Anda di halaman 1dari 4

Dokter Bintang Lima.

Pada tahun 1994 Dr. Charles Boelen dari WHO menyampaikan konsep Dokter
Bintang Lima yang dikatakannya sebagai profil ideal seorang dokter yang mempunyai
bakat untuk melaksanakan berbagai layanan yang prima untuk memenuhi persaratan
seperti relevansi, kualitas, dan efektif-biaya (cost-effective). Rangkaian kemampuan
dokter bintang lima tersebut adalah: 1) Memberikan perawatan pasien (patient care),
2) Pengambil Keputusan (Decision Maker), 3) Komunikator, 4) Pemimpin mayarakat
(Community Leader), 5) Manajer.
Pofesi dokter bekalangan ini banyak mendapat tantangan. Predikat sebagai
seorang yang super dan serba bisa telah melekat dalam imajinasi masyarakat. Hal ini
telah membuat orang lupa, bahwa dokter pun pada kenyataannya adalah manusia
biasa. Walaupun telah berupaya memenuhi berbagai tuntutan, masih saja ada
kekurangan di sana-sini. Di masyarakat, image terhadap sosok seorang dokter selalu
hangat diperbincangkan. Demikian juga halnya dengan peran dokter dalam
hubungannya dengan pasien.
Diantara beragam jenis pekerjaan yang beresiko, menjadi dokter merupakan
profesi yang paling beresiko. Di tengah kesalahan yang begitu gampang terjadi,
resikonya bukan hanya akan berdampak kepada diri sendiri, tapi juga bisa berakibat
fatal bagi orang yang membutuhkan keahliannya. Sebagai seorang dokter dituntut
untuk mendiagnosis tepat, kecakapan teknis, dan sedikit kemampuan berempati
kepada orang. Dibawah ini ada beberapa yang menghalangi dokter untuk menjadi
dokter bintang lima.

Kendala untuk menjadi dokter Bintang lima


1. Kurangnya komunikasi antara dokter dengan pasien.
Komunikasi merupakan kunci dalam membuka hubungan yang baik dan
profesional antara dokter dengan pasien, meskipun dalam prakteknya masih sulit
dilakukan. Komunikasi dokter-pasien adalah hal yang penting dan harus terus

dipelajari, dilatih dan diterapkan oleh para dokter.


Ada pun masalah dan kendala yang kerap menghambat komunikasi antara
dokter-pasien umumnya menyangkut keterbatasan waktu baik dari pihak dokter
maupun keluarga pasien sehingga sulit menyediakan waktu untuk bertemu. Kalaupun
terjadi pertemuan, biasanya tidak efektif sebab komunikasi yang terjalin hanya
bersifat satu arah. Dokter merasa keluarga pasien sudah paham tapi sesungguhnya apa
yang disampaikannya tidak dimengerti. Keluarga juga sering tidak siap ketika akan
bertemu dokter. Karenanya sebaiknya keluarga sudah mempersiapkan dan mencatat
hal-hal apa yang akan ditanyakan bila bertemu dokter, terutama mengenai penyakit,
diagnosis, keuntungan dan efek samping pengobatan. Kondisi masyarakat yang masih
dalam keluarga besar, juga menyebabkan keterangan sering diberikan kepada anggota
keluarga yang berbeda-beda. Akibatnya, persepsi dan penjelasan yang diberikan tidak
mencapai hasil yang diharapkan.
2. Kurangnya kemampuan merawat pasien
Dengan kemampuan merawat pasien dimaksudkan bahwa seorang dokter
selalu memperlakukan pasiennya secara holistik, sebagai individu dan sebagai bagian
integral dari keluarga dan masyarakat. Dokter harus mampu memberikan layanan
kesehatan dengan kualitas tinggi, komprehensif, berkesinambungan serta dalam
jangka panjang dengan penuh percaya diri.
Apabila kemampuan memberikan pengobatan secara individual seorang
dokter itu kurang, maka tidak akan tercipta pengobatan yang bersifat komprehensif
dan lengkap mulai dari segi kuratif, pencegahan, dan rehabilitative. Karena itu untuk
menjadi dokter bintang 5, dokter wajib memberikan perawatan dengan pendekatan
yang inovatif yang mencakup sejak awal perencanaan, penyampaian serta
evaluasinya.
Walaupun teknologi kedokteran dapat membantu dokter dalam hal tertentu,
tetapi kemampuan dasar adalah hal utama yang harus dimiliki oleh seorang doktern
terutama kemampuan anamnesi , pemeriksaan fisik, kemampuan mengaanalisa serta
perumusan permasalahan yang dialami oleh pasien, harus dapat dipertahankan bahkan
lebih ditingkatkan dengan lebih baik. Kalau tidak akan terjadi kesalahan dalam

