Anda di halaman 1dari 48

HUBUNGAN

DOKTER – PASIEN
DAN
TEKNIK WAWANCARA

dr. Woro Pramesti, Sp.KJ


Pendahuluan

Kemampuan untuk mengembangkan hubungan


dokter dan pasien yg efektif memerlukan pema-
haman yg kuat mengenai kompleksitas perilaku
manusia dan teknik berbicara serta mendengarkan
orang lain
Untuk mendiagnosis, menangani, dan mengobati
penyakit yg diderita seseorang, dokter harus bela-
jar untuk mendengarkan.
Dokter yg peka terhadap efek riwayat, cultural,
lingkungan dan psikologi adalah dokter yg bekerja
dg pasien dalam berbagai segi, bukan dg sin-
droma penyakit.
Jika seni dan teknik mendengarkan secara aktif
tidak diperhatikan, dihormati, dan diterapkan, dok-
ter gagal dalam dasar menegakkan hubungan dg
pasiennya, dan perawatan pasien pasti gagal.
Model Hubungan Dokter dan Pasien

Hubungan dokter dan pasien mempunyai sejumlah


hubungan potensial. Dokter harus menyadari
model mana yg berlaku pada seorang pasien dan
tergantung dari kebutuhan tertentu dari pasien,
dan kebutuhan pengobatan dari situasi klinis ter-
tentu.
Model Spesifik

a. Model Aktif-pasif (active-pasive models)


Menyatakan bahwa perlu terdapat pasivitas yg
sepenuhnya pada pasien dan pengambilalihan
oleh dokter. Pada model tsb, pasien tidak
memikul tanggung jawab sama sekali untuk
perawatan dirinya dan tidak mempunyai bagian
dalam pengobatan. Model ini adalah sesuai jika
pasien tidak sadarkan diri, terimobilisasi, atau
delirium.
b. Model guru dan siswa (teacher-student
model)
Dominasi dokter diterima dan ditekankan. Per-
anan dokter adalah paternalistik dan men-
gontrol; peran pasien adalah ketergantungan
dan penerimaan. Model ini seringkali terlihat
saat pemulihan pasien dan pembedahan.
c. Model peran serta saling menguntungkan
(mutual participation model)
Menyatakan persamaan dokter dan pasien; ke-
duanya saling memerlukan dan saling bergan-
tung satu sama lain.
Model ini seringkali terlihat pada pengobatan
penyakit kronis tertentu seperti gagal ginjal dan
diabetes, dimana pengetahuan dan penerimaan
pasien akan pengobatan adalah penting bagi
keberhasiIan pengobatan.
d. Model persahabatan (friendship model)
Model ini seringkali melibatkan hubungan yg
terus menerus, bukannya berakhir yg sesuai dg
semestinya, melainkan pengaburan batas-batas
antara profesionalisme dan keintiman.
Pertimbangan – Pertimbangan Umum

Semakin baik pengertian bahwa dokter mempun-


yai dirinya sendiri, semakin aman yg dirasakan.
Dokter perlu menekan, tetapi tidak sampai
memikul tanggung jawab pasiennya, atau berfan-
tasi yg tidak realistik bahwa hanya mereka yg da-
pat menjadi penyelamat pasien.
Mereka harus mampu meninggalkan masalah
pasiennya saat keluar dari tempat praktek atau
rumah sakit dan tidak menggunakan pasiennya
sebagai pengganti untuk keintiman atau persaha-
batan.
Jika tidak, mereka akan mengalami kesulitan
dalam usaha untuk menolong orang yg sakit, yg
membutuhkan simpati dan pengertian tetapi bukan
sentimentalitas dan keterlibatan yg berlebihan.
Dokter cenderung bersikap membela diri dg
berbagai alasan, terutama apabila pasien merasa
tidak mendapatkan kepuasan yang diinginkan oleh
pasien.
Walaupun kekakuan tersebut dapat menciptakan
bayangan ketelitian dan efisiensi, keadan ini sering
kali tidak sesuai. Keluwesan lebih besar menye-
babkan respons saling peran yang halus antara
dua orang. Dokter harus belajar untuk menerima
kenyataan bahwa dalam situasi tertentu suatu
penyakit tidak dapat dikendalikan, dan kematian
tidak dapat dicegah, tidak peduli bagaimana
telitinya, kompetennya, atau baiknya perawatan
dokter tersebut.
Dokter juga harus mencegah menghindari
masalah yg mereka rasakan sulit untuk dihadapi
karena sensitivitas, prasangka, atau kepelikannya
sendiri; jika masalah tsb penting bagi pasien.
Melakukan Wawancara

Salah satu alat yg penting yg dimiliki dokter adalah


kemampuan untuk melakukan wawancara secara
efektif.
Tiap wawancara mempunyai tiga komponen
utama, dimana semuanya membutuhkan teknik
dan ketrampilan khusus:
a. memulai wawancara
b. wawancara itu sendiri
c. mengakhiri wawancara
Pada umumnya, pewawancara harus menun-
jukkan sikap yg tidak menghakimi, tertarik, kepri-
hatinan, dan keramahan; jika tidak informasi yang
penting mungkin tidak dapat diperoleh
Banyak faktor yang mempengaruhi baik isi dan
proses wawancara:

1. Kepribadian pasien dan gaya karakternya.


2. Berbagai situasi klinis (mis. bangsal RSU,
bangsal RSJ, UGD, pasien rawat jalan).
3. Faktor teknik (mis. interupsi telepon, menggu-
nakan penterjemah, membuat catatan, kenya-
manan ruangan).
4. Pemilihan waktu wawancara dalam penyakit
pasien (mis. fase akut, fase remisi).
5. Gaya, orientasi, dan pengalaman pewawancara
Tiap wawancara mempunyai dua tujuan teknik
yang utama:

1. Penentu (determinan) psikologis dan perilaku.


2. Klasifikasi gejala.
Othmer dan Othmer menunjukkan tujuan dari
gaya wawancara:

1. Gaya berorientasi tilikan (insight- oriented)


atau gaya psikodinamika.
Wawancara berorientasi tilikan cenderung un-
tuk menekankan perolehan dan interpretasi, kon-
flik, kecemasan, dan pertahanan yang tidak dis-
adari.
2. Gaya berorientasi gejala (symptom oriented)
atau gaya deskriptif.
Pendekatan berorientasi gejala menekankan
pada klasifikasi keluhan dan disfungsi pasien
sesuai kategori diagnostik.
Kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri-
sendiri tetapi saling melengkapi.
Wawancara Psikiatrik

Seorang pasien psikiatrik harus seringkali berhadapan


dg stress dan tekanan yg berbeda dari yg dirasakan
oleh pasien yg tidak mempunyai gangguan psikiatrik.
Stress tsb adalah:
 stigma yg melekat karena menjadi pasien psikiatrik
 kesulitan dalam berkomunikasi karena gangguan
dalam berpikir (waham, halusinasi, disorganisasi
proses berpikir)
 keanehan2 perilaku dan gangguan tilikan (insight)
 gangguan pertimbangan, yg menyebabkan
kepatuhan terhadap pengobatan menjadi sulit.
Krn pasien psikiatrik seringkali sulit utk menje-
laskan sepenuhnya apa yg sedang terjadi, dokter
harus siap untuk mendapatkan informasi dari
sumber2 lain (anggota keluarga, teman, pasangan
hidup).
Pasien psikiatrik mungkin tidak mampu untuk men-
toleransi format wawancara, khususnya pada
pasien stadium akut (agitasi, paranoid, depresi).
Pada kasus ini dokter harus siap untuk melakukan
interaksi singkat yg berulang kali.
Dokter harus dipersiapkan secara khusus untuk
menggunakan keterampilan spesifik termasuk
pengamatan penampilan umum pasien, perilaku,
dan bahasa tubuh pasien.
Mendapatkan Rapport

Mendapatkan rapport merupakan langkah pertama


dari wawancara. Othmer dan Othmer mendefin-
isikan perkembangan rapport melalui 6 strategi:
1. Menempatkan pasien dan pewawancara dalam
ketentraman
2. Menemukan rasa nyeri dan mengekspresikan
rasa kasihan
3. Menilai tilikan pasien dan menjadi sekutu
4. … … …
4. Menunjukkan keahlian
5. Menegakkan wibawa sebagai dokter dan ahli
terapi
6. Menyeimbangkan peranan pendengar yg em-
patik, seorang ahli, dan orang yg berwenang
Tidak berhasilnya dokter mendapatkan rapport yg
baik dg pasien meyebabkan banyaknya ketidake-
fektifan dlm perawatan.
Adanya rapport menyatakan secara tidak langsung
bahwa terdapat pengertian dan kepercayaan an-
tara dokter dan pasien.
Menegakkan rapport sebenarnya juga tergantung
pada suatu pengertian dasar tentang faktor inter-
personal yg kompleks seperti transferensi (trans-
ference) dan transferensi balik (countertransfer-
ence).
Transferensi biasanya didefinisikan sebagai
sekumpulan harapan, kepercayaan dan respon
emosional yg dibawa oleh seorang pasien dalam
hubungan dokter-pasien.
Transferensi-balik dapat mengambil bentuk
perasaan negative yg merusak hubungan dokter-
pasien, tetapi juga dapat berupa reaksi positif, ide-
alis, atau bahkan erotik.
Wawancara yang baik

