Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

BAB I
PENDAHULUAN

Pemeriksaan psikiatri (gangguan jiwa) berbeda dengan pemeriksaan medis


umum karena pasien tidak sepenuhnya memiliki kemampuan untuk menyadari adanya
gangguan psikiatri dan bahkan pasien dapat datang dengan beberapa keluhan
somatik/fisik. Dokterpun kadang meremehkan keberadaan gangguan mental, bahkan
beberapa tidak yakin bahwa gangguan psikiatri sebagai gangguan medis yang “nyata”
dan hanya menfokuskan pada keluhan fisik.

Wawancara psikiatrik yang baik merupakan salah satu modal dasar yang harus
dimiliki oleh psikiater karena wawancara selain merupakan alat untuk mendapatkan
data juga harus bersifat terapetik Selama melakukan wawancara, kita harus
mengidentifikasi psikopatologi yang terdapat pada pasien, menginterpretasikan
psikopatologi itu ke dalam suatu gejala atau sindroma klinik yang esensial untuk dapat
menegakkan diagnosis (dalam hal ini diagnosis multiaksial dengan menggunakan
kriteria PPDGJIII) melalui suatu proses yang efisien.

Ketrampilan Klinik Dasar Psikiatri ini dirancang agar seorang dokter umum
mampu melaksanakan pemeriksaan psikiatrik untuk dapat menegakkan diagnosis
multiaksial berdasarkan PPDGJ III. Fokus pembelajaran dan pelatihan serta evaluasi
kinerja mengacu pada tingkat kompetensi keterampilan yang terintegrasi dengan
pengetahuan esensial dan perilaku terpuji.

BAB II
PEMERIKSAAN PSIKIATRI

2.1 Wawancara
Untuk mengobati seorang pasien psikiatrik, secara efektif, apakah dengan
medikasi, manipulasi lingkungan atau psikoterapi-psikodinamika, maka seorang dokter
psikiatrik harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan untuk
menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar mengenai
pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan sosial, dan
psikologis. Seorang dokter psikiatrik seharusnya mampu untuk menyampaikan
keprihatinan, empati, rasa hormat, dan menciptakan suatu rapport dan kepercayaan yang
memungkinkan pasien untuk berbicara secara jujur dan akrab.1
Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara yang dilakukan oleh seorang
dokter dan pasien psikiatik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penting
untuk menilai kondisi pasien dan membentuk hubungan terapetik antara dokter dan
pasien. Dalam wawancara psikiatrik biasanya pasien mengungkapkan hal-hal yang
bersifat pribadi dan intim tentang penderitaan dan kehidupannya kepada dokter.
Wawancara ini dapat menjadi sulit karena tidak semua pasien psikiatri secara sukarela
mencari pertolongan dokter, sehingga keinginan untuk bekerja sama terganggu,
misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar oleh polisi atau keluarganya. Dengan
demikian maka sebagian besar waktu dokter untuk mendengarkan, pengamatan, dan
interpretasi yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat.2
Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara
paling efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang secara
bersama-sama berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat dijelaskan
dan diobati. Pasien-pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara dengan jelas,
dan mudah untuk diikutsertakan sampai mereka yang mengalami gangguan berpikir,
paranoid, berespon terhadap stimuli internal, dan mengalami disorganisasi yang berat.
Wawancara itu sendiri mungkin bervariasi, tergantung pada tantangan spesifik yang
ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa teknik adalah berlaku universal pada semua
situasi, teknik lain terutama dapat diterapkan pada jenis wawancara tertentu.1

