang lain)
Pola perilaku itu berlangsung lama, berjangka panjang, tidak terbatas pada
episode gangguan jiwa
Bersifat pervasif (mendalam), maladaptif terhadap keadaan pribadi dan
hubungan sosial yang luas.
Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti
Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial
Gangguan Kepribadian Paranoid
Pedoman diagnostik : (minimal ada 3 kriteria)
Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada
Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya
Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri
Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya
Gangguan Kepribadian Skizoid :
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut)
Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan aktivitas kesenangan
Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli
Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain
Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang
lain(perhitungkan usia penderita)
Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan yang seperti
itu
Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Gangguan Kepribadian Dissosial:
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya
perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku :
Pedoman diagnostik: (minimal 3 kriteria berikut)
Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus
serta tidak peduli terhadap norma peraturan dan kewajiban sosial
Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama meskipun
tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
Toleransi terhadap frustasi yang sangat rendah dan ambang yang rendah
untuk melampiaskan agresi, termasuk tindak kekerasan
Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman
khususnya hukuman
Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi
yang masuk akal untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat.
Gangguan makan
Anoreksia nervosa
Ciri khas gangguan ini mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu &
dipertahankan oleh penderita
Untuk diagnosis pasti dibutuhkan semua hal seperti dibawah ini:
a. Pasien tampak kurus, berat badan <15% dibawah berat badan ideal
b. Pasien mengurangi berat badan secara sengaja menghindari makanan
di sertai salah satuatau lebih cara berikut:
1. Merangsang muntah oleh diri sendiri
2. Menggunakan pencahar
3. Olahraga berlebihan
4. Memakai obat-obatan penekan nafsu dan / atau diuretika
c. Terdapat distorsi body image
d. Terdapat gangguan endokrin (wanita menjadi amenore, pria kehilangan
minat & potensi seksual)
e. Jika onset terjadi pra-pubertas, perkembangan pubertas tertunda, atau
dapat juga tertahan.
Bulimia nervosa
Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua berikut ini:
a. Pasien memiliki preokupasi berlebihan untuk makanan berlebihan
b. Ketakutan berlebihan akan kegemukan dan berusaha menghindari
kegemukan dengan cara:
1. Merangsang muntah
2. Menggunakan pencahar
3. Puasa berkala
4. Memakai obat-obatan
c. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif.
Ingin hidup & diterima Mengenakan pakaian dari
sebagai anggota kelompok lawan jenis untuk
lawan jenis & ingin menikmati pengalaman
mengubah tubuhnya sesuai menjadi lawan jenisnya.
dengan jenis kelamin yang Tidak ada hasrat untuk
diinginkan. (dengan operasi mengubahkelamin
atau terapi hormon) ataupun perangsangan
.T
Transseksualisme seksual yang menyertai
pemakaian pakaian lawan
jenis.
Transvestisme Ganda
Gangguan Identitas
Jenis Kelamin Gangguan Identitas
Gangguan Identitas Jenis Kelamin
Jenis Kelamin YTT Lainnya
Psikiatri Anak
Autisme Masa Kanak ( autisme infantil / Gangguan austik)
Ditandai dengan adanya kelainan dan / atau hendaya perkembangan yang muncul
sebelum usia 3 tahun dengan ciri kelainan fungsi dalam 3 bidang : interaksi sosial,
komunikasi & perilaku yang terbatas & berulang.
Autisme Tak Khas
Ditandai oleh adanya kelainan dan / atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk
pertama kalinya pada usia setelah 3 tahun.
Tidak cukup menunjukkan kelainan dalam satu ataudua hari dari 3 bidang psikopatologi
untuk diagnostiS autisme (interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan
berulang).
Autisme tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental berat, yang
sangat rendah kemampuannya.
Sindrom Asperger
Diagnosis ditegakkan dari kombinasi antara :
Tidak adanya hambatan / keterlambatan umum dalam perkembangan bahasa /
perkembangan kognitif yang secara klinis jelas, seperti pada autisme.
Adanya defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksi sosial timbal balik
Adanya pola perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas, berulang dan streotipik.
Sindrom Rett
Pada sebagian besar kasus, onset terjadi sekitar 7 24 bulan.
Pada pekembangan awal tampak normal, lalu terjadi kemunduran berupa hilangnya
kemampuan berupa hilangnya kmempuan gerakan tangan yang bertujuan dan
ketrampilan motorik yang terlatih. Disertai kehilangan atau hambatan seluruh atau
sebagian kemampuan berbahasa, gerakan mencuci tangan yang streotipik, dengan fleksi
lengan ke depan dada atau dagu, membasahi tangan secara streotipik dengan saliva,
hambatan dalam fungsi mengunyah makanan.
Kedaruratan Psikiatri
5 hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien dengan kedaruratan
psikiatri :
1. Keamanan Pasien
Apakah aman bagi pasien untuk berada diUGD?
Jika intervensiverbal tidak cukup atau merupakan kontraindikasi, perlu
pertimbangkan pemberian obat atau pengikatan.
2. Medik atau psikiatrik
Nilai apakah kasusnya termasuk kasus medik, psikiatrik, maupun
kombinasi keduanya. Kondisi medik umum seperti trauma kepala, infeksi
berat dengan demam tinggi, kelainan metabolisme, AIDS, intoksikasi,
atau gejala putus zat seringkali menyebabkangangguan fungsi mental
yang menyebabkan gangguan fungsi mental yang menyerupai gangguan
psikiatrik pada umumnya.
3. Psikosis
Yang pentin bukanlah penegakkan diagnosisnya, tetapi seberapa
jauhketidakmampuan dalam menilai realita dan buruknya tilikan
mempengaruhi hidupnya.
4. Suicidal atau homicidal
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri sangat membahayakan
diri sendiri atau orang lain. Pasien ini harus diobservasi secara ketat.
5. Kemampuan merawat diri sendiri
Sebelum memulangkan pasien harus dipertimbangkan apakah pasien
mampu merawat diri sendiri dan mampu menjalankan saran yang
dianjurkan.
Delirium
Ditandai dengan gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran) terhadap
lingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan, & mengalihkan perhatian
serta terdapat hambatan dalam fungsi kognitif. Delirium memiliki awitan tiba-tiba.
Prinsip penanganan :
Bersikap suportif, tegas, dan tidak mengancam. Bila perlu, pasien diikat terlebih
dahulu jika membahayakan.
Tenangkan pasien bahwa ia aman disini.
Menganalisa penyebab delirium dan terapi sesuai kausa ( penyakit SSP, penyakit
sitemik, penyalahgunaan obat ).
Indikasi rawat inap :
Bila pasien membahyakan diri sendiri atau orang lain.
Bila perawatan di rumah tidak memadai.
Perlu observasi lebih lanjut.