Dalam wawancara yg baik dokter menemukan se-


cara terinci apa yg mengganggu pasien. Dokter
harus melakukan wawancara dalam cara yang sis-
tematik yang mempermudah identifikasi masalah
yg relevan dalam konteks kerja sama yang em-
patik dan berkelanjutan dg pasien.
• Proses wawancara secara harafiah adalah apa
yang dibicarakan antara dokter dengan pasien,
topik yang dibicarakan dan subyek yang dise-
butkan.
•Proses wawancara adalah apa yang terjadi se-
cara non verbal dimana melibatkan perasaan dan
reaksi yang tidak dinyatakan atau disadari, contoh
bahasa tubuh.
Teknik wawancara

Pertanyaan terbuka Iawan tertutup

Bagian awal dari wawancara biasanya merupakan


pertanyaan terbuka, dimana dokter memungkinkan
pasien untuk berbicara sebanyak mungkin dg ka-
ta2nya sendiri. Pertanyaan tertutup mengarah
pada informasi spesifik dan tidak memungkinkan
pasien memiliki banyak pilihan dalam menjawab.
Refleksi
Dalam teknik refleksi, dokter mengulangi dg cara
yg suportif sesuatu yg telah dikatakan pasien.
Tujuan dari refleksi adalah untuk meyakinkan dok-
ter bahwa ia telah mengerti secara tepat apa yg
dicoba dikatakan pasien dan membiarkan pasien
mengetahui bahwa dokter memperhatikan apa yg
dikatakannya.
Contoh, jika pasien mengatakan tentang rasa takut
akan kematian dan efek mengatakan rasa takut
tsb kpd keluarganya, dokter dapat mengatakan,
“tampaknya anda risau menjadi beban bagi kelu-
arga anda.”
Fasilitasi

Dokter membantu pasiennya melanjutkan wawan-


cara dg memberi isyarat verbal maupun nonverbal
yg mendorong pasien untuk terus berbicara.
Contoh, mengangguk kepala, condong ke depan
dan berkata, “Ya, dan lalu...?” atau “Oh, teruskan”.
Keheningan

Dalam situasi tertentu keheningan dapat memu-


ngkinkan pasien untuk merenung, menangis, atau
hanya duduk dalam lingkungan yang menerima.
Konfrontasi

Adalah alat untuk membantu pasien menghadapi


masalahnya secara lengsung.
Contoh, seorang pasien yg baru saja menunjukkan
usaha bunuh diri tetapi mengatakan kpd dokter
bahwa hal tsb tidak serius, maka dokter dapat
mengatakan, “Apa yg anda lakukan mungkin tidak
membunuh anda, tetapi menunjukkan kepada
saya bahwa sekarang ini anda berada dalam
masalah yg serius dan anda membutuhkan perto-
longan sehingga anda tidak mencoba bunuh diri
lagi.”
Kejelasan (clarification)

Dokter berusaha untuk mendapatkan perincian


dari pasien mengenai apa yg baru saja dikatakan
pasiennya.
Contoh: “Anda merasa tertekan. Kapankah anda
merasa paling tertekan?”
Interpretasi
Teknik interpretasi paling sering digunakan, jika
dokter menyatakan sesuatu mengenai perilaku
atau pikiran pasien yg mungkin tidak disadari oleh
pasien.
Teknik ini adalah sulit dan baru digunakan hanya
setelah dokter mendapatkan rapport dg pasiennya.
Contoh: “Saat anda bercerita bagaimana marah-
nya anda karena keluarga anda tidak mendukung,
saya berpikir anda juga mengatakan kepada saya
betapa cemasnya anda kalau saya tidak mem-
bantu anda juga. Bagaimana menurut anda?”
Penyajian Terakhir

Secara berkala selama wawancara, dokter dapat


mengambil waktu dan secara singkat mer-
ingkaskan apa yg telah dikatakan pasien sejauh
ini.
Contoh: “Baiklah, saya hanya ingin memastikan
bahwa saya telah mendapatkan semuanya secara
tepat sampai saat ini ....“
Penjelasan

Dokter menjeIaskan rencana pengobatan kepada


pasien dalam bahasa yg mudah untuk dimengerti
dan membiarkan pasien berespon dan bertanya.
Transisi