2.1.1 Penatalaksanaan Waktu


Untuk sebuah konsultasi awal hendaklah suatu wawancara berkisar antara 30
menit hingga 1 jam, tergantung pada keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik atau
pada pasien dengan penyakit medis biasanya singkat, hal ini dikarenakan oleh pasien
yang mungkin merasakan bahwa wawancara adalah suatu hal yang menegangkan.
Wawancara yang panjang mungkin diperlukan di ruang gawat darurat. Kunjungan yang
kedua maupun kunjungan selanjutnya beserta wawancara psikiatrik yang terus menerus
juga bervariasi dalam lamanya. 1
Penatalaksanaan waktu perjanjian juga mengungkapkan aspek penting dari
kepribadian dan penanganan. Seringkali, pasien datang lebih awal baik beberapa menit
maupun jam dan mungkin sangat awal. Dari sini kita menggali suatu kesimpulan apakah
pasien sedang mengalami suatu kecemasan ataupun suatu kebutuhan yang mendesak
(dalam hal ini dapat dianggap sebagai suatu petunjuk berat ringannya suatu keluhan).
Dan jika pasien terlambat atau bahkan absen maka dapat pula ditanyakan penyebab
keterlambatannya apakah karena lupa ataupun disebabkan suatu keengganan untuk
berkunjung dan berobat ke dokter.1
Bagi dokter psikiatrik itu sendiri waktu juga merupakan suatu hal yang penting
di dalam wawancara. Jika seorang dokter psikiatrik sungguh-sungguh tidak dapat
menghindarkan keterlambatan untuk suatu wawancara, sebaiknya dokter dapat
mengungkapkan penyesalannya. Hal ini berguna untuk menjaga sebuah hubungan yang
baik antara pasien dengan seorang dokter.
Pada umumnya setelah wawancara yang pertama, wawancara yang berikutnya
memungkinkan seorang pasien untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan informasi yang
telah diberikan pada kesalahan pertama. Untuk itu perlu untuk ditanyakan apakah ia
telah berpikir mengenai wawancara yang pertama. Pada umumnya, saat rasa nyaman
dan akrab pasien dengan dokter meningkat, mereka menjadi semakin mampu untuk
mengungkapkan perincian tentang kehidupan mereka.1

2.3 Komponen Pemeriksaan Psikiatri


2.3.1 Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri adalah suatu catatan mengenai kehidupan pasien. Catatan ini
memungkinkan seorang psikiater untuk memahami siapa pasiennya, dari mana pasien
berasal, dan kemana kemungkinan pasien pergi di masa yang akan datang. Riwayat
adalah suatu cerita kehidupan dari pasien yang diceritakannya kepada psikiater dengan
menggunakan bahasa dari pasien sendiri serta berdasarkan sudut pandang dari pasien itu
sendiri. Seringkali, riwayat ini juga mengandung informasi yang tidak hanya diperoleh
dari pasien sendiri tetapi juga berasal dari sumber-sumber yang lain, seperti orang tua,
pasangan hidup dari pasien, ataupun dari teman-teman pasien. Memperoleh suatu cerita
yang lengkap yang berasal dari pasien dan bila perlu berasal dari sumber-sumber yang
informative dan dapat dipercaya adalah amat sangat penting untuk membuat diagnosis
yang tepat dan menyusun rencana pengobatan yang efektif dan spesifik. Seperti telah
disebutkan diatas bahwa riwayat psikiatrik dengan riwayat yang didapat pada
kedokteran umum sedikit berbeda karena yang digali pada riwayat kedokteran psikiatri
adalah suatu keadaan yang menceritakan kebiasaan hidup, perilaku sehari-hari dari
pasien sampai pada keadaan saat dia sakit, sedangkan riwayat pada kedokteran umum
menceritakan mengenai keadaan fisik seorang pasien serta perubahan-perubahan yang
terjadi secara fisik pada tubuh pasien yang berhubungan dengan penyakit yang
dideritanya. Riwayat psikiatrik memberikan gambaran mengenai riwayat karakteristik
kepribadian pasien secara individual termasuk di dalamnya adalah kekurangan-
kekurangan dan kelebihan-kelebihan dari pasien tersebut.1
Berikut adalah keterangan mengenai garis besar dari riwayat psikiatrik :
a. Data Identifikasi
Meliputi pertanyaan tentang identitas dan orientasi. Bermanfaat untuk
administrasi dan agar tidak salah mengenali pasien. Selain itu, komponen-komponen ini
ada kaitannya dengan penyakit tertentu. Misalnya schizophrenia serangan pertamanya
biasanya pada usia kurang dari 45 tahun, depresi lebih banyak terjadi pada wanita.
Daerah Blitar secara epidemiologis banyak penduduknya yang terkena schizophrenia.
Identifikasi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa/latar
belakang, kebudayaan, status sipil, pendidikan, dan pekerjaannya. Orientasi dinilai
dengan menanyakan posisi pasien sekarang dalam ruang dan waktu.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yang
menyebabkan ia datang atau dibawa untuk mendapatkan pertolongan. Keluhan ini
biasanya dikatakan dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun jika pasien tidak mampu
untuk berbicara dengan baik maka gambaran tentang orang yang memberikan informasi
juga harus dimasukkan.

