0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan48 halaman
Dokumen tersebut membahas hubungan antara dokter dan pasien serta teknik wawancara yang efektif. Terdapat beberapa model hubungan dokter-pasien, teknik dasar melakukan wawancara seperti mendapatkan rapport, pertanyaan terbuka/tertutup, refleksi, fasilitasi, keheningan, dan konfrontasi. Wawancara yang baik melibatkan proses verbal dan nonverbal untuk memahami masalah pasien secara sistematis.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara dokter dan pasien serta teknik wawancara yang efektif. Terdapat beberapa model hubungan dokter-pasien, teknik dasar melakukan wawancara seperti mendapatkan rapport, pertanyaan terbuka/tertutup, refleksi, fasilitasi, keheningan, dan konfrontasi. Wawancara yang baik melibatkan proses verbal dan nonverbal untuk memahami masalah pasien secara sistematis.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara dokter dan pasien serta teknik wawancara yang efektif. Terdapat beberapa model hubungan dokter-pasien, teknik dasar melakukan wawancara seperti mendapatkan rapport, pertanyaan terbuka/tertutup, refleksi, fasilitasi, keheningan, dan konfrontasi. Wawancara yang baik melibatkan proses verbal dan nonverbal untuk memahami masalah pasien secara sistematis.
dokter dan pasien yg efektif memerlukan pema- haman yg kuat mengenai kompleksitas perilaku manusia dan teknik berbicara serta mendengarkan orang lain Untuk mendiagnosis, menangani, dan mengobati penyakit yg diderita seseorang, dokter harus bela- jar untuk mendengarkan. Dokter yg peka terhadap efek riwayat, cultural, lingkungan dan psikologi adalah dokter yg bekerja dg pasien dalam berbagai segi, bukan dg sin- droma penyakit. Jika seni dan teknik mendengarkan secara aktif tidak diperhatikan, dihormati, dan diterapkan, dok- ter gagal dalam dasar menegakkan hubungan dg pasiennya, dan perawatan pasien pasti gagal. Model Hubungan Dokter dan Pasien
Hubungan dokter dan pasien mempunyai sejumlah
hubungan potensial. Dokter harus menyadari model mana yg berlaku pada seorang pasien dan tergantung dari kebutuhan tertentu dari pasien, dan kebutuhan pengobatan dari situasi klinis ter- tentu. Model Spesifik
a. Model Aktif-pasif (active-pasive models)
Menyatakan bahwa perlu terdapat pasivitas yg sepenuhnya pada pasien dan pengambilalihan oleh dokter. Pada model tsb, pasien tidak memikul tanggung jawab sama sekali untuk perawatan dirinya dan tidak mempunyai bagian dalam pengobatan. Model ini adalah sesuai jika pasien tidak sadarkan diri, terimobilisasi, atau delirium. b. Model guru dan siswa (teacher-student model) Dominasi dokter diterima dan ditekankan. Per- anan dokter adalah paternalistik dan men- gontrol; peran pasien adalah ketergantungan dan penerimaan. Model ini seringkali terlihat saat pemulihan pasien dan pembedahan. c. Model peran serta saling menguntungkan (mutual participation model) Menyatakan persamaan dokter dan pasien; ke- duanya saling memerlukan dan saling bergan- tung satu sama lain. Model ini seringkali terlihat pada pengobatan penyakit kronis tertentu seperti gagal ginjal dan diabetes, dimana pengetahuan dan penerimaan pasien akan pengobatan adalah penting bagi keberhasiIan pengobatan. d. Model persahabatan (friendship model) Model ini seringkali melibatkan hubungan yg terus menerus, bukannya berakhir yg sesuai dg semestinya, melainkan pengaburan batas-batas antara profesionalisme dan keintiman. Pertimbangan – Pertimbangan Umum
Semakin baik pengertian bahwa dokter mempun-
yai dirinya sendiri, semakin aman yg dirasakan. Dokter perlu menekan, tetapi tidak sampai memikul tanggung jawab pasiennya, atau berfan- tasi yg tidak realistik bahwa hanya mereka yg da- pat menjadi penyelamat pasien. Mereka harus mampu meninggalkan masalah pasiennya saat keluar dari tempat praktek atau rumah sakit dan tidak menggunakan pasiennya sebagai pengganti untuk keintiman atau persaha- batan. Jika tidak, mereka akan mengalami kesulitan dalam usaha untuk menolong orang yg sakit, yg membutuhkan simpati dan pengertian tetapi bukan sentimentalitas dan keterlibatan yg berlebihan. Dokter cenderung bersikap membela diri dg berbagai alasan, terutama apabila pasien merasa tidak mendapatkan kepuasan yang diinginkan oleh pasien. Walaupun kekakuan tersebut dapat menciptakan bayangan ketelitian dan efisiensi, keadan ini sering kali tidak sesuai. Keluwesan lebih besar menye- babkan respons saling peran yang halus antara dua orang. Dokter harus belajar untuk menerima kenyataan bahwa dalam situasi tertentu suatu penyakit tidak dapat dikendalikan, dan kematian tidak dapat dicegah, tidak peduli bagaimana telitinya, kompetennya, atau baiknya perawatan dokter tersebut. Dokter juga harus mencegah menghindari masalah yg mereka rasakan sulit untuk dihadapi karena sensitivitas, prasangka, atau kepelikannya sendiri; jika masalah tsb penting bagi pasien. Melakukan Wawancara
Salah satu alat yg penting yg dimiliki dokter adalah
kemampuan untuk melakukan wawancara secara efektif. Tiap wawancara mempunyai tiga komponen utama, dimana semuanya membutuhkan teknik dan ketrampilan khusus: a. memulai wawancara b. wawancara itu sendiri c. mengakhiri wawancara Pada umumnya, pewawancara harus menun- jukkan sikap yg tidak menghakimi, tertarik, kepri- hatinan, dan keramahan; jika tidak informasi yang penting mungkin tidak dapat diperoleh Banyak faktor yang mempengaruhi baik isi dan proses wawancara:
1. Kepribadian pasien dan gaya karakternya.
2. Berbagai situasi klinis (mis. bangsal RSU, bangsal RSJ, UGD, pasien rawat jalan). 3. Faktor teknik (mis. interupsi telepon, menggu- nakan penterjemah, membuat catatan, kenya- manan ruangan). 4. Pemilihan waktu wawancara dalam penyakit pasien (mis. fase akut, fase remisi). 5. Gaya, orientasi, dan pengalaman pewawancara Tiap wawancara mempunyai dua tujuan teknik yang utama:
1. Penentu (determinan) psikologis dan perilaku.
2. Klasifikasi gejala. Othmer dan Othmer menunjukkan tujuan dari gaya wawancara:
1. Gaya berorientasi tilikan (insight- oriented)
atau gaya psikodinamika. Wawancara berorientasi tilikan cenderung un- tuk menekankan perolehan dan interpretasi, kon- flik, kecemasan, dan pertahanan yang tidak dis- adari. 2. Gaya berorientasi gejala (symptom oriented) atau gaya deskriptif. Pendekatan berorientasi gejala menekankan pada klasifikasi keluhan dan disfungsi pasien sesuai kategori diagnostik. Kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri- sendiri tetapi saling melengkapi. Wawancara Psikiatrik
Seorang pasien psikiatrik harus seringkali berhadapan
dg stress dan tekanan yg berbeda dari yg dirasakan oleh pasien yg tidak mempunyai gangguan psikiatrik. Stress tsb adalah: stigma yg melekat karena menjadi pasien psikiatrik kesulitan dalam berkomunikasi karena gangguan dalam berpikir (waham, halusinasi, disorganisasi proses berpikir) keanehan2 perilaku dan gangguan tilikan (insight) gangguan pertimbangan, yg menyebabkan kepatuhan terhadap pengobatan menjadi sulit. Krn pasien psikiatrik seringkali sulit utk menje- laskan sepenuhnya apa yg sedang terjadi, dokter harus siap untuk mendapatkan informasi dari sumber2 lain (anggota keluarga, teman, pasangan hidup). Pasien psikiatrik mungkin tidak mampu untuk men- toleransi format wawancara, khususnya pada pasien stadium akut (agitasi, paranoid, depresi). Pada kasus ini dokter harus siap untuk melakukan interaksi singkat yg berulang kali. Dokter harus dipersiapkan secara khusus untuk menggunakan keterampilan spesifik termasuk pengamatan penampilan umum pasien, perilaku, dan bahasa tubuh pasien. Mendapatkan Rapport
Mendapatkan rapport merupakan langkah pertama