mendiagnosis pasien, kesalahan memberikan terapi untuk pasien yang akan


merugikan pasien dan dokter itu sendiri dikemudian hari.

3. Dokter ragu untuk mengambil keputusan yang tepat


Dalam era keterbukaan seperti sekarang ini, dokter harus bisa mengambil
keputusan, dan harus bisa membantu pasien dalam membuat suatu keputusan medik,
karena semua

keputusan yang dibuat dokter

dan keluarga

pasien akan

dipertanggungjawabkan dalam hal keberhasilan perawatan dan biaya. Dari semua


kemungkinan pilihan pengobatan penyakit yang ada, dokter harus dapat memilih
salah satu yang paling tepat. Mengenai pengeluaran biaya, dokter harus pandai-pandai
memilih terapi, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan
imaging yang akan diterapkan pada perawatan pasiennya. Dokter harus bisa
memperhitungkan efektivitas biaya, dan meningkatkan kualitas perawatan dan tidak
merugikan pasien. Dokter dan pasien harus mengambil keputusan secara bersama.
Dokter juga harus menghormati setiap keputusan pasien dan bila mungkin
memberikan alternatif lain serta pertimbangan resiko jika alternatif tersebut
dilaksanakan. Jadi peran dokter di sini bukan sebagai orang yang diberi tanggung
jawab untuk menghadapi persoalan yang dihadapi pasien, dengan semua keputusan
dan tanggung jawab ada di pundak dokter, tetapi lebih sebagai seorang yang
mendampingi pasien dalam menghadapi masalah medik atau penyakit.
Memang tidak mudah untuk mengobati pasien sebab manusia adalah makhluk
hidup yang sering sulit diprediksi. Suatu penyakit bisa menampilkan gejala yang
hampir sama satu dengan yang lain. Pada satu pasien dapat saja tampil beberapa
penyakit atau kelainan sekaligus dan ini tidak jarang mengaburkan diagnosis sehingga
menyebabkan terjadinya ketidaktepatan dalam pengobatan

4. Dokter tidak bisa menjadi contoh pemimpin dalam masyarakat


Dokter mendapat kepercayaan dari pasien untuk mengembangkan diri pasien
ke arah yang lebih baik. Kepemimpinan menuntut kemampuan seorang dokter dalam
mempengaruhi pasien dengan komunikasi efektif agar dapat bekerjasama dalam

program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dokter yang telah mendapat
kepercayaan dari orang-orang disekitarnya, ditempat ia bekerja, dapat menyelaraskan
persyaratan kesehatan individu dan masyarakat dan melakukan tindakan atas nama
masyarakat.
Dokter tidak boleh menutup mata dari berbagai masalah dan kebutuhan hidup
masyarakat di sekitarnya. Dokter harus memiliki inisiatif dan jeli dalam melihat
berbagai kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan aspek fisik dan lingkungan
sosialnya. Dengan memberikan perhatian yang cukup terhadap setiap faktor risiko
yang berpengaruh terhadap kesehatan, maka dokter masa depan tidak hanya
mencurahkan perhatiannya pada orang yang sakit, tetapi juga memiliki perhatian
terhadap aktivitas kesehatan masyarakat yang lain. Dengan demikian, dokter masa
depan akan mampu menyusun program sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
mendapatkan

kepercayaan

di

meningkatkan derajat kesehatan.

masyarakat

untuk

memandu

mereka

dalam

Anda mungkin juga menyukai