c. Riwayat Penyakit Sekrang


Bertolak dari keluhan utama yaitu permulaan gangguan (gejala/tanda pertama)
hingga keadaan sekarang. Susun secara sistematis dan kronologis. Didapatkan dari
anamnesa baik secara heteroanamnesa atas ijin penderita (bila diindikasikan agar secara
cepat tahu gambaran gejala) maupun autoanamnesa (dahulukan) dengan prinsip
5W+How.

d. Riwayat Gangguan Sebelumnya


Ini merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami pasien
dari lingkungan luar maupun dari dalam dirinya, dan reaksi-reaksinya terhadapnya.
Sambil bertambahnya keterangan riwayat pasien, muncullah suatu gambaran
keseluruhan mengenai karakteristik kehidupan pasien, mengenai kepribadiannya, dan
pola reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa yang dihadapinya.
e. Riwayat Pribadi
Dalam rangka untuk mempelajari penyakit pasien sekarang dan situasi
kehidupan saat ini, seorang psikiater membutuhkan pemahaman yang menyeluruh
mengenai masa lalu dari pasien dan hubungannya dengan masalah mental sekarang.
Disini dicatat setiap perubahan emosi dari setiap periode kehidupan. Riwayat pribadi
terdiri dari saat :
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Seorang psikiatri harus memperhitungkan keadaan dan situasi rumah di mana
pasien dilahirkan dan apakah pasien adalah anak yang direncanakan dan diinginkan
untuk dilahirkan. Keadaan persalinan juga harus ditanyakan apakah cukup bulan atau
tidak, macam persalinan (spontan atau cesarian), obat yang diminum selama kehamilan,
ada / tidaknya komplikasi saat lahir dan defek saat bayi lahir. Hal- hal di atas adalah
pertanyaan yang harus ditanyakan oleh psikiatri untuk mengetahui riwayat pribadi
pasien pada saat kelahiran.

2. Masa Anak-anak Awal (sejak lahir sampai usia 3 tahun)


Periode ini merupakan masa anak-anak awal yang terdiri dari 3 tahun pertama
kehidupan pasien. Pada masa ini hal-hal yang perlu diamati adalah mengenai hubungan
antara ibu dan anak (interaksi melalui pemberian makanan dan pengajaran ke toilet),
ada / tidaknya gangguan dalam hal tidur dan makan, bagaimana sifat anak tersebut
(pemalu, overaktif, menarik diri, senang belajar , takut-takut, senang bepergian, ramah /
tidak), perilaku yang aneh ada / tidak (membenturkan kepala ke tembok), ada / tidaknya
pengasuh yang lain selain ibu kandung, dan perkembangan awal baik dalam hal
berjalan, berbicara, berbahasa, perkembangan fisik, perkembangan motorik, pola tidur,
dan sebagainya.

3. Masa Anak-anak Pertengahan (usia 3 tahun – 11 tahun)


Pada masa ini psikiater dapat memusatkan perhatian pada hal-hal penting antara
lain bagaimana cara pemberian hukuman pada pasien di rumah, bagaimana proses
identifikasi jenis kelamin, ada tidaknya riwayat sakit dan trauma serta pengalaman
tentang sekolah awal dari pasien, khususnya bagaimana pasien pertama kali berpisah
dengan ibunya. Hal penting lainnya yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana cara
dia bergaul dan membawakan peran dalam pergaulannya, apakah dia sebagai seorang
pemimpin, pemalu, lebih gemar bermain sendirian, serta popularitasnya di kalangan
teman-teman sepermainannya. Perilaku anak tersebut juga harus diperhatikan apakah
suka menyiksa hewan, mimpi malam yang buruk, fobia, ngompol, tindakan yang
menimbulkan bahaya kebakaran, dan riwayat masturbasi yang harus digali

4. Masa Anak-anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)


Selama masa ini, anak-anak cenderung untuk mengembangkan kemandirian dari
orang tua mereka (pemisahan diri) yang ditunjukkan dalam hubungan dengan teman
sebaya, dan di dalam aktivitas kelompok bermain. Pada fase ini anak-anak biasanya
mempunyai sosok figur yang diidolainya dan hal ini perlu untuk diketahui oleh dokter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa ini adalah onset dari pubertas, prestasi
akademik, bagaimana aktivitas diluar sekolah (olah raga dan klub), jenis kegiatan yang
diminatinya, keterlibatan hal-hal seksual, ketertarikannya pada lawan jenis dan
pengalaman seksual (masturbasi, berhubungan seks dan mimpi basah), pengalaman
bekerja, riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan zat psikoaktif serta ada / tidaknya
gejala-gejala pada saat puber (mood, ketidakteraturan dalam makan dan tidur,
bagaimana dia bertengkar dan berargumentasi).