dari wawancara. Othmer dan Othmer mendefin- isikan perkembangan rapport melalui 6 strategi: 1. Menempatkan pasien dan pewawancara dalam ketentraman 2. Menemukan rasa nyeri dan mengekspresikan rasa kasihan 3. Menilai tilikan pasien dan menjadi sekutu 4. … … … 4. Menunjukkan keahlian 5. Menegakkan wibawa sebagai dokter dan ahli terapi 6. Menyeimbangkan peranan pendengar yg em- patik, seorang ahli, dan orang yg berwenang Tidak berhasilnya dokter mendapatkan rapport yg baik dg pasien meyebabkan banyaknya ketidake- fektifan dlm perawatan. Adanya rapport menyatakan secara tidak langsung bahwa terdapat pengertian dan kepercayaan an- tara dokter dan pasien. Menegakkan rapport sebenarnya juga tergantung pada suatu pengertian dasar tentang faktor inter- personal yg kompleks seperti transferensi (trans- ference) dan transferensi balik (countertransfer- ence). Transferensi biasanya didefinisikan sebagai sekumpulan harapan, kepercayaan dan respon emosional yg dibawa oleh seorang pasien dalam hubungan dokter-pasien. Transferensi-balik dapat mengambil bentuk perasaan negative yg merusak hubungan dokter- pasien, tetapi juga dapat berupa reaksi positif, ide- alis, atau bahkan erotik. Wawancara yang baik
Dalam wawancara yg baik dokter menemukan se-
cara terinci apa yg mengganggu pasien. Dokter harus melakukan wawancara dalam cara yang sis- tematik yang mempermudah identifikasi masalah yg relevan dalam konteks kerja sama yang em- patik dan berkelanjutan dg pasien. • Proses wawancara secara harafiah adalah apa yang dibicarakan antara dokter dengan pasien, topik yang dibicarakan dan subyek yang dise- butkan. •Proses wawancara adalah apa yang terjadi se- cara non verbal dimana melibatkan perasaan dan reaksi yang tidak dinyatakan atau disadari, contoh bahasa tubuh. Teknik wawancara
Pertanyaan terbuka Iawan tertutup
Bagian awal dari wawancara biasanya merupakan
pertanyaan terbuka, dimana dokter memungkinkan pasien untuk berbicara sebanyak mungkin dg ka- ta2nya sendiri. Pertanyaan tertutup mengarah pada informasi spesifik dan tidak memungkinkan pasien memiliki banyak pilihan dalam menjawab. Refleksi Dalam teknik refleksi, dokter mengulangi dg cara yg suportif sesuatu yg telah dikatakan pasien. Tujuan dari refleksi adalah untuk meyakinkan dok- ter bahwa ia telah mengerti secara tepat apa yg dicoba dikatakan pasien dan membiarkan pasien mengetahui bahwa dokter memperhatikan apa yg dikatakannya. Contoh, jika pasien mengatakan tentang rasa takut akan kematian dan efek mengatakan rasa takut tsb kpd keluarganya, dokter dapat mengatakan, “tampaknya anda risau menjadi beban bagi kelu- arga anda.” Fasilitasi
Dokter membantu pasiennya melanjutkan wawan-
cara dg memberi isyarat verbal maupun nonverbal yg mendorong pasien untuk terus berbicara. Contoh, mengangguk kepala, condong ke depan dan berkata, “Ya, dan lalu...?” atau “Oh, teruskan”. Keheningan
Dalam situasi tertentu keheningan dapat memu-
ngkinkan pasien untuk merenung, menangis, atau hanya duduk dalam lingkungan yang menerima. Konfrontasi
Adalah alat untuk membantu pasien menghadapi
masalahnya secara lengsung. Contoh, seorang pasien yg baru saja menunjukkan usaha bunuh diri tetapi mengatakan kpd dokter bahwa hal tsb tidak serius, maka dokter dapat mengatakan, “Apa yg anda lakukan mungkin tidak membunuh anda, tetapi menunjukkan kepada saya bahwa sekarang ini anda berada dalam masalah yg serius dan anda membutuhkan perto- longan sehingga anda tidak mencoba bunuh diri lagi.” Kejelasan (clarification)
Dokter berusaha untuk mendapatkan perincian
dari pasien mengenai apa yg baru saja dikatakan pasiennya. Contoh: “Anda merasa tertekan. Kapankah anda merasa paling tertekan?” Interpretasi Teknik interpretasi paling sering digunakan, jika dokter menyatakan sesuatu mengenai perilaku atau pikiran pasien yg mungkin tidak disadari oleh pasien. Teknik ini adalah sulit dan baru digunakan hanya setelah dokter mendapatkan rapport dg pasiennya. Contoh: “Saat anda bercerita bagaimana marah- nya anda karena keluarga anda tidak mendukung, saya berpikir anda juga mengatakan kepada saya betapa cemasnya anda kalau saya tidak mem- bantu anda juga. Bagaimana menurut anda?” Penyajian Terakhir
Secara berkala selama wawancara, dokter dapat
mengambil waktu dan secara singkat mer- ingkaskan apa yg telah dikatakan pasien sejauh ini. Contoh: “Baiklah, saya hanya ingin memastikan bahwa saya telah mendapatkan semuanya secara tepat sampai saat ini ....“ Penjelasan
