BAB I
PENDAHULUAN
Wawancara psikiatrik yang baik merupakan salah satu modal dasar yang harus
dimiliki oleh psikiater karena wawancara selain merupakan alat untuk mendapatkan
data juga harus bersifat terapetik Selama melakukan wawancara, kita harus
mengidentifikasi psikopatologi yang terdapat pada pasien, menginterpretasikan
psikopatologi itu ke dalam suatu gejala atau sindroma klinik yang esensial untuk dapat
menegakkan diagnosis (dalam hal ini diagnosis multiaksial dengan menggunakan
kriteria PPDGJIII) melalui suatu proses yang efisien.
Ketrampilan Klinik Dasar Psikiatri ini dirancang agar seorang dokter umum
mampu melaksanakan pemeriksaan psikiatrik untuk dapat menegakkan diagnosis
multiaksial berdasarkan PPDGJ III. Fokus pembelajaran dan pelatihan serta evaluasi
kinerja mengacu pada tingkat kompetensi keterampilan yang terintegrasi dengan
pengetahuan esensial dan perilaku terpuji.
BAB II
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
2.1 Wawancara
Untuk mengobati seorang pasien psikiatrik, secara efektif, apakah dengan
medikasi, manipulasi lingkungan atau psikoterapi-psikodinamika, maka seorang dokter
psikiatrik harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan untuk
menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar mengenai
pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan sosial, dan
psikologis. Seorang dokter psikiatrik seharusnya mampu untuk menyampaikan
keprihatinan, empati, rasa hormat, dan menciptakan suatu rapport dan kepercayaan yang
memungkinkan pasien untuk berbicara secara jujur dan akrab.1
Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara yang dilakukan oleh seorang
dokter dan pasien psikiatik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penting
untuk menilai kondisi pasien dan membentuk hubungan terapetik antara dokter dan
pasien. Dalam wawancara psikiatrik biasanya pasien mengungkapkan hal-hal yang
bersifat pribadi dan intim tentang penderitaan dan kehidupannya kepada dokter.
Wawancara ini dapat menjadi sulit karena tidak semua pasien psikiatri secara sukarela
mencari pertolongan dokter, sehingga keinginan untuk bekerja sama terganggu,
misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar oleh polisi atau keluarganya. Dengan
demikian maka sebagian besar waktu dokter untuk mendengarkan, pengamatan, dan
interpretasi yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat.2
Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara
paling efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang secara
bersama-sama berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat dijelaskan
dan diobati. Pasien-pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara dengan jelas,
dan mudah untuk diikutsertakan sampai mereka yang mengalami gangguan berpikir,
paranoid, berespon terhadap stimuli internal, dan mengalami disorganisasi yang berat.
Wawancara itu sendiri mungkin bervariasi, tergantung pada tantangan spesifik yang
ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa teknik adalah berlaku universal pada semua
situasi, teknik lain terutama dapat diterapkan pada jenis wawancara tertentu.1
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yang
menyebabkan ia datang atau dibawa untuk mendapatkan pertolongan. Keluhan ini
biasanya dikatakan dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun jika pasien tidak mampu
untuk berbicara dengan baik maka gambaran tentang orang yang memberikan informasi
juga harus dimasukkan.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pada bagian ini seorang psikiatri mendeskripsikan pilihan pekerjaan pasien,
keperluan pelatihan dan persiapannya, konflik yang berhubungan dengan
kerja, dan ambisi serta tujuan jangka panjang. Psikiatri juga harus menggali
perasaan pasien terhadap pekerjaan yang dilakukannya sekarang apakah ia
merasa senang, terpaksa, jenuh ataupun tidak puas atas pilihan pekrjaannya
tersebut. Disamping itu perlu juga ditanyakan riwayat pekerjaannya , lama ia
bekerja, apakah pernah pindah kerja, bila ya tanyakan juga alasannya,
frekuensinya serta hubungannya dengan teman sekerjanya.
b. Riwayat Perkwinan dan Persahabatan
Di dalam bagian ini dokter menggambarkan setiap status pernikahan, sah
/sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Hubungan yang bermakna yang
terjalin antara dokter dengan pasiennya juga haruslah ditanyakan. Riwayat
perkawinan atau hubungan jangka panjang yang dideskripsikan haruslah
memberikan gambaran tentang perkembangan hubungan, dimulai saat pasien
baru menikah sampai keadaan pasien saat ini.
c. Riwayat Agama
Seorang psikiater juga perlu untuk menggali lebih dalam mengenai latar
belakang agama kedua orang tua pasien, pasien sendiri serta bagaimana
pelaksanaannya di dalam keluarga. Sikap pasien dan keluarganya tersebut
apakah longgar, ketat, dan apakah terdapat konflik keagamaan antara orang
tua pasien dan pasien sendiri dan bagaimana mereka mengatasinya.
d. Aktifitas Sosial
Dokter psikiatrik haruslah menggambarkan kehidupan sosial pasien dan sifat
persahabatan, dengan penekanan pada kualitas kedalaman hubungan
manusia. Jenis hubungan yang dimiliki pasien bersama teman-temannya, apa
kegiatan mereka selama ini dan apakah terdapat saling perhatian diantara
mereka.
e. Riwayat Psikososial
Seorang dokter psikiatri perlu untuk menanyakan riwayat seksual dari
pasien. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan dari
perkembangan seksual pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat seksual
infantil yang tidak diungkapkan pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh
tidak diperhatikannya riwayat tersebut, karena kesulitan mendapatkan
informasi. Juga perlu ditanyakan riwayat seksual contohnya pertama kali
melakukan onani / masturbasi, apakah memperoleh kepuasan atau tidak,
frekuensinya, kualitas hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau
terdapat penyimpangan dari perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu
digali secara mendalam sebab seringkali memberikan arti yang penting
dalam hal pengumpulan data psikiatri dan penyimpulan diagnosis dari suatu
pasien.
f. Riwayat Keluarga
Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit psikiatrik,
perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota keluarga dekat
pasien harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga. Perlu
ditanyakan juga ada atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-zat
yang lain ataupun perilaku antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di
samping itu riwayat keluarga juga harus memberikan gambaran mengenai
riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan penyakit genetik pada ayah, ibu, dan
kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan mengenai sikap keluarga
terhadap keadaan sakit pasien, apakah mereka mendukung terhadap
pengobatan pasien atau tidak. Kalau perlu ditanyakan keadaan finansial
keluarga, siapa yang bekerja dan apakah cukup untuk keluarga.
2.4.3 Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa;
komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa. Bagian ini adalah bagian dari
laporan psikiatri yang menggambarkan karakteristik saat pasien berbicara. Yang dinilai
dalam hal bicara ini adalah baik dalam kuantitas maupun kualitatifnya. Secara kuantitas
yang dimaksud adalah dari jumlah pembicaraannya apakah pasien banyak atau sedikit
pembicaraan yang terjadi khususnya pasien, sedangkan secara kualitas adalah dapat
dilihat dari isi bicaranya, apakah memberikan informasi yang banyak atau sedikit.
Disamping itu juga perlu diperhatikan adanya gangguan dalam berbicara misalnya :
disartria, gagap, gangguan pada afasia ,dsb.1
2.4.5 Persepsi
Persepsi adalah daya mengenal kualitas, hubungan serta perbedaan suatu benda,
melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan. Memindahkan stimuli fisik
menjadi informasi psikologik, sehiingga stimulus sensoris berada dalam genggamannya.
Gangguan ini dapat berupa distorsi sensorik dan desepsi sensorik. Bentuk-bentuk
distorsi sensorik antara lain terjadi perubahan intensitas, perubahan kualitas, perubahan
bentuk / dismegalopsia. Sedangkan desepsi sensorik adalah gangguan sensorik berupa
munculnya persepsi baru dengan atau tanpa objek luar, contohnya adalah halusinasi dan
ilusi. Gangguan ini dapat melibatkan berbagai sistem sensorik dalam tubuh kita antara
lain penglihatan, pembauan, pendengaran, taktil dan penciuman. Keadaan halusinasi
dan onset dari halusinasi terjadi adalah penting karena itu wajib untuk digali dan
diketahui oleh para dokter psikiatri yang bersangkutan.1
2.4.6 Pikiran
Pikiran adalah suatu aliran gagasan, asosiasi dan symbol yang mengarah pada
tujuan, dimulai dari adanya masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang
berorientasi kenyataan serta terjadi dalam urutan yang logis. Disini, gangguan pada
pikiran dibagi menjadi 2 yaitu gangguan proses pikir / bentuk pikir dan gangguan isi
pikir. Contoh gangguan pada proses berpikir adalah adanya gangguan dalam hal
produktivitas, kontinuitas pikiran dan hendaya berbahasa. Sedangkan gangguan pada isi
pikir adalah terdapatnya preokupasi dan waham. Pada bagian ini pemeriksa dapat
menemukan adanya gangguan dalam hal berpikir antara lain terdapatnya waham yang
biasanya sering muncul pada orang dengan gangguan jiwa, juga dapat diketemukan pula
adanya pembicaraan yang tak berujung pangkal atau juga adanya suatu
ketidaksinambungan antara jawaban pasien dengan pertanyaan yang diberikan oleh
kita sebagai seorang psikiatri. Pasien juga dapat memberikan penjelasan seolah-olah
bahwa pikirannya dapat dibaca orang lain, sepreti disiarkan atau juga disedot sehingga
pikirannya menjadi kosong. Macam-macam keanehan ini dapat diperoleh oleh psikiatri
dengan cara mengadakan wawancara dan melakukan obsevasi dengan baik.1
b. Orientasi
Orientasi adalah kemampuan pasien untuk mengenali dirinya dan keadaan
sekitarnya. Terdiri dari:1 Orientasi Waktu, Yaitu kemampuan pasien untuk
mengenal waktu sekarang ini. Orientasi terhadap Orang, Yaitu kemampuan
pasien untuk mengenali orang-orang yang ada disekitarnya. Orientasi Tempat,
Yaitu kemampuan pasien untuk mengenali tempat keberadaan pasien
Fungsi daya ingat (memori) biasanya dibagi menjadi empat bidang : ingatan
jauh (remote memory), daya ingat masa lalu yang belum lama (recent memory),
dan penyimpanan daya ingat segera (immediate retention and recall).1
Daya ingat yang baru saja dapat diperiksa dengan bertanya pada pasien tentang
bagaimana nafsu makan mereka selanjutnya bertanya pada pasien apa yang
mereka makan sabagai sarapan atau makan malam pada kemarin malam.