Teknik transisi memungkinkan dokter menyam-


paikan gagasan bahwa telah cukup di dapatkan in-
formasi mengenai satu subyek; hal ini mendorong
pasien untuk melanjutkan ke subyek lainnya.
Pengungkapan diri (self revelation)

Mengungkapkan diri secara terbatas dan berhati-


hati oleh dokter mungkin berguna dalam situasi
tertentu. Jika dokter merasa bahwa beberapa in-
formasi dpt membantu pasien menjadi lebih nya-
man, dokter dapat memutuskan apakah harus
mengungkapkan diri.
Contoh: “Saya telah menikah, tetapi marilah kita
berbicara sedikit mengenai mengapa penting bagi
anda untuk mengetahui hal tsb”
Dorongan positif (positive reinforcement)

Teknik dorongan positif memungkinkan pasien


merasa nyaman dalam menceritakan segalanya
kepada dokter, bahkan mengenai hal2 tertentu
seperti ketidak patuhan terhadap pengobotan.
Contoh: “Saya menghargai anda bercerita kepada
saya bahwa anda telah berhenti menggunakan
medikasi. Dapatkah anda bercerita mengenai
masalah apa dg medikasi?”
Menenteramkan hati (reassurance)

Menenteramkan hati pasien secara jujur dpt


menyebabkan meningkatkan kepercayaan dan
kepatuhan dan dpt dialami sbg respon empatik
dari dokter.
Tetapi menenteramkan hati secara palsu sebe-
narnya membohongi pasien dan dpt merusak
kepercayaan dan kepatuhan pasien.
Contoh: seorang pasien dg penyakit terminal
bertanya, “Apakah saya akan menjadi sehat, dok-
ter?” dan dokter menjawab “Sudah tentu, anda
akan sehat, semuanya baik”.
Contoh penenteraman hati yg jujur, dokter men-
jawab “Saya akan melakukan segala sesuatu yg
dpt saya lakukan untuk membuat anda merasa
nyaman, tetapi kita berdua tahu bahwa anda
menderita penyakit yg serius.”
Nasehat

Dalam banyak situasi tidak hanya pantas tetapi di-


harapkan bagi dokter untuk memberikan nasehat
kpd pasien.
Untuk menjadi efektif dan dirasakan sbg empatik,
nasehat harus diberikan hanya setelah pasien dib-
iarkan berbicara dg bebas mengenai masalahnya.
Memberikan nasehat terlalu cepat dpt menye-
babkan pasien merasa dokter tdk sungguh2
mendengarkan.
Mewawancarai Pasien Psikotik

Teknik terapi spesifik yg digunakan pada pasien


psikotik adalah:
1. Jangan berusaha berbicara dg pasien men-
genai keyakinan delusional.
2. Jangan mentertawai material yg kacau dan
psikotik yg kedengarannya lucu tetapi jelas
tidak lucu.
3. Pertahankan formalitas tertentu dg pasien, se-
hingga mereka tdk merasa terancam dg apa yg
dirasakan sbg kedekatan yg menakutkan.
4. … … …
4. Tujukan pada keterampiIan untuk bertahan
hidup dan sosial yg kongkrit dari hari ke hari.
5. Turunkan tekanan terhadap pasien untuk men-
capai banyak kemampuan yg dpt dicapai.
6. Susunlah waktu wawancara sehingga pasien
dapat mengetahui apa yg diharapkan.
7. Bersikap sensitif mengenai bagaimana mudah-
nya pasien merasa terhina atau malu terhadap
ketidakmampuannya.
Menyimpulkan wawancara

 Dokter harus memberikan kesempatan kepada


pasien untuk bertanya dan harus membiarkan
pasiennya mengetahui sebanyak mungkin
mengenai rencana ke depan.
 Dokter harus mengucapkan terima kasih kpd
pasien karena telah memberikan informasi yg
diperlukan dan memberitahu bahwa informasi
yg disampaikan sangat menolong dalam mem-
perjelas langkah selanjutnya.
 Tiap peresepan obat harus dijelaskan dan dok-
ter harus yakin bahwa pasien mengerti dan
bagaimana menggunakannya.
 Bila diperlukan, dokter harus memberikan ru-
jukan dan beberapa petunjuk seperti
bagaimana pasien dapat mencari pertolongan
secepatnya jika diperlukan sebelum waktu per-
janjian selanjutnya.
Kepatuhan

Strategi yg disarankan untuk meningkatkan


kepatuhan adalah meminta pasien secara lang-
sung untuk menjelaskan apa yang mereka sendiri
percaya sebagai keliru, apa yg mereka percaya
harus dilakukan, apa yg mereka percaya sebagai
risiko dan manfaat mengikuti pengobatan yg
diberikan.
enafira@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai