Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

WAWANCARA PSIKIATRI

Penyusun

Jeni Yuliana

NIM : 03010141

Penguji

dr. Sutantri, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

PERIODE 26 OKTOBER 2015 – 20 NOVEMBER 2015

RUMAH SAKIT JIWA PROF DR SOEROJO MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

MAGELANG, 2015

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan kasihnya, penyusun dapat menyelesaikan referat dengan judul “Wawancara Psikiatri”
ini tepat pada waktunya.

Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa RSJ Soerojo Magelang. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Sutantri, Sp.KJ, selaku dokter penguji
dalam kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa ini dan rekan – rekan koass yang ikut
membantu memberikan dorongan semangat.

Penyusun menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu
Kedokteran Jiwa khususnya dan bidang kedokteran pada umumnya.

Magelang, November 2015

Penyusun

BAB I

1
PENDAHULUAN

Dokter mempunyai banyak cara untuk mendiagnosis, menangani dan mengobati


penyakit pasien. Salah satu alat yang paling penting yang dimiliki oleh dokter adalah
kemampuan untuk melakukan wawancara secara efektif. Untuk mendiagnosis, menangani,
dan mengobati penyakit yang diderita seseorang, dokter harus banyak belajar untuk
mendengarkan. Wawancara yang dilakukan dengan terampil mampu untuk menggali data
yang diperlukan untuk mengerti dan mengobati pasien dan dalam proses untuk
meningkatkan pengertian dan kepatuhan pasien terhadap saran dokter. 1

Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik. Secara teknis sukar


dipisahkan, misalnya antara anamneses dan pemeriksaan khusus psikis, dan antara bidang-
bidang khusus pemeriksaan psikis. Sambil membicarakan keluhan-keluhannya. Pasien
akan berbicara dengan nada emosional tertentu, dan memperlihatkan perilaku motorik
tertentu pula. Dari satu pertanyaan dapat diperoleh respons pasien atau data beberapa
bidang sekaligus, juga dari isi pertanyaan dan cara menyatakan. 2

Agar wawancara dapat menghasilkan data yang dapat diandalkan hendaknya


senantiasa diusahakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara
dokter dan pasien. Kepentingan memelihara hubungan ini mendahului kepentingan
memperoleh data, karena bagaimanapun data mengenai kejiwaan yang diperoleh tanpa
hubungan yang optimal dapat mengelirukan kesan-kesan klinis tentang pasien.2

Tiap wawancara mempunyai tiga komponen utama, dimana semuanya


membutuhkan teknik dan keterampilan khusus yaitu memulai wawancara sendiri,
wawancara itu sendiri, dan mengakhiri wawancara. 1

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik. Secara teknis sukar


dipisahkan antara anmnesis dan pemeriksan khusus psikik, dan antara bidang-bidang
khusus pemeriksaan psikik. Wawancara merupakan teknik yang diterapkan oleh dokter
terhadap pasien untuk tujuan diagnostik dan/atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan
pengaruh dokter terhadap pasien melainkan juga sebaliknya..1,2

2.2 TUJUAN WAWANCARA PSIKIATRI

Tujuan utama dari wawancara psikiatri adalah (institute of pshykiatry 1973)

 Untuk mendapatkan informasi


 Untuk menilai emosi dan sikap pasien
 Untuk berperan suportif dan mempermudah memahami pasien. Hal ini merupakan
dasar hubungan kerja selanjutnya dengan pasien. 3

2.3 WAKTU MELAKSANAKAN WAWANCARA

Untuk sebuah konsultasi awal hendaklah suatu wawancara berkisar antara 30


menit hingga 1 jam, tergantung pada keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik atau
pada pasien dengan penyakit medis biasanya singkat, hal ini dikarenakan oleh pasien yang
mungkin merasakan bahwa wawancara adalah suatu hal yang menegangkan. Wawancara
yang panjang mungkin diperlukan di ruang gawat darurat. Kunjungan yang kedua maupun
kunjungan selanjutnya beserta wawancara psikiatrik yang terus menerus juga bervariasi
dalam lamanya. 3
Penatalaksanaan waktu perjanjian juga mengungkapkan aspek penting dari
kepribadian dan penanganan. Seringkali, pasien datang lebih awal baik beberapa menit
maupun jam dan mungkin sangat awal. Dari sini kita menggali suatu kesimpulan apakah
pasien sedang mengalami suatu kecemasan ataupun suatu kebutuhan yang mendesak
(dalam hal ini dapat dianggap sebagai suatu petunjuk berat ringannya suatu keluhan). Dan
jika pasien terlambat atau bahkan absen maka dapat pula ditanyakan penyebab

3
keterlambatannya apakah karena lupa ataupun disebabkan suatu keengganan untuk
berkunjung dan berobat ke dokter.3
Bagi dokter psikiatrik itu sendiri waktu juga merupakan suatu hal yang penting di
dalam wawancara. Jika seorang dokter psikiatrik sungguh-sungguh tidak dapat
menghindarkan keterlambatan untuk suatu wawancara, sebaiknya dokter dapat
mengungkapkan penyesalannya. Hal ini berguna untuk menjaga sebuah hubungan yang
baik antara pasien dengan seorang dokter.
Pada umumnya setelah wawancara yang pertama, wawancara yang berikutnya
memungkinkan seorang pasien untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan informasi yang
telah diberikan pada kesalahan pertama. Untuk itu perlu untuk ditanyakan apakah ia telah
berpikir mengenai wawancara yang pertama. Pada umumnya, saat rasa nyaman dan akrab
pasien dengan dokter meningkat, mereka menjadi semakin mampu untuk mengungkapkan
perincian tentang kehidupan mereka.1

2.4 TEMPAT PERIKSA DOKTER PSIKIATRI

Tempat periksa dokter psikiatri dapat mengatakan pada pasien sesuatu yang baik
tentang kepribadian dokter psikiatri. Hal ini dapat dibangun antara lain melalui suasana
tempat pemeriksaan. Sebagai contoh, kerapihan, kebersihan ruangan, keserasian antara
warna dinding ruangan, lukisan, perabotan dan tanaman, foto pribadi serta diploma di
dinding. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan sebagian mengenai diri dokter
psikiatrik walaupun tidak diungkapkan secara verbal. Pasien seringkali mempunyai reaksi
terhadap tempat periksa dokter psikiatri dengan cara menyimpang atau tidak. Penelitian
telah menunjukkan bahwa pasien berespon positif pada laki-laki yang menggunakan jas
dan dasi dari pada mereka yang tidak.3

2.5 SUSUNAN TEMPAT DUDUK

Cara kursi disusun di tempat periksa dokter psikiatrik dapat mempengaruhi


wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada yang melihat
ke bawah untuk melihat lawan bicaranya. Sebagian besar dokter psikiatrik berpikir bahwa
lebih disukai untuk menyusun kursi tanpa adanya perabot lain di antara dokter dan pasien.

4
Jika terdapat beberapa kursi, maka dokter psikiatrik menentukan kursinya sendiri dan
selanjutnya membiarkan pasien memilih kursi di mana ia akan merasa paling nyaman.3
Jika pasien yang sedang diwawancara adalah seorang yang kira-kira berbahaya,
maka pintu ruang wawancara harus dibiarkan terbuka, dokter psikiatrik harus duduk di
tempat yang paling dekat dengan pintu, tanpa ada sesuatu yang menghalangi gerak dokter
menuju pintu, dan jika diperlukan orang ketiga harus diminta untuk berdiri di luar atau
bahkan di dalam ruangan, untuk berjaga-jaga jika terdapat masalah.3,4

2.6 CARA MEMIMPIN WAWANCARA

Pada umumnya wawancara akan efektif jika berlangsung “alamiah” (natural),


dengan nada yang mirip “percakapan biasa”, tidak kaku atau seperti serangkaian
pertanyaaan gaya kueasioner kepada pasien. Wawancara akan lebih efektif bila tidak
memberi kesan bahwa dokter “memburu” gejala, rajin berusaha menemukan dan
mengumpulkan sifat-sifat psikopatologik saja pada pasiennya. Perilaku pasien di hadapan
dokter sebagian besar merupakan respons terhadap apa yang dikatakan oleh dokter dan
bagaimana dokter mengatakan itu, sikap dokter, dan bagaimana pendapat pasien mengenai
perilaku serta kepribadian dokter. Agar wawancara dapat menghasilkan data yang daapt
diandalakan hendaknya senantiasa diusahakan untuk menciptakan dan memelihara
hubungan yang optimal antara dokter dengan pasien. Kepentingan memeliharan hubungan
ini mendahului kepentingan memeroleh data, karena bagaimanapun data mengenai
kejiwaan yang diperoleh tanpa hubungan yang optimal, dapat mengelirukan kesan-kesan
klinis tentang pasien.

Teknik yang paling penting dalam melakukan wawancara psikiatri adalah


membiarkan pasien dengan perkataannya sendiri, sesuai dengan urutan yang dirasakannya
penting. Terapis perlu cukup sensitif untuk mendeteksi hal-hal bermakna yang ingin
disampaikan pasien. Terapis harus terampil untuk bertanya dan menelusuri lebih lanjut
tentang hal-hal bermakna yang diungkapkan pasien baik yang tersurat maupun tersirat
dalam menceritakan riwayat psikiatrik dan status mentalnya.4

Banyak faktor yang mempengaruhi baik isi dan proses wawancara antara lain adalah :

5
1. Kepribadian pasien dan gaya karakternya sangat mempengaruhi reaksi dan konteks
emosional dimana wawancara dikembangkan.
2. Berbagai situasi klinis termasuk apakah pasien ditemui dalam bangsal rumah sakit, di
bangsal psikiatri, diruang gawat darurat atau sebagai pasien rawat jalan bentuk jenis
pertanyaan yang dikatakan dan anjuran-anjuran yang ditawarkan.
3. Faktor teknik seperti interupsi telepon, menggunakan penterjemah, membuat catatan,
dan ruang fisik dan kenyamanan ruangan adalah mempengaruhi wawancara.
4. Pemilihan waktu melakukan wawancara dalam penyakit pasien, apakah dalam keadaan
yang paling akut selama remisi, pengaruh isi dan proses wawancara.
5. Gaya, orientasi dan pengalaman pewawancara pengaruh yang penting pada
wawancara. Tiap wawancara mempunyai dua tujuan teknik yang utama yaitu
perkenalan penentu (determinan) psikologis dari perilaku dan klasifikasi gejala. 3

Nancy Anderson dan Donald Black telah menuliskan 11 teknik yang sering pada sebagian
besar situasi wawancara psikiatrik.3

1. Dapatkan rapport seawal mungkin pada wawancara


2. Tentukan keluhan utama pasien
3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara
4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostik dengan
menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terperinci
5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk
menentukan dengan akurat jawaban atas pertanyaan
6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana
kuatnya pikiran berkaitan
7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup
8. Jangan takut untuk menanyakan tentang topic yang anda atau pasien rasakan sulit
atau memalukan
9. Tanyakan tentang pikiran atau ide bunuh diri
10. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir wawancara
11. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan, dan jika
mungkin harapan.

Dengan persiapan-persiapan di atas maka seorang dokter psikiatri dapat membuat


sebuah wawancara yang baik, memperoleh kepercayaan dari pasien, yang dapat digunakan
untuk membuat suatu diagnosis yang tepat.

6
2.7 STRUKTUR WAWANCARA

Konseptualisasi struktur wawancara harus berfokus pada fase-fase yang alamiah


terjadi dalam wawancara. Adapun kelima fase wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

1. Fase pertama : Perkenalan

Perkenalan dimulai saat praktisi dan pasien pertama kali bertemu satu sama lain.
Berakhir ketika praktisi merasa cukup dan nyaman untuk memulai menanyakan alasan
pasien meminta bantuan. Jika berlangsung baik ini akan berakhir beberapa menit. Jika
tidak maka ini akan sebaliknya. Tujuan dari pewawancara selama perkenalan masih
relatif sederhana mengikutsertakan pasien dengan menurunkan ansietas pasien. 5

2. Fase Kedua : Pembukaan


Dengan pertanyaan pertama praktisi terhadap keadaan pasien yang mendesak, fase
pembukaan dimulai. Hal ini berakhir ketika praktisi mulai memfokuskan pertanyaan-
pertanyaan pasien pada topik-topik yang lebih khusus yang dianggap paling penting
oleh praktisi, setelah mendengarkan si pasien secara tak langsung. Apabila wawancara
berlangsung 30 menit maka fase pembukaan hanya berlangsung 5 menit sampai 8
menit.
Pasien memiliki dua tujuan utama selama fase pembukaan yaitu memusatkan
apakah setuju untuk berbagi persoalan pribadi dengan psikiatri dan untuk memutuskan
persoalan pribadi mana yang akan diceritakan.5
3. Fase Ketiga : Isi wawancara

Isi wawancara secara harfiah adalah apa yang dibicarakan antara dokter dan
pasien. Tujuan praktisi bervariasi selama isi wawancara tergantung pada berbagai
pemandangan klinis yang mewakili praktisi. Jika pewawancara bermaksud untuk
menemui pasien beberapa kali maka data yang dibutuhkan dari wawancara awal dapat
menggambarkan secara relatif suatu kerangka ilmu yang kecil, karena beberapa
pertemuan tersedia sebelum suatu rencana pengobatan akan dikembangkan. Akibatnya,
langkah praktisi dapat dihubungkan tanpa tergesa-gesa penekanannya terletak pada
pendekatan yang kurang terstruktur pada banyak hal yang serupa dengan proses yang
terlihat selama psikoterapi yang berorientasi dinamik. Cara untuk penyusunan yang

7
berhasil terletak pada pengembangan dan pemahaman bahasa penyusunan yang
menguraikan aplikasi yang praktis.3,5

4. Fase Keempat : Penutup dalam wawancara

Sejalan dengan lanjutnya wawancara mengarah pada akhirnya, ketegangan tertentu


mungkin timbul dalam diri yang diwawancarai. Ketegangan ini timbul dari keluhan
pasien apakah akan didapatkan bantuan. Berbagai pertanyaan mungkin terbentuk
dalam pikiran pasien baik secara disadari maupun tidak disadari. Tidak semua pasien
akan mempunyai semua keluhan-keluhan ini, tapi beberapa pasien akan mencari
jawaban terhadap sejumlah pertanyaan. Praktisi hanya akan memiliki jawaban-jawaban
tentative untuk beberapa pertanyaan, dan pasien harus dibuat sadar akan fakta ini tetapi
walau jawaban sensitif sekalipun mungkin memberikan pengalaman yang sangat
berharga untuk pasien. Jika dijawab dengan sensitif praktisi akan dapat membantu
menurunkan ketakutan pasien tentang ketidaktahuan pasien. 5

5. Fase Kelima : Mengakhiri wawancara


Fase terminasi terdiri atas kata-kata penutup aktual dan gerakan tubuh dari
pewawancara dan yang diwawancarai. Seperti perkenalan praktisi seringkali berjabat
tangan dan tersenyum dengan tepat. Ini bukan tidak lazim, jika praktisi berfungsi
sebagai suatu agen triase dan tidak akan menemui pasien kembali, berharap pasien
selamat dengan ucapan sederhana seperti “saya harap segalanya dapat berjalan baik
untuk anda”. Kehangatan tampak lebih tepat, kehangatan dibangkitkan oleh dua orang
yang telah bekerja sama dalam suatu usaha untuk meningkatkan pemahaman.5

2.8 MENYIMPULKAN WAWANCARA

Dokter menginginkan pasien meninggalkan wawancara merasa mengerti dan


dihargai serta merasa semua informasi yang berhubungan dan penting telah disampaikan

8
kepada pendengar yang empati. Dokter harus mengucapkan terimakasih dan memperjelas
apa penyakit pasien. 3

2.9 KOMPONEN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK


2.9.1 Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatrik adalah catatan tentang riwayat penyakit, riwayat gangguan jiwa,
dan riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasien sebenarnya,
darimana pasien berasal dan kira-kira akan ke arah mana pasien selanjutnya pada masa
mendatang. Riwayat ini didapatkan selama wawancara psikiatrik, diceritakan oleh pasien
dari sudut pandang pasien sendiri. Kadangkala diperlukan keterangan tambahan dari
sumber lain seperti orang tua atau pasangan hidup pasien.1

Hal-hal yang ditelusuri dalam pengumpulan keterangan tentang riwayat penyakit


adalah data konkrit tentang kronologi gejala atau gangguan yang dialami pasien, riwayat
tentang gangguan psikiatrik dan riwayat medis, ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan
dan kelemahan pasien, hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dirinya di masa
sekarang dan masa lampau, serta riwayat perkembangan pasien.1,2

Berikut adalah keterangan mengenai garis besar dari riwayat psikiatrik :

a. Data Identifikasi
Di dalam data identifikasi diberikan ringkasan demografi yang ringkas
mengenai nama pasien, usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, status
pendidikan, alamat, nomor telepon, pekerjaan dan sumber informasi. Data
identifikasi ini dapat memberikan suatu gambaran sekilas mengenai karakteristik
dari pasien yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi diagnosis, prognosis,
perawatan dan komplikasinya.1,2
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yang
menyebabkan ia datang atau dibawa untuk mendapatkan pertolongan. Keluhan ini
biasanya dikatakan dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun jika pasien tidak
mampu untuk berbicara dengan baik maka gambaran tentang orang yang
memberikan informasi juga harus dimasukkan.
c. Riwayat Gangguan Sekarang

9
Didalamnya diceritakan secara lengkap mengenai kronologi peristiwa yang
menjadi penyebab ataupun memicu keadaan pasien menjadi seperti pada saat ini.
Bagian ini mungkin merupakan bagian dari riwayat psikiatri yang paling penting
dan menentukan dalam membuat suatu diagnosis. Di dalam bagian ini diceritakan
mengenai perkembangan gejala dari onset penyakit sampai keadaan saat ini,
hubungannya dengan kejadian-kejadian dalam hidupnya, adanya stresor,
penggunaan obat dan taraf-taraf perubahan dari fungsi yang normal.2
d. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat penyakit dahulu adalah suatu transisi dari riwayat penyakit
sekarang dan riwayat pribadi pasien. Di sini diceritakan keadaan / episode sakit
baik dalam hal psikiatri maupun kesehatan umum. Gejala-gejala pada pasien baik
adanya suatu inkapasitas, jenis pengobatan yang telah diterima, tempat perawatan /
berobat pasien sebelumnya dan derajat kepatuhan pasien terhadap pengobatan
sebelumnya harus dicatat dan digali secara kronologis. Perhatian khusus pada
bagian ini harus diberikan pada episode yang menandakan onset dari suatu
penyakit, karena episode tersebut sering memberikan suatu data yang penting
mengenai peristiwa-peristiwa pencetus, kemungkinan-kemungkinan diagnosis dan
kemampuan untuk mengatasi penyakit tersebut. Mengingat pada riwayat medis,
seorang psikiatri seharusnya mendapatkan tinjauan medis mengenai gejala dan
mencatat tiap penyakit medis atau bedah dan trauma berat, khususnya yang
memerlukan perawatan di rumah sakit yang dialami oleh pasien.1
Riwayat gangguan psikiatrik

Episode terdahulu, gejala, derajat disfungsi, terapi, lama gangguan, kepatuhan


terapi perhatian khusus pada episode pertama2

Riwayat gangguan medik

Penyakit medik, bedah, trauma, yang memerlukan perawatan trauma kepala,


penyakit neurologi, tumor, kejang, gangguan kesadaran HIV sifilis, gangguan
psikosomatik.2

Penggunaan zat psikoaktif

Stimulant, alkohol, morfin, dll

e. Riwayat Pribadi

10
Dalam rangka untuk mempelajari penyakit pasien sekarang dan situasi
kehidupan saat ini, seorang psikiater membutuhkan pemahaman yang menyeluruh
mengenai masa lalu dari pasien dan hubungannya dengan masalah mental
sekarang. Disini dicatat setiap perubahan emosi dari setiap periode kehidupan.
Riwayat pribadi terdiri dari saat :
e.i Riwayat Prenatal dan Perinatal
Seorang psikiatri harus memperhitungkan keadaan dan situasi rumah di
mana pasien dilahirkan dan apakah pasien adalah anak yang direncanakan dan
diinginkan untuk dilahirkan. Keadaan persalinan juga harus ditanyakan apakah
cukup bulan atau tidak, macam persalinan (spontan atau cesarian), obat yang
diminum selama kehamilan, ada / tidaknya komplikasi saat lahir dan defek saat
bayi lahir. Hal- hal di atas adalah pertanyaan yang harus ditanyakan oleh psikiatri
untuk mengetahui riwayat pribadi pasien pada saat kelahiran.1,2
e.ii Masa Anak-Anak Awal (sejak lahir sampai usia 3 tahun)
Periode ini merupakan masa anak-anak awal yang terdiri dari 3 tahun
pertama kehidupan pasien. Pada masa ini hal-hal yang perlu diamati adalah
mengenai hubungan antara ibu dan anak (interaksi melalui pemberian makanan dan
pengajaran ke toilet), ada / tidaknya gangguan dalam hal tidur dan makan,
bagaimana sifat anak tersebut (pemalu, overaktif, menarik diri, senang belajar ,
takut-takut, senang bepergian, ramah / tidak), perilaku yang aneh ada / tidak
(membenturkan kepala ke tembok), ada / tidaknya pengasuh yang lain selain ibu
kandung, dan perkembangan awal baik dalam hal berjalan, berbicara, berbahasa,
perkembangan fisik, perkembangan motorik, pola tidur, dan sebagainya.2
e.iii Masa Anak-Anak Pertengahan (usia 3 tahun - 11 tahun)
Pada masa ini psikiater dapat memusatkan perhatian pada hal-hal penting
antara lain bagaimana cara pemberian hukuman pada pasien di rumah, bagaimana
proses identifikasi jenis kelamin, ada tidaknya riwayat sakit dan trauma serta
pengalaman tentang sekolah awal dari pasien, khususnya bagaimana pasien
pertama kali berpisah dengan ibunya. Hal penting lainnya yang tidak boleh
dilupakan adalah bagaimana cara dia bergaul dan membawakan peran dalam
pergaulannya, apakah dia sebagai seorang pemimpin, pemalu, lebih gemar bermain
sendirian, serta popularitasnya di kalangan teman-teman sepermainannya. Perilaku
anak tersebut juga harus diperhatikan apakah suka menyiksa hewan, mimpi malam

11
yang buruk, fobia, ngompol, tindakan yang menimbulkan bahaya kebakaran, dan
riwayat masturbasi yang harus digali.2
e.iv Masa Anak-Anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)
Selama masa ini, anak-anak cenderung untuk mengembangkan kemandirian
dari orang tua mereka (pemisahan diri) yang ditunjukkan dalam hubungan dengan
teman sebaya, dan di dalam aktivitas kelompok bermain. Pada fase ini anak-anak
biasanya mempunyai sosok figur yang diidolainya dan hal ini perlu untuk diketahui
oleh dokter. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa ini adalah onset dari
pubertas, prestasi akademik, bagaimana aktivitas diluar sekolah (olah raga dan
klub), jenis kegiatan yang diminatinya, keterlibatan hal-hal seksual, ketertarikannya
pada lawan jenis dan pengalaman seksual (masturbasi, berhubungan seks dan
mimpi basah), pengalaman bekerja, riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan
zat psikoaktif serta ada / tidaknya gejala-gejala pada saat puber (mood,
ketidakteraturan dalam makan dan tidur, bagaimana dia bertengkar dan
berargumentasi).1,2
e.v Masa Dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pada bagian ini seorang psikiatri mendeskripsikan pilihan pekerjaan
pasien, keperluan pelatihan dan persiapannya, konflik yang berhubungan
dengan kerja, dan ambisi serta tujuan jangka panjang. Psikiatri juga harus
menggali perasaan pasien terhadap pekerjaan yang dilakukannya sekarang
apakah ia merasa senang, terpaksa, jenuh ataupun tidak puas atas pilihan
pekrjaannya tersebut. Disamping itu perlu juga ditanyakan riwayat
pekerjaannya, lama ia bekerja, apakah pernah pindah kerja, bila ya tanyakan
juga alasannya, frekuensinya serta hubungannya dengan teman sekerjanya.
b. Riwayat perkawinan dan persahabatan.
Di dalam bagian ini dokter menggambarkan setiap status pernikahan,
sah /sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Hubungan yang bermakna
yang terjalin antara dokter dengan pasiennya juga haruslah ditanyakan.
Riwayat perkawinan atau hubungan jangka panjang yang dideskripsikan
haruslah memberikan gambaran tentang perkembangan hubungan, dimulai
saat pasien baru menikah sampai keadaan pasien saat ini.
c. Riwayat agama
Seorang psikiater juga perlu untuk menggali lebih dalam mengenai
latar belakang agama kedua orang tua pasien, pasien sendiri serta
bagaimana pelaksanaannya di dalam keluarga. Sikap pasien dan

12
keluarganya tersebut apakah longgar, ketat, dan apakah terdapat konflik
keagamaan antara orang tua pasien dan pasien sendiri dan bagaimana
mereka mengatasinya.
d. Aktivitas sosial
Dokter psikiatrik haruslah menggambarkan kehidupan sosial pasien
dan sifat persahabatan, dengan penekanan pada kualitas kedalaman
hubungan manusia. Jenis hubungan yang dimiliki pasien bersama teman-
temannya, apa kegiatan mereka selama ini dan apakah terdapat saling
perhatian diantara mereka.
f. Riwayat psikoseksual
Seorang dokter psikiatri perlu untuk menanyakan riwayat seksual dari pasien. Hal
ini diperlukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan dari perkembangan seksual
pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat seksual infantil yang tidak diungkapkan
pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh tidak diperhatikannya riwayat tersebut,
karena kesulitan mendapatkan informasi. Juga perlu ditanyakan riwayat seksual
contohnya pertama kali melakukan onani / masturbasi, apakah memperoleh kepuasan
atau tidak, frekuensinya, kualitas hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau
terdapat penyimpangan dari perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu digali secara
mendalam sebab seringkali memberikan arti yang penting dalam hal pengumpulan data
psikiatri dan penyimpulan diagnosis dari suatu pasien.1,2
g. Riwayat Keluarga
Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit psikiatrik,
perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota keluarga dekat pasien
harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga. Perlu ditanyakan juga ada atau
tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-zat yang lain ataupun perilaku antisosial
yang terdapat dalam keluarga. Di samping itu riwayat keluarga juga harus memberikan
gambaran mengenai riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan penyakit genetik pada
ayah, ibu, dan kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan mengenai sikap keluarga
terhadap keadaan sakit pasien, apakah mereka mendukung terhadap pengobatan pasien
atau tidak. Kalau perlu ditanyakan keadaan finansial keluarga, siapa yang bekerja dan
apakah cukup untuk keluarga.1,2

Semua penjelasan singkat tersebut diatas adalah hal-hal mengenai riwayat psikiatri
pasien yang perlu ditanyakan secara lengkap, detail sehingga dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai pasien dan keadaan kehidupannya serta saat sakitnya. Hal ini akan

13
membantu kita sebagai seorang psikiater untuk memahami seorang pasien sebagai seorang
manusia secara utuh baik jasmani maupun fisik.
Hal lain yang dapat membantu mengenai pemahaman kita akan keadaan sakit
pasien adalah dengan melakukan pemeriksaan mental yang kemudian dicatat dalam status
pemeriksaan mental. Status pemeriksaan mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis
yang menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan atau impresi tentang
pasien psikiatri saat wawancara. Pada status mental ini kita melakukan pemeriksaan
terhadap koordinat psikiatri / fungsi mental / fungsi kepribadian yaitu kesadaran, alam
pikiran, alam perasaan dan perilaku pasien. Untuk melakukannya dan mendapatkan hasil
yang optimal diperlukan observasi secara cermat dan menyeluruh mengenai pasien juga
tidak dilupakan adalah teknik wawancara yang digunakan untuk menemukan kelainan-
kelainan dalam fungsi mental pasien.5

2.10 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental merupakan gambaran keseluruhan tentang pasien yang


didapat dari hasil observasi pemeriksa dan kesan yanng dimunculkan oleh pasien saat
wawancara. Status mental pasien dapat berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke
jam. Bagian yang diperiksa meliputi penampilan, pembicaraan, perilaku, pemikiran pasien
yang tampak selama berlangsungnya wawancara dan pemeriksaan psikiatrik. Walaupun
pada situasi pasien sama sekali tidak berbicara, inkoheren, atau menolak untuk menjawab
pertanyaan, pemeriksa tetap bisa mendapatkan informasi yang memadai melalui observasi
yang cermat. Secara garis besar gambaran status mental adalah:

DESKRIPSI UMUM

Penampilan

Merupakan gambaran tampilan dan kesan keseluruhan terhadap pasien yang


direfleksikan dari postur, sikap, cara berpakaian dan berdandan. Apakah pasien berdandan
rapi atau lusuh, apakah sikapnya tegang, atau santai. Perhatikan tatapan mata, kerutan dahi,
tremor atau keringat di muka yang merupakan tanda adanya kecemasan.2

Perilaku dan aktivitas psikomotor

14
Pengamatan ditujukan terhadap aspek kualitas dan kuantitas aktivitas psikomotor,
seperti adanya manerisme, tics, gerak-gerik, kejang, perilaku, stereotipik, ekopraksia,
hiperaktivitas, agitasi, fleksibilitas, rigiditas, cara berjalan dan kegesitan. Kegelisahan,
telapak tangan basah, dan manifestasi fisik lainnya diamati. Perhatikan pula adanya
perlambatan psikomotor dan perlambatan dari pergerakan tubuh secara umum, aktivitas
tanpa tujuan.2

Sikap terhadap pemeriksa

Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat digambarkan sebagai sikap yang kooperatif,
bersahabat, penuh perhatian, berminat, jujur, merayu, defensif, merendahkan, bingung,
berbelit-belit, apatis, hostil, bercanda, menyenangkan, mengelak, atau berhati-hati.
Perhatikan pula kemampuan membentuk rapport selama wawancara.2

MOOD DAN AFEK

Mood

Mood didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan
lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pemeriksa dapat menilai
suasana perasaan pasien dari pernyataan yang disampaikan oleh pasien, dari ekspresi
wajah, perilaku motorik, atau bila perlu dapat ditanyakan kepada pasien tentang suasana
perasaan yang dialaminya. Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi, berputus
asa, iritabel, cemas, marah, ekspansif, euforia, kosong, bersalah, perasaan terpesona, sia-
sia, merendahkan diri, ketakutan, kebingungan. Mood dapat labil, berfluktuasi, atau
berubah-ubah dengan cepat dan ekstrim (misalnya tertawa keras pada saat tertentu
kemudian berubah menangis dan berputus asa).2

Afek

Merupakan respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai melalui ekspresi
wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuh psaien (bahasa tubuh). Afek
mencerminkan situasi emosi sesaat, dapat bersesuaian dengan mood maupun tidak.
Penilaian terhadap afek dapat berupa afek normal, terbatas, tumpul, atau mendatar.
Gambaran afek normal dapat terlihat dari variasi ekspresi tangan dan pergerakan tubuh.
Ketika afek menjadi terbatas, maka luas dan intensitas ekspresi pasien berkurang. Pada
gambaran afek yang menumpul. Terlihat intensitas ekspresi emosi berkurang lebih jauh.

15
Afek mendatar ditandai dengan tidak adanya ekspresi afektif, intonasi bicara mooton, dan
ekspresi wajah datar. Tumpul, datar, dan terbatas digunakan untuk menggambarkan
kedalaman emosi, sedangkan depresi, bangga, marah, ketakutan, cemas, rasa bersalah,
euforia, dan ekspansif digunakan untuk menunjukkan suatu gambaran afek tertentu.2

Keserasian afek

Pemeriksaan mempertimbangkan keserasian respons pasien terhadap topik yang


sedang didiskusikan dalam wawncara. Pasien mengekspresikan kemarahan atau ketakutan
ketika menceritakan waham kejar, hal ini menggambarkan afek yang serasi. Afek yang
tidak serasi dapat terlihat contohnya pada seorang pasien skizofrenia yang menceritakan
tentang keinginan untuk membunuh dengan ekspresi afek yang datar.2

PEMBICARAAN

Deskripsikan pembicaraan pasien apakah ia berbicara spontan atau tidak


menggambarkan kuantitas, kecepatan produksi dan kualitas bicara. Amati cara pasien
berbicara seperti banyak bicara, mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespons
normal terhadap isyarat yang disampaikan pemeriksa. Pembicaraan dapat cepat atau
lambat, tertekan ragu-ragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik, cadel, terpatah-
patah, atau bergumam. Adanya impermen berbicara seperti stuttering dan juga irama bicara
yang tidak lazim atau disprosodi juga dilaporkan saat mengobservasi pembicaraan pasien.2

PERSEPSI

Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati pasien terhadap diri
dan lingkungannya. Gangguan persepsi melibatkan sistem sensorik seperti auditorik,
visual, olfaktorik, atau taktil, isi halusinasi atau ilusi perlu digambarkan. Dapat dijumpai
halusinasi hipnogagik yang muncul saat mulai tidur, atau halusinasi hipnopompik yang
muncul pada saat bangun tidur. Halusinasi dapat timbul pada saat stres. Perasaan
derealisasi dan depersonalisasi merupakan contoh gangguan persepsi.2

Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menentukan adanya halusinasi adalah


“Apakah Anda pernah mendengar suara atau bunyi yang tidak dapat didengar orang lain
atau ketika tidak ada orang lain di sekitar Anda? Apakah Anda mengalami sensasi yang
aneh di tubuh Anda, dan orang lain tidak mengalami hal tersebut?, Apakah Anda pernah
melihat sesuatu yang pada saat itu orang lain tidak bisa melihatnya?”

16
PIKIRAN

Pikiran dapat dibagi menjadi proses dan isi pikir. Proses pikir merupakan cara saat
seseorang meyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang memberntuk pemikiran
seseorang. Proses atau bentuk pikir dapat bersifat logik dan koheren atau tidak logik dan
tidak komprehensif. Isi pikir merujuk kepada apa yang dipikirkan oleh seseorang berupa
ide, keyakinan, preokupasi, dan obsesi. 2

Proses pikir

Pasien dapat mempunyai ide pikiran yang berlebihan atau miskin. Dapat pula
ditemukan arus pikir yang cepat, yang secara ekstrim disebut flight of idea. Pasien dapat
memperlihatkan arus pikir yang lambat ataupun ragu. Pikiran dapat palsu atau kosong.
Perhatikan apakah sungguh-sungguh menjawab pertanyaan yang disampaikan pemeriksa,
apakah pasien mempunyai kemampuan untuk menjawab pertanyaan, berpikir yang
bertujuan, apakah respons yang disampaikan pasien relevan atau tidak, apakah penjelasan
pasien jelas dipahami dan mempunyai asosiasi yang baik, apakah pasien menunjukan
pelonggaran asosiasi pada saat berbicara. Gangguan terhadap kontinuitas pikir dapat
berupa tangesial, sirkumstansial, melantur, mengelak, dan perseveratif.2

Blocking merupakan interupsi dari suatu rangkaian proses pikir, sebelum ide pikir
terbentuk secara utuh. Pasien tampak tidak mampu mengingat kembali ide yang telah atau
yang akan disampaikan. Sirkumstansial adalah kehilangan kapasitas untuk berpikir
berorientasi tujuan, dalam proses penyampaian ide, pasien mengemukakan banyak ide-ide
yang tidak relevan dan komentar tambahan, dan akhirnya tetap kembali ke ide semula.
Gangguan proses pikir dapat terlihat dalam bentuk hubungan pikiran-pikiran yang
inkoheren dan tidak komprehensif (word salad), clang association (asosiasi bunyi),
punning (asosiasi dengan makna ganda), dan neologisma (kata baru yang diciptakan pasien
dengan mengkombinasikan dan memadatkan kata-kata, misalnya “taci” berasar dari kereta
dan kelinci).2

Isi pikir

Gangguan isi pikir termasuk delusi, preokupasi (melibatkan penyakit pasien),


obsesi (“apakah kamu memiliki ide yang intrusif dan berulang?”), kompulsi (“apakah
harus kamu melakukan sesuatu tindakan berulang-ulang?” “apakah ada tindakan yang

17
harus dilakukan sesuai urutan?, bila kamu tidak melakukannya sesuai urutan apakah kamu
hatus mengulanginya?”), fobia, rencana, kehendak, ide rekuren tentang bunuh diri dan
pembunuhan, gejala hipokondrial, dorongan antisosial.2

Apakah pasien memiliki pemikiran untuk melakukan sesuatu yang buruk terhadap
dirinya? Gangguan isi pikir yang utama adalah delusi. Delusi merupakan keyakinan yang
salah dan menetap yang tidak terkait latar belakang budaya dapat bersifat kongruen
terhadap mood (sesuai dengan mood yang terdepresi dan mood yang elasi), dapat pula
tidak kongruen terhadap mood. Isi dari sistematika delusi harus diungkapkan dan psikiater
harus berusaha mengevaluasi dan memvalidasi keyakinan pasien. Perilaku pasien dapat
terpengaruh karena adaya delusi, hal ini dapat terlihat dari riwayat gangguan sekarang.
Delusi dapat bersifat bizarre dan dapat melibatkan keyakinan tentang adanya kontrol
eksternal. Delusi dapat mempunyai tema persekutorik atau paranoid, grandiose
(kebesaran), iri hati, somatik, perasaan bersalah, nihilistik, dan erotik. Ide-ide rujukan dan
ide-ide dipengaruhi juga harus dideskripsikan. Contoh dari ide rujukan adalah seseorang
yakin bahwa radio atau televisi berbicara untuk atau tentang dirinya. Contoh ide rujukan
adalah keyakinan tentang orang lain atau kekuatan mengontrol perilaku seseorang.2

SENSORIUM DAN KOGNISI

Bertujuan untuk menilai fungsi kognitif, orientasi, daya ingat, kalkulasi,


kemampuan membaca dan menulis, kemampuan visuospasial, dan berbahasa. Gangguan
kesadaran biasanya menunjukkan adanya gangguan otak organik. Kesadaran berkabut
merupakan penurunan kewaspadaan menyeluruh terhadap lingkungan. Pasien yang
mengalami perubahan kesadaran biasanya ditandai dengan gangguan orientasi. Penilaian
orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Dokter harus menentukan apakah pasien
dapat menyebutkan dengan tepat tanggal, waktu, dan hari. Penilaian terhadap tempat dapat
dinilai dari bagaimana mereka berperilaku dan mengetahui dimana mereka berada.
Penilaian terhadap orang dapat dinilai dengan menanyakan nama-nama orang terdekat.2

Gangguan konsentrasi dapat disebabkan oleh adanya gangguan fungsi kognitif,


ansietas, depresi, dan halusinasi auditorik. Selain itu seorang psikiatri harus menguji
kemampuan membaca dan menulis pasien dengan meminta pasien menuliskan satu
kalimat kemudian dibacakan. Pemeriksa juga harus memperhatikan intelegensi pasien

18
yang berhubungan dengan kosa kata dan pengetahuan umum yang dimilikinya seperti
nama presiden saat ini dan informasi-informasi terkini.2

PENGENDALIAN IMPULS

Seorang dokter harus menilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual,
agresi, dan impuls lainnya. Penilaian terhadap impuls dilakukan untuk menilai apakah
pasien berpotensi membahayakan diri dan orang lain.2

DAYA NILAI DAN TILIKAN

Selama wawancara psikiatrik berlangsung, pemeriksa perlu memperhatikan


kemampuan daya nilai sosial pasien. Apakah pasien dapat memahami akibat dari
perbuatan yang dilakukannya dan apakah pemahamannya ini mempengaruhi dirinya.
Selain itu dokter perlu menilai pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya.

Derajat tilikan terdiri atas:2

- tilikan derajat 1 menyangkal bahwa dirinya sakit


- tilikan derajat 2 mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat yang
bersamaan.
- tilikan derajat 3 menyalahkan orang lain/faktor eksternal sebagai penyebab sakitnya
- tilikan derajat 4 sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
dalam dirinya
- tilikan derajat 5 sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan dalam
mengatasinya (tilikan intelektual)
- tilikan derajat 6 sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya sampai
kesembuhannya (tilikan emosional sejati)

TARAF DAPAT DIPERCAYA

Pemeriksaan psikiatrik juga memperhatikan kesan pemeriksa terhadap kemampuan


pasien untuk dapat dipercaya dan bagaimana ia menyampaikan peristiwa dan situasi yang

19
terjadi secara akurat. Pemeriksa dapat menilai kejujuran dan keadaan yang sebenarnya dari
yang dikatakan pasien.2

Setelah pemeriksa melakukan wawancara psikiatrik komprehensif, pemeriksaan


status mental, informasi yang didapat dirangkum dalam bentuk laporan psikiatrik, dengan
susunan sesuai standar riwayat psikiatrik dan status mental. Setelah itu pemeriksa
menyarankan pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan dan membuat resume tentang
penemuan yang bermakna dan tidak, membuat diagnosa multiaksial sementara, membuat
prognosis, bila perlu membuat formulasi psikodinamik dan terakhir membuat rencana
penatalaksanaan.2

BAB III
KESIMPULAN

Tujuan dilakukannya pemeriksaan psikiatrik dengan baik termasuk wawancara


psikiatrik adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien dan keluarganya, sehingga
dokter dapat mengetahui pasien secara keseluruhan, dan dapat menentukan diagnosis serta
pengobatan yang paling tepat kepada pasien.
Komponen utama dalam melakukan pemeriksaan psikiatri dengan baik adalah
dengan melakukan wawancara, observasi, dan pemeriksaan status mental secara benar. Hal
ini perlu didukung oleh kemampuan dokter sebagai ahli psikiatri. Menangani pasien secara
holistik dapat memudahkan dokter untuk mendapat gambaran pasien secara keseluruhan,
sehingga dokter dapat mengetahui berbagai riwayat kehidupan pasien, dapat menggali

20
faktor pencetus untuk penyakitnya, dan faktor-faktor lain yang berkaitan seperti
lingkungan. Dengan adanya data yang lengkap, akan sangat membantu dokter dalam
menentukan langkah diagnosis dan terapi yang tepat. Pengobatan yang lengkap meliputi
pengobatan fisik, psikologis dan sosiobudaya yang tidak hanya tertuju pada obat-obatan
saja, namun juga terapi yang memang dibutuhkan pasien, yang sesuai dengan penyebab
timbulnya penyakit pada pasien, sehingga kemungkinan untuk berulangnya penyakit akan
semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BJ. Clinical Examination of the Psychiatric Patient, Synopsis of
Psychiatry, Tenth ed. 2005.p. 240-55.
2. Redayani P. Wawancara dan pemeriksaan psikiatrik. Dalam: Elvira SD, Gitayanti H,
Eds. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI; 2014.p.47-61
3. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. 2000. Behavioural Sciences
Clinical psychiatry, seven edition. Maryland, USA: William & Wilkins.
4. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, fourth edition. Washington DC: American Psychiatric Association.
5. W.F Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Airlangga
University Press.
6. Rusdi E. 2006. Buku Panduan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : Rumah
Sakit Jiwa Islam Kiender.

21
7. Bachtiar Lubis & Sylvia D. 2005. Penuntun wawancara psikodinamik dan psikoterapi.
Jakarta: FKUI.

22

Anda mungkin juga menyukai