Meminta pasien untuk mengulangi enam angka maju dan selanjutnya mundur
untuk pemeriksaan daya ingat segera.1
Daya ingat jauh dapat diperiksa dengan bertanya pada pasien tentang informasi
masa kanak-kanak mereka selanjutnya dapat diperjelas. Mintalah pada pasien
untuk mengingat peristiwa-peristiwa baru yang penting dari beberapa bulan
terakhir untuk menilai daya ingat masa lalu yang belum lama.1
f. Fungsi Intelektual
Bagian dari pemeriksaan status mental ini mencari petunjuk fungsi organ
organik, intelegensia pasien, kapasitas berpikir abstrak dan tilikan dan
perkembangan. Disini dinilai antara lain daya ingat pasien, pengetahuan pasien,
gambaran dia berpikir abstrak serta bagaimana kemampuan dia dalam menolong
dirinya sendiri. Disini seorang psikiatri dapat melakukan tes dengan cara
memberikan pertanyaan yang sederhana dan biasanya berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari pasien. Dapat juga dilakukan tes IQ dengan bantuan
psikiatri bila kita curigai adanya gangguan pada perkembangan mental pada
pasien tersebut. Konsentrasi dan perhatian pada pasien ini juga perlu diuji,
contohnya dengan menggunakan seven serial tes. Sedangkan untuk daya berpikir
abstrak maka pasien dapat dinilai dari gambar yang diberikan oleh kita kepada
pasien untuk dilukis dan kemudian kita minta pasien untuk menginterpretasikan
gambar hasil lukisan tersebut.3
g. Pikiran Abstrak
Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien mengkonsepsualisasikan atau
menggunakan ide-idenya, (misalnya membedakan antara apel dan pear,
abnormalitas dalam mengartikan peribahasa yang sederhana,
h. Tilikan
Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit.
Pasien mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya sama sekali atau
mungkin menunjukkan kesadaran bahwa mereka sakit tetapi melemparkan
kesalahan pada orang lain, faktor eksternal atau bahkan faktor organik yang
lain.Tilikan dibagi menjadi 6 derajat, yaitu:1
- tilikan derajat 1 menyangkal bahwa dirinya sakit
- tilikan derajat 2 Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat
yang bersamaan.
- tilikan derajat 3 menyalahkan orang lain/faktor eksternal sebagai
penyebab sakitnya
- tilikan derajat 4 sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui dalam dirinya
- tilikan derajat 5 sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan
dalam mengatasinya (tilikan intelektual)
- tilikan derajat 6 sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya
sampai kesembuhannya (tilikan emosional sejati)
2.4.8 Reliabilitas
Bagian ini adalah bagian terakhir dari status pemeriksaan mental. Bagian ini
menyimpulkan kesan dokter psikiatrik terhadap reliabilitas pasien dan kemampuan
pasien untuk melaporkan situasi dan keadaannya dengan tepat. Bagian ini merupakan
penilaian dokter terhadap pada kebenaran dan kejujuran pasien. Karena itu dokter
psikiatri harus berhati-hati pada kasus-kasus tertentu yang memungkinkan pasien untuk
lebih sering berbohong baik karena malu ataupun tidak ingin keburukannya diketahui
orang lain.1
Dari kedua buah laporan diatas kita dapat memperoleh sebagian besar informasi
yang kita perlukan untuk memperoleh suatu diagnosa. Tetapi untuk lebih memastikan
suatu diagnosis dan menyingkirkan diagnosa pembanding dapat pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium contohnya : foto roentgen, tes obat-obatan, dll yang
dilakukan sesuai dengan indikasi yang diharapkan. Juga perlu dilakukan pula
pemeriksaan fisik pada pasien untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan sakit mental
pada pasien dengan sakitnya secara fisik, contohnya pada penyakit typhus dapat timbul
suatu keadaan yang disebut dengan delirium, keadaan ini adalah suatu penurunan
kesadaran yang disertai dengan gejala mirip gejala pada penyakit gangguan mental.2
2.7 Prognosis
Prognosis adalah suatu pendapat tentang kemungkinan perjalanan segera dan di
masa datang, tingkat dan akibat gangguan. Faktor prognosis yang baik dan buruk,
seperti yang telah diketahui dan dituliskan.1
DAFTAR PUSTAKA