5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pada bagian ini seorang psikiatri mendeskripsikan pilihan pekerjaan pasien,
keperluan pelatihan dan persiapannya, konflik yang berhubungan dengan
kerja, dan ambisi serta tujuan jangka panjang. Psikiatri juga harus menggali
perasaan pasien terhadap pekerjaan yang dilakukannya sekarang apakah ia
merasa senang, terpaksa, jenuh ataupun tidak puas atas pilihan pekrjaannya
tersebut. Disamping itu perlu juga ditanyakan riwayat pekerjaannya , lama ia
bekerja, apakah pernah pindah kerja, bila ya tanyakan juga alasannya,
frekuensinya serta hubungannya dengan teman sekerjanya.
b. Riwayat Perkwinan dan Persahabatan
Di dalam bagian ini dokter menggambarkan setiap status pernikahan, sah
/sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Hubungan yang bermakna yang
terjalin antara dokter dengan pasiennya juga haruslah ditanyakan. Riwayat
perkawinan atau hubungan jangka panjang yang dideskripsikan haruslah
memberikan gambaran tentang perkembangan hubungan, dimulai saat pasien
baru menikah sampai keadaan pasien saat ini.
c. Riwayat Agama
Seorang psikiater juga perlu untuk menggali lebih dalam mengenai latar
belakang agama kedua orang tua pasien, pasien sendiri serta bagaimana
pelaksanaannya di dalam keluarga. Sikap pasien dan keluarganya tersebut
apakah longgar, ketat, dan apakah terdapat konflik keagamaan antara orang
tua pasien dan pasien sendiri dan bagaimana mereka mengatasinya.
d. Aktifitas Sosial
Dokter psikiatrik haruslah menggambarkan kehidupan sosial pasien dan sifat
persahabatan, dengan penekanan pada kualitas kedalaman hubungan
manusia. Jenis hubungan yang dimiliki pasien bersama teman-temannya, apa
kegiatan mereka selama ini dan apakah terdapat saling perhatian diantara
mereka.
e. Riwayat Psikososial
Seorang dokter psikiatri perlu untuk menanyakan riwayat seksual dari
pasien. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan dari
perkembangan seksual pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat seksual
infantil yang tidak diungkapkan pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh
tidak diperhatikannya riwayat tersebut, karena kesulitan mendapatkan
informasi. Juga perlu ditanyakan riwayat seksual contohnya pertama kali
melakukan onani / masturbasi, apakah memperoleh kepuasan atau tidak,
frekuensinya, kualitas hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau
terdapat penyimpangan dari perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu
digali secara mendalam sebab seringkali memberikan arti yang penting
dalam hal pengumpulan data psikiatri dan penyimpulan diagnosis dari suatu
pasien.
f. Riwayat Keluarga
Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit psikiatrik,
perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota keluarga dekat
pasien harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga. Perlu
ditanyakan juga ada atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-zat
yang lain ataupun perilaku antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di
samping itu riwayat keluarga juga harus memberikan gambaran mengenai
riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan penyakit genetik pada ayah, ibu, dan
kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan mengenai sikap keluarga
terhadap keadaan sakit pasien, apakah mereka mendukung terhadap
pengobatan pasien atau tidak. Kalau perlu ditanyakan keadaan finansial
keluarga, siapa yang bekerja dan apakah cukup untuk keluarga.

2.4 Pemeriksaan Status Mental


2.4.1 Deskripsi Umum
Adalah gambaran tentang penampilan pasien dan kesan fisik secara keseluruhan
yang dicerminkan oleh sikap, postur perawakan, pakaian, perawatan diri dan dandanan.
Hal lain yang perlu dinilai adalah apakah tampak sesuai usia, tampak sehat atau sakit,
tenang, bingung, tidak ramah, kekanak-kanakan, sikap saat berbicara, kesadarannya
baik secara neurologis (compos mentis sampai koma), psikologis (menciut atau
berubah) ataupun kesadaran secara sosial (baik atau tidak) dan tingkah laku saat
wawancara (terdapatnya tik, stereotipi, mannerisme, agitasi, melawan,
hiper/hipoaktivitas, stupor, dsb.). Semua hal diatas haruslah diperhatikan saat
wawancara dengan melakukan observasi terhadap pasien secara teliti.1

2.4.2 Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Kesopnan, keinganan untuk bekerja sama, ekspresi wajah, merespon halusinasi,
apakan ada agitasi psikomotor atau retardasi psikomotor, adakah gerakan
ekstrapiramidal, adakah gerakan abnormal seperti gaya berjalan abnormal.

2.4.3 Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa;
komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa. Bagian ini adalah bagian dari
laporan psikiatri yang menggambarkan karakteristik saat pasien berbicara. Yang dinilai
dalam hal bicara ini adalah baik dalam kuantitas maupun kualitatifnya. Secara kuantitas
yang dimaksud adalah dari jumlah pembicaraannya apakah pasien banyak atau sedikit
pembicaraan yang terjadi khususnya pasien, sedangkan secara kualitas adalah dapat
dilihat dari isi bicaranya, apakah memberikan informasi yang banyak atau sedikit.
Disamping itu juga perlu diperhatikan adanya gangguan dalam berbicara misalnya :
disartria, gagap, gangguan pada afasia ,dsb.1

2.4.4 Keadaan afektif dan Hidup Emosi


Keadaan afektif didefinisikan sebagai emosi yang menetap, berlangsung lama,
internal, dan mempengaruhi persepsi / perilaku seseorang tentang dunia sekitarnya.
Secara objektif dapat dilihat dari cara berbicaranya, ekspresi wajahnya, gerak-gerik
tubuhnya, nada suaranya apakah euthym, dysthym, hiperthym, hipothym, dsb.
Hidup emosi adalah respons emosional secara eksternal, yang tampak pada saat
wawancara, emosi yang sesaat / jangka pendek; tampak dari reaksi yang timbul setelah
membicarakan sesuatu hal. Pemeriksaan hidup emosi ini didasarkan observasi pada
stabilitas, pengendalian, empati, dalam / dangkal dan serasi / tidaknya.3
Mood adalah emosi yang menetap, mengandung komponen kedalaman, durasi,
fluktuasi.
Afek adalah responsivitas emosi pasien saat ini, tersirat dalam ekspresi wajah.
Manifestasi eksternal dari perasaan yang diamati. Misal afek tumpul, datar dan
menyempit. Kesesuaian afek, sesuai atau tidak.

2.4.5 Persepsi
Persepsi adalah daya mengenal kualitas, hubungan serta perbedaan suatu benda,
melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan. Memindahkan stimuli fisik
menjadi informasi psikologik, sehiingga stimulus sensoris berada dalam genggamannya.
Gangguan ini dapat berupa distorsi sensorik dan desepsi sensorik. Bentuk-bentuk
distorsi sensorik antara lain terjadi perubahan intensitas, perubahan kualitas, perubahan
bentuk / dismegalopsia. Sedangkan desepsi sensorik adalah gangguan sensorik berupa
munculnya persepsi baru dengan atau tanpa objek luar, contohnya adalah halusinasi dan
ilusi. Gangguan ini dapat melibatkan berbagai sistem sensorik dalam tubuh kita antara
lain penglihatan, pembauan, pendengaran, taktil dan penciuman. Keadaan halusinasi
dan onset dari halusinasi terjadi adalah penting karena itu wajib untuk digali dan
diketahui oleh para dokter psikiatri yang bersangkutan.1
2.4.6 Pikiran
Pikiran adalah suatu aliran gagasan, asosiasi dan symbol yang mengarah pada
tujuan, dimulai dari adanya masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang
berorientasi kenyataan serta terjadi dalam urutan yang logis. Disini, gangguan pada
pikiran dibagi menjadi 2 yaitu gangguan proses pikir / bentuk pikir dan gangguan isi
pikir. Contoh gangguan pada proses berpikir adalah adanya gangguan dalam hal
produktivitas, kontinuitas pikiran dan hendaya berbahasa. Sedangkan gangguan pada isi
pikir adalah terdapatnya preokupasi dan waham. Pada bagian ini pemeriksa dapat
menemukan adanya gangguan dalam hal berpikir antara lain terdapatnya waham yang
biasanya sering muncul pada orang dengan gangguan jiwa, juga dapat diketemukan pula
adanya pembicaraan yang tak berujung pangkal atau juga adanya suatu
ketidaksinambungan antara jawaban pasien dengan pertanyaan yang diberikan oleh
kita sebagai seorang psikiatri. Pasien juga dapat memberikan penjelasan seolah-olah
bahwa pikirannya dapat dibaca orang lain, sepreti disiarkan atau juga disedot sehingga
pikirannya menjadi kosong. Macam-macam keanehan ini dapat diperoleh oleh psikiatri
dengan cara mengadakan wawancara dan melakukan obsevasi dengan baik.1

2.4.7 Sensorium dan Kognisi


a. Kesadaran
Apakah kesadaran berkabut atau tidak. Kesadaran berkabut biasanya
mengindikasikan kerusakan organik pada otak. Kesadaran ada kompos mentis,
apatis, somnolen, sopor, koma, kesadaran berkabut, kesadaran seperti mimpi.

b. Orientasi
Orientasi adalah kemampuan pasien untuk mengenali dirinya dan keadaan
sekitarnya. Terdiri dari:1 Orientasi Waktu, Yaitu kemampuan pasien untuk
mengenal waktu sekarang ini. Orientasi terhadap Orang, Yaitu kemampuan
pasien untuk mengenali orang-orang yang ada disekitarnya. Orientasi Tempat,
Yaitu kemampuan pasien untuk mengenali tempat keberadaan pasien

c. Konsentrasi atau Perhatian


d. Daya Ingat dan Informasi Umum
Informasi umum didapatkan dengan cara menanyakan pasien pertanyan-
pertanyaan spesifik berdasar topik yang ada sekarang ini, seperti nama-nama
lima presiden terakhir, kejadian-kejadian aktual, ataupun informasi tentang
sejarah atau geografi. Untuk mendapatkan informasi umum dari pasien haruslah
disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien. Pemeriksaan ini penting untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya demensia pada pasien.3

Fungsi daya ingat (memori) biasanya dibagi menjadi empat bidang : ingatan
jauh (remote memory), daya ingat masa lalu yang belum lama (recent memory),
dan penyimpanan daya ingat segera (immediate retention and recall).1

Daya ingat yang baru saja dapat diperiksa dengan bertanya pada pasien tentang
bagaimana nafsu makan mereka selanjutnya bertanya pada pasien apa yang
mereka makan sabagai sarapan atau makan malam pada kemarin malam.
Meminta pasien untuk mengulangi enam angka maju dan selanjutnya mundur
untuk pemeriksaan daya ingat segera.1

Daya ingat jauh dapat diperiksa dengan bertanya pada pasien tentang informasi
masa kanak-kanak mereka selanjutnya dapat diperjelas. Mintalah pada pasien
untuk mengingat peristiwa-peristiwa baru yang penting dari beberapa bulan
terakhir untuk menilai daya ingat masa lalu yang belum lama.1

f. Fungsi Intelektual
Bagian dari pemeriksaan status mental ini mencari petunjuk fungsi organ
organik, intelegensia pasien, kapasitas berpikir abstrak dan tilikan dan
perkembangan. Disini dinilai antara lain daya ingat pasien, pengetahuan pasien,
gambaran dia berpikir abstrak serta bagaimana kemampuan dia dalam menolong
dirinya sendiri. Disini seorang psikiatri dapat melakukan tes dengan cara
memberikan pertanyaan yang sederhana dan biasanya berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari pasien. Dapat juga dilakukan tes IQ dengan bantuan
psikiatri bila kita curigai adanya gangguan pada perkembangan mental pada
pasien tersebut. Konsentrasi dan perhatian pada pasien ini juga perlu diuji,
contohnya dengan menggunakan seven serial tes. Sedangkan untuk daya berpikir
abstrak maka pasien dapat dinilai dari gambar yang diberikan oleh kita kepada
pasien untuk dilukis dan kemudian kita minta pasien untuk menginterpretasikan
gambar hasil lukisan tersebut.3

g. Pikiran Abstrak
Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien mengkonsepsualisasikan atau
menggunakan ide-idenya, (misalnya membedakan antara apel dan pear,
abnormalitas dalam mengartikan peribahasa yang sederhana,

h. Tilikan
Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit.
Pasien mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya sama sekali atau
mungkin menunjukkan kesadaran bahwa mereka sakit tetapi melemparkan
kesalahan pada orang lain, faktor eksternal atau bahkan faktor organik yang
lain.Tilikan dibagi menjadi 6 derajat, yaitu:1
- tilikan derajat 1 menyangkal bahwa dirinya sakit
- tilikan derajat 2 Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat
yang bersamaan.
- tilikan derajat 3 menyalahkan orang lain/faktor eksternal sebagai
penyebab sakitnya
- tilikan derajat 4 sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui dalam dirinya
- tilikan derajat 5 sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan
dalam mengatasinya (tilikan intelektual)
- tilikan derajat 6 sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya
sampai kesembuhannya (tilikan emosional sejati)

2.4.8 Reliabilitas
Bagian ini adalah bagian terakhir dari status pemeriksaan mental. Bagian ini
menyimpulkan kesan dokter psikiatrik terhadap reliabilitas pasien dan kemampuan
pasien untuk melaporkan situasi dan keadaannya dengan tepat. Bagian ini merupakan
penilaian dokter terhadap pada kebenaran dan kejujuran pasien. Karena itu dokter
psikiatri harus berhati-hati pada kasus-kasus tertentu yang memungkinkan pasien untuk
lebih sering berbohong baik karena malu ataupun tidak ingin keburukannya diketahui
orang lain.1
Dari kedua buah laporan diatas kita dapat memperoleh sebagian besar informasi
yang kita perlukan untuk memperoleh suatu diagnosa. Tetapi untuk lebih memastikan
suatu diagnosis dan menyingkirkan diagnosa pembanding dapat pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium contohnya : foto roentgen, tes obat-obatan, dll yang
dilakukan sesuai dengan indikasi yang diharapkan. Juga perlu dilakukan pula
pemeriksaan fisik pada pasien untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan sakit mental
pada pasien dengan sakitnya secara fisik, contohnya pada penyakit typhus dapat timbul
suatu keadaan yang disebut dengan delirium, keadaan ini adalah suatu penurunan
kesadaran yang disertai dengan gejala mirip gejala pada penyakit gangguan mental.2

2.5 Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan


2.5.1 Status Internus
Status internus adalah pemeriksaan fisik secara umum sesuai dengan bidang
penyakit dalam untuk mengetahui penyakit-penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan
fisik umum harus mengikuti format standar yang berlaku, meliputi sistem-sistem per
organ di tubuh mulai dari kepala hingga kaki.2
2.5.2 Status neurologis
Status neurologis adalah pemeriksaan fisik di bidang neurologi. Evaluasi
neurologis secara detail, umumnya penting pada pasien psikiatrik untuk mengetahui
fokal sign yang mungkin dikeluhkan oleh pasien.2
2.5.3 Wawancara diagnostik lanjutan
2.5.4 Wawancara dengan anggota keluarga, teman atau tetangga oleh pekerja sosial
2.5.5 Tes psikologis, neurologis, atau laboratorium sesuai indikasi, seperti;
elektroensefalogram, scan tomografi computer pencitraan resonansi magnetik, tes untuk
gangguan medis lainnya, tes pemahaman membaca dan menulis, tes untuk afasia, tes
psikologi proyektif, tes supresi deksametasone, tes urine 24 jam untuk intoksikasi logam
berat.1
2.6 Diagnosis
Klasifikasi diagnostik dibuat menurut edisi empat “American Psychiatric
Association’s Diagnosis dan Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV)”. DSM-
IV menggunakan suatu skema klasifikasi multiaksial yang terdiri dari lima aksis,
masing-masing harus dicantumkan dalam diagnosis.1
1. Aksis I, terdiri dari semua sindroma klinis (contoh: gangguan suasana perasaan,
skizofrenia, gangguan kecemasan umum) dan kondisi lain yang merupakan
pusat perhatian klinis.
2. Aksis II, terdiri dari ganguan kepribadian dan retardasi mental.
3. Aksis III, terdiri dari tiap penyakit medis (contoh: epilepsi, penyakit
kardiovaskuler, penyakit gastrointestinal, gangguan endokrin).
4. Aksis IV, dimaksudkan pada masalah psikologi dan lingkungan (contoh:
perceraian, kematian orang yang dicintai,dll).
5. Aksis V, berhubungan dengan penilaian global yang ditunjukkan oleh pasien
selama wawancara (contoh: fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis): digunakan
skala ranking yang berurutan dari 100 (berfungsi superior) sampai 1 (fungsi
sangat terganggu).

2.7 Prognosis
Prognosis adalah suatu pendapat tentang kemungkinan perjalanan segera dan di
masa datang, tingkat dan akibat gangguan. Faktor prognosis yang baik dan buruk,
seperti yang telah diketahui dan dituliskan.1

2.8 Formulasi Psikodinamika


Formulasi psikodinamika adalah suatu ringkasan dari pengaruh psikologis yang
diajukan pada masalah yang menyebabkan gangguan pasien; pengaruh-pengaruh dalam
kehidupan pasien yang berperan dalam penyakit sekarang; faktor lingkungan dan
kepribadian yang relevan dalam menentukan gejala pasien dan bagaimana pengaruh-
pengaruh tersebut telah berinteraksi dengan susunan genetika, temperamental, dan
biologis pasien; tujuan primer dan sekunder. Suatu garis besar tentang mekanisme
pertahanan utama yang digunakan harus dituliskan.1
2.9 Anjuran-Anjuran
Dalam menyusun rencana pengobatan, dokter harus mencatat apakah pasien
membutuhkan pengobatan psikiatrik pada saat itu dan jika demikian pada masalah dan
gejala sasaran mana pengobatan ditunjukkan, jenis pengobatan atau kombinasi
pengobatan mana yang harus diterima pasien, dan lingkungan pengobatan mana yang
tampaknya paling sesuai. Sebagai contoh, pemeriksa menilai peranan medikasi,
pengobatan rawat jalan ataupun rawat inap, frekuensi sesi, kemungkinan lama terapi
dan jenis psikoterapi. Tujuan spesifik dari pengobatan harus dicatat. Jika dianjurkan
perawatan di rumah sakit, dokter harus menyebutkan alasan perawatannya di rumah
sakit tersebut, jenis perawatan yang diindikasikan, dan mendesaknya kebutuhan pasien
untuk dirawat, dan kemungkinan lama perawatan rawat inap. Dokter harus
memperkirakan lamanya pengobatan. Jika baik pasien maupun anggota keluarga tidak
mau menerima anjuran pengobatan dan dokter berpikir bahwa penolakan tersebut dapat
mempunyai akibat yang serius, pasien (atau orangtua/ penjaganya) harus
menandatangani suatu pernyataan bahwa anjuran pengobatan telah ditolak.1
BAB III
KESIMPULAN

Tujuan dilakukannya pemeriksaan psikiatrik dan status mental dengan baik


adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien dan keluarganya, sehingga dokter
dapat mengetahui pasien secara keseluruhan, dan dapat menentukan diagnosis serta
pengobatan yang paling tepat kepada pasien.
Komponen utama dalam melakukan pemeriksaan psikiatri dengan baik adalah
dengan melakukan wawancara, observasi, dan pemeriksaan status mental secara benar.
Hal ini perlu didukung oleh kemampuan dokter sebagai ahli psikiatri. Menangani pasien
secara holistik dapat memudahkan dokter untuk mendapat gambaran pasien secara
keseluruhan, sehingga dokter dapat mengetahui berbagai riwayat kehidupan pasien,
dapat menggali faktor pencetus untuk penyakitnya, dan faktor-faktor lain yang berkaitan
seperti lingkungan. Dengan adanya data yang lengkap, akan sangat membantu dokter
dalam menentukan langkah diagnosis dan terapi yang tepat. Pengobatan yang lengkap
meliputi pengobatan fisik, psikologis dan sosiobudaya yang tidak hanya tertuju pada
obat-obatan saja, namun juga terapi yang memang dibutuhkan pasien, yang sesuai
dengan penyebab timbulnya penyakit pada pasien, sehingga kemungkinan untuk
berulangnya penyakit akan semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J : Kaplan and Sadock.


Behavioural Sciences Clinical psychiatry, Seven edition, William & Wilkins 428
East Preston Street, Baltimore, Maryland 21202,USA 1994.
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, fourth edition,American
Psychiatric Association, Washington DC.
3. W.F Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Airlangga
University Press, 2005.

Anda mungkin juga menyukai