Dokter menjeIaskan rencana pengobatan kepada
pasien dalam bahasa yg mudah untuk dimengerti dan membiarkan pasien berespon dan bertanya. Transisi
Teknik transisi memungkinkan dokter menyam-
paikan gagasan bahwa telah cukup di dapatkan in- formasi mengenai satu subyek; hal ini mendorong pasien untuk melanjutkan ke subyek lainnya. Pengungkapan diri (self revelation)
Mengungkapkan diri secara terbatas dan berhati-
hati oleh dokter mungkin berguna dalam situasi tertentu. Jika dokter merasa bahwa beberapa in- formasi dpt membantu pasien menjadi lebih nya- man, dokter dapat memutuskan apakah harus mengungkapkan diri. Contoh: “Saya telah menikah, tetapi marilah kita berbicara sedikit mengenai mengapa penting bagi anda untuk mengetahui hal tsb” Dorongan positif (positive reinforcement)
Teknik dorongan positif memungkinkan pasien
merasa nyaman dalam menceritakan segalanya kepada dokter, bahkan mengenai hal2 tertentu seperti ketidak patuhan terhadap pengobotan. Contoh: “Saya menghargai anda bercerita kepada saya bahwa anda telah berhenti menggunakan medikasi. Dapatkah anda bercerita mengenai masalah apa dg medikasi?” Menenteramkan hati (reassurance)
Menenteramkan hati pasien secara jujur dpt
menyebabkan meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan dan dpt dialami sbg respon empatik dari dokter. Tetapi menenteramkan hati secara palsu sebe- narnya membohongi pasien dan dpt merusak kepercayaan dan kepatuhan pasien. Contoh: seorang pasien dg penyakit terminal bertanya, “Apakah saya akan menjadi sehat, dok- ter?” dan dokter menjawab “Sudah tentu, anda akan sehat, semuanya baik”. Contoh penenteraman hati yg jujur, dokter men- jawab “Saya akan melakukan segala sesuatu yg dpt saya lakukan untuk membuat anda merasa nyaman, tetapi kita berdua tahu bahwa anda menderita penyakit yg serius.” Nasehat
Dalam banyak situasi tidak hanya pantas tetapi di-
harapkan bagi dokter untuk memberikan nasehat kpd pasien. Untuk menjadi efektif dan dirasakan sbg empatik, nasehat harus diberikan hanya setelah pasien dib- iarkan berbicara dg bebas mengenai masalahnya. Memberikan nasehat terlalu cepat dpt menye- babkan pasien merasa dokter tdk sungguh2 mendengarkan. Mewawancarai Pasien Psikotik
Teknik terapi spesifik yg digunakan pada pasien
psikotik adalah: 1. Jangan berusaha berbicara dg pasien men- genai keyakinan delusional. 2. Jangan mentertawai material yg kacau dan psikotik yg kedengarannya lucu tetapi jelas tidak lucu. 3. Pertahankan formalitas tertentu dg pasien, se- hingga mereka tdk merasa terancam dg apa yg dirasakan sbg kedekatan yg menakutkan. 4. … … … 4. Tujukan pada keterampiIan untuk bertahan hidup dan sosial yg kongkrit dari hari ke hari. 5. Turunkan tekanan terhadap pasien untuk men- capai banyak kemampuan yg dpt dicapai. 6. Susunlah waktu wawancara sehingga pasien dapat mengetahui apa yg diharapkan. 7. Bersikap sensitif mengenai bagaimana mudah- nya pasien merasa terhina atau malu terhadap ketidakmampuannya. Menyimpulkan wawancara
Dokter harus memberikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan harus membiarkan pasiennya mengetahui sebanyak mungkin mengenai rencana ke depan. Dokter harus mengucapkan terima kasih kpd pasien karena telah memberikan informasi yg diperlukan dan memberitahu bahwa informasi yg disampaikan sangat menolong dalam mem- perjelas langkah selanjutnya. Tiap peresepan obat harus dijelaskan dan dok- ter harus yakin bahwa pasien mengerti dan bagaimana menggunakannya. Bila diperlukan, dokter harus memberikan ru- jukan dan beberapa petunjuk seperti bagaimana pasien dapat mencari pertolongan secepatnya jika diperlukan sebelum waktu per- janjian selanjutnya. Kepatuhan
Strategi yg disarankan untuk meningkatkan
kepatuhan adalah meminta pasien secara lang- sung untuk menjelaskan apa yang mereka sendiri percaya sebagai keliru, apa yg mereka percaya harus dilakukan, apa yg mereka percaya sebagai risiko dan manfaat mengikuti pengobatan yg diberikan. enafira@yahoo.co